ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN HIPERBILIRUBIN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Pendidikan Profesi Ners
Stase Praktik Keperawatan Gawat Darurat
Oni Nursani
211FK04099
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan pedahuluan dengan
judul “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERBILIRUBIN” sebagai
bentuk pemenuhan salah satu tugas individu pada Program Pendidikan Profesi
Ners di Stase Praktik Keperawatan Gawat Darurat dengan baik dan tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Dalam penyusunan laporan ini, banyak pihak-pihak yang telah membantu
dan memebimbing penulis dalam kelancaran pembuatan laporan ini, oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada :
1. A Mulyana,S.H.,M.Pd.,MH.Kes., sebagai Ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana.
2. Dr. Entris Sutrisno, MH. Kes., Apt sebagai Rektor Universitas Bhakti
Kencana Bandung
3. R. Siti Jundiah,S.Kp,.M.Kep, sebagai Dekan Universitas Bhakti Kencana
Bandung.
4. Lia Nurlianawati S.Kep., Ners., M.Kep, selaku penanggung jawab
program Profesi Ners Universitas Bhakti Kencana Bandung
5. Nur Intan H. S,Kep., Mers., M.Kep selaku koordinator praktik
Keperawatan Gawat Darurat
6. Ns. Sri Wulan Megawati., M.Kep selaku dosen Pembimbing
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya.Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
dalam penyusunan laporan selanjutnya.Demikian laporan ini dibuat, penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membacanya dan penulis ucapkan terima kasih.
Bandung, Juni 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Konsep Teori.............................................................................................3
2.1.1 Definisi...............................................................................................3
2.1.2 Etiologi...............................................................................................4
2.1.3 Patofisiologi.......................................................................................6
2.1.4 Respon Tubuh....................................................................................9
2.1.5 Penatalaksanaan...............................................................................10
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................13
2.2.1 Pengkajian........................................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................15
2.2.3 Intervensi Keperawatan....................................................................17
2.2.4 Implementasi....................................................................................28
2.2.5 Evaluasi............................................................................................28
BAB III..................................................................................................................30
3.1 Pengkajian...............................................................................................30
3.2 Analisa data.............................................................................................31
3.3 Prioritas diagnosa....................................................................................33
3.4 Rencana intervensi keperawatan.............................................................34
3.5 Implementasi...........................................................................................39
3.6 Evaluasi...................................................................................................44
BAB IV..................................................................................................................51
4.1 Matriks Jurnal..........................................................................................51
4.2 Pembahasan.............................................................................................53
ii
BAB V....................................................................................................................58
5.1 Kesimpulan..............................................................................................58
5.2 Saran........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................60
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang sering terjadi pada
bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik atau jaundice
akibat tingginya kadar bilirun dalam darah. Bilirubin merupakan hasil
pemecahan hemoglobin akibat sel darah merah yang rusak (Wong , 2009).
Atikah dan Jaya, (2015), komplikasi dari hiperbilirrubinemia
yaitu kern ikterus, dimana kern ikterus adalah suatu sindrom neurologi
yang timbul sebagai akibat penimbunan efek terkonjugasi dalam sel-sel
otak sehingga otak mengalami kerusakan, hal ini dapat menyebabkan
kejang-kejang dan penurunan kesadaran serta bisa berakhir dengan
kematian, akan tetapi apabila bayi dapat bertahan hidup, maka akan ada
dampak sisa dari kernikterus tersebut yaitu bayi dapat menjadi tuli, spasme
otot, gangguan mental, gangguan bicara, dan gangguan pada sistem
neurologi lainnya.
Hiperbilirubinemia sering di temukan pada bayi baru lair cukup bulan
(50-70%) maupun bayi prematur (80-90%) . Meskipun kondisi ini
sebagian besar menunjukan fisiologis, namun tetap saja membuthkan
deteksi dini dan observasi ketat karena adanya potensi toksik dari bilirubin
dan komplikasi hiperbilirubinemia yang berat. Merujuk pada hal tersebut
penulis tertarik untuk membuat Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Neuromuskuler: Status Epileptikus guna mengetahui
bagaimana proses asuhan dan penatalaksanaan kasus keperawatannya bisa
mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul akibat
penyakit ini terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien
yang terganggu dan mencegah mengurangi komplikasi
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori Hiperbilirubin?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hiperbilirubin?
