Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN SEMINAR KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA An.D DENGAN


DIAGNOSA TUMOR MAMMAE DI RUANG BEDAH
RSUD Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
PADA TANGGAL 14-17 FEBRUARI 2024

Disusun oleh: Kelompok 4B


Defina Rianza : 2210070170004
Zahira Tsuraya : 2210070170018
Naura Putri Warzelia : 2210070170019
Mutiah Zahra : 2210070170020
Nasha Dwi Andriani : 2210070170021
Muhammad Alifgra : 2210070170103
Ilham Danda : 2210070170104
Regina Putri : 2210070170105

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Seminar kelompok Asuhan Keperawatan Anestesiologi pada


An.D dengan Diagnosa Tumor mammae di ruang bedah RSUD M.Zein Painan
pada tanggal 14-15 Februari 2024 ini dibuat dan telah disetujui dalam rangka
Praktik Klinik Keperawatan Dasar mahasiswa Program Studi Keperawatan
Anestesiologi Program Sarjana Terapan Fakultas Vokasi Universitas
Baiturrahmah.

Painan, 18 Februari 2024

Mahasiswa

(Kelompok 4B)

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Aric Fendi Andriyan, S.Kep.,M.Kep.) (Ns.Vivien Anggrayeni,S.Kep)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah kelompok “Asuhan
Keperawatan Anestesi Dengan Diagnosa Tumor Mammae Di Ruang Bedah RSUD
M. Zein Painan. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi makalah Praktik Klinik Dasar 1 Keperawatan Anestesiologi Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Aric Frendi andriyan,
S.Kep.,M.Kep. dan Ns. Vivien Anggrayeni, S.Kep selaku pembimbing klinik Praktik
Klinik Dasar 1 di RSUD M. Zein Painan yang telah membimbing makalah ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Painan, 19 Februari 2024

Kelompok 4B

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii


KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................. 4
2.1 Konsep Tumor Mamme ............................................................................. 4
2.1.1 Definisi......................................................................................... 4
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi ................................................................. 4
2.1.3 Etiologi......................................................................................... 6
2.1.4 Tanda dan Gejala ......................................................................... 7
2.1.5 Patofisiologi ................................................................................. 7
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang ...................................... 9
2.1.7 Penatalaksaan Medis .................................................................... 9
2.1.8 Komplikasi ................................................................................... 10
BAB III LAPORAN KASUS ............................................................................ 11
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 19
4.1 Pengkajian .................................................................................................. 19
4.2 Masalah Kesehatan ..................................................................................... 19
4.3 Intervensi .................................................................................................... 19
4.4 Implementasi .............................................................................................. 20
4.5 Evaluasi ...................................................................................................... 20
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 21
5.1.Kesimpulan ................................................................................................ 21
5.2.Saran........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada
wanita. Tumor terbagi memjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak
memiliki ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak menyebar
dan bila dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat sembuh
sempurna, sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat menyusup ke
jaringan sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada pertumbuhan tumor
tersebut. Fibroadenoma (FAM) merupakan tumor jinak yang sering ditemukan,
pada kelainan ini terjadi pertumbuhan jaringan ikat maupun kelenjar, yang
banyak ditemukan pada wanita usia muda 10-30 tahun (Sari, Indrawati, &
Harjanto, 2012, p. 123). FAM adalah massa padat halus berselubung yang
dapat digerakkan, biasanya tidak nyeri dan paling sering ditemukan di kuadran
luar atas (Sinclair, 2009, p. 543).Penyebab utama tumor payudara memang
belum diketahui secara pasti. Tumor Mamae berkaitan dengan hormon
reproduksi (Sari, Indrawati, & Harjanto, 2012, p. 123).

Bedasarkan laporan dari Western Breast Services Alliance, FAM terjadi


pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun, dan satu dari enam perempuan
(15%) mengalami FAM hidupnya. Di Indonesia, laporan data penyakit FAM
masih belum lengkap, akan tetapi diperkirakan sebanyak 100 orang telah
terkena tumor jinak selama pertengahan tahun 2011 (Yayasan Kanker
Indonesia, 2012). Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat memiliki prevalensi
tumor mamae diatas nasional yaitu sebesar 0,9% (2.285 kasus), sehingga
menempatkan Provinsi Sumatera Barat berada pada posisi ketiga dengan
prevalensi Tumor mamae terbanyak di Indonesia setelah Yogyakarta dan
Kalimantan Timur (Kemenkes RI2015). RSUD M.Zein Painan yang mencatat
adanya peningkatan kasus tumor mamae. Dimana, pada tahun 2017 terdapat 62
orang penderita Tumor mamae dan pada tahun 2018 mengalami peningkatan
menjadi 73. Keberadaan Tumor Mamae ini dapat dideteksi melalui perabaan
yaitu dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), ketika

1
diraba akan terasa ada benjolan padat, kenyal, berbatas tegas, dan dapat
digerakkan. Faktor yang mempengaruhi perilaku SADARI adalah adanya
pengetahuan dan paparan dari media informasi, Perilaku SADARI dapat
terealisasi apabila memiliki pengetahuan dan tersedianya fasilitas seperti media
informasi, dimana seorang remaja putri yang pernah memperoleh informasi
mengenai pentingnya melakukan SADARI cenderung akan melakukan praktik
SADARI.

Berdasarkan pembahasan diatas, kelompok tertarik untuk mengangkat


masalah tersebut dan melakukan "Asuhan Keperawatan Anestesiologi pada
An.D dengan Diagnosa Tumor mammae di ruang bedah RSUD M.Zein Painan
pada tanggal 14-17 Februari 2024 ".

