Anda di halaman 1dari 45

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENERAPAN GUIDE IMAGERY TERHADAP


PERUBAHAN SKALA

NYERI PADA PASIEN POST OPERASI KANKER PAYUDARA

NURUL HIDAYANTI

202101034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIAMAKASSAR

TAHUN 2024

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal oleh NURUL HIDAYANTI NIM 202101034 dengan judul


“Penerapan Guided Imagery Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Kanker Payudara” telah diperiksa dan disetujui
dilakukan penelitian.

Makassar, Januari 2024

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ns. Aulia Insani Latif, S.Kep., M.Kep. Ns. Dwi Esti Handayani, S.Kep.,M. Kep

NIDN. 0930069302 NIDN. 0924049004

Mengetahui
Ketua Program Studi D III Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar

Ns. Nurun Salaman Alhidayat, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0903098803

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat


rahmat- Nya, telah memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Penerapan Terapi
Penerapan Guided Imagery terhadap skala nyeri pasien post op Kanker
payudara” yang telah disetujui sebagai salah satu syarat dalam
menempuh ujian akhir program studi Diploma III Keperawatan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti menyadari
bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
peneliti sangat bersyukur kepada ALLAH SWT yang dengan izinnya
memberi saya kesempatan untuk bisa sampai pada tahap ini dan peneliti
juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Kolonel Ckm dr. Masri sihombi, Sp.OT(k)Hip&knee.,M.Kes selaku
Kepala Kesehatan Daerah Militer XIV/Hasanuddin dan selaku Ketua
Pengawas Yayasan Wahana Bhakti Karya Husada yang telah
mendukung semua program Pendidikan.
2. Kolonel dr. Krisna Murti, Sp.BS selaku Karumkit Rumah Sakit TK. II
Pelamonia Makassar.
3. Mayor CKM (K) Dr. Ruqaiyah, S.ST., M.Kes., M.Keb. selaku Rektor
Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia.
4. Asyima, S.ST., M.Kes., M.Keb. selaku Wakil Rektor I Institu Ilmu
Kesehatan Pelamonia.
5. Kapten Ckm (K) Ns. Fauziah Botutihe, S.K.M., S.Kep., M.Kes. selaku
Wakil Rektor II Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia juga sebagai
pembimbing I yang dalam kesibukan sehari-hari masih dapat
menyempatkan diri untuk mengarahkan dalam penelitian ini.
6. Ns. Nurun Salaman, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Program Studi
Prodi D III Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia.

3
7. Ns. Aulia Insani Latif, S.Kep., M.Kep. selaku Pembimbing I yang
dalam kesibukan sehari-hari masih dapat menyempatkan diri untuk
mengarahkan dalam penelitian ini.
8. Ns. Dwi Esti Handayani, S.Kep.,M. Kep. selaku Pembimbing II yang
dalam kesibukan sehari-hari masih dapat menyempatkan diri untuk
mengarahkan dalam penelitian ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan
Pelamonia yang rela mengorbankan waktunya dan telah mengabdikan
seluruh hidupnya untuk mendidik dan membimbing mahasiswa.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua saya tercinta, bapak dan ibu,
kakak dan semua keluarga yang selalu memberikan dukungan dan
do’a restunya kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
11. Bapak Organik dan teman-teman Departemen Bedah yang selama ini
selalu bersedia berbagi motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini, serta seluruh teman Garuda XVI (angkatan 2021) yang tidak
bisa peneliti sebutkan satu persatu namanya, dan tetap optimis dan
semangat untuk meraih gelar Amd. Kep.
Akhir kata semoga segala bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada kami menjadi amal ibadah kebaikan dan semoga
Karya Tulis Ilmiah kami dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai
pedoman bagi rekan-rekan perawat sehingga menjadi profesionalisme
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya bagi kami
sebagi peneliti.

Makassar,

Penulis

4
DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................. iii

DAFTAR ISI.............................................................................................. v

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.........................................................................
C. Tujuan............................................................................................
D. Manfaat..........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................

A. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan


Kenyamanan (Nyeri)......................................................................
1.Pengkajian..................................................................................
2.Diagnosa Keperawatan...............................................................
3.Intervensi....................................................................................
4.Implementasi...............................................................................
5.Evaluasi......................................................................................

B. Penerapan Guided Imagery Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada


Pasien Post Operasi Kanker Payudara....................................................

1. Konsep Kanker Payudara..............................................................


2. Standar Operasional Prosedur (SPO) Terapi Penerapan Guided
Imagery Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Kanker Payudara..............................................................
3. Hasil Penelitian Sebelumnya.........................................................

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................

5
A. Jenis rancangan Penelitian.......................................................
B. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................
C. Subjek Studi Kasus...................................................................
D. Fokus Studi Kasus....................................................................
E. Defesiensi Operasional.............................................................
F. Instrumen Dan Pengumpulan Data..........................................
G. Penyajian Data.........................................................................
H. Studi Kasus..............................................................................

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan keganasan jaringan payudara


yang berasal dari sel payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa
terkendali, kemudian menyebar ke jaringan dekat payudara atau
bagian tubuh lainnya dan merupakan salah sat jenis kanker yang
paling banyak terjadi di Indonesia Dzulhidayat, (2022)

Ca mamae atau kanker payudara merupakan tumor ganas


pada payudara yang menginvasi daerah sekitar payudara dan
menyebar keseluruh tubuh. Kanker payudara secara global
menyebabkan angka kematian tertinggi pada wanita dan
epidemiologinya menyebar merata tanpa terkendali,prevelensi angka
kejadian kanker payudara cukup tinggi mulai dari luar negeri sampai
dalam negeri Yanti, (2022)

Menurut WHO, (2019) sekitar 8-9% wanita berpotensi akan


mengalami kanker payudara. Di Indonesia, Kanker payudara berada
di urutan pertama dengan kejadian kanker payudara sebanyak 42,1
per 100.000 jiwa dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 jiwa
(WHO, 2019).