1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Hiperbilirubin.
1.4 Manfaat
Diharapkan dapat memberikan masukan dalam ilmu keperawatan
tentang asuhan keperawatan pada Hiperbilirubin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang di rencanakan
dalam rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015). Perawat
melakukan pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan,
bersamaan pula menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan
atau hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi keperawatan
adalah suatu komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori
dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
yang dilakukan dan diselesaikan (Perry & Potter, 2015).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
(Tarwoto dan Wartonah, 2015 ). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan
kriteria hasil pada tahap perencanaan (Tarwoto dan Wartonah, 2015 ).
Terdapat 2 jenis evaluasi:
a. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan
segera setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data keluhan pasien),
objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan
data dengan teori), dan perencanaan.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi
sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
29
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Kasus: 1
Identitas Bayi
Nama : By. Ny S
Tanggal Lahir : 20 Mei 2018
Tanggal rawat : 26 Mei 2018
Jenis kelamin : Laki - Laki
Tanggal/ usia lahir : 6 Hari 0 Bulan 0 Tahun
Identitas Penanggung Jawab
Nama orangtua : Tn.K dan Ny. S
Pekerjaan Orangtua : Karyawan swasta/Ibu rumahtangga
Usia Orangtua : 32 Thn/ 30 Thn
B. Analisa data
Nama : By. Ny. S Ruang : Perina 2A
kehausan
BB: 2700 Gram
UUB Datar
Mukosa bibir kering
3 Ds: - Gangguan Efeksamping
Do: integritaas jaringan/ terapi sinar/
Intruksi terapi kulit radiasi, perubahan
fototerapy double pigmentasi
Terapi double siklus
pertama penyinaran 1
x 24 jam
Perubahan warna
pigmentasi kuning
pada badan bayi
meliputii area dada
hingga tungkai
Usia bayi < 7 hari
C. Prioritas diagnosa
1. Ikterus neonatorum berhubungan dengan usia bayi ≤ 7 hari, perlamabatan
pengeluaran feses
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume urine
3. Gangguan integritas kulit/ Jaringan berhubungan dengan efek terapi sinar/
radiasi, perubahan pigmentasin kulit.
34
Penkes:
1. Anjurkan orang tua bayi agar
sesering mungkin menyusui (8
– 10 kali/ 24 jam)
2. Edukasi keluarga melakukan
tatalaksana ikterik saat dirumah
3 Gangguan integritas kulit Tissue Integrity : Skin and Mucous Pressure Management :
berhubungan dengan efek Membranes Eye care:
terapi sinar/ radiasi Kriteria Hasil : Intervensi keperawatan mandiri:
1. Jaga kebersihan kulit agar tetap
1. Integritas kulit yang baik bisa 1. Mempertahankan
bersih dan kering
dipertahankan (sensasi, kelembaban kulit
2. Mobilisasi pasien (ubah posisi
elastisitas, temperatur, hidrasi, 2. Meminimalkan area
pasien) setiap 30 menit sekali
pigmentasi) tertekan dan mencegah
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit injury
3. Observasi berkala tanda iritasi
3. Perfusi jaringan baik 3. Evaluasi sedini mungkin
kulit/ jaringan akan adanya
4. Menunjukkan pemahaman terhadap perubahan warna
kemerahan
dalam proses perbaikan kulit kulit
4. Observasitanda kemerahan,
dan mencegah terjadinya sedera
38
39
15.00 secara adekuat
>Frekuensi pemberian ASI: 8x, Volume ASI: 20cc
4. Memonitor hasil tingkat Hb dan hematokrit
>Hb: 18,2 mg/dl Hematoktrit: 50,3 mg/dl
5. Melakukan pemeriksaan berat badan
>BB: 2700 gram
3 26/05/18 1. Mengobservasi dan melakukan perawatan
14.00 kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
>kulit bersih, elastis
14.15 2. Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
3jam sekali terhadap paparan sinar posisi: Sesni,S.Kep
Supinasi, posisi: Pronasi.