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Cara Asuhan Keperawatan Anestesi Bagi Pasien Dengan


Penyakit Tumor Mamae Di Ruang Bedah RSUD M.Zein Painan ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Pemberian Asuhan Keperawatan Anestesiologi pada An.D dengan
Diagnosa Tumor mammae di ruang bedah RSUD M.Zein Painan pada
tanggal 14-17 Februari 2024.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien An.D dengan Diagnosa
Tumor mammae di ruang bedah RSUD M.Zein Painan pada tanggal
14-17 Februari 2024
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien An.D dengan
Diagnosa Tumor mammae di ruang bedah RSUD M.Zein Painan pada
tanggal 14-17 Februari 2024
c. Mampu menyusun intervensi pada An.D dengan Diagnosa Tumor
mammae di ruang bedah RSUD M.Zein Painan pada tanggal 14-17
Februari 2024
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien An.D

2
dengan Diagnosa Tumor mammae di ruang bedah RSUD M.Zein
Painan pada tanggal 14-17 Februari 2024
e. Mampu mengevaluasi hasil implementasi keperawatan Anestesi pada
pasien An.D dengan Diagnosa Tumor mammae di ruang bedah RSUD
M.Zein Painan pada tanggal 14-17 Februari 2024

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Kelompok


Manfaat bagi kelompok adalah agar kelompok dapat menegakkan
diagnosa dan intervensi dengan tepat untuk pasien dengan masalah
keperawatan khususnya dengan pasien yang mengalami Tumor Mamae,
sehingga dapat mengetahui tindakan yang tepat.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
Penulisan makalah asuhan kepenataan anestesi ini diharapkan dapat
memberikan masukan atau saran dalam merencanakan asuhan
keperawataan pada pasien Tumor Mamae.
1.4.3 Bagi Kampus
Penulisan makalah asuhan keperawataan anestesi ini dibuat untuk
memenuhi tugas Praktik Klinik Dasar 1 dan memberikan informasi
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tumor Mamae.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Tumor Mammae

2.1.1 Definisi Tumor Mammae

Tumor Mamae merupakan benjolan abnormal akibat terbentuknya


perkembangan sel sel mamae secara tidak wajar kemudian berkembang lalu
menyerang saraf serta pembuluh darah. tumor mamae bisa berasal dari epitel dan
kelenjar. Tumur yang berasal dari epitel sering menyebabkan terjadinya keganasan
payudara (boud et al, 2012)

Tumor mamae didefinisikan sebagai benjolan payudara. Timbulnya benjolan


pada payudara dapat merupakan indikasi adanya jenis tumor/kanker payudara.
Namun untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan patologi (Marice &
Aprildah, 2014, hal. 122). Tumor Mamae adalah pertumbuhan sel-sel yang
abnormal yang menggangu pertumbuhan jaringan tubuh terutama pada jaringan sel
epitel di mamae (Price & Wilson, 2015, hal. 67).

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Payudara

a. Anatomi Payudara

Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas


otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih
200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Setiap payudara
merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup kulit
pada dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot pektoralis mayor
dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat (Verralls, 1997;
Farrer, 2001; Syaifuddin, 2006).

4
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.Korpus terdiri atas


alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari
alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos
dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.Lobus
yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada
tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.Sinus laktiferus,
yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat
ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus
maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar.
3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,
panjang dan terbenam (inverted).

Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak


dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual.

5
1) Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap
lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi
sinus lakteferus (ampula).
2) Lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh
ligamen suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa)
3) Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap
lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang
berakhir di alveoli sekretori.
4) Puting memiliki kulit berpigmen dan berkerut membentang keluar
sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk aerola (Verralls, 1997;
Farrer, 2001; Syaifuddin, 2006)

b. Fisiologi Payudara

Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi oleh


hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua,
sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara
akanmengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu
pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan
ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan
membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus,
sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon prolakt in memicu
terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Verralls, 1997; Ferral,
2001; Syaifuddin, 2006; Pearce, 2007).

2.1.3 Etiologi

Meski pengetahuan menjadi semakin kompleks sampai sekarang penyebab


Tumor mammae belum bisa dipastikan dengan tepat diperkirakan ada hal penentu
yang dianggap sebagai faktor penyebab berhubungan dengan tumore mamae yaitu:

6
a. Usia lanjut

Resiko peningkatan tumor payudara adalah saat beranjak dewasa atau


pada saat bertambahnya usia hal ini sangat mungkin terjadi perkembangan
payudara pada saat usia yang menginjak 40 tahun lebih

b. ⁠Jenis kelamin

Perempuan lebih berisiko 100 kali dibanding laki-laki faktor genetik atau
riwayat keluarga terutama ibu dan saudara perempuan yang menderita tumor
atau kanker payudara

c. Usia menopause

Jika dibandingkan dengan yang belum menopause resiko Tumor


payudara lebih tinggi saat menopause biasanya tanggal payudara terjadi 75%
kasus di usia lebih dari 50 tahun

d. ⁠Penggunaan kontrasepsi hormonal

Diduga menjadi faktor resiko yang membuat peningkatan angka kejadian


tumor payudara di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah penggunaan
kontrasepsi oral yaitu kombinasi antara estrogen dan progesteron

