NURUL HIDAYANTI
202101034
TAHUN 2024
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Ns. Aulia Insani Latif, S.Kep., M.Kep. Ns. Dwi Esti Handayani, S.Kep.,M. Kep
Mengetahui
Ketua Program Studi D III Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar
ii
KATA PENGANTAR
3
7. Ns. Aulia Insani Latif, S.Kep., M.Kep. selaku Pembimbing I yang
dalam kesibukan sehari-hari masih dapat menyempatkan diri untuk
mengarahkan dalam penelitian ini.
8. Ns. Dwi Esti Handayani, S.Kep.,M. Kep. selaku Pembimbing II yang
dalam kesibukan sehari-hari masih dapat menyempatkan diri untuk
mengarahkan dalam penelitian ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan
Pelamonia yang rela mengorbankan waktunya dan telah mengabdikan
seluruh hidupnya untuk mendidik dan membimbing mahasiswa.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua saya tercinta, bapak dan ibu,
kakak dan semua keluarga yang selalu memberikan dukungan dan
do’a restunya kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
11. Bapak Organik dan teman-teman Departemen Bedah yang selama ini
selalu bersedia berbagi motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini, serta seluruh teman Garuda XVI (angkatan 2021) yang tidak
bisa peneliti sebutkan satu persatu namanya, dan tetap optimis dan
semangat untuk meraih gelar Amd. Kep.
Akhir kata semoga segala bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada kami menjadi amal ibadah kebaikan dan semoga
Karya Tulis Ilmiah kami dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai
pedoman bagi rekan-rekan perawat sehingga menjadi profesionalisme
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya bagi kami
sebagi peneliti.
Makassar,
Penulis
4
DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.........................................................................
C. Tujuan............................................................................................
D. Manfaat..........................................................................................
5
A. Jenis rancangan Penelitian.......................................................
B. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................
C. Subjek Studi Kasus...................................................................
D. Fokus Studi Kasus....................................................................
E. Defesiensi Operasional.............................................................
F. Instrumen Dan Pengumpulan Data..........................................
G. Penyajian Data.........................................................................
H. Studi Kasus..............................................................................
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
7
(Sekitar 2 404.000 kasus pada tingkt 30 per 100.000), dengan jumlah
terbesar dari yang terjadi di China (46%), Jepang (14%), dan
Indonesia (12%). Asia Tenggara menduduki tingat ke empat pada
kasus ini. Indonesia menempati urutan ke tiga di Asia Tenggara
dengan jumlah kasus kanker payudara sebanyak 19.750 (NKLC Putri,
2020)
8
sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan rasa nyaman dan
gangguan aktivitas . Nyeri yang di rasakan pada ca mamae biasanya
berupa nyeri akut maupun nyeri kronis. Kondisi tersebut
membutuhkan tindakan mastektomi, namun sebagian besar kanker
payudara dapat di obati dengan prosedur ”Lumpektomi” atau
Mastektomo parsial, di mana hanya tumor yang di angkat dari
payudara (Yanti, 2022).
9
B. Rumusan masalah
Bagaimana gambaran penerapan Guided Imagery teradap skala
nyeri pada pasien kanker payudara?
C. Tujuan
Memberikan gambaran penerapan Guided Imagery terhadap skala
nyeri pada pasien kanker payudara
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memberikan Informasi kepada Masyarakat tentang manfaat
Guided Imagery terhadap skala nyeri pada pasien kanker
payudara
2. Baghai PengembanganIlmu Pengetahuandan teknologi di bidang
Kesehatan/keperawatan
Menambah ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan/keperawatan dalam meningkatkan penerapan Guided
Imagery terhadap skala nyeri pada pasien kanker payudara
3. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian di
Rumah sakit,tentang penerapan Guided Imagery terhadap skala
nyeri pada pasien kanker payudara .
