Oleh:
Latar Belakang: Menurut WHO angka kematian akibat cedera lalu lintas paling tinggi di Venezuela
(45%), Indonesia pada urutan ke 8 di Asia sebanyak (15,3%). Sedangkan menurut data rekam medis
di Ruang Marjan RSUD dr. Slamet Garut periode Juni-Desember 2019 kejadian fraktur femur
berjumlah 43 kasus atau sekitar (10,2%) menempati peringkat pertama dalam 10 besar penyakit.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi Fraktur Femur secara klinis bisa
berupa Fraktur Femur terbuka dan Fraktur Femur tertutup. Masalah yang muncul pada Fraktur yang
dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada klien salah satunya adalah Nyeri Akut. Penelitian ini
bertujuan untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien Post Op ORIF Fraktur Femur Dextra
dengan Nyeri Akut. Metode: Studi kasus yaitu untuk mengeksplorasi suatu masalah/fenomena
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai
sumber informasi. Studi kasus ini dilakukan pada dua klien post op ORIF dengan nyeri akut. Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan memberikan intervensi keperawatan terapi Asmaul
Husna, nyeri akut pada kedua klien teratasi pada hari ketiga. Diskusi: Klien dengan masalah
keperawatan nyeri akut tidak selalu memiliki respon yang sama pada setiap klien post op ORIF.
Saran : Bagi pihak rumah sakit disarankan untuk menerapkan terapi non farmakologi dengan
Asmaul Husna sebagai pelengkap terapi farmakologi dalam menurunkan skala nyeri agar klien dapat
mengontrol nyeri secara mandiri.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Nyeri Akut, post op ORIF
Daftar Pustaka : 14 Buku (2010-2019), 2 Jurnal (2016-2018), 4 Website
ABSTRACT
Background: According to WHO mortality rates are due to the highest traffic injuries in Venezuela
(45%), Indonesia was 8th in Asia (15.3%). Meanwhile, according to medical record in room Marjan
RSUD Dr. Slamet Garut Period June-December 2019 the occurrence of femur fracture amounted to
43 cases or approximately (10.2%) Ranks first in 10 major diseases. Fracture is bone tissue
continuity which is generally caused by rudapaksa. A Femur fracture is the loss of a thigh bone
continuity, the condition of a clinically Femur fracture can be an open Femur fracture and a closed
Femur fracture. The problem that arises in fractures that may cause discomfort in the client is acute
pain. The study aims to perform nursing care in the Post Op ORIF client's Dextra Femur fracture
with acute pain. Method: Case study is to explore a problem/phenomenon with detailed constraints,
have deep data retrieval and include various sources of information. The case study was conducted
on two ORIF post-op clients with acute pain. Result: After the nursing care by providing Asmaul
HUSNA therapeutic nursing Intervention, acute pain in both clients is resolved on the third day.
Discussion: Clients with acute pain treatment problems do not necessarily have the same response
in any ORIF client post op. Therefore, it is advised on the hospital to apply non-pharmacological
therapy with Asmaul Husna as a complement to pharmacological therapy in lowering the pain scale
so that the client can control the pain independently.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat atas karunia-Nya penulis masih di beri kekuatan kesehatan dan pikiran
Maksud dan tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan di
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
Bandung.
2. Dr. Entris Sutrisno, M. HKes., Apt selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana
Ilmiah ini.
vi
6. Tuti Suprapti, S,Kp.,M.Kep selaku Pembimbing Pendamping yang telah
ilmiah ini.