2.1.4 Tanda dan Gejala

Manifestasi klinis pada Tumur payudara adalah (astuti, 2018) :

a. Benjolan pada payudara, benjolan ini tidak menimbulkan rasa sakit


penjualan mulai dari kecil kemudian menjadi besar sewaktu waktu lalu
menempel pada kulit atau biasanya dapat menyebabkan perubahan kulit
pada payudara atau puting payudara
b. Erosi pada puting payudara, Terjadi penarika kedalam pada putting
payudara atau retraksi dan terjadi perubahan warna menjadi merah muda
pada payudara

7
2.1.5 Patofisiologi

Sejauh ini penyebab Tumor mammae tidak jelas namun ada beberapa pemicu
yang mendukung terjadinya yaitu siklus haid yang tidak teratur. Pembesaran
jaringan payudara disebabkan oleh peningkatan kadar estrogen progesterone
disebabkan karena siklus air yang benar benar tidak teratur dengan baik. Hal ini
menyebabkan peningkatan Timbunan lemak dan perkembangan jaringan payudara.
ini juga mengurangi pembentukan lobulus dan alveoli. jika kejadian ini terjadi
secara terus menerus maka dapat menyebabkan terjadinya Tumur Mamae (nugiono
& taufan, 2011)

8
PATHWAY/WOC TUMOR MAMMAE

9
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang

Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk menegakkan


diagnosa penyakit tumor mammae adalah sebagai berikut:

a. Mammografi, pemeriksaan yang menggunakan sinar X pada jaringan


yang telah dikompresi pada payudara
b. Ultrasonografi (usg), untuk tambahan pemeriksaan pada mammografi
akurasinya makin meningkat menjadi 7,4%
c. Pemeriksaan sitologi, bagian dari tiga diagnosis pada Tumur payudara
yang teraba atau tidak teraba

2.1.7 Penatalaksaan Medis

Penanganan dilakukan berupa pembedahan terapi terapi hormon terapi radiasi


dan yang baru adalah Imunoterapi, beberap jenis pengobatan :

a. Pembedahan
1) Biopsi eksisi
Pengangkatan semua jaringan yang sakit hingga ujung jaringannya
masih sehat ukuran kurang lebih 5 cm
2) Ekstersi FAM
Tindakan pengangkatan tumor di mana Tumur tersebut masih
bersifat jinak tapi jika dibiarkan masa Tumur akan bertambah
3) Biopsi insisi
b. Terapi radiasi, dengan menggunakan pancaran sinar-x
c. Terapi hormon, gunanya untuk memperlambat perkembangan tumor
serta bisa digunakan untuk terapi pada stadum akhir bersamaan setelah
pembedahan
d. Kemoterapi

10
2.1.8 Komplikasi

Berikut ini komplikasi yang dapat terjadi pada penderiya tumor mammae:

a. Transmisi langsung, infiltrasi lokal pada kulit yang menuntut hal tersebut
mengakibatkan adanya kerutan ( ulserasi )
b. ⁠Limfogen, pembuluh limfatik yang meresap ke dalam menyebabkan
tanda klinis
c. ⁠Hematogen, bagian yang sering terkena meta Stasis yang motoin adalah
pulmo dan tulang
d. ⁠Transelomik, Akan terjadi penyebaran jika Tumor menyebar ke rongga
dalam tubuh, misal pada pleura, perietalis dan peritorium
e. ⁠Implementasi tumor, kontaminasi sel sel ganas dari Tumur bagian luka
selama operasi diawal, bisa menyebabkan pertumbuhan berkelanjutan
hal tersebut berada di tempat bekas luka yang muncul kembali
f. ⁠Duktus atau saluran payudara, metode penyebaran ke puting payudara
dari lumen duktus penting untuk penyakit paget (fattah et al, 2011)

11
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI/KEPERAWATAN
ANESTESI PASIEN DENGAN DIAGNOSA TUMOR MAMAE DI RUANG
BEDAH RSUD MUAHAMMAD ZEIN PAINAN
PADA TANGGAL 14 FEBRUARI
2024

I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : An. D
Tanggal Lahir (umur) : 22-02-2012
No. CM : 331036
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku bangsa : Minang
Status perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Surantih
Tanggal MRS : 14 Februari 2024
Tanggal pengkajian : 14 Februari 2024
Jam pengkajian : 19.30 WIB

2) Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. Y
Umur : 45 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku bangsa : Minang
Hubungan dengan pasien : Orang tua
Alamat : Surantih

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama (Satu keluhan yang paling menggangu yang
dirasakan pasien saatdilakukan pengkajian)
PBM melalui poli pukul 17.40 dengan keluhan nyeri pada
payudara kiri bawah dan terdapat benjolan. Pada saat
pengkajian Pasien mengatakan adanya benjolan di payudara
bagian kiri, terasa nyeri dan sakit apabila disentuh atau diraba

12
2) Keluhan Lainnya (Keluhan yang dirasakan pasien selain keluhan
utama)
Pada saat pengkajian Pasien mengatakan tidak ada keluhan lain selain
keluhan utama
2) Diagnosa Medis : Tumor Mamae
3) Rencana tindakan operasi : Eksisi tumor
4) Data fokus anestesi (AMPLE)
(a) Allergies
(1) Riwayat alergi makanan : Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi
(2) Riwayat obat-obatan : Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi
(3) Lainnya :-
(b) Medications
Riwayat pengunaan obat obatan tertentu, seperti obat antihipertensi, diuretik,
digitalis, antidiabetik dan antikoagulan yang dapat menimbulkan interaksi
dengan agen anestetik
Pasien mengatakan tidak ada penggunaan obat tertentu
(c) Past Illness
(1) Riwayat penyakit sistemik sebelumnya seperti : DM, penyakit paru, penyakit
jantung, penyakit ginjal, penyakit hepar, gangguan perdarahan, serta Riwayat
penyakit keluarga.
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya
(2) Riwayat Operasi sebelumnya
Pasien mengatakan tidak ada riwayat operasi sebelumnya
(3) Riwayat Anestesi sebelumnya
Pasien mengatakan tidak ada riwayat anestesi sebelumnya

(d) Last Meal


Asupan oral terakhir atau puasa
Pasien mengatakan berpuasa sejak 7 jam sebelum operasi( Sejak jam 02.00 wib)
(e) Environments
Kebiasaan yang buruk seperti riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol,
kondisi lingkungan yang berhubungan dengan penyakit pasien (misalnya tinggal
didaerah yang dingin)
Pasien mengatakan tidak merokok dan mengonsumsi alkohol
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
GCS: Verbal: 5 Motorik: 6 Mata: 4 Total: 15
Kesadaran: compos mentis / apatis / delirium / somnolen / sopor/ koma
Tanda-tanda vital: Nadi: 86 x/menit; Suhu: 36,3 °C; TD: 130/80mmHg;
MAP ….. mmHg; RR 20 x/menit; skala nyeri 5(1-10); BB: 32 kg; TB:130
cm; BMI: ; Lainnya: -
b. Pemeriksaan 6 B
B1 (Breathing)
a) Look externally (wajah)
☒ Normal ☐ Edema ☐Luka pada wajah
☐ Kumis / Jenggot ☐ Mikrognathia ☐Gigi palsu
☐ Gigi goyang ☐ Gigi maju ☐Hilangnya gigi
b) Evaluate Thyromental distance
(1) Kemampuan membuka mulut ≥ 3 jari ☒Ya ☐Tidak

13
(2) Jarak Thyro – Mental ≥ 3 jari ☒ Ya ☐Tidak
(3) Jarak Hyoid – Tiroid ≥ 2 jari ☒Ya ☐Tidak
c. Mallampati score ☒I ☐II ☐III ☐IV
d. Obstruction or obesity (obstruksi jalan napas) Ya : …..☒Tidak
e. Neck mobility
(1) Bentuk leher ☒Simetris ☐Asimetris
(2) Leher pendek ☐Ya ☒Tidak
(3) Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan (dagu menyentuh dada)?
☒Ya ☐Tidak
(4) Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
☐Ya ☒Tidak
(5) Dapatkah pasien melakukan rotasi leher dan kepala?
☐Ya ☒Tidak
(6) Terdapat bekas luka / sikatrik di leher
☐Ya ☒Tidak
(7) Apakah pasien menggunakan neckcollar
☐Ya ☒Tidak
(f) Bentuk thorax : Simetris
(g) Pola napas : Normal (teratur)
(h) Penggunaan otot bantu napas : ya tidak
(i) Pernapasan cuping hidung : ya tidak
(j) Perkusi Paru : ☒sonor ☐hipersonor ☐dullness
☐ trakeal ☐bronchial ☐bronkovesikular
(k) Suara napas : ☒Vesikular ☐ronchi ☐wheezing
☐Stridor ☐snoring ☐gurgling
1. B2 (Blood)
a) Konjungtiva : ☐anemis ☒tidak
b) Kulit : ☐pucat ☒tidak
c) CRT : <2 detik
d) Pembesaran vena jugularis : (-)
e) Ictus cordis : (-), pelebaran ….. cm
f) Perdarahan : ☐ada ☒tidak
Lokasi perdarahan :
Jumlah perdarahan : ….. ml
g) Pulsasi pada dinding torak teraba : Kuat.
h) Batas-batas jantung normal adalah :
(1)) Batas atas Normal (N = ICS II)
(1)) Batas bawah Normal (N = ICS V)
(1)) Batas kiri Normal(N = ICS V mid Clavikula Sinistra)
(1)) Batas kanan Normal (N = ICS IV mid Sternalis Dextra)

i) BJ I : ☒Tunggal ☐ganda ☐regular ☐irregular


j) BJ II : ☒Tunggal ☐ganda ☐regular ☐irregular
k) Bunyi jantung tambahan :
BJ III (-) Gallop Rhythm (-) Murmur (-)
3) B3 (Brain)
a) Kaku kuduk : ☒Tidak ada : …..
14
b) Kejang : ☒Tidak ada : …..
c) Tremor : ☒Tidak ada : …..
d) Nyeri kepala : ☒Tidak ada : …..
e) Pupil : ☒Isokor unisokor midriasis miosis
Tidak ada reaksi
f) Parese : ☒Tidak ada : …..
g) Plegi : ☒Tidak ada : …..
4) B4 (Bladder)
a) Nyeri saat BAK : ☒ada ☒tidak