3. Memakaikan pelindung mata saat terapi
berlangsung
>Pelindung mata terpasang benar
15.45 4. Melakukan Observasi tanda kerusakan kulit,
kornea
>Kulit: Hiperpigmentasi (Ikterik), Kornea: Normal
tidak tampak iritasi atau lesi.
16.00 5. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
>Kulit bersih
Hari ke -2
1 27/05/18 1. Melakukan pemeriksaan tanda - tanda vital Sesni,S.Kep
14.00 >Nadi: 130x/menit, Respirasi: 42x/ Menit,
suhu: 36,70C
2. Melakukan Observasi perubahan warna kulit,
sclera mata, warna feses, warna urine
>Warna kulit: Ikterik pada area badan, sclera mata
ikterik berkurang, feses hitam kehijauan 1x/24jam,
urine jernih 4x/24jam.
40
3. Mengevaluasi frekuensi pemberian ASI
>Frekuensi: 6 – 8 x per hari
16.00 4. Berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi
Phototerapy double.
>Phototerapy : 1 x 24 jam
5. Berkolaborasi melakukan pemeriksaan bilirubin
>Bilirubin: 14, 62 mg/dl
2 14.00 1. Melakukan pencatatan intake dan output yang Sesni,S.Kep
akurat
>Intake : 200cc/24jam, Output: 160cc/24jam
IWL : 55cc/kgBB/24jam
Balance: (-) 15cc/KgBB24jam
15.00 2. Melakaukan monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik)
>Membran mucosa: lembab, Nadi: 130x/menit
3. Memotivasi keluarga memberikan intake oral ASI
secara adekuat
>Frekuensi pemberian ASI: 8x, Volume ASI: 30cc
4. Melakukan pemeriksaan berat badan
BB: 2730 gram
3 14.55 1. Mengobservasi dan melakukan perawatan Sesni,S.Kep
kebersihan kulit agar tetap bersih dan lembab
>Kondisi: Kulit bersih, lembab.
15.25 2. Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap : 3
Jam sekali terhadap paparan sinar posisi: Supinasi,
posisi: Pronasi.
16.00 3. Memakaikan pelindung mata saat terapi
berlangsung
14.55 >Pelindung mata terpasang benar
4. Melakukan Observasi tanda kerusakan kulit,
41
kornea
>Kulit: Tampak samar Ikterik pada area badan,
Kornea: Normal tidak tampak iritasi atau lesi.
5. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Hari ke -3
1 28/05/18 1. Melakukan pemeriksaan tanda - tanda vital
08.15 >Nadi: 131x/menit, Respirasi:42x/ Menit, suhu:
36,90C
2. Melakukan Observasi perubahan warna kulit,
sclera mata, warna feses, warna urine
>Warna kulit: Normal sesuai, sclera mata putih tidak Sesni,S.Kep
ikterik, feses hitam tidak pekat 3x/24jam, urine
jernih5x/24 jam
11.15 3. Mengevaluasi frekuensi pemberian ASI
>Frekuensi: 6 – 9 x per hari
4. Berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi
Phototerapy single
>Phototerapy : 6 jam
10.00 5. Berkolaborasi melakukan evaluasi nilai Bilirubin
Serum Total
BST: 10,92 mg/dl
2 08.15 1. Melakukan pencatatan intake dan output yang
akurat
>Intake : 250cc/24 jam, Output: 190cc/24 jam
IWL : 56cc/KgBB/24jam
Balance: (-) 4cc/KgBB/24jam
2. Melakaukan monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik)
>Membran mucosa: lembab, Nadi: 130x/menit
42
3. Memotivasi keluarga memberikan intake oral ASI Sesni,S.Kep
secara adekuat saat dirumah
>Frekuensi pemberian ASI: 8 – 10 x, Volume ASI:
40cc
4. Melakukan pemeriksaan berat badan
BB: 2800 gram
3 28/5/18 1. Mengobservasi dan melakukan perawatan
08.55 kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
>Kondisi: Kulit bersih, lembab
2. Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 3
Jam sekali terhadap paparan sinar posisi: Supinasi,
posisi: Pronasi.
