Anda di halaman 1dari 144

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK MENINGITIS

DENGAN PERUBAHAN PERFUSI SEREBRAL


DI RUANG NUSA INDAH ATAS RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
dr.SALMET GARUT

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md.Kep) di Program Studi DIII Keperawatan
UNIVERSITAS Bhakti Kencana Bandung

Oleh

AKMAL AKBAR NURYADIN

NIM: AKX.17.091

PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA 2020
ii
iv
v
vi
poto

vii
ABSTRAK

Latar Belakang: Meningitis adalah peradangan pada selaput menigen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat, kerusakan otak, ketulian,
stroke, dan bahkan kematian. Perubahan Perfusi Serebral merupakan masalah Keperawatan yang
paling sering ditemukan pada klien Meningitis berhubungan dengan proses inflamasi meningitis
adalah peradangan pada selaput menigen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat, kerusakan otak, ketulian, stroke, dan bahkan
kematian. Tujuan untuk memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan Keperawatan pada
klien Meningitis dengan perubahan perfusi serebral di Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr.Slamet
Garut. Metode yang digunaan yaitu metode deskriptif dengan teknik studi kasus pada 2 klien
Meningitis dengan masalah Keperawatan Perubahan Perfusi Serebra. Hasil proses keperawatan
pada klien Meningitis dengan masalah Keperawatan Perubahan Perfusi Serebra yaitu pada klien 1
masalah belum teratasi, dan pada klien 2 masalah teratasi. Diskusi intervensi pada klien 1 perlu
dilanjutkan lagi sampai dengan masalah Keperawatan tertasi sepenuhnya. Saran: bagi perawat di
ruang Nusa Indah Atas RSUD dr.Slamet Garut untuk memberikan intervensi pada klien
Meningitis yang mengalami perubahan perfusi serebral Terapi pemberikan oksigen Memonitor
TIK.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kasus Meningitis, Metodologi Penelitian
Kesehatan
Daftar pustaka :5 buku ( 2010-2017 ) 9Jurnal (2010-2020 )

Abstract

Background: Meningitis is inflammation of the menigen membrane, cerebrospinal fluid and spinal
column that causes the process of infection of the central nervous system, brain damage, deafness,
stroke, and even death. Cerebral Perfusion changes are the most common nursing problems found
in Meningitis clients related to the inflammatory process of meningitis are inflammation of the
menigen membranes, cerebrospinal fluid and spinal column which causes the process of infection
of the central nervous system, brain damage, deafness, stroke, and even death. The goal is to gain
experience in carrying out nursing care in Meningitis clients with cerebral perfusion changes in
Nusa Indah Room of Dr. Slamet Garut. The method used is a descriptive method with case study
techniques on 2 meningitis clients with Serebra Perfusion Change Nursing problems. The results
of the nursing process in meningitis clients with Serebra Perfusion Change Nursing problems are
that in the client 1 problem is not resolved, and in the client 2 problems are resolved. Discussion of
intervention on client 1 needs to continue until the nursing issue is fully tinged. Advice: for nurses
in Nusa Indah Upper Nusa Room dr. Slamet Garut to intervene in meningitis clients undergoing
changes in cerebral perfusion Therapy oxygen-giving Monitor ICT.

Keywords: Nursing Care In Children With Meningitis Cases, Health Research Methodology

Bibliography :5 books ( 2010-2017 ) 9 Joernals (2010-2020 )

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kekuatan,kesehatan, dan

pikiran sehingga dapat menyelesaikan (KTI) karya tulis ini yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Anak Meningitis Dengan Perubahan Perfusi Serebral

Di Ruang Nusa Indah Atas Rumah Sakit Umum Daerah Dr.salmet Garut 2020”

seara komperhensif meliputi bio, psiko, spiritual dalam bentuk

pendokumentasien” dengan sebaik –baiknya”.

Maksud dan tujuan penyusunan ( KTI ) karya tulis ini adalah untuk

memenuhi salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III

Keperawatan di UNIVERSITAS Bhakti Kencana Bandung. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya

tulis ini, terutama kepada :

1. H. Mulyana, SH, M,Pd, MH.Kes, selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Bhakti

Kencana Bandung.

2. Dr. Entris Sutrisno, M.HKes.,Apt selaku Rektor UniversitasBhakti Kencana

3. Rd.Siti Jundiah, S,Kp.,MKep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan

4. Dede Nur Aziz Muslim, S,Kep.,Ners.,M.kep selaku Ketua Program Studi

Diploma III Keperawatan UniversitasBhakti Kencana

5. Agus MD S.Pd. S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah

membimbing dan memotivasi selama penulis menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

ix
6. Angga SatriaP,Skep.,Ners.,M.Kep.Kepselaku Pembimbing Pendamping yang

telah membimbing dan memotivasi selama penulis menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

7. dr. H. Husodo Dewo Adi SP.OT.Spine selaku Direktur Utama Rumah Sakit

Umum dr.Slamet Garut yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menjalankan tugas akhir perkuliahan ini.

8. H. Jajang Nurhanudin S.Kep., Ners selaku CI Ruangan Nusa Indah Atas yang

telah memberikan bimbingan, arahan dalam melakukan kegiatan selama

praktek keperawatan di RSU dr.Slamet Garut.

9. Orang tua yang tidak henti-hentinya medoakan dan, memberiakan dukungan

fisik maupun materi dalam kelancaran kuliah sampai saat ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2017 Fakultas Keperawatan Prodi DIII

Keperawatan Universitas Bhati kencana Bandung yang memberikan

dorongan dan semangat serta Doanya

Semoga selalu diberian rahmat dan karunia serta perlindungan oleh-Nya atas

segala kebakian yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu

penulis mengaharapkan kriti dan saran yang membangun untuk ke arah yang lebih

baik lagi. Semoga karya tulis ilmiyah ini dapat memberikan manfaat kususnya

bagi penulis sendiri dan bagi yang memerlukannya.

Bandung, 26 April 2020

AKMAL AKBAR NURYADIN

x
Daftar isi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................... Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PERSETUJUAN .............................................. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ix


DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN .......................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
Lampiran I Lembar Bimbingan........................................................................................ xvi
Lampiran II Lembar informed Consent / Persetujuan Responden ................................... xvi
Lampiran III Satuan Acara PenyuluhanLampiran ........................................................... xvi
IV LeafleatLampiran .......................................................... Error! Bookmark not defined.
V Jurnal ............................................................................................................................ xvi
BAB I .................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 2
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 7
BAB II ................................................................................................................................ 9
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 9
2.1 Konsep Meningitis .............................................................................................. 9
2.2 Pengertian perfusi serebral ................................................................................. 22
2.3 Penatalaksanaan Keperawatan ........................................................................... 22
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................... 23
BAB III............................................................................................................................. 44
METODE PENELITIAN ............................................................................................... 44
3.1 Desain Penelitian ................................................................................................... 44
3.2 Batasan Istilah ....................................................................................................... 44

xi
3.3 Subjek penelitian.................................................................................................. 46
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 46
3.5 Pengumpulan Data............................................................................................... 46
3.6 Uji keabsahan data .............................................................................................. 48
3.7 Analisa Data ......................................................................................................... 48
3.8 Etika penelitian .................................................................................................... 50
BAB IV ............................................................................................................................. 54
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 54
4.1 Hasil........................................................................................................................ 54
4.1.1 Gambaran Lokasi pengambilan data .............................................................. 54
4.1.2 Pengkajian ......................................................................................................... 54
BAB V .............................................................................................................................. 91
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 91
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 91
1. Pengkajian ........................................................................................................... 91
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 95
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................. 95
4. Implementasi Keperawatan ........................................................................... 96
5. Evaluasi ............................................................................................................ 96
5.2 Saran ................................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 98

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Rencana Keperawatan ............................................................... 31

Tabel 4.1. Identitas Klien ........................................................................... 54

Tabel 4.2. Riwayat Kesehatan .................................................................... 55

Tabel 4.3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran .......................................... 57

Tabel 4.4. Pola Ativitas Sehari Hari ......................................................... 57

Tabel 4.5. Pertumbuhan dan Perkembangan ............................................. 59

Tabel 4.6 Riwayat Imunisasi ..................................................................... 59

Tabel 4.7.Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 59

Tabel 4.8. Data Psiologis .......................................................................... 61

Tabel 4.9 Data Psikologis Keluarga ........................................................... 61

Tabel 4.10 Data Sosial ............................................................................... 61

Tabel 4.11 Data Spiritual ........................................................................... 61

Tabel 4.12 Data Hospitalisasi .................................................................... 61

Tabel 4.13 Data Labolatorium ................................................................... 61

Tabel 4.14 Program dan Renana Pengobatan ............................................ 62

Tabel 4.15 Analisa Data ............................................................................. 63

Tabel 4.16 Diagnosa Keperawatan ............................................................ 65

Tabel 4.17 Intervensi Keperawatan ........................................................... 67

Tabel 4.18 Pelaksanaan dan Evaluasi Pormatif ......................................... 71

Tabel 4.19 Evaluasi .................................................................................... 77

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sistem Anatomi Fisioogi Otak .................................................. 9

Gambar 2.2 lapisan Meningen .................................................................... 13

xiv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1. Pathwey Meningitis .................................................................. 17

Bagan 4.1.Genogram ................................................................................... 60

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lembar Bimbingan

Lampiran II Lembar informed Consent / Persetujuan Responden

Lampiran III Lembar Observasi

IV Satuan Acara

V Leafleat

VI Jurnal

VII Daftar Riwayat Hidup

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningitis merupakan infeksi purulent pada lapisan otak yang

biasanya pada orang dewasa hanya terbatas didalam ruang subaraknoid,

sedangan pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sevagai

suatu efusi atau empiemea subdural ( leptomeningitis ) atau bahkan

kedalam otak ( meningoesenfaltis ) ( satyanegara, 2010 ).

Pada tahun 2018 World Health Organization ( WHO ) mencatat

ditemukannya kasus meningitis dilaporkan 19.135 dengan 1.398

kematian. Didapatan 7.665 sampel yang diperiksa diketahui 846 sampel

positif bakteri meningitis. Meningitis penyebab kematian bayi umur 29

hari - 11 bulan dengan urutan ketiga setelah diare dan pnemumonia pada

tahun 2014 dengan jumlah kematian sebanyak 1.304 jiwa di 26 negara (

dari Senegal ke Ethiopia ). Penyakit ini menjadi terkenal sejak adanya

epidemi yang terjadi pada jemaah haji atau orang yang kontak dengan

jemaah yang menderita meningitis berasal dari Saudi Arabia selama

penyelenggaraan haji pada tahun

2002 teratat dilaporkan 274 kasus meningokokus dan negara-negara lain

melaporkan kasus penyakit meningokokus seperti Burkina Faso, Republik

1
3

Afrika Tengah, Denmark, Norwegia, Singapura dan Inggris yang

kebanyakan kasus tersebut berhubungan dengan pergi atau kontak dengan

orang yang bepergian ke Saudi Arabia. Sekitar 1,2 juta kasus meningitis

bakteri hamper terjadi setiap tahunnya di dunia, dengan tingkat kematian

mencapai 135.000 jiwa Wabah meningitis terbesar dalam sejarah dunia

dicatat WHO terjadi pada 1996–1997 yang menyebabkan lebih dari

250.000 kasus dan 25.000 kematian. Epidemi yang pernah tercatat

sebagai terparah menimpa Afrika bagian Sahara dan sekitarnya selama

satu abad terakhir. Angkanya 100 hingga 800 kasus pada 100.000 orang

Secara global, diperkirakan terjadi 500.000 kasus dengan kematian

sebesar 50.000 jiwa setiap tahunnya ( Borrow, 2017 ).

Di Indonesia sendiri, menurut data yang didapatkan dari

Kementerian Kesehatan, pada 2010 jumlah kasus meningitis secara

keseluruhan mencapai 19.381 orang dengan rincian laki-laki 12.010

pasien dan wanita 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien yang meninggal

dunia sebesar 1.025 orang ( Menkes RI, 2010 ).

Berdasaran data dari Medial Record Di RSUD dr. Slamet Garut

dalam kurun waktu 6 bulan terakhir tercatat ada 23 orang yang

mengalami Meningitis dan menurut Medical Record di Ruang Nusa Indah

Atas menduduki peringkat ke 3 sejak 5 bulan terakhir terhitung dari bulan

September 2019 sapai dengan bulan januari 2020, ditemukan mengalami

meningitis ( Medical Record RSUD dr.Slamet Garut ).


4

Dalam hal ini Meningitis dapat disebabkan oleh beberapa macam

jenis agens bakteri, Streptococcus pneumoniae ( pnemukokus ) dan

Neisseria meningitides ( meningokokus ) ini merupakan orgasme

penyebab meningitis pada anak-anak berusia lebih dari usia 2 bulan.

Penyebab utama meningitis pada neonates adalah Streptokokus group B

dan Escharichia coli infeksi E. coli tapi jarang terjadi pada masa bayi,

meningitis meningekokus ( serebrospinal epidemika ) terjadi dalam

bentuk epidemic dan merupakan satu-satunya bentuk yang mudah

ditularkan ke orang laina. Biasanya Infeksi ini sering terjadi pada anak

usai sekolah yang ditularkan melalui infeksi droplet dari secret nasofaring

meskipun dapat terjadi pada semua usia resiko infeksi meningokokus

meningkat sesuai dengan jumlah kontak ( Dona L.Wong et al. 2008 ).

Untuk penatalaksanaan terapetiknya meliputi : Melakukan latihan

pasif ( isometik, isokinetic, isotonic ), Pertahankan klien tetap kontak

dengan lingunagan sekitar, Mengobservasi tingkat kesadaran, Memonitor

TIK ( Nadi,pernapasan tidak teratur,gelisah, perubahan pupil,kejang ),

Pemberian obat ceftriaxone 3,5 ml iv, sibital 0,1 ml, Memonitor frekuensi

nafas,pola inspirasi dan ekspirasi, Mempertahankan kepatenan pola nafas

meninggikan kepala, Lanjutan pemberian O2 1L, Menganjuran keluarga

klien untuk memberikan makanan secara perlahan, Memasang NGT,

Menjelaskan pentingnya intake nutrisi untuk penyembuhan penyait,

Menghindari peningkatan TIK yang dapat menimbulkan valsava

maneuver ( mengejan,bersin, batuk ) Pemberian obat sibital 0,1 ml.


5

Adapun masalah Keperawatan yang dapat terjadi pada pasien

meningitis yang berupa aktual/resiko maupun potensial: perubahan

perfusi serebral berhubungan dengan proses inflamasi, gangguan

pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tekanan intra

kranial,tinggi tidak efektif pola nafas berhubungan dengan menurunnya

kemampuan untuk bernafas, Actual/ Resiko tinggi injury berhubungan

dengan disorientasi, kejang, gelisah,perubahan proses berfikir

berhubungan dengan perubahan tingkat kesadaran, Hipertermi

berhubungan dengan inflamasi pada meningen dan peningkatan

metabolisme, kelebihan volume cairan berhubungan dengan tidak

adekuatnya sekresi hormone antidiuretic, perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, lemah, mual dan

muntah,kecemasan berhubungan dengan adanya situasi ( Suriadi & Riat

2010 ).

Dalam kesempatan ini Selama proses praktik klinik di RSUD dr.

Slamet Garut untuk perawatan pasien meningitis beberapa masalah

keperawatan, muncul sehingga membutuhkan proses keperawatan, proses

keperawatan, hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah,

mencegah, dan mengatasi masalah keperawatan yang di alami pasien baik

masalah keperawatan actual maupun potensial dalam upaya

meningkatkan kesehatan. Maka dari itu muncul gagasan untuk

memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien dan keluarga pasien.


6

Pemberian Asuhan keperawatan yang diberikan sangat mempengaruhi

kualitas asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien. Dalam hal ini

merupakan Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan dengan menerapkan berbagai peran perawat. Selama

berpraktek di RSUD dr. Slamet Garut penulis menjalankan peran perawat

sebagai pemberi asuhan keperawatann, dan bias juga sebagai educator

advokat klien, koordinator, kolabolator, konsultan, pembaharu sehingga

dapat membantu pasien yang memerlukan intervensi asuhan yang

komperatif dengan pendekatan holistik hal ini yang mendasari penulis

tertarik untuk melakukan penelitian.

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien ynag mengalami

Meningitis dengan Perubahan Perfusi Serebral di ruang Nusa Indah Atas

RSUD dr. Slamet Garut?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mampu mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan pada

klien Meningitis dengan perubahan perfusi serebral di Ruang Nusa Indah

Atas RSUD dr. Slamet Garut 2020, Secara Komperhensif meliputi aspek

biologi, psikososial dan spiritual dalam bentuk pendokumentasian.


7

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian Keperawatan pada klien Meningitis dengan

perubahan perfusi serebral di Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr.

Slamet Garut tahun 2020.

2) Menetapkan diagnose keperawatan pada klien Meningitis dengan

perubahan perfusi serebral di Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr.

Slamet Garut tahun 2020.

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Meningitis dengan

perubahan perfusi serebral di Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr.

Slamet Garut tahun 2020.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Meningitis dengan

perubahan perfusi serebral di Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr.

Slamet Garut tahun 2020.

5) Melakukan evaluasi pada klien Meningitis dengan perubahan perfusi

serebral di Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr. Slamet Garut tahun

2020.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Peneliti berharap asuhan keperawatan ini bermanfaat dan

dapat dijadikan referensi tentang Asuhan Keperawatan yang lebih

baik dan menjadi dasar dalam pengembangan intervensi yang

berfokus pada klien.


8

2.4.2. Manfaat Praktis

1) Bagi perawat

Manfaat bagi perawat yaitu perawat dapat menentukan

diagnosa dan intervensi keperawatan yang tepat pada klien

Meningitis Dengan Masalah Perubahan Perfusi Serebral.

2) Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan menambahkan referensi dalam

upaya meningkatkan mutu dan pelayanan bagi pasien khususnya

pada klien meningitis Dengan Masalah Perubahan Perfusi Perebral.

3) Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat praktis bagi institusi pendidikan yaitu dapat

digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk

mengembangkan ilmu tentang asuhan keperawatan pada klien

Meningitis Dengan Masalah Perubahan Perfusi Serebral.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Meningitis

2.1.1 Definisi Meninigtis

Meningitis merupakan infeksi purulent pada lapisan otak yang

biasanya pada orang dewasa hanya terbatas didalam ruang subaraknoid,

sedangan pada bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sevagai

suatu efusi atau empiemea subdural ( leptomeningitis ) atau bahkan kedalam

otak ( meningoesenfaltis ) ( satyanegara, 2010 ).

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa meningitis adalah

selaput meningen yang mengalami peradangan, cairan serebrospinal dan

spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf

pusat,yang bias mengakibatan kerusakan otak, ketulian, stroke, dan bahkan

kematian ( Suriadi & Riat 2010 ).

2.1.2 Sistem Anatomi Fisioogi

otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak

mendapatkan suplai oksigen 15% dari curah jantung memerlukan

sekitar 20% pemekaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori

energy setiap harinya.

9
10

Otak bertanggung jawab terhadap kemampuan untuk melakukan

gerakan-gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk berbagai macam

proses mental, seperti ingatan atau memor, perasaan emosional,

intelegensi, berkomunikasi, sifat atau kepribadian dan pertimbangan.

Berdasarkan gambar dibawah, otak terbagi menjadi lima bagian, yaitu

otak besar ( serebrum ), otak kecil ( serebelum ), otak tengah (

mesensefalon ), otak depan ( diensefalon ), dan jembatan varol ( pons

varoli ) ( Torwoto, 2013 ).

Gambar 2.1

Sumber : Gambar2.1AnatomiOtak(Tarwotoetal,2015:106)

Otak diselimuti oleh tiga selaput yang menyelimutinya disebut

meningens diantaranya yaitu :

1. Durameter Lapisan paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal.

Lapisan yang melekat langsung dengan tulang tengkorak, berfungsi

untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medulla

spinalis.

2. Arakhnoid Lapisan bagian tengah dan terdiri dari lapisan yang

berbentuk jarring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut

dengan ruang subarachnoid dan memiliki cairan yang disebut cairan


11

serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan

medulla spinalis dari resiko bila terjadinya guncangan.

3. Piameter Lapisan palingdalam dari otak dan melekat pada otak.

Terdapat pembuluh darah pada Lapisan, berfungsi untuk melindungi

otak secara langsung. Bagian-bagian otak :

a. Otak Besar ( Serebrum )

serebrum adalah bagian terbesar dan bagian terdepan dari

otak manusia. Otak besar memilii fungsi dalam mengatur semua

aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian ( intelegensi

), ingatan (memori), kesadaran dan pertimbangan. Otak besar

terbagi menjadi empat bagian yang disebut lobus. Untuk Bagian

lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang

menyerupai parit disebut sulcus.

1) Lobus Frontal Merupakan bagian lobus yang ada di paling

depan dari otak besar. Lobus ini berhubungan dengan

kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi,

perencanaan, penyelesaian masalah, member penilaian,

kreativitas, control perasaan, dan kemampuan bahasa.

2) Lobus Parietal Berada ditengah berhubungan dengan proses

sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan, dan rasa sakit.

3) Lobus Temporal Berada di bagian bawah berhubungan

kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa

bicara atau komunikasi dalam bentuk suara.


12

4) Lobus Occipital Bagian merupakan bagian paling belakang

berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan

manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang

ditangkap oleh retina mata.

b. Otak Kecil ( Serebelum )

Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot

dan tonus otot, keseimbangan dan posisi tubuh. ketika ada

rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar

yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak kecil juga berungsi

mengkoordinasikan semua gerakan yang halus dan cepat.

Otak kecil juga memiliki kemampuan untuk menyimpan

dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari

seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis,

gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Ketika terjadi cidera pada

otak kecil dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan

koordinasi gerakan otot.

c. Otak Tengah ( Mesensefalon )

Mesenefalon Terletak di depan otak kecil dan jembatan

varol. Otak tengah juga berfungsi penting untuk reflek mata, tonus

otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.

d. Otak Depan ( Diensefalon )

Diensefalon memeiliki dua bagian, yaitu thalamus yang

berfungsi menerima semua rangsangan dari reseptor kecuali bau,


13

dan hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu,

pengaturan nutrient, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan

sikap agresif.

e. Jembatan Varol ( Pons Varoli )

Pons Varoli Merupakan serabut saraf yang menghubungkan

bagian otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain itu,

menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Meningitis atau disebut juga radang selaput otak adalah radang

pada membran yang menyelubungi otak dan sumsum tulang

belakang, yang secara kesatuan disebut meningen. Radang dapat

disebabkan oleh infeksi oleh virus, bakteri atau juga

mikroorganisme lain, dan walaupun jarang dapat disebabkan oleh

obat tertentu. Hal terparah dari Meningitis dapat menyebabkan

kematian karena radang yang terjadi di otak dan sumsum tulang

belakang.

Gambar 2.2

Sumber : http://devisologi.blogspot.com/2014/05/apa-itu-meningitis.html

Meningen terdiri atas tiga membrane yang bersama-sama

dengan likuor serebrospinalis, membungkus dan melindungi otak

dan sumsum tulang belakang ( sistem saraf pusat ). Pia meter


14

merupakan membrane yang kedap air yang sangat halus yang

melekat kuat dengan permukaan otak, mengikuti seluruh liku-liku

kecilnya. Arachnoid meter ( disebutdemikian karena bentuknya

yang menyerupai sarang laba-laba ) merupakan suatu kantong

longgar di atas pia meter. Dalam Ruang subarachnoid memisahkan

membrane pia meter dan arachnoid dan terisi dengan cairan likuor

serebrispinalis. Membran terluar, dura meter merupakan membrane

telan yang kuat, yang melekat ke membrane arachnoid dan ke

tengkorak ( Torwoto, 2013 ).

f. Limbic System ( Sistem Limbik )

Sistem limbic terletak dibagian tengah otak, membungkus

batang otak ibarat kerah baju. hewan mamalia hamper semua

memilii Bagian otak ini sama sehingga sering disebut dengan otak

mamalia. Bagian terpenting dari limbic sistem iyalah hipotalamus

yang salah satu fungsinya sebagai memutuskan mana yang perlu

mendapatkna perhatian dan mana yang tidak perlu.

2.1.3 Etiologi Meningits

Etiologi meningitis menurut Suriadi & Riat ( 2010 ) bisa

disebabkan oleh Bakteri, Faktor predisposisi, Faktor maternal, Faktor

imunologi, anak dengan kelainan sistem saraf pusat

1. Bakteri

Bakteri yang bisa menjadi faktro pencetus meningitis antara lain :

a. Haemophilus influenza ( tipe B )


15

b. Streptococcus pneumoniae

c. Neisseria meningitis

d. Hemolytic Streptococcus

e. Staphilococcus aurea

f. E. coli

2. Faktor predisposisi

Jenis kelamin, laki-laki biasanya lebih sering dibandingkan dengan

perempuan

3. Faktor maternal

Rupture membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan

4. Faktro imunologi

Defisiensi mekanisme imun, defisisensi immunoglobulin, anak yang

mendapat obat-obatan imunosupresi

5. Faktro anak dengan kelainan system saraf pusat

Proses Pembedahan atau terjadi injury yang berhubungan dengan sistem

persarafan

Penyebab lain dari faktor ini diantaranya riketsia, penyakit kanker,

tumor pada otak, obat-obatan seperti antimikriba, immune globulin,

ranitidine, non steroidal anti-inflammatory, penyakit sistemik seperti

Systemic lupus erythematosus, Rheumatoid arthritis, Polymyositis.

2.1.4 Patofisiologi Meningitis

Patofisiologi meningitis menurut Suriadi & Riat ( 2010 ) efek

peradangan akan menyebabakan peningkatan cairan cerebro spinal yang


16

dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan

peningkatan tekanan intra kranial, Efek patologi dari peradangan tersebut

adalah Hiperemi pada meningen edema dan eduksi yang kesemuanya

menyebabkan peningkatan intra kranial. Organisme yang masuk melalui

sel darah merah pada blood brain barrier masuknya dapat melalui trauma

penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral atau

kelainan sistem saraf pusat, otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar

tengkorak dapat menimbulkan meningitis dimana terjadinya hubungan

antara CSF dan dunia luar.

Masuknya mikriorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang

sub-arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada via arachnoid

CSF dan ventrikel, dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan

infeksi pada ventrikel edema dan sakar jaringan sekeliling ventrikel

menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan hidrosefalus.

Meningitis bakteri netrofil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan

sel respon radang,eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang

dibentuk di ruang subarachnoid penumpukan pada CSF akan bertambah

dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis

Terjadinya vasodilastasi yang cepat dari pembuluh darah dapat

menimbulkan rupture menjadi infarct. Untuk meningitis virus sebagi

akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes simplek dan

herpess zoster pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan

tidak ada mikroorganisme pada kultur CSF.


17

Bagan 2.1 Patofisiologi Meningitis

Bakteri,virus,jamur,protozo Masuk kenasofagus Menyerang


a mikroorganisme pembuluh arah

m
Masuk pembuluh Masuk keserebral melalui
Masuk melalui luka
darah pembuluh darah

tromboemboli Menyebar ke CSS Peningkatan TIK

Kolaps pembuluh Kerusakan adrenal meningitis Reaksi local pada


darah meningen

Reaksi imflamasi Akumulasi


Hiperfusi Metabolisme
sekret
bakteri
Vasodilatasi
Resiko ketidak Peningkatan
pembuluh darah
efektifan perfusi komponen darah Peningkatan
jaringan otak difaskuler vaskolitas darah
Peningkatan aliran serebral
darah
Peningkatan
permebilitas Color/panas Penurunan Peningkatan
kapiler perfusi jaringan permebilitas
Bakteri masuk serebral kapiler
Sel darah merah
kemeningen
keinstestinal
Resiko Kebocoran
Ketidakseimban ketidakefektifan cairan dari
Rubor/kemerahan gan asam basa perfusi jaringan intravaskuler
otak

Menekan saraf Gangguan hen Volume cairan


ostatis neuron Ketidakseimban diinstestial
gan ion
Dolor/nyeri
Edema serebral
Peningkatan Kelainan
Metabolism kebutuhan depolarisari
bakteri energi neuron Postulat klien
monre
Hiperaktifitas
neuron Desensepalon
18

Akumulasi sekret Peningkatan Penekanan pada


kejang
adrenal komponen darah hipotalamus
diserebral
Peningkatan
Peningkatan
muatan listrik
rangsangan pada
uBakteri masuk Peningkatan pada sel-sel saraf
hipofise
kealiran balik vikositas darah motorik
posterior
vena kejantung

Hambatan Demam Perforasi=kering


Darah diedarkan penyerapan CSS at berlebih
keseluruh tubuh oleh Ventrikel
III
Hipertermi Diaphoresis
Resiko infeksi
Peningkatan
Aliran darah
CSS Kekurangan
Resik ocidera keotak
hidrosefalus volume cairan
meningkat

Mual& muntah Peningkatan mesenpalon


kontraksi otot Peningkatan
TIK
Penurunan Sel neuron pada
intake Merangsang RAS tidak
makanan saraf sipatik mendapat
Menekan saraf
melepaskan
diservikal
ketekolamin
Ketidakseimbangan Aliran darah
nutrisi kurang dari ke otak
kebutuhan Rangsangan Penurunan
otot disekitar tingkat
Peningkatan servikal kesadaran
Bradikardi&pernafas
tekanan darah
an menjadi lambat sistemik
(vasodilatasi ) Ketidakefektif
an pola nafas Replek batuk
Menurunkan
Gg persepsi aliran balik
visual vena kejantug Otot Penumpukan
( statis vena ) berkontraksi secret pada
saluran
Pembesaran bitnik pernafasn
Pembekuan & Otot pada
kuning mengalami pembesaran tengkuk
ketajaman diskus optikus menegang ( Ketidakefektifan jalan
penglihatan ( papil edema ) kaku kuduk) nafas
19

2.1.4 Manifestasi klinis

Manifestasi klinis meningitis menurut Suriadi & Riat ( 2010 )

dibagi menjadi tiga dimana meliputi :

1. Neonatus

Tidak mau atau menolak untuk makan, reflek mengisap kurang, muntah

atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah

2. Anak-anak dan remaja

demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan perubahan

sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,

halusinasi, perilaku agresif atau maniak, strupor, koma, kaku kuduk,

opistotonus. Terdapat Tanda kernig dan brudzinki positif, reflek

fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus ( menunjukan adanya infeksi

meningococcal ).

3. Bayi anak usia 3 bulan – 2 tahun

Demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis

dan merintih, ubun-ubun menonjol dan untuk triase meningitis

mengalami positif

1) Kaku kuduk, pasien akan mengalami kekakuan pada leher sehingga

terdapat kesulitan dalam memfleksikan leherkarena adanya spasme

otot-otot leher.

2) Tanda Kernig positif, ketika paha pasien dalam keadaan fleksi lebih

dari 135 derajat karena nyeri.


20

3) Tanda Brudzinski positif, bila leher paien di fleksikan maka

dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada

ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama

terlihat pada sisi ekstremitas yang berlaawanan.

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

1.Laboratorium

1) Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih

(10.000-40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur adanya

mikroorganisme pathogen.

2) Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.

2.Radiografi : Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya Rongen

dada untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru,

pneumonia, abses paru. Scan otak untuk menentukan kelainan otak.

3.Pemeriksaan pungusi lumbal : untuk membandingkan hasil dari keadaan

CSF normal dengan meningitis.

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Suriadi & Riat ( 2010 ) penatalaksanaan medis yang

secara umum yang dilakukan di rumah sakit antara lain :

1. Penatalaksanaan umum

1) Pasien di isolasi

2) Pasien di istirahatkan/bedrest

3) Kontrol hipertermi dengan kompres, pemberian antipiretik seperti

parasetamol, asam salisilat


21

4) Kontrol kejang : Diazepam, fenobarbital

5) Kontrol peningkatan tekanan intracranial :Manitol, kortikosteroid

6) Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi

2. Pemberian antibiotic

1) Diberikan 10 sampai 14 hari atau sedikitnya 7 hari bebas panas

2) Antibiotik yang umum diberikan : Ampisilin, gentamisin,

kloromfenikol, selalosporin

3) Steroid untuk mengatasi inflamasi

4) Antipiretik untuk mengatasi demam

5) Antikonvulsant untuk mencegah kejang

6) Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa

dipertahankan

7) Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton)

3. Pengobatan simtomatis :

1) Diazepam IV :0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, ataurectal 0.4 –0.6/mg/kg/dosis

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 x sehari.

3) Turunkan panasAntipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

4) Kompres air PAM atau es.4.Pengobatan suportif :

5) Cairan intravena

6) Zat asam, agar konsitrasi O2berkisar antara 30 –50%

7) Perawatanpada waktu kejang

1. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

2. Hisap lender
22

3. Kosongkan lambung untuk menghindari terjadinya muntah dan

aspirasi

4. Hindarkan penderita atau klien dari rodapaksa ( misalnya jatuh )

2.2 Pengertian perfusi serebral

Gangguan perfusi jaringan bisa disebut sebagai suatu penurunan

jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan

pada tingkat perifer yaitu peningkatan tekanan darah bisa dirasakan seperti

(nyeri kepala, pusing, gelisah). kematian sebagian dari jaringan otak yang

disuplai vaskuler yang mengalami oklusi karena kekurangan oksigen dan

nutrisi hal ini bisa disebut Fenomena yang terjadi pada penderita

Cerebrovascular accident ( CVA ) Infark merupakan Sumbatan yang terjadi

pada CVA infark. Iskemia otak dalam waktu singkat menimbulkan gejala

yang dapat kembali normal sebagai penurunan kesadaran, tetapi iskemia otak

jika dalam waktu lama dapat menyebabkan nekrosis otak yang disebut

infark, Selain itu ketika suplai darah mengalami penurunan dapat

mengganggu proses metabolisme dalam otak te

rganggu sehingga dapat menyebabkan perfusi jaringan serebral tidak

efektif (Amin & Hardhi, 2015).

2.3 Penatalaksanaan Keperawatan

Untuk tahap intervensi keperawatan, dilakukan penyusunan

prioritas masalah keperawatan berdasarkan teori. Dengan menentukan


23

diagnosis keperawatan priorotas, maka dapat diketahui diagnosis mana yang

akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan (Hidayat,

2008).

Diagnosa resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, tujuannya adalah

meningkatnya kesadaran pasien, mencegah peningkatan TIK dan terjadinya

kejang. Intervensinya adalah:

1) terapi oksigen dengan aktivitas Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea,

pertahankan jalan napas yang paten, berikan oksigen sesuai kebutuhan,

monitor aliran oksigen. Tindakan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

oksigen diotak.

2) manajemen edema serebral, dengan kegiatan monitor tanda-tanda vital,

monitor status pernapasan, Monitor karakteristik cairan serebrospinal

(warna, kejernihan, konsistensi), Berikan anti kejang sesuai kebutuhan

dorong keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien dan

posisikan tinggi kepala 30o atau lebih.

3) monitoring peningkatan intrakranial, dengan kegiatan Monitor jumlah,

nilai dan karakteristik pengeluaran cairan serebrispinal (CSF), monitor

intake dan output, monitor suhu dan jumlah leukosit dan berikan

antibiotik.

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian
24

Dalam pemberian asuhan keperawatan, penelitian ini

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. (Suriadi &

Riat 2010 ). Adapun uraiannya sebagai berikut :

1. Anamnesis

pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat

sekarang, dan riwayat penyakit dahulu.

a. Keluhan utama

keluhan yang sering menjadi alasan klien atau orang tua

membawa anaknya untuk meminta pertolongan kesehatan adalah suhu

badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk

mengetahui penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang

gejala yang timbul seperti kapan mulai terjadinya serangan, sembuh

atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien dengan meningitis

biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat infeksi

atau peningkatan tekanan intrakranial. Keluhan tersebut di antaranya

sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala

dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat

iritasi meningen. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk

dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaiman sifat timbulnya


25

kejang, stimulasi apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan

apa yang diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang.

Adanya penurunan kesadaran dihubungkan dengan

meningitis bakteri. Disorientasi dan gangguan memori biasanya

merupakan awal adanya penyakit. Pengkajian lainnya yang perlu

ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS,

pernahkah menjalani tindakan invasive yang memungkinkan

masuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui pembulu.

c. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang

memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan

sekarang meliputi pernahkah klien mengalami infeksi jalan nafas

bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan

hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala

dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat

sakit TB paru perlu ditanyakan kepada klien atau keluarga perlu

ditanyakan kepada klien terutama jika ada keluhan batuk produktif

dan pernah mengalamipengobatan obat anti tuberculosis yang sangat

berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.

d. Riwayat keluarga

perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami

oleh keluarga, serta Mengidentifikasi apakah di keluarga ada riwayat

penyakit menular atau turunan keduanya serta penyakit yang bisa


26

memperburuk keadaan klien dan menjadi factor utama penyakit yang

diderita.

. Pemriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum klien meningitis

biasanya didapatkan kesadaran yang kurang baik atau samnolen

dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan

perfusi system saraf pusat

2) Pemeriksaan fisik

Menurut ( Tursinawati et.al 2015 ) pemeriksaan fisik

persistem pada pasien meningitis meliputi :

a) Sistem pernafasan

Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak

nafas, penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi

nafas yang sering didapatkan pada klien meningitis yang

disertai adanya gangguan sistem pernafasan. Palpasi thorax

hanya dilakuan jika terdapat deformitas pada tulang dada pada

klien dengan efusi pleura massif. Auskultasi bunyi nafas

tambahan seperti rochi pada klien meningitis tuberkulosa

dengan penyebaran primer dari paru.

b) Sistem cardiovaskuler
27

Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama

dilakukan pada klien meningitis pada tahap lanjut seperti

apabila klien mengalami renjatan (syok).

c) Sistem persyarafan

Pengkajian inimerupakan pemeriksaan fokus dan lebih

lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya meliputi

1) Pengkajian tingkat kesadaran

Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang

paling mendasar dan parameter yang paling penting yang

membutuhkan pengkajian. Pada keadaan lanjut tingkat

kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat

letergi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah

mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk

menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk

pemantauan pemberi asuhan.

2) Pengkajian saraf kranial

1. Saraf I : biasanya pada klien meningitis tidak ada

kelainan funsi penciuman.

2. Saraf II : Tes ketajaman penglihatan dalam batas normal

3. Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan fungsi dan reaksi

pupil pada klien meningitis yang tidak disertai

penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan, Pada


28

tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu

kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi

pupil akan di dapatkan. Dengan alasan yang tidak di

ketahui pasien meningitis mengalami fotofobia atau

sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.

4. Saraf V : Pada klien meningitis umumnya tidak

didapatkan paralisis pada otot wajah dan reflek kornea

biasanya tidak ada kelainan.

5. Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal,

wajah simetris.

6. Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif atau

tuli persepsi.

7. Saraf IX dan X : Kemampuan menelan baik

8. Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokledomastoideus

dan trapezius, Adanya usaha dari pasien untuk

melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.

9. Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi

dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal

3) Pengkajian sistem sensori

Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya

didapatkan sensari raba, nyeri, suhu yang normal, tidak ada

perasaan abnormal di permukaan tubuh, sensasi

propriosefsi, dan diskriminatif normal.


29

a) Pemeriksaan Kaku Kuduk Pasien berbaring dengan

posisi telentang kemudian dilakukan gerakan pasif

berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk

positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada

pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme

otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga

didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi

kepala.

b) Pemeriksaan KernigPasien berbaring denan posisi

terlentang kemudian dilakukan fleksi pada sendi

panggul kemudian dilakukan ekstensi tungkai bawah

pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri.

Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak

mencapai sudut 135º ( kaki tidak dapat di ekstensikan

sempurna ) disertai spasme otot paha biasanya diikuti

rasa nyeri.

c) Pemeriksaan Tanda Brudzkinski Pasien berbaring

terlentang, salah satu tungkainya diangkat dalam sikap

lurus di sendi lutut dan ditekukkan di sendi panggul.

Tanda Brudzkinski positif (+) bila pada pemeriksaan

terjadi fleksi reflektorik pada sendi panggul dan lutut

kontralatera
30

d) Sistem perkemihan

Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya

didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine, hal ini

berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah

jantung ke ginjal.

e) Sistem pencernaan

Klien biasanya didapatkan mual sampai muntah

disebabkan peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan

nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan

adanya kejang.

2.4.2 Diagnosa yang Muncul pada Klien dengan Meningitis

Berdasarkan diagnose yang muncul pada klien dengan Meningitis (

Suriadi & Riat 2010 ) :

1. Actual/ Resiko tinggi perubahan perfusi serebral berhubungan dengan

proses inflamasi.

2. Actual/ Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

meningkatnya tekanan intra kranial.

3. Actual/ Resiko tinggi tidak efektif pola nafas berhubungan dengan

menurunnya kemampuan untuk bernafas.

4. Actual/ Resiko tinggi injury berhubungan dengan disorientasi, kejang,

gelisah.

5. Actual/ Resiko tinggi perubahan proses berfikir berhubungan dengan

perubahan tingkat kesadaran.


31

6. Actual/Resiko Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada

meningen dan peningkatan metabolisme.

7. Actual/ Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan

tidak adekuatnya sekresi hormone antidiuretic.

8. Actual/ Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, lemah, mual dan muntah.

9. Actual/ Resiko tinggi kecemasan berhubungan dengan adanya situasi

yang mengancam.

2.4.3 Rencana Keperawatan

1. perubahan perfusi serebral berhubungan dengan proses inflamasi.

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional

Keperawata kriteria hasil

perubahan Setelah dilakukan 1. pertahankan tetap 1. klien tidak

perfusi tindakan kontak dengan mengalami

serebral keperawatan lingkungan penurunan kontak

berhubungan selama 3x24 jam 2. mengobservasi dan dengan lingkungan

dengan diharapkan dengan mencatat tingkat sekitar

proses kreiteria hasil : kesadaran ( 2. mengetahui tingkat

inflamasi.  mempertahanka kewaspadaan kesadaran dan

n perfusi orientasi, mudah kepekaan yang

serebral yang terstimulus, latergi, sedang terjadi pada

adeuat respon yang tidak klien

 meningkatnya tepat ) 3. bertujuan memantau


32

kesadaran 3. manajemen edema atau menurunkan


serebral, dengan
pasien, volume cairan di
kegiatan; monitor
mencegah serebral menurunkan
tanda-tanda vital,
peningkatan monitor status retensi cairan
pernapasan,
TIK dan 4. terpantaunya bila
Monitor
terjadinya terjadi tekanan intra
karakteristik cairan
kejang. serebrospinal kranial dilihat dari
(warna, kejernihan,
meningkatnya lingkar
konsistensi),
kepala
Berikan anti kejang
sesuai kebutuhan 5. mengetahui frekuensi
dorong
jika ada kejang
keluarga/orang
susulan
yang penting untuk
bicara pada pasien 6. untuk penanganan
dan posisikan
segera bila terjadi
tinggi kepala 30o
kejang
4. Memonitor TIK
(Nadi,pernapasan 7. agar laju alirah darah
tidak
ke jantung tidak ada
teratur,gelisah,
hambatan
perubahan
pupil,kejang). 8. untuk mencegah
5. catat setiap kejang
penyebaran bakteri
yang terjadi,
9. tidak meningkatnya
anggota tubuh yang
tekanan intra kranial
terkena, lamanya
10. untuk meningkatkan
kejang, dan aura
motoric klien
6. menyiapkan
11. meminimalisir cidera
peralatan jika
bila mana terjadi
terjadi kejang (
kejang
pinggirkan tempat
33

tidur dinaikan, 12. mengetahui bila

tempat tidur dalam mana terjadi

posisi rata, hipotensi,meningatny

peralatan penghisap a temperature,

lender, bell mudah pernafasan

dijangkau, 13. Tindakan ini

peralatan bertujuan untu

emergensi, obat memenuhi ebutuhan

anti kejang ) oksigen di otak

7. mempertahankan

kepala dan leher

dalam satu garis

lurus unutk

memudahkan

Venous Return

8. memberikan

antibiotic sesuai

order/

mempertahankan

lingkungan yang

tenang, dan

menghindari

rangsang yang

berlebihan ( cahaya

lampu tidak terlalu

terang, anak dalam

posisi yang
34

nyaman, hindari

melakukan

tindakan yang tidak

penting )

9. mengajarkan

kepada anak atau

ornag tua untuk

menghindari

valsava Manuver (

mengedan, batuk,

bersin ) dan jika

merubah posisi

anak lakukan

secara perlahan.