7. Dr. H. Husodo Dewo Adi Sp.OT selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
8. Hj. Ema Siti Maryam, S.Kep.,Ners selaku CI Ruangan Marjan Atas yang telah
semangat positif kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
10. Tn. Y dan Tn. A selaku responden yang telah bekerja sama dengan penulis
11. Ayahanda tercinta Miftahudin dan Ibunda Irma Susilawati sebagai orang tua,
Atsna Muflihatun Nisa dan Najwa Fauzatun Nisa selaku adik terimakasih
tulis ini
12. Sahabat – sahabat terdekat terutama yang tinggal satu kosan yaitu Ainun
penyusunan tugas akhir ini serta Sahabat lainnya yaitu Wanda Misran, Erni
vii
Sulennta, Liza Hartiningsih, Mery Juliana, Virna Putri Aulia, Ramdhan
Dirgantara, Sri Mulyani dan Hendi yang telah mendoakan dan memotivasi
13. Seluruh teman seperjuangan Angkatan 13 yang sudah berjuang bersama selama
tiga tahun ini dan senior yang telah memberikan semangat, motivasi dan
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya Tulis Ilmiah ini
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak
yang bersifat membangun guna penulisan Karya Tulis Ilmiah yang baik. Demikian
karya tulus ilmiah ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi dunia keperawatan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
x
2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi Terhadap Nyeri ........ 42
4.1 Hasil......................................................................................................... 79
xi
4.1.2.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 93
DAPTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Klasifikasi Jenis Fraktur ........................................................... 13
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jenis-jenis Stimulus Nyeri ........................................................... 39
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Pathway Fraktur .......................................................................... 17
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran IV Leaflet
xvi
DAFTAR SINGKATAN
C : Celsius
Cm : Centimeter
dr. : Dokter
DO : Data Objektif
DS : Data Subjektif
HB : Hemoglobin
HR : Heart Rate
Ht : Hematokrit
IV : Intravena
Jl : Jalan
xvii
Kp : Kampung
mL : Mili Liter
N : Nervus
op : Operasi
RR : Respiration Rate
SD : Sekolah Dasar
xviii
SOAPIER : Subjektif, Objektif, Assessment, Planing, Implementasi,
Evaluasi, Re-Assessment.
TBC : Tuberculosis
TD : Tekanan Darah
Tn : Tuan
xix
BAB I
PENDAHULUAN
pada anggota gerak, yang salah satunya adalah fraktur. Fraktur atau patah
tulang ini merupakan salah satu kedaruratan medik yang harus segera
kejadian Fraktur di dunia kurang lebih 18 juta jiwa, di tahun 2014 dengan
dan 10% memerlukan tindakan medis 3,6 juta (12%). Pada tahun 2018
2015).
1
2
2013 yaitu dari 42,8% (Riskesdas 2013) menjadi 31,4 (Riskesdas 2018).
Menurut data rekam medis RSUD dr. Slamet Garut periode Juni –
atau sekitar 10,2%, kedua Fraktur Tibia Fibula dengan jumlah 40 kasus
atau sekitar 10% dan ketiga Fraktur Digiti pedis dengan jumlah 24 kasus
2019).
Infeksi dan Resiko Syok (Nurarif, 2015). Dari beberapa masalah yang
jaringan dengan gejala yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
3
2015).
seluruh perhatiannya pada nyeri yang dirasakan (Smeltzer & Bare, 2013).
stres dan ketegangan yang akan menimbulkan respon fisik dan psikis
(IASP, 2012).
keadaan umum, suhu tubuh, wajah, denyut nadi, sikap tubuh pernafasan,
kolaps kardiovaskuler, dan syok (Potter & Perry, 2010). Respon psikis
akibat rasa nyeri akan merangsang respon stres yang mengganggu sistem
imun dan peyembuhan (Poter & Perry, 2010). Pasien yang mengalami
Nyeri Akut harus dikendalikan agar perawatan lebih optimal dan tidak
analgesik yang efektif, namun nyeri post op tidak dapat diatasi dengan
baik dan sekitar 50% pasien tetap merasakan nyeri yang mengganggu
konstipasi, gelisah, dan rasa ngantuk. Cara yang bisa dilakukan selain
diharapkan, klien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan
fisiologis, stress dan kecemasan dari nyeri. Terapi ini dapat dijadikan
terapi pelengkap bagi terapi farmakologi. Terapi medik saja tidak lengkap
tanpa disertai dengan agama dan begitupun sebaliknya, terapi agama tidak
ORIF Fraktur Femur Dextra dengan Nyeri Akut di Ruang Marjan Atas
Slamet Garut.
1.4 Manfaat
Asmaul Husna.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan
umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri,
Hidayat, 2013).
9
10
2.1.2 Etiologi
1. Trauma langsung
2016).
Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh (Zairin Noor,
2016).
oblik.
Noor, 2016).