3. Memakaikan pelindung mata saat terapi
berlangsung
11.15 >Pelindung mata terpasang benar
4. Melakukan Observasi tanda kerusakan kulit,
kornea
>Kulit: Tidak hiperpigmentasi (tidak ikterik), Kornea:
Normal tidak tampak iritasi atau lesi.
F. Evaluasi
Kasus 1
No dx Jam/tgl Evaluasi TTD
Hari Ke – 1
43
1 S:
Ny. S mengatakan saat ini pemberian ASI
Sudah maksimal hingga 8 kali pemberian
namun produksi ASI masih sedikit.
O:
Nadi: 132x/ menit, Suhu: 36,6oC, Respirasi:
28x/menit
Tampak kuning pada area badan hingga
tungkai
BAB (-), BAK (+) warna kuning jernih
Golongan darah : O dengan Rh: Positif
A: Intervensi tercapai sebagian
1. Melaksanakan fototerapy selama 1 x 24 jam
Sesni,S.Kep
full time
2. Tanda – tanda vital dalam rentang normal
Nadi: 132x/menit, RR:28x/menit,
Suhu:36,60C
3. Tidak ABO income
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kolaborasi melakukan phototerapy
2. Evaluasi tanda – tanda vital
3. Observasi perubahan warna kulit, feses, urine
4. Evaluasi adanya komplikasi hiperbilirubin dan
efek phototerapi
5. Kolaborasi eveluasi pemeriksaan kadar
bilirubin serum total dalam darah
2 S: Sesni,S.Kep
Ny. S mengatakan jika volume ASI kurang
mengijinkan bayinya diberikankan susu
44
formula sebagai penyerta ASI.
O:
BB: 2700 gram
Hb: 18,2 mg/dl, Hematokrit: 50,2 mg/dL
Intake : 180cc/24jam, Output:.140cc/24jam,
IWL: 54cc/KgBB/24jam,
Balance: (-) 14cc/KgBB/24jam
Mukosa bibir lembab, fontanel datar
TTV dalam rentang normal Nadi: 132x/menit,
RR:28x/menit, Suhu: 36,60C.
A: Intervensi Tercapai sebagian
1. Tanda – tanda vital dalam rentang normal
Nadi: 132x/menit, RR:28x/menit, Suhu:
36,60C.
2. Volume intake ASI belum mencukupi
Intake : 180cc/24jam, Output:.140cc/24jam,
IWL: 54cc/KgBB/24jam
Balance: (-) 14cc/KgBB24jam
P: Lanjutkan Intervensi
1. Monitoring intake dan output cairan
2. Pastikan asupan ASI adekuat bantu susu
formula bila volume ASI belum maksimal
3. Periksa berat badan secara berkala
4. Observasi tanda dehidrasi turgor kulit, mukosa
dan tanda vital secara berkala.
3 S:- Sesni,S.Kep
O:
Tidak tampak adanya tanda iritasi pada kulit
Sclera mata tampak kuning.
Kulit dalam kondisi bersih dan lembab
Suhu Tubuh : 36,60C
45
Hiperpigmentasi ikterik pada area badan
hingga ke tungkai kaki.
A: Intervensi tercapai sebagian
1. Tidak didapatkan adanya tanda iritasi pada
kulit, Kornea mata.
2. Permukaan kulit lembab tidak basah dan tidak
kotor
P: Intervensi lanjut
1. Observasi adanya komplikasi yang timbul
akibat efek radiasi/ sinar, adanya tanda ikterik
2. Jaga kebersihan kulit secara continue
3. Pastikan permukaan kulit tidak basah
Hari Ke – 2
1 S: - Sesni,S.Kep
O:
Nadi: 130x/ menit, Suhu: 36,7oC, Respirasi:
42x/menit
Tampak kuning berkurang pada area badan
bayi
BAB (+) Hitam Kehijauan 1x/24jam,
BAK (+) warna kuning jernih
Bilirubin total: 14,62 mg/dl
A: Intervensi tercapai sebagian
1. Melaksanakan fototerapy selama 1 x 24 jam
2. Tanda – tanda vital dalam rentang normal
Nadi: 130x/menit, RR:42x/menit,
Suhu:36,70C
3. Bilirubin total: 14,62 mg/dl
4. Area ikterik berkurang, pigmentasi berkurang
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kolaborasi melakukan phototerapy single
46
selama 1x24jam
2. Evaluasi tanda – tanda vital (Nadi, RR, Suhu)
3. Observasi perubahan warna kulit, feses, urine
4. Evaluasi adanya komplikasi hiperbilirubin dan
efek phototerapi
5. Kolaborasi eveluasi pemeriksaan kadar
bilirubin serum total dalam darah
2 S: Sesni,S.Kep
Ny. S mengatakan jika volume ASI kurang
mengijinkan bayinya diberikankan susu
formula sebagai penyerta ASI
O:
BB: 2730 gram
Intake : 200cc/24jam, Output: 160cc/24jam,
IWL : 55cc/kgBB/24jam
Balance: (-) 15cc/KgBB24jam
Mukosa bibir lembab, fontanel datar
TTV dalam rentang normal Nadi: 130x/menit,
RR:42x/menit, Suhu: 36,70C.
A: Intervensi Tercapai sebagian
1. Produksi urin masih ada, Output: 160cc/24jam
Balance(-) 15cc/KgBB24jam
2. Tanda – tanda vital dalam rentang normal
Nadi: 130x/menit, RR:42x/menit, Suhu:
36,70C.
3. Volume intake tercukupi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Monitoring intake dan output cairan
2. Pastikan asupan ASI adekuat bantu susu
formula bila volume ASI belum maksimal
3. Periksa berat badan secara berkala
47
4. Observasi tanda dehidrasi turgor kulit, mukosa
dan tanda vital secara berkala.
3 S:-
O:
Tidak tampak adanya tanda iritasi pada kulit
Sclera mata tampak kuning berkurang,
Kulit dalam kondisi bersih dan lembab
Suhu Tubuh : 36,40C
Hiperpigmentasi ikterik pada area badan bayi.
Pigmentasi ikterik berkurang
A: Intervensi tercapai sebagian
1. Tidak didapatkan adanya tanda iritasi pada
Sesni,S.Kep
kulit, Kornea mata.
2. Permukaan kulit lembab tidak basah dan tidak
kotor
P: Intervensi lanjut
1. Observasi adanya komplikasi yang timbul
akibat efek radiasi/ sinar, adanya tanda ikterik
2. Jaga kebersihan kulit secara continue
3. Pastikan permukaan kulit tidak basah
Hari Ke – 3
1 S: - Sesni,S.Kep
O:
Nadi: 131x/ menit, Suhu: 36,9oC,
Respirasi: 42x/menit
Warna kulit sesuai warna dasar
BAB (+) warna hitam kehijauan 3x/24jam,
BAK (+) warna jernih kekuningan 5x/24jam
48
Nilai Bilirubin total: 10,92 mg/dl
A: Intervensi tercapai
1. Tanda – tanda vital dalam rentang normal
Nadi: 131x/menit, RR:42x/menit,
Suhu:36,90C
2. Warna kulit tak tampak hiperpigmentasi
3. BST: 10,92 mg/dl
P: Lanjutkan Intervensi
1. Pertahankan kondisi kesehatan pasien
2. Edukasi Orangtua perubahan warna kulit, fese,
urine.
3. Edukasi tatalaksana hiperbilirubin pasca
fototherapy
2 S: - Sesni,S.Kep
O:
BB: 2800 gram
Intake : 250cc/24 jam, Output: 190cc/24 jam
IWL : 56cc/KgBB/24jam
Balance: (-) 4cc/KgBB/24jam
Mukosa bibir lembab, fontanel datar
TTV dalam rentang normal Nadi: 131x/menit,
RR:42x/menit, Suhu: 36,90C.
