Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyakit Kronik (Terminal)”

Dosen pengampu : Ns. Mather, S.Kep,M.Sos

DI SUSUN OLEH :

Ahmad Nurfadillah

Erlin Septi Hendranti

Fatiha Tsarwadifa Pangestu

Muhammad Iqbal

Nanda Norfadini

Reisya Nursabella

Yuni Lestari

PRODI NERS PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2020-2021
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI NERS
VISI
“Menjadi Institusi Pendidikan Keperawatan yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional Tahun 2020”

MISI

1. Meningkatkan Program Pendidikan Keperawatan yang Unggul dalam Bidang


Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Keperawatan yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis IPTEK dan Teknologi
Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Keperawatan yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri, Transparan dan
Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama baik Lokal maupun Regional.

i
LEMBAR PENGESAHAN
MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa


Kode Mata Kuliah : WATD4.26P
Program Studi : Prodi Ners Keperawatan Pontianak
Jurusan : Keperawatan

Pontianak, Maret 2021


Ketua Program Studi, Koordinator Mata Kuliah,

Ns. Puspa Wardhani,M.Kep Ns. Mather, S.Kep,M.Sos


NIP. 197103061992032011 NIK. 1991120520180301

Mengetahui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak

Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si


NIP. 197112311992031010

ii
KATA PENGANTAR
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyakit Kronik (Terminal).

Adapun makalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyakit Kronik (Terminal) ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Pontianak , 9 Maret 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Penyakit Kronis ............................................................................................................... 3


a. Definisi Penyakit Kronis .................................................................................. 3
b. Etiologi Penyakit Kronis................................................................................... 3
c. Fase Penyakit Kronis........................................................................................ 3
d. Kategori Penyakit Kronis ................................................................................. 4
e. Tanda dan Gejala.............................................................................................. 5
f. Pencegahan....................................................................................................... 5
g. Penatalaksanaan............................................................................................... 6
B. Penyakit Terminal .................................................................................................. 6
a. Definisi Penyakit Terminal............................................................................... 6
b. Jenis Penyakit Terminal.................................................................................... 6
c. Menifestasi Klinik Fisik.................................................................................... 7
d. Tahap Berduka.................................................................................................. 7
e. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian....................................................... 8
f. Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis Secara Tradisional............................... 8
g. Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien
dan keluarganya terhadap kematian.................................................................. 8
h. Bantuan yang dapat diberikan saat terhadap duka............................................ 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyakit Kronik (Terminal) .......................... 11


a. Pengkajian..................................................................................................... 11

iv
b. Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 12
c. Intervensi Keperawatan................................................................................. 12
d. Implementasi Keperawatan............................................................................ 15
e. Evaluasi ......................................................................................................... 15

BAB IV PENUTUP

A. Saran ....................................................................................................................
B. Daftar Pustaka .....................................................................................................

v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi
proses penyakit kronis dan terminal?
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran
perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk
pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-
spritual (APA, 1992), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar
spiritual (Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).
Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi
kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien
senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir
hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir
sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi)
agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya.
Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini
sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya
sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) " orang yang mengalami penyakit terminal
dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis
spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal
perlu mendapatkan perhatian khusus".
Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut

1
selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat
meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat
mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.
Oleh karena itu penulis membuat makalah asuhan keperawatan asuhan klien
dengan penyakit kronis dan terminal, agar nantinya perawat juga memberikan perhatian
khusus untuk masalah ini, dan permasalahan tidak memjadi suatu aspek yang terabaikan
seperti saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit kronis ?
2. Bagimana etiologi penyakit kronis ?
3. Fase-fase apa saja yang ada pada penyakit kronis ?
4. Apa tanda dan gejala penyakit kronis ?
5. Apa definisi dari peyakit terminal ?
6. Sebutkan jenis-jenis penyakit terminal ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dari penyakit kronis
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana etiologi dari penyakit kronis
3. Mahasiswa mampu mengetahui fase-fase pada penyakit kronis
4. Mahasiswa mampu mengenal tanda dan gejala penyakit kronis
5. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi penyakit terminal
6. Mahasiswa mampu memahami serta menyebutkan jenis-jenis penyakit terminal

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Kronis
a. Definisi Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang
yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi
dan cenderung mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena
berbagai macam pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis
(Sarafino, 2006). Rasa sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari,
tujuan dalam hidup, dan kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2006).

b. Etiologi Penyakit Kronis


Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan
budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen
yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan
untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ
pengindraan. Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi
masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya
kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya
angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang
membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah
memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan
masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer &
Bare, 2010).

c. Fase Penyakit Kronis


Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu
sebagai berikut.

