Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md.Kep) di Program Studi DIII Keperawatan
UNIVERSITAS Bhakti Kencana Bandung
Oleh
NIM: AKX.17.091
vii
ABSTRAK
Latar Belakang: Meningitis adalah peradangan pada selaput menigen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat, kerusakan otak, ketulian,
stroke, dan bahkan kematian. Perubahan Perfusi Serebral merupakan masalah Keperawatan yang
paling sering ditemukan pada klien Meningitis berhubungan dengan proses inflamasi meningitis
adalah peradangan pada selaput menigen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat, kerusakan otak, ketulian, stroke, dan bahkan
kematian. Tujuan untuk memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan Keperawatan pada
klien Meningitis dengan perubahan perfusi serebral di Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr.Slamet
Garut. Metode yang digunaan yaitu metode deskriptif dengan teknik studi kasus pada 2 klien
Meningitis dengan masalah Keperawatan Perubahan Perfusi Serebra. Hasil proses keperawatan
pada klien Meningitis dengan masalah Keperawatan Perubahan Perfusi Serebra yaitu pada klien 1
masalah belum teratasi, dan pada klien 2 masalah teratasi. Diskusi intervensi pada klien 1 perlu
dilanjutkan lagi sampai dengan masalah Keperawatan tertasi sepenuhnya. Saran: bagi perawat di
ruang Nusa Indah Atas RSUD dr.Slamet Garut untuk memberikan intervensi pada klien
Meningitis yang mengalami perubahan perfusi serebral Terapi pemberikan oksigen Memonitor
TIK.
Kata Kunci: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kasus Meningitis, Metodologi Penelitian
Kesehatan
Daftar pustaka :5 buku ( 2010-2017 ) 9Jurnal (2010-2020 )
Abstract
Background: Meningitis is inflammation of the menigen membrane, cerebrospinal fluid and spinal
column that causes the process of infection of the central nervous system, brain damage, deafness,
stroke, and even death. Cerebral Perfusion changes are the most common nursing problems found
in Meningitis clients related to the inflammatory process of meningitis are inflammation of the
menigen membranes, cerebrospinal fluid and spinal column which causes the process of infection
of the central nervous system, brain damage, deafness, stroke, and even death. The goal is to gain
experience in carrying out nursing care in Meningitis clients with cerebral perfusion changes in
Nusa Indah Room of Dr. Slamet Garut. The method used is a descriptive method with case study
techniques on 2 meningitis clients with Serebra Perfusion Change Nursing problems. The results
of the nursing process in meningitis clients with Serebra Perfusion Change Nursing problems are
that in the client 1 problem is not resolved, and in the client 2 problems are resolved. Discussion of
intervention on client 1 needs to continue until the nursing issue is fully tinged. Advice: for nurses
in Nusa Indah Upper Nusa Room dr. Slamet Garut to intervene in meningitis clients undergoing
changes in cerebral perfusion Therapy oxygen-giving Monitor ICT.
Keywords: Nursing Care In Children With Meningitis Cases, Health Research Methodology
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kekuatan,kesehatan, dan
pikiran sehingga dapat menyelesaikan (KTI) karya tulis ini yang berjudul
Di Ruang Nusa Indah Atas Rumah Sakit Umum Daerah Dr.salmet Garut 2020”
Maksud dan tujuan penyusunan ( KTI ) karya tulis ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya
1. H. Mulyana, SH, M,Pd, MH.Kes, selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Bhakti
Kencana Bandung.
ilmiah ini.
ix
6. Angga SatriaP,Skep.,Ners.,M.Kep.Kepselaku Pembimbing Pendamping yang
ilmiah ini.
7. dr. H. Husodo Dewo Adi SP.OT.Spine selaku Direktur Utama Rumah Sakit
8. H. Jajang Nurhanudin S.Kep., Ners selaku CI Ruangan Nusa Indah Atas yang
Semoga selalu diberian rahmat dan karunia serta perlindungan oleh-Nya atas
segala kebakian yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengaharapkan kriti dan saran yang membangun untuk ke arah yang lebih
baik lagi. Semoga karya tulis ilmiyah ini dapat memberikan manfaat kususnya
x
Daftar isi
xi
3.3 Subjek penelitian.................................................................................................. 46
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 46
3.5 Pengumpulan Data............................................................................................... 46
3.6 Uji keabsahan data .............................................................................................. 48
3.7 Analisa Data ......................................................................................................... 48
3.8 Etika penelitian .................................................................................................... 50
BAB IV ............................................................................................................................. 54
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 54
4.1 Hasil........................................................................................................................ 54
4.1.1 Gambaran Lokasi pengambilan data .............................................................. 54
4.1.2 Pengkajian ......................................................................................................... 54
BAB V .............................................................................................................................. 91
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 91
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 91
1. Pengkajian ........................................................................................................... 91
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 95
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................. 95
4. Implementasi Keperawatan ........................................................................... 96
5. Evaluasi ............................................................................................................ 96
5.2 Saran ................................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 98
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
IV Satuan Acara
V Leafleat
VI Jurnal
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
hari - 11 bulan dengan urutan ketiga setelah diare dan pnemumonia pada
epidemi yang terjadi pada jemaah haji atau orang yang kontak dengan
1
3
orang yang bepergian ke Saudi Arabia. Sekitar 1,2 juta kasus meningitis
satu abad terakhir. Angkanya 100 hingga 800 kasus pada 100.000 orang
pasien dan wanita 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien yang meninggal
dan Escharichia coli infeksi E. coli tapi jarang terjadi pada masa bayi,
ditularkan ke orang laina. Biasanya Infeksi ini sering terjadi pada anak
usai sekolah yang ditularkan melalui infeksi droplet dari secret nasofaring
Pemberian obat ceftriaxone 3,5 ml iv, sibital 0,1 ml, Memonitor frekuensi
2010 ).
kualitas asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien. Dalam hal ini
Atas RSUD dr. Slamet Garut 2020, Secara Komperhensif meliputi aspek
serebral di Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr. Slamet Garut tahun
2020.
1) Bagi perawat
TINJAUAN PUSTAKA
sekitar 20% pemekaian oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori
9
10
Gambar 2.1
Sumber : Gambar2.1AnatomiOtak(Tarwotoetal,2015:106)
1. Durameter Lapisan paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal.
spinalis.
varol. Otak tengah juga berfungsi penting untuk reflek mata, tonus
sikap agresif.
belakang.
Gambar 2.2
Sumber : http://devisologi.blogspot.com/2014/05/apa-itu-meningitis.html
membrane pia meter dan arachnoid dan terisi dengan cairan likuor
memilii Bagian otak ini sama sehingga sering disebut dengan otak
1. Bakteri
b. Streptococcus pneumoniae
c. Neisseria meningitis
d. Hemolytic Streptococcus
e. Staphilococcus aurea
f. E. coli
2. Faktor predisposisi
perempuan
3. Faktor maternal
4. Faktro imunologi
persarafan
sel darah merah pada blood brain barrier masuknya dapat melalui trauma
kelainan sistem saraf pusat, otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar
CSF dan ventrikel, dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan
sel respon radang,eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang
akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes simplek dan
m
Masuk pembuluh Masuk keserebral melalui
Masuk melalui luka
darah pembuluh darah
1. Neonatus
Tidak mau atau menolak untuk makan, reflek mengisap kurang, muntah
atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah
meningococcal ).
mengalami positif
otot-otot leher.
2) Tanda Kernig positif, ketika paha pasien dalam keadaan fleksi lebih
dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama
1.Laboratorium
mikroorganisme pathogen.
2) Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan umum
1) Pasien di isolasi
2) Pasien di istirahatkan/bedrest
2. Pemberian antibiotic
kloromfenikol, selalosporin
dipertahankan
3. Pengobatan simtomatis :
5) Cairan intravena
2. Hisap lender
22
aspirasi
pada tingkat perifer yaitu peningkatan tekanan darah bisa dirasakan seperti
(nyeri kepala, pusing, gelisah). kematian sebagian dari jaringan otak yang
nutrisi hal ini bisa disebut Fenomena yang terjadi pada penderita
pada CVA infark. Iskemia otak dalam waktu singkat menimbulkan gejala
yang dapat kembali normal sebagai penurunan kesadaran, tetapi iskemia otak
jika dalam waktu lama dapat menyebabkan nekrosis otak yang disebut
akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan (Hidayat,
2008).