A: Intervensi Tercapai
1. Produksi urin masih ada Output: 190cc/24 jam
Balance Balance: (-) 4cc/KgBB/24jam
2. Tanda – tanda vital dalam rentang normal
Nadi: 131x/menit, RR: 42x/menit, Suhu:
36,90C.
3. Volume intake ASI mencukupi dibantu susu
formula
P: Lanjutkan Intervensi
49
1. Edukasi orangtua untuk memantau intake dan
output cairan
2. Periksa berat badan secara berkala
3. Kontrol sesuai jadwal.
3 S:-
O:
Tidak tampak adanya tanda iritasi pada kulit
Sclera mata ikterik berkurang,
Kulit dalam kondisi bersih dan lembab
Suhu Tubuh : 36,90C
Tak tampak ikterik pada hasil pengkajian fisik
A: Intervensi tercapai
1. Tidak didapatkan adanya tanda iritasi pada
kulit, Kornea mata.
2. Permukaan kulit lembab tidak basah dan tidak
kotor
P: Intervensi lanjut
1. Edukasi Orangtua terkait kebersihan kulit
secara continue
50
BAB IV
PEMBAHASAN JURNAL
51
Menurunkan Sebelum dilakukan
Pengumpulan data
Hiperbilirubin perawatan fototerapi
dilakukan dengan
Pada Asuhan pada bayi Ny. Y bayi
metode wawancara,
Keperawatan tampak kuning dari
observasi, pemeriksaan,
Ikterus kepala, badan,
serta dokumentasi
Neonatorum”, ekstremitas,
2018 pergelangan tangan dan
kaki (derajat IV),
mukosa kuning, sclera
kuning, dan hasil
laboratorium
menunjukkan kadar
bilirubin indirek 10,64
mg/dl. Setelah
dilakukan perawatan
fototerapi bayi sudah
tidak kuning, sclera
anikterik, mukosa dan
kulit tidak kuning.
Sehingga dapat
disimpulkan Fototerapi
dapat menurunkan
kadar serum bilirubin
dalam sirkulasi darah
pada pasien ikterus
neonatorum
3 Calvin Augurius Melakukan pencarian Berdasarkan hasil
, Suryadi literatur ini berdasarkan pencarian literatur yang
Susanto , pada Participant, sudah dilakukan,
Yorisye Intervention, didapatkan 9 literatur
Septiana, Comparison, and yang dapat dianalisis.
“Efektifitas Outcomes (PICO) dan Beberapa rincian
Fototerapi pada penggunaan Boolean artikel-artikel yang
Bayi Baru Lahir Operator. Pada telah dipublikasikan
dengan pembuatan review ini dapat diuraikan.
Hiperbilirubine populasi yang akan Sumarni (2019
mia Berdasarkan masuk dalam kriteria melakukan penelitian
Lampu dan inklusi adalah bayi baru dengan menggunakan
Panjang lahir (neonatus) dengan desain deskriptif
Gelombang hyperbilirubinemia, komparatif, metode
Fototerapi”, kriteria usia gestasi ≥34 yang digunakan
2021 minggu sampai 42 meliputi:
minggu atau berat badan 1. Panjang
lahir bayi ≥2000g. gelombang
Metodologi dilakukan fototerapi LED
dengan melakukan yang digunakan
52
perbandingan jenis berkisar 460-490
lampu dan panjang nm dan fototerapi
gelombang yang flouresen berkisar
berbeda atau jenis antara 420- 470
lampu yang sama nm,
dengan panjang 2. Responden: bayi
gelombang berbeda. hiperbilirubinemia
Jurnal penelitian dan dengan kadar
textbook dipublikasikan bilirubin awal
dalam kurun waktu antara 12-14.9
2011-2020, jurnal dan mg/dl untuk
textbook memiliki inti responden
dan hasil (outcome) fototerapi
yang sama dengan konvensional dan
tujuan penelitian dan 15- 18.9 mg/dl dan
jurnal atau artikel ilmiah berat badan lebih
menggunakan bahasa dari 2500gr -
Indonesia atau bahasa 4000gr, dan
Inggris. Pencarian 3. Dari 60 responden,
kemudian disaring lebih 30 diuji coba pada
mendalam melalui fototerapi LED dan
kriteria eksklusi berupa 30 responden
jurnal yang tidak lainnya diuji pada
memiliki data yang jelas fototerapi
dan tidak ditampilkan konvensional.