1. Klasifikasi Penyebab
a. Fraktur Traumatik
b. Fraktur Patologis
c. Fraktur Stres
tempat tertentu.
a. Fraktur terbuka
b. Fraktur tertutup
c. Fraktur kompresi
d. Fraktur stress
e. Fraktur avulsi
g. Fraktur transversal
lainnya).
13
Gambar 2.1
3. Klasifikasi Klinis
dunia luar.
4. Klasifikasi Radiologis
a. Fraktur Transversal
b. Fraktur Kuminutif
tulang.
c. Fraktur Oblik
diperbaiki.
d. Fraktur segmental
suplai darahnya.
e. Fraktur Impaksi
f. Fraktur spiral
2.1.4 Patofisiologi
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
nantinya.
17
Fraktur
Ketidakefektifan perfusi
Putus vena arteri Kerusakan integritas kulit jaringan
Resiko Infeksi
1. Faktor Ekstrinsik
2. Faktor Intrinsik
Hidayat, 2013).
1. Deformitas
2. Bengkak/edema
3. Echimosis (Memar)
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Kurang/hilang sensasi
7. Krepitasi
8. Pergerakan abnormal
lunak.
1. Komplikasi Awal
a. Syok
b. Kerusakan Arteri
c. Sindrom Kompartemen
d. Infeksi
dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
e. Avaskular Nekrosis
demam.
2. Komplikasi Lama
a. Delayed Union
setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk anggota gerak
b. Non-union
c. Mal-union
Gambar 2.2
Proses Penyembuhan Tulang Normal
1. Fase 1 : Inflamasi
dan osteoblas.
rawan, dan serat tulang imatur. Bentuk kalus dan volume yang
bulan.
program terapi (dalam hal ini pemasangan gips pada pasien yang
2.2.1 Definisi
fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang
disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan
pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh
2.2.2 Etiologi
2016).
tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
26
fraktur melintang.
yang terpisah
Fraktur terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang ini sangat rapuh (misalnya:
berada 5cm distal dari trochanter minor. Fraktur jenis ini dibagi
sebagai berikut.
2) Tipe 2 : garis patah berada 1-2 inci dibawah dari batas atas
trochanter minor.
3) Tipe 3 : garis patah berada 2-3 inci distal dari batas atas
trochanter minor.
28
muda.
dan tertutup.
29
Gambar 2.3
Tulang Femur
2.2.4 Patofisiologi
batang femur pada orang dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada
darah (pada setiap patah satu tulang femur diprediksi akan hilangnya
rasa nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang
pembengkakan, dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini mungkin baru
Secara anatomis kondisi klinik ini terjadi akibat penarikan dari kontraksi
dan sering terjadi apabila pasien tidak optimal dalam melakukan terapi
Look : Terlihat adanya luka terbuka pada paha dengan deformitas yang
jelas. Kaji berapa luas kerusakan jaringan lunak yang terlibat. Kaji
apakah pada luka terbuka ada fragmen tulang yang keluar dan apakah
Move : gerakkan pada daerah tungkai yang patah tidak boleh dilakukan
lama dan telah mendapat intervensi dari dukun patah. Pada pemeriksaan
jelas derajat pemendekan dengan cara mengukur kedua sisi tungkai dari
Feel : adanya nyeri tekan (tenderness) dan krepitasi pada daerah paha.
pergerakan.
33
2.2.6 Penatalaksanaan
a. Kehilangan kulit
b. Kontaminasi luka
1) Profilaksis Antibiotik
eksterna.
4) Penundaan penutupan.
5) Penundaan rehabilitasi.
berikut.
a. Terapi konservatif :
dan segmental.
b. Terapi Operatif
sehingga terjadi gaya aksial dan stress valgus atau varus, dan disertai
gaya rotasi.
berikut :
ke atas.
1992 dalam potter & Perry, 2010). Fungsi ORIF untuk mempertahankan
2. Mengurangi nyeri
1. Nyeri Akut
sedemikian rupa.
2. Nyeri Kronis
2.3.3.1 Stimulus
ujung saraf bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat.
stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta
mekanik.
39
diantaranya :
1. Exteroreseptor
kutis.