Secara global kanker terus meningkat sebagian besar karena


penuaan dan pertumbuhan populasi dunia. Berdasarkan perkiraan
GLOBOCAN (Global Burden Cancer) 2018, Sekitar 12,7 juta kasus
kanker dan 7,6 juta kematian akibat kanker di perkirakan terjadi pada
tahun 2018 dari jumlah tersebut, 56% kasus dan 64% kematian terjadi
di negara berkembang. Secara ekonomi dapat terhitung 23% dari total
kasus kanker dan 14% darikematian akibat kanker . Sebanyak 24%
dari semua kanker payudara di diagnosis di wilayah Asia-Pasifik

7
(Sekitar 2 404.000 kasus pada tingkt 30 per 100.000), dengan jumlah
terbesar dari yang terjadi di China (46%), Jepang (14%), dan
Indonesia (12%). Asia Tenggara menduduki tingat ke empat pada
kasus ini. Indonesia menempati urutan ke tiga di Asia Tenggara
dengan jumlah kasus kanker payudara sebanyak 19.750 (NKLC Putri,
2020)

Prevelensi pada penyakit kanker yang merupakan urutan ke 6


dari pola penyakit Nasional yang menjadi kematian nomr tujuh dengan
presentasu 5,7%. Di Sulawesi Selatan Prevalensi kanker 4,78, Di
bawa angka rata-rata Nasional 5,03 permil, Tetapi lebih tinggi di
bandigkan dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.
Kanker payudara di capai mempengaruhi kualitas hidup penduduk di
Negara dengan maju, dengan semakin meningkat kemajuan dalam
hal skrining dan pengobatan, survival rate 3 KPD telah meningkat
secara perlahan ke tahap 85% di Negara berkembang masih berkisar
50% (Panti et al., 2018)

Deteksi dini merupaka langkah awal dalam memeriksa


payudara sendiri terhadap kemungkinan terkena kanker payudara,
Bila hasil deteksi dini ini di lanjutkan dengan pemeriksaan payudara
klinis maka dapat menurunkan 50% presentase terjadinya kanker
stadium lanjut. Deteksi dini kanker payudara sendiri (SADARI),
Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) dan Mammografi SADARI
sangat di anjurkan, karena penemuan 86% benjolan di payudara di
temukan oleh pendrita sendiri, selain itu juga merupakan cara yang
paling murah dan mudah di lakukan oleh wanita usia subur (Asyima
Arifuddin & Basuki Rahmat MS, 2021)

Nyeri sering terjadi pada pasien kanker,terutama pada stadium


lanjut dimana prevalensinya di perkirakan lebih dari 70% berkontribusi
pada kesehatan fisik dan emosionalnya. Nyeri pada kanker payudara
yang menganggu dapat di sebabkan karena kondisi fisik dan non fisik

8
sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan rasa nyaman dan
gangguan aktivitas . Nyeri yang di rasakan pada ca mamae biasanya
berupa nyeri akut maupun nyeri kronis. Kondisi tersebut
membutuhkan tindakan mastektomi, namun sebagian besar kanker
payudara dapat di obati dengan prosedur ”Lumpektomi” atau
Mastektomo parsial, di mana hanya tumor yang di angkat dari
payudara (Yanti, 2022).

Guided Imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan


tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang
menyenangka. Khayalan tersebut memungkinkan klien memasuki
keadaan atau pengalaman relaksasi. Teknik ini di mulai dengan
proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk
perlahan menutup mata dan focus, pada nafas mereka, klien di
dorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran
dengan bayangan untuk damai dan tenang (Amelia et al., 2020)

Menurut hasil penelitian Rosida & Warti Ningsih, (2020)


mengatakan Guided Imagery merupakan sebuah teknik yang
menggunakan Imajinasi dan Visualisasi untuk membantu mengurangi
stress dan mendoron relaksasi. Teknik ini akan berhasil jika pasien
mengikuti arahan dari perawat. Guided Imagery di lakukan dengan
kisaran waktu 15-20 menit selama 3 hari dan dapat di gabungkan
dengan terapi non farmakologi lainnya. Manajemen Guided Imagery
juga dapat di lakuka bersamaan dengan kolaborasi pemberian obat
analgetic untuk mengurangi nyeri tingkat ringan hingga sedang.
Pemberian asuhan keperawatan perawat dapat melakukan teknik
Guided Imagery untuk mengurangi rasa nyeri yang di rasakan pasien
(Putri et al., 2020)

9
B. Rumusan masalah
Bagaimana gambaran penerapan Guided Imagery teradap skala
nyeri pada pasien kanker payudara?
C. Tujuan
Memberikan gambaran penerapan Guided Imagery terhadap skala
nyeri pada pasien kanker payudara
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memberikan Informasi kepada Masyarakat tentang manfaat
Guided Imagery terhadap skala nyeri pada pasien kanker
payudara
2. Baghai PengembanganIlmu Pengetahuandan teknologi di bidang
Kesehatan/keperawatan
Menambah ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan/keperawatan dalam meningkatkan penerapan Guided
Imagery terhadap skala nyeri pada pasien kanker payudara
3. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian di
Rumah sakit,tentang penerapan Guided Imagery terhadap skala
nyeri pada pasien kanker payudara .

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagguan Kebutuhan


Kenyamanan (Nyeri)
1. Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual dan tepat dibutuhkan untuk
menetapkan data dasar, menegakkan diagnosis keperawatan
yang tepat, menyeleksi terapi yang cocok, dan mengevaluasi
respon pasien terhadap terapi (Sulistyo Andarmoyo, 2020).
a. Identitas Pasien
Pengkajian identitas pasien meliputi nama inisial, umur, jenis
kelamin, agama, pekerjaan, alamat, suku bangsa, tanggal
masuk di rumah sakit, cara masuk, keluhan utama, alasan
dirawat dan diagnose medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien biasanya megeluh nyeri pada Payudara.
Keluhan utama yng dirasakan oleh pasien setelah
pembedahan yaitu nyeri.
Keluhan utama klien akan yang mendapatkan nyeri
yang di sekitar payudara atau terasa kencang pada
payudara , timbul keluhan nyeri pada payudara mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di payudara
dirasakan dalam beberapa waktu lalu, sifat keluhan nyeri
di rasakan terus menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama.
Pengkajian karakteristik nyeri bisa menggunakan
pendekatan analisis syimptom, komponen pengkajian
symptom meliputi :