secara keseluruhan (full Hasil penelitian
text) atau hanya menyatakan antara lain:
pratinjau, sampel Dari 60 bayi:
eksklusi berupa bayi penurunan kadar
hiperbilirubinemia bilirubin
dengan sebab >3mg/dl/hari; 21 bayi
inkompatibilitas ABO, efektif dengan
kelainan hemolitik fototerapi
lainnya, kelainan konvensional dan 28
kongenital dan kelainan bayi efektif dengan
metabolik, tema jurnal penggunaan fototerapi
berbeda dengan tema LED, dan
penelitian dan metode Fototerapi LED 6 kali
penelitian tidak lebih efektif dalam
dijelaskan dengan baik. menurunkan bilirubin
dibandingkan
fototerapi
konvensional.
4.2 Pembahasan
53
Berdasarkan data kasus yang didapatkan dan dilakukan pengkajian pada tanggal
26 Mei 2022 pada bayi Ny. S, dengan hasil pemeriksaan penunjang kadar total
bilirubin 20,70 mg/dl, tampak ikterik pada wajah, badan hingga tungkai, Ny. S
mengatakan bayinya kuat menyusu namun produksi ASI masih sedikit, tidak
Buang air besar sudah 3 hari, BAK lebih dari 6 dalam sehari dan sedikit.
Sejalan dengan penelitian Makmur yang menyatakan, pada derajat
tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar
larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan
terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat
menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut
kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin indirek lebih
dari 20mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak
ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek
akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat
badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia. (Markum, 1991)
Menurut Atikah dan Jaya, (2015), komplikasi dari hiperbilirrubinemia
yaitu kern ikterus, dimana kern ikterus adalah suatu sindrom neurologi yang
timbul sebagai akibat penimbunan efek terkonjugasi dalam sel-sel otak sehingga
otak mengalami kerusakan, hal ini dapat menyebabkan kejang-kejang dan
penurunan kesadaran serta bisa berakhir dengan kematian, akan tetapi apabila
bayi dapat bertahan hidup, maka akan ada dampak sisa dari kernikterus tersebut
yaitu bayi dapat menjadi tuli, spasme otot, gangguan mental, gangguan bicara,
dan gangguan pada sistem neurologi lainnya.
Untuk menghentikan komplikasi hyperbilirubinemia maka dilakukan
Tindakan yang dapat mengatasinya seperti:
a. Mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian fenobarbital.
Fenobarbital dapat bekerja sebagai perangsang enzim sehingga
konjugasi dapat dipercepat.
b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi.
Contohnya ialah pemberian albumin untuk meningkatkan bilirubion
bebas.
54
c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata setelah
dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri dapat menurunkan bilirubin
dengan cepat. Walaupun demikian fototerapi tidak dapat menggantikan
transfusi tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan
untuk pra dan pasca transfusi tukar.
(2014), Berdasarkan data yang diperoleh, gambaran kadar bilirubin pada bayi
10 mgdl, yaitu sebanyak 3 bayi (60.0%). Hasil uji statistik korelasi Rank
kuat. Disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat lamanya
waktu pemberian fototerapi dengan penurunan kadar bilirubin dalam darah pada
Denpasar.
didapatkan hasil yaitu sebelum dilakukan perawatan fototerapi pada bayi Ny. Y
bayi tampak kuning dari kepala, badan, ekstremitas, pergelangan tangan dan kaki
(derajat IV), mukosa kuning, sclera kuning, dan hasil laboratorium menunjukkan
kadar bilirubin indirek 10,64 mg/dl. Setelah dilakukan perawatan fototerapi bayi
sudah tidak kuning, sclera anikterik, mukosa dan kulit tidak kuning. Sehingga
55
sirkulasi darah pada pasien ikterus neonatorum.