10. Melakukan latihan

ROM pasif/ aktif

11. Hindari

dilakukannya

pengikatan jika

memungkinkan

12. memonitor tanda

septik syok (

hipotensi,

meningkatnya

temperature,

meningkatnya

pernafasan,
35

kebingungan,

disorientasi,

vasokontriksi

perifer )

13. memberikan

oksigen sesuai

kebutuhan

2. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya

tekanan intra kranial.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

hasil

gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan 1. memberian 1. untuk

berhubungan dengan tindakan keperawatan oksigen sesuai memberikan

meningkatnya tekanan selama 3x24 jam kebutuhan dan konsntrasi O2

intra kranial. diharapkan dengan monitor efektifitas dalam proses

kreiteria hasil : pemberian oksigen pertukaran gas

 menunjukan tersebut 2. untuk memberi

status pernafasan 2. ganti posisi keleluasaan

adekuat yang setiap 2 jam, bernafas

ditandai dengan anjurkan anak sevagai dampak

nalan nafas paten kepada orang tua adekuat

dan bersih, pola untuk melakukan pertukaran gas

nafas efektif dan aktivitas yang 3. terjaganya

pernafasan dapat ditoleransi kepatenan jalan

normal 3. mempertahankan nafas terhindar

kepatenan jalan memperburuk


36

nafas, melakukan proses

hisap lender, dan pertuaran gas

mengatur posisi

tidur dengan

kepala esktensi

3. ketidakefektif pola nafas berhubungan dengan menurunnya

kemampuan untuk bernafas.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

hasil

ketidakefektif pola nafas Setelah dilakukan 1. auskultasi suara 1. menjadi

berhubungan dengan tindakan keperawatan pernafasan setiap parameter

menurunnya kemampuan selama 3x24 jam 4 jam, laporkan monitoring

untuk bernafas. diharapkan dengan adanya bunyi serangan gagal

kreiteria hasil : tambahan ( nafas dan

 menunjukan wheezing, menjadi data

status pernafasan crackles ) dasar intervensi

adekuat yang 2. lakuan selanjutnya

ditandai dengan pemeriksaan 2. kapasitas vital

nalan nafas paten kapasitas vital klien dipntau

dan bersih, pola pernafasan lebih sering dan

nafas efektif dan 3. kolaborasi dengan interval

pernafasan pemberian O2 yang teratur

normal dalam

penambahan

kecepatan
37

pernafasan dan

kualitas

pernafasan

sehingga dapat

diantisipasi untu

menghindari

indiasi

memburunya

fungsi pernafasan

3. membantu

pemenuhan O2

yang sangat

diperluan tubuh

dengan ondisi

lanjut

metabolisme

sedang meningat

4. Resiko tinggi injury berhubungan dengan disorientasi, kejang,

gelisah.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

hasil

Resiko tinggi injury Setelah dilakukan 1. Kaji status 1. Pemantauan

berhubungan dengan tindakan keperawatan neurologi status neurologi

disorientasi, kejang, selama 3x24 jam 2. Atur posisi klien untuk menjaga

gelisah. diharapkan dengan 3. Menghindari kontak klien

kreiteria hasil : tekanan intra 2. posisi klien aan


38

 Terhindar dari kranial ynag dapat meningkatkan

resiko injury menimbulkan asupan O2 dan

valsava maneuver rasa rileks

batuk, mengejan, 3. meminmalisir

bersin, peningkatan TIK

rangsangan dari menghindari

prosedur seperti valsava manuver

penghisapan

lender

5. perubahan proses berfikir berhubungan dengan perubahan tingkat

kesadaran.

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional

Keperawatan kriteria hasil

perubahan proses Setelah dilakukan 1. bertingkah laku 1. memahami

berfikir berhubungan tindakan tenang, konsisten, setiap arahan

dengan perubahan keperawatan selama berbiara lambat dan dan anjuran

tingkat kesadaran. 3x24 jam jelas untuk yang diberikan

diharapkan dengan meningkatkanpemaha 2. memberi rasa

kreiteria hasil : man anak percaya pada

 mampu 2. mengkaji anak bicara anak ketika

mempertahankan ketika melakukan berinteraksi

kontak dengan tindakan, mengunakan 3. berorientasi

lingkungan sentuhan terapetik pada

sekitar 3. mengorintasikan tempat,waktu

secara verbal keada dan menjaga

orang tua, tempat kepekaan anak


39

waktu, situasi 4. dengan selalu

menyediakan mainan, terjaganya

barang yang disukai, kontak anak

barang yang dieknal dengan klien

4. memanggil anak menambahan

dengan nama yang emosi antara

disukai, orang tua dan

menganjurkan anak

oangtua untuk

megajaknya bermain

untuk memberikan

stimulus

6. Actual/Resiko Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada

meningen dan peningkatan metabolisme.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

hasil

Actual/Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Mengetahui

Hipertermi berhubungan tindakan keperawatan minimal tiap 2 perkembangan

dengan inflamasi pada selama 3x24 jam jam suhu taip

meningen dan diharapkan dengan 2. Monitor TD, nadi, jamnya

peningkatan kreiteria hasil : dan RR 2. Td dan RR

metabolisme.  Suhu tubuh 3. Monitor warna dalam batas

dalam rentang dan suhu kulit normal

normal 4. Selimuti pasien TD:90/60

 Nadi dan RR untuk mencegah RR:30-40

dalam rentang hilangnya 3. Tidak terjadi


40

normal kehangatan tubuh perubahan pada

 Tidak ada 5. Berikan anti warna ulit

perubahan warna piretik jika perlu akibat

kulit perubahan suhu

4. Terhindarnya

kehilangan suhu

5. Mengurangi

terjadinya

peningkatan

suhu

7. Actual/resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan tidak

adekuatnya sekresi hormone antidiuretic.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

hasil

kelebihan volume cairan Setelah dilakukan 1. timbang berat 1. perubahan tiba-

berhubungan dengan tindakan keperawatan badan tiba menunjukan

tidak adekuatnya sekresi selama 3x24 jam 2. kolaborasi berikan gangguan

hormone antidiuretic. diharapkan dengan diuretic, keseimbangan

kreiteria hasil : furosemide, airan

 mampu sprinolaaton, 2. diuretic bertujuan

mempertahankan hidroonolakatan untuk menurunan

keseimbangan 3. pantau data volume plasma

airan dan labolatorium dan menurunan

elektrolit yang elektrolit alium retensi cairan di

adekuat jaringan sehingga

menurunan resiko
41

terjadinya edema

3. Hypokalemia

dapat membatasi

keefetifas terapi

8. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, lemah, mual dan muntah.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

hasil

perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. jelaskan kepada 1. dengan

dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan klien atau pemahaman klien

berhubungan dengan selama 3x24 jam keluarga tentang atau keluarga

anoreksia, lemah, mual diharapkan dengan manfat makan akan lebih

dan muntah. kreiteria hasil : 2. anjurkan agar kooferatif

 mampu klien makan mengenai aturan

mempertahankan makanan yang 2. untuk

kebutuhan nutrisi disediakan di menghindari

yang adekuat rumah sakit makanan yang

3. berikan dukungan justru

psikologi mengganggu

4. kolaborasi dengan proses

nutrisi penyembuhan

pemenuhan klien klien

3. meningkatkan

seara fsikologis

4. meningkatkan

pemenuhan
42

nutrisi sesuai

dengan kondisi

klien

9. kecemasan berhubungan dengan adanya situasi yang mengancam.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

hasil

kecemasan berhubungan Setelah dilakukan 1. kaji tanda verbal 1. cemas

dengan adanya situasi tindakan keperawatan dan nonverbal berkelanjutan

yang mengancam. selama 3x24 jam kecemasan, akan memberikan

diharapkan dengan damping klien dampak negative

kreiteria hasil : atau kelaurga dan

 keemasan klien memperburuk

berkurang ( klien 2. hindari kondisi

dan keluarga ) kontrolisasi 2. kontrolisais dapat

 kooferatif 3. berikan meningkatkan

terhadap tindakan lingkungan yang rasa marah,

( klien dan nyaman dan menurunan

keluarga ) tenang kerjasama dan

 wajah rileks 4. orientasikan klien memperlambat

dan keluarga penyembuhan

terhadap prosedur 3. mengurangi

rutin dan aktivitas rangsangan

diharapkan eksternal yang

tidak perlu

4. orientasi dapat

menurunkan
43

kecemasan

2.4.4 Implementasi

Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan

dari renana keperawatan. Implementasi mengacu pada pelaksanaan

renana keperawatan yang disusun.

2.4.5 Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada proses keperawtan klien dengan Meningitis.

1. Anak akan mempertahankan perfusi serebral yang adekuat

2. Anak akan menunjuan status pernafasan adekuat yang ditandai dengan

jalan nafas paten dan bersih, pola nafas efetif dan pernafasn normal.

3. Anak tida akan mengalami injury

4. Anak akan mempertahankan kontak dengan lingkungan sekitar

5. Suhu tubuh dalam rentang normal, Nadi dan RR dalam rentang

normal, Tidak ada perubahan warna kulit

6. Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang

adekuat

7. Anak akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.

8. Orang tuaakan mengekspresikan ketakutan/ kecemasan, dan

mengidentifikasi situasi yang mengancam, dan mengatasi

kecemasannya.
45
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan penulis adalah studi kasus. ( case study )

atau studi kasus merupakan suatu model yang menekankan pada eksplorasi

dari suatu “system“ ( bounded system ) pada suatu kasus atau beberapa kasus

secara mendetail, disertai dengan cara penggalian data secara mendalam yang

melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks, studi kasus

merupaan suatu model pelenitian kualitatif yang terperinci tentang individu

atau suatu unit socsal tertrntu selama kurun waktu tertentu ( Herdiansyah,

2012 ).

Studi kasus ini adalah utuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada klien meningitis dengan Perubahan Perfusi Serebral di

Ruang Nusa Indah Atas Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Salmet Garut.

3.2 Batasan Istilah

Sesuai dengan judul asuhan keperawatan pada klien Perubahan

Perfusi Serebral di Ruang Nusa Indah Atas Rumah Sakit Umum Daerah

dr.Salmet Garut, maka penulis studi kasus harus menjabarkan tentang konsep

perubahan perfusi serebral serta membahas asuhan keperawatan mulai dari

44
perencanaan,intervensi, implementasi dan evaluasi sesuai diagnose medis dan

masalah keperawatan yang

terdapat dalam judul srudi kasus tersebut. Batasan istilah ini disususn secara

naratif dan ketika diperlukan ditambahkan informasi kualitatif sebagai penciri

dari batasan yang dibuat oleh penulis.

1. perubahan perfusi serebral

gangguan perfusi jaringan bisa disebut sebagai suatu penurunan

jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan

pada tingkat perifer yaitu peningkatan tekanan darah bisa dirasakan seperti

nyeri kepala, pusing, gelisah. (Amin & Hardhi, 2015).

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Untuk tahap intervensi keperawatan, dilakukan penyusunan

masalah prioritas keperawatan. Dengan menentukan diagnosis

keperawatan berdasarkan masalah, maka dapat diketahui diagnosis mana

yang akan dilakukan atau disegerakan atau yang pertama dilakukan

(Hidayat, 2008).

Dengan Diagnosa resiko atau potensial ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral, tujuannya adalah meningkatnya kesadaran pasien, mencegah

peningkatan TIK dan terjadinya kejang. Intervensinya adalah:

1) terapi oksigen sesuai kebutuhan

2) manajemenedema serebral

3) monitoring peningkatan intracranial

45
46

3. Penatalaksanaan medis

Menurut Suriadi & Riat ( 2010 ) penatalaksanaan medis yang

secara umum yang dilakukan di rumah sakit diantaranya Pasien di isolasi,

Pasien di istirahatkan/bedrest, Kontrol hipertermi dengan kompres atau

pemberian antipiretik sesuai order seperti ( parasetamol, asam salisilat ),

Kontrol kejang ( Diazepam, fenobarbital ), Kontrol peningkatan tekanan

intracranial ( Manitol, kortikosteroid ) Pemenuhan kebutuhan cairan atau

nutrisi, Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa

dipertahankan.

3.3 Subjek penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 klien By.A dan

klien By.Ad yang mengalami meningitis dengan masalah Perubahan Perfusi

Serebral di Ruang Nusa Indah Atas Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Salmet

Garut.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di RSUD dr. Slamet Garut pada

tanggal 28 Januari 2020 sampai dengan tanggal 07 Februari 2020 di ruangan

Nusa Indah Atas Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Salmet Garut.

3.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulisan yaitu :

46
47

1. Wawancara

Dilakukan wawancara terhadap klien maupun keluarga klien untuk

mendapatkan berbagai macam data mulai dari identitas klien dan

penanggung jawab, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, aktivitas klien selama di

rumah maupun rumah sakit, dan lain-lainnya. Wawancara juga dilakukan

pada kedua klien sebelum dan setelah klien diberikan intervensi.

2. Observasi

Selain melakukan wawancara penulis juga mengumpulkan data

melalui observasi sesuai diagnose yang ditemukan. Observasi dilakukan

untuk mengetahi respon baik fisik ataupun psikologi klien setelah

dilakukan intervensi. Observasi dilaukan setelah klien medapatkan

intervensi. Penulis mengobservasi aktivitas yang dilakukan klien.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemriksaan fisik dilakukan untuk menemukan keluhan atau

kelainan yang dirasakan oleh klien mengenai respon asuhan keperawatan

yang sudah diberikan. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pendekatan

IPPA ( inspeksi,palpasi,perkusi,auskultasi ).

4. Studi Dokumentasi

Melihat hasil pemeriksaan diagnostic seperti hasil labolatorium,

radiologi, ultrasonography, dan hasil rekam EKG klien. Hal ini perlu

dilakukan untuk melihat kelainan pada klien dari hasil pemeriksaan

tersebut sehingga mendukung diagnose yang sudah ditemukan.

47
48

3.6 Uji keabsahan data

Uji keabsahan data dimaksudakan untuk menguji kualitas data atau

informasi yang diperlukan sehingga menghasilkan data dengan Faliditas

tinggi. Disamping integritas peneliti, uji keabsahan data dilakukan dengan

diantaranya :

1. Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan 3 x 24 jam pad klien

dilakukan asuhan keperawatan dari tanggal 28 Januari 2020 sampai

dengan tanggal 07 Februari kepada klien By.A 28 Januari 2020 sampai 31

Januari 2020 dan pada tanggal 04 Februari 2020 sampai dengan tanggal 07

Februari 2020 pada klien By.Ad.

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data utama yaitu klien, keluarga klien dan petugas kesehatan lainnya yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti, sumber informasi tambahan

mengenai triangulasi terlampir.

3.7 Analisa Data

Analisa data dilaukan sejak penelitian pertama kali terjun di

lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul.

Analisa data didapatkan dengan cara mengumukakan fakta yang diperoleh,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya

ditungakan dalam opini pembahasan. analisa yang digunakan dengan teknik

48
49

menarasikan agar jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan unutk menjawab rumusan masalah.

Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan dan

di bandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tesebut. Urutan analisa :

1. pengumpulan data

Data yang terkumpulkan dari hasil WOD ( Wawancara, Observasi,

Dokumentasi ). Hasl ini kemudian ditulis dalam bentuk catatan lapangan,

lalu kemudian disalin dalam sebuah bentuk transkrip ( catatan terstruktur ).

Sebelum penulis melakukan intervensi penulis memberikan beebrapa

pertanyaan kepada kedua keluarga klien untuk mengetahui tingkat kedua

klien. Kemudian satu jam setelah pemberian intervensi penulis melakukan

wawancara kembali.

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadiakan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokan

menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. penyajian data

Dalam pemberian Penyajian data dapat dilakukan dengan table,

gambar bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien akan dijamin

dengan melakukan pengaburkan identitas klien.

49
50

4. Kesimpulan

Dari data yang akan disajikan, kemudian data tersebut dibahas dan

dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis

dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnose,perencanaan, implementasi, sampai evaluasi.

3.8 Etika penelitian

Setiap peneliti yang melibatkan manusia sebagai objek penelitian

harus memiliki dasar kemanusiaan. Setiap peneliti harus memegang teguh

sikap ilmiah ( screatific attitude ) dan prinsip-prinsip serta etika penelitian

yang sesuai pedoman, tidak membahayakan dan merugikan subjek penelitian,

harus mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan

martabat kemanusiaan ( Sumantri, 2015 ).

1. informed consent atau ( persetujuan menjadi pasien )

Informed consent dapat diartikan sebagai suatu persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan ( Rahmadhani, 2016 ).

Pada saat dilapangan, penulis terlebih dahulu melakukan informed

consent terhadap pasien sebelum melakukan asuhan keperawatan, secara

lisan. Setelah pasien menyetujui, penulis membuat lembar persetujuan

menjadi responden dan di tanda tangani oleh pasien dan peneliti untuk

menambah krdibilitas peneliti ini. Pada lembar persetujuan ini di dalamnya

50
51

di cantumkan bahwa pasien menyetujui menjadi responden studi kasus dan

bersedia menerima asuhan keperawatan yang diberikan penulis selam 3 x

24 jam.

2. Anonimity ( tanpa nama )

Anomanity adalah kiasan yang mempresentasikan seseorang tanpa

nama atau tanpa identitas pribadi. Masalah etika keperawatan adalah

masalah yang memberikan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau menjelaskan nama reponden pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan (

Rahmadhani, 2016 ). Dalam penelitian ini, penulis hanya menuliskan

inisial dari nama pasien.

3. Confidenliality ( kerahasiaan )

kerahasiaan atau confidenliality ini merupakan masalah etika

dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya ( Rahmahanti, 2016 ). Penulis berusaha

memproteksi dalam penggunaan dan penyebaran data pasien selama proses

penulisan karya ilmiah ini.

4. Beneficience ( bermanfaat )

Prinsip ini menjelaskan bahwa seharusnya perawat melakukan

upaya terbaik bagi klien, tidak mungkin klien mencegah bahaya bagi klien

( Utami, 2016 ). Selama pemberian asuhan keperawatan, penulis berusaha

51
52

mungkin meberikan asuhan yang baik untuk klien dan sebelumnya di

konsultasikan dengan perawat ruangan.

5. Normaleficeincy ( tidak merugikan )

Tindakn dan pengobatan harus berpedoman pada prinsip primum

non nocore ( yang paling utama, dan jangan merugikan ), risiko fisik,

psikologis, maupun social akibat tindakan dan pengobatan yang akan

dilakukan hendaknya seminimal mungkin ( Rahmahanti, 2016 ).

Selama asuhan keperawatan, penulis tidak akan menciderai klien,

seperti pada saat pemberian obat pun penulis menjalankan prinsip 6 benar

pemberian obat ( benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar

waktu, benar dokumentasi ).

6. Veracite ( kejujuran )

kejujuran bukan hanya dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki

oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran

pada setiap klien untuk meyakinkan agar klien mengerti informasi yang

diberikan harus akurat, komperhensif, dan objektif ( Rahmahanti, 2016 ).

7. justice ( keadilan )

penelitian yang menjamin bahwa semua subjek peneliti yang

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan

gender, agama, etnis, dan sebagainya didasari justic ( Notoatmojo, 2010 ).

Memberikan kebutuhan klien sesuai dengan kebutuhannya.

8. Fidelity ( menepati janji )

52
53

Fidelity berperan sebagai tanggung jawab yang besar seorang

perawat dalam meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan

kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat

harus memiliki komitmennya kepada orang lain ( Henderson, 2008 ).

Penulis berkomitmen dalam merahasiakan status, penyakit klien

terhadap orang lain dan bertanggung jawab apabila rahasia diketahui oleh

orang lain, sehingga klien dan keluarga percaya terhadap perawat.