15
b) Urine disertai darah : ada ☒tidak
Poliuri oliguria retensi urin inkontensia
c) Nyeri tekan pada ginjal : ya ☒tidak
d) Pembesaran pada ginjal : ya ☒tidak
e) Produksi urine : 800 ml
5) B5 (Bowel)
a) Bising usu : 10 x/menit
b) Mual : ☒tidak ada
c) Muntah : ☒tidak ada
d) Nyeri menelan : ☒tidak ada
e) Nyeri perut : ☒tidak ada
f) Borborygmi : ☒tidak ada
g) Distensi : ☒tidak ada
h) Asites : ☒shifting dullness undulasi
i) Pembesaran hepar : ☒tidak ada
6) B6 (Bone)
a) Pemeriksaan tulang belakang :
(1) Kelainan tulang belakang : kyphosis scoliosis lordosis
perlukaan infeksi fibrosis
(2) Mobilitas : ☒ leluasa ☐ terbatas
(3) Lainnya …..
b) Pemeriksaan ekstremitas
(1) Ekstremitas atas
Otot antar sisi kanan dan kiri : ☒ simetris asimetris
Jelas : ☒Tidak ya :…..
Deformitas : ☒Tidak ya :…..
Fraktur : ☒Tidak ya :…..
Atropi Otot : ☒Tidak ya :…..
IV line : di tangan kanan IV cath 24G
ROM : Tidak ada kelainan
Lainnya : …..
(2) Ekstremitas bawah
Otot antar sisi kanan dan kiri : ☒ simetris asimetris
Jelas : ☒Tidak ya :…..
Deformitas : ☒Tidak ya :…..
Fraktur : ☒Tidak ya :…..
Atropi Otot : ☒Tidak ya :…..IV
line : terpasang di ….. ukuran …..
ROM : Tidak ada kelainan
Lainnya : …..
(3) Kesimpulan palpasi ekstremitas :

Edema : Uji kekuatan otot :

16
3. Data penunjang diagnostic
a. Pemeriksaan laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 12,7 12,0-15,0
Leukosit 9,390 4500-13,500
Eritrosit 4,63 4.00-5.40
Trombosit 315.000 150.000-450.000
Hematokrit 38,6 35.0-49,0

Kesimpulan : (cantumkan hasil laboratorium yang bermasalah dan disertai alasannya)


Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, Hemoglobin, Leukosit, Eritrosit,
Trombosit dan hematokrit pasien normal
b. Pemeriksaan radiologi :
Hasil pemeriksaan radiologi : (hasil interprestasi yang sudah dibaca Oleh dokter
radiologi)
Tidak ada pemeriksaan radiologi
c. Lain-lain : Tidak Ada pemeriksaan lain
Hasil Pemeriksaan …..
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4. Terapi saat ini : (terapi yang diberikan dokter penanggung jawab pasien Saat
pengkajian)
Asering 6 Tpm Kolf-1
5. Faktor penyulit : (data yang memungkinkan menjadi hambatan di pra, Intra, pasca anestesi)
Tidak ada faktor penyulit
6. Kesimpulan status fisik (ASA) :
ASA I Karena pasien tidak ada riwayat penyakit penyerta

7. Pertimbangan Anestesi
Teknik Anestesi : GA
Jenis Anestesi :GA
Indikasi: Eksisi tumor

17
II. ANALISIS DATA

D Masalah Kesehatan Anestesi


a (Etiologi sehingga timbul masalah)
t
a
DS: Pasien mengatakan adanya benjolan Faktor atau perubahan genetikan dalam sel
dipayudara kiri. Pasien mengatakan nyeri
pada payudara bawah
P: Pasien mengatakan nyeri pada payudara
kiri bawah
Q: Nyeri seperti perih dan sakit
R: Payudara kiri
Sel menjadi abnormal
S: Skala nyeri 5 (1-10)
T: Setiap kali tersentuh atau teraba

DO:
• Pasien tampak meringis Proliferasi sel sel maligna dalam payudara
• TD: 130/80mmHg
• HR: 105x/i
• RR: 25x/i
Tumor mamae

Mendesan sel syaraf

Intempri sel syaraf

MK: Nyeri

DS: Pasien mengatakan cemas akan Kurangnya pengetahuan tentang prosedur


operasi besok pembedahan

DO:
• TD: 130/80mmHg Perasaan takut dan tegang
• HR: 105x/i
• RR: 25x/i Stres psikologi
• Suhu 36,7 C
• Pasien tampak tegang dan gelisah
MK: Cemas

18
III. MASALAH KESEHATAN ANESTESI
1. Prioritas tinggi (mengancam nyawa)
2. Prioritas Sedang (Mengacam status Kesehatan)
3. Prioritas Rendah(Situas yang tidak berhubungan langsung prognosis dari
suatu penyakit yang secara spesifik)
Alasan prioritas:
1. Nyeri(Prioritas sedang) Karna dapat mengancam status Kesehatan jika
nyeri tidak mereda)
2. Cemas(Prioritas rendah) Karena tidak mengancam nyawa maupun status
Kesehatan, tetapi mempengaruhi kondisi kesiapan pasien sebelum operasi

19
MASALAH KESEHATAN RENCANA TINDAKAN TINDAKAN CATATAN PERKEMBANGAN TTD
WAKTU
Hari ke-1 (Rabu 14/02/2024) Tujuan: (Kamis, 15 Februari 2024)
(19.00) Setelah diberikan (09.00)
Pre OP ASKAN nyeri hilang atau S: Pasien mengatakan masih
berkurang. nyeri pada payudara kiri
MK: Nyeri bawah
Rencana tindakan: P: Pasien mengatakan nyeri pada
payudara kiri bawah
DS: 1. Atur posisi pasien Q: Nyeri seperti perih
Pasien mengatakan nyeri pada 2. Pasang 19.00 1. Mengatur posisi R: Payudara kiri
payudara kiri hemodinamik pasien S: Skala nyeri 5 (1-10)
T: Setiap kali tersentuh atau teraba
P: Pasien mengatakan nyeri 3. Monitor ttv 19.05 2. Memasang
pada payudara kiri bawah hemodinamik O: Pasien tampak meringis
4. Kaji tingkat nyeri 19.10 3. Memonitor ttv TD: 135/80mmHg
Q: Nyeri seperti perih
19.30 4. Mengkaji tingkat HR:86x/i
R: Payudara kiri 5. Observasi ekspresi nyeri RR:20x/i
S: Skala nyeri 5 (1-10) wajah 19.47 5. Mengobservasi Suhu:36,3 C
T: Setiap kali tersentuh atau 6. Ajarkan teknik ekspresi wajah
teraba relaksasi 19.52 6. Mengajarkan A: Masalah belum teratasi
7. Evaluasi keefektifan teknik relaksasi
DO: kontrol nyeri 20.00 7. Mengevaluasi P: Intervensi dilanjutkan
• Pasien tampak 8. Kolaborasi dalam keefektifan
meringis pemberian analgetik kontrol nyeri
I: Ajarkan pasien teknik
• TD: 130/80mm/Hg 8. Berkolaborasi
relaksasi napas dalam
dalam pemberian
• HR: 86x/i
analgetik
• RR:20x/i E:-Pasien merasa sedikit
• Suhu : 36,3 C lebih tenang
• Skala nyeri 5 -Nyeri masih dirasakan