11
a) P (paliatif/provokatif) yang menyebabkan imbulnya
masalah. Apakah yang menyebabkan gejala? Apa
saja yang dapat mengurangi dan memperberatnya?.
b) Q (quality dan quantity) kuantitas dan kualitas
nyeri.Bagaimana gejala (nyeri) dirasakan, sejauh
anda merasakan sekarang?.
c) R (Ragion) lokasi nyeri. Dimana gejala dirasakan?
Apakah
menyebar?.
d) S (severity) eparahan. Seberapa keparahan
dirasakan (nyeri) dengan skala berapa? (0-10).
e) T (Timing) waktu. Kapan gejala mulai timbul?
Seberapa sering gejala dirasakan? Apakah tiba-tiba
atau bertahap?.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien akan mendapatkan nyeri pada payudara
menjalar ke bagian payudara . Timbul keluhan nyeri
payudara mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri
di payudara di rasakan dalam beberapa waktu yang
lama. Keluhan yang menyertai biasanya mengeluh rasa
mual dan muntah
Riwasat kesehatan masa lalu biasanya berhubugan
dengan masalah kesehatan klien sekarang pemeriksaan
fisik keadaan umum klien tampak rasa sakit
ringan/sedang /berat. Berat badan sebagai indikator
untuk menentukan pemberian obat. Nyeri sekitar
payudara, yang meningkat berat dan terlokalisi pada titik
Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk,
atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan posisi duduk tegak,
Keamanan demam, biasanya rendah. Data psikologis

12
klien tampak gelisah. Ada perubahan denyut nadi dan
pernapasan, ada perasaan takut, penampilan yang tidak
tenang.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan
pasien sekarang. Pengalaman penyakit sebelumnya,
apakah memberi pengaruh kepada pasien yang diderita
sekarang serta apakah pernah mengalami perbedaannya
sebelumnya.
Riwayat kesehatan masa lalu terbagi menjadi 4
(empat) :
a) Sakit sebelumnya
Pertanyaan-pertanyaan biasanya mencakup
demam, diabetes, dan tuberculosis, namun pada
sebagian besar pasien lebih relevan bila ditanyakan
tentang adanya penyakit jantung, paru, pencernaan,
sistem perkemihan atau saraf (penyakit saraf
bermanfaat pada kaitannya dengan gangguan
neurologis dan mental).
b) Pengobatan sebelumnya
Perincian mengenai operasi, perawatan rumah
sakit atau kecelakaan yang dalam sebelumnya harus
di ketahui.
c) Obat-obatan sebelumnya
Tanyakan tentang obat-obatan yang sedang di
minum, termasuk obat yang di beli sendiri, dan
kemudian memastikan kebenarannya apakah mereka
sedang minum obat-obat tersebut.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya
yang menderita sakit yang seperti menderita kanker

13
payudara, dikaji pula mengenai adanya penyakit
keturunan atau memulai keluarga.
Tanyakan kepada pasien apakah mereka masih
sendiri, sudah menikah, berpisah, atau bercerai, hal
tersebut dapat relevan jika ditanyakan kapan dan
mengapa. Tanyakan juga apakah mereka sudah
mempunyai anak. Pendekatan yang bijaksana pada
pasien wanita adalah dengan menanyakan jumlah
kehamilan yang sudah pernah di alami.
5) Pola fungsi kesehatan yaitu sebagai berikut
a) Pola persepsi dan penanganan penyakit pada khusus
Kanker Payudara biasanya timbul kecemasan akan
kondisinya saat ini dan tindakan dilakukannya
operasi.
b) Pola nutrisi metabolisme pasien yang mengalami
kanker payudara akan terganggu pola nutrisinya
nafsu makan menjadi kurang sehingga
mengakibatkan penurunan berat badan. Selain itu di
sertai mual dan muntah pada pasien akan
mengakibatkan kurangnya cairan dan elektrolit.
c) Pola eliminasi proses eliminasii biasanya akan
mengalami konsitipasi karena terjadinya fecalith. Pola
ini menggambarkan karakteristik atau masalah saat
BAK/BAB sebelum dan saat[ di rawat RS serta
adanya penggunaan alat bantu eliminasi saat pasien
di rawat di RS. Hal yang perlu di kaji yaitu konsistensi,
warna, frekuensi, bau feses, sedangkan pada
eliminasi urine dikaji kepekatan, warna, bau,
frekuensi, serta jumlah.

14
d) Pola aktivitas dan latihan pasien akan mengalami
gangguan selama beraktivitas, disebabkan nyeri
semakin buruk ketika bergerak.
e) Pola tidur dan istirahat semua pasien Kanker
Payudara akan merasa nyeri dan susah untuk
bergerak karena dapat memperburuk nyeri, sehingga
mengganggu pola dan kebutuhan istirahat tidur, serta
penggunaan obat.
f) Pola kognitif dan persepsi biasanya pada pasien
Kanker Payudara tidak mengalami gangguan pada
pola kognitif dan persepsi. Namun perlu juga untuk
berpengaruh terhadap pola kognitif dan persepsinya.
g) Pola persepsi dan konsep diri pola persepsi dan
konsep diri menggambarkan persepsi saat di rawat di
RS. Pola ini mengkaji kekuatan, kecemasan, dan
penilaian terhadap diri sendiri serta dampak sakit
terhadap diri pasien. Emosi pasien biasanya tidak
stabil karena pasien merasa cemas saat mengetahui
harus di lakukan tindakan operasi.
h) Pola peran dan hubungan pasien dengan Kanker
Payudara biasanya tidak mengalami gangguan dalam
peran dan hubungan sosial, akan tetapi harus di
bandingkan peran dan hubungan pasien sebelum
sakit dan saat sakit.
i) Pola koping dan toleransi stress secara umum pasien
dengan Kanker Payudara tidak mengalami
penyimpanan koping dan toleransi stress.
c. Riwayat kebutuhan kenyaman
1) Apakah pernah menderita penyakit atau trauma yang
mengakibatkan nyeri

15
2) Apakah pernah menderita penyakit yang mengakibatkan
nyeri
3) Pernahkah mengalami gangguan perubahan suhu badan
4) Apakah pernah mengalami, sehubungan dengan
penyakit
5) Apaka pernah mengalami penyakit berhubungan dengan
pencernaan
6) Apakah pernah mengalami perut kembung
7) Apakah yang di lakukan klien untuk mengurangi nyerinya
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan lengkap dan
menyeluruh yaitu :
1) Keadaan umum
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu
3) Pemeriksaan berat badan dan tinggi badanKepala :
Normal, tidak ada nyeri tekan
4) Mata Inspeksi : mata simetris, refleks cahaya baik,
konjungtiva biasanya anemis, sklera tidak ikteris, dan
ukuran pupil isokor.
Palpasi : tidak ada edema di palpebra.
5) Hidung Inspeksi : tidak ada sekret dan nampak bersih.
Palpasi : tidak adanya benjolan atau massa pada hidung.
6) Telinga Inspeksi : simetris kedua telinga, tidak ada
pengeluaran darah atau cairan dari telinga.
Palpasi : tidak adanya edema dibagian telinga
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yaitu penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas
pada masalah kesehatan atau pada proses kehidupan (PPNI,
2016).

16
a. Gangguan Rasa Nyaman
1) Definisi
Perasaan kurang senang,lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospritual, lingkungan dan sosial.

2) Penyebab
a) Gejala penyakit
b) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
c) Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya: dukungan
finansial, sosial dan pengetahuan)
d) Kurangnya privasi
e) Gangguan stimulus lingkungan
f) Efek samping terapi (misalnya: medikasi, radiasi,
kemoterapi)
g) Gangguan adaptasi kehamilan
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeluh tidak nyaman
Objektif
a) Gelisah
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Mengeluh sulit tidur
b) Tidak mampu rileks
c) Mengeluh kedinginan/kepanasan
d) Merasa gatal
e) Mengeluh mual
f) Mengelih lelah
Objektif
a) Menunjukkan gejala distres
b) Tampak meringih/menangis

17
c) Pola eliminasi berubah
d) Postur tubuh berubah
e) Intabilitas

b. Nausea
1) Definisi
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorokan atau lambung yang dapat mengakibatkan
muntah.
2) Penyebab
a) Gangguan biokimiawi (misalnya: uremia, ketoasidosis,
diabetik)
b) Gangguan pada esofagus
c) Distensi lambung
d) Iritasi lambung
e) Gangguan pankreas
f) Peregangan kapsul limpah
g) Tumor terlokalisasi (misalnya: neuroma akustik, tumor
otak primer atau sekunder, metastasis tulang didasar
tengkorak)
h) Peningkatan tekanan intraabdominal (misalnya:
keganasan intraabdomen)
i) Peningkatan tekanan intrakranial
j) Peningkatan tekanan intraorbital (misalnya:
glaukoma)
k) Mabuk perjalanan
l) Kehamilan
m) Aroma tidak sedap
n) Rasa makanan/minuman yang tidak enak
o) Stimulus penglihatan tidak menyenangkan

18
p) Faktor psikologis (misalnya: kecemasan, ketakutan,
stres)
q) Efek agen farmakologis
r) Efek toksin

3) Gejala dan tanda mayor


Subjektif
a) Mengeluh mual
b) Merasa ingin muntah
c) Tidak berminat makan
Objektif
(tidak tersedia)
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Merasa asam di mulut
b) Sensasi panas/dingin
c) Sering menelan
Objektif
a) Saliva meningkat
b) Pucat
c) Diaforesis
d) Takikardi
e) Pupil dilatasi
c. Nyeri Akut
1) Definisi
Nyeri akut yaitu pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.

19
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologis (misalnya: inflamasi,
iskemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (misalnya: terbakar, bahan
kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (misalnya: abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Mengeluh nyeri
Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (misalnya: waspada, posisi
menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis

20
3. Intervensi
Menurut (PPNI, 2018) Intervensi keperawatan
merupakan segalah bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klien untuk
mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan Kesehatan
klien individu, keluarga dan komunitas. Beberapa di antaranya
diuraikan dalam pasal 30 undang no. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan bahwa dalam menjalankan tugas sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat berwanang merencanakan
rujukan, memberikan tindakan keperawatan. Memberikan
rujukan memberikan gawat darurat, pemberian obat bebas dan
bebas terbatas, mengelola kasus dan melakukan
penatalaksanaan intervensi komplementer dan alternatif.
a. Gangguan Rasa Nyaman - Terapi Relaksasi
1) Definisi
Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi
tanda dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri,
ketegangan otot atau kecemasan.
2) Tujuan
Gangguan rasa nyaman teratasi dengan kriteria hasil
(PPNI, 2018)
a) Rileks meningkat (1-5)
b) Keluhan tidak nyaman menurun (1-5)
c) Gelisah menurun (1-5)
d) Keluhan sulit tidur menurun (1-5)
e) Keluhan kedinginan menurun (1-5)
f) Keluhan kepanasan menurun (1-5)
g) Gatal menurun (1-5)

21
h) Mual menurun (1-5)
3) Tindakan
Observasi
a) Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan kognitif
b) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
c) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
d) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
e) Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
a) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
b) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksas
c) Gunakan pakaian longgar
d) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
dan berirama
e) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang denga
analgesik atau tindakan medis lain
Edukasi
a) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (misalnya: musik, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresif)
b) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
c) Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
d) Anjurkan rileks yang merasakan sensasi relaksasi

22
e) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yan
dipilih
f) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (misalnya:
napas dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing).
b. Nausea – Manajemen Mual
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola perasaan tidak enak
pada
bagian tenggorok atau lambung yang dapat
menyebabkan
muntah.

2) Tujuan
Nausea teratasi dengan kriteria hasil :
a) Nafsu makan meningkat (1-5)
b) Keluhan mual menurun (1-5)
c) Perasaan ingin muntah menurun (1-5)
d) Perasaan asam di mulut menurun (1-5)
e) Sensasi panas menurun (1-5)
f) Sensasi dingin menurun (1-5)
g) Frekuensi menelan menurun (1-5)
h) Diaforesis menurun (1-5)
i) Jumlah saliva menurun (1-5)
j) Pucat membaik (1-5)
k) Takikardia membaik (1-5)
3) Tindakan
Observasi
a) dentifikasi pengalaman mual
b) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
(misalnya: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung
jawab peran, dan tidur)

23
c) Identifikasi faktor penyebab mual (misalnya:
pengobatan dan prosedur)
d) Monitor mual (misalnya: frekuensi, durasi dan tingkat
keparahan)
e) Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
a) Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
(misalnya: bau tak sedap, suara dan rangsangan
visual yang tidak menyenangkan)
b) Kurangi atau hilangkan penyebab keadaan mual
(misalnya: kecemasan, ketakutan, kelelahan)
c) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
d) Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau
dan tidak berwarna
Edukasi
a) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
b) Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika
merangsang mual
c) Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
d) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk
mengatasi mual (misalnya: hipnosis, relaksasi, terapi
musik, akupresur)
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antlematik, jika perlu
c. Nyeri Akut – Manajemen Nyeri
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau

24
lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
2) Tujuan
Nyeri akut menurun dengan kriteria hasil:
a) Keluhan nyeri menurun (1-5)
b) Meringis menurun (1-5)
c) Gelisah menurun (1-5)
d) Kesulitan tidur menurun (1-5)
e) Frekuensi nadi membaik (1-5)
f) Pola tidur membaik (1-5)
3) Tindakan
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identitas faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (misalnya: TENS, hipnosis, akupresur,
terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
dzikir, terapi bermain)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(misalnya: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan nyeri
b) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

25
c) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
d) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik. Jika perlu
4. Implementasi
Implementasi merupakan melakukan atau menyelesaikan
suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan
sebelumnya. Terdapat berbagai tindakan yang bisa dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri. Implementasi lebih ditunjukan
pada (Sulistyo Andarmoyo, 2020):
a. Upaya perawatan dalam meningkatkan kenyamanan
b. Upaya pemberian informasi yang akurat
c. Upaya mempertahankan kesejahteraan
d. Upaya tindakan peredaan nyeri non farmakologis
e. Pemberian terapi farmakologis
5. Evaluasi
Menurut (Sulistyo Andarmoyo, 2020), evaluasi keperawatan
terhadap pasien dengan masalah dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsang nyeri, di antaranya:
a. Pasien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri
b. Mendapat pemahaman yang akurat mengenai nyeri`
c. Mampu mempertahankan kesejahteraan dan meningkatkan
kemampuan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki
d. Mampu menggunakan tindakan-tindakan peredaan nyeri non
farmakologis
e. Mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri

26
A. Penerapan prosedur penerapan efektifitas guided imagery terhadap
nyeri pasien kanker payudara.
1. Konsep Kanker Payudara
a) Pengertian

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh


di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai bertumbuh
di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak
maupun jaringan ikat pada payudara. Menurut (Ariana,
2016)

Berikut beberapa jenis kanker payudaradiantaranya,

1) Karsinoma in situ: merupakan kanker dini yang belum


menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya.
2) Karsinoma duktal: Karsinoma ini berasal dari sel-sel
yang melapisi saluran yang menuju ke puting payudara.
Sebagian besar kanker payudara merupakan karsinoma
duktal. Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah
masa menopause. Kanker ini dapat teraba dan pada
pemeriksaan mammogram, tampak timbul bintik-bintik
kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini
biasanya 9 terbatas pada daerah tertentu di payudara
dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui
pembedahan. Sekitar 25-35% penderita karsinoma
duktal akan menderita kanker invasif (biasanya pada
payudara yang sama).
a. Karsinoma lobuler : Karsinoma ini mulai bertumbuh
di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah
wanita menopause. Kanker ini tidak dapat terlihat

27
maksimal pada mammogram. Sekitar 25-30%
penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan
menderita kanker invasif (terjadi pada payudara
yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua
payudara).
b. Kanker invasif : Kanker yang telah menyebar serta
merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas
pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke
bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker
payudara invasif adalah kanker duktal dan 10%
adalah kanker lobuler.
c. Karsinoma meduler dan Karsinoma tubuler : Kanker
ini berasal dari kelenjar susu pada payudara.
b) Etiologi

Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker


payudara, sebaliknya serangkaian factor genetic, hormonal
dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang
terjadinya kanker ini. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun
untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone
steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam
pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesterone
mengalami perubahan dalam lingkungan seluler). (Laborda,
2010)

Factor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut


Brunner & Sudarth, 2015:

1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko


mengalami kanker payudara sebelahnya meningkat
hampir 1% setiap tahun.
2. Anak perempuan atau saudara perempuan
(hubungan keluarga langsung) dari wanita dengan

28
kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika
ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun,
risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara
terjadi pada dua orang saudara langsung.
3. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat
pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum
usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak
pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama
setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali lipat
untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan
wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada
usia 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia
50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami
kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang
telah menjalani ooferoktomi bilateral sebelum usia 35
tahun mempunyai risiko sepertiganya.
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang
mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara, wanita dengan
hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat
untuk mengalami penyakit ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa
pubertas dan sebelum usia 30 tahun berisiko hampir
dua kali lipat.
8. Obesitas-risiko terendah diantara wanita
pascamenopause. Bagaimanapun, wanita gemuk
yang didiaganosa penyakit ini mempunyai angka

29
kematian lebih tinggi yang paling sering berhubungan
dengan diagnosis yang lambat.
9. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini
menurun dengan cepat setelah penghentian
medikasi.
10. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia
lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan
menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10
sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan
risiko. Sementara penambahan progesterone
terhadap penggantian estrogen meningkatkan
insidens kanker endometrium, hal ini tidak
menurunkan kanker payudara
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko
ditemukan pada wanita yang mengonsumsi bahkan
dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di Negara
dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur
misal Prancis dan Itali, angkanya sedikit lebih tinggi.
Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita
muda yang minum alkohol lebih rentan untuk
mengalami kanker payudara pada tahun-tahun
terakhirnya. Beberapa factor risiko seperti usia dan
ras, tidak dapat diganggu gugat. Namun, beberapa
risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan
dengan lingkungan dan perilaku. Seperti kebiasaan
merokok, minum alkohol dan pengaturan pola makan.
Risiko seorang wanita menderita kanker payudara
dapat berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri,
dkk.,2015).