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
a) P (paliatif/provokatif) yang menyebabkan imbulnya
masalah. Apakah yang menyebabkan gejala? Apa
saja yang dapat mengurangi dan memperberatnya?.
b) Q (quality dan quantity) kuantitas dan kualitas
nyeri.Bagaimana gejala (nyeri) dirasakan, sejauh
anda merasakan sekarang?.
c) R (Ragion) lokasi nyeri. Dimana gejala dirasakan?
Apakah
menyebar?.
d) S (severity) eparahan. Seberapa keparahan
dirasakan (nyeri) dengan skala berapa? (0-10).
e) T (Timing) waktu. Kapan gejala mulai timbul?
Seberapa sering gejala dirasakan? Apakah tiba-tiba
atau bertahap?.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien akan mendapatkan nyeri pada payudara
menjalar ke bagian payudara . Timbul keluhan nyeri
payudara mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri
di payudara di rasakan dalam beberapa waktu yang
lama. Keluhan yang menyertai biasanya mengeluh rasa
mual dan muntah
Riwasat kesehatan masa lalu biasanya berhubugan
dengan masalah kesehatan klien sekarang pemeriksaan
fisik keadaan umum klien tampak rasa sakit
ringan/sedang /berat. Berat badan sebagai indikator
untuk menentukan pemberian obat. Nyeri sekitar
payudara, yang meningkat berat dan terlokalisi pada titik
Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk,
atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan posisi duduk tegak,
Keamanan demam, biasanya rendah. Data psikologis
12
klien tampak gelisah. Ada perubahan denyut nadi dan
pernapasan, ada perasaan takut, penampilan yang tidak
tenang.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan
pasien sekarang. Pengalaman penyakit sebelumnya,
apakah memberi pengaruh kepada pasien yang diderita
sekarang serta apakah pernah mengalami perbedaannya
sebelumnya.
Riwayat kesehatan masa lalu terbagi menjadi 4
(empat) :
a) Sakit sebelumnya
Pertanyaan-pertanyaan biasanya mencakup
demam, diabetes, dan tuberculosis, namun pada
sebagian besar pasien lebih relevan bila ditanyakan
tentang adanya penyakit jantung, paru, pencernaan,
sistem perkemihan atau saraf (penyakit saraf
bermanfaat pada kaitannya dengan gangguan
neurologis dan mental).
b) Pengobatan sebelumnya
Perincian mengenai operasi, perawatan rumah
sakit atau kecelakaan yang dalam sebelumnya harus
di ketahui.
c) Obat-obatan sebelumnya
Tanyakan tentang obat-obatan yang sedang di
minum, termasuk obat yang di beli sendiri, dan
kemudian memastikan kebenarannya apakah mereka
sedang minum obat-obat tersebut.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya
yang menderita sakit yang seperti menderita kanker
13
payudara, dikaji pula mengenai adanya penyakit
keturunan atau memulai keluarga.
Tanyakan kepada pasien apakah mereka masih
sendiri, sudah menikah, berpisah, atau bercerai, hal
tersebut dapat relevan jika ditanyakan kapan dan
mengapa. Tanyakan juga apakah mereka sudah
mempunyai anak. Pendekatan yang bijaksana pada
pasien wanita adalah dengan menanyakan jumlah
kehamilan yang sudah pernah di alami.
5) Pola fungsi kesehatan yaitu sebagai berikut
a) Pola persepsi dan penanganan penyakit pada khusus
Kanker Payudara biasanya timbul kecemasan akan
kondisinya saat ini dan tindakan dilakukannya
operasi.
b) Pola nutrisi metabolisme pasien yang mengalami
kanker payudara akan terganggu pola nutrisinya
nafsu makan menjadi kurang sehingga
mengakibatkan penurunan berat badan. Selain itu di
sertai mual dan muntah pada pasien akan
mengakibatkan kurangnya cairan dan elektrolit.
c) Pola eliminasi proses eliminasii biasanya akan
mengalami konsitipasi karena terjadinya fecalith. Pola
ini menggambarkan karakteristik atau masalah saat
BAK/BAB sebelum dan saat[ di rawat RS serta
adanya penggunaan alat bantu eliminasi saat pasien
di rawat di RS. Hal yang perlu di kaji yaitu konsistensi,
warna, frekuensi, bau feses, sedangkan pada
eliminasi urine dikaji kepekatan, warna, bau,
frekuensi, serta jumlah.
14
d) Pola aktivitas dan latihan pasien akan mengalami
gangguan selama beraktivitas, disebabkan nyeri
semakin buruk ketika bergerak.
e) Pola tidur dan istirahat semua pasien Kanker
Payudara akan merasa nyeri dan susah untuk
bergerak karena dapat memperburuk nyeri, sehingga
mengganggu pola dan kebutuhan istirahat tidur, serta
penggunaan obat.
f) Pola kognitif dan persepsi biasanya pada pasien
Kanker Payudara tidak mengalami gangguan pada
pola kognitif dan persepsi. Namun perlu juga untuk
berpengaruh terhadap pola kognitif dan persepsinya.
g) Pola persepsi dan konsep diri pola persepsi dan
konsep diri menggambarkan persepsi saat di rawat di
RS. Pola ini mengkaji kekuatan, kecemasan, dan
penilaian terhadap diri sendiri serta dampak sakit
terhadap diri pasien. Emosi pasien biasanya tidak
stabil karena pasien merasa cemas saat mengetahui
harus di lakukan tindakan operasi.
h) Pola peran dan hubungan pasien dengan Kanker
Payudara biasanya tidak mengalami gangguan dalam
peran dan hubungan sosial, akan tetapi harus di
bandingkan peran dan hubungan pasien sebelum
sakit dan saat sakit.
i) Pola koping dan toleransi stress secara umum pasien
dengan Kanker Payudara tidak mengalami
penyimpanan koping dan toleransi stress.
c. Riwayat kebutuhan kenyaman
1) Apakah pernah menderita penyakit atau trauma yang
mengakibatkan nyeri
15
2) Apakah pernah menderita penyakit yang mengakibatkan
nyeri
3) Pernahkah mengalami gangguan perubahan suhu badan
4) Apakah pernah mengalami, sehubungan dengan
penyakit
5) Apaka pernah mengalami penyakit berhubungan dengan
pencernaan
6) Apakah pernah mengalami perut kembung
7) Apakah yang di lakukan klien untuk mengurangi nyerinya
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan lengkap dan
menyeluruh yaitu :
1) Keadaan umum
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu
3) Pemeriksaan berat badan dan tinggi badanKepala :
Normal, tidak ada nyeri tekan
4) Mata Inspeksi : mata simetris, refleks cahaya baik,
konjungtiva biasanya anemis, sklera tidak ikteris, dan
ukuran pupil isokor.
Palpasi : tidak ada edema di palpebra.
5) Hidung Inspeksi : tidak ada sekret dan nampak bersih.
Palpasi : tidak adanya benjolan atau massa pada hidung.
6) Telinga Inspeksi : simetris kedua telinga, tidak ada
pengeluaran darah atau cairan dari telinga.
Palpasi : tidak adanya edema dibagian telinga
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yaitu penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas
pada masalah kesehatan atau pada proses kehidupan (PPNI,
2016).
16
a. Gangguan Rasa Nyaman
1) Definisi
Perasaan kurang senang,lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospritual, lingkungan dan sosial.
2) Penyebab
a) Gejala penyakit
b) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
c) Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya: dukungan
finansial, sosial dan pengetahuan)
d) Kurangnya privasi
e) Gangguan stimulus lingkungan
f) Efek samping terapi (misalnya: medikasi, radiasi,
kemoterapi)
g) Gangguan adaptasi kehamilan
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeluh tidak nyaman
Objektif
a) Gelisah
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Mengeluh sulit tidur
b) Tidak mampu rileks
c) Mengeluh kedinginan/kepanasan
d) Merasa gatal
e) Mengeluh mual
f) Mengelih lelah
Objektif
a) Menunjukkan gejala distres
b) Tampak meringih/menangis
17
c) Pola eliminasi berubah
d) Postur tubuh berubah
e) Intabilitas
b. Nausea
1) Definisi
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang
tenggorokan atau lambung yang dapat mengakibatkan
muntah.