1) terapi oksigen dengan aktivitas Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea,
oksigen diotak.
intake dan output, monitor suhu dan jumlah leukosit dan berikan
antibiotik.
2.4.1 Pengkajian
24
1. Anamnesis
a. Keluhan utama
sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala
d. Riwayat keluarga
diderita.
. Pemriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Pemeriksaan fisik
a) Sistem pernafasan
b) Sistem cardiovaskuler
27
c) Sistem persyarafan
wajah simetris.
tuli persepsi.
9. Saraf XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
kepala.
rasa nyeri.
kontralatera
30
d) Sistem perkemihan
jantung ke ginjal.
e) Sistem pencernaan
adanya kejang.
proses inflamasi.
gelisah.
yang mengancam.
7. mempertahankan
lurus unutk
memudahkan
Venous Return
8. memberikan
antibiotic sesuai
order/
mempertahankan
lingkungan yang
tenang, dan
menghindari
rangsang yang
berlebihan ( cahaya
posisi yang
34
nyaman, hindari
melakukan
penting )
9. mengajarkan
menghindari
valsava Manuver (
mengedan, batuk,
merubah posisi
anak lakukan
secara perlahan.
11. Hindari
dilakukannya
pengikatan jika
memungkinkan
septik syok (
hipotensi,
meningkatnya
temperature,
meningkatnya
pernafasan,
35
kebingungan,
disorientasi,
vasokontriksi
perifer )
13. memberikan
oksigen sesuai
kebutuhan
hasil
mengatur posisi
tidur dengan
kepala esktensi
hasil
normal dalam
penambahan
kecepatan
37
pernafasan dan
kualitas
pernafasan
sehingga dapat
diantisipasi untu
menghindari
indiasi
memburunya
fungsi pernafasan
3. membantu
pemenuhan O2
yang sangat
diperluan tubuh
dengan ondisi
lanjut
metabolisme
sedang meningat
gelisah.
hasil
disorientasi, kejang, selama 3x24 jam 2. Atur posisi klien untuk menjaga
penghisapan
lender
kesadaran.
menganjurkan anak
oangtua untuk
megajaknya bermain
untuk memberikan
stimulus
hasil
4. Terhindarnya
kehilangan suhu
5. Mengurangi
terjadinya
peningkatan
suhu
hasil
menurunan resiko
41
terjadinya edema
3. Hypokalemia
dapat membatasi
keefetifas terapi
hasil
psikologi mengganggu
nutrisi penyembuhan
3. meningkatkan
seara fsikologis
4. meningkatkan
pemenuhan
42
nutrisi sesuai
dengan kondisi
klien
hasil
tidak perlu
4. orientasi dapat
menurunkan
43
kecemasan
2.4.4 Implementasi
2.4.5 Evaluasi
jalan nafas paten dan bersih, pola nafas efetif dan pernafasn normal.
adekuat
kecemasannya.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
atau studi kasus merupakan suatu model yang menekankan pada eksplorasi
dari suatu “system“ ( bounded system ) pada suatu kasus atau beberapa kasus
secara mendetail, disertai dengan cara penggalian data secara mendalam yang
melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks, studi kasus
atau suatu unit socsal tertrntu selama kurun waktu tertentu ( Herdiansyah,
2012 ).
Ruang Nusa Indah Atas Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Salmet Garut.
Perfusi Serebral di Ruang Nusa Indah Atas Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Salmet Garut, maka penulis studi kasus harus menjabarkan tentang konsep
44
perencanaan,intervensi, implementasi dan evaluasi sesuai diagnose medis dan
terdapat dalam judul srudi kasus tersebut. Batasan istilah ini disususn secara
pada tingkat perifer yaitu peningkatan tekanan darah bisa dirasakan seperti
2. Penatalaksanaan Keperawatan
(Hidayat, 2008).
2) manajemenedema serebral
45
46
3. Penatalaksanaan medis
dipertahankan.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 klien By.A dan
Serebral di Ruang Nusa Indah Atas Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Salmet
Garut.
46
47
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan Fisik
IPPA ( inspeksi,palpasi,perkusi,auskultasi ).
4. Studi Dokumentasi
radiologi, ultrasonography, dan hasil rekam EKG klien. Hal ini perlu
47
48
diantaranya :
Januari 2020 dan pada tanggal 04 Februari 2020 sampai dengan tanggal 07
data utama yaitu klien, keluarga klien dan petugas kesehatan lainnya yang
48
49
Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
1. pengumpulan data
wawancara kembali.
2. Mereduksi Data
3. penyajian data
gambar bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien akan dijamin
49
50
4. Kesimpulan
Dari data yang akan disajikan, kemudian data tersebut dibahas dan
menjadi responden dan di tanda tangani oleh pasien dan peneliti untuk
50
51
24 jam.
3. Confidenliality ( kerahasiaan )
4. Beneficience ( bermanfaat )
upaya terbaik bagi klien, tidak mungkin klien mencegah bahaya bagi klien
51
52
non nocore ( yang paling utama, dan jangan merugikan ), risiko fisik,
seperti pada saat pemberian obat pun penulis menjalankan prinsip 6 benar
pemberian obat ( benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar
6. Veracite ( kejujuran )
pada setiap klien untuk meyakinkan agar klien mengerti informasi yang
7. justice ( keadilan )
52
53
terhadap orang lain dan bertanggung jawab apabila rahasia diketahui oleh
53
BAB IV
4.1 Hasil
dr.Slamet Garut. Beralamat di jalan Rumah Sakit Umum No. 12, Sukakarya,
Garut, Jawa Barat. RSUD dr. Slamet Garut, memiliki beberapa ruang untuk
pelayanan kesehatan salah satunya yaitu Ruang Nusa Indah Atas yang
merupakan ruangan Anak. Ruang Nusa Indah Atas terleta di lantai 2. Pada
Ruang Nusa Indah Atas terdapat fasilitas tempat tidur 5 ruang dimana dalam
satu ruangan terdapat ( 5-6 ) tempat tidur dan 1 ruangan isolasi dengan satu
tempat tidur, runag perawat, dapur, gudang, ruang tindakan dan obat-obatan
keadaan runag ini bersih dan rapi. Kegiatan yang dilakukan di ruangan yaitu
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
54
55
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan
Keluhan utama saat masuk Rs Orang tua klien mengataan Orang tua klien mengataan
kembung.
Keluhan Utama saat dikaji Pada saat dikaji pada tanggal 28 Pada saat dikaji pada tanggal 04
diberikan asi
Riwayat kesehatan keluarga Ibu Klien mengatakan tidak ada Ibu Klien mengatakan ada
Di rumah Di Rs Di rumah Di Rs
Nutris
a. Makan
Frekuensi 7x/ sehari kurang 12x sehari kurang 5x/sehari kurang 2x/ hari kursng
lebih lebih lebih lebih
Jumlah Kurang lebih 180 280 ml Kurang lebih 300 Kurang lebih 200
Jenis Asi Asi Asi Asi
Keluhan Kembung Tidak ada Tidak ada tersedak
b. Minum
Frekuensi 7x/ sehari kurang 12x sehari kurang 5x/sehari kurang 2x/ hari kursng
lebih lebih lebih lebih
58
Jumlah Kurang lebih 180 280 ml Kurang lebih 300 Kurang lebih 200
jenis Asi Asi Asi Asi
Keluhan Kembung Tidak ada Tidak ada tersedak
Eliminasi
a. Bab
Frekuensi Kurang lebih Kurang lebih Kurang lebih Kurang lebih
2x/hari 2x/hari 2x/hari 2x/hari
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Bau Khas feses Khas feses Khas feses Khas feses
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
b. Bak
Frekuensi Kurang lebih Kurang lebih Kurang lebih Kurang lebih
5x/hari 4x/hari 4x/hari 3x/hari
Jumlah Kurang lebih Kurang lebih 75ml Kurang lebih Kurang lebih
100ml 120ml 100ml
Warna Kuning jernih Kuning jernih Kuning jernih Kuning jernih
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
keluahan
Istirahat tidur
Siang 2-3 jam 2-3 jam 2-3 jam 2-3 jam
Malam 8-9 jam 8-9 jam 8-9 jam 8-9 jam
Keluhan kejang Tidak ada keluhan Kadang-kadang Kadang-kadang
kejang kejang
Personal hygiene
a. Mandi 2x/hari 1x/hari 2x/hari 1x/hari
b. Gosok gigi Tidak gosok gigi Tidak gosok gigi Tidak gosok gigi Tidak gosok gigi
kerna belum kerna belum kerna belum kerna belum
tumbuh gigi tumbuh gigi tumbuh gigi tumbuh gigi
c. Keramas
d. Gunting 1x/7 hari 1x/7 hari 1x/7 hari 1x/7 hari
kuku 1x/2 minggu Belum melakukan 1x/2 minggu Belum melakukan
e. Ganti guntung kuku guntung kuku
Pakaian 2x/hari 1x/hari 2x/hari 2x/hari
6. Riwayat imunisasi
Tabel 4.6 Riwayat imunisasi
Klien 1 Klien 2
hepatitis B , BCG dan polio pada usia 1 bulan, dan hepatitis B , BCG dan polio pada usia 1 bulan, dan
DPT. DPT.
7. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.7 Pemeriksaan Fisik
Observasi Klien 1 Klien 2
Keadaan umum:
Kesadaran samnolen ( E:2 V:3 M:3 ) 8 samnolen ( E:2 V:3 M:3 ) 8
Penampilan Bersih Bersih
TTV:
Tekanan darah Tidak terkaji Tidak terkaji
Nadi 95x/mnt 85x/mnit
Respirasi 46x/mnt 65x/mnt
Suhu 37,4 C 37,4 C
Kepala Inspeksi bentuk kepala simetris, warna Inspeksi bentuk kepala simetris, warna
rambut kecoklatan dan saat di palpasi rambut kecoklatan dan saat di palpasi
tidak ada benjolan (LK:40) tidak ada benjolan
Wajah Inspeksi bentuk wajah simetris, tidak Inspeksi bentuk wajah simetris, tidak ada
ada lesi tidak ada benjolan bayi tidak lesi tidak ada benjolan bayi tidak
berespon saat di beri rangsangan berespon saat di beri rangsangan pada
seperti tersenyum dan menangis, saat pipinya
diberi rangsangan dingin pada pipinya
berespon
Mata Inspeksi bentuk simetris, sklera putih, Inspeksi bentuk simetris, sklera putih,
60
tidak ada kotoran ,fungsi penglihatan tidak ada kotoran ,fungsi penglihatan
tidak terkaji kerna klien masih berumur tidak terkaji kerna klien masih berumur 3
3 bulan, saat diberikan rangsangan bulan, saat diberikan rangsangan cahaya
cahaya mata klien tidak berespon mata klien tidak berespon (tidak
(tidak mengikuti cahaya) replek pupil mengikuti cahaya)
isokor
Hidung Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
sekret, tidak ada luka, tidak ada sekret, tidak ada luka, tidak ada
pernafasan cuping hidung, terpasang pernafasan cuping hidung, terpasang
oksigen 1 liter ( nasal kanul ). oksigen 1 liter ( nasal kanul ).
Telinga Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
kotoran, tidak ada luka, fungsi kotoran, tidak ada luka, fungsi
pendengaran klien tidak terkaji kerna pendengaran klien tidak terkaji kerna
klien berumur 2 bulan. klien berumur 4 bulan.
Mulut Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
stomatitis, keadaan bibir lembab , stomatitis, keadaan bibir sedikit kering ,
terpasang NGT pada mulut klien terpasang NGT pada mulut klien.
Leher Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
pembengkakan, terdapat kaku kuduk pembengkakan, terdapat kaku kuduk
,dan kernig ,dan kernig
Dada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada Inspeksi bentuk simetris, tidak ada
pembengkakan dan lesi terdengar ronki
pembengkakan dan lesi tidak terdengar
di broncovesikuler, kembang kempis
ronki di broncovesikuler, kembang dada terlihat cepat RR 65.
kempis dada terlihat cepat RR 46
(LD:42).
Abdomen Inspeksi bentuk simetris, tidak ada lesi Inspeksi bentuk simetris, tidak ada lesi
dan acites menggunakan otot abdomen
dan acites menggunakan otot abdomen
untuk bernafas.
untuk bernafas (LA:40).
Punggung bentuk punggung simetris saat di bentuk punggung simetris saat di insfeksi
insfeksi tidak ada lesi dan benjolan. tidak ada lesi dan benjolan.
Genitalia terdapat 2 scrotum saat di raba, glen terdapat 2 scotum saat di raba, glen penis
penis tertutup oleh foreskin tidak ada tertutup oleh foreskin tidak ada lesi dan
lesi dan benjolan benjolan
Anus warna anus gelap, tidak mengalami warna anus gelap, tidak mengalami
atresia ani lubang anus ada atresia ani lubang anus ada
Ekstremitas
a. Atas saat diberi rangsangan dingin refles saat diberi rangsangan dingin refles
ekstremitas atas keduanya (+) ekstremitas atas keduanya (+) Kekuatan
Kekuatan otot 3 3 otot 3 3
b. Bawah saat diberi rangsangan dingin refles saat diberi rangsangan dingin refles
ekstremitas atas keduanya (+) ekstremitas atas keduanya (+) kekuatan
kekuatan otot 3 3 brudzinki (+) otot 3 3 brudzinki (+) kedua kaki
kedua kaki
8. Data Psikologis
61
2.KIMIA KLINIK
115 mg/dL <140
Glukosa darah
sewaktu
Electrolyte
122
121 mEq/L 133-143
Natrium (NA)
6,9
3,7 mEq/L 3.5-5,3
Kalium (K)
98
89 mEq/L 98-106
Klorida (C1)
4,96
4,54 mEq/L 4,7-5,2
Kalsium(Ca basa)
Klien 2
Ceftriaxone 1x700 IV /12 jam
Sibital 2x25 IV /12 jam
Nacl 0,9% 20/jam infus /12 jam
Paracetamol 3x70 infus /12 jam
Diazefam 2,5mg Iv /12 jam
L.bio 2x1 Oral /12 jam
Zinc 1x10 Oral /12 jam
Etambutol 1x150 Oral /12 jam
Predinson 2x1 Oral /12 jam
Pyrazinamide 1x200 Oral /12 jam
Isoniazid 1x70 oral /12 jam
Rifampicin 1x100 Oral /12 jam
63
Gangguan metodologi
serebral
64
Perubahan tingat
kesadaran
Kelemahan fisik
ketidakseimbangan nutrisi
Klien 2
Reaksi peradangan
jarinagn serebral
Gangguan metodologi
serebral
Peningkatan permebilitas
darah ke otak
Perubahan system
pernafasan Cheyne-
stroke
Perubahan/ketidaefektipan
perfusi jaringan serebral
2. Nutrisi kuang dari kebutuhan b.d 28 Januari 2020 Akmal Akbar Nuryadin
kelemahan
DS
- Ibu klien mengatan saat
diberikan asi klien tidak
bisa membuka mulut
kerna lemas dan tidak
bergerak
DO:
- Nampak terpasang NGT
untuk pemenuhan nutrisi
klien
Nampak klien sulit untuk
membuka mulutnya
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Nama Perawtan & TTD
67
Klien 2
Tidak efektif pola nafas b.d 04 Februarii 2020 Akmal Akbar Nuryadin
1
menurunnya kemampuan napas
DS:
- Ibu klien mengatakan
klien sesak
DO:
Terpasang O2 nasal kanul RR
65x/menit
isokinetic,
isotonic )
No Intervensi
Klien DX Tujuan Tindakan Rasional
2
epektif
RR
normal
21:00 Pemberian
obat
ceftriaxone
3,5 ml iv,
sibital 0,1 ml
3x24 jam
R: Untuk
memcegah
penyebaran
bakteri
2.DS:
- Ibu klien
09:00 Menganjura 09:15 Menganjur 08:40 Menganjuran
74
21:00 Pemberian
obat
ceftriaxone
3,5 ml iv,
sibital 0,1 ml
3x24 jam
R: Untuk
memcegah
penyebaran
bakteri
4.1.7 Evaluasi
Tabel 4.19 Evaluasi
Klien 1 Klien 2 Nama dan
tanda
tangan
Tanggal 30 Januari 2020 06 Fenruaro 2020
S : ibu klien mengatakan anaknya S : ibu klien mengatakan anaknya
hanya diam seperti tidak sadar sudah tidak diam lagi sudah
kaki tangan tida bergerak, tidak napak klien kaki tangan
menagis atau tertawa bergerak, dan klien menagis
O: klien Nampak Bereaksi saat atau tertawa
diberikan rangsangan di tepuk O: klien Nampak Bereaksi saat
di bagian telapak diberikan rangsangan mulai
kaki(menangis) mulai memperlihatkan peningkatan
memperlihatkan peningkatan motoric dan sensorik kaku
motoric dan sensorik kaku kuduk(-) brudzinki(-) kernig(-)
78
4.2 Pembahasan
Selama penulis dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap
dengan tanggal 07 Februari 2020 di ruangan Nusa Indah Atas untuk klien 1
dan mulai dari tanggal 28 januari 2020 sampai dengan 31 januari 2020,
untuk klien 2 mulai dari tanggal 04 Februari 2020 sampai 07 Februari 2020
atara teori yang terdapat pada BAB II denga realita yang disajikan pada
dan juga kepercayaan dari keluarga klien. Akhirnya rasa gugup tersebut
dapat teratasi, dan penulis pun memiliki kepercayaan diri dalam melakukan
Suriadi & Riat 2010 ). Keluhan utama yang sering muncul pada pasien yaitu
intra kranial.
orangtua klien mengatakan anaknya hanya diam seperti tidak sadar kaki
tangan tida bergerak, tidak menagis atau tertawa, dan orang tua klien 1
mengatan saat diberikan asi klien tidak bisa membuka mulut kerna lemas
mengatakan anaknya hanya diam seperti tidak sadar kaki tangan tida
81
bergerak, tidak menagis atau tertawa, tetapi beda pada keluhan ke dua
mengatakan klien atau anaknya sesak, dan juga Terpasang O2 1 liter nasal
kanul RR 65x/menit.
untuk klien 1, dan pola nafas tidak efektif untuk klien ke 2. terdapat
pada klien 1 dan 2 pada klien Meningitis hal ini sesuai dengan pendapat dari
( Suriadi & Riat 2010 ) yaitu klien dengan meningitis dapat mengalami
intra kranial.
proses inflamasi.
gelisah.
yang mengancam.
gelisah.
resiko injury kerna klien di posisikan yang aman dan tidak ada
tanda-tanda kejang
37,7 )
yang mengancam.
proses inflamsi.
85
keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien dan posisikan tinggi
kepala 30o
cairan.
pupil,kejang).
penyebaran bakteri
motoric klien
oleh penulis dalam proses asuhan keperawatan kepada kedau klien dalam
intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena oleh orang tua
3. catat setiap kejang yang terjadi, anggota tubuh yang terkena, lamanya
dinaikan, tempat tidur dalam posisi rata, peralatan penghisap lender, bell
perifer)
intervensi ini tidak dilakukan oleh penulis karena tida ada tanda-
manajemen edema serebral, Memonitor TIK pada klien, guna untuk klien
meningitis. Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian Tisnawati & alfinia yulita
88
dilakukan secara langsung kepada klien hal ini karena klien sedang
mendapat dukungan dar perawat yang ada di ruangan nusa indah atas.
1dan juga kliem 2 sebanyak 3x24 jam, yaitu Terapi pemberikan oksigen
isotonic ).
pertama didapatkan ibu klien mengatakan anaknya hanya diam seperti tidak
sadar kaki tangan tida bergerak, tidak menagis atau tertawa klien tidak
kernig Klien masih belum bisa mente ketika diberikan asi oleh ibunya. Dan
pada hari ke 2 klien masih diam seperti tidak sadar kaki tangan tida
bergerak, tidak menagis atau tertawa klien tidak Bereaksi saat diberikan
rangsangan, dan sensorik kaku kuduk, brudzinki, kernig Klien masih belum
bisa mente ketika diberikan asi oleh ibunya. Selanjutnya pada hari ke 3 klien
kaku kuduk sudah tidak ada tetapi brudzinki kernig masih ada, tidak adanya
tanda-tanda TIK dan edema serebral klien berespon (menangis) jika diberi
bisa mente.
hari pertama didapatkan klien masih diam dan napak klien kaki tangan
belum terlihat bergerak, dan klien belum menjukan menagis atau tertawa
klien saat diberikan rangsangan kaku kuduk, brudzinki, kernig, dan klien
90
ada, dan klien nampa sesak masih terpasangnya O2 nasal kanul 1L dan RR
62x/menit. Selanjutnta pada hari ke 3 klien sudah tidak diam lagi sudah
napak klien kaki tangan bergerak, dan klien menagis atau tertawa klien
45x/menit.
4.2.5 Evaluasi
sampai 6 februari 2020, maka ditemukan masalah belum teratasi pada klien
Nusa Indah atas Rumah sakit dr.Slamet Garut 2020 masing-masing selama 3
hari, pada klien 1 mulai tanggal 28 januari 2020 sampai 30 januari 2020, da
pada klien 2 mulai tanggal 4 februari 2020 sampai 6 februari 2020, dengan
1. Pengkajian
Dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesa pada klien 1 Pada saat
terpasang NGT dikernakan bayi tidak bisa menete (lemah) saat diberikan asi
,dan ibu klien mengatakan bayinya sudak tidak kejang terahir kejang pada
tgl 28 januari 2020. Kemudian data hasil pemerisaan dan anamnesa pada
klien 2 yaitu Pada saat dikaji pada tanggal 04 Februari 2020 di dapatkan
data kerning, bruduzinscki, kaku kuduk dan S:37,4 RR:65 N:85 lingkar
91
dikernakan bayi suka tersedak saat diberikan asi ,dan ibu klien mengatakan
1. Diagnosa Keperawatan
2. Intervensi Keperawatan
yang penting untuk bicara pada pasien dan posisikan tinggi kepala 30o
isokinetic, isotonic )
95
3. Implementasi Keperawatan
mendapat dukungan yang baik yaitu berupa keperayaan dari keluarga klien,
dan juga dukungan dari perawat Ruang Nusa Indah Atas. Adapun waktu
februari 2020.
4. Evaluasi
sampai 30 januari 2020, dan pada klien 2 mulai tanggal 4 februari 2020
sampai 6 februari 2020, maka ditemukan masalah belum teratasi pada klien
1 hal ini dikarnakan kriteria hasil belum dapat teratasi sehingga intervensi
perlu dilanjutkan, dan teratasi pada klien 2 dikernakan kriteria hasil dapat
4.2 Saran
96
kebutuhan, manajemen edema serebral, dengan kegiatan; monitor
bicara pada pasien dan posisikan tinggi kepala 30o, Memonitor TIK
2. Untuk Pendidikan
Meningitits.
97
DAFTAR PUSTAKA
Donna L. Wong. et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.