30
c) Patifisiologis

Kanker payudara biasanya terjadi karena adanya


interaksi antara faktor lingkungan dan genetik. Jalur
PI3K/AKT dan jalur RAS/MEK/ERK merupakan jalur yang
memproteksi sel normal dari bunuh diri sel (Kabel & Baali,
2015). Ketika gen yang mengkode jalur perlindungan ini
bermutasi, selsel menjadi tidak mampu melakukan bunuh
diri ketika mereka tidak lagi diperlukan, yang kemudian
dapat mengarah pada perkembangan kanker.Mutasi ini
terbukti secara eksperimental terkait dengan adanya
paparan estrogen. Hal itu menunjukkan bahwa kelainan
dalam sinyal faktor pertumbuhan dapat memfasilitasi
pertumbuhan sel ganas. Ekspresi berlebihan jaringan
adiposa payudara leptinin menyebabkan peningkatan
proliferasi sel dan kanker. Kecenderungan keluarga untuk
mengembangkan kanker payudara disebut sindrom kanker
payudara-ovarium herediter. Beberapa mutasi yang terkait
dengan kanker, seperti p53, BRCA1 dan BRCA2, terjadi
dalam mekanisme untuk memperbaiki kesalahan dalam
DNA (errors in DNA) yang menyebabkan pembelahan yang
tidak terkontrol, kurangnya perlekatan, dan metastasis ke
organ yang jauh. Mutasi yang diwariskan pada gen BRCA1
atau BRCA2 dapat mengganggu perbaikan ikatan silang
DNA dan pemutusan untai ganda DNA. GATA-3 secara
langsung mengontrol ekspresi reseptor estrogen (ER) dan
gen lain yang terkait dengan diferensiasi epitel. Hilangnya
GATA-3 menyebabkan penghambatan diferensiasi dan
prognosis yang buruk karena peningkatan invasi sel kanker
dan metastasis jauh (Antoro & Amatiria, 2018)

31
d) Manifestasi klinis

Manifestasi awal berupa munculnya benjolan pada


jaringan payudara., penebalan yang berbeda dari jaringan
payudara lainnya, ukuran satu payudara menjadi lebih
besar atau lebih rendah dari payudara lainnya, perubahan
posisi atau bentuk puting susu, lekukan pada kulit
payudara, perubahan pada putting (seperti adanya retraksi,
sekresi cairan yang tidak biasa, ruam di sekitar area
putting), rasa sakit yang konstan di bagian payudara atau
ketiak, dan pembengkakan di bawah ketiak. Terkadang
kanker payudara dapat muncul sebagai penyakit
metastasis. Tipe ca mammae metastasis memiliki gejala
yang berbeda-beda, tergantung pada organ yang terkena
metastasis tersebut. (Yelvita, 2022)

Organ-organ yang umumnya terkena metastasis ca


mammae ialah tulang, hati, paruparu dan otak. Gejalanya
tergantung pada lokasi metastasis, selain itu disertai
dengan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan, demam, menggigil, nyeri tulang, sakit kuning
atau gejala neurologis (Yelvita, 2022)

e) Penatalaksanaan Medis

Menurut Wijaya dan Putri (2013) ada 2 macam yaitu


kuratif (pembedahan). Penanganan kuratif dengan
pembedahan secara mastektomi parsial, mastektomi total,
mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan
penyebaran kanker. Penanganan non pembedahan dengan
penyinaran, kemoterapi dan terapi hormonal.

32
1. Terapi kuratif

Untuk kanker mamae stadium 0, I, II, III

1) Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi,


alternative tomoorektomi+ diseksi aksila.
2) Terapi ajuvan
a) Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads.
b) Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF
c) Hormone terapi untuk paca menopause
dengan tamoksifen untuk 1-2 tahun.
c) Terapi paliatif 23
a. Terapi utama
1) Pra menopause, bilateral ovariedektomi
2) Pasca menopause: hormone reseptor positif (takmosifen)
dan hormone reseptor negative (kemoterapi dengan CMF
atau CAF).
b. Terapi ajuva
1. Operable (mastektomi simple)
2. Inoperable (radioterapi) Kanker mamae inoperative a. Tumor
melekat pada dinding thoraks
b.Udema lengan.
c. Nodul satelit yang luas
Mastitis karsionamtosa.
3. Terapi komplikasi
a) Patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada
tempat patah.
b) Udema lengan:
1) diuretic,
2) pneumatic sleeve,
3) operasi transposisi omentum atau kondoleon

33
c) Borok, perawatan borok
4. Terapi sekunder Kemoterapi dan obat penghambat hormone
seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan
dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan
ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka
hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih
efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. 24
5. Mastektomi
(a) Mastektomi simplek: seluruh jaringan payudara diangkat
tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan
disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas
operasi.
(b) Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah
bening atau modifikasi mastektomi radikal: seluruh
jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan
kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak
(c) . Mastektomi radikal: seluruh payudara, otot dada dan
jaringan lainnya diangkat.
2) Standar operasional Prosedur (SPO) Guided Imagery Pada Pasien
Post Op Ca Mamae
a) Pengertian

Guided imagery adalah proses yang menggunakan


kekuatan pikiran dengan menggerakkan tubuh untuk
menyembuhkan diri dan memelihara kesehatan atau rileks melalui
komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra meliputi
sentuhan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran. Terapi
guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan
atau mengimajinasikan tempat dan kejadian berhubungan dengan
rasa relaksasi yang menyenangkan (Amelia et al., 2020)

34
Teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guided imagery)
merupakan penggunaan imajinasi dengan sengaja untuk
memperoleh relaksasi dan menjauhkan dari sensasi yang tidak
diinginkan (Milenia & Retnaningsih, 2022)

b) Tujuan

Tujuan dari guided imagery yaitu menimbulkan respon


psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi imun.
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), manfaat dari guided imagery
yaitu sebagai intervensi perilaku untuk mengatasi kecemasan,
stres dan nyeri. Imajinasi terbimbing dapat mengurangi tekanan
dan berpengaruh terhadap proses fisiologi seperti menurunkan
tekanan darah, nadi dan respirasi. Hal itu karena teknik imajinasi
terbimbing dapat mengaktivasi sistem saraf parasimpatis. Dossey,
et al.dalam Potter & Perry,(2009) menjelaskan aplikasi klinis
guided imagery yaitu sebagai penghancur sel kanker, untuk
mengontrol dan mengurangi rasa nyeri, serta untuk mencapai
ketenangan dan ketentraman. Guided imagery juga membantu
dalam pengobatan; seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi
kandung kemih, sindrom pre menstruasi, dan menstruasi. Selain
itu guided imagery juga digunakan untuk mereduksi nyeri luka
bakar, sakit kepala migrain dan nyeri pasca operasi (Library &
Library, 2010)

Guided imagery cocok digunakan hanya pada nyeri ringan


sampai sedang (Brunner dan Suddart, 2002). Relaksasi guided
imagery dapat menurunkan keletihan fisik maupun mental pada
ibu post partum. Guided imagery dapat juga memperlancar sistem
pernafasan dan menurunkan tekanan darah menurut (Pradani,
2009).