Menurut atikah dan jaya (2016) fototerapi pada bayi hiperbilirubin akan efektif
apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg% dan berfungsi untuk
menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urin dengan oksidasi foto pada
yaitu :
1) Membuka pakaian neonatus agar seluruh bagian tubuh neonatus kena sinar.
2) Menutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang memantulkan cahaya.
mengalami hemolisis.
Bilirubin, yang merupakan target fototerapi ini menyerap sinar secara maksimal
pada rentang spektrum biru (460-490 nm).5 Namun, literatur lain mengatakan
56
konvensional(497 nm) juga sama efektifnya dalam menurunkan kadar bilirubin.
dimana efektifitas penurunan kadar bilirubin dan efek samping yang minimal dari
dengan penggunaan fototerapi LED, dan Fototerapi LED 6 kali lebih efektif
fototerapi dapat menurunkan kadar bilirubin pada neonatus secara signifikan dan
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus komprehensif “ Asuhan keperawatan pada neonatus
hiperbilirubin di Rumah Sakit Mulya Tangerang” dapat disimpulkan sebagai
berikut ini:
1. Pengkajian klien dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya pasien
neonatus hiperbilirubin seperti didapatkan tanda dan gejala ikterus,
perlambatan BAB, menurunnya volume urine, rewel, produksi ASI terbatas,
kadar bilirubin >10 mg/dl hal ini memenuhi syarat dilakukan asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Mulya Tangerang
2. Diagnosa keperawatan 75% diagnosa keperawatan dapat di implementasikan
kepada klien RS, diantaranya adalah: (a) Ikterus Neonatus berhubungan
dengan, tertahannya feses atau usia bayi kurang dati 7 hari, (b) deficit volume
cairan berhubungan dengan kurangnya asupan cairan, dan (c) kerusakan
integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan pigmentasi kulit atau efek
sinar terapi
3. Intervensi keperawatan dapat dilakukan berdasarkan aktualnya masalah
keperawatan yaitu hiperbilirubin, salah satunya dapat dilakukan fototerapi
dengan prosedur fototerapi yang baik dan benar, karena fototerapi dapat
menurunkan kadar bilirubin pada neonatus secara signifikan dan mencegah
komplikasi hyperbilirubinemia pada neonatus, Fototerapi LED 6 kali lebih
efektif dalam menurunkan bilirubin dibandingkan fototerapi konvensional
4. Implementasi keperawatan dalam hal ini implementasi yang direncana pada
renpra dapat dilakukan dengan baik dan dilakukan secara berkesinambungan
baik tindakan mandiri keperawatan maupun tindakan kolaborasi, tindakan
58
keperawatan dilaksankan setiap jam shift oleh penulis dan dilanjutkan oleh
shift selanjutnya.
5. Evaluasi yang dapat disimpulkan dari asuhan keperawatan yang telah
dilaksankan kepada By. Ny. S dan Bayi Ny. A dapat terlaksana dan
nmengatasi masalah yang timbul, evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan sehingga penulis dapat memastikan perubahan yang
terjadi.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar dapat megembangkan lagi studi kasus yang
telah dilakukan agar medapatkan data yang lebih spesifik, akurat dan dapat di
implementasikan oleh instansi – instansi pendidikan maupun pelayanan
kesehatan lainnya
2. Bagi pelayanan kesehatan
Agar dapat melakukan intervesi keperawatan secara komprehensif
berdasarkan aktualisasi masalah keperawatan yang di dapatkan saat
pengkajian keperawatan dilakukan, dan memprioritaskan aktual masalah
keperawatan
3. Bagi penulis selanjutnya
Dapat menjadi gambaran untuk melakukan inovasi dalam perkembangan ilmu
keperawatan selanjutnya, dan tatalaksana pasien dengan rencana perawatan dirumah
pasca rawat inap bayi < 7 hari.
59
DAFTAR PUSTAKA