Jakarta : EGC
http://devisologi.blogspot.com/2014/05/apa-itu-meningitis.html di akses
pada20Maret2020
cipta
Utama
98
Tisnawati, Alfinia Yulita, 2017, ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
2020, file:///C:/Users/ASUSKUOKE/Downloads/jurnal%20ti/394-725-1-SM.pdf
.https://apps.who.int/iris/bitstream/10665/27229/WER931.pdf?ua=1
99
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas
Agama : Islam
Email : a.akmal2635@gmail.com
2.Riwayat Pendidikan
( 2017-2020 )
LAMPIRAN 1
LEMBAR KONSULTASI
Nim : Akx17091
PERTIMBANGANPEMBIMBING TANGAN
I,II,III,IV
Nim : Akx17091
PERTIMBANGANPEMBIMBING TANGAN
harus sesuai
referensi
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
Lampiran IV
MENINGITIS
3. pencegahnan meningitis
Waktu : 25 Menit
D. Media
1. Leaflet
E. Kegiatan Belajar
F. Pertanyaan Evaluasi
a. apa tentang pengertian meningitis?
b. Apa Tanda dan gejala menignitis?
c. Apa Pencegahan meningitis?
b) Tanda kernik positip: ketika pasien Meningitis adalah radang umum pada
dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi arakhnoid dan piameter, disebabkan
kearah abdomen, kaki tidak dapat di oleh bakteri, virus, riketsia, atau
ekstensikan sempurna. protozoa,yang dapat terjadi secara
akut dan kronis.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di Apa itu meningitis???
fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan Meningitis adalah radang pada
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada
meningen (membrane yang
ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
mengelilingi otak dan medula
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita
spinalis) dan di sebabkan oleh virus
yang berlawanan.
atau jamur.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang
berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka Tanda dan gejala: Oleh:
dan peningkatan TIK akibat eksudat
Sakit kepala dan demam (gejala awal
purulen dan edema serebral dengan tanda- yang sering)
tanda perubahan karakteristik tanda-tanda Akmal akbar
vital(melebarnya tekanan pulsa dan
2. Perubahan pada tingkat kesadaran
bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit dapat terjadi letargik, tidak responsif,
kepala, muntah dan penurunan tingkat dan koma.
kesadaran.
3. Iritasi meningen mengakibatkan
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok sejumlah tanda sbb:
pada meningitis meningokokal.
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ).
Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran
ABSTRAK
Meningitis adalah kegawatdaruratan neurologik yang mengancam jiwa yang memerlukan
diagnosis dan terapi yang cepat. 90 % dari semua kasus meningitis bakterial terjadi Insidens
pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak terdapat pada rentang usia 6
sampai 12 bulan, di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2015 terdapat 73 orang anak dirawat
dengan meningitis. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
anak dengan kasus meningitis. Populasi penelitian ini adalah anak yang mengalami meningitis.
Jumlah sampel 2 orang yaitu An. Z dan By. F, teknik sampel yaitu purposive sampling.
Penelitian dilakukan di RSUP Dr. M.Djamil Padang pada bulan Mei 2017 waktu pelaksanaan
asuhan keperawatan selama 5 - 7 hari. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi,
pengukuran dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian berupa peneliti sendiri dengan alat
bantu sphygmomanometer, stetoskop, termometer, penlight, serta pedoman pengkajian.
Analisis data pada semua temuan menggunakan konsep dan teori keperawatan. Hasil
penelitian, An.Z mengalami penurunan kesadaran, tampak lemah, nafas sesak, demam, batuk
berdahak dan hanya mengerang. Sedangkan By.F tampak spastik, otot kaku, kelopak mata
sebelah kiri tidak simetris, demam dan hanya mampu merintih. Diagnosa utama adalah Resiko
ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses inflamasi di selaput otak.
Rencana keperawatan terapi oksigen, manajemen edema serebral dan monitor PTIK. Hasil
evaluasi, masalah teratasi sebagian. intervensi tetap dilanjutkan dengan didelegasikan kepada
perawat ruangan.
PENDAHULUAN
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak dan medula
spinalis (Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang semua kelompok umur, kelompok
umur yang paling rawan adalah anak- anak usia balita dan orang tua (Andareto, 2015).
Insidens 90 % dari semua kasus meningitis bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang
dari 5 tahun, insiden puncak terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia
dengan angka morbiditas tertinggi adalah dari lahir sampai 4 tahun (Betz & Sowden, 2009).
Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di obati secara
dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan gangguan memori juga sering
terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat mengalami letargi, tidak responif dan koma. Selain
itu kejang juga dapat terjadi yang merupakan akibat dari area iritabilitas di otak. ICP
(Intracranial Pressure) meningkat akibat perluasan pembengkakan di otak atau hidrosefalus.
Tanda awal peningkatan ICP mencakup penurunan tingkat kesadaran dan defisit motorik
lokal.
Anak dengan meningitis bakteri akut mengalami hilang pendengaran (0,5-6,9% tipe
sensorineural permanen dan 10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada anak yang telah sakit
selama 24 jam (Anurogo, 2014). Infeksi fulminan akut terjadi pada sekitar 10 % pasien
meningitis meningokokus yang memunculkan tanda-tanda septikemia yang berlebihan. Awitan
demam tinggi, lesi purpurik ekstensif (di wajah dan ekstremitas), syok dan tanda koagulasi
intravaskular diseminata (DIC) terjadi secara mendadak, kematian dapat terjadi dalam
beberapa jam setelah awitan infeksi (Brunner & Suddart 2013).
Data World Health Organization (WHO) (2015), melaporkan bahwa Pada tahun 2014
di Afrika ditemukan 14.317 dugaan kasus meningitis dengan jumlah kematian sebanyak 1.304
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 174
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017
jiwa. Setiap tahun, kasus meningitis bakteri mempengaruhi lebih dari 400 juta orang yang
tinggal di 26 negara (dari Senegal ke Ethiopia). Lebih dari 900.000 kasus dilaporkan dalam 20
tahun terakhir (1995-2014). kasus meningitis tersebut mengakibatkan kematian sebanyak 10%.
Sedangkan 10-20% meninggalkan gejala sisa neurologis.
Meningitis penyebab kematian bayi umur 29 hari - 11 bulan dengan urutan ketiga
yaitu (9,3%) setelah diare (31,4%), dan pneumoni (23,8%). Proporsi meningitis penyebab
kematian pada umur 1-4 tahun yaitu (8,8%) dan merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans
Entero Colitis (NEC) yaitu (10,7%) (Balitbangkes 2008).
Penelitian yang di lakukan Shinta (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan, anak yang
mengalami kematian karena meningitis (42,16%), dari 102 kasus yang ditemukan terdapat
penderita meningitis Purulenta (43,1%) meningitis Serosa (56,9%) dan penderita paling
banyak yaitu usia nol sampai kurang dari lima tahun (58,8%).
Penelitian Arydina, dkk (2014) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta melaporkan bahwa
Bacterial Meningeal Score merupakan indikator yang baik untuk menilai meningitis bakteri
pada bayi dan anak karena memiliki sensitivitas, spesifisitas, nilai praduga negatif, nilai
praduga positif, likelihood ratio positif dan likelihood ratio negatif yang tinggi. Parameter
BMS berdasarkan kriteria WHO. Skor BMS berkisar antara 0–6
Sedangkan Relontina, dkk (2014) kejadian meningitis paling tinggi terjadi pada
pasien dengan riwayat Tb Paru (30,3%). Di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2014 terdapat
96 orang pasien anak dengan meningitis, tahun 2015 73 orang. Pasien meningitis perlu
dilakukan pengawasan tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering cheyne-
Stokes. Selain itu dalam pemberian cairan harus di lakukan secara cermat untuk mencegah
komplikasi kelebihan cairan seperti edema serebri. Turunkan suhu anak dengan kompres
hangat dan nilai status hidrasi pada anak (Ngastiyah, 2012).
Perawat sangat diperlukan perannya dalam memberikan asuhan kepada pasien.
Mortalitas bergantung pada daya tahan tubuh pasien, cepatnya mendapat pengobatan, cara
pengobatan dan perawatan yang diberikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang
mengalami meningitis. Sampelnya adalah An. Z dan By. F. Teknik sampel yang digunakan
adalah purposive sampling. Penelitian dilakukan di ruang IRNA anak dan Kebidanan RSUP
Dr.M. Djamil Padang pada bulan Mei 2017, Pengelolaan kasus dilakukan selama 5-7 hari,
pada kasus I peneliti mulai mengelola dari tanggal 24 - 30 Mei 2017. Pada kasus II di tanggal
25-31 Mei 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pengukuran dan
studi dokumentasi. Instrumen penelitian berupa peneliti sendiri dengan alat bantu
sphygmomanometer, stetoskop, termometer, penlight, serta pedoman pengkajian.