35
3) Menurut Grocke & Moe (2015), macam-macam guided imagery
berdasarkan pada penggunaannya sebagai berikut:
a) Guided walking imagery Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner.
Pada teknik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan
pemandangan standar seperti padang rumput, pegunungan,
pantai.
b) Autogenic abstraction Pada teknik ini pasien diminta untuk
memilih sebuah perilaku negatif yang ada dalam pikirannya
kemudian pasien mengungkapkan secara verbal tanpa batasan.
Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal emosional dan
raut muka pasien.
c) Covert sensitization Teknik ini berdasar pada paradigma
reinforcement yang menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat
dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang sama dalam
modifikasi perilaku.
d) Covet behaviour rehearsal Teknik ini mengajak seseorang untuk
mengimajinasikan perilaku koping yang dia inginkan. Teknik ini
lebih banyak digunakan.
4) Prosedur pelaksanaan Terapi Guided Imagery

Berikut ini adalah standar operasional prosedur dari


pelaksanaan guided imagery (Milenia & Retnaningsih, 2022)

1. Bina hubungan saing percaya


2. Jelaskan prosedur, tujuan, posisi, waktu dan peran pemandu
sebagai pembimbing.
3. Ajarkan klien mencari posisi yang nyaman menurut dirinya
masing-masing.
4. Duduk dengan klien tetapi tidak menganggu.
5. Lakukan bimbingan dengan baik terhadap klien.

36
a) Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan
atau pengalaman yang membantu pengguna semua indra
dengan suara lembut.
b) Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangan dan saat
itu pemandu tidak perlu bicara lagi.
c) Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisa, atau
tidak nyaman pemandu harus menghentikan latihan dan
memulainya lagi ketika klien telah siap.
d) Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit
klien dan daerah ini akan digantikan dengan relaksasi.
Biasanya klien relak setelah menutup 40 mata atau
mendengarkan music yang lembut sebagai background yang
membantu.
e) Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk
digunakan pada latihan selanjutnya dengan mengguanaan
informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak membuat
perubahan pernyataan klien.
5) Hubungan Fisiologis Terapi Guided Imagery dengan Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor yng tumbuh didalam jaringan


payudara. Kanker ini bisa tumbuh didalaan tm kelenjar susu, jaringan
lemak dan jaringan ikat payudara. Karsinoma mamae merupakan
gangguan dalam pertumbuhan sel normal mamae dimana sel
abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah

Penatalaksanaan nyeri di bagi menjadi dua yaitu farmakologis


non farmakologis.Penatalaksanaan farmakologi berupa obat-obatan
yang telah di rekomendasikan sama dokter.Teknik distraksi sangat
efektif di gunakan untuk mengalihkan rasa nyeri,hal ini di sebabkan
karena distraksi merupakan metode yang di lakukan dalam upaya
untuk mengurangi rasa nyeri dan membuat pasien lebih menahan rasa

37
nyeri nya.Salah satu distraksi yang dapat digunakan dengan terapi
guided imagery atau imajinasi termbimbing. Guided Imagery adalah
pengembangan fungsi mental yang mengekspresikan diri secara
dinamik melalui proses psikofisologikal melibatkan seluruh indra dan
membawa perubahan terhadap perilkau, persepsi atau respon
fisiologis dengan bimbingan seseorang atau melalui media (Hidayanti
& Kusuma, 2021)

6) Hasil Peneletian sebelumnya

Menurut hasil penelitian Rosida & Warti Ningsih, (2020)


mengatakan Guided Imagery merupakan sebuah teknik yang
menggunakan imajinasi dan visualisasi untuk membantu mengurangi
stres dan mendorong relaksasi. Teknik ini akan berhasil jika pasien
mengikuti arahan dari perawat. Guided imagery dilakukan dengan
kisaran waktu 15-20 menit selama 3 hari dan dapat digabungkan
dengan terapi non farmakologi lainnya. Manajemen guided imagery
juga dapat dilakukan bersamaan dengan kolaborasi pemberian obat
analgesic untuk mengurangi nyeri tingkat ringan hingga sedang.
Pemberian asuhan keperawatan perawat dapat melakukan teknik
guided imagery untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
(Putri et al., 2020)

38
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Jenis dan desain yang digunakan dalam penulisan penelitian ini
adalah desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variable mandiri, baik satu variable maupun lebih (independent)
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variable
yang lain. Penelitian deskriptif dilakukan dengan cara mencari
informasi yang berkaitan dengan gejala yang ada, jelaskan dengan
jelas dan tujuan yang akan diraih, merencanakan bagaimana
melakukan pendekatannya, dan mengumpulkan berbagai macam data
sebagai bahan dalam membuat laporan (Jyusman & Shavab, 2020).

Penilitian ini di laksanakan di Rumah sakit dengan melakukan


wawancara pada responden Kanker payudara Pasca Operasi TURP
hari 2 (Kedua) dengan intensitas nyeri berada pada skala 4-6 (Nyeri
sedang). Terapi Guided Imagery dilakukan dengan durasi 15 menit 2
kali dalam sehari (pagi dan sore) selama 3 hari . Sebelum dan setelah
terapi di beriakan dilakukan pengukuran skala nyeri menggunakan
pengukuran skala angka (NRS).

