Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN S DENGAN KANKER OVARIUM

RUANGAN TULIP RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

Disusun oleh:

KELOMPOK 4

Idzni Nelia Mustafa, S.Kep


Maidenni Fortuna, S.Kep
Nia Fitriani Fadhilah, S.Kep
Sundari , S.Kep

Preseptor:

Akademik : Dr. Misrawati, M.Kep., Sp. Mat


Klinik : Ns. Henny Yuliawati, S.kep

PRAKTIK PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada kasus ini telah disetujui untuk diseminarkan


Dihadapan tim preseptor akademik dan klinik
Program Studi NERS Fakultas Keperawatan Universitas Riau

Pekanbaru, 21 Mei 2022

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Dr. Misrawati, M.Kep., Sp. Mat Ns. Henny Yuliawati, S.Kep

Koordinator

Ns. Yulia Irvani Dewi, M.Kep., Sp. Mat

2
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat - Nya penulis dapat menyelesaikan makalah seminar Keperawatan Medikal Bedah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Kanker Ovarium Ruangan Tulip
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau”.
Penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
penyusunan makalah seminar ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. drg. Wan Fajriatul Mamnunah, Sp. KG selaku Direktur RSUD Arifin Ahmad Provinsi
Riau
2. Prof. Dr. Ir. Usman m. Tang, MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Riau
3. Dr. Misrawati, M.Kep., Sp. Mat selaku pembimbing akademik yang telah bersedia
memberikan masukan, bimbingan, serta dukungan bagi penulis.
4. Ns. Henny Yuliawati, S.Kep selaku pembimbing ruangan yang selalu memberikan
masukan dan bimbingan bagi penulis.
5. Pihak Rumah Sakit Arifin Achmad Provinsi Riau yang telah bersedia mengizinkan
penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
Penulis sadar bahwa makalah seminar ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan penulis demi kebaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi dunia pendidikan di bidang
keperawatan.
Pekanbaru, 23 Mei 2022

Kelompok

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................................2
B. Tujuan penulisan..........................................................................................................2
C. Manfaat penulisan........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................5
A. Definisi Kanker Ovarium.............................................................................................6
B. Anatomi fisiologi..........................................................................................................6
C. Etiologi.........................................................................................................................7
D. Patofisiologi..................................................................................................................8
E. Klasifikasi.....................................................................................................................10
F. Manifestasi klinis.........................................................................................................11
G. Pemeriksaan penunjang................................................................................................11
H. Penatalaksanaan............................................................................................................12
I. Komplikasi...................................................................................................................13
J. ASKEP.........................................................................................................................13
BAB III PEMBAHASAN KASUS........................................................................................20
A. Gambaran Kasus...........................................................................................................20
B. Pengkajian, pemeriksaan fisik dan penunjang.............................................................20
C. Diagnose keperawatan dan intervensi..........................................................................22
D. Analisa data..................................................................................................................23
E. Intervensi......................................................................................................................24
F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.....................................................................30
BAB V PEMBAHASAN........................................................................................................46
A. Pengkajian....................................................................................................................46
B. Diagnose keperawatan..................................................................................................47
C. Intervensi keperawatan.................................................................................................48
D. Implementasi keperawatan...........................................................................................49
E. Evaluasi keperawatan...................................................................................................50
BAB V PENUTUP..................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................52

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel – sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel–sel kanker akan terus berkembang dengan
cepat, tidak terkendali, dan akan terus membela diri (istighosah & Yunita, 2019).
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai tipe
histologi yang dapat mengenai semua umur. Kanker ovarium menempati posisi ke-3
dari 10 kanker tersering pada wanita. Minimnya pengetahuan terhadap kanker sendiri
merupakan salah satu penghambat pendeteksian dini kejadian kanker ovarium
(Purwoko, 2018).
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke
bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah dan menyebar ke hati dan paru-paru (Utami, 2016). Kanker ovarium
adalah penyakit keganasan ginekologi dengan mortalitas tinggi dengan prognosis
yang buruk dan tidak ada gejala yang khas di awal stadium (Hariyono Winarto &
Andrew Wijaya, 2020)
Berdasarkan national cancer institute pada tahun 2018 prevelensi kanker
ovarium menurut dunia menunjukkan tingkat kasus baru dan kematian per 100.000,
tingkat kasus baru kanker ovarium adalah 10,9 per 100.000 wanita pertahun.
Angka kematian 6,7 per 100.000 wanita per tahun. Angka ini disesuaikan dengan
usia dan berdasarkan kasus dan kematian 2014-2018. Sedangkan angka kejadian
kanker ovarium diindonesia menurut globocan pada kasus baru tahun 2020
terdapat 14,896 jumlah ini mewakili 7% dari total kasus kanker baru dan
banyaknya populasi wanita diindonesia 135.805.760.
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan tipe
histologi dapat mengenai semua umur. Kanker ovarium menempati
posisi ke-3 dari 10 kanker tersering pada wanita. Minimnya pengetahuan terhadap
kanker sendiri merupakan salah satu penghambat pendeteksian dini kejadian
kanker ovarium. Kanker ovarium dikenal sebagai silent killer karena pada
stadium awal penyakit ini tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik.
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti akan tetapi berbagai faktor

1
risiko diduga memiliki pengaruh terhadap timbulnya kanker ini (Apri & Desi,
2016).
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan, sedangkan
keluhan yang timbul pada kanker stadium lanjut karena adanya penyebaran kanker,
penyebaran kanker pada permukaan serosa dari kolon dan asites adalah rasa nyeri
di area abdomen, tidak nyaman dan cepat merasa kenyang. Gejala lain yang sering
timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek,
sehingga pasien dengan kanker ovarium akan mengalami penurunan nafsu
makan, penurunan aktifitas akibat mudah lelah (Ari et al., 2016) Pasien kanker
merupakan pasien dengan kondisi kualitas hidup yang menurun. Keadaan ini
dapat berakibat juga pada penurunan status kualitas tidurnya, aktivitas keseharia dan
tujuan dalam hidupnya. Dampak yang akan dirasakan oleh pasien kanker
ovarium ini juga telihat secara psikologis yang tergambar dalam keadaan stress
nya. kondisi stress ini disebabkan oleh berbagai ketakutan yang mungkin dapat
terjadi pada pasien kanker ovarium tersebut seperti takut akan nyeri, operasi,
kematian, perubahan pada reproduksi dan seksual, perubahan body image serta
hubungan dengan keluarga (Adhisty et al., 2019).
Untuk meningkatkan kelangsungan hidup penderita kanker ovarium,
dilakukan untuk memprediksi keganasan tumor tersebut sebelum dilakukan
pembedahan, karena adanya perbedaan penanganan pada tumor jinak dan kanker
ovarium. Terdapat berbagai modalitas untuk mendeteksi keganasan tumor
ovarium prabedah. Mulai dari pemeriksaan klinis melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti petanda tumor dan
ultrasonografi (Budiana, 2013).
Pada tahun 2022 kasus kanker ovarium pada An. S merupakan kasus pertama
pada usia muda (13 tahun) di ruangan Tulip RSUD Arifin Achmad.
Angka keberlangsungan hidup yang rendah pada pasien dengan kanker
ovarium mengharuskaan ners muda untuk memahami dengan baik pemberian asuhan
keperawatan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien secara komprehensif dan holistik
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka ners muda tertarik untuk
membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium pada An.
S di ruangan Tulip RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kanker Ovarium
di Ruangan Tulip RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
2. Tujuan Khusus
Menerapkan Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium:
a. Pengkajian
b. Analisa data
c. Intervensi keperawatan
d. Implementasi
e. Evaluasi
C. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam menerapkan
Asuhan Keperawatan pada pasien kanker ovarium.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu
dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium.
3. Masyarakat (keluarga/pasien)
Diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah wawasan masyarakat dan
mendorong masyarakat untuk berpartisipasi melakukan pemeriksaan, pencegahan,
dan perawatan pada keluarga atau penderita kanker ovarium.
4. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi referensi dan evaluasi dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan kepada pasien di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kanker Ovarium