R: dilanjutkan pembedahan
di kamar operasi

MK: Cemas Tujuan:


Setelah diberikan S: Pasien mengatakan
DS: Pasien mengatakan takut ASKAN selama fase pra sudah mulai tenang dan
akan operasi besok anestesi cemas hilang siap untuk operasi
atau berkurang.
DO: Pasien tampak tegang dan O: Pasien sudah tidak
gelisah 1. Identifikasi tanda 20.10 1. Mengidentifikasi terlihat gelisah dan tegang
TD: 130/80mmHg verbal tanda verbal TD: 130/70mmHg
HR: 86x/i 2. Identifikasi tingkat 20.15 2. Mengidentifikasi HR: 80x/i
RR:20x/i kecemasan tingkat RR: 18x/i
Suhu: 36,3 C 3. Identifikasi yang 20.19 kecemasan Suhu: 36,3 C
membuat cemas 3. Mengidentifikasi
4. Gunakan 20.25 yang membuat A: Maslah teratasi
pendekatan, tenang cemas
dan 4. Menggunakan P: Intervensi dihentikan
pendekatan,
5. Jelaskan prosedur 20.35 tenang dan
tindakan 5. Menjelaskan
6. Berikan teknik 20.40 prosedur
relaksasi tindakan
7. Kolaborasi 20.45 6. Memberikan
pemberian obat anti teknik relaksasi
cemas/ anti ansietas 7. Berkolaborasi
pemberian obat
anti cemas/ anti
ansietas

20
Hari ke-2 Tujuan: (Jum’at, 16 februari 2024)
(Kamis,15 Februari 2024) Setelah dilakukan (08.00)
(12.00) ASKAN nyeri hilang atau S: Pasien mengatakan nyeri
MK: Nyeri Akut (Post Op) berkurang. pada luka operasi sedikit
berkurang
DS: Pasien mengatakan nyeri Rencana tindakan: P: Nyeri luka operasi
pada luka operasi 1. Atur posisi pasien 12.00 1. Mengtur posisi Q: Seperti tersayat sayat
P: Nyeri luka operasi pasien R: Payudara kiri bagian
Q: Seperti tersayat sayat 2. Pasang 12.10 2. Memasang bawah
R: Payudara kiri bagian bawah hemodinamik hemodinamik S: 4
S: 5 ( sedang ) 3. Kaji tingkat nyeri 12.17 3. Mengkaji T: Terus menerut setelah
T: Terus menerus setelah tingkat nyeri operasi
operasi 4. Monitor ttv 12.25 4. Memonitor ttv
12.37 5. Mengajarkan O: Pasien tampak meringis
DO: Pasien tampak meringis teknik relaksasi TD: 130/70mmHg
TD: 135/70mmHg 5. Ajarkan teknik 12.42 6. Mengevaluasi HR: 80x/i
HR: 100x/i relaksasi keefektifan RR: 20x/i
RR:22x/i 6. Evaluasi keefektifan 12.50 kontrol nyeri Suhu: 36,7 C
Suhu: 36,7C kontrol nyeri 7. Berkolaborasi Skala nyeri 4
Skala nyeri 5 7. Kolaborasi dalam dalam
pemberian analgetik pemberian A: Masalah belum teratasi
analgetik
P: Intervensi dilanjutkan

I: -Mengatur posisi pasien


dengan posisi supin
-pemberian obat anti
nyeri(injeksi keterolac)

E:-pasien merasa nyaman


dengan pengaturan posisi
-nyeri berkurang setelah
injeksi obat anti nyeri
diberikan

R: Terapi lanjutan dan


pemulihan intensif
Hari ke-3 Tujuan: (Sabtu,17 Februari 2024)
(Jum’at, 16 Februari 2024) Setelah dilakukan (08.00)
(10.00) ASKAN nyeri hilang atau S: Pasien mengatakan nyeri
MK: Nyeri Akut (Post Op) berkurang. pada luka operasi sudah
DS: Pasien mengatakan nyeri mulai berkurang, sudah
pada luka operasi sudah mulai Rencana tindakan: bisa tidur semalam
berkurang 1. Atur posisi pasien 10.00 1. Mengtur posisi P: Nyeri luka operasi
P: Nyeri luka operasi pasien Q: Seperti tersayat sayat
Q: Seperti tersayat sayat 2. Pasang 10.10 2. Memasang R: Payudara kiri bagian
R: Payudara kiri bagian hemodinamik hemodinamik bawah
bawah 3. Kaji tingkat nyeri 10.15 3. Mengkaji tingkat S: 3
S: 4 ( sedang ) nyeri T: saat mencoba duduk
T: Terus menerus setelah 4. Monitor ttv 10.20 4. Memonitor ttv
operasi 5. Ajarkan teknik 10.25 5. Mengajarkan O: Pasien tampak tidak
relaksasi teknik relaksasi meringis lagi
DO: Pasien tampak meringis 6. Evaluasi keefektifan 10.35 6. Mengevaluasi TD: 127/80mmHg
TD: 130/70mmHg kontrol nyeri keefektifan HR: 80x/i
HR: 80x/i 7. Kolaborasi dalam kontrol nyeri RR: 22x/i
RR:20x/i pemberian obat 10.40 7. Berkolaborasi Suhu: 36,5 C
Suhu: 36,7C analgetik dalam pemberian Skala nyeri 3
Skala nyeri 4 analgetik