Pendekatan proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi tahapan sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Peneliti melakukan pengumpulan data, baik bersumber dari responden/ pasien,
keluarga pasien, maupun lembar status pasien.
2. Diagnosis keperawatan
Peneliti melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh sehingga didapatkan
diagnosa keperawatan.
3. Intervensi keperawatan
Peneliti menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang terjadi.
4. Implementasi keperawatan
Peneliti melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun.
5. Evaluasi keperawatan
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 175
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017
HASIL PENELITIAN
Peneliti akan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan tahapan-tahapan pada proses
keperawatan sebagai berikut:
Kasus I
1.Pengkajian
An.Z perempuan berusia 7 tahun melalui IGD rujukan dari RSI Yarsi Bukit Tinggi. Pasien
datang dengan keluhan demam selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum
masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan kesadaran setelah
kejang. An.Z di rawat di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa medis
Meningitis TB.
Data subjektif: ayah mengatakan anak demam, batuk berdahak, refleks batuk lemah,
batuk berdahak tidak mampu bicara dan hanya mengerang, , refleks batuk lemah dan tampak
sesak. anak demam dan badannya panas. Data objektif: GCS 9 (E4V2M3), badan teraba panas T
37,8oC, TD 110/70 mmHg, HR 87x/i, P 30x/i, Hb 10,7 gr/dl, ada tarikan dinding dada,
auskultasi terdengar bronkial dan ronkhi, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,8 0C, HR 87x/i.
kulit pasien teraba panas, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,80C, HR 87x/i.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, maka selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan dapat
dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a) Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses
inflamasi di selaput otak, dengan data subjektif: ayah mengatakan anak demam, batuk
berdahak, refleks batuk lemah, tidak mampu bicara dan hanya mengerang. Data objektif: GCS
9 (E4V2M3), ekstremitas bawah kaku, ransangan meningeal negatif, badan teraba panas T
37,8oC, TD 110/70 mmHg, HR 87x/i, P 30x/i, Hb 10,7 gr/dl, dan hasil pemeriksaan LP volume
± 2 CC, kekeruhan negatif, warna bening, jumlah sel 8/mm3 dan glukosa 44 mg/dl.
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di
jalan nafas dengan data subjektif: ayah mengatakan anak batuk berdahak, refleks batuk lemah
dan tampak sesak. Data objektif: terdapat tarikan dinding dada, saat auskultasi terdengar
bronkial dan ronkhi, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,80C, HR 87x/i.
c) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, dengan data
subjektif: ayah mengatakan anak demam dan badannya panas. Data objektif: kulit pasien
teraba panas, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,80C, HR 87x/i.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan untuk masalah Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral, setelah 5 x 24
jam masalah berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil:penurunan TIK dan menghentikan
terjadinya kejang. Intervensinya adalah 1) terapi oksigen dengan aktivitas; Periksa mulut,
hidung, dan sekret trakea, pertahankan jalan napas yang paten, berikan oksigen sesuai
kebutuhan, monitor aliran oksigen. 2) manajemen edema serebral, dengan kegiatan; monitor
tanda-tanda vital, monitor status pernapasan, Monitor karakteristik cairan serebrospinal
(warna, kejernihan, konsistensi), Berikan anti kejang sesuai kebutuhan dorong
keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien dan posisikan tinggi kepala 30o atau
lebih. 3) monitoring peningkatan intrakranial, dengan kegiatan; Monitor jumlah, nilai dan
karakteristik pengeluaran cairan serebrispinal (CSF), monitor intake dan output, monitor
suhu dan jumlah leukosit dan berikan antibiotik.
Tujuan untuk masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas, setelah 5 x 24 jam
masalah berkurang atau teratasi dengan kriteria: Frekuensi pernapasan normal , irama
pernapasan reguler, adanya kemampuan untuk mengeluarkan sekret dan tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan. Rencana keperawatannya adalah 1) Kepatenan jalan
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 176
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017
nafas dengan kegiatan; Pastikan kebutuhan oral suctioning, Monitor status oksigen pasien,
Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction. 2) Manajemen
jalan nafas, dengan kegiatan; Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, Auskultasi
suara nafas dan catat adanya suara tambahan, perhatikan gerakan dada saat inspirasi-
ekspirasi, monitor respirasi dan status O2.
Tujuan untuk masalah hipertermi, setelah 5 x 24 jam masalah berkurang atau teratasi
dengan kriteria: Suhu tubuh normal, tidak terjadi perubahan warna kulit, mencegah
terjadinya kejang dan sakit kepala. Intervensi nya adalah; 1) Perawatan demam, dengan
aktivitas; Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya, monitor warna kulit dan suhu, beri obat
atau cairan IV, berikan oksigen yang sesuai dan turunkan suhu tubuh dengan kompres air
hangat (2) Pengaturan suhu dengan aktivitas, monitor suhu setiap 3 jam sesuai kebutuhan,
monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia, tingkatkan intake
cairan dan nutrisi adekuat dan berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.
4. Implementasi keperawatan
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun untuk
masing-masing masalah keperawatan.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5 hari didapatkan tiga masalah
keperawatan yang muncul belum sepenuhnya teratasi, maka semua intervensi tetap
dilanjutkan.
Kasus II
1. Pengkajian
By. F laki-laki berusia 9 bulan datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD
rujukan dari RS. Selaguri Padang. Keluhan demam disertai muntah dan diare selama 3 hari,
frekuensi 3-4 kali, konsistensi encer. Bayi mengalami kejang pada sebagian tubuh, frekuensi
1x lamanya 3 jam dan penurunan kesadaran setelah kejang. By.F di di rawat di ruang Akut
IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa medis Meningitis TB.
Data subjektif: ibu mengatakan kelopak mata bayinya tidak simeteris, badan panas,
bayi hanya mampu merintih. Ibu mengatakan anak demam dan gelisah. Data objektif: GCS 10
(E4V2M4), TD 160/120 mmHg, suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i (normal 60-100 x/i)
RR 28 x/i dan CRT < 3 detik, Hb 10,1 (Normal 14-18) gr/dl. Badan teraba panas, kulit
memerah. Pemeriksaan elektrolit serum natrium 131 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,5
mmol/L (Normal 3,5-5,1), klorida serum 93 mmol/L (Normal 97-111).
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, maka selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan
dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a) Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses
inflamasi di selaput otak, dengan data subjektif: ibu mengatakan kelopak mata bayinya tidak
simeteris, badan panas, bayi hanya mampu merintih. Data objektif: GCS 10 (E4V2M4), TD
160/120 mmHg, suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i (normal 60-100 x/i) RR 28 x/i dan
CRT < 3 detik, Hb 10,1 (Normal 14-18) gr/dl. Pemeriksaan Lumbal Pungsi di dapatkan hasil
volume ± 1 cc, kekeruhan negatif (-), warna bening, jumlah sel 10/mm3 dan glukosa 38 mg/dl.
b) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dengan data
subjektif: ibu mengatakan anak demam dan gelisah. Data objektif: badan teraba panas, kulit
memerah, TD 160/120 mmHg, suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i, RR 28x/i.
c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif, dengan data subjektif:ibu mengatakan anaknya demam dan tampak gelisah. Data
objektif: TD 160/120 mmHg, suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i, RR 28x/i. Pemeriksaan
elektrolit serum di dapatkan natrium 131 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,5 mmol/L
(Normal 3,5-5,1), klorida serum 93 mmol/L (Normal 97-111).
3. Intervensi Keperawatan
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 177
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017
PEMBAHASAN
Pembahasan untuk masing-masing tahapan yang telah dilalui.
1. Pengkajian
Tahap pengumpulan data dasar meliputi pengumpulan data subjektif dan objektif.
Pengumpulan data subjektif meliputi identitas pasien dan penanggungjawab; riwayat kesehatan
sekarang, dahulu, keluarga dan sosial; sebelas pola fungsional serta pemeriksaan fisik head to
toe.
Kasus I (An.Z) perempuan demam selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam
sebelum masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan kesadaran
setelah kejang. Sedangkan Kasus II (By.F) laki-laki berusia 9 bulan demam disertai muntah
dan diare selama 3 hari, frekuensi 3-4 kali, konsistensi encer, mengalami kejang pada sebagian
tubuh, frekuensi 1x lamanya 3 jam dan penurunan kesadaran setelah kejang.
Meningitis dapat menyerang semua kelompok umur, kelompok umur yang paling
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 178
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017
rawan adalah anak- anak, usia balita dan orang tua (Andareto 2015). Insidens 90 % dari semua
kasus meningitis bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak
terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan.
Anak dengan meningitis mengalami demam tinggi, sakit kepala berat, kejang dan
penurunan kesadaran. (Muttaqin, 2008). Pasien dengan meningitis pada Stadium transisi gejala
lebih berat dan gejala rangsangan meningeal mulai nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi
kaku dan timbul opistotonus. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran menurun hingga
timbul stupor (Ngastiyah, 2012).
Menurut analisa Penurunan kesadaran terjadi disebabkan oksigen ke otak kurang dari
15-20% sehingga terjadi hipoksia jaringan otak yang menyebabkan metabolisme anaerob dan
ditandai dengan letargi atau penurunan kesadaran.
Hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada Kasus I anak mengalami penurunan
kesadaran, ekstremitas bawah kaku dan nafas sesak, Ayah mengatakan anak demam, batuk
berdahak, refleks batuk lemah, tidak mampu bicara dan hanya mengerang. Pada pemeriksaan
fisik di dapatkan GCS 9 (E4V2M3), pemeriksaan rangsangan meningeal tidak ditemukan pada
An.Z ,TTV di dapatkan TD 110/70 mmHg (Normal 120/80 mmHg), HR 87 x/i (Normal 60-
100x/i), T 37,80 C, RR 30 x/i. ekstremitas bawah mengalami spastik, dan terdapat ruam
kemerahan.
Sedangkan pada Kasus II bayi tampak spastik, otot kaku pada kedua ekstremitas,
kelopak mata sebelah kiri tidak simetris, Ibu mengatakan anak demam, badan teraba panas,
gelisah dan bayi hanya mampu merintih. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan GCS 10
(E4V2M4), pemeriksaan ransangan meningeal negatif, hasil pengukuran TD 160/120 mmHg,
suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i (normal 60-100 x/i) RR 28 x/i, mata strabismus,
ekstremitas atas dan bawah mengalami spastik dan terdapat ruam kemerahan di seluruh tubuh.
Tanda-tanda peningktatan TIK sekunder akibat eksudat purulen dan edema serebri
terdiri atas perubahan karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsate dan
bradikardi), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan adanya penurunan tingkat
kesadaran (Muttaqin, 2008).
Menurut analisa peneliti pada kedua Kasus terjadi peningkatan TIK (Tekanan
IntraKranial) dengan ditemukannya penurunan kesadaran dan sakit kepala yang ditandai
dengan pasien sering merintih. Adanya perubahan tba-tiba pada kondisi pasien seperti gelisah
(tanpa penyebab yang nyata), terlihat konvulsi, atau menunjukkan peningkatan mengantuk.
Tanda-tada ini dapat diakibatkan dari kompresi otak karena edema atau meluasnya lesi
intarakranial.
Menurut analisa peneliti pada Kasus II kekakuan kedua ekstremitas disebabkan karena
sinyal antigravitasi pontine secara khusus mengeksitasi neuron motorik gamma dan medula
spinalis, mempererat gelondong otot dan mengaktifkan refleks regangan. Sehingga akan terjadi
kekakuan menyeluruh otot ekstensor antigravitasi pada leher, batang tubuh dan tungkai.
Sedangkan pada Kasus I kekakuan hanya pada ekstremitas bawah di sebabkan karena lesi pada
korteks bagian atas, dengan cidera yang lebih ringan pada satu atau kedua hemisfer otak.
Riwayat kesehatan dahulu pada Kasus I anak pernah kontak dengan penderita Tb paru
selama 2,5 tahun dan mendapatkan obat OAT. Sedangkan pada Kasus II anak tidak pernah
kontak dengan penderita Tb.
Sebagian besar kasus meningitis pada neonatus disebabkan oleh flora dalam saluran
genitalia ibu. Streptokokkus grup B dan Escherichia colli merupakan patogen yang sangat
penting bagi kelompok usia ini. Pada anak berusia 6 bulan atau lebih haemophilus influenzae
dan streptococcus pneumoniae merupakan penyebab tersering. Selain itu meningitis juga di
sebabkan mycobacterium tuberculosa yang berawal dari penyakit TBC (Suriadi & Yuliani,
2010).
Menurut Muttaqin (2008), Pasien meningitis biasanya pernah memiliki riwayat
penyakit yang meliputi; infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel
sabit, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh imunologis pada masa
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 179
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017
sebelumya. Riwayat imunisasi juga perlu di ketahui seperti pemberian imunisasi BCG dan
DPT Hib pada anak.
Penyakit meningitis dapat terjadi pada anak dengan kelainan sistem saraf pusat,
pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan (Suriadi & Yuliani,
2010).
Analisa dari peneliti penyebab dari meningitis yang terjadi pada Kasus I dan Kasus II
sesuai dengan teori di sebabkan Mycobacterium tuberculosa, dari riwayat kesehatan dahulu
dinyatakan bahwa Kasus I pernah kontak penderita Tb Paru selama 2,5 tahun. Sedangkan pada
Kasus II, memiliki riwayat post Vp Shunting. Pemeriksaan Lumbal Pungsi pada Kasus I di
dapatkan hasil volume ± 2 CC, kekeruhan (-), warna bening, jumlah sel 8/mm3 dan glukosa 44
mg/dl. Sedangkan pada Kasus II pemeriksaan Lumbal Pungsi di dapatkan hasil volume ± 1 cc,
kekeruhan negatif (-), warna bening, jumlah sel 10/mm3 dan glukosa 38 mg/dl.
Hasil pemeriksaan punksi lumbal berguna untuk menentukan mikroorganisme
penyebab. Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial dan pada meningitis
dengan penyebab virus kadar glukosa biasanya normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3
dari nilai serum glukosa), dan Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan
pada meningtis virus protein sedikit meningkat (Suriadi dan Yuliani, 2010). Dugaan bahwa
seorang pasien menderita meningitis tuberkulosa dengan melihat hasil lumbal pungsi berupa
cairan serebro spinal yang jernih (Ngastiyah, 2012).
Asumsi dari peneliti bahwa hasil lumbal punksi pada kedua Kasus ditemukan
cairannya jernih dan terjadi peningkatan jumlah protein, hal ini sesuai dengan teori yang ada.
Peningkatan protein maupun penurunan glukosa LCS bisa disebabkan oleh infeksi bacterial,
fungal, maupun TB. Penurunan glukosa disebabkan karena pemakaian glukosa oleh bakteri
dan metabolisme oleh leukosit.
Hasil pemeriksaan elektrrolit serum pada Kasus I di dapatkan kalsium 8 mg/dl
(Normal 8,1-10,4), natrium 132 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,1 mmol/L (Normal 3,5-
5,1) dan korida serum 107 mmol/L (Normal 97-111). Sedangkan pada Kasus II di dapatkan
natrium 131 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,5 mmol/L (Normal 3,5-5,1), klorida serum
93 mmol/L (Normal 97-111).
Pemeriksaan diagnostik pada pasien meningitis kadang disertai hipokalsemia,
hiponatremia, serta gangguan fungsi ginjal dengan asidosis metabolik (Meisadona, ddk, 2015).
Kadar elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi, natrium serum (Na +) naik, kalium
serum (K+)turun. (Na+ normal: 136-145mmol/L, K+ normal: 3,5-5,1 mmol/L). Osmolaritas
urine meningkat dengan peningkatan sekresi ADH (Betz & Sowden, 2009).
Berdasarkan analisis peneliti rendahnya konsentrasi natrium karena kelenjar hipofise
di dasar otak mengeluarkan terlalu banyak hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik
menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan sejumlah natrium dalam darah. Otak sangat
sensitif terhadap perubahan konsentrasi natrium darah. Karena itu gejala awal dari
hiponatremia adalah letargi (keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat
dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur kembali).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada Kasus I adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan proses inflamasi di selaput otak, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubugan dengan penumpukan sekret di jalan nafas dan Hipertermia berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme. Pada Kasus II diagnosa keperawatan adalah ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses inflamasi di selaput otak, Hipertermia
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, resiko kekurangan volume cairan
berhubungan kegagalan mekanisme.
Dalam penetapan Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017,) sudah sesuai dengan
batasan karakteristik.
Berdasarkan analisa peneliti Pada Kasus I dan II sama-sama muncul diagnosa
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 180
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017
ketidakefektifan perfusi jaringan dengan etiologi proses inflamasi di otak. Inflamasi yang
terjadi di selaput otak ditandai dengan adanya tanda gejala demam dan anak sering merintih
yang mungkin sebagai tanda nyeri pada anak. Kurangnya suplai oksigen ke otak akan
menyebabkan iskemik jaringan otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan kejang atau
bahkan penurunan kesadaran.
Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan menstimulasi sel host
inflamasi hipotalamus akan menghasilkan “set poin”. Demam terjadi karena adanya gangguan
pada “set poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak dengan meningitis mengalami
vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat (Suriadi & Yuliani, 2010).
Menurut Analisis munculnya diagnosa hipertermi pada kedua Kasus berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme sudah sesuai dengan teori dan batasan dan karakteristik
yang ada. Demam merupakan respon tubuh terhadap kuman, bakteri, atau virus yang masuk ke
dalam tubuh. Hipertermi yang terjadi pada pasien disebabkan karena peningkatan laju
metabolisme akibat proses inflamasi yang terjadi di selaput otak.
Menurut Nanda (2015), ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan
jalan nafas. Peningkatan tekanan intrakranial dapat menggangu fungsi sensori maupun motorik
serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum sehingga penderita mengalami penurunan
respon (penurunan kesadaran). Penurunan kesadaran ini dapat menurunkan pengeluaran
sekresi trakeobronkial yang berakibat pada penumpukan sekret di trakea dan bronkial. Kondisi
ini berdampak pada penumpukan sekret di trakea dan bronkus sehingga bronkus dan trakea
menjadi sempit (Riyadi & Sukarmin. 2009).
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan pada data yang diperoleh saat penelitian, pada
Kasus I dirumuskan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan penumpukan
sekret di jalan nafas sudah sesuai dengan teori dengan batasan karakteristik.
Resiko ketidakseimbangan volume cairan adalah beresiko mengalami dehidrasi
vaskuler, selular atau intraseluler (Nanda, 2015). Pasien yang koma jika tidak diberikan cairan
intravena dapat terjadi dehidrasi asidosis. Untuk memenuhi kebutuhan kalori mungkin dapat
dengan memeberikan makan per sonde tetapi untuk kebutuhan elektrolit tidak akan tercukupi.
Bila terjadi dehidrasi akan memeperberat keadaan umum pasien (Ngastiyah, 2012).
Menurut Asumsi peneliti pada Kasus II ditegakkannya diagnosa resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi tidak sesuai dengan teori.
Berdasarkan Nanda diagnosa yang mungkin muncul pada pasien meningitis adalah kekurangan
volume cairan sedangkan Pada pasien masih belum terjadi masih beresiko, dari pengkajian di
dapatkan data ibu mengatakan anaknya di berikan makan SF 8x120 CC secara teratur dan
turgor kulit kembali dengan cepat. Selain itu hasil pemeriksaan elektrolit serum di dapatkan
natrium 131 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,5 mmol/L (Normal 3,5-5,1), klorida serum
93 mmol/L (Normal 97-111). Namun walaupun belum menunjukkan tanda dan gejala,
kebutuhan cairan pasien juga perlu diperhatikan karena mengalami penurunan kesadaran dan
demam.
3. Intervensi Keperawatan
Pada tahap intervensi keperawatan, dilakukan penyusunan prioritas masalah
keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis
mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan (Hidayat,
2008).
Diagnosa resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral, tujuannya adalah
meningkatnya kesadaran pasien, mencegah peningkatan TIK dan terjadinya kejang.
Intervensinya adalah 1) terapi oksigen dengan aktivitas; Periksa mulut, hidung, dan sekret
trakea, pertahankan jalan napas yang paten, berikan oksigen sesuai kebutuhan, monitor aliran
oksigen. Tindakan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen diotak. 2) manajemen
edema serebral, dengan kegiatan; monitor tanda-tanda vital, monitor status pernapasan,
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 181
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017
4. Implementasi
Tindakan yang dilakukan untuk diagnosa ketidak efektifan perfusi sesuai rencana
asuhan keperawatan. Dilakukan pemasangan O2, pengaturan posisi kepala di tinggikan 300
hiperektensi kebelakang, posisi kepala sedikit miring. Tindakan untuk Diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas sesuai dengan teori, tindakan suction. Tindakan
keperawatan untuk masalah hipertermi adalah; mengukur dan memantau TTV (Tekanan darah,
nadi, suhu dan pernapasan), memonitor warna kulit dan suhu, monitor suhu setiap 3 jam,
melakukan pengompresan air hangat , terapi obat paracetamol 4x150 mg dan terapi cairan
infus KaEN 1B 22 tts/i.
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi, adalah memberikan makan dan minum
sesuai dengan tepat, memonitor tanda-tanda vital, memberikan terapi cairan infus KaEN 1B,
memotivasi keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik. memonitor
respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dari tanggal 24 mei sampai dengan 30 Mei 2017 dengan metode
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB 182
E-ISSN 2528-7613
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017
penilaian Subjektiv, Objektiv, Assasment, Planning (SOAP) untuk mengetahui keefektifan dari
tindakan yang telah dilakukan. Pada Kasus I dan II dengan diagnosa resiko ketidak efektifan
perfusi jaringan serebral sudah terdapat kemajuan masalah teratasi sebagian dengan
intrervensi tindakan di lanjutkan.
Pada Kaus I dengan diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan nafas masalah belum
teratasi, Intervensi dilanjutkan. Diagnosa resiko kekurangan volume cairan pada Kasus II di
masalah tidak terjadi, Intervensi tetap dilanjutkan. Masalah hipertermi pada Kaus I dan II
belum dapat teratasi, Intervensi dilanjutkan..
SIMPULAN
Evaluasi dilakukan oleh peneliti selama 5 hari rawatan yang di buat dalam bentuk SOAP. Hasil
evaluasi didapatkan pada An.Z dan By.F masalah teratasi sebagian sehingga Intervensi masih
dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Andareto, Obi. 2015. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kesehatan Obi Andareto Penyakit
Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta
Arydina, dkk. 2014. Bacterial Meningeal Score (BMS) Sebagai Indikator Diagnosis Meningitis
Bakterialis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Sari Pediatri, vol 5.
http://id.portalgaruda.org/?Ref=browse&mod=viewarticle&article=473972Diakses
pada tanggal 7 januari 2017 pukul 14.46
Balitbangkes Departemen Kesehatan RI. 2008. Riskesdas 2007.
http://www.k4health.org/system/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf.
Diakses pada tanggal 19 desember 2016, Pukul 11.05
Betz, Cecily Lynn & Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku keperawatan Pediatri: Edisi 5.
Jakarta: EGC
Brunner & Suddart. 2013, Keperawatan Medikal Bedah: Edisi 12. Jakarta: EGC.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Muttaqin, Arif. 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
NANDA. 2014. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017. (Budi Anna Keliat
dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
Ngastiyah. 2012, Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada anak/ Sujono Riyadi &
Sukarmin – Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rolentina, dkk. 2014. Karakteristik Penderita Meningitis Anak yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-2014.
http://id.portalgaruda.org/?Ref=browse&mod=viewarticle&article=438120. Diakses
pada tanggal 19 Desember 2016, Pukul 10.58
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010, Asuhan Keperawatan Pada Anak: Edisi 2. Jakarta: CV Sagung
Seto.
World Health Organization (WHO). 2015.
http://www.who.int/gho/epidemic_diseases/meningitis/en/. Diakses pada tanggal 23
Maret 2017, pukul 19.13.
E-ISSN 2528-7613