Kanker ovarium adalah kanker yang terbentuk pada jaringan satu atau kedua
ovarium. Kanker ovarium dapat tumbuh pada permukaan ovarium (epitel ovarium)
yang disebut sebagai kanker ovarium epitel atau pada jaringan lain pada ovarium
(non-epithelial). Kanker ovarium non-epithelial yang sering terjadi yaitu tumor sel
germinal maligna dan tumor sex cord stromal (European Society for Medical
Oncology, 2014).
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada
umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang
terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tandatanda awal yang pasti. Beberapa
wanita mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak (Digitulio, 2014).
Kanker ovarium adalah kanker ganas yang berasal dari ovarium dengan
berbagai histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel germinal lebih
banyak dijumpai pada penderita berusia 50 tahun (Manuaba, 2013).
B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum dapat diketahui secara pasti. Namun,
beberapa faktor yang dapat menyebabkan kanker ovarium dapat diidentifikasi. Faktor
reproduksi, faktor genetik, penggunaan terapi hormone, penggunaan talc powder, dan
konsumsi laktosa tinggi dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium (Medscape,
2017).
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Menurut Manuaba
(2013) faktor resiko terjadinya kanker ovarium sebagai berikut:
a. menstruasi dini Jika seorang wanita mengalami haid sejak usia dini maka akan
memiliki resiko tinggi terkena kanker ovarium.
b. Faktor usia Wanita usia lebih dari 45 tahun lebih rentan terkena kanker ovarium.
c. Faktor reproduksi
1) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya risiko
menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel
ovarium.
2) Induksi ovulasi dengan menggunakan chomiphene sitrat meningkatkan resiko
dua sampai tiga kali.
4
3) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi risiko
terjadinya kanker.
4) Pemakaian pil kb menurunkan resiko hingga 50% jika dikonsumsi selama 5
tahun lebih.
d. Wanita mandul atau tidak bisa hamil
e. Wanita yang belum pernah hamil akan memiliki resiko tinggi terkena kanker
ovarium.
f. Faktor genetik
1) Sebesar 5% sampai dengan 10% adalah herediter.
2) Angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara dan meningkat menjadi
7% bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium.
g. Makanan Terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak hewani yang dapat
meningkatkan risiko terkena kanker ovarium.
h. Obesitas Wanita yang mengalami obesitas (kegemukan) memiliki resiko tinggi
terkena kanker ovarium.
C. Manifestasi Klinis
Kanker ovarium biasanya tidak menimbulkan gejala pada stadium awal,
sehingga kanker ovarium lebih sering terdiagnosis setelah mengalami metastasis.
Pada stadium awal dapat menimbulkan gejala ketika terjadi torsio pada massa
ovarium yang menimbulkan nyeri, atau mengakibatkan peningkatan frekuensi urin
atau konstipasi. Pada stadium lanjut, kanker ovarium menimbulkan beberapa keluhan,
seperti kembung, nyeri abdomen, dan keluhan berkemih (Liwang, dkk., 2014).
Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium seperti,
perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia, berat badan meningkat karena
adanya massa/asites, peningkatan lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri
punggung, konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan
abnormal, flatulens. peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul.
D. Patofisiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namunnmultifaktoral. Resiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan factor lingkungan, reproduksi dan
genetik. Faktorfaktor lingkungan yang berkaitan dengan dengan kanker ovarium
epitel terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Insiden tertinggi terjadi di
industri barat. Kebiasaan makan, minum kopi, dan merokok, dan penggunaan bedak
talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker.
5
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin dapat
mencegah. Terapi penggantian estrogen pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih
berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium. Gengen supresor
tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting pada
beberapa keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi
penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium.
Bila yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker ovarium
dikelompokkan dalam 3 kategori besar : 1. Tumortumor epiteliel, 2. Tumor stroma
gonad, dan 3. Tumor-tumor sel germinal. Keganasan epiteliel yang paling sering
adalah adenoma karsinoma serosa. Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai
berkembang dari permukaan epitelium, atau serosa ovarium. Kanker ovarium
bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan
pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan perinetoneal sehingga implantasi
dan pertumbuhan. Keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan
intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk
penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer pada pelvis dan kavum abdominal pada
akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal
dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik. Gejala tidak pasti akan muncul
seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih, dan disuria,
dan perubahan gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang, dan konstipasi.pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen,
beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala
keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam
tumor, ruptur, atau torsi ovarium.
Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis
rutin. Pada perempuan pramenopause, kebanyakan massa adneksa yang teraba
bukanlah keganasan tetapi merupakan kista korpus luteum atau folikular. Kista
fungsional ini akan hilang dalam satu sampai tiga siklus menstruasi. Namun pada
perempuan menarkhe atau pasca menopause, dengan massa berukuran berapapun,
disarankan untuk evaluasi lanjut secepatnya dan mungkin juga eksplorasi bedah.
Walaupun laparatomi adalaha prosedur primer yang digunakan untuk menentukan

6
diagnosis, cara-cara kurang invasif, )misal CT-Scan, sonografi abdomen dan pelvis)
sering dapat membantu menentukan stadium dan luasnya penyebaran. Lima persen
dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor stroma gonad, 2 % dari jumlah ini
menjadi keganasanovarium. WHO (World Health Organization), mengklarifikasikan
neoplasma ovarium ke dalam lima jenis dengan subbagian yang multipel. Dari semua
neoplasma ovarium, 25 % hingga 33 % tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker
ovarium berkembang dari bagian kista dermoid. Eksisi bedah adalah pengobatan
primer untuk semua tumor ovarium, dengan tindak lanjut yang sesuai, tumor apa pun
dapat ditentukan bila ganas.