2. Telereseptor
3. Propioseptor
4. Interoseptor
dingin).
nyeri.
dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer
disebutkan pada tabel 2.1. Serabut saraf tertentu bereaksi atas stimulus
41
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu
(Prasetyo, 2010).
prilaku emosi dan kognitif, serta integrasi dari system saraf otonom.
antara lain :
1. Usia
pada individu.
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh
43
3. Kebudayaan
4. Makna Nyeri
mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang
berat.
6. Perhatian
7. Ansietas (kecemasan)
8. Keletihan
9. Pengalaman Sebelumnya
meilai nyeri dengan skala 0-10. Skala ini efektif digunakan untuk
45
terapeutik.
0 : tidak nyeri
dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire, 1984 pada
(Nafisa,2010).
47
Asmaul Husna
intensitas nyeri post op sebagian besar berada pada skala nyeri yang
sedang.
Asmaul Husna, hal ini sejalan dengan teori dan penelitian Ady
2.4.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
2013).
49
2. Keluhan Utama
menusuk.
terjadi.
kemampuan fungsinya.
dan bagian tubuh mana yang terkena tubuh mana yang terkena.
Noor,2016).
b. Pola Eliminasi
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
d. Pola Aktivitas
perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal ini yang perlu dikaji
52
2013).
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
tanda-tanda seperti:
adalah akut.
b. Pemeriksaan Persistem
1) Sistem Pernafasan
irama nafas.
2) Sistem Kardiovaskuler
3) Sistem Pencernaan
Dikaji mulai dari mulut sampai anus, dalam sistem ini perlu
±20 kali/menit.
4) Sistem Perkemihan
5) Sistem Endokrin
6) Sistem Persarafan
7) Sistem Integumen
tekstur dan lesi) serta perlu dikaji kuku dan keadaan rambut
kemerahan.
55
8) Sistem Muskuloskeletal
9) Sistem Penglihatan
dan kanan.
8. Data Psikologis
a. Konsep Diri
personal tertentu.
ideal diri.
56
masyarakat.
c. Pola peran-berhubungan
d. Data penunjang
d. Kontrol lingkungan
yang dapat d. Meredakan nyeri,
mempengaruhi nyeri meningkatkan
seperti : suhu kenyamanan, dan
ruangan, meningkatkan istirahat
pencahayaan dan (Doengoes,2012)
kebisingan
g. Evaluasi keefektifan
g. Untuk memastikan
control nyeri
pasien pasien sudah
tidak nyeri setelah
diberikan manajemen
nyeri (Bakri,2017)
Kriteria Hasil :
a. Perfusi jaringan b. Mengurangi
b. Jaga kulit agar
baik kerusakan integritas
tetap bersih dan
b. Tidak ada tanda- kulit yang lebih
kering
tanda infeksi parah
c. Ketebalan dan
tekstur jaringan c. Mobilisasi klien c. Berdiam dalam satu
normal (ubah posisi) posisi yang lama dapat
d. Menunjukkan setiap dua jam menurunkan sirkulasi
pemahaman dalam sekali ke luka, dan dapat
proses dalam menunda
proses perbaikan penyembuhan
kulit dan (Doengoes,2012)
mencegah
terjadinya cedera d. Observasi
berulang adanya d. Untuk
kemerahan mengidentifikasi
62
g. Pertahankan
g. Tindakan aseptik
lingkungan aseptik
dapat mengurangi
selama pemasangan
alat pemaparan klien
dari sumber infeksi
h. Malnutrisi dpt
h. Tingkatkan intake
nutrisi memengaruhi
kesehatan umum
dan menurunkan
tahanan terhadap
infeksi
i. Untuk
i. Berikan terapi
meningkatkan
antibiotik bila perlu
pemulihan dan
mencegah
komplikasi
(Doengoes,20
12)
b. Mengetahui tingkat
b. Monitor hitung virulensi suatu
granulosit, WBC infeksi dan
bagaimana sistem
imun tubuh dalam
mempertahankan
kekebalannya.
65
d. Medikasi ini
d. Lindungi pasien mengurangi agregasi
dari trauma yang trombosit sehingga
menyebabkan memperpanjang
perdarahan proses koagulasi dan
Hindari kemudian dapat
pemberian menyebabkan iritasi
aspirin dan anti lambung lebih lanjut
koagulasi sehingga
meningkatkan resiko
pendarahan