21
A: Masalah teratasi
sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

I:-Mengajarkan teknik
napas dalam
-memonitor secara berkala
ttv pasien

E:-pasien tampak lebih


tenang
-TTV pasien terpantau
normal

R: Pemulihan Internsif
dilanjutkan

Hari ke-4 Tujuan: (Sabtu, 17 februari 2024)


(Sabtu 17 februari 2024) Setelah dilakukan (16.00)
(13.00) ASKAN nyeri hilang atau S: Pasien mengatakan nyeri
MK: Nyeri Akut (Post Op) berkurang. pada luka operasi sudah
banyak berkurang
DS: Pasien mengatakan nyeri Rencana tindakan: P: Nyeri operasi
pada luka operasi sudah mulai 1. Atur posisi pasien 13.00 1. Mengtur posisi Q: Seperti tersayat sayat
berkurang pasien R: Payudara kiri bagian
P: Nyeri luka operasi 2. Pasang 13.05 2. Memasang bawah
Q: Seperti tersayat sayat hemodinamik hemodinamik S: 2
R: Payudara kiri bagian 3. Kaji tingkat nyeri 13. 10 3. Mengkaji T: saat mencoba berdiri
bawah tingkat nyeri
S: 3 4. Monitor ttv 13.15 4. Memonitor ttv O: Pasien sudah bisa/
T: Saat mencoba duduk 5. Ajarkan teknik 13. 20 5. Mengajarkan mampu melakukan
relaksasi teknik relaksasi relaksasi
DO: Pasien tampak tidak 6. Kolaborasi dalam 13.30 6. Berkolaborasi TD: 120/70mmHg
meringis pemberian obat dalam HR: 80x/i
TD: 127/70mmHg analgetik pemberian RR: 22x/i
HR: 80x/i analgetik Suhu: 36,5 C
RR:22x/i Skala nyeri 3
Suhu: 36,5C
Skala nyeri 4 A: Masalah teratasi

P: Intervensi
dihentikan(Pasien boleh
pulang)
- Terapi oral dilanjutkan
- Kontrol poli bedah
- Perawatan pasca
operasi

22
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1.Pengkajian
4.1.1. Subyektif
Data subyektif pada tinjauan kasus An. D dilihat dari pengkajian
didapatkan keluhan An. D yaitu dengan keluhan adanya benjolan di
payudara bagian kiri, terasa nyeri dan sakit apabila disentuh atau
diraba. Menurut penulis pada pengkajian kasus An. D keluhan yang
dirasakan diakibat kan adanya tumor mamae pada bagian kiri bawah
payudara pasien.
4.1.2. Objektif
Data objektif pada observasi tanda-tanda vital didapatkan bahwa An.
D mengalami nyeri dengan skala 2(1-10). Pemeriksaan tanda-tanda
vital pada An. D TD : 120/60 mmHg HR : 56 x/mnt RR : 20 x/mnt
S : 36,5 °C
4.2.Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang dialami An. D dari hasil pengkajian,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik menunjukkan masalah yang
dialami pasien adalah nyeri pada payudara kiri bawah, nyeri seperti perih
dan sakit, terasa apabila tersenruh atau teraba. Selain itu, menurut kelompok
pada pengkajian An. D masalah kesehatan yang dialami oleh An. D yaitu
cemas dikarenakan pasien tampak tegang dan gelisah dan pasien juga
mengatakan takut akan operasi besok.
4.3. Intervensi
Intervensi kepenataan yang diberikan kepada An. D untuk masalah
nyeri pada payudara kiri bawah meliputi mengatur posisi pasien, memasang
hemodinamik, monitor TTV, kaji tingkat nyeri, observasi ekspresi wajah,
ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi dengan dokter menengenai analgetic.
Untuk masalah cemas An. D intervensi kepenataan yang dilakukan meliputi
idendtifikasi tanda verbal dan non verbal kecemasan, identifikasi tingkat
kecemasan dan situasi yang membuat anxietas atau cemas, gunakan
pendekatan yang tenang dan meyakinkan, jelaskan prosedur tindakan,