3
a. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor
genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit
kronis.
b. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase
ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan
diagnostik.
c. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan
penyakit.
d. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap
terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari.
e. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak
dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk
penanganannya.
f. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam
jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
g. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam
batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
h. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit
berkembang disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam
mengatasi gejala-gejala.
i. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap
atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.

d. Kategori Penyakit Kronis


Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu seperti
di bawah ini. A
a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan
mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami

4
kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah
diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan
individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit
dan ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit
kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori
sebelumnya. Pada kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada
risiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi
dan penyakit yang berhubungan dengan hereditas.

e. Tanda dan Gejala


Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki faktor
risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan fungsi
atau ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna (Smeltzer &
Bare, 2010). Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang
berlangsung lama, sakit pada bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan,
kesulitan dalam buang air kecil, dan warna kulit abnormal (Heru, 2007).

f. Pencegahan
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan penyakit
dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009). Pencegahan primer
merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau 11
mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini
dapat berupa pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan
lingkungan) dan pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai
risiko dengan melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk
menghambat progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi
ketidakmampuan yang dapat dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan secara
cepat dan tepat. Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan
dan mengadakan rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan

5
dengan memaksimalkan fungsi organ yang mengalami kecacatan (Budiarto &
Anggreni, 2007).

g. Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan
keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan
sampai tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam
beraktivitas. Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan
teratur untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis
(Smeltzer & Bare, 2008).

B. Penyakit Terminal
a. Definisi Penyakit Terminal
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh
suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang
progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik,
psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa, 1969).
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(Carpenito, 1999).

b. Jenis Penyakit Terminal


Beberapa jenis penyakit terminal
a. Penyakit-penyakit kanker
b. Penyakit-penyakit infeksi
c. Congestif Renal Falure (CRF)
d. Stroke Multiple Sklerosis
e. Akibat kecelakaan fatal

6
f. AIDS

c. Manifestasi Klinik Fisik


a. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung
kaki dan ujung jari.
b. Aktivitas dari GI berkurang.
c. Reflek mulai menghilang.
d. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan
tangan dan ujung-ujung ekstremitas.
e. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
f. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.
g. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
h. Penglihatan mulai kabur.
i. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
j. Klien dapat tidak sadarkan diri.

d. Tahap Berduka
Dr. Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit terminal:
a. Denial (pengingkaran)
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat
menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya,
b. Anger (Marah)
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan
meninggal.
c. Bergaining ( tawar-menawar )
Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar waktu
untuk hidup.
d. Depetion (depresi)

7
Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera
mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama
keluarga dan teman-teman.
e. Acceptance (penerimaan), Merupakan tahap selama pasien memahami dan
menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.

e. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian


Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:
a. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang
cepat dari fase akut ke kronik.
b. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
c. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi
pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
d. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan
sakit kronik dan telah berjalan lama.

f. Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisional.


Tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan perubahan nadi,
respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan
beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu:
a. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
b. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
c. Tidak ada reflek.
d. Gambaran mendatar pada EKG.

g. Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap


Kematian
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:
a. Closed Awareness/Tidak Mengerti.

8
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan
tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi
perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering
kepada pas dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-
pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dan sebagainya.
b. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala
sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
c. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka.
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal
yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan
getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi
dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat
melaksanaan hal tersebut.

h. Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap Berduka


Bantuan terpenting berupa emosional.
a. Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b. Pada Fase Marah
Biasansya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih merupakan hal
yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Fase Menawar

9
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong
pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut
yang tidak masuk akal.

d. Pada Fase Depresi


Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal
dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan
teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya
dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu
untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyakit Kronik (Terminal)


a. Pengkajian
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, Pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat
Pendidikan dapat berpeengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
2. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan
penyakit yang sama
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien
c. Pemeriksaan fisik head to toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat :
1. Pasien kurang responsive
2. Fungsi tubuh melamban
3. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
4. Rahang cenderung jatuh
5. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
6. Sirkulasi melambat dan ekstremitas dingin, nadi cepat melemah
7. Kulit pucat
8. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya

11
b. Diagnose Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian ditandai dengan pasien
merasa bingung, sulit berkonsentrasi, dan pasien tampak gelisah.
2) Berduka berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga atau orang yang
berarti di tandai dengan merasa sedih, merasa tidak ada harapan, menangis dan
pola tidur berubah.
3) Distress spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis di tandai dengan
pasieb mempertanyakan makna/tujuan hidupnya, merasa menderita/tidak berdaya
dan tidak mampu beribadah.