53
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi pengambilan data

Pengambilan data klien diambil dari Rumah Sakit Umum Daerah

dr.Slamet Garut. Beralamat di jalan Rumah Sakit Umum No. 12, Sukakarya,

Garut, Jawa Barat. RSUD dr. Slamet Garut, memiliki beberapa ruang untuk

pelayanan kesehatan salah satunya yaitu Ruang Nusa Indah Atas yang

merupakan ruangan Anak. Ruang Nusa Indah Atas terleta di lantai 2. Pada

Ruang Nusa Indah Atas terdapat fasilitas tempat tidur 5 ruang dimana dalam

satu ruangan terdapat ( 5-6 ) tempat tidur dan 1 ruangan isolasi dengan satu

tempat tidur, runag perawat, dapur, gudang, ruang tindakan dan obat-obatan

keadaan runag ini bersih dan rapi. Kegiatan yang dilakukan di ruangan yaitu

injek obat, pemberian obat per oral, pemberian makan.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas Klien

Tabel 4.1 identitas klien

1. Identitas Klien Klien 1 Klien 2

54
55

Nama By.A By.Ad

Alamat kp.bojong RT/RW 04/08 kp.Awi bulu RT/RW 05/04

DES.mekar sari KEC.cilawu. DES.Karamat wangi

garut KEC.Cisurupan. garut

Umur 2 bulan 4 bulan

Pendidikan Belum sekolah Belum sekolah

Pekerjaan Belum Bekerja Belum bekerja

Agama Islam Islam

Suku bangsa Sunda/Indonesia Sunda/Indonesia

Tanggal Pengkajian 28 Januari 2020 04 Februari 2020

Tanggal masuk Rs 20 Januari 2020 28 Januari 2020

Diagnosa Medis Meningitis Meningitis

2.Identitas penanggung jawab Klien 1 Klien2

Nama Tn.asep Tn.dadan

Umur 31 tahun 35 tahun

Almat kp.bojong RT/RW 04/08 kp.Awi bulu RT/RW 05/04

DES.mekar sari KEC.cilawu. DES.Karamat wangi

garut Jawa barat KEC.Cisurupan. garut

Pekerjaan Buruh Buruh

Hubungan dengan Klien Orang tua Orang tua

2. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan

Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan Klien 1 Klien 2

Keluhan utama saat masuk Rs Orang tua klien mengataan Orang tua klien mengataan

anaknya mengalami kejang dan anaknya mengalami kejang dan

kembung pada tgl 19 dan di demam pada tgl 27 dan di bawa

bawa ke bidan yang dekat ke perawat yang dekat dengan

dengan rumahnya untuk rumahnya,lalu di rujuk untuk di


56

memeriksa keadaan klien, lalu di bawa ke Rumah sakit agar

rujuk untuk di bawa ke Rumah mendapat pertolongan segera

sakit agar mendapat pertolongan pada tanggal 28 januari 2020

segera pada tanggal 20 januari dengan keluhan kejang dan

2020 dengan keluhan kejang dan demam.

kembung.

Keluhan Utama saat dikaji Pada saat dikaji pada tanggal 28 Pada saat dikaji pada tanggal 04

januari 2020 di dapatkan data: Februari 2020 kelengkapan data

kesadaran samnolen ( E:2 V:3 kurang dikernakan klien masih

M:3 ) 8 dan untuk kelengapan balita Td: S:37,4 RR:65 N:85

pengkajian kurang dikernakan lingkar kepala:40cm lila:15cm

klien masih balita S:37,4 RR:46 Lingkar dada:44cm Lingkar

N:95 lingkar kepala:40cm Abdomen 49cm Panjang

lila:5cm Lingkar dada:42cm badan:60cm dan terpasang O2 1

Lingkar Abdomen 40cm Liter, dan terpasang NGT

Panjang badan:47cm dan dikernakan bayi suka tersedak

terpasang O2 1 Liter, dan saat diberikan asi ,

terpasang NGT dikernakan bayi

tidak bisa menete (lemah) saat

diberikan asi

Riwayat kesehatan dahulu Ibu Klien mengatakan Ibu Klien mengatakan

sebelumnya klien mengalami sebelumnya klien mengalami

kejang dan kembung pada kejang dan demam pada

beberapa hari kebelakang beberapa hari kebelakang

sebelum masuk ke rumah sakit sebelum masuk ke rumah sakit

Riwayat kesehatan keluarga Ibu Klien mengatakan tidak ada Ibu Klien mengatakan ada

keluarga yang pernah mengalami keluarga yang pernah mengalami

hal yang memperburuk atau hal yang memperburuk atau

menjadi penyebab klien menjadi penyebab klien


57

mengalami mengalami penyakit ini yakni

kake klien memiliki penyakit TB

3. Riwayat kehamilan dan kelahiran


Tabel 4.3 Riwayat kehamilan dan kelahiran
Klien 1 Klien 2
a. Prenatal: ibu klien mengatakan tidak a. Prenatal: ibu klien mengatakan tidak
mengalami kelainan saat mengandung mengalami kelainan saat mengandung kilien
kilien tidak ada alergi obat dan makanan tidak ada alergi obat dan makanan dan
dan melakukan kunjungan rutin ke melakukan kunjungan rutin ke posyandu
posyandu mendapat konsumsi multifitamin mendapat konsumsi multifitamin dan zat besi
dan zat besi dan pemberian TT. dan pemberian TT.
b. Intranatal: pada saat persalinan usai b. Intranatal: pada saat persalinan usai
kandungan sudah matur melakukan kandungan sudah matur melakukan
persalinan di bidan desa setempat jenis persalinan di bidan desa setempat jenis
perslalinan spontan BB:2kg PJ:47cm perslalinan spontan BB:2,9kg PJ:47cm
c. Postnatal:kondisi ibu dan bayi pasca c. Postnatal:kondisi ibu dan bayi pasca
persalinan tidak ada kelainan persalinan tidak ada kelainan

4. Pola aktivitas sehari-hari


Tabel 4.4 Pola aktivitas sehari-hari
AKTIVITAS Klien 1 Klien 2

Di rumah Di Rs Di rumah Di Rs

Nutris
a. Makan
Frekuensi 7x/ sehari kurang 12x sehari kurang 5x/sehari kurang 2x/ hari kursng
lebih lebih lebih lebih
Jumlah Kurang lebih 180 280 ml Kurang lebih 300 Kurang lebih 200
Jenis Asi Asi Asi Asi
Keluhan Kembung Tidak ada Tidak ada tersedak

b. Minum
Frekuensi 7x/ sehari kurang 12x sehari kurang 5x/sehari kurang 2x/ hari kursng
lebih lebih lebih lebih
58

Jumlah Kurang lebih 180 280 ml Kurang lebih 300 Kurang lebih 200
jenis Asi Asi Asi Asi
Keluhan Kembung Tidak ada Tidak ada tersedak

Eliminasi
a. Bab
Frekuensi Kurang lebih Kurang lebih Kurang lebih Kurang lebih
2x/hari 2x/hari 2x/hari 2x/hari
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Bau Khas feses Khas feses Khas feses Khas feses
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
b. Bak
Frekuensi Kurang lebih Kurang lebih Kurang lebih Kurang lebih
5x/hari 4x/hari 4x/hari 3x/hari
Jumlah Kurang lebih Kurang lebih 75ml Kurang lebih Kurang lebih
100ml 120ml 100ml
Warna Kuning jernih Kuning jernih Kuning jernih Kuning jernih
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
keluahan
Istirahat tidur
Siang 2-3 jam 2-3 jam 2-3 jam 2-3 jam
Malam 8-9 jam 8-9 jam 8-9 jam 8-9 jam
Keluhan kejang Tidak ada keluhan Kadang-kadang Kadang-kadang
kejang kejang
Personal hygiene
a. Mandi 2x/hari 1x/hari 2x/hari 1x/hari
b. Gosok gigi Tidak gosok gigi Tidak gosok gigi Tidak gosok gigi Tidak gosok gigi
kerna belum kerna belum kerna belum kerna belum
tumbuh gigi tumbuh gigi tumbuh gigi tumbuh gigi
c. Keramas
d. Gunting 1x/7 hari 1x/7 hari 1x/7 hari 1x/7 hari
kuku 1x/2 minggu Belum melakukan 1x/2 minggu Belum melakukan
e. Ganti guntung kuku guntung kuku
Pakaian 2x/hari 1x/hari 2x/hari 2x/hari

Aktifitas Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji

5. Pertumbuhan dan perkembangan


Tabel 4.5 Pertumbuhan dan perkembangan
59

1.Pertumbuhan Klien 1 Klien 2


Berat badan (BB) :4kg :7kg
Tinggi badan (TB) :47 cm :60 cm
Lingkar kepala (LK) :40 cm :40 cm
Lingkar dada (LD) :42 cm :44 cm
Lingkar lengan atas (LLA) :5 cm :15 cm
Lingkar abdomen (LA) :40 cm :49 cm
2.Perkembangan
Motoroik halus pada bayi telentang,kedua lengan dan pada bayi telentang,kedua lengan dan
tungkai bergerak tungkai tidak bergerak

klien belum bisa telungkup, dan saat di


Motorik Kasar klien belum bisa telungkup, dan saat telentangkan klien tidak mengikuti gerakan
di telentangkan klien tidak mengikuti suatu benda ynag di hadapkan
gerakan suatu benda yang di
hadapkan klien tidak mengeluarkan suara-suara
mengoceh atau lain Dan tidak tertawa .
Pengembangan klien tidak mengeluarkan suara-suara
bicara mengoceh atau lain Dan tidak tertawa
. saat di telentangkan klien tidak melihat
perawat dan pada saat mengajak bayi bicara
saat di telentangkan klien tidak klien tidak tersenyum.
melihat perawat dan pada saat
Sosialisasi mengajak bayi bicara klien tidak
tersenyum.

6. Riwayat imunisasi
Tabel 4.6 Riwayat imunisasi
Klien 1 Klien 2
hepatitis B , BCG dan polio pada usia 1 bulan, dan hepatitis B , BCG dan polio pada usia 1 bulan, dan
DPT. DPT.

7. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.7 Pemeriksaan Fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
Keadaan umum:
Kesadaran samnolen ( E:2 V:3 M:3 ) 8 samnolen ( E:2 V:3 M:3 ) 8
Penampilan Bersih Bersih
TTV:
Tekanan darah Tidak terkaji Tidak terkaji
Nadi 95x/mnt 85x/mnit
Respirasi 46x/mnt 65x/mnt
Suhu 37,4 C 37,4 C

Kepala Inspeksi bentuk kepala simetris, warna Inspeksi bentuk kepala simetris, warna
rambut kecoklatan dan saat di palpasi rambut kecoklatan dan saat di palpasi
tidak ada benjolan (LK:40) tidak ada benjolan
Wajah Inspeksi bentuk wajah simetris, tidak Inspeksi bentuk wajah simetris, tidak ada
ada lesi tidak ada benjolan bayi tidak lesi tidak ada benjolan bayi tidak
berespon saat di beri rangsangan berespon saat di beri rangsangan pada
seperti tersenyum dan menangis, saat pipinya
diberi rangsangan dingin pada pipinya
berespon
Mata Inspeksi bentuk simetris, sklera putih, Inspeksi bentuk simetris, sklera putih,
60

tidak ada kotoran ,fungsi penglihatan tidak ada kotoran ,fungsi penglihatan
tidak terkaji kerna klien masih berumur tidak terkaji kerna klien masih berumur 3
3 bulan, saat diberikan rangsangan bulan, saat diberikan rangsangan cahaya
cahaya mata klien tidak berespon mata klien tidak berespon (tidak
(tidak mengikuti cahaya) replek pupil mengikuti cahaya)
isokor
Hidung Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
sekret, tidak ada luka, tidak ada sekret, tidak ada luka, tidak ada
pernafasan cuping hidung, terpasang pernafasan cuping hidung, terpasang
oksigen 1 liter ( nasal kanul ). oksigen 1 liter ( nasal kanul ).

Telinga Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
kotoran, tidak ada luka, fungsi kotoran, tidak ada luka, fungsi
pendengaran klien tidak terkaji kerna pendengaran klien tidak terkaji kerna
klien berumur 2 bulan. klien berumur 4 bulan.
Mulut Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
stomatitis, keadaan bibir lembab , stomatitis, keadaan bibir sedikit kering ,
terpasang NGT pada mulut klien terpasang NGT pada mulut klien.
Leher Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
pembengkakan, terdapat kaku kuduk pembengkakan, terdapat kaku kuduk
,dan kernig ,dan kernig
Dada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
pembengkakan dan lesi terdengar ronki
pembengkakan dan lesi tidak terdengar
di broncovesikuler, kembang kempis
ronki di broncovesikuler, kembang dada terlihat cepat RR 65.
kempis dada terlihat cepat RR 46
(LD:42).

Abdomen Inspeksi bentuk simetris, tidak ada lesi Inspeksi bentuk simetris, tidak ada lesi
dan acites menggunakan otot abdomen
dan acites menggunakan otot abdomen
untuk bernafas.
untuk bernafas (LA:40).

Punggung bentuk punggung simetris saat di bentuk punggung simetris saat di insfeksi
insfeksi tidak ada lesi dan benjolan. tidak ada lesi dan benjolan.
Genitalia terdapat 2 scrotum saat di raba, glen terdapat 2 scotum saat di raba, glen penis
penis tertutup oleh foreskin tidak ada tertutup oleh foreskin tidak ada lesi dan
lesi dan benjolan benjolan
Anus warna anus gelap, tidak mengalami warna anus gelap, tidak mengalami
atresia ani lubang anus ada atresia ani lubang anus ada
Ekstremitas
a. Atas saat diberi rangsangan dingin refles saat diberi rangsangan dingin refles
ekstremitas atas keduanya (+) ekstremitas atas keduanya (+) Kekuatan
Kekuatan otot 3 3 otot 3 3

b. Bawah saat diberi rangsangan dingin refles saat diberi rangsangan dingin refles
ekstremitas atas keduanya (+) ekstremitas atas keduanya (+) kekuatan
kekuatan otot 3 3 brudzinki (+) otot 3 3 brudzinki (+) kedua kaki
kedua kaki

8. Data Psikologis
61

Tabel 4.8 Data psikologis


Klien 1 Klien 2
Klien hanya diam, Pada data psikologi klien tidak Klien hanya diam, Pada data psikologi klien tidak
dapat terkaji kerna klien masih berumur 2 bulan dapat terkaji kerna klien masih berumur 4 bulan

9. Data Psikologi Keluarga


Tabel 4.9 Data psiologi keluarga
Klien 1 Klien 2
Keluarga klien sabar dan tabah dalam menghadapi Keluarga klien sabar dan tabah dalam menghadapi
cobaan pada anaknya yang sedang sakit dan tidah cobaan pada anaknya yang sedang sakit dan tidah
henti-heti berharap agar klien cepat kembali sehat henti-heti berharap agar klien cepat kembali sehat

10. Data Social


Tabel 4.10 Data Sosial
Klien 1 Klien 2
Terlihat orang tua sangat menyayangi klien dan Terlihat orang tua sangat menyayangi klien dan
terlihat keluarga yang hangat terlihat keluarga yang hangat

11. Data Spiritual


Tabel 4.11 Data Spiritual
Klien 1 Klien 2
Data spiritual klien belum terkaji kerna klien masih Data spiritual klien belum terkaji kerna klien masih
berusia 3 bulan, ibu klien selalu beroa akan berusia 4 bulan, ibu klien selalu beroa akan
kesembuhan anaknya kesembuhan anaknya

12. Data Hospitalisasi


Tabel 4.12 Data Hospitalisasi
Klien 1 Klien 2
Data hospitalisasi klien belum terkaji kerna Data hospitalisasi klien belum terkaji kerna
klien masih berusia 2 bulan, klien masih berusia 4 bulan,

13. Data Penunjang


Tabel 4.13 Labolatorium
Tanggal Tanggal
20/01/2020 28/01/2020
Nama Tes Klien 1 Klien 2 Unit Nilai normal
1.HEMATOLOGI
Darah rutin
4,2 9,2 g/dl 9.3-13.3
Hemoglobin
13 2,9 % 29-41
62

Hematokrit 13,310 23,160 /mm3 3,000-11,300


Lekosit 474,000 685,000 /mm3 150.000-440.000
Trombosit 1,29 3,57 Juta/m 4.06-6.06
Eritrosit
HITUNG JENIS
LEKOSIT 0 0 % 0-1
Basifil 1 1 % 1-6
Eosinophil 0 0 % 3-5
Batang 41 80 % 30-70
Netrofil 51 16 % 30-43
Limfosit 7 3 % 2-10
Monosit

2.KIMIA KLINIK
115 mg/dL <140
Glukosa darah
sewaktu
Electrolyte
122
121 mEq/L 133-143
Natrium (NA)
6,9
3,7 mEq/L 3.5-5,3
Kalium (K)
98
89 mEq/L 98-106
Klorida (C1)
4,96
4,54 mEq/L 4,7-5,2
Kalsium(Ca basa)

14. Program dan Rencana Pengobatan


Tabel 4.14 Program dan Rencana Pengobatan

Jenis Therapy Dosis Cara Pemberian Waktu


Klien 1
Cefotaxsime 3x300 mg IV /12 jam
Sibital 2x10 mg IV /12 jam
Nacl 0,9% 20/jam Infus /12 jam
Urasasex 2x50 /12 jam
Susu formula 10x20 mg Oral /12 jam

Klien 2
Ceftriaxone 1x700 IV /12 jam
Sibital 2x25 IV /12 jam
Nacl 0,9% 20/jam infus /12 jam
Paracetamol 3x70 infus /12 jam
Diazefam 2,5mg Iv /12 jam
L.bio 2x1 Oral /12 jam
Zinc 1x10 Oral /12 jam
Etambutol 1x150 Oral /12 jam
Predinson 2x1 Oral /12 jam
Pyrazinamide 1x200 Oral /12 jam
Isoniazid 1x70 oral /12 jam
Rifampicin 1x100 Oral /12 jam
63

4.1.3 Analisa Data


Tabel 4.15 Analisa Data
No Symtom Etiologi Masalah
Klien 1
1. DS: Meningitis Perubahan perfusi
- -ibu klien mengatakan serebral
anaknya hanya diam seperti
tidak sadar kaki tangan tida Metabolisme bakteri
bergerak, tidak menagis
atau tertawa
DO:
Akumulasi sekret
- klien hanya diam di tempat
tidur
- Kaki dan tangan klien tida
Peningkatan komponen
bergerak keuali di beri
darah difaskuler serebral
rangsangan sentuhan,
cubitan dan suhu dingin
- Tampak Klien hanya diam
tidak tertawa dan menangis Peningkatan vaskolitas
- Kaku kuduk, kernigh, darah
brudzinki
- ekstremitas kaku
- Sesadaran samnolen ( E:2 Perubahan/ketidaefektipan
V:3 M:3 ) 8 perfusi jaringan serebral

2. DS Fator predisposisi Nutrisi kuang dari


kebutuhan
- Ibu klien mengatan saat
diberikan asi klien tidak
bisa membuka mulut kerna peningkatan
lemas dan tidak bergerak Invasi kuman ke jarinagn
DO: serebral
- Nampak terpasang NGT
untuk pemenuhan nutrisi
klien
Reaksi peradangan
- Nampak klien sulit untuk
jarinagn serebral
membuka mulutnya

Gangguan metodologi
serebral
64

Thrombus daerah kortes


dan aliran darah serebral

Edema srebral dan


peningatan TIk

Perubahan tingat
kesadaran

Kelemahan fisik

ketidakseimbangan nutrisi
Klien 2

1. DS: Fator predisposisi Tida efektif pola nafas


- Ibu klien mengatakan klien
sesak
DO: peningkatan
- Terpasang O2 nasal kanul Invasi kuman ke jarinagn
RR 65x/menit serebral

Reaksi peradangan
jarinagn serebral

Gangguan metodologi
serebral

Thrombus daerah kortes


dan aliran darah serebral
65

Peningkatan permebilitas
darah ke otak

Perubahan system
pernafasan Cheyne-
stroke

ketidak efektifan pola


nafas
2 DS: Meningitis Perubahan perfusi
serebral
- -ibu klien mengatakan
anaknya hanya diam seperti
tidak sadar kaki tangan tida Metabolisme bakteri
bergerak, tidak menagis
atau tertawa
DO:
Akumulasi sekret
- klien hanya diam di tempat tidur
- Kaki dan tangan klien tida
bergerak keuali di beri
Peningkatan komponen
rangsangan sentuhan, cubitan
darah difaskuler serebral
dan suhu dingin
- Tampak Klien hanya diam tidak
tertawa dan menangis
- Kaku kuduk, kernigh, brudzinki Peningkatan vaskolitas
- ekstremitas kaku Sesadaran darah
samnolen ( E:2 V:3 M:3 ) 8

Perubahan/ketidaefektipan
perfusi jaringan serebral

4.1.4 Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.16 Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Nama Perawat & TTD
Klien 1
66

1. Perubahan perfusi serebral b.d 28 Januarii 2020 Akmal Akbar Nuryadin


proses inflamasi
DS:
- -ibu klien mengatakan
anaknya hanya diam
seperti tidak sadar kaki
tangan tida bergerak,
tidak menagis atau
tertawa
DO:
- klien hanya diam di
tempat tidur
- Kaki dan tangan klien
tida bergerak keuali di
beri rangsangan sentuhan,
cubitan dan suhu dingin
- Tampak Klien hanya
diam tidak tertawa dan
menangis
- Kaku kuduk, kernigh,
brudzinki
- ekstremitas kaku
- Sesadaran samnolen ( E:2
V:3 M:3 ) 8

2. Nutrisi kuang dari kebutuhan b.d 28 Januari 2020 Akmal Akbar Nuryadin
kelemahan
DS
- Ibu klien mengatan saat
diberikan asi klien tidak
bisa membuka mulut
kerna lemas dan tidak
bergerak
DO:
- Nampak terpasang NGT
untuk pemenuhan nutrisi
klien
Nampak klien sulit untuk
membuka mulutnya
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Nama Perawtan & TTD
67

Klien 2
Tidak efektif pola nafas b.d 04 Februarii 2020 Akmal Akbar Nuryadin
1
menurunnya kemampuan napas
DS:
- Ibu klien mengatakan
klien sesak
DO:
Terpasang O2 nasal kanul RR
65x/menit

2. Perubahan perfusi serebral b.d 04 Februari 2020 Akmal Akbar Nuryadin


proses inflamasi
DS:
- ibu klien mengatakan
anaknya hanya diam
seperti tidak sadar kaki
tangan tida bergerak,
tidak menagis atau
tertawa
DO:
- klien hanya diam di tempat
tidur
- Kaki dan tangan klien tida
bergerak keuali di beri
rangsangan sentuhan, cubitan
dan suhu dingin
- Tampak Klien hanya diam
tidak tertawa dan menangis
- Kaku kuduk, kernigh,
brudzinki
- ekstremitas kaku Sesadaran
samnolen ( E:2 V:3 M:3 ) 8