7
E. Pathway

F. Klasifikasi
Menurut Prawirohardjo (2014), klasifikasi stadium kanker ovarium menurut
FIGO (Federation International de Gynecologis Obstetricts) 1988 sebagai berikut.

Stadium FIGO Kategori


Stadium I Tumor terbatas pada ovarium
1a Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak
ada tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel

8
kanker pada cairan asites atau pada bilasan
peritoneum
1b Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh,
tidak terdapat tumor pada permukaan luar, tidak
terdapat sel kanker pada cairan asites atau bilasan
peritoneum
1c Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan
satu dari tandatanda sebagai berikut : kapsul pecah,
tumor pada permukaan luar kapsul. Sel kanker
postitif pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke pelvis
Iia Perluasan dan implan ke uterus atau tuba fallopi.
Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan
peritoneum
IIb Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel
kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum
IIc Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker positif
pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara
mikroskopik diluar pelvis atau metastasis ke
kelenjar getah bening regional
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis
IIIb Metastasis peritoneum mikroskopik diluar pelvis
dengan diameter terbesar 2 cm atau kurang
IIIc Metastasis peritoneum diluar pelvis dengan diameter
terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis kelenjar getah
bening regional
IV Metastasis jauh diluar rongga peritoneum. Bila
terdapat efusi pleura, maka cairan pleura
mengandung sel kanker positif. Termasuk metastasis
pada parenkim hati.

9
G. Faktor Risiko
Menurut European Society for Medical Oncologi (2014), kanker ovarium
dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, antara lain:
1. Usia
Wanita yang berusia >60 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
ovarium. Pada proses penuaan, diperkirakan banyak terjadi perubahan pada DNA
yang menyebabkan terjadinya perkembangan kanker ovarium. Namun, insidensi
kanker ovarium sedikit menurun setelah berusia 80 tahun.
2. Riwayat Keluarga
Wanita yang memiliki salah satu keluarga tingkat satu, seperti ibu atau saudara
perempuan dengan kanker ovarium, memiliki risiko 3 kali lipat terkena kanker
ovarium. Risiko tersebut akan semakin meningkat, apabila keluarga tingkat satu
tersebut dengan kanker ovarium lebih dari satu.
3. Riwayat Kanker Payudara
Wanita dengan kanker payuda sebelumnya saat usia <50 tahun, memiliki
resiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
4. Jumlah Paritas
Nullipara memiliki risiko 2 kali lebih tinggi terkena kanker ovarium dibanding
wanita yang telah melahirkan. Pada saat hamil, ovulasi diberhentikan sementara.
Hal ini yang menyebabkan saat hamil diperkirakan membantu ovarium untuk
melepaskan sel-sel premaligna.
5. Ras
Wanita Caucasian memiliki risiko 30-40% lebih tinggi dibandikan wanita
Hispanic. Hal ini dapat dikaitkan dengan jumlah paritas dan frekuensi intervensi
bedah ginekologi yang dilakukan.
Ginting (2016) menemukan bahwa kanker ovarium tipe epitelial di Poli
Onkologi Ginekologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya sangat dipengaruhi oleh usia,
jumlah paritas, riwayat dan lama penggunaan KB. Sedangkan faktor yang tidak
terlalu berpengaruh, yaitu faktor BMI, riwayat keluarga, riwayat merokok dan
jumlah rokok.
Risiko kanker ovarium menurun pada wanita dengan riwayat menyusui.
Semakin lama durasi menyusui penurunan risiko terjadinya kanker ovarium
semakin besar, yaitu sebesar lebih dari 50% bagi wanita dengan riwayat
menyusui lebih dari 24 bulan (Adisasmita, dkk., 2016).

10
Johari, dkk. (2013) menemukan bahwa insidensi kanker ovarium paling
banyak berdasarkan usia antara 35-50 tahun; usia menarke antara 12-14 tahun;
riwayat menopause, lebih banyak pada wanita yang belum menopause; jumlah
paritas, lebih banyak pada nullipara; jumlah abortus, lebih banyak pada wanita
yang tidak pernah mengalami abortus; berat badan antara 40-50 kg; tinggi badan
antara 150-160 cm; indeks massa tubuh, lebih banyak pada kategori normal;
wanita yang tidak menggunakan pil kontrasepsi, paling banyak mengalami kanker
ovarium; dan kota Medan mencatatkan kota yang terbanyak penderita kanker
ovarium. Risiko kanker ovarium dapat menurun dengan melakukan
salpingectomy pada indikasi benigna. Hal ini didukung oleh hipotesis yang
menyatakan bahwa kanker ovarium sebagian besar terjadi di tuba fallopi
(Falconer, dkk., 2015).
H. Penatalaksanaan Kanker Ovarium
1. Penatalaksanaan medis
1) Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker ovarium sampai
stadium IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi
mempunyai keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada pasien usia
pramenopouse. Kanker ovarium dengan diameter lebih dari 4 cm menurut
beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi dari pada operasi.
Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang dari 1%. Morbiditas
termasuk kejadian fistel (1% sampai 2%), kehilangan darah, atonia
kandung kemih yang membutuhkan katerisasi intermiten, antikolinergik,
atau alfa antagonis.
2) Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai
stadium II B sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil
tetapi bukan kandidat untuk pembedahan. Penambahan cisplatin selama
radio terapi whole pelvic dapat memperbaiki kesintasan hidup 30%
sampai 50%.
3) Kemoterapi
Terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi lanjutan atau
untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi yang paling aktif

11
adalah ciplastin. Carboplatin juga mempunyai aktivitas yang sama dengan
cisplatin.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kenker ovarium meliputi
pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan
mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat mendukung
kemampuan klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan
mencegah komplikasi (Reeder dkk, 2013).
Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis,
memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya
keluarga komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk meghadapi masalah.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiografi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat karena dapat
menentukan morfologi tumor pelvis, serta menilai ada tidaknya massa pada
bagian lain abdomen. Ultrasonografi transvaginal bermanfaat untuk menilai
struktur dan pendarahan ovarium, membedakan massa kistik dan solid, serta
mendeteksi adanya asites. Tingkat akurasi pemeriksaan ini untuk membedakan
massa jinak dan ganas adalah sensitivitas 86-94%, spesifisitas 94-96%. Walau
demikian, perlu diingat bahwa ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh operator
(operator-dependent). Studi dilakukan untuk validasi eksternal sistem skoring
ultrasonografi transvaginal untuk kanker ovarium dan hasilnya menunjukkan
bahwa performa pemeriksaan ini inferior dibandingkan dengan tingkat akurasi
yang dilaporkan. Selain itu, ultrasonografi juga memiliki nilai prediksi positif
yang rendah karena tingginya prevalensi lesi ovarium jinak.
X-ray thorax atau CT scan rutin dilakukan untuk membantu eksklusi efusi
pleura dan metastasis pulmonar. CT scan lebih disarankan karena sekaligus
digunakan untuk staging kanker. MRI lebih superior karena dapat menentukan
jenis jaringan tumor, termasuk adanya lemak, darah, musin, cairan, atau jaringan
pada massa ovarium. Hal ini bermanfaat untuk menentukan apakah massa tersebut
jinak atau ganas. Walau demikian, pemeriksaan ini tidak umum dilakukan
mengingat harga yang lebih mahal dan ketersediaan alat.
2. Pemeriksaan Penanda Tumor

12
Pemeriksaan penanda tumor yang dilakukan adalah CA 125 pada darah.
Pemeriksaan ini sebaiknya dikombinasikan dengan pemeriksaan radiologis untuk
mendeteksi kanker ovarium. Selain CA 125, assay yang dapat digunakan untuk
pemeriksaan di antaranya adalah apolipoprotein A1, follicle stimulating hormone
(FSH) dan human epididymis protein 4. Walau demikian, pemeriksaan ini
memiliki tingkat akurasi yang rendah.
3. Kombinasi Pemeriksaan Ultrasonografi dan Penanda Tumor
Keterbatasan pemeriksaan ultrasonografi dan penanda tumor menjadi dasar
penelitian untuk kombinasi kedua pemeriksaan ini. Studi menunjukkan tingkat
akurasi yang lebih tinggi sehingga kombinasi kedua pemeriksaan ini saat ini
menjadi standar diagnosis kanker ovarium. Walau demikian masih diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai standar penelitian (apakah penanda tumor
terlebih dahulu, ultrasonografi terlebih dahulu, atau keduanya bersamaan), serta
akurasi pemeriksaan.
4. Pemeriksaan Histopatologi
Biopsi dengan aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy) tidak rutin
dilakukan. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan operasi laparoskopi
untuk mereseksi tumor. Dari pemeriksaan histopatologi dapat diketahui secara
pasti apakah tumor tersebut ganas atau jinak dan tipe dari keganasan tersebut.
Berdasarkan histopatologi, kanker ovarium dibedakan menjadi beberapa jenis di
antaranya tipe epitelial tipe yang terbanyak (90%) yang meliputi subtipe serosa,
endometrioid, clear-cell dan karsinoma musinosa. Dari tipe ini yang paling banyak
adalah high-grade serous carcinoma (HGSC). Tipe kanker ovarium yang lain di
antaranya adalah tumor stromal, tumor sel germinal, karsinoma peritoneal primer
dan metastasis tumor ovarium. Beberapa kanker ovarium diduga berasal dari luar
ovarium, banyak kasus HGSC ovarium ditemukan berasal dari tuba fallopii. Baik
ovarium maupun tuba falopii berasal dari epitel coelomic pada saat perkembangan
embrio.(dr. Yelvi Levani, 2019)
J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, asal
suku bangsa, tempat lahir, nama orang tua, pekerjaan orang tua. Keganasan

13
kanker ovarium sering ditemui pada usia sebelum menarche atau diatas 45 tahun
(Manuaba, 2010).
2. Keluhan utama
Biasanya mengalami perdarahan yang abnormal atau menorrhagia pada wanita
usia subur atau wanita diatas usia 50 tahunatau menopause untuk stadium awal.
Pada stadium lanjutakan mengalami pembesaran massa yang disertai asites
(Reeder,dkk. 2013).
3. Riwayat kesehatan sekarang
Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau
merasa cepat kenyang, dan gejala perkemihan kemungkinan menetap Pada
stadium lanjut, sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis, distensi
abdomen, penurunan berat badan, dan nyeri pada abdomen.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara,
dan kanker endometrium (Reeder, dkk. 2013).
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan
kanker ovarium yang beresiko 50% (Reeder, dkk. 2013).
6. Keadaan psiko-sosial-ekonomi dan budaya
Kanker ovarium sering ditemukan pada kelompok sosial ekonomi yang
rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene.
7. Data khusus
Data khusus pada pengkajian asuhan keperawatan meliputi : Riwayat haid,
riwayat obstetri, data psikologis, data aktivitas atau istirahat, data makanan atau
cairan, data nyeri atau kenyamanan, pemeriksaan fisik (kesadaran, kepala dan
rambut, telinga, wajah, leher, abdomen, dan genetalia), pemeriksaan penunajang
(pemeriksaan laboratorium : Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi
gen yang abnormal. Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen
karsinoma ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal
atau meningkat yang mengarah ke komplikasi).
b. Diagnosa Keperawatan

14
Diagnosa Keperawatan Jenis-jenis diagnosa keperawatan antara lain : yang
pertama diagnosa aktual, diagnosa ini menggambarkan respon pasien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan pasien mengalami masalah
kesehatan. Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi kepada
pasien. Kedua yaitu diagnosa risiko, diagnosa ini menggambarkan respon pasien
terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya atau proses kehidupannya yang
dapat menyebabkan pasien berisiko mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan
tanda atau gejala mayor dan minor pada pasien, namun pasien memiliki faktor risiko
mengalami masalah kesehatan. Ketiga yaitu diagnosa potensial (promosi kesehatan),
diagnosa ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi pasien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.
Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1) Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakbugaran fisik
4) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh.
5) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan pengobatan

c. Rencana Keperawatan
No Diagnosa KODE Tujuan Intervensi
Keperawatan SDKI
1. Nyeri Kronis b/d D.0078 NOC : 1. Lakukan pengkajian
infiltrasi tumor  Pain level nyeri secara komprehensif
 Pain control 2. Observasi reaksi non

 Comfort level verbal dari

Kriteria Hasil: ketidaknyamanan

1. Mampu mengontrol 3. Ajarkan tehnik relaksasi


nyeri nafas dalam untuk

2. Melaporkan bahwa mengurangi nyeri 4.

nyeri berkurang dengan Kolaborasi untuk

menggunakan pemberian analgetik

manajemen nyeri
3. Mampu mengenali

15
skala, intensitas, lokasi,
dan frekuensi nyeri
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
2. Gangguan D.0054 NOC : 1. Kaji kemampuan pasien
mobilitas fisik  Joint movement active dalam mobilisasi 2.
b/d  Mobility level Monitoring vital sign 3.
ketidakbugaran  Self care : ADLs Bantu pasien dalam
fisik Kriteria Hasil : menggunakan alat bantu

1. Pasien meningkat jalan


dalam aktivitas fisik 4. Konsultasi dengan

2. Mengerti tujuan dari terapi fisik tentang rencana


peningkatan mobilitas 3. ambulasi sesuai dengan
Memperagakan kebutuhan

penggunaan alat
4. Bantu untuk mobilisasi
3. Defisit nutrisi NOC : 1. Kaji status nutrisi pasien
b/d kurangnya  Nutritional status : food 2. Berikan informasi
asupan makanan & fluid intake tentang kebutuhan nutrisi
 Nutritional status : 3. Ajarkan pasien
nutrient intake membuat catatan makanan
 Weight control harian
Kriteria hasil : 4. Kolaborasi dengan tim
1. Adanya peningkatan gizi untuk kebutuhan
berat badan sesuai nutrisi
dengan tujuan
2. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

16
4. Tidak ada tand
4. Disfungsi D.0069 Kriteria Hasil : 1. Kaji frekuensi
seksual b/d 1. Pengenalan dan berhubungan pasien
perubahan penerimaan identitas dengan suami setelah
fungsi/struktur seksual pribadi mengetahui
tubuh 2. Mengetahui masalah penyakitnya
reproduksi 2. Membangun hubungan
3. Mampu mengontrol terapeutik berdasarkan
kecemasan kepercayaan dan rasa
4. Menunjukkan hormat
keinginan untuk 3. Menyediakan privasi
mendiskusikan dan menjamin
perubahan fungsi seksual kerahasiaan
5. Mengungkapkan 4. Menginformasikan
pemahaman terhadap diawal bahwa
perubahan fungsi seksual seksualitas adalah hal
penting dalam
kehidupan
5. Gangguan rasa D.0074 NOC: 1. Gunakan pendekatan
nyaman b/d  Ansiety yang menenangkan
gejala penyakit  Fear level 2. Dorong pasien untuk

 Sleep deprivation mengungkapkan perasaan

 Comfort, readness for ketakutan


enchanched 3. Dengarkan dengan

Kriteria Hasil : penuh perhatian

1. Mampu mengontrol 4. Instruksikan pasien

kecemasan menggunakan tehnik

2. Status lingkungan relaksasi


yang nyaman
3. Mengontrol nyeri
kualitas tidur dan
istirahat yang adekuat
4. Kualitas tidur dan

17
istirahat adekuat
5. Respon terhadap
pengobatan
6. Distress spiritual D.0082 NOC : 1. Gunakan komunikasi
b/d kondisi  Ansietas kematian nterapeutik untuk
penyakit kronis  Konflik pembuatan membangun kepercayaan
keputusan dan kepedulian empatik
 Koping tidak efektif 2. Memanfaatkan alat

 Risiko distres spiritual untuk memonitor dan

Kriteria Hasil : mengevaluasi

1. mampu mengontrol kesejahteraan rohani


kecemasan 3. Menyediakan privasi

2. mampu mengontrol dan cukup waktu untuk


tingkat depresi dan level kegiatan spiritual
stres 4. Datangkan penasihat

3. mampu memproses spiritual pilihan individu


informasi
4. penerimaan atau
kesiapan menghadapi
kematian
5. menunjukkan arti
harapan hidup

18
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Pengkajian
1. Gambaran Kasus
a. Analisis kasus
Nama : An.S
Umur : 13 tahun 5 Bulan
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status perkawinan : Belum Kawin
Tanggal masuk RS : 18 Mei 2022
Tanggal pengkajian : 23 Mei 2022
Cara masuk RS : Rujukan RS Dumai
Diagnosa medis : Kanker Ovarium IC + Ascites + Efusi Pleura
Dextra
b. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan perut semakin membesar, nyeri ulu hati, sesak
napas. Pasien mengatakan bahwa semakin besar perut, semakin bertambah
sesak napasnya.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RS Dumai pada tanggal 18 Mei 2022.
Pasien datang ke RSUD AA melalui IGD dengan keluhan yang sama yaitu
mengeluhkan sesak napas, nyeri ulu hati, dan perut membesar sejak kurang
lebih satu bulan yang lalu.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien memiliki riwayat tumor ovarium sebelah kiri sejak satu tahun
yang lalu dan sudah dioperasi. Pasien tidak melakukan kemoterapi setelah
operasi pada tahun 2021.

19
e. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien An. S merupakan anak pertama dari Ny. I dan Bpk. Ay yang
sudah bercerai. An. S tinggal bersama bapak, nenek dan adiknya di Dumai.
An. S kelas 1 SMP dan adiknya Kelas 5 SD. Anggota keluarga bapak dan
ibunya tidak memiliki penyakit yang sama.
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital tanggal (23 Mei 2022)
- Tekanan darah: 120/80 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,5⁰c
- TB : 158 cm
- BB saat ini : 56 Kg
- Rambut : Bersih, tidak ada lesi
- Mata : Konjungtiva tidak tampak anemis, mata simetris atara
kiri dan
kanan, dilatasi pupil normal, reflek cahaya (+/+)
- Hidung : Terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm, tidak terdapat
secret
- Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
- Gigi : Gigi lengkap, tidak menggunakan gigi palsu
- Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran
b. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelejar getah bening
c. Dada

20
- Inspeksi : Tidak terdapat penggunaan otot bantu napas
d. Abdomen
- Inspeksi : Terdapat luka bekas operasi
- Palpasi : Teraba keras pada abdomen bagian bawah
- Perkusi : Terdengar timpani pada abdomen
- Auskultasi : Bising usus 12x/menit
e. Genitalia : Tidak terpasang kateter.
f. Reproduksi : pasien belum mendapatkan haid
g. Ekstremitas
- Atas : Terpasang cairan Nacl 0,9% 20 tpm dibagian tangan
kanan, CRT < 3 detik, tidak terdapat edema
- Bawah : tidak terdapat edema atau pun luka, tidak ada sianosis,
CRT < 3 detik
h. Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang, tidak ada
dekubitus
3. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik penunjang
a. Laboratorium (10/05/2022)

Pemeriksaan Nilai Normal Kesimpulan/ Intepretasi


Darah Lengkap
Hemoglobin : 9,8 g/dL 12,0-16,0 Hb rendah
Leukosit : 13,05 10^3/цL 4,80-10,80 Leukosit tinggi
Trombosit : 462 10^3/цL 150-450 Trombosit tinggi
Eritrosit : 3,57 10^6/цL 3,70-6,50 Eritrosit rendah
Hematokrit : 30,0 % 37-47 Hematokrit rendah
Kimia Klinik
Albumin : 3,1 g/dL 3,8-5,4 Albumin rendah
AST : 27 U/L 10-40 AST normal
ALT : 13 U/L 10-40 ALT normal
GDS : 103 mg/dL <100 bukan DM GDS normal
Ureum : 41,0 mg/dL 10,7-38,5 Ureum tinggi
Kreatinin : 0,65 mg/Dl 0,55-1,30 Kreatinin normal
Elektrolit
Natrium : 145 mmol/L 135-145 Natrium normal

21
Kalium : 4,6 mmol/L 3,5-5,5 Kalium normal
Klorida : 108 mmol/L 97-107 Klorida tinggi

b. Pemeriksaan Diagnostik
- CT abdomen tanpa dan dengan kontras (13/05/2022)
Kesan :Massa kistik kompleks bersepta dan dengan komponen solid
didalamnya di cavum pelvis
Massa ovarium malignant
Hepatomegali, susp.metastasis hepar
Ascites
Susp.peritoneal cacinomatosis
Efusi pleura kanan
- X-foto Thorax (13/05/2022)
Kesan :Efusi pleura dextra

4. Medikasi/ Obat-obatan yang diberikan saat ini

Nama obat-obatan Fungsi obat:


1. Infus Nacl 0,9% Infus ini digunakan untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. Nacl
0,9% bertujuan untuk menggantikan cairan
tubuh yang hilang akibat muntah, diare,
pendarahan, asidosis metabolik, dan syok.
2. Injeksi Dexamethason 20 Obat golongan kortikosteroid yang bermanfaat
mg untuk menangani berbagai kondisi peradangan,
reaksi alergi, dan penyakit autoimun.
3. Injeksi Ranitidin 1 amp Kandungan obat ini efektif untuk mengatasi
gejala atau penyakit yang berkaitan dengan
produksi asam lambung yang berlebih.
4. Injeksi Ondansentron Obat ini digunakan untuk mencegah mual dan
muntah
5. Injeksi Carboplatin Obat untuk penyakit kanker
6. Injeksi Difenhidramin Obat antihidtamine yang terutama digunakan

22
untuk mengobati alergi.
b. Analisis Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS Adanya kebocoran antar Pola Nafas Tidak Efektif
- Pasien mengatakan alveoli dengan rongga
sesak napas pleura
- Pasien mengatakan
badan terasa lemah Udara pindah dari alveoli
- Pasien merasa sesak ke rongga pleura
saat tidur telentang, dan
miring Paru kolaps (menguncup)

DO Pneumotoraks (udara
- Pasien tampak sesak terdapat didalam rongga

- RR: 30 x/i pleura)

- Pasien menggunakan
nasal kanul 2 lpm Menghambat drainase
limfatik
- CT scan abdomen
(13/05/22), kesan: efusi
Tekanan kapiler paru
pleura dextra
meningkat
- Hb : 9,8 (rendah)

Tekanan hidrostatistik

Efusi pleura

Penumpukan cairan dalam


rongga pleura

Ekspansi paru menurun

Pola Nafas Tidak Efektif

23
DS: Kanker endometrium Nyeri Akut
- Pasien mengatakan
sakit di perut bekas Karsinoma menjadi
operasi pengeluaran berkembang
cairan
- P : Luka bekas jahitan Metastasis ke hepar
post operasi
- Q : Nyeri seperti di Hepatomegali
tusuk-tusuk
- R : Daerah luka sekitar Ascites

jahitan
- S : Skala nyeri 5
- T : Nyeri dirasakan Pembedahan untuk

semakin memberat mengeluarkan cairan

ketika bergerak
DO: Luka insisi

- Saat di palpasi terasa


Nyeri Akut
keras dan adanya
distensi abdomen
- Dengan skala nyeri 5,
nyeri tekan pada
abdomen, nyeri seperti
di ditusuk-tusuk
- Terdapat luka bekas
operasi pada abdomen
kuadran 2

24
DS: Proses pembedahan Risiko Infeksi
- Pasien mengatakan
nyeri pada bekas operasi Luka insisi pada abdomen
dan terkadang terasa
gatal Inkontinuitas jaringan
DO: terputus
- Terdapat luka post
operasi pengeluaran Luka
cairan pada abdomen
kuadran 2 Port de entry
- Luka tampak
kemerahan Risiko infeksi
- Luka tampak terdapat
sedikit pus
c. Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Nyeri akut
3. Risiko infeksi
d. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan

25
1 D.0005 Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
Pola napas tidak keperawatan selama 2x24 jam Observasi
efektif pola napas membaik dengan - Monitor pola napas (frekuensi,
kriteria hasil: kedalaman, usaha napas)
- Dispnea menurun - Monitor bunyi napas tambahan
- Pernapasan cuping hidung Teraupetik
menurun - Posisikan semi fowler atau
- Frekuensi napas membaik fowler
- Kedalaman napas membaik - Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan respirasi
Observasi
- Monitor pola napas (bradipnea,
takipnea, hiperventilasi.
Kussmaul)
- Monitor adanya sumbatan jalan
napas
- Auskultasi bunyi napas
2 D.0077 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
Nyeri akut keperawatan selama 2x24 jam Observasi
diharapkan nyeri dapat - Identifikasi lokasi,
berkurang dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,
- Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri, skala
- Ketegangan otot menurun nyeri

26
- Frekuensi nadi membaik - Identifikasi respon nyeri secara
- Tekanan darah membaik non verbal
Teraupetik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Relaksasi, terapi musik,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik
3 D.0142 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
Resiko infeksi keperawatan selama 2x24 jam Observasi
tingkat infeksi menurun dengan - Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil: infeksi local dan sistemik
- Kemerahan menurun Teraupetik
- Nyeri menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Periode malaise menurun - Cuci tangan sebelum dan

27
- Letargi menurun sesudah kontak dengan pasien
- Gangguan kognitif menurun dan lingkungan pasien
- Kadar sel darah putih - Pertahankan teknik aseptic
membaik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka/luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

e. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tgl/Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan

28
24/05/2022 Pola napas tidak - Memonitor pola napas S :
11.00 efektif (frekuensi, kedalaman, - Pasien mengatakan sesak
usaha napas) napas
- Memonitor bunyi
napas tambahan O:
- Memposisikan semi - Pasien terlihat sesak
fowler bernapas
- Memberikan oksigen - RR 28x/menit
3 lpm - TD 110/60 mmHg
- Memonitor pola napas - Tidak terdengar bunyi napas
(bradipnea, takipnea, tambahan
hiperventilasi.
Kussmaul) A : Masalah pola napas tidak
- Memonitor adanya efektif belum teratasi
sumbatan jalan napas P : Intervensi dilanjutkan
- Memonitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
- Memonitor bunyi napas
tambahan
- Memposisikan semi fowler
- Memberikan oksigen 3 lpm
- Memonitor pola napas
(bradipnea, takipnea,
hiperventilasi. Kussmaul)
- Memonitor adanya
sumbatan jalan napas
24/05/2022 Pola napas tidak - Memonitor pola napas S :
15.00 efektif (frekuensi, kedalaman, - Pasien mengatakan masih
usaha napas) sesak napas
- Memonitor bunyi
napas tambahan O:
- Memposisikan semi - Pasien terlihat sesak

29
fowler bernapas
- Memberikan oksigen - RR 28x/menit
3 lpm - TD 115/80 mmHg
- Memonitor pola napas - Tidak terdengar bunyi napas
(bradipnea, takipnea, tambahan
hiperventilasi.
Kussmaul) A : Masalah pola napas tidak
- Memonitor adanya efektif belum teratasi
sumbatan jalan napas
P : Intervensi dilanjutkan
- Memonitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
- Memonitor bunyi napas
tambahan
- Memposisikan semi fowler
- Memberikan oksigen 3 lpm
- Memonitor pola napas
(bradipnea, takipnea,
hiperventilasi. Kussmaul)
- Memonitor adanya
sumbatan jalan napas
25/05/2022 Nyeri Akut - Mengidentifikasi S:
10.00 lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan nyeri
durasi, frekuensi, pada abdomen bekas operasi
kualitas, intensitas - Pasien mengatakan nyeri
nyeri, skala nyeri hilang timbul
- Mengidentifikasi - Pasien mengatakan nyeri
respon nyeri secara semakin bertambah berat
non verbal ketika bergerak
- Memberikan teknik
nonfarmakologis O:
untuk mengurangi - Pasien terlihat meringis

30
rasa nyeri (terapi menahan sakit
murottal Al-Qur’an) - Pasien melakukan teknik
- Menjelaskan napas dalam ketika nyeri
penyebab, periode, muncul
dan pemicu nyeri - Nadi 90x/menit
- Mengajarkan teknik - TD 110/70 mmHg
nonfarmakologis
untuk mengurangi A : Masalah nyeri akut belum
rasa nyeri (teknik teratasi
napas dalam)
P : Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, skala nyeri
- Mengidentifikasi respon
nyeri secara non verbal
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi murottal Al-Qur’an)
- Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Mengevaluasi teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(teknik napas dalam)

31
25/05/2022 Pola Napas Tidak - Memonitor pola napas S :
16.00 Efektif (frekuensi, kedalaman, - Pasien mengatakan masih
usaha napas) sesak napas
- Memonitor bunyi
napas tambahan O:
- Memposisikan semi - Posisi pasien fowler
fowler - Pasien terpasang oksigen
- Memberikan oksigen nasal kanul 3 lpm
3 lpm - RR 26x/menit
- Memonitor pola napas - TD 120/70 mmHg
(bradipnea, takipnea, - Tidak terdengar bunyi napas
hiperventilasi. tambahan
Kussmaul)
- Memonitor adanya A : Masalah pola napas tidak
sumbatan jalan napas efektif belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Memonitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
- Memonitor bunyi napas
tambahan
- Memposisikan semi fowler
- Memberikan oksigen 3 lpm
- Memonitor pola napas
(bradipnea, takipnea,
hiperventilasi. Kussmaul)
Memonitor adanya sumbatan
jalan napas
26/05/2022 Nyeri Akut - Mengidentifikasi S:
09.00 lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan nyeri
durasi, frekuensi, pada abdomen bekas operasi
kualitas, intensitas berkurang

32
nyeri, skala nyeri - Pasien mengatakan nyeri
- Mengidentifikasi hilang timbul
respon nyeri secara - Pasien mengatakan skala
non verbal nyeri 3
- Memberikan teknik
nonfarmakologis O:
untuk mengurangi - Pasien melakukan teknik
rasa nyeri (terapi napas dalam ketika nyeri
murottal Al-Qur’an) muncul
- Menjelaskan - Pasien melakukan teknik
penyebab, periode, nonfarmakologis untuk
dan pemicu nyeri mengurangi nyeri (murottal
- Mengajarkan teknik Al-Qur’an)
nonfarmakologis - Nadi 85x/menit
untuk mengurangi - TD 110/70 mmHg
rasa nyeri (teknik
napas dalam) A : Masalah nyeri akut belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, skala nyeri
- Mengidentifikasi respon
nyeri secara non verbal
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi murottal Al-Qur’an)
- Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Mengevaluasi teknik

33
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(teknik napas dalam)

27/05/2022 Risiko Infeksi - Memonitor tanda dan S:


11.00 gejala infeksi lokal dan - Pasien dan keluarga
sistemik mengatakan paham tentang
- Melakukan perawatan tanda dan gejala infeksi
luka pada bekas - Pasien dan keluarga paham
operasi cara mencuci tangan yang
- Mencuci tangan benar dengan 6 langkah
sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien O:
dan lingkungan pasien Tanda-tanda infeksi :
- Menjelaskan tanda - Redness (sekitar 0,25 cm
dan gejala infeksi pada kedua sisi insisi)
pada pasien dan - Edema (tidak ada)
keluarga - Ecchymosis (tidak ada)
- Mengajarkan cara - Discharge (serum)
mencuci tangan - Approximate (tertutup).
dengan benar
- Mengajarkan cara A : Masalah risiko infeksi belum
memeriksa kondisi teratasi
luka/luka operasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Memonitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
- Mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
- Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi pada pasien

34
dan keluarga
- Mengajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Mengajarkan cara
memeriksa kondisi
luka/luka operasi
28/05/2022 Risiko Infeksi - Memonitor tanda dan S:
13.00 gejala infeksi lokal dan - Pasien mengatakan terasa
sistemik panas disekitar luka
- Mencuci tangan - Keluarga mengatakan selalu
sebelum dan sesudah mencuci tangan sebelum
kontak dengan pasien kontak dengan pasien untuk
dan lingkungan pasien mencegah infeksi
- Menjelaskan tanda
dan gejala infeksi O:
pada pasien dan Tanda-tanda infeksi :
keluarga - Redness (sekitar 0,25 cm
- Mengajarkan cara pada kedua sisi insisi)
mencuci tangan - Edema (tidak ada)
dengan benar - Ecchymosis (tidak ada)
- Mengajarkan cara - Discharge (serum)
memeriksa kondisi - Approximate (tertutup).
luka/luka operasi
A : Masalah risiko infeksi belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Memonitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
- Mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien

35
- Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi pada pasien
dan keluarga
- Mengajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Mengajarkan cara
memeriksa kondisi
luka/luka operasi
28/05/2022 Pola Napas Tidak - Memonitor pola napas S :
16.00 Efektif (frekuensi, kedalaman, - Pasien mengatakan sesak
usaha napas) napas berkurang ketika
- Memonitor bunyi posisi fowler
napas tambahan
- Memposisikan semi O :
fowler - Posisi pasien fowler

- Memberikan oksigen - Pasien terpasang oksigen


3 lpm nasal kanul 3 lpm
- Memonitor pola napas - RR 26x/menit
(bradipnea, takipnea, - TD 120/70 mmHg
hiperventilasi. - Tidak terdengar bunyi napas
Kussmaul) tambahan
- Memonitor adanya
sumbatan jalan napas A : Masalah pola napas tidak
efektif belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
- Memonitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
- Memonitor bunyi napas
tambahan
- Memposisikan semi fowler
- Memberikan oksigen 3 lpm

36
- Memonitor pola napas
(bradipnea, takipnea,
hiperventilasi. Kussmaul)
- Memonitor adanya
sumbatan jalan napas