B. Tempat dan waktu penelitian


1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah sakit Ibnu sina
Makassar

2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2024

39
C. Subjek dan studi kasus
Studi dalam studi kasus penelitian ini yaitu 2 orang pasien post
op operasi kanker payudara dengan tindakan yang diberikan yaitu
terapi Guide Imagery yang bertujuan untuk menurunkan tingkat nyeri
dengan kriteria subjek:

1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi yaitu persyaratan umum yang harus dipenuhi
oleh subjek penelitian/populasi agar dapat dikut sertakan (Supardi.
2019).

a. Pasien post op kanker payudara dengan gangguan rasa aman


dan nyaman (Nyeri)
b. Pasien dengan post op kanker payudara hari kedua
c. Jenis kelamin perempuan
d. Rentang usia 20-60 tahun
e. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi (nursalam, 2018).:

a. Terdapat komplikasi penyakit lain


b. Pasien kanker payudara yang mengalami penurunan
kesadaran
c. Pasien dengan skala nyeri berat

D. Fokus studi
Fokus studi pada penelitian ini adalah melihat bagaimana
prosedur penerapan terapi Guide imagery pada pasien yang
mengalami gangguan rasa aman dan nyeri pada pasien post op Kanker
Payudara.

40
E. Defenisi operasional focus studi
Pasien Kanker payudara adalah pasien post operasi yaitu
pengangkatan payudara atau yang di sebut dengan mastektomi,yang
telah menjalani post operasi TURP hari 2 (kedua).
Terapi Guided imagey adalah terapi yang bisa digunakan untuk
mengurangi nyeri, dan digunakan dalam manajemen nyeri dengan
membingin klien pada imajinasinya masing-masing dan di bantu oleh
perawat. Terapi dilakukan dengan cara m
Nyeri merupakan suatu sensasi atau pengalaman yang tidak
menyenangkan yang di rasakan oleh pasien yang diukur dengan
menggunakan skala NRS PADA PRE DAN POST TEST.
.

1. Tekhnik pengumpulan data


Pada penelitian ini metpde pengumoulan data yang digunakan
yaitu:
a. Pengkajian (biodata pasien, Riwayat kesehatan, pemeriksaan
fisik: inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, data psikologis,
data sosial, pemeriksaan diagnostik).
b. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien,
keluhan utama, riwayat penyakit keluarga dll). Sumber data
dari pasien, keluarga dan perawat lainnya.
c. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostik).
2. Instrumen pengumpulan data

Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan


format lembar observasi, lembar pengkajian dan lembar
wawancara, sedangkan alat yang digunakan peneliti yaitu nursing
kit (tensimeter, thermometer, stetoskop), stopwatch dan
pengukuran nyeri dengan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS)

41
F. Penyajian data

Setelah melakukan pengkajian,data yang terkumpul kemudian di


sajikan dalam bentuk narasi di susun untuk menjawab tujuan
penelitian dan di tuangkan dalam propasal hasil.

G. Etika studi kasus


Menurut Gegen (2019) dalam melakukan penelitian, peneliti
memandang perlu adanya dokumentasi dari pihak atau pihak lain
dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi tempat peneliti.
Pertimbangan etik dalam penelitian ini dilaksanakan memnuhi prinsip-
prinsip dasar penerapan etik kesehatan, meliputi:

1. Otonomi (anatomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berfikir logis dan mampu membuat keputusan mandiri.
Persetujuan tindakan merupakan suatu izin atau persyaratan
disetujui dari pasien yang diberikan secara bebas, sadar dan
rasional setelah memperoleh informasi yang lengkap, valid dan
akurat.
2. Veracity (jujur)
Penuh dengan kebenaran. Keberanan merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya.
3. Beneficience (berbuat baik)

42
Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain merupakan prinsip
untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain atau
pasien.
4. Confidentiality (kerahasiaan)
Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwa perawat
menghargai semua informasi tentang pasien dan perawat
menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan semua
yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk
disebarluaskan secara tidak tepat.

43
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, W., Irawaty, D., & Maria, R. (2020). Pengaruh Guided Imagery
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara Di Ruangan
Rawat Inap Bedah Wanita RSUP Dr. M.Djamil Padang. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 5(2), 236–240.
https://doi.org/10.30651/jkm.v5i2.6145

Antoro, B., & Amatiria, G. (2018). Pengaruh Tehnik Relaksasi Guide


Imagery terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Katarak.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(2), 239.
https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.938

Ariana, R. (2016). Konsep Teori Kanker Payudara. 1–23.

Asyima Arifuddin, & Basuki Rahmat MS. (2021). Pengaruh Penggunaan


Media Audio Visual Video Sadari Terhadap Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Santriwati Pondok Pesantren Tarbiyah Takalar. Jurnal
Kesehatan Delima Pelamonia, 5(1), 51–66.

Dzulhidayat. (2022). Ca Mammae. 2005–2003 ,)8.5.2017(4 ,‫הארץ‬.

Hidayanti, A., & Kusuma, P. D. (2021). Manajemen Kecemasan Dengan


Guided Imagery Pada Anxiety Management With Guided Imagery in
Breast. Keperawatan, 3, 40–50.

Laborda. (2010). No Title 179–1 ,)5(2 ,‫ مجلة العربية‬.‫كتاب المجامع‬.

Library, U. M. S. D., & Library, U. M. S. D. (2010). PENGARUH TEKNIK


RELAKSASI GUIDED IMAGERY Disusun Oleh :

Milenia, A., & Retnaningsih, D. (2022). Penerapan Terapi pijat punggung


pada Pasien appendisitis. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan,
6(1), 35–42. https://doi.org/10.33655/mak.v6i1.129

NKLC Putri. (2020). gambaran asuhan keperawatan pada pasien

44
Mastektomidengan nyeri akut di Ruang Bima RSUD Sanjiwani
Gianyar Tahun 2020uluan. 1–7.

Panti, P., Terhadap, W., Lansia, A., Afriansyah, A., & Werdha, P. (2018).
Pelayanan panti werdha terhadap adaptasi lansia.

Putri, R. D., Adhisty, K., & Idriansari, A. (2020). Pengaruh Relaksasi Otot
Progresif dan Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada
Pasien Kanker Payudara. Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana, 3,
104–114.

WHO. (2019). World Health Organization.

Yanti, Y. (2022). Manajemen Nyeri Non Farmakologi Guided Imagery Pada


Pasien Post Operasi Carcinoma Mammae. Jurnal Inovasi Penelitian,
3(4), 5695–5700.

Yelvita, F. S. (2022). No Title‫הכי קשה לראות את מה שבאמת לנגד העינים‬. In


‫( הארץ‬Issue 8.5.2017).

45

Anda mungkin juga menyukai