4.1.5 Intervensi Keperawatan


Tabel 4.17 Intervensi Keperawatan
No Intervensi
Klien DX Tujuan Tindakan Rasional
1
1. Perubahan perfusi Setelah 1. Terapi 1. Tindakan ini
68

serebral b.d proses dilakukan pemberikan bertujuan


inflamsi tindakan oksigen sesuai untuk
DS: keperawatan kebutuhan memenuhi
- ibu klien selama 3x24 2. manajemen kebutuhan
mengatakan jam diharapkan edema serebral, oksigen
anaknya hanya : dengan diotak
diam seperti tidak  Klien akan kegiatan; 2. bertujuan
sadar kaki tangan mempertah monitor tanda-
memantau
tida bergerak, ankan tanda vital,
atau
tidak menangis perfusi monitor status
atau tertawa serebral pernapasan, menurunan
DO: yang Monitor
volume cairan
- klien hanya diam adeuakuat karakteristik
di serebral
di tempat tidur cairan
- Kaki dan tangan serebrospinal menurunkan
klien tida (warna,
retensi cairan
bergerak keuali di kejernihan,
3. Mengetahui
beri rangsangan konsistensi),
bila terjadi
sentuhan, cubitan Berikan anti
peningkatan
dan suhu dingin kejang sesuai
TIK
- Tampak Klien kebutuhan
4. Untuk
hanya diam tidak dorong
memcegah
tertawa dan keluarga/orang
penyebaran
menangis yang penting
bakteri
- Kaku kuduk, untuk bicara
5. Meningkatkan
kernigh, pada pasien dan
motoric klien
brudzinki posisikan tinggi
- ekstremitas kaku kepala 30o
- Sesadaran 3. Memonitor TIK
samnolen ( E:2 (Nadi,pernapasa
V:3 M:3 ) 8 n tidak
teratur,gelisah,
perubahan
pupil,kejang).
4. Pemberian obat
ceftriaxone 3,5
ml iv, sibital 0,1
ml
5. Melakukan
latihan pasif
(isometik,
69

isokinetic,
isotonic )

2. Nutrisi kuang dari Setelah 1. Menganjur 1. Terhinda


kebutuhan b.d dilakukan an r dar
kelemahan tindakan keluarga tersedak
DS: keperawatan klien untuk 2. Memper
- Ibu klien mengatan selama 3x24 memberika mudah
saat diberikan asi jam diharapkan n makanan untuk
klien tidak bisa : sea secara pemberia
membuka mulut  Kebutuhan perlahan n nutrisi
kerna lemas dan nutrisi 2. Memasang 3. Terpenu
tidak bergerak yang NGT hinya
adekuat 3. Menjelask kebutuha
DO: an n klien
- Nampak terpasang pentingnya dan
NGT untuk intake adekuat
pemenuhan nutrisi nutrisi
klien Nampak klien untuk
sulit untuk penyembu
membuka mulutnya han
penyait

No Intervensi
Klien DX Tujuan Tindakan Rasional
2

1. Tida efektif pola nafas Setelah 1. Memonitor 1. Mengetahui


b.d menurunnya dilakukan frekuensi perkembanga
kemampuan napas tindakan nafas,pola n pola
DS: keperawatan inspirasi dan inspirasi dan
- Ibu klien selama 3x24jam ekspirasi espirasi,freku
mengatakan diharapkan: 2. Mempertahanka ensi klien
klien sesak - Status n kepatenan 2. Pols nafs
DO: pernapasa pola nafas paten adekuat
- Terpasang n meninggikan 3. Terpenuhinya
O2 nasal adeukuat kepala kebutuhan O2
kanul RR ditandai 3. Lanjutan
65x/menit jalan pemberian O2
napas 1L
paten dan
bersih
pola nafas
70

epektif
RR
normal

2. Perubahan perfusi Setelah 1. Terapi 1. Tindakan ini


serebral b.d proses dilakukan pemberikan bertujuan
inflamsi tindakan oksigen sesuai untuk
DS: keperawatan kebutuhan memenuhi
- ibu klien selama 3x24 2. manajemen kebutuhan
mengatakan jam diharapkan: edema serebral, oksigen
anaknya hanya  Klien akan dengan diotak
diam seperti tidak mempertah kegiatan; 2. bertujuan
sadar kaki tangan ankan monitor tanda-
memantau
tida bergerak, perfusi tanda vital,
atau
tidak menagis serebral monitor status
atau tertawa yang pernapasan, menurunan
adeuakuat Monitor
volume cairan
DO: karakteristik
di serebral
- klien hanya diam cairan
di tempat tidur serebrospinal menurunkan
- Kaki dan tangan (warna,
retensi cairan
klien tida kejernihan,
3. Mengetahui
bergerak keuali di konsistensi),
bila terjadi
beri rangsangan Berikan anti
peningkatan
sentuhan, cubitan kejang sesuai
TIK
dan suhu dingin kebutuhan
4. Untuk
- Tampak Klien dorong
memcegah
hanya diam tidak keluarga/orang
penyebaran
tertawa dan yang penting
bakteri
menangis untuk bicara
5. Meningkatkan
- Kaku kuduk, pada pasien dan
motoric klien
kernigh, posisikan tinggi
brudzinki kepala 30o
- ekstremitas kaku 3. Memonitor TIK
- Sesadaran (Nadi,pernapasa
samnolen ( E:2 n tidak
V:3 M:3 ) 8 teratur,gelisah,
perubahan
pupil,kejang).
4. Pemberian obat
ceftriaxone 3,5
71

ml iv, sibital 0,1


ml
5. Melakukan
latihan pasif
(isometik,
isokinetic,isoton
ic)

4.1.6 Pelaksanaan dan Evaluasi Formatif


Tabel 4.18 Pelaksanaan dan Evaluasi Formatif
Pelaksanaan Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
28 Januari 2020 29 Januari 2020 30 Januari 2020
Klien 1 Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi jam
Respon Respon
1. Ds 09:10  Pemberian obat 08:30  Pemberian 08:00  Pemberian obat
- ibu klien ceftriaxone 3,5 obat ceftriaxone 3,5
mengatakan ml iv, sibital ceftriaxone ml iv, sibital
anaknya 0,1 ml 3x24 3,5 ml iv, 0,1 ml 3x24
hanya diam jam sibital 0,1 ml jam
seperti tidak R: Untuk 3x24 jam R: Untuk
sadar kaki memcegah R: Untuk memcegah
tangan tida penyebaran memcegah penyebaran
bergerak, bakteri penyebaran bakteri
tidak 09:30  Melakukan bakteri
08:40  Melakukan
menangis latihan pasif 09:00  Melakukan latihan pasif
atau tertawa (isometik, latihan pasif (isometik,
DO: isokinetic, (isometik, isokinetic,
- klien isotonic ) isokinetic, isotonic )
hanya R:Meningkatka isotonic ) R:Meningkatka
diam di n motoric klien R:Meningkat n motoric klien
tempat 10:00  Memonitor TIK kan motoric 09:15  Memonitor
tidur ( Nadi,suhu, klien TIK (
- Kaki dan pernapasan 09:20  Memonitor Nadi,suhu,
tangan tidak TIK ( pernapasan
klien tida teratur,gelisah, Nadi,suhu, tidak
bergerak perubahan pernapasan teratur,gelisah,
keuali di pupil,kejang). tidak perubahan
beri R: Mengetahui teratur,gelisah pupil,kejang).
rangsangan bila terjadi , perubahan R: Mengetahui
72

sentuhan, peningkatan pupil,kejang). bila terjadi


cubitan TIK R: Mengetahui peningkatan
dan suhu 10:40  Terapi bila terjadi TIK
09:40
dingin pemberikan peningkatan  Terapi
- Tampak oksigen sesuai TIK pemberikan
09:50
Klien kebutuhan  Terapi oksigen sesuai
hanya R: Tindakan ini pemberikan kebutuhan
diam tidak bertujuan untuk oksigen R: Tindakan ini
tertawa memenuhi sesuai bertujuan untuk
dan kebutuhan kebutuhan memenuhi
menangis oksigen diotak R: Tindakan ini kebutuhan
- Kaku 11:00  manajemen bertujuan oksigen diotak
kuduk, edema serebral, untuk 11:20  manajemen
kernigh, dengan memenuhi edema serebral,
brudzinki kegiatan: kebutuhan dengan
- ekstremitas monitor tanda- oksigen kegiatan:
kaku tanda vital, diotak monitor tanda-
11:30
- Sesadaran monitor status  manajemen tanda vital,
samnolen ( pernapasan, edema monitor status
E:2 V:3 Monitor serebral, pernapasan,
M:3 ) 8 karakteristik dengan Monitor
cairan kegiatan: karakteristik
serebrospinal ( monitor cairan
warna, tanda-tanda serebrospinal (
kejernihan, vital, monitor warna,
konsistensi ), status kejernihan,
Berikan anti pernapasan, konsistensi ),
kejang sesuai Monitor Berikan anti
kebutuhan jika karakteristik kejang sesuai
terjadi kejang cairan kebutuhan jika
dorong serebrospinal terjadi kejang
keluarga/orang ( warna, dorong
yang penting kejernihan, keluarga/orang
untuk bicara konsistensi ), yang penting
pada pasien dan Berikan anti untuk bicara
posisikan tinggi kejang sesuai pada pasien
kepala 30o kebutuhan dan posisikan
R: bertujuan jika terjadi tinggi kepala
memantau atau kejang 30o
menurunan dorong R: bertujuan
volume cairan keluarga/oran memantau atau
73

di serebral g yang menurunan


menurunkan penting untuk volume cairan
retensi cairan bicara pada di serebral
16:00  Pemberian obat pasien dan menurunkan
ceftriaxone 3,5 posisikan retensi cairan
ml iv, sibital tinggi kepala  Pemberian obat
15:00
0,1 ml 3x24 30o ceftriaxone 3,5
jam R: bertujuan ml iv, sibital
R: Untuk memantau 0,1 ml 3x24
memcegah atau jam
penyebaran menurunan R: Untuk
bakteri volume cairan memcegah
21:00  Pemberian obat di serebral penyebaran
ceftriaxone 3,5 menurunkan bakteri
ml iv, sibital retensi cairan 20:50  Pemberian obat
0,1 ml 3x24  Pemberian ceftriaxone 3,5
15:30
jam obat ml iv, sibital
R: Untuk ceftriaxone 0,1 ml 3x24
memcegah 3,5 ml iv, jam
penyebaran sibital 0,1 ml R: Untuk
bakteri 3x24 jam memcegah
R: Untuk penyebaran
memcegah bakteri
penyebaran
bakteri

21:00  Pemberian
obat
ceftriaxone
3,5 ml iv,
sibital 0,1 ml
3x24 jam
R: Untuk
memcegah
penyebaran
bakteri

2.DS:
- Ibu klien
09:00  Menganjura 09:15  Menganjur 08:40  Menganjuran
74

mengatan n keluarga an keluarga keluarga klien


klien untuk klien untuk untuk
saat
memberikan memberika memberikan
diberikan asi makanan n makanan makanan sea
sea perlahan sea perlahan
klien tidak
R: Terhindar perlahan R: Terhindar dar
bisa dar tersedak R: Terhindar tersedak
09:50  Memasang dar 09:50  Memasang
membuka
NGT tersedak NGT
mulut kerna R: 10:10  Memasang R: Mempermudah
Mempermu NGT untuk
lemas dan
dah untuk R: pemberian
tidak pemberian Mempermu nutrisi
bergerak nutrisi dah untuk 10:05  Menjelaskan
 Menjelaska pemberian
10:15 pentingnya
nutrisi
n
DO:
10:55  Menjelaska intake nutrisi
pentingnya
- Nampak n untuk
intake
terpasang pentingnya penyembuhan
nutrisi
NGT untuk intake penyait
untuk
pemenuhan nutrisi R:Terpenuhinya
penyembuh kebutuhan
nutrisi klien untuk
klien dan
an penyait
Nampak penyembuh adekuat
R:Terpenuhinya
klien sulit an penyait
kebutuhan
untuk klien dan R:Terpenuhiny
adekuat a
membuka kebutuhan
mulutnya klien dan
adekuat

Pelaksanaan Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


04 Februari 2020 05 Februari 2020 06 Februari 2020
Klien 2 Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi jam
Respon Respon

1 10:20  Memonitor 11:00  Memonitor 11:15  Memonitor


frekuensi frekuensi frekuensi
DS:Ibu klien
nafas,pola nafas,pola nafas,pola
mengatakan inspirasi dan inspirasi dan inspirasi dan
ekspirasi ekspirasi ekspirasi
klien sesak
R: Mengetahui R: Mengetahui R: Mengetahui
perkembangan perkembanga perkembangan
DO: Terpasang pola inspirasi n pola pola inspirasi
dan inspirasi dan dan
O2 nasal espirasi,frekuen espirasi,freku espirasi,frekue
si klien ensi klien nsi klien
kanul RR
65x/menit 11:20  Mempertahank 13:00  Mempertahan 13:10  Mempertahank
an kepatenan kan an kepatenan
jalam nafas kepatenan jalam nafas
R: Jalan nafs jalam nafas R: Jalan nafs
paten adekuat R: Jalan nafs paten adekuat
paten adekuat
12:10  Lanjutan 14:00  Lanjutan
75

pemberian O2 13:20  Lanjutan pemberian O2


R: Terpenuhinya pemberian O2 R: Terpenuhinya
kebutuhan O2 kebutuhan O2
R: Terpenuhinya
kebutuhan O2

2. Ds 09:10  Pemberian obat 08:30  Pemberian 08:00  Pemberian obat


- ibu klien ceftriaxone 3,5 obat ceftriaxone 3,5
mengatakan ml iv, sibital ceftriaxone ml iv, sibital
anaknya 0,1 ml 3x24 3,5 ml iv, 0,1 ml 3x24
hanya diam jam sibital 0,1 ml jam
seperti tidak R: Untuk 3x24 jam R: Untuk
sadar kaki memcegah R: Untuk memcegah
tangan tida penyebaran memcegah penyebaran
bergerak, bakteri penyebaran bakteri
tidak 09:30  Melakukan bakteri
08:40  Melakukan
menangis latihan pasif 09:00  Melakukan latihan pasif
atau tertawa (isometik, latihan pasif (isometik,
DO: isokinetic, (isometik, isokinetic,
- klien isotonic ) isokinetic, isotonic )
hanya R:Meningkatka isotonic ) R:Meningkatka
diam di n motoric klien R:Meningkat n motoric klien
tempat 10:00  Memonitor TIK kan motoric 09:15  Memonitor
tidur ( Nadi,suhu, klien TIK (
- Kaki dan pernapasan 09:20  Memonitor Nadi,suhu,
tangan tidak TIK ( pernapasan
klien tida teratur,gelisah, Nadi,suhu, tidak
bergerak perubahan pernapasan teratur,gelisah,
keuali di pupil,kejang). tidak perubahan
beri R: Mengetahui teratur,gelisah pupil,kejang).
rangsangan bila terjadi , perubahan R: Mengetahui
sentuhan, peningkatan pupil,kejang). bila terjadi
cubitan TIK R: Mengetahui peningkatan
dan suhu 10:40  Terapi bila terjadi TIK
dingin pemberikan peningkatan 09:40  Terapi
- Tampak oksigen sesuai TIK pemberikan
Klien kebutuhan 09:50  Terapi oksigen sesuai
hanya R: Tindakan ini pemberikan kebutuhan
diam tidak bertujuan untuk oksigen R: Tindakan ini
tertawa memenuhi sesuai bertujuan untuk
dan kebutuhan kebutuhan memenuhi
menangis oksigen diotak R: Tindakan ini kebutuhan
- Kaku 11:00  manajemen bertujuan oksigen diotak
76

kuduk, edema serebral, untuk 11:20  manajemen


kernigh, dengan memenuhi edema serebral,
brudzinki kegiatan: kebutuhan dengan
- ekstremitas monitor tanda- oksigen kegiatan:
kaku tanda vital, diotak monitor tanda-
11:30
- Sesadaran monitor status  manajemen tanda vital,
samnolen ( pernapasan, edema monitor status
E:2 V:3 Monitor serebral, pernapasan,
M:3 ) 8 karakteristik dengan Monitor
cairan kegiatan: karakteristik
serebrospinal ( monitor cairan
warna, tanda-tanda serebrospinal (
kejernihan, vital, monitor warna,
konsistensi ), status kejernihan,
Berikan anti pernapasan, konsistensi ),
kejang sesuai Monitor Berikan anti
kebutuhan jika karakteristik kejang sesuai
terjadi kejang cairan kebutuhan jika
dorong serebrospinal terjadi kejang
keluarga/orang ( warna, dorong
yang penting kejernihan, keluarga/orang
untuk bicara konsistensi ), yang penting
pada pasien dan Berikan anti untuk bicara
posisikan tinggi kejang sesuai pada pasien
kepala 30o kebutuhan dan posisikan
R: bertujuan jika terjadi tinggi kepala
memantau atau kejang 30o
menurunan dorong R: bertujuan
volume cairan keluarga/oran memantau atau
di serebral g yang menurunan
menurunkan penting untuk volume cairan
retensi cairan bicara pada di serebral
16:00  Pemberian obat pasien dan menurunkan
ceftriaxone 3,5 posisikan retensi cairan
ml iv, sibital tinggi kepala 15:00  Pemberian obat
0,1 ml 3x24 30o ceftriaxone 3,5
jam R: bertujuan ml iv, sibital
R: Untuk memantau 0,1 ml 3x24
memcegah atau jam
penyebaran menurunan R: Untuk
bakteri volume cairan memcegah
77

21:00  Pemberian obat di serebral penyebaran


ceftriaxone 3,5 menurunkan bakteri
ml iv, sibital retensi cairan 20:50  Pemberian obat
0,1 ml 3x24  Pemberian ceftriaxone 3,5
15:30
jam obat ml iv, sibital
R: Untuk ceftriaxone 0,1 ml 3x24
memcegah 3,5 ml iv, jam
penyebaran sibital 0,1 ml R: Untuk
bakteri 3x24 jam memcegah
R: Untuk penyebaran
memcegah bakteri
penyebaran
bakteri

21:00  Pemberian
obat
ceftriaxone
3,5 ml iv,
sibital 0,1 ml
3x24 jam
R: Untuk
memcegah
penyebaran
bakteri

4.1.7 Evaluasi
Tabel 4.19 Evaluasi
Klien 1 Klien 2 Nama dan
tanda
tangan
Tanggal 30 Januari 2020 06 Fenruaro 2020
S : ibu klien mengatakan anaknya S : ibu klien mengatakan anaknya
hanya diam seperti tidak sadar sudah tidak diam lagi sudah
kaki tangan tida bergerak, tidak napak klien kaki tangan
menagis atau tertawa bergerak, dan klien menagis
O: klien Nampak Bereaksi saat atau tertawa
diberikan rangsangan di tepuk O: klien Nampak Bereaksi saat
di bagian telapak diberikan rangsangan mulai
kaki(menangis) mulai memperlihatkan peningkatan
memperlihatkan peningkatan motoric dan sensorik kaku
motoric dan sensorik kaku kuduk(-) brudzinki(-) kernig(-)
78

kuduk (-) brudzinki (+) kernig A : masalah Perubahan perfusi


(+) tidak adanya tanda-tanda serebral
TIK dan edema serebral P : intervensi dihentikan
A : masalah Perubahan perfusi
S : Ibu klien mengatakan klien
serebral teratasi sebagian
sesak
P : intervensi dilanjutkan
O: dlepasnya O2 nasal kanul 1L
I:
dan RR 45x/menit
- Terapi pemberikan oksigen
A : Tida efektif bersihan pola nafas
sesuai kebutuhan
teratasi pemberian O2
- manajemen edema serebral,
dihentikan
dengan kegiatan; monitor
P : intervensi di hentikan
tanda-tanda vital, monitor
status pernapasan, Monitor
karakteristik cairan
serebrospinal (warna,
kejernihan, konsistensi),
Berikan anti kejang jika terjadi
kejang sesuai kebutuhan
dorong keluarga/orang yang
penting untuk bicara pada
pasien dan posisikan tinggi
kepala 30o
- Memonitor TIK (
Nadi,pernapasan tidak teratur,
gelisah, perubahan pupil,
kejang ).
- Melakukan latihan pasif
(isometik, isokinetic, isotonic )
- Pemberian obat ceftriaxone 3,5
ml iv
E: klien berespon (menangis) jika
dieri rangsangan ,kaku kuduk(-
) brudzinki(+) kernig(+)
R:intervensi di lanjutkan

S: Ibu klien mengatan saat ini klien


sudah mulai bisa mente ketika
diberikan asi meskipun sedikit
O: dilepasnya NGT untuk
pemenuhan nutrisi klien,klien
sudah bisa mentee
79

A : Nutrisi kuang dari kebutuhan


teratasi
P : intervensi dihentikan

4.2 Pembahasan
Selama penulis dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap

klien Meningitis dengan masalah Keperawatan Perubahan Perfusi serebral

di RSUD dr Slamet Garut mulai dari tanggal 28 Januari 2020 sampai

dengan tanggal 07 Februari 2020 di ruangan Nusa Indah Atas untuk klien 1

dan mulai dari tanggal 28 januari 2020 sampai dengan 31 januari 2020,

untuk klien 2 mulai dari tanggal 04 Februari 2020 sampai 07 Februari 2020

untuk kedua pasien terdapat kesamaan dan kesenjangan yang ditemukan

atara teori yang terdapat pada BAB II denga realita yang disajikan pada

BAB IV, yaitu:

4.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan ini dilakukan dengan tujuan melakukan

pengumpulan data terhadap klien 1 dan 2 dengan metode wawancara,

observasi, dan juga pemeriksaan fisik. Pada awalnya di saat hendak

melakukan pengkajian terhadap klien, penulis merasa gugup, namun setelah

menjelaskan maksud dan tujuannya, serta telah mendapatkan persetujuan,

dan juga kepercayaan dari keluarga klien. Akhirnya rasa gugup tersebut

dapat teratasi, dan penulis pun memiliki kepercayaan diri dalam melakukan

pengkajian keperawatan terhadap klien.