2) Penyebab
a) Gangguan biokimiawi (misalnya: uremia, ketoasidosis,
diabetik)
b) Gangguan pada esofagus
c) Distensi lambung
d) Iritasi lambung
e) Gangguan pankreas
f) Peregangan kapsul limpah
g) Tumor terlokalisasi (misalnya: neuroma akustik, tumor
otak primer atau sekunder, metastasis tulang didasar
tengkorak)
h) Peningkatan tekanan intraabdominal (misalnya:
keganasan intraabdomen)
i) Peningkatan tekanan intrakranial
j) Peningkatan tekanan intraorbital (misalnya:
glaukoma)
k) Mabuk perjalanan
l) Kehamilan
m) Aroma tidak sedap
n) Rasa makanan/minuman yang tidak enak
o) Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
18
p) Faktor psikologis (misalnya: kecemasan, ketakutan,
stres)
q) Efek agen farmakologis
r) Efek toksin
19
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologis (misalnya: inflamasi,
iskemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (misalnya: terbakar, bahan
kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (misalnya: abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
3) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Mengeluh nyeri
Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (misalnya: waspada, posisi
menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
4) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
20
3. Intervensi
Menurut (PPNI, 2018) Intervensi keperawatan
merupakan segalah bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klien untuk
mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan Kesehatan
klien individu, keluarga dan komunitas. Beberapa di antaranya
diuraikan dalam pasal 30 undang no. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan bahwa dalam menjalankan tugas sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat berwanang merencanakan
rujukan, memberikan tindakan keperawatan. Memberikan
rujukan memberikan gawat darurat, pemberian obat bebas dan
bebas terbatas, mengelola kasus dan melakukan
penatalaksanaan intervensi komplementer dan alternatif.
a. Gangguan Rasa Nyaman - Terapi Relaksasi
1) Definisi
Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi
tanda dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri,
ketegangan otot atau kecemasan.
2) Tujuan
Gangguan rasa nyaman teratasi dengan kriteria hasil
(PPNI, 2018)
a) Rileks meningkat (1-5)
b) Keluhan tidak nyaman menurun (1-5)
c) Gelisah menurun (1-5)
d) Keluhan sulit tidur menurun (1-5)
e) Keluhan kedinginan menurun (1-5)
f) Keluhan kepanasan menurun (1-5)
g) Gatal menurun (1-5)
21
h) Mual menurun (1-5)
3) Tindakan
Observasi
a) Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan kognitif
b) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
c) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
d) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
e) Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
a) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
b) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksas
c) Gunakan pakaian longgar
d) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
dan berirama
e) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang denga
analgesik atau tindakan medis lain
Edukasi
a) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (misalnya: musik, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresif)
b) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
c) Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
d) Anjurkan rileks yang merasakan sensasi relaksasi
22
e) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yan
dipilih
f) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (misalnya:
napas dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing).
b. Nausea – Manajemen Mual
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola perasaan tidak enak
pada
bagian tenggorok atau lambung yang dapat
menyebabkan
muntah.
2) Tujuan
Nausea teratasi dengan kriteria hasil :
a) Nafsu makan meningkat (1-5)
b) Keluhan mual menurun (1-5)
c) Perasaan ingin muntah menurun (1-5)
d) Perasaan asam di mulut menurun (1-5)
e) Sensasi panas menurun (1-5)
f) Sensasi dingin menurun (1-5)
g) Frekuensi menelan menurun (1-5)
h) Diaforesis menurun (1-5)
i) Jumlah saliva menurun (1-5)
j) Pucat membaik (1-5)
k) Takikardia membaik (1-5)
3) Tindakan
Observasi
a) dentifikasi pengalaman mual
b) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
(misalnya: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung
jawab peran, dan tidur)
23
c) Identifikasi faktor penyebab mual (misalnya:
pengobatan dan prosedur)
d) Monitor mual (misalnya: frekuensi, durasi dan tingkat
keparahan)
e) Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
a) Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
(misalnya: bau tak sedap, suara dan rangsangan
visual yang tidak menyenangkan)
b) Kurangi atau hilangkan penyebab keadaan mual
(misalnya: kecemasan, ketakutan, kelelahan)
c) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
d) Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau
dan tidak berwarna
Edukasi
a) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
b) Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika
merangsang mual
c) Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
d) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk
mengatasi mual (misalnya: hipnosis, relaksasi, terapi
musik, akupresur)
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antlematik, jika perlu
c. Nyeri Akut – Manajemen Nyeri
1) Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau
24
lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
2) Tujuan
Nyeri akut menurun dengan kriteria hasil:
a) Keluhan nyeri menurun (1-5)
b) Meringis menurun (1-5)
c) Gelisah menurun (1-5)
d) Kesulitan tidur menurun (1-5)
e) Frekuensi nadi membaik (1-5)
f) Pola tidur membaik (1-5)
3) Tindakan
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identitas faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (misalnya: TENS, hipnosis, akupresur,
terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
dzikir, terapi bermain)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(misalnya: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan nyeri
b) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
25
c) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
d) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik. Jika perlu
4. Implementasi
Implementasi merupakan melakukan atau menyelesaikan
suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahapan
sebelumnya. Terdapat berbagai tindakan yang bisa dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri. Implementasi lebih ditunjukan
pada (Sulistyo Andarmoyo, 2020):
a. Upaya perawatan dalam meningkatkan kenyamanan
b. Upaya pemberian informasi yang akurat
c. Upaya mempertahankan kesejahteraan
d. Upaya tindakan peredaan nyeri non farmakologis
e. Pemberian terapi farmakologis
5. Evaluasi
Menurut (Sulistyo Andarmoyo, 2020), evaluasi keperawatan
terhadap pasien dengan masalah dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsang nyeri, di antaranya:
a. Pasien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri
b. Mendapat pemahaman yang akurat mengenai nyeri`
c. Mampu mempertahankan kesejahteraan dan meningkatkan
kemampuan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki
d. Mampu menggunakan tindakan-tindakan peredaan nyeri non
farmakologis
e. Mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri
26
A. Penerapan prosedur penerapan efektifitas guided imagery terhadap
nyeri pasien kanker payudara.
1. Konsep Kanker Payudara
a) Pengertian
27
maksimal pada mammogram. Sekitar 25-30%
penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan
menderita kanker invasif (terjadi pada payudara
yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua
payudara).
b. Kanker invasif : Kanker yang telah menyebar serta
merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas
pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke
bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker
payudara invasif adalah kanker duktal dan 10%
adalah kanker lobuler.
c. Karsinoma meduler dan Karsinoma tubuler : Kanker
ini berasal dari kelenjar susu pada payudara.
b) Etiologi
28
kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika
ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun,
risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara
terjadi pada dua orang saudara langsung.
3. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat
pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum
usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak
pertama. Wanita yang mempunyai anak pertama
setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali lipat
untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan
wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada
usia 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia
50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami
kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang
telah menjalani ooferoktomi bilateral sebelum usia 35
tahun mempunyai risiko sepertiganya.
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang
mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara, wanita dengan
hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat
untuk mengalami penyakit ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa
pubertas dan sebelum usia 30 tahun berisiko hampir
dua kali lipat.
8. Obesitas-risiko terendah diantara wanita
pascamenopause. Bagaimanapun, wanita gemuk
yang didiaganosa penyakit ini mempunyai angka
29
kematian lebih tinggi yang paling sering berhubungan
dengan diagnosis yang lambat.
9. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini
menurun dengan cepat setelah penghentian
medikasi.
10. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia
lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan
menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10
sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan
risiko. Sementara penambahan progesterone
terhadap penggantian estrogen meningkatkan
insidens kanker endometrium, hal ini tidak
menurunkan kanker payudara
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko
ditemukan pada wanita yang mengonsumsi bahkan
dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di Negara
dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur
misal Prancis dan Itali, angkanya sedikit lebih tinggi.
Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita
muda yang minum alkohol lebih rentan untuk
mengalami kanker payudara pada tahun-tahun
terakhirnya. Beberapa factor risiko seperti usia dan
ras, tidak dapat diganggu gugat. Namun, beberapa
risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan
dengan lingkungan dan perilaku. Seperti kebiasaan
merokok, minum alkohol dan pengaturan pola makan.
Risiko seorang wanita menderita kanker payudara
dapat berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri,
dkk.,2015).
30
c) Patifisiologis
31
d) Manifestasi klinis
e) Penatalaksanaan Medis
32
1. Terapi kuratif
33
c) Borok, perawatan borok
4. Terapi sekunder Kemoterapi dan obat penghambat hormone
seringkali diberikan segera setelah pembedahan dan
dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan
ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka
hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih
efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. 24
5. Mastektomi
(a) Mastektomi simplek: seluruh jaringan payudara diangkat
tetapi otot dibawah payudara dibiarkan utuh dan
disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas
operasi.
(b) Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah
bening atau modifikasi mastektomi radikal: seluruh
jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan
kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak
(c) . Mastektomi radikal: seluruh payudara, otot dada dan
jaringan lainnya diangkat.
2) Standar operasional Prosedur (SPO) Guided Imagery Pada Pasien
Post Op Ca Mamae
a) Pengertian
34
Teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guided imagery)
merupakan penggunaan imajinasi dengan sengaja untuk
memperoleh relaksasi dan menjauhkan dari sensasi yang tidak
diinginkan (Milenia & Retnaningsih, 2022)
b) Tujuan
35
3) Menurut Grocke & Moe (2015), macam-macam guided imagery
berdasarkan pada penggunaannya sebagai berikut:
a) Guided walking imagery Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner.
Pada teknik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan
pemandangan standar seperti padang rumput, pegunungan,
pantai.
b) Autogenic abstraction Pada teknik ini pasien diminta untuk
memilih sebuah perilaku negatif yang ada dalam pikirannya
kemudian pasien mengungkapkan secara verbal tanpa batasan.
Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal emosional dan
raut muka pasien.
c) Covert sensitization Teknik ini berdasar pada paradigma
reinforcement yang menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat
dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang sama dalam
modifikasi perilaku.
d) Covet behaviour rehearsal Teknik ini mengajak seseorang untuk
mengimajinasikan perilaku koping yang dia inginkan. Teknik ini
lebih banyak digunakan.
4) Prosedur pelaksanaan Terapi Guided Imagery
36
a) Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan
atau pengalaman yang membantu pengguna semua indra
dengan suara lembut.
b) Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangan dan saat
itu pemandu tidak perlu bicara lagi.
c) Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisa, atau
tidak nyaman pemandu harus menghentikan latihan dan
memulainya lagi ketika klien telah siap.
d) Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit
klien dan daerah ini akan digantikan dengan relaksasi.
Biasanya klien relak setelah menutup 40 mata atau
mendengarkan music yang lembut sebagai background yang
membantu.
e) Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk
digunakan pada latihan selanjutnya dengan mengguanaan
informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak membuat
perubahan pernyataan klien.