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 23 Mei 2022, didapatkan bahwa An
S di rawat dengan diagnosa media Ca Ovarium IC dan Asites. Klien masuk dengan
keluhan bengkak pada perut, nyeri ulu hati, sesak napas. Klien mengatakan bahwa
semakin besar perut, semakin bertambah sesak napasnya sejak lebih kurang 1,5 bulan
yang lalu. Pada tahun 2021 pasien memiliki riwayat post operasi pengangkatan ovarium
sebelah kiri dan tidak dikemoterapi. Kemoterapi merupakan salah satu jenis pengobatan
yang digunakan untuk menghancurkan sel kanker yang berbahaya bagi tubuh dengan cara
menghambat pertumbuhan sel kanker yang berkembang secara pesat (Nurgali, 2018).
Saat kemoterapi tidak dilakukan, sel kanker akan menyebar dan mempercepat perburukan
pasien.
Pada pasien An. S mengeluhkan mengelukan nyeri pada perut karena ukuran ca
ovarium yang cukup besar membuat pasien sulit untuk bergerak, ketika klien
menggerakkan tubuhnya sedikit saja klien akan mengalami sesak yang hilang timbul
karena rasa tertekan dari benjolan Ca Ovarium. Klien mengatakan badannya terasa lemah.
Riwayat kesehatan sebelumnyak klien juga pernah didiagnosis Ca Ovarium pada tahun
2021 dan telah dioperasi, sehingga tuba fallopi kiri sudah diangkat. Keluarga pasien tidak
ada yang pernah memiliki penyakit yang sama. Saat dilakukan pengkajian terkait gaya
hidup dan pola makan, keluarga mengatakan An S sering makan makanan siap saji dan
makanan instan. An S juga sulit untuk makan sayur dan buah-buahan.
Saat pengkajian klien terlihat terbaring lemas, dan pucat. Segala aktivitas klien
dibantu oleh anggota keluarga. Pasien juga dilakukan pungsi pleura dikarenakan terdapat
cairan paru yang memperberat kerja paru klien. Pada Ca ovarium ganas dapat terjadi

37
sindoma meigs (gejala dari tumor ovarium benigna) dimana terjadi penumpukan cairan
pada rongga pleura (efusi pleura) dan terjadinya penumpukan cairan didalam rongga
perut (asites) sehingga terjadi distensi abdomen. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan
didapatkan pasien terbaring lemah di tempat tidur, dan tampak pucat. Kesadaran pasien
komposmentis (GCS = 15), TD: 120/80 mmHg, HR: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, T:
36,5°C, TB: 158 cm, BB sebelum sakit: 56 kg. Konjungtiva tampak anemis, mukosa bibir
kering dan puxat, CRT < 3 deik dan tampak massa yang semakin membesar pada perut
hingga diafragma dan pasien tampak sesak. Pada abdomen juga terdapat bekas luka
operasi.
Pada pasien kanker dampak psikologi yang sering terjadi adalah depresi, cemas,
dan adanya penurunan fungsi kognitif (Aydin, 2014). Pada penelitian ini, peneliti tidak
dapat mengkaji psikologis lebih dalam dari An. S karena ners muda belum mendapatkan
pendekatan yang lebih dalam dikarenakan keterbatasan waktu dinas diruangan Tulip.
Hasil psikologis yang ners muda dapatkan adalah pasien tampak cuek dan tidak mau
dibahas lebih dalam perasaannya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan didapatkan dari hasil pengkajian yang telah dilakukan
sebelumnya. Panduan yang digunakan ners muda FKp UNRI yaitu Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia atau SDKI. Berdasarkan data yang telah didapatkan, diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan untuk An S (13 tahun) dengan diagnosa medis Ca.
ovarium yaitu: pola napas tidak efektif, nyeri akut dan resiko infeksi.
C. Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi ini dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah
ditegakkan. Adapun pedoman dalam membuat intervensi berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan panduan luarannya yaitu Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) yang disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.
Intervensi yang dibuat oleh ners muda FKp UNRI ini mengacu kepada kebutuhan
pasien untuk mengatasi masalah yang dirasakannya saat pengkajian serta dengan
landasan teori. Rencana yang dibuat telah diprioritaskan sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh pasien saat ini. Berdasarkan data pasien maka dilakukan
intervensi terkait pola nafas tidak efektif, nyeri akut dan resiko infeksi.
A. Implementasi Keperawatan
Implementasi ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh ners muda yang sedang
melaksanakan profesi dalam memberikan asuhan keperawatam kepada pasien untuk

38
mengurangi atau mengatasi permasalahan yang dialami dan dirasakan oleh pasien
dengan Ca Ovarium. Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, ners muda
berusaha sebaik mungkin untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
antara kebutuhan pasien dengan teori yang ada..
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada An S (13 tahun) dilakukan pada
tanggal 23 Mei 2022 di Ruang Tulip. Implementasi yang lakukan kelompok kepada An S
(13 tahun) diantaranya adalah mengobservasi tanda-tanda vital, mengidentifikasi hasil
pemeriksaan laboratorium, menilai tanda-tanda anemis pada pasien, memberikan
oksigenasi, memberikan posisi yang nyaman (fowler dan semifowler), memberikan obat
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi, memberikan obat analgetik untuk
mengurangi nyeri dan lain lain.
Pada tahap implementasi tidak terdapat kesenjangan, namun terdapat kendala hal
ini dikarenakan penulis tidak selalu berada bersama pasien. Namun hal ini dapat teratasi
karena pasien dapat bekerja sama dengan baik, baik dengan penulis, keluarga dan
perawat. Sehingga pelaksanaan asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan baik.
B. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dan catatan perkembangan merupakan bagian dari proses keperawatan.
Adapun penulis mengevaluasi setiap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Pada
tahap perkembangan, penulis tidak menemukan adanya hambatan yang berarti. Keluarga
menunjukkan respon yang baik.

39
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada
umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang
terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tandatanda awal yang pasti. Beberapa
wanita mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak.
Diagnosa keperawatan prioritas yang didapatkan dari kasus Ca ovarium ini
meliputi: 1) pola napas tidak efektif dengan impelemntasi posisi semi fowler,
kolaborasi pemberian oksigen dengan nasal kanul, 2) nyeri akut dengan implentasi
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, kolaborasi dengan dokter pemberian
analgesik, 3) menjelaskan tanda dan gejala infeksi pada pasien dan keluarga,
melakukan perawatan luka dengan tindakan aseptik.
B. SARAN
Saran kepada perawat agar dapat memberikan intervensi dan implementasi
yang sesuai dengan diagnosis keperawatan prioritas untuk mencegah komplikasi yang
dapat terjadi.

40
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, dkk. 2016. Hubungan Antara Menyusui Dengan Risiko Kanker Ovarium.
Indonesian Jurnal of Cancer. Diakses dalam
http://Indonesianjurnaofcancer.or.id/ejournal/index.php/ijoc/article/down
load/437/232 diakses tanggal 5 Desember 2018.
Digiulo, dkk. 2014. Keperawatan Medikal bedah. Jogjakarta : Rapha Publishing
Prawirohardjo & Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Purwoko, M. 2018. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan dengan Tingkat
Pengetahuan Mengenai Kanker Ovarium pada Wanita. Mutiara Medika: Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. https://doi.org/10.18196/mm.180214
Reeder, dkk. 2013. Keperawatan Maternitas Vol Edisi 18. Jakarta : EGC

41
42

Anda mungkin juga menyukai