80

Secara teori pasien dengan Meningitis menurut buku sumber dari (

Suriadi & Riat 2010 ). Keluhan utama yang sering muncul pada pasien yaitu

perubahan perfusi serebral berhubungan dengan proses inflamasi, gangguan

pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tekanan intra

kranial,tinggi tidak efektif pola nafas berhubungan dengan menurunnya

kemampuan untuk bernafas, Actual/ Resiko tinggi injury berhubungan

dengan disorientasi, kejang, gelisah,perubahan proses berfikir berhubungan

dengan perubahan tingkat kesadaran, Hipertermi berhubungan dengan

inflamasi pada meningen dan peningkatan metabolisme, kelebihan volume

cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya sekresi hormone antidiuretic,

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, lemah, mual dan muntah,kecemasan berhubungan dengan adanya

situasi. Peradangan yang menyebabakan peningkatan cairan cerebro spinal

menyebabkan obstruksi dan terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan

intra kranial.

Proses pengkajian kepada klien dilakukan secara komperhensif,

pengkjian pada klien 1 dilakukan 28 Januari 2020, dan pengkajian pada

klien 2 dilakukan 04 Februari 2020. Hasil Pengkajian pada pasien 1

orangtua klien mengatakan anaknya hanya diam seperti tidak sadar kaki

tangan tida bergerak, tidak menagis atau tertawa, dan orang tua klien 1

mengatan saat diberikan asi klien tidak bisa membuka mulut kerna lemas

dan tidak bergerak, sama halnya dengan pasien ke 2 orangtua klien

mengatakan anaknya hanya diam seperti tidak sadar kaki tangan tida
81

bergerak, tidak menagis atau tertawa, tetapi beda pada keluhan ke dua

mengatakan klien atau anaknya sesak, dan juga Terpasang O2 1 liter nasal

kanul RR 65x/menit.

Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa kedua klien meningitis

mengalami perubahan perfusi serebral, dan Nutrisi kuang dari kebutuhan

untuk klien 1, dan pola nafas tidak efektif untuk klien ke 2. terdapat

perbedaan diagnose keperawatan ke dau pada klien 1 dan 2 dikarnakan

memiliki keluhan yang berbeda. Terdapatnya perubahan perfusi serebral

pada klien 1 dan 2 pada klien Meningitis hal ini sesuai dengan pendapat dari

( Suriadi & Riat 2010 ) yaitu klien dengan meningitis dapat mengalami

masalah keperawatan perubahan perfusi serebral, dikernakan terjadinya

Peradangan yang menyebabakan peningkatan cairan cerebro spinal

menyebabkan obstruksi dan terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan

intra kranial.

4.2.2 Diagnosa keperawatan


Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan terhadap klien 1
dan juga klien 2 penulis menegaskan diagnose yaitu pada klien 1 dan 2
terdapat 2 diagnosa.
Berdasarkan diagnose yang muncul pada klien dengan

Meningitis ( Suriadi & Riat 2010 ) :

1. Actual/ Resiko tinggi perubahan perfusi serebral berhubungan dengan

proses inflamasi.

2. Actual/ Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

meningkatnya tekanan intra kranial.


82

3. Actual/ Resiko tinggi tidak efektif pola nafas berhubungan dengan

menurunnya kemampuan untuk bernafas.

4. Actual/ Resiko tinggi injury berhubungan dengan disorientasi, kejang,

gelisah.

5. Actual/ Resiko tinggi perubahan proses berfikir berhubungan dengan

perubahan tingkat kesadaran.

6. Actual/Resiko Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada

meningen dan peningkatan metabolisme.

7. Actual/ Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan

tidak adekuatnya sekresi hormone antidiuretic.

8. Actual/ Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, lemah, mual dan muntah.

9. Actual/ Resiko tinggi kecemasan berhubungan dengan adanya situasi

yang mengancam.

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien 1 dan juga 2 setelah


dilakukan pengkajian keperawatan, yaitu:
1. Actual/ Resiko tinggi perubahan perfusi serebral berhubungan

dengan proses inflamasi ( Klien 1 dan 2 ).

2. Actual/ Resiko tinggi tidak efektif pola nafas berhubungan dengan

menurunnya kemampuan untuk bernafas ( klien 2 ).

3. Actual/ Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, lemah, mual dan muntah ( klien 1 ).


83

Adapun 6 diagnosa keperawatan pada klien Meningitis yang tidak

muncul pada kasus klien 1 dan klien 2 yitu:

1. Actual/ Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

meningkatnya tekanan intra kranial.

Diagnosa ini tidak di ambil penulis dikarnakan pada saat

dilakukan pengkajian klien tidak terdapat data penunjang dikernakan

tidak adanya suara tambahan

2. Actual/ Resiko tinggi injury berhubungan dengan disorientasi, kejang,

gelisah.

Diagnosa ini tidak di ambil penulis dikarnakan pada saat

dilakukan pengkajian klien tidak terdapat data penunjang adanya

resiko injury kerna klien di posisikan yang aman dan tidak ada

tanda-tanda kejang

3. Actual/ Resiko tinggi perubahan proses berfikir berhubungan dengan

perubahan tingkat kesadaran.

Diagnosa ini tidak di ambil penulis dikarnakan pada saat

dilakukan pengkajian klien tidak terdapat data dikernakan usia klien

masih sangat belia

4. Actual/Resiko Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada

meningen dan peningkatan metabolisme.

Diagnosa ini tidak di ambil penulis dikarnakan pada


84

saat dilakukan pengkajian klien tidak terdapat data penunjang

adanya adanya hipertermi dikerakan suhu klien dalam batas noral (

37,7 )

5. Actual/ Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan

tidak adekuatnya sekresi hormone antidiuretic.

Diagnosa ini tidak di ambil penulis dikarnakan pada saat

dilakukan pengkajian klien dikernakan klien mampu

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekut

6. Actual/ Resiko tinggi kecemasan berhubungan dengan adanya situasi

yang mengancam.

Diagnosa ini tidak di ambil penulis dikarnakan pada saat

dilakukan pengkajian klien atau keluarga tidak terdapat data

penunjang adanya kecemasan yang berarti oran tua klien terlihat

sabar dan tenang.

4.2.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan yang dilakukan terhadap klien 1 dan

2, penulismelakukan beberapa perencanaan untuk meningkatkan status

kesehatan klien, perencanaan ini dilakukan dalam hal mengatasi masalah

keperawatan yang ditemukan pada klien 1 dan 2. Adapun masalah

keperawatan tersebut yaitu Perubahan perfusi serebral berhubungna dengan

proses inflamsi.
85

Adapun perencanaan yang dilakukan kepada kedua klien yang

mengalami masalah keperawatan Perubahan perfusi serebral berhubungan

dengan proses inflamsi sesuai teori, yaitu:

1. Terapi pemberikan oksigen sesuai kebutuhan

Intervensi ini dilakukan oleh penulis yaitu untuk Tindakan ini

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen diotak

2. manajemen edema serebral, dengan kegiatan; monitor tanda-tanda vital,

monitor status pernapasan, Monitor karakteristik cairan serebrospinal (warna,

kejernihan, konsistensi), Berikan anti kejang sesuai kebutuhan dorong

keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien dan posisikan tinggi

kepala 30o

Intervensi ini dilakukan oleh penulis yaitu untuk bertujuan

memantau atau menurunan volume cairan di serebral menurunkan retensi

cairan.

3. Memonitor TIK ( Nadi,pernapasan tidak teratur,gelisah, perubahan

pupil,kejang).

Intervensi ini dilakukan oleh penulis yaitu untuk Mengetahui bila

terjadi peningkatan TIK

4. Pemberian obat ceftriaxone 3,5 ml iv, sibital 0,1 ml

Intervensi ini dilakukan oleh penulis yaitu untuk Untuk memcegah

penyebaran bakteri

5. Melakukan latihan pasif (isometik, isokinetic, isotonic )


86

Intervensi ini dilakukan oleh penulis yaitu untuk Meningkatkan

motoric klien

Kemudian intervenai yang ada dalam teori tetapi tidak dilakukan

oleh penulis dalam proses asuhan keperawatan kepada kedau klien dalam

penelitian ini yaitu:

1. pertahankan tetap kontak dengan lingkungan

intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena oleh orang tua

klien selalu memberian stimulus pada klien

2. mengobservasi dan mencatat tingkat kesadaran ( kewaspadaan orientasi,

mudah terstimulus, latergi, respon yang tidak tepat )

intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena tingkat kesadaran

dan kepekaan klien sudah menunjukan kemajuan

3. catat setiap kejang yang terjadi, anggota tubuh yang terkena, lamanya

kejang, dan aura

intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena saat dilakukan

pengkajin tidak terdapat tanda-tanda kejang dan terakhir kejang sudah

beberapa hari yang lalu ketika pengkajian

4. menyiapkan peralatan jika terjadi kejang ( pinggirkan tempat tidur

dinaikan, tempat tidur dalam posisi rata, peralatan penghisap lender, bell

mudah dijangkau, peralatan emergensi, obat anti kejang )

intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena dilakukan

pengkajin tidak terdapat tanda-tanda kejang dan terakhir kejang sudah

beberapa hari yang lalu ketika pengkajian


87

5. mempertahankan kepala dan leher dalam satu garis lurus unutk

memudahkan Venous Return

intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena tidak adanya

hambatan aliran darah

6. mengajarkan kepada anak atau ornag tua untuk menghindari valsava

Manuver ( mengedan, batuk, bersin ) dan jika merubah posisi anak

lakukan secara perlahan

intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena tidak menunjuan

adanya potensi untuk terjadinya valsava manuver

7. Hindari dilakukannya pengikatan jika memungkinkan

intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena tidak terjadi

kejang dan menegah terjadinya cidera

8. memonitor tanda septik syok (hipotensi, meningkatnya temperature,

meningkatnya pernafasan, kebingungan, disorientasi, vasokontriksi

perifer)

intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena tida ada tanda-

tanda perubahan dari hipotensi,meningatnya temperature, pernafasan

Dari beberapa intervensi keperawatan yang dilakukan untuk

mengatasi Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan proses

inflamasi,salah satunya dengan dilakukan Terapi pemberikan oksigen,

manajemen edema serebral, Memonitor TIK pada klien, guna untuk klien

meningitis. Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian Tisnawati & alfinia yulita
88

( 2017 ) yang menyataan bahwa terdapat pengaruh Terapi pemberikan

oksigen, manajemen edema serebral, Memonitor TIK pada klien guna

meningkatan kesehatan klien meningitis di RSUD dr.Slamet Garut

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Pada tahap implementasi, penulis melakuan asuhan keperawatan

kepada kedua klien sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah

disusun proses implementasi keperawatan ini mendapat beberapa

hambatan. Hambatan yang didapatkan oleh penulis diantaranya ketika

dilakukan implementasi keperawatan yaitu terkadang tidak dapat

dilakukan secara langsung kepada klien hal ini karena klien sedang

tidur,atau saat cuaca tidak mendukung yang mengharuskan penulis

menunggu atau mencari waktu lain agar asuhan keperawatan dapat

dilakukan. Kemudian hal yang mendukung penulis dalam melakukan

asuhan keperawatan yaitu penulis mendapatkan kepercayaan dari orang

tua klien,dan keluarga klien dalam melakukan asuhan keperawatan, serta

mendapat dukungan dar perawat yang ada di ruangan nusa indah atas.

Tindakan implementasi keperawatan dilakukan baik kepada klien

1dan juga kliem 2 sebanyak 3x24 jam, yaitu Terapi pemberikan oksigen

sesuai kebutuhan, manajemen edema serebral, dengan kegiatan; monitor

tanda-tanda vital, monitor status pernapasan, Monitor karakteristik cairan

serebrospinal (warna, kejernihan, konsistensi), Berikan anti kejang sesuai

kebutuhan, dorong keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien


89

dan posisikan tinggi kepala 30o, Memonitor TIK (Nadi,pernapasan tidak

teratur,gelisah, perubahan pupil,kejang), Pemberian obat ceftriaxone 3,5

ml iv, sibital 0,1 ml, Melakukan latihan pasif (isometik, isokinetic,

isotonic ).

Pada klien 1 berdasarkan hasil implementasi keperawatan pada hari

pertama didapatkan ibu klien mengatakan anaknya hanya diam seperti tidak

sadar kaki tangan tida bergerak, tidak menagis atau tertawa klien tidak

Bereaksi saat diberikan rangsangan, dan sensorik kaku kuduk, brudzinki,

kernig Klien masih belum bisa mente ketika diberikan asi oleh ibunya. Dan

pada hari ke 2 klien masih diam seperti tidak sadar kaki tangan tida

bergerak, tidak menagis atau tertawa klien tidak Bereaksi saat diberikan

rangsangan, dan sensorik kaku kuduk, brudzinki, kernig Klien masih belum

bisa mente ketika diberikan asi oleh ibunya. Selanjutnya pada hari ke 3 klien

Nampak Bereaksi saat diberikan rangsangan di tepuk di bagian telapak

kaki(menangis) mulai memperlihatkan peningkatan motoric dan sensorik

kaku kuduk sudah tidak ada tetapi brudzinki kernig masih ada, tidak adanya

tanda-tanda TIK dan edema serebral klien berespon (menangis) jika diberi

rangsangan, dilepasnya NGT untuk pemenuhan nutrisi klien,klien sudah

bisa mente.

Pada klien 2 berdasarkan hasil implementasi keperawatan pada

hari pertama didapatkan klien masih diam dan napak klien kaki tangan

belum terlihat bergerak, dan klien belum menjukan menagis atau tertawa

klien saat diberikan rangsangan kaku kuduk, brudzinki, kernig, dan klien
90

nampa sesak terpasangnya O2 nasal kanul 1L dan RR 65x/menit. Dan pada

hari ke 2 didapatkan klien sudah menunjuan kaki tangan mulai terlihat

bergerak, dan klien belum menunjukan menagis saat diberikan rangsangan

seperti di tepuk-tepuk telapakkakinya, kaku kuduk, brudzinki, kernig masih

ada, dan klien nampa sesak masih terpasangnya O2 nasal kanul 1L dan RR

62x/menit. Selanjutnta pada hari ke 3 klien sudah tidak diam lagi sudah

napak klien kaki tangan bergerak, dan klien menagis atau tertawa klien

Nampak Bereaksi saat diberikan rangsangan mulai memperlihatkan

peningkatan motoric dan sensorik, tidak ada kaku kuduk brudzinkikernig

klien sudah nampa tidak sesak dlepasnya O2 nasal kanul 1L dan RR

45x/menit.

4.2.5 Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Meningitis

masing-masing selama 3 hari, pada klien 1 mulai tanggal 28 januari 2020

sampai 30 januari 2020, da pada klien 2 mulai tanggal 4 februari 2020

sampai 6 februari 2020, maka ditemukan masalah belum teratasi pada klien

1 da teratasi pada klien 2. Dimana diagnosa perubahan perfusi serebral

berhubungan dengan proses inflamasi, baik pada klien 1 dan 2 kriteria

belum teratasi pada klien 1.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Meningitis dengan

perubahan perfusi serebral berhubungan dengan proses inflamasi di ruang

Nusa Indah atas Rumah sakit dr.Slamet Garut 2020 masing-masing selama 3

hari, pada klien 1 mulai tanggal 28 januari 2020 sampai 30 januari 2020, da

pada klien 2 mulai tanggal 4 februari 2020 sampai 6 februari 2020, dengan

menggunakan proses Keperawatan, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai beriut:

1. Pengkajian

Dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa pada klien 1 Pada saat

dikaji pada tanggal 28 januari 2020 di dapatkan data kerning, bruduzinscki,

kaku kuduk dan: S:37,4 RR:46 N:95 lingkar kepala:40cm lila:5cm

Lingkar dada:42cm Lingkar Abdomen 40cm Panjang badan:47cm

kesadaran samnolen ( E:2 V:3 M:3 ) 8 dan terpasang O2 1 Liter, dan

terpasang NGT dikernakan bayi tidak bisa menete (lemah) saat diberikan asi

,dan ibu klien mengatakan bayinya sudak tidak kejang terahir kejang pada

tgl 28 januari 2020. Kemudian data hasil pemerisaan dan anamnesa pada

klien 2 yaitu Pada saat dikaji pada tanggal 04 Februari 2020 di dapatkan

data kerning, bruduzinscki, kaku kuduk dan S:37,4 RR:65 N:85 lingkar

kepala:40cm lila:15cm Lingkar dada:44cm Lingkar Abdomen 49cm

Panjang badan:60cm dan terpasang O2 1 Liter, dan terpasang NGT

91
dikernakan bayi suka tersedak saat diberikan asi ,dan ibu klien mengatakan

bayinya sering kejang terahir kejang pada tgl 25 januari 2020.

1. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien 1 dan juga 2


setelah dilakukan pengkajian keperawatan, yaitu:
1. Actual/ Resiko tinggi perubahan perfusi serebral berhubungan

dengan proses inflamasi ( Klien 1 dan 2 ).

2. Actual/ Resiko tinggi tidak efektif pola nafas berhubungan dengan

menurunnya kemampuan untuk bernafas ( klien 2 ).

3. Actual/ Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, lemah, mual dan muntah ( klien 1 ).

2. Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan dalam asuhan Keperawatan ini yaitu

Terapi pemberikan oksigen sesuai kebutuhan manajemen edema serebral,

dengan kegiatan; monitor tanda-tanda vital, monitor status pernapasan,

Monitor karakteristik cairan serebrospinal (warna, kejernihan,

konsistensi), Berikan anti kejang sesuai kebutuhan dorong keluarga/orang

yang penting untuk bicara pada pasien dan posisikan tinggi kepala 30o

Memonitor, TIK ( Nadi,pernapasan tidak teratur,gelisah, perubahan

pupil,kejang), terapi pemberian , Melakukan latihan pasif (isometik,

isokinetic, isotonic )

95
3. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan pada kedua klien dapat dilakukan sesuai

dengan intervensi keperawatan, walaupun sesekali mendapat beberapa

hambatan. Namun hambatan tersebut dapat diatasi, karena penulis

mendapat dukungan yang baik yaitu berupa keperayaan dari keluarga klien,

dan juga dukungan dari perawat Ruang Nusa Indah Atas. Adapun waktu

pelaksanaan implementasi dalam asuhan keperawatan ini yaitu pada klien 1

dilakukan dari tanggal 28 januar 2020 sampai 30 januari 2020, sedangkan

pada klien 2 dilakukan dari tanggal 04 februari 2020 sampai tanggal 07

februari 2020.

4. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Meningitis

masing-masing selama 3 hari, pada klien 1 mulai tanggal 28 januari 2020

sampai 30 januari 2020, dan pada klien 2 mulai tanggal 4 februari 2020

sampai 6 februari 2020, maka ditemukan masalah belum teratasi pada klien

1 hal ini dikarnakan kriteria hasil belum dapat teratasi sehingga intervensi

perlu dilanjutkan, dan teratasi pada klien 2 dikernakan kriteria hasil dapat

tertasi. Dimana diagnosa perubahan perfusi serebral berhubungan dengan

proses inflamasi, baik pada klien 1 dan 2.

4.2 Saran

1. Untuk Rumah Sakit

Bagi perawat di Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr.Slamet Garut

untuk memberikan intervensi Terapi pemberikan oksigen sesuai

96
kebutuhan, manajemen edema serebral, dengan kegiatan; monitor

tanda-tanda vital, monitor status pernapasan, Monitor karakteristik

cairan serebrospinal (warna, kejernihan, konsistensi), Berikan anti

kejang sesuai kebutuhan, dorong keluarga/orang yang penting untuk

bicara pada pasien dan posisikan tinggi kepala 30o, Memonitor TIK

(Nadi,pernapasan tidak teratur,gelisah, perubahan pupil,kejang) pada

klien Meningitis yang mengalami perubahan perfusi jaringan serebral.

2. Untuk Pendidikan

Bagi institusi pendidikan agar melengkapi ketersediaan sumber

pustaka terbitan terbaru ( 10 tahun terakhir ) terutama mengenai

penyakit Meningitis serta asuhan Keperawatan pada penyakit

Meningitits.

97
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. N., & Hardhi, K. (2015). NANDA NIC NOC JILID 3. In H. N. A

Dewi Ramadhanti, 2016 Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Manajemen

Pelayanan Hospital Homecare Di Rsud Al-Ihsanprovinsi Jawa Barat

Depkes , RI 2010, Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011, Jakarta

Donna L. Wong. et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.

Jakarta : EGC

Herdiansyah, Haris.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial.Jakarta Selatan:Salemba Humanika

http://devisologi.blogspot.com/2014/05/apa-itu-meningitis.html di akses

pada20Maret2020

min, & K. Hardhi, NANDA NIC NOC JILID 3(p.151). yogjakar

Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

cipta

Sumantri. 2015. Strategi pembelajaran. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

Suratun., Heryati., Manurung S.,&Raenah E. (2008). Klien Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Suriadi & Yuliani, R. (2010). Buku Pegangan Praktik Klinik : Asuhan

Keperawatan Pada Anak, Edisi : 2, Sagung Seto : Jakarta

Satyanegara.2010. Ilmu Bedah Syaraf ed IV.Tangerang: Gramedia Pustaka

Utama

98
Tisnawati, Alfinia Yulita, 2017, ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN KASUS MENINGITIS DI RUANG RAWAT ANAK IRNA

KEBIDANAN DAN ANAK RSUP DR. M. DJAMIL PADANG, Diakses 4 Juni

2020, file:///C:/Users/ASUSKUOKE/Downloads/jurnal%20ti/394-725-1-SM.pdf

Weekly Epidemiologiological Report World Health Organization No.14

.https://apps.who.int/iris/bitstream/10665/27229/WER931.pdf?ua=1

handle/ Diakses pada tanggal 28 Februari 2020

99
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas

Nama : Akmal Akbar Nuryadin

Tempat Tanggal Lahir : Lebak 27 Maret 1999

Agama : Islam

Alamat : Kp. Sajira Barat RT/Rw 01/03 Des. Sajira Kec.

Sajira Kab. Lebak Prov. Banten

Email : a.akmal2635@gmail.com

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Suku/Warga Negara : Sunda/Indonesia

2.Riwayat Pendidikan

SD Negeri 1 Sajira ( 2004-2010 )

SMP Negeri 2 Sajira ( 2010-2013 )

SMA Negeri 3 Rangkasbitung ( 2013-2016 )

Universitas Bhakti kencana Bandung Program Studi DIII Keperawatan

( 2017-2020 )
LAMPIRAN 1

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Akmal Akbar Nuryadin

Nim : Akx17091

Nama Pembimbing : Agus MD S.Pd. S.Kep.,Ners.,M.Kep

NO TANGGAL SARAN & TANDA

PERTIMBANGANPEMBIMBING TANGAN

1 18/03/2020 Untuk BAB I hanya fenomena mengapa

meneliti tersebut,apa dasarnya dan datanya,

grad teori apa yang digunakan rujukan,dan

sistematikanya di sesuaikan dengan

pedoman,di BAB I jangan banyak teorinya

nanti di BAB II itu mesti di masukannya

2 03/04/2020 Tinggal di edit sedikit kalimatnya da

Bahasanya masih rancu untuk BAB IV

3 18/04/2020 Konsultasikan juga ke pembimbing lain

mungkin ada masukan Untuk BAB

I,II,III,IV

4 20/04/2020 Acc BAB II lanjut ke BAB berikutnya

5 03/05/2020 BAB III Tambahankan satu paragraph stelah

etika penelitian bahwa etika penelitian ynag


dilakukan dari tahapan ini apakah semuanya

atau sebagian,berikan penjelasannya


LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Akmal Akbar Nuryadin

Nim : Akx17091

Nama Pembimbing : Angga SatriaP,Skep.,Ners.,M.Kep

NO TANGGAL SARAN & TANDA

PERTIMBANGANPEMBIMBING TANGAN

1 17/032020 Singkatan WHO di benaran dapus

seharusnya menggunakan referensi tidak

terlalu tua, teori yang digunakan harus

sesuai dengan jurnal, kejelasan pada latar

belakang membahan usia, rentetan

fenomena dari tahap dunia sampai ke Rs

harus sesuai

2 27/03/2020 Untuk di latar belakang inti dari

permasalahan harus lebih di tekankan dan

tida terlalu banyak paragrap atau kaliamt

yang tidak perlu

3 07/04/2020 Untuk BAB II cari pohon etiologi yang lebih

komplek, dan penatalksanaan keperawatan

4 25/04/2020 Di BAB III untuk batasan istilah cantumkan

pengertian kasus sesuai teori dan


penatalaksanaan keperawatannya dan di

BAB IV kasus yang di kelola harus sesuia

dengan buku referensi yang digunakan

5 4/Juni/2020 Batasan karakteristik sesuaikan dengan

referensi, intruksi harus memiliki dasar

jurnalnya teori yang mengarah,intervensi

yang di implemntasian berdasaran sumber

referensi
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
Lampiran IV

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) KESEHATAN

MENINGITIS

Pokok Bahasan : Meningitis

Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian meningitis

2. Tanda dan gejala meningitis

3. pencegahnan meningitis

Waktu : 25 Menit

Sasaran : Ibu-ibu atau keluarga yang memiliki anak meningitis

Hari/tanggal : 28 januari 2020

Pelaksanaan : Akmal Akbar Nuryadin

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan tentang meningitis keluarga pasien
mengerti tentang pengertian tanda dan gejala meningitis
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan ibu mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian meningitis
2. Tanda dan gejala menignitis
3. Pencegahan meningitis
TAHAP KEGIATAN PELAKSANAAN KEGIANTAN WAKTU
KEGIATAN KLIEN
Pendahuluan a. Mengucapkan salam a. Menjawab 5 menit
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menjelaskan tujuan umum b. Mendegarkan
dan tujuan khusus dan
pertemuan ini. memperhatika
d. Menyampaikan waktu dan n
kontrak waktu yang akan
digunakan dan
mediskusikannya.
e. Apersepsi
Penyajian  Membagikan  Memper 10 menit
Materi leaflet hatikan
 Menjelaskan penjelasa
materi penyuluhan n materi
secara teratur dan yang
berurutan diberikan
4. Pengertian  Memper
Imunisasi pada hatikan
Bayi PPT
 Manfaat Imunisasi yang di
pada Bayi terangka
 Tujuan Imunisasi n
pada Bayi  Mengiku
ti
 Menampilkan kegiatan
Power Point dengan
tertib
Evaluasi a. Memberikan kesempatan a. Merespon 5 menit
kepada ibu untuk b. Menjawab
bertanyaa pertanyaan
b. Memberikan pertanyaan yang akan di
berkaitan dengan materi berikan
yang telah di jelaskan

Penutup a. Menyimpulkan hasil a. Mendengarka 5 menit


penyuluhan n dan
b. Mengakhiri dengan salam memperhatika
n
b. Menjawab
salam
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Media
1. Leaflet
E. Kegiatan Belajar

F. Pertanyaan Evaluasi
a. apa tentang pengertian meningitis?
b. Apa Tanda dan gejala menignitis?
c. Apa Pencegahan meningitis?
b) Tanda kernik positip: ketika pasien Meningitis adalah radang umum pada
dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi arakhnoid dan piameter, disebabkan
kearah abdomen, kaki tidak dapat di oleh bakteri, virus, riketsia, atau
ekstensikan sempurna. protozoa,yang dapat terjadi secara
akut dan kronis.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di Apa itu meningitis???
fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan Meningitis adalah radang pada
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada
meningen (membrane yang
ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
mengelilingi otak dan medula
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita
spinalis) dan di sebabkan oleh virus
yang berlawanan.
atau jamur.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang
berlebihan pada cahaya.

5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka Tanda dan gejala: Oleh:
dan peningkatan TIK akibat eksudat
Sakit kepala dan demam (gejala awal
purulen dan edema serebral dengan tanda- yang sering)
tanda perubahan karakteristik tanda-tanda  Akmal akbar
vital(melebarnya tekanan pulsa dan
2. Perubahan pada tingkat kesadaran
bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit dapat terjadi letargik, tidak responsif,
kepala, muntah dan penurunan tingkat dan koma.
kesadaran.
3. Iritasi meningen mengakibatkan
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok sejumlah tanda sbb:
pada meningitis meningokokal.
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ).
Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran

karena adanya spasme otot-otot


leher.
Meningitis dapat dicegah dengan cara 1. Penderita diisolasi
mengenali dan mengerti dengan baik
faktor 2. Vaksinasi
presdis posisi seperti otitis media atau
3. Obat-obatan
infeksi saluran napas (seperti TBC)
dimana dapat menyebabkan Apa itu meningitis???
meningitis serosa. Dalam hal ini yang
paling penting adalah pengobatan
tuntas (antibiotik) walaupun gejala-
gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis
penanganan yang sesuai harus
cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau janis
organisme penyebab dan dengan
cepat memberikan terapi sesuai
dengan organisme penyebab untuk
melindungi komplikasi yang serius.
Meningitis yang disebabkan oleh
meningokokus dan hemofilus
influenza tipe B bisa menular pada
anak dan orang dewasa yang
berhubungan erat dengan penderita
yaitu tinggal dan makan dalam 1
rumah yang sama. Mereka perlu diberi
pencegahan antara lain:
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS MENINGITIS DI


RUANG RAWAT ANAK IRNA KEBIDANAN DAN ANAK
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Tisnawati, Alfinia Yulita


(Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

ABSTRAK
Meningitis adalah kegawatdaruratan neurologik yang mengancam jiwa yang memerlukan
diagnosis dan terapi yang cepat. 90 % dari semua kasus meningitis bakterial terjadi Insidens
pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak terdapat pada rentang usia 6
sampai 12 bulan, di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2015 terdapat 73 orang anak dirawat
dengan meningitis. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
anak dengan kasus meningitis. Populasi penelitian ini adalah anak yang mengalami meningitis.
Jumlah sampel 2 orang yaitu An. Z dan By. F, teknik sampel yaitu purposive sampling.
Penelitian dilakukan di RSUP Dr. M.Djamil Padang pada bulan Mei 2017 waktu pelaksanaan
asuhan keperawatan selama 5 - 7 hari. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi,
pengukuran dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian berupa peneliti sendiri dengan alat
bantu sphygmomanometer, stetoskop, termometer, penlight, serta pedoman pengkajian.
Analisis data pada semua temuan menggunakan konsep dan teori keperawatan. Hasil
penelitian, An.Z mengalami penurunan kesadaran, tampak lemah, nafas sesak, demam, batuk
berdahak dan hanya mengerang. Sedangkan By.F tampak spastik, otot kaku, kelopak mata
sebelah kiri tidak simetris, demam dan hanya mampu merintih. Diagnosa utama adalah Resiko
ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses inflamasi di selaput otak.
Rencana keperawatan terapi oksigen, manajemen edema serebral dan monitor PTIK. Hasil
evaluasi, masalah teratasi sebagian. intervensi tetap dilanjutkan dengan didelegasikan kepada
perawat ruangan.

Kata Kunci: asuhan keperawatan, anak, meningitis

PENDAHULUAN
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak dan medula
spinalis (Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang semua kelompok umur, kelompok
umur yang paling rawan adalah anak- anak usia balita dan orang tua (Andareto, 2015).
Insidens 90 % dari semua kasus meningitis bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang
dari 5 tahun, insiden puncak terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia
dengan angka morbiditas tertinggi adalah dari lahir sampai 4 tahun (Betz & Sowden, 2009).
Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di obati secara
dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan gangguan memori juga sering
terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat mengalami letargi, tidak responif dan koma. Selain
itu kejang juga dapat terjadi yang merupakan akibat dari area iritabilitas di otak. ICP
(Intracranial Pressure) meningkat akibat perluasan pembengkakan di otak atau hidrosefalus.
Tanda awal peningkatan ICP mencakup penurunan tingkat kesadaran dan defisit motorik
lokal.
Anak dengan meningitis bakteri akut mengalami hilang pendengaran (0,5-6,9% tipe
sensorineural permanen dan 10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada anak yang telah sakit
selama 24 jam (Anurogo, 2014). Infeksi fulminan akut terjadi pada sekitar 10 % pasien
meningitis meningokokus yang memunculkan tanda-tanda septikemia yang berlebihan. Awitan
demam tinggi, lesi purpurik ekstensif (di wajah dan ekstremitas), syok dan tanda koagulasi
intravaskular diseminata (DIC) terjadi secara mendadak, kematian dapat terjadi dalam
beberapa jam setelah awitan infeksi (Brunner & Suddart 2013).
Data World Health Organization (WHO) (2015), melaporkan bahwa Pada tahun 2014
di Afrika ditemukan 14.317 dugaan kasus meningitis dengan jumlah kematian sebanyak 1.304
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 174

E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

jiwa. Setiap tahun, kasus meningitis bakteri mempengaruhi lebih dari 400 juta orang yang
tinggal di 26 negara (dari Senegal ke Ethiopia). Lebih dari 900.000 kasus dilaporkan dalam 20
tahun terakhir (1995-2014). kasus meningitis tersebut mengakibatkan kematian sebanyak 10%.
Sedangkan 10-20% meninggalkan gejala sisa neurologis.
Meningitis penyebab kematian bayi umur 29 hari - 11 bulan dengan urutan ketiga
yaitu (9,3%) setelah diare (31,4%), dan pneumoni (23,8%). Proporsi meningitis penyebab
kematian pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans
Entero Colitis (NEC) yaitu (10,7%) (Balitbangkes 2008).
Penelitian yang di lakukan Shinta (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan, anak yang
mengalami kematian karena meningitis (42,16%), dari 102 kasus yang ditemukan terdapat
penderita meningitis Purulenta (43,1%) meningitis Serosa (56,9%) dan penderita paling
banyak yaitu usia nol sampai kurang dari lima tahun (58,8%).
Penelitian Arydina, dkk (2014) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta melaporkan bahwa
Bacterial Meningeal Score merupakan indikator yang baik untuk menilai meningitis bakteri
pada bayi dan anak karena memiliki sensitivitas, spesifisitas, nilai praduga negatif, nilai
praduga positif, likelihood ratio positif dan likelihood ratio negatif yang tinggi. Parameter
BMS berdasarkan kriteria WHO. Skor BMS berkisar antara 0–6
Sedangkan Relontina, dkk (2014) kejadian meningitis paling tinggi terjadi pada
pasien dengan riwayat Tb Paru (30,3%). Di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014 terdapat
96 orang pasien anak dengan meningitis, tahun 2015 73 orang. Pasien meningitis perlu
dilakukan pengawasan tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering cheyne-
Stokes. Selain itu dalam pemberian cairan harus di lakukan secara cermat untuk mencegah
komplikasi kelebihan cairan seperti edema serebri. Turunkan suhu anak dengan kompres
hangat dan nilai status hidrasi pada anak (Ngastiyah, 2012).
Perawat sangat diperlukan perannya dalam memberikan asuhan kepada pasien.
Mortalitas bergantung pada daya tahan tubuh pasien, cepatnya mendapat pengobatan, cara
pengobatan dan perawatan yang diberikan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang
mengalami meningitis. Sampelnya adalah An. Z dan By. F. Teknik sampel yang digunakan
adalah purposive sampling. Penelitian dilakukan di ruang IRNA anak dan Kebidanan RSUP
Dr.M. Djamil Padang pada bulan Mei 2017, Pengelolaan kasus dilakukan selama 5-7 hari,
pada kasus I peneliti mulai mengelola dari tanggal 24 - 30 Mei 2017. Pada kasus II di tanggal
25-31 Mei 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pengukuran dan
studi dokumentasi. Instrumen penelitian berupa peneliti sendiri dengan alat bantu
sphygmomanometer, stetoskop, termometer, penlight, serta pedoman pengkajian.
Pendekatan proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi tahapan sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Peneliti melakukan pengumpulan data, baik bersumber dari responden/ pasien,
keluarga pasien, maupun lembar status pasien.
2. Diagnosis keperawatan
Peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh sehingga didapatkan
diagnosa keperawatan.
3. Intervensi keperawatan
Peneliti menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang terjadi.
4. Implementasi keperawatan
Peneliti melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun.
5. Evaluasi keperawatan
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 175

E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

Peneliti melakukan penilaian tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam


mengatasi masalah yang terjadi.

HASIL PENELITIAN
Peneliti akan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan tahapan-tahapan pada proses
keperawatan sebagai berikut:
Kasus I
1.Pengkajian
An.Z perempuan berusia 7 tahun melalui IGD rujukan dari RSI Yarsi Bukit Tinggi. Pasien
datang dengan keluhan demam selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum
masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan kesadaran setelah
kejang. An.Z di rawat di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa medis
Meningitis TB.
Data subjektif: ayah mengatakan anak demam, batuk berdahak, refleks batuk lemah,
batuk berdahak tidak mampu bicara dan hanya mengerang, , refleks batuk lemah dan tampak
sesak. anak demam dan badannya panas. Data objektif: GCS 9 (E4V2M3), badan teraba panas T
37,8oC, TD 110/70 mmHg, HR 87x/i, P 30x/i, Hb 10,7 gr/dl, ada tarikan dinding dada,
auskultasi terdengar bronkial dan ronkhi, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,8 0C, HR 87x/i.
kulit pasien teraba panas, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,80C, HR 87x/i.

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, maka selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan dapat
dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a) Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses
inflamasi di selaput otak, dengan data subjektif: ayah mengatakan anak demam, batuk
berdahak, refleks batuk lemah, tidak mampu bicara dan hanya mengerang. Data objektif: GCS
9 (E4V2M3), ekstremitas bawah kaku, ransangan meningeal negatif, badan teraba panas T
37,8oC, TD 110/70 mmHg, HR 87x/i, P 30x/i, Hb 10,7 gr/dl, dan hasil pemeriksaan LP volume
± 2 CC, kekeruhan negatif, warna bening, jumlah sel 8/mm3 dan glukosa 44 mg/dl.
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di
jalan nafas dengan data subjektif: ayah mengatakan anak batuk berdahak, refleks batuk lemah
dan tampak sesak. Data objektif: terdapat tarikan dinding dada, saat auskultasi terdengar
bronkial dan ronkhi, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,80C, HR 87x/i.
c) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dengan data
subjektif: ayah mengatakan anak demam dan badannya panas. Data objektif: kulit pasien
teraba panas, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,80C, HR 87x/i.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan untuk masalah Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral, setelah 5 x 24
jam masalah berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil:penurunan TIK dan menghentikan
terjadinya kejang. Intervensinya adalah 1) terapi oksigen dengan aktivitas; Periksa mulut,
hidung, dan sekret trakea, pertahankan jalan napas yang paten, berikan oksigen sesuai
kebutuhan, monitor aliran oksigen. 2) manajemen edema serebral, dengan kegiatan; monitor
tanda-tanda vital, monitor status pernapasan, Monitor karakteristik cairan serebrospinal
(warna, kejernihan, konsistensi), Berikan anti kejang sesuai kebutuhan dorong
keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien dan posisikan tinggi kepala 30o atau
lebih. 3) monitoring peningkatan intrakranial, dengan kegiatan; Monitor jumlah, nilai dan
karakteristik pengeluaran cairan serebrispinal (CSF), monitor intake dan output, monitor
suhu dan jumlah leukosit dan berikan antibiotik.
Tujuan untuk masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, setelah 5 x 24 jam
masalah berkurang atau teratasi dengan kriteria: Frekuensi pernapasan normal , irama
pernapasan reguler, adanya kemampuan untuk mengeluarkan sekret dan tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan. Rencana keperawatannya adalah 1) Kepatenan jalan
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 176

E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

nafas dengan kegiatan; Pastikan kebutuhan oral suctioning, Monitor status oksigen pasien,
Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction. 2) Manajemen
jalan nafas, dengan kegiatan; Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Auskultasi
suara nafas dan catat adanya suara tambahan, perhatikan gerakan dada saat inspirasi-
ekspirasi, monitor respirasi dan status O2.
Tujuan untuk masalah hipertermi, setelah 5 x 24 jam masalah berkurang atau teratasi
dengan kriteria: Suhu tubuh normal, tidak terjadi perubahan warna kulit, mencegah
terjadinya kejang dan sakit kepala. Intervensi nya adalah; 1) Perawatan demam, dengan
aktivitas; Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya, monitor warna kulit dan suhu, beri obat
atau cairan IV, berikan oksigen yang sesuai dan turunkan suhu tubuh dengan kompres air
hangat (2) Pengaturan suhu dengan aktivitas, monitor suhu setiap 3 jam sesuai kebutuhan,
monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia, tingkatkan intake
cairan dan nutrisi adekuat dan berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.
4. Implementasi keperawatan
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun untuk
masing-masing masalah keperawatan.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari didapatkan tiga masalah
keperawatan yang muncul belum sepenuhnya teratasi, maka semua intervensi tetap
dilanjutkan.

Kasus II
1. Pengkajian
By. F laki-laki berusia 9 bulan datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD
rujukan dari RS. Selaguri Padang. Keluhan demam disertai muntah dan diare selama 3 hari,
frekuensi 3-4 kali, konsistensi encer. Bayi mengalami kejang pada sebagian tubuh, frekuensi
1x lamanya 3 jam dan penurunan kesadaran setelah kejang. By.F di di rawat di ruang Akut
IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa medis Meningitis TB.
Data subjektif: ibu mengatakan kelopak mata bayinya tidak simeteris, badan panas,
bayi hanya mampu merintih. Ibu mengatakan anak demam dan gelisah. Data objektif: GCS 10
(E4V2M4), TD 160/120 mmHg, suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i (normal 60-100 x/i)
RR 28 x/i dan CRT < 3 detik, Hb 10,1 (Normal 14-18) gr/dl. Badan teraba panas, kulit
memerah. Pemeriksaan elektrolit serum natrium 131 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,5
mmol/L (Normal 3,5-5,1), klorida serum 93 mmol/L (Normal 97-111).
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, maka selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan
dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a) Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses
inflamasi di selaput otak, dengan data subjektif: ibu mengatakan kelopak mata bayinya tidak
simeteris, badan panas, bayi hanya mampu merintih. Data objektif: GCS 10 (E4V2M4), TD
160/120 mmHg, suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i (normal 60-100 x/i) RR 28 x/i dan
CRT < 3 detik, Hb 10,1 (Normal 14-18) gr/dl. Pemeriksaan Lumbal Pungsi di dapatkan hasil
volume ± 1 cc, kekeruhan negatif (-), warna bening, jumlah sel 10/mm3 dan glukosa 38 mg/dl.
b) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dengan data
subjektif: ibu mengatakan anak demam dan gelisah. Data objektif: badan teraba panas, kulit
memerah, TD 160/120 mmHg, suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i, RR 28x/i.
c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif, dengan data subjektif:ibu mengatakan anaknya demam dan tampak gelisah. Data
objektif: TD 160/120 mmHg, suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i, RR 28x/i. Pemeriksaan
elektrolit serum di dapatkan natrium 131 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,5 mmol/L
(Normal 3,5-5,1), klorida serum 93 mmol/L (Normal 97-111).
3. Intervensi Keperawatan
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 177

E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

Tujuan untuk masalah Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, setelah 5 x 24


jam masalah berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil: tekanan darah normal, kejang
berkurang dan peningkatan TIK berkurang . Intervensi yang akan di lakukan adalah 1) Terapi
oksigen dengan aktivitas kegiatan; Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea, pertahankan
jalan napas yang paten, monitor aliran oksigen. 2) manajemen edema serebral, dengan
kegiatan; monitor tanda-tanda vital, monitor karakteristik cairan serebrospinal (seperti warna,
kejernihan dan konsistensi), monitor status pernapasan (seperti frekuensi, irama, kedalaman
pernapasan), anjurkan keluarga untuk bicara pada pasien dan posisikan tinggi kepala 30o atau
lebih. 3) monitoring peningkatan intrakranial, dengan kegiatan; Monitor jumlah, nilai dan
karakteristik pengeluaran cairan serebrispinal (CSF), monitor intake dan output, monitor
suhu dan jumlah leukosit, berikan antibiotik.
Tujuan untuk masalah hipertermi berhubungan setelah 5 x 24 jam masalah berkurang
atau teratasi dengan kriteria hasil: suhu dan frekuensi napas normal, warna kulit normal,
kejang dan sakit kepala teratsi. Intervensi nya adalah; 1) Perawatan demam, kegiatannya
meliputi; Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya, monitor warna kulit dan suhu, beri obat
atau cairan IV, berikan oksigen yang sesuai. 2) Pengaturan suhu dengan kegiatan, monitor
suhu setiap 3 jam sesuai kebutuhan, monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia
dan hipertermia, tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat dan berikan pengobatan
antipiretik sesuai kebutuhan
Tujuan untuk masalah resiko kekurangan volume cairan, setelah 5 x 24 jam masalah
berkurang atau teratasi dengan kriteria: tekanan darah dalam batas normal, Keseimbangan
intake output dalam 24 jam, berat badan stabil, Turgor kulit kembali cepat, Kelembaban
membran mukosa, serum elektrolit dalam batas normal, dan tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh. Intervensinya adalah 1) Manajemen cairan, kegiatannya yaitu Jaga dan catat intake dan
output, Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan dengan retensi cairan, Monitor status
hemodinamik, Monitor tanda-tanda vital, Berikan terapi IV seperti yang ditentukan, Berikan
cairan dengan tepat, dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan
dengan baik. 2) Manajemen elektrolit, kegiatannya adalah Monitor nilai serum elektrolit
abnormal, Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit, Pertahankan kepatenan akses
IV, ambil spesimen sesuai order untuk dapat melakukan analisis level elektrolit (ABG, urine,
dan level serum) dengan tepat dan monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang
diberikan.
4. Implementasi keperawatan
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun untuk
masing-masing masalah keperawatan.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari didapatkan tiga masalah
keperawatan yang muncul belum sepenuhnya teratasi, maka semua intervensi tetapdilanjutkan.