5) Hubungan Fisiologis Terapi Guided Imagery dengan Kanker Payudara
37
nyeri nya.Salah satu distraksi yang dapat digunakan dengan terapi
guided imagery atau imajinasi termbimbing. Guided Imagery adalah
pengembangan fungsi mental yang mengekspresikan diri secara
dinamik melalui proses psikofisologikal melibatkan seluruh indra dan
membawa perubahan terhadap perilkau, persepsi atau respon
fisiologis dengan bimbingan seseorang atau melalui media (Hidayanti
& Kusuma, 2021)
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Jenis dan desain yang digunakan dalam penulisan penelitian ini
adalah desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variable mandiri, baik satu variable maupun lebih (independent)
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variable
yang lain. Penelitian deskriptif dilakukan dengan cara mencari
informasi yang berkaitan dengan gejala yang ada, jelaskan dengan
jelas dan tujuan yang akan diraih, merencanakan bagaimana
melakukan pendekatannya, dan mengumpulkan berbagai macam data
sebagai bahan dalam membuat laporan (Jyusman & Shavab, 2020).
2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2024
39
C. Subjek dan studi kasus
Studi dalam studi kasus penelitian ini yaitu 2 orang pasien post
op operasi kanker payudara dengan tindakan yang diberikan yaitu
terapi Guide Imagery yang bertujuan untuk menurunkan tingkat nyeri
dengan kriteria subjek:
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi yaitu persyaratan umum yang harus dipenuhi
oleh subjek penelitian/populasi agar dapat dikut sertakan (Supardi.
2019).
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi (nursalam, 2018).:
D. Fokus studi
Fokus studi pada penelitian ini adalah melihat bagaimana
prosedur penerapan terapi Guide imagery pada pasien yang
mengalami gangguan rasa aman dan nyeri pada pasien post op Kanker
Payudara.
40
E. Defenisi operasional focus studi
Pasien Kanker payudara adalah pasien post operasi yaitu
pengangkatan payudara atau yang di sebut dengan mastektomi,yang
telah menjalani post operasi TURP hari 2 (kedua).
Terapi Guided imagey adalah terapi yang bisa digunakan untuk
mengurangi nyeri, dan digunakan dalam manajemen nyeri dengan
membingin klien pada imajinasinya masing-masing dan di bantu oleh
perawat. Terapi dilakukan dengan cara m
Nyeri merupakan suatu sensasi atau pengalaman yang tidak
menyenangkan yang di rasakan oleh pasien yang diukur dengan
menggunakan skala NRS PADA PRE DAN POST TEST.
.
41
F. Penyajian data
1. Otonomi (anatomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berfikir logis dan mampu membuat keputusan mandiri.
Persetujuan tindakan merupakan suatu izin atau persyaratan
disetujui dari pasien yang diberikan secara bebas, sadar dan
rasional setelah memperoleh informasi yang lengkap, valid dan
akurat.
2. Veracity (jujur)
Penuh dengan kebenaran. Keberanan merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya.
3. Beneficience (berbuat baik)
42
Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain merupakan prinsip
untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain atau
pasien.
4. Confidentiality (kerahasiaan)
Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwa perawat
menghargai semua informasi tentang pasien dan perawat
menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan semua
yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk
disebarluaskan secara tidak tepat.
43
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, W., Irawaty, D., & Maria, R. (2020). Pengaruh Guided Imagery
Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara Di Ruangan
Rawat Inap Bedah Wanita RSUP Dr. M.Djamil Padang. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 5(2), 236–240.
https://doi.org/10.30651/jkm.v5i2.6145
44
Mastektomidengan nyeri akut di Ruang Bima RSUD Sanjiwani
Gianyar Tahun 2020uluan. 1–7.
Panti, P., Terhadap, W., Lansia, A., Afriansyah, A., & Werdha, P. (2018).
Pelayanan panti werdha terhadap adaptasi lansia.
Putri, R. D., Adhisty, K., & Idriansari, A. (2020). Pengaruh Relaksasi Otot
Progresif dan Imajinasi Terbimbing Terhadap Mual Muntah Pada
Pasien Kanker Payudara. Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana, 3,
104–114.
45