23
berikan teknik farmakologi, dan kolaborasi pemberian obat anti cemas/anti
ansietas.
4.4.Implementasi
Implementasi intervensi yang dilakukan pada An. D telah sesuai
dengan yang ada di intervensi dan tidak terlalu memilki perbedaan yang
signifikan. Menurut teori Nursalam 2016 implementasi merupakan
pelaksanaan dari rencana kepenataan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
ditentukan seperti memonitoring TTV, mengkaji tingkat nyeri, mengajarkan
teknik relaksasi yaitu nafas dalam, memberi edukasi tindakan yang akan
dijalani, menginformasikan kondisi yang dialami An D, berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat analgetic.
4.5. Evaluasi
Evaluasi kepenataan pada An. D selama dirawat di ruangan bedah
RSUD M.ZEIN PAINAN didapatkan bahwa An. D mengalami nyeri
sebelumnya dengan skala nyeri 5 (1-10) setelah dilakukan implementasi
kepenataan pasien mengatakan nyeri pada payudara kiri bawah masih terasa
sama, untuk itu intervensi masih dilanjutkan dengan rencana tindak operasi
dikamar operasi, nyeri pada An. D berkurang pada hari pertama pasca
operasi dengan skala nyeri 5 (0-10). Setelah diberikan intervensi
kepenataan, pada hari kedua pasca operasi skala nyeri pada An. D berkurang
menjadi 4 (0-10). Pada hari ketiga pasca operasi skala nyeri pada An. D
berkurang menjadi 3 (0-10) setelah diberikan intervensi kepenataan. Pada
hari keempat pasca operasi setelah diberikan intervensi kepenataan
Intervensi dihentikan dan pasien dibolehkan pulang dengan anjuran terapi
oral dilanjutkan,Kontrol poli bedah sesuai hari yang dijadwalkan, dan
perawatan intensif pasca operasi. Sedangkan cemas pasien setelah
dilakukan implementasi kepenataan, cemas pada An. D hilang dan pasien
mengatakan sudah mulai tenang dan tidak terlihat gelisah untuk mengikuti
tindakan operasi.

24
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Tumor mamae didefinisikan sebagai benjolan payudara. Timbulnya
benjolan pada payudara dapat merupakan indikasi adanya jenis tumor/kanker
payudara. Namun untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan patologi .
Tumor Mamae adalah pertumbuhan sel-sel yang abnormal yang menggangu
pertumbuhan jaringan tubuh terutama pada jaringan sel epitel di mamae. Meski
pengetahuan menjadi semakin kompleks sampai sekarang penyebab Tumur Mamay
belum bisa dipastikan dengan tepat diperkirakan ada hal penentu yang dianggap
sebagai faktor penyebab tumore mamae yaitu : usia lanjut, ⁠jenis kelamin, ⁠usia
menopause, dan ⁠penggunaan kontrasepsi hormonal
Manifestasi klinis pada Tumur payudara adalah (astuti, 2018) benjolan pada
payudara, benjolan ini tidak menimbulkan rasa sakit penjualan mulai dari kecil
kemudian menjadi besar sewaktu waktu lalu menempel pada kulit atau biasanya
dapat menyebabkan perubahan kulit pada payudara atau puting payudara. ⁠Erosi
pada puting payudara, Terjadi penarika kedalam pada putting payudara atau retraksi
dan terjadi perubahan warna menjadi merah muda pada payudara. Pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan mammografi,pemeriksaan yang menggunakan sinar X
pada jaringan yang telah dikompresi pada payudara. Ultrasonografi (usg), untuk
tambahan pemeriksaan pada mammografi akurasinya makin meningkat menjadi
7,4%. Pemeriksaan sitologi, bagian dari tiga diagnosis pada Tumur payudara yang
teraba atau tidak teraba.

Komplikasi tumor mamae yaitu transmisi langsung, infiltrasi lokal pada


kulit yang menuntut hal tersebut mengakibatkan adanya kerutan ( ulserasi ),
⁠limfogen, pembuluh limfatik yang meresap ke dalam menyebabkan tanda klinis,
hematogen, bagian yang sering terkena meta Stasis yang motoin adalah pulmo dan
tulang ⁠transelomik. Akan terjadi penyebaran jika Tumor menyebar ke rongga dalam
tubuh, misal pada pleura, perietalis dan peritorium, ⁠implementasi tumor,
kontaminasi sel sel ganas dari Tumur bagian luka selama operasi diawal, bisa
menyebabkan pertumbuhan berkelanjutan hal tersebut berada di tempat bekas luka

25
yang muncul kembali, ⁠duktus atau saluran payudara, metode penyebaran ke puting
payudara dari lumen duktus penting untuk penyakit paget.

5.2 Saran

Melihat tingginya angka kejadian dan kematian kanker payudara yang ada
di Indonesia, maka SADARI penting dilakukan sebagai langkah awal dalam deteksi
dini kanker payudara. Tetapi, SADARI dianggap masih belum efektif karena masih
banyak wanita yang belum mengetahui bagaimana cara melakukannya. Oleh karena
itu, pendidikan kesehatan mengenai SADARI sangat tepat diberikan semenjak
wanita mencapai usia reproduksi. Melakukan SADARI secara rutin setiap satu
bulan sekali dapat mengurangi risiko kanker payudara jika ditangani sedini
mungkin.

26
DAFTAR PUSTAKA

Trihapsari, D., & Prabowo, J. (2022). Tumor Mammae Sinistra: Laporan Kasus.
Proceeding Book Call for Papers Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 836-844.

LAKSONO, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny E Dengan Karsinoma


Mamae Di Ruang Bougenvile Rsud Kota Yogyakarta (Doctoral dissertation,
poltekkes kemenkes yogyakarta).

Ilfa, A. (2021). ASUHAN KEPERAWTAN PADA Ny. M DENGAN DIAGNOSA


TUMOR MAMMAE DEXTRA POST LUMPEKTOMI HARI KE 0 DI
RUANG BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung).

Lismayanti, L., Gandiny, E. D., Fitriani, A., & Srinayanti, Y. (2022). Teknik
Relaksasi untuk Menurunkan Kecemasan pada Pasien Pre-post Operasi
Tumor Mammae Sinistra. INDOGENIUS, 1(2), 58-66.

27

Anda mungkin juga menyukai