PEMBAHASAN
Pembahasan untuk masing-masing tahapan yang telah dilalui.
1. Pengkajian
Tahap pengumpulan data dasar meliputi pengumpulan data subjektif dan objektif.
Pengumpulan data subjektif meliputi identitas pasien dan penanggungjawab; riwayat kesehatan
sekarang, dahulu, keluarga dan sosial; sebelas pola fungsional serta pemeriksaan fisik head to
toe.
Kasus I (An.Z) perempuan demam selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam
sebelum masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan kesadaran
setelah kejang. Sedangkan Kasus II (By.F) laki-laki berusia 9 bulan demam disertai muntah
dan diare selama 3 hari, frekuensi 3-4 kali, konsistensi encer, mengalami kejang pada sebagian
tubuh, frekuensi 1x lamanya 3 jam dan penurunan kesadaran setelah kejang.
Meningitis dapat menyerang semua kelompok umur, kelompok umur yang paling
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 178

E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

rawan adalah anak- anak, usia balita dan orang tua (Andareto 2015). Insidens 90 % dari semua
kasus meningitis bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak
terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan.
Anak dengan meningitis mengalami demam tinggi, sakit kepala berat, kejang dan
penurunan kesadaran. (Muttaqin, 2008). Pasien dengan meningitis pada Stadium transisi gejala
lebih berat dan gejala rangsangan meningeal mulai nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi
kaku dan timbul opistotonus. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran menurun hingga
timbul stupor (Ngastiyah, 2012).
Menurut analisa Penurunan kesadaran terjadi disebabkan oksigen ke otak kurang dari
15-20% sehingga terjadi hipoksia jaringan otak yang menyebabkan metabolisme anaerob dan
ditandai dengan letargi atau penurunan kesadaran.
Hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada Kasus I anak mengalami penurunan
kesadaran, ekstremitas bawah kaku dan nafas sesak, Ayah mengatakan anak demam, batuk
berdahak, refleks batuk lemah, tidak mampu bicara dan hanya mengerang. Pada pemeriksaan
fisik di dapatkan GCS 9 (E4V2M3), pemeriksaan rangsangan meningeal tidak ditemukan pada
An.Z ,TTV di dapatkan TD 110/70 mmHg (Normal 120/80 mmHg), HR 87 x/i (Normal 60-
100x/i), T 37,80 C, RR 30 x/i. ekstremitas bawah mengalami spastik, dan terdapat ruam
kemerahan.
Sedangkan pada Kasus II bayi tampak spastik, otot kaku pada kedua ekstremitas,
kelopak mata sebelah kiri tidak simetris, Ibu mengatakan anak demam, badan teraba panas,
gelisah dan bayi hanya mampu merintih. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan GCS 10
(E4V2M4), pemeriksaan ransangan meningeal negatif, hasil pengukuran TD 160/120 mmHg,
suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i (normal 60-100 x/i) RR 28 x/i, mata strabismus,
ekstremitas atas dan bawah mengalami spastik dan terdapat ruam kemerahan di seluruh tubuh.
Tanda-tanda peningktatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebri
terdiri atas perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsate dan
bradikardi), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan adanya penurunan tingkat
kesadaran (Muttaqin, 2008).
Menurut analisa peneliti pada kedua Kasus terjadi peningkatan TIK (Tekanan
IntraKranial) dengan ditemukannya penurunan kesadaran dan sakit kepala yang ditandai
dengan pasien sering merintih. Adanya perubahan tba-tiba pada kondisi pasien seperti gelisah
(tanpa penyebab yang nyata), terlihat konvulsi, atau menunjukkan peningkatan mengantuk.
Tanda-tada ini dapat diakibatkan dari kompresi otak karena edema atau meluasnya lesi
intarakranial.
Menurut analisa peneliti pada Kasus II kekakuan kedua ekstremitas disebabkan karena
sinyal antigravitasi pontine secara khusus mengeksitasi neuron motorik gamma dan medula
spinalis, mempererat gelondong otot dan mengaktifkan refleks regangan. Sehingga akan terjadi
kekakuan menyeluruh otot ekstensor antigravitasi pada leher, batang tubuh dan tungkai.
Sedangkan pada Kasus I kekakuan hanya pada ekstremitas bawah di sebabkan karena lesi pada
korteks bagian atas, dengan cidera yang lebih ringan pada satu atau kedua hemisfer otak.
Riwayat kesehatan dahulu pada Kasus I anak pernah kontak dengan penderita Tb paru
selama 2,5 tahun dan mendapatkan obat OAT. Sedangkan pada Kasus II anak tidak pernah
kontak dengan penderita Tb.
Sebagian besar kasus meningitis pada neonatus disebabkan oleh flora dalam saluran
genitalia ibu. Streptokokkus grup B dan Escherichia colli merupakan patogen yang sangat
penting bagi kelompok usia ini. Pada anak berusia 6 bulan atau lebih haemophilus influenzae
dan streptococcus pneumoniae merupakan penyebab tersering. Selain itu meningitis juga di
sebabkan mycobacterium tuberculosa yang berawal dari penyakit TBC (Suriadi & Yuliani,
2010).
Menurut Muttaqin (2008), Pasien meningitis biasanya pernah memiliki riwayat
penyakit yang meliputi; infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel
sabit, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh imunologis pada masa
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 179

E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

sebelumya. Riwayat imunisasi juga perlu di ketahui seperti pemberian imunisasi BCG dan
DPT Hib pada anak.
Penyakit meningitis dapat terjadi pada anak dengan kelainan sistem saraf pusat,
pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan (Suriadi & Yuliani,
2010).
Analisa dari peneliti penyebab dari meningitis yang terjadi pada Kasus I dan Kasus II
sesuai dengan teori di sebabkan Mycobacterium tuberculosa, dari riwayat kesehatan dahulu
dinyatakan bahwa Kasus I pernah kontak penderita Tb Paru selama 2,5 tahun. Sedangkan pada
Kasus II, memiliki riwayat post Vp Shunting. Pemeriksaan Lumbal Pungsi pada Kasus I di
dapatkan hasil volume ± 2 CC, kekeruhan (-), warna bening, jumlah sel 8/mm3 dan glukosa 44
mg/dl. Sedangkan pada Kasus II pemeriksaan Lumbal Pungsi di dapatkan hasil volume ± 1 cc,
kekeruhan negatif (-), warna bening, jumlah sel 10/mm3 dan glukosa 38 mg/dl.
Hasil pemeriksaan punksi lumbal berguna untuk menentukan mikroorganisme
penyebab. Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial dan pada meningitis
dengan penyebab virus kadar glukosa biasanya normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3
dari nilai serum glukosa), dan Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan
pada meningtis virus protein sedikit meningkat (Suriadi dan Yuliani, 2010). Dugaan bahwa
seorang pasien menderita meningitis tuberkulosa dengan melihat hasil lumbal pungsi berupa
cairan serebro spinal yang jernih (Ngastiyah, 2012).
Asumsi dari peneliti bahwa hasil lumbal punksi pada kedua Kasus ditemukan
cairannya jernih dan terjadi peningkatan jumlah protein, hal ini sesuai dengan teori yang ada.
Peningkatan protein maupun penurunan glukosa LCS bisa disebabkan oleh infeksi bacterial,
fungal, maupun TB. Penurunan glukosa disebabkan karena pemakaian glukosa oleh bakteri
dan metabolisme oleh leukosit.
Hasil pemeriksaan elektrrolit serum pada Kasus I di dapatkan kalsium 8 mg/dl
(Normal 8,1-10,4), natrium 132 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,1 mmol/L (Normal 3,5-
5,1) dan korida serum 107 mmol/L (Normal 97-111). Sedangkan pada Kasus II di dapatkan
natrium 131 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,5 mmol/L (Normal 3,5-5,1), klorida serum
93 mmol/L (Normal 97-111).
Pemeriksaan diagnostik pada pasien meningitis kadang disertai hipokalsemia,
hiponatremia, serta gangguan fungsi ginjal dengan asidosis metabolik (Meisadona, ddk, 2015).
Kadar elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi, natrium serum (Na +) naik, kalium
serum (K+)turun. (Na+ normal: 136-145mmol/L, K+ normal: 3,5-5,1 mmol/L). Osmolaritas
urine meningkat dengan peningkatan sekresi ADH (Betz & Sowden, 2009).
Berdasarkan analisis peneliti rendahnya konsentrasi natrium karena kelenjar hipofise
di dasar otak mengeluarkan terlalu banyak hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik
menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan sejumlah natrium dalam darah. Otak sangat
sensitif terhadap perubahan konsentrasi natrium darah. Karena itu gejala awal dari
hiponatremia adalah letargi (keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat
dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur kembali).

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada Kasus I adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan proses inflamasi di selaput otak, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubugan dengan penumpukan sekret di jalan nafas dan Hipertermia berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme. Pada Kasus II diagnosa keperawatan adalah ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses inflamasi di selaput otak, Hipertermia
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, resiko kekurangan volume cairan
berhubungan kegagalan mekanisme.
Dalam penetapan Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017,) sudah sesuai dengan
batasan karakteristik.
Berdasarkan analisa peneliti Pada Kasus I dan II sama-sama muncul diagnosa
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 180

E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

ketidakefektifan perfusi jaringan dengan etiologi proses inflamasi di otak. Inflamasi yang
terjadi di selaput otak ditandai dengan adanya tanda gejala demam dan anak sering merintih
yang mungkin sebagai tanda nyeri pada anak. Kurangnya suplai oksigen ke otak akan
menyebabkan iskemik jaringan otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan kejang atau
bahkan penurunan kesadaran.
Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan menstimulasi sel host
inflamasi hipotalamus akan menghasilkan “set poin”. Demam terjadi karena adanya gangguan
pada “set poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak dengan meningitis mengalami
vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat (Suriadi & Yuliani, 2010).
Menurut Analisis munculnya diagnosa hipertermi pada kedua Kasus berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme sudah sesuai dengan teori dan batasan dan karakteristik
yang ada. Demam merupakan respon tubuh terhadap kuman, bakteri, atau virus yang masuk ke
dalam tubuh. Hipertermi yang terjadi pada pasien disebabkan karena peningkatan laju
metabolisme akibat proses inflamasi yang terjadi di selaput otak.
Menurut Nanda (2015), ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan
jalan nafas. Peningkatan tekanan intrakranial dapat menggangu fungsi sensori maupun motorik
serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum sehingga penderita mengalami penurunan
respon (penurunan kesadaran). Penurunan kesadaran ini dapat menurunkan pengeluaran
sekresi trakeobronkial yang berakibat pada penumpukan sekret di trakea dan bronkial. Kondisi
ini berdampak pada penumpukan sekret di trakea dan bronkus sehingga bronkus dan trakea
menjadi sempit (Riyadi & Sukarmin. 2009).
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan pada data yang diperoleh saat penelitian, pada
Kasus I dirumuskan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan penumpukan
sekret di jalan nafas sudah sesuai dengan teori dengan batasan karakteristik.
Resiko ketidakseimbangan volume cairan adalah beresiko mengalami dehidrasi
vaskuler, selular atau intraseluler (Nanda, 2015). Pasien yang koma jika tidak diberikan cairan
intravena dapat terjadi dehidrasi asidosis. Untuk memenuhi kebutuhan kalori mungkin dapat
dengan memeberikan makan per sonde tetapi untuk kebutuhan elektrolit tidak akan tercukupi.
Bila terjadi dehidrasi akan memeperberat keadaan umum pasien (Ngastiyah, 2012).
Menurut Asumsi peneliti pada Kasus II ditegakkannya diagnosa resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi tidak sesuai dengan teori.
Berdasarkan Nanda diagnosa yang mungkin muncul pada pasien meningitis adalah kekurangan
volume cairan sedangkan Pada pasien masih belum terjadi masih beresiko, dari pengkajian di
dapatkan data ibu mengatakan anaknya di berikan makan SF 8x120 CC secara teratur dan
turgor kulit kembali dengan cepat. Selain itu hasil pemeriksaan elektrolit serum di dapatkan
natrium 131 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,5 mmol/L (Normal 3,5-5,1), klorida serum
93 mmol/L (Normal 97-111). Namun walaupun belum menunjukkan tanda dan gejala,
kebutuhan cairan pasien juga perlu diperhatikan karena mengalami penurunan kesadaran dan
demam.

3. Intervensi Keperawatan
Pada tahap intervensi keperawatan, dilakukan penyusunan prioritas masalah
keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis
mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan (Hidayat,
2008).
Diagnosa resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, tujuannya adalah
meningkatnya kesadaran pasien, mencegah peningkatan TIK dan terjadinya kejang.
Intervensinya adalah 1) terapi oksigen dengan aktivitas; Periksa mulut, hidung, dan sekret
trakea, pertahankan jalan napas yang paten, berikan oksigen sesuai kebutuhan, monitor aliran
oksigen. Tindakan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen diotak. 2) manajemen
edema serebral, dengan kegiatan; monitor tanda-tanda vital, monitor status pernapasan,
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 181

E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

Monitor karakteristik cairan serebrospinal (warna, kejernihan, konsistensi), Berikan anti


kejang sesuai kebutuhan dorong keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien dan
posisikan tinggi kepala 30o atau lebih. 3) monitoring peningkatan intrakranial, dengan
kegiatan; Monitor jumlah, nilai dan karakteristik pengeluaran cairan serebrispinal (CSF),
monitor intake dan output, monitor suhu dan jumlah leukosit dan berikan antibiotik.
Rencana tindakan untuk diagnosa kedua, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas, tujuannya Frekuensi pernapasan
normal , irama pernapasan reguler, adanya kemampuan untuk mengeluarkan sekret dan tidak
ada penggunaan otot bantu pernapasan. Rencana keperawatannya adalah 1) Kepatenan jalan
nafas dengan kegiatan; Pastikan kebutuhan oral suctioning, Monitor status oksigen pasien,
Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction. 2) Manajemen jalan
nafas, dengan kegaiatan; Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Auskultasi suara
nafas dan catat adanya suara tambahan, perhatikan gerakan dada saat inspirasi-ekspirasi,
monitor respirasi dan status O2.
Rencana keperawatan untuk diagnosa ketiga hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme tujuannya agar pernapasan pasien normal, tidak terjadi
perubahan warna kulit, mencegah terjadinya kejang dan Sakit kepala. Intervensi nya adalah; 1)
Perawatan demam, dengan aktivitas; Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya, monitor warna
kulit dan suhu, beri obat atau cairan IV, berikan oksigen yang sesuai dan turunkan suhu tubuh
dengan kompres air hangat (2) Pengaturan suhu dengan aktivitas, monitor suhu setiap 3 jam
sesuai kebutuhan, monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia,
tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat dan berikan pengobatan antipiretik sesuai
kebutuhan.
Pada dignosa kekurangan volume cairan berhubungan kegagalan mekanisme regulasi
tujuannya agar di dapatkan tekanan darah dalam batas normal, Keseimbangan intake output
dalam 24 jam, berat badan stabil, Turgor kulit kembali cepat, Kelembaban membran mukosa,
serum elektrolit dalam batas normal, dan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh. Intervensinya
adalah 1) Manajemen cairan, kegiatannya yaitu Jaga dan catat intake dan output, Monitor hasil
laboratorium yang relevan dengan dengan retensi cairan, Monitor status hemodinamik,
Monitor tanda-tanda vital, Berikan terapi IV seperti yang ditentukan, Berikan cairan dengan
tepat, dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik. 2)
Manajemen elektrolit, kegiatannya adalah Monitor nilai serum elektrolit abnormal, Monitor
manifestasi ketidakseimbangan elektrolit, Pertahankan kepatenan akses IV, ambil spesimen
sesuai order untuk dapat melakukan analisis level elektrolit (ABG, urine, dan level serum)
dengan tepat dan monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.

4. Implementasi
Tindakan yang dilakukan untuk diagnosa ketidak efektifan perfusi sesuai rencana
asuhan keperawatan. Dilakukan pemasangan O2, pengaturan posisi kepala di tinggikan 300
hiperektensi kebelakang, posisi kepala sedikit miring. Tindakan untuk Diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas sesuai dengan teori, tindakan suction. Tindakan
keperawatan untuk masalah hipertermi adalah; mengukur dan memantau TTV (Tekanan darah,
nadi, suhu dan pernapasan), memonitor warna kulit dan suhu, monitor suhu setiap 3 jam,
melakukan pengompresan air hangat , terapi obat paracetamol 4x150 mg dan terapi cairan
infus KaEN 1B 22 tts/i.
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi, adalah memberikan makan dan minum
sesuai dengan tepat, memonitor tanda-tanda vital, memberikan terapi cairan infus KaEN 1B,
memotivasi keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik. memonitor
respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dari tanggal 24 mei sampai dengan 30 Mei 2017 dengan metode
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 182

E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017

penilaian Subjektiv, Objektiv, Assasment, Planning (SOAP) untuk mengetahui keefektifan dari
tindakan yang telah dilakukan. Pada Kasus I dan II dengan diagnosa resiko ketidak efektifan
perfusi jaringan serebral sudah terdapat kemajuan masalah teratasi sebagian dengan
intrervensi tindakan di lanjutkan.

Pada Kaus I dengan diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan nafas masalah belum
teratasi, Intervensi dilanjutkan. Diagnosa resiko kekurangan volume cairan pada Kasus II di
masalah tidak terjadi, Intervensi tetap dilanjutkan. Masalah hipertermi pada Kaus I dan II
belum dapat teratasi, Intervensi dilanjutkan..

SIMPULAN
Evaluasi dilakukan oleh peneliti selama 5 hari rawatan yang di buat dalam bentuk SOAP. Hasil
evaluasi didapatkan pada An.Z dan By.F masalah teratasi sebagian sehingga Intervensi masih
dilanjutkan.

DAFTAR PUSTAKA
Andareto, Obi. 2015. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kesehatan Obi Andareto Penyakit
Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta
Arydina, dkk. 2014. Bacterial Meningeal Score (BMS) Sebagai Indikator Diagnosis Meningitis
Bakterialis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Sari Pediatri, vol 5.
http://id.portalgaruda.org/?Ref=browse&mod=viewarticle&article=473972Diakses
pada tanggal 7 januari 2017 pukul 14.46
Balitbangkes Departemen Kesehatan RI. 2008. Riskesdas 2007.
http://www.k4health.org/system/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf.
Diakses pada tanggal 19 desember 2016, Pukul 11.05
Betz, Cecily Lynn & Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku keperawatan Pediatri: Edisi 5.
Jakarta: EGC
Brunner & Suddart. 2013, Keperawatan Medikal Bedah: Edisi 12. Jakarta: EGC.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Muttaqin, Arif. 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
NANDA. 2014. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017. (Budi Anna Keliat
dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
Ngastiyah. 2012, Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada anak/ Sujono Riyadi &
Sukarmin – Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rolentina, dkk. 2014. Karakteristik Penderita Meningitis Anak yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2014.
http://id.portalgaruda.org/?Ref=browse&mod=viewarticle&article=438120. Diakses
pada tanggal 19 Desember 2016, Pukul 10.58
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010, Asuhan Keperawatan Pada Anak: Edisi 2. Jakarta: CV Sagung
Seto.
World Health Organization (WHO). 2015.
http://www.who.int/gho/epidemic_diseases/meningitis/en/. Diakses pada tanggal 23
Maret 2017, pukul 19.13.

ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 183

E-ISSN 2528-7613

Anda mungkin juga menyukai