c. Intervensi Keperawatan
1) Dx 1 : Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian ditandai dengan
pasien merasa bingung, sulit berkonsentrasi, dan pasien tampak gelisah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas
menurun.
Kriteria hasil :
1) Verbalisasi kebingungan menurun
2) Perilaku gelisah menurun
3) Konsentrasi membaik
Intervensi :
1) Reduksi ansietas
Observasi
- Identifikaisi saat tingkat ansietas berubah
Rasional : meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya
dengan lebih realistis
- Monitor tanda-tanda ansietas
Rasional : sebagai indicator awal dalam menentukan intervesi berikutnya
Terapeutik
- Temani pasien untuk mengurangi ansietas
Rasional : dukungan sekitar dapat membantu mekanisme koping pasien
- Pahami situasi yang membuat ansietas

12
Rasinonal : dengan memahami penyebab ansietas,keluarga dan tenaga
Kesehatan dapat meminimalisir situasi yang menyebabkan pasien cemas
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Rasional : untuk memberikan kenyamanan dan mencegah kekhawatiran
klien
Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien
Rasional : dukungan sekitar dapat membantu mengurangi rasa cemas pada
klien
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas
Rasional : menurunkan rasa cemas klien

2) Dx 2 : Berduka berhubungan dengan antisipasi kematian keluarga atau orang


yang berarti di tandai dengan merasa sedih, merasa tidak ada harapan, menangis
dan pola tidur berubah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat berduka
membaik.
Kriteria hasil :
1) Verbalisasi harapan meningkat
2) Verbalisasi perasaan sedih menurun
3) Menangis menurun
4) Pola tidur membaik
Intervensi :
1) Dukungan proses berduka
Observasi
- Identifikasi kehilangan yang dihadapi
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi
- Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
Rasional : untuk mengetahui penanganan yang tepat terhadap reaski
pasien

13
Terapeutik
- Tunjukkan sikap menerima dan empati
Rasional : menciptakan suasana yang lebih tenang
- Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
Rasional : mencegah terjadinya berduka yang terlalu berlebihan
- Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang nyaman
Rasional : memberikan rasa nyaman pada pasien saat mengekspresikan
perasaannya
Edukasi
- Anjurkan mengeskpresikan perasaan tentang kehilangan
Rasional : membuat perasaan menjadi lebih nyaman
- Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap
Rasional : memberikan rasa nyaman kepada pasien dan pasien dapat
melewati berduka secara bertahap

3) Dx 3 : Distress spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis di tandai


dengan pasien mempertanyakan makna/tujuan hidupnya, merasa menderita/tidak
berdaya dan tidak mampu beribadah.
Tujuan : setalah dilakukan Tindakan keperawatan diharapkan status spiritual
membaik.
Kriteria hasil :
1) Verbalisasi makna dan tujuan hidup meningkat
2) Verbalisasi kepuasan terhadap makna hidup meningkat
3) Kemampuan beribadah membaik
Intervensi
1) Dukungan spiritual
Observasi
- Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan
Rasional : meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya
dengan lebih realistis

14
- Identifikasi ketaatan dalam beragama
Rasional : mengetahui ketaatan dalam beragama klien
Terapeutik
- Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa
ketidakberdayaan
Rasional : meningkatkan rasa ketidakberdayaan klien
- Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Rasional : meningkatkan ibadah klien
Edukasi
- Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang lain
Rasional : mendukung klien agar dapat berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan orang lain

d. Implementasi
Implementasi adalah Tindakan-tindakn yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
berwenag dan berkepentingan, baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk
mewujudkan cirta-cita serta tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi berkaitan
dengan berbagai Tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan dan merealisasikan
program yang telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah
direncakan, karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memilki tujuan atau
target yang hendak dicapai.

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan
keperawatan, apakah asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil
mengatasi masalah pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat akan terus
berkesinambungan terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai masalah pasien
benar-benar teratasi.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan fisik juga dapat mempengaruhi cara individu untuk berespon terhadap stress
atau gangguan psikososial. Semakin sehat individu, semakin baik kopingnya terhadap
stess dan penyakit. Penyakit kronk pun menjadi penghambat individu untuk melakukan
koping. Semua penyakit fisik mempunyai efek psikologi. Pola respon ini dapat sehat atau
tidak sehat. Ansietas dandepresi merupakan respon yang lazim dan jelas, tetapi dapat
sangat bervariasi dalam derajat dan ketetapan.

B. Saran
Sebagai calon perawat professional, alangkah lebih baik nya jika dalam memberikan
asuhan keperawatan menggunakan teknik-teknik komunikasi secara benar dan bijaksana
sehingga terciptalah generasi penerus yang berkualitas

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/305894770/Askep-Klien-Dengan-Penyakit-Kronik

https://www.scribd.com/doc/248401691/MAKALAH-ASUHAN-KEPERAWATAN-PADA-
KLIEN-DENGAN-PENYAKIT-KRONIS-DAN-TERMINAL

Anita Tjie, dkk. 2005 Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC

Kusunawati, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Selemba
Medika

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/78b8ae893e64b1ef02093820eb4d4297.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai