Disusun oleh :
Gita Puspita Dewi P17320120030 Maulitha Askira R P17320120042
Hasyifa P17320120032 M. Aziz Busyaeri P17320120044
Ika Putri Meira P17320120034 Mutiara Prasidi P17320120046
Intan Fauziah Putrideas P17320120036 Nadira Parhah P17320120048
Kanaya Alliya Putri P17320120038 Naisyila Alma Azzahra P17320120050
Lidya Nur Farida P17320120040 Nenden Parida P17320120052
Tingkat : 2-B
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas Mata Kuliah Keperawatan
Maternitas dengan judul “Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum” tepat
pada waktunya.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok 03.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Post partum atau nifas merupakan keadan dimana masa pemulihan alat-
alat reproduksi seperti sebelum hamil. Dalam masa nifas perlu melakukan
perawatan untuk membantu proses involusi misalnya mobilisasi, diet, miksi,
defikasi, laktasi, perawatan payudara dan perawatan perineum (Erna
Sotiyaningrum 2010). Proses persalinan hampir 90% yang mengalami robekan
perineum, baik dengan atau tanpa episiotomy (Ridhayati, 2013).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadjono 2008). Masa nifas adalah
masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama 6 minggu (Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
2002).
Asuhan keperawatan pada post partum normal adalah salah satu pelayanan
kesehatan utama yang diperlukan dapat menurunkan angka kematian Ibu, selain
itu diadakannya sistem rujukan yang efektif yang dapat mengurangi angka
kematian Ibu dan anak. Beberapa penyusaian dibutuhkan oleh wanita dalam
menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai Ibu pada minggu-minggu atau
bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis.
1
Menurut WHO pada tahun 2015 sebanyak 50-70% kematian ibu akibat
masalah persalinan yang terjadi di negara-negara berkembang. Yang tertinggi
dengan 300 kematian ibu di negara-negara berkembang. (Basuki Farida 2012).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Biro Pusat
Statistik (BPS) tahun 2014 didapatkan ibu nifas yang mengalami infeksi nifas, 22-
55% disebabkan karena infeksi jalan lahir. Angka kejadian infeksi luka perineum
0,3-3%,98 wanita mengalami pendarahan post partum.
Berdasarkan hasil pra survey pada Mei 2019 di Ruang Bersalin RSUD
Prof Dr W.Z Johannes Kupang bahwa jumlah total persalinan sebanyak 1834
orang, persalinan normal terdapat 352 orang (51,5%) dan persalinan dengan
tindakan terdapat 889 orang (48,5%). Persalinan yang mengalami komplikasi
yaitu perpanjangan fase laten 116 orang (8,5%), perpanjangan fase aktif 107 orang
(7,8%), perpanjangan kala II 114 orang (7,9%) dan mengalami gawat janin 102
orang (7,5%); Perdarahan 18 orang (1,2%); rupture perineum 427 orang ( 45,2%)
(register persalinan di ruang bersalin periode Januari sampai Desember 2018.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus
asuhan keperawatan dalam bentuk Studi kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah Post Partum Normal di Flamboyan
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang”.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
2
4. Melakukan implementasi yang telah di rencanakan pada pasien post
partum.
5. Melakukan Evaluasi pada pasien post partum.
1.3 Manfaat
1.3.1. Teoritis
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menambah
wawasan tentang asuhan keperawatan meliputi Post partum Normal.
1.3.2. Aplikatif Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan asuhan post partum normal serta dapat
dijadikan acuan untuk penelitian lanjutan.
1.3.3. Profesi perawat/bidan
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
ketrampilan dalam memberikan asuhaan keperawatan/ kebidanan secara
berkelanjutan.
1.3.4. Bagi Ibu
Dapat memahami dan mengerti tentang perawatan masa nifas.
1.3.5. Pembaca
Hasil studi kasus ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi para
pembaca mengenai asuhan kebidanan secara berkelanjutan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pemulihan
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali keadaan
normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum
berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019).
4
b. Early Post Partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Late Post Partum ( 1 minggu – 6 minggu)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
2.4 Patofisiologi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira
2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca
partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis .
Uterus pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil.
Uterus akan mengalami proses involusi yang dimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi
mempengaruhi perubahan dari berat uterus pasca melahirkan menjadi kira-kira
500 gram setelah 1 minggu pasca melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2
minggu pasca melahirkan. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen
dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama
hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebabkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Intesitas kontraksi otot otot polos uterus
meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, kondsi tersebut sebagai
respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
5
Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5
mm mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakaiwaktu 2 sampai 3 minggu.
Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam
menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada
wanita menyusui dan tidak menyusui disimpulkan ovarium tidak berespon
terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
6
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
3) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas
menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi
endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum,
kecuali pada bekas tempat plasenta.
4) Lochea
Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua
dan debris trofoblastik. Lochea serosa terdiri daridarah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan
berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit,
desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan
2-6 minggu setelah bayi lahir.
5) Serviks
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis,
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu
melahirkan.
6) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelahbayi lahir.
2. Sistem endokrin
1) Hormon
plasenta Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen
dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara
yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan
7
progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara
dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama
masa hamil.
2) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui
dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serumyang tinggi pada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena
kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita
menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon
terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
3) Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak
seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4) Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali
ke keadaan sebelum hamil
5) Sistem cerna
a) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan
keletihan, ibu merasa sangat lapar.
b) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkatsetelah bayi lahir.
c) Defekasi Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan
8
6) Payudara
9
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan,
dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :
a. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkinmenandakan preeklamsi
suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
b. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah
dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti
merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer
c. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan
cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi
uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
d. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum.
2.7 Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari
pertama pada partum untuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
2) Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum.
2.8 Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita
selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah: kehilangan
darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan
10
pada satu atau lebih tanda-tanda sebagaiberikut:
1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc.
2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.
3) Hb turun sampai 3 gram %.
Tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
11
BAB III
12
3) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit demam tifoid, atau
menderita penyakit lainnya (Elyas, 2013).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes mellitus, dll
(Elyas, 2013)
c. Pola aktivitas sehari-hari
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan
sama sekali (Aru, 2015).
2) Pola eliminasi
Pasien dapat mengalami diare oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna
urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan
merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh
(Aru, 2015).
3) Pola aktivitas dan Latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu (Aru,
2015).
4) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang dewasa terhadap keadaan
penyakitnya (Aru, 2015).
5) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh
(Aru, 2015).
13
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham
pad klien (Aru, 2015).
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di
rumah sakit dan klien harus bed rest total (Aru, 2015).
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang dewasa akan tampak cemas (Aru, 2015).
d. Pemeriksaan fisik ibu
- Mata : konjungtiva normalnya berwana merah muda
dan sklera normalnya berwarna putih
- Mammae : payudara simetris atau tidak, putting
susu bersih dan menonjol atau tidak.
Hiperpigmentasi areolla atau tidak, kolostrum sudah
keluar atau belum.
- Abdomen : terdapat luka bekas SC atau tidak, ada
linea atau tidak, striae ada atau tidak
- Genetalia : bersih atau tidak, oedema atau tidak,
kemerahan atau tidak, perineum ada bekas luka
epiostomi atau tidak
- Ekstremitas : oedema atau tidak dan varises atau tidak
i. Formal
1. Riwayat persalinan saat ini
2. Bonding attachment dengan skoring gray
3. Pengkajian bayi
4. Aspek psikososial ibu
5. Peran ayah selama dan sesudah kelahiran
14
ii. Informal
1. Orang yang terlibat dalam perawatan bayi.
2. Peran dalam perawatan bayi.
3. Pengalaman dalam perawatan bayi.
4. Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang.
iii. Personal
1. Pandangan ibu terhadap perannya.
2. Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu.
3. Percaya diri dalam menjalankan peran.
4. Pencapaian peran.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut (Wayan, 2017), (Arma, 2015), dan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017) diagnosa keperawatan pada Ibu Post Partum Primipara dan Bayi Baru Lahir
adalah:
a. Diagnosa Ibu
1) Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik.
2) Menyusui Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakadekuatan
Suplai ASI.
3) Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Kurangnya Kontrol
Tidur.
4) Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar
Informasi.
5) Resiko Infeksi Ditandai Dengan Ketidakadekuatan Pertahanan
Tubuh Primer.
6) Resiko Gangguan Perlekatan Ditandai Dengan
KhawatirMenjalankan Peran Sebagai Orang Tua.
b. Diagnosa Bayi :
1) Resiko Aspirasi Ditandai Dengan Ketidakmatangan Koordinasi
Menghisap, Menelan Dan Bernapas.
2) Resiko Infeksi Ditandai Dengan Ketidakadekuatan Pertahanan
Tubuh Sekunder (Immunosupresi/Sistem Imun).
15
3) Risiko Defisit Nutrisi Ditandai Dengan Ketidakmampuan Mencerna
Makanan.
3.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPPPPNI, 2018).
Berikut Intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi
keperawatan Indonesia (Tim Pokja Siki DPP PPNI, 2018), pada Ibu Post Partum
Primipara dan Bayi Baru Lahir adalah :
3.3.1 Intervensi Ibu
16
5. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan.
Terapeutik
1. Berikan tehnik
norfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
4. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis
untuk mengutangi
nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
17
2. Menyusui Tidak Setelah dilakuan intervensi Konseling Laktasi
Efektif (D.0029) keperawatan selama waktu ( I.03093 )
tertentu diharapkan status Observasi
menyusui membaik. Dengan 1. Identifikasi
Kriteria Hasil : permasalahan
1) Perlekatan bayi pada yang ibu alami
payudara ibu selama proses
meningkat. menyusui.
2) Kemampuan ibu 2. Identifikasi
memposisikan bayi keinginan dan
dengan benar tujuan menyusui.
meningkat. 3. Identifikasi
3) Pancaran ASI keadaan
meningkat emosional ibu saat
4) Suplai ASI adekuat akan dilakukan
meningkat. konseling
5) Pasien melaporkan menyusui.
payudara tidak bengkak Terapeutik
1. Gunakan tehnik
mendengar aktif.
2. Berikan pujian
terhadap perilaku
ibu yang benar.
Edukasi
1. Ajarkan tehnik
menyusui yang
tepat sesuai
kebutuhan ibu.
3. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
(D.0055) keperawatan pola tidur (I.08238)
meningkat. Dengan Kriteria Observasi
hasil :
18
1) Gelisah menurun 1. Identifikasi lokasi,
2) Keluhan sulit tidur karakteristik,
menurun durasi, frekuensi,
3) Pola tidur membaik intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala
nyeri.
3. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri.
4. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
5. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan.
Terapeutik
1. Berikan tehnik
norfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
2. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi
19
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
4. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis
untuk mengutangi
nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
4. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
( D.0111 ) keperawatan diharapkan (I.12383)
tingkat pengetahuan Observasi
meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi
hasil : kesiapan dan
1) Perilaku sesuai anjuran kemampuan
meningkat menerima
2) Verbalisasi minat informasi
dalam belajar 2. Identifikasi faktor-
meningkat faktor yang dapat
3) Kemampuan meningkatkan dan
menjelaskan menurunkan
pengetahuan tentang motivasi perilaku
suatu topik meningkat hidup bersih dan
4) Kemampuan sehat
menggambarkan Terapeutik
pengalaman 1. Sediakan materi
sebelumnyayang sesuai dan medla
dengan topik pendidikan
20
meningkat kesehatan
5) Perilaku sesuai dengan 2. Jadwalkan
pengetahuan meningkat pendidikan
6) Pertanyaan tentang kesehatan sosial
masalah yang dihadapi kesepakatan
menurun 3. Berikan
7) Persepsi yang keliru kesempatan untuk
terhadap masalah bertanya
menurun Edukasi
1. Jekaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
5. Resiko Infeksi Setelah dilakukan intrevensi Pencegahan Infeksi
(D.0142) keperawatan selama waktu ( I.14539 )
tertentu diharapkan tingkat Observasi
infeksi menurun dengan 1. Monitor tanda dan
kriteria hasil : gejalan infeksi
1) Tidak ada tandan –tanda lokal dan sistemik.
infeksi ( Demam, Nyeri, Terapeutik
Kemerahan dan 1. Cuci tangan
Bengkak). sebelum dan
2) Kadar sel darah putih sesudah kontak
21
membaik. dengan pasien dan
lingkungan pasien.
2. Pertahankan
tehnik aseptik
pada psien
beresiko tinggi.
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar.
3. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka.
4. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
6. Resiko Gangguan Setelah dilakukan intervensi Promosi Perlekatan
Perlekatan (D.0127) keperawatan selama waktu ( I.10342 )
tertentu diharapkan Observasi
kemampuan berinteraksi ibu 1. Monitor kegiatan
dan bayi meningkat dengan menyusui.
kriteria hasil : 2. Identifikasi
1) Pasien menunjukkan kemampuan bayi
peningkatan verbalisasi menghisap dan
perasaan positif menelanASI.
terhadap bayi. 3. Identifikasi
2) Pasien menunjukkan payudara ibu.
peningkatan perilaku 4. Monitor
mencium bayi, perlekatan saat
tersenyum pada bayi, menyusui
22
melakukan kontak Terapeutik
mata dengan bayi, 1. Diskusikan dengan
berbicara dengan bayi, ibu masalah
berbicara kepada bayi selama proses
serta berespon dengan menyusui.
isyarat bayi. Edukasi
3) Pasien menunjukkan 1. Ajarkan ibu
peningkatan dalam menopang seluruh
menggendong bayinya tubuh bayi.
untuk menyusui. 2. Anjurkan ibu
melepas pakaian
bagian atas agar
bayi dapat
menyentuh
payudara ibu.
3. Ajarkan ibu agar
bayi yang
mendekati kearah
payudara ibu dari
bagian bawah.
4. Anjurkan ibu
untuk memegang
payudara
menggunakan
jarinya sepertu
huruf “ C”.
5. Anjurkan ibu
untuk menyusui
pada saat mulut
bayi terbuka lebar
sehingga areola
dapat masuk
23
dengan sempurna.
6. Ajarkan ibu
mengenali tanda
bayi siap
menyusui.
24
2) Kadar sel darah putih sesudah kontak
membaik. dengan pasien dan
lingkungan
pasien.
2. Pertahankan
tehnik aseptik
Pada psien
beresiko tinggi.
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar.
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
3. Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
(D.0019) keperawatan diarapkan (I.03119)
ekspetasi status nutrisi Observasi
membaik dengan kriteria 1. Identifikasi status
hasil: nutrisi
1) Kekuatan otot 2. Identifikasi alergi
menelan meningkat dan intoleransi
2) Serum albumin makanan
meningkat 3. Identifikasi
3) Pengetahuan tentang kebutuhan kalori
standar asupan nutrisi dan jenis nutrien
yang tepatmeningkat 4. Monitor asupan
4) Diare menurun makanan
5) Berat badan membaik 5. Monitor berat
6) Frekuensi makan badan
25
membaik 6. Monitor hasil
7) Bising usus membaik pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
2. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
2. Anjurkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
26
3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatanyang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter, 2011)
Komponen tahap implementasi :
a) Tindakan keperawatan mandiri.
b) Tindakan Keperawatan edukatif.
c) Tindakan keperawatan kolaboratif.
d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan
(Bararah, 2013). Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan/kriteria hasil
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang telah
ditetapkan (Rohmah,
27
BAB IV
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Alamat kantor - -
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Mulas
2. Riwayat kesehatan sekarang:
28
Masuk RS dengan keluhan perut mulas, mengeluh sakit perut dan lemas,
keluar darah dari kemaluan sejak sore hari di senin. Sebelumnya sudah berobat
ke poli obgin tetapi tidak kunjur membaik. Dengan kondisi hamil 9 bulan.
Klien juga mengeluh kebas ditangannya.
Saat dikaji pasien mengeluh mulas dibagian perut bawah menjalar hingga
ke punggung bagian bawah. Rasa nyerinya dan pegalnya dirasa di skala 4 dari
0-10, rasa mulas hilang timbul.
3. Riwayat kesehatan dahulu:
Klien mengatakan pernah ke RS untuk melahirkan anak pertama dengan
partum spontan
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit genetik maupun
menular
5. Riwayat kesehatan ginekologi dan obstetri.
a. Riwayat ginekologi
1) Riwayat menstruasi / haid
- Menarche :-
- Siklus haid : 27 hari
- Keluhan selama haid : nyeri di hari ke 1-3
2) Riwayat perkawinan
Status pernikahan : kawin
ISTRI SUAMI
Umur waktu menikah 25 tahun 27 tahun
Pernikahan yang ke 1 1
29
- Rencana kontrasepsi sesudah melahirkan :-
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan Persalinan Nifas
Tahun Umur ANC Penyulit Jenis Tempat/ Penyulit L/P, Laktasi Penyulit
No
(kali)/ penolong H/M
tempat , BB
1. 20 9 bln - sp bidan - P, -
3200
/50
2) Riwayat kehamilan sekarang
- P: 2, A: 0
- HPHT : 15 Agustus 2020
- Taksiran persalinan : 27 Mei 2021
- Tanggal persalinan : 24 Mei 2021
- Siklus haid : 7 hari
- Tanda bahaya atau penyulit : -
- ANC di : -
- Frekuensi : -
- Obat yang dikonsumsi (termasuk jamu) : -
- Imunisasi TT 1: 28 minggu TT2 : Usia 32 Minggu
- Kekhawatiran khusus : -
- Respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran : Bahagia
- Komplikasi kehamilan: - Perdarahan :-
- Preeklampsia :-
- Eklampsia :-
- PMS :-
- Lain-lain sebutkan : -
3) Riwayat persalinan
- Jenis persalinan: - Spontan: - , Buatan VE/FE/SC : -, Anjuran: -
- Masa gestasi: 36 minggu, Penolong persalinan: Bidan
30
- Lama persalinan: Kala I: 10 Jam, Kala II: 1 Jam, Kala III: 2 mnt ,
Kala IV: 2 jam
- Keadaan ketuban: Warna: jernih kekuningan , Jumlah: 600 ml
- Keadaan plasenta: Berat: 500 gram, Diameter: 20 cm, Cotyledon:
ada
- Komplikasi persalinan:- Trauma persalinan: -
c. Pola Aktivitas Sehari – hari
31
3. Personal hygiene
- Mandi 2x/hari 1x/hari
- Ganti pakaian 2x/hari 1x/hari
dalam
- Sikat gigi 2x/hari 1x/hari
- Vulva hygiene 2x/hari 1x/hari
- Perawatan - -
payudara
4. Istirahat tidur
a. Malam
- Kuantitas 7 – 8 jam/hari 7 – 8 jam/hari
- Keluhan - -
b. Siang
- Kuantitas 2 jam 3 jam
- Keluhan - -
5. Kebiasaan hidup
- Pengetahuan sex Pasien mengetahui 40 hari setelah melahirkan
pasca melahirkan
- Keluhan - -
- merokok - -
- beban pekerjaan - -
- Adat istiadat - -
- Minuman
beralkohol - -
d. Pemeriksaan Fisik
1. Ibu
a) Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis E : 4 M : 6 V : 5
b) Tanda – tanda vital
Td : 120/80 mmHg N : 86x/menit R : 20x/menit S : 36,0C
c) Antropometri
32
Tinggi badan : 150 cm
BB sekarang : 69 kg
BB sebelum hamil : 52 kg
IMT : 31 kg/m2
d) Kepala
Rambut : Bersih tidak rontok
- Cloasma gravidarum :-
Mata
- Penglihatan : Tajam
- Kelopak mata : Warna sama dengan warna sekitar
- Gerakan bola mata : Dapat menggerakan ke arah kanan,
kiri, atas dan bawah
- Pupil : Mengecil ketika terkena cahaya
- Konjungtiva : Merah muda
- Sclera : Tidak ikterik
Telinga
- Kebersihan : Bersih
- Fungsi pendengaran : Baik
Hidung
- Kebersihan : Bersih
- Fungsi penciuman : Baik
Mulut
- Bibir : Kering, pucat
- Gusi : Merah muda
- Gigi berlubang : Tidak ada
- Gigi ompong : Tidak ada
- Gigi karies : Tidak ada
Leher
- Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
- Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
e) Dada
- Pergerakan napas : Euphnea
33
- Bunyi napas : Vesikuler
- Bunyi jantung : S1 S2 reguler
- Irama jantung : Normal
- Payudara :
Indikator Kanan Kiri
Bentuk Bulat simetris Bulat simetris
Puting susu Menonjol Menonjol
Areola Kecoklatan Kecoklatan
Benjolan - -
Kolostrum Belum Keluar -
Kebersihan Bersih Bersih
f) Perut
- Luka bekas operasi perineum : Tidak ada - Panjang :
cm
- Keadaan luka : jahitan utuh, bersih - Luka parut :
-
- Striae : Ada
- Penurunan TFU : 2 jari dibawah pusat
- Posisi uterus : Teraba keras, bulat, melenting dibagian
bawah pusat
- Kontraksi uterus : Kuat, terdapat nyeri tekan
- Diastasis rektus abdominalis : Tidak dikaji
g) Ekstremitas
Indikator Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Bentuk Simetris Simetris
Odema - -
Kuku jari Bersih, CRT < 3 Bersih, CRT < 3
Ekstremitas bawah
Bentuk Simetris Simetris
Odema ya ya
Kuku jari Bersih, lengkap Bersih, lengkap
34
Varices - -
Refleks patela + +
Hommans sign - -
h) Genetalia
- Vulva/Vagina : Darah keluar, ganti pembalut 4 – 5x/hari
- Lochhea (Jenis, bau, warna, jumlah) : Darah (Lochia rubra),
merah cerah, normal
- Perineum : Luka jahitan utuh
- Anus : Tidak ada hemoroid
i) Data Psikologis
- Status emosi : Klien merasa tenang karena sudah
mengalami peristiwa ini
- Pola koping : Klien senang berdiskusi dengan ibu dan
suaminya
- Pola komunikasi : Menggunakan bahasa Indonesia dari dapat
berkomunikasi dengan baik
- Konsep diri :
• Gambaran Diri : Klien mengeluh berat badannya yang
bertambah
• Peran diri : Klien berperan sebagai ibu untuk 2 anaknya
• Ideal Diri : Klien mengatakan ingin cepat bertemu
anaknya untuk menyusui
• Identitas diri : Klien adalah seorang ibu dari anaknya
yang masih kecil
• Harga diri : Klien mengatakan bahwa harga dirinya
semakin bertambah jika diberi semangat oleh
keluarganya
j) Data Sosial
Dengan keluarga dan tetangga : Hubungan klien dengan keluarga
sangat baik dan hubungan dengan tetangga cukup baik
35
Dengan tenaga Kesehatan : Berkomunikasi dengan cukup baik
dengan perawat maupun bidan
Dengan sesama pasien : Cukup baik
k) Data Spiritual
- Keyakinan dan makna hidup : Klien yakin akan segera pulih
- Autoritas dan pembimbing : Klien mengatakan yang paling
berperan adalah suami dan ibunya
- Pengalaman dan emosi : Klien mengatakan yang paling dan
tenang
- Persahabatan dan Komunikasi : Klien sering berhubungan
baik dengan lingkungan sekitar
- Ritual dan ibadah : Beribadah dengan posisi duduk saat hamil
- Dorongan dan pertumbuhan : Klien beribadah karena percaya
akan adanya Tuhan dan ajaran agama Islam
l) Data Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
- Hb 13,9 (12-18)
Ht 41 (37 – 48)
- Trombosit 265.000 (150.000 – 400.000)
- Leukosit 13.200 (4k-10k)
m) Data Terapi
- Infus RL : 20 tpm (Rute IV)
- Cefadroxyl : 500 mg (3x1) Rute IV
- Asam mefenamat : 500 mg (3x1) Rute IV
2. Data Bayi
a) Identitas Bayi
- Nama Bayi : By. E
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Tanggal Lahir/Jam Lahir :15 Januari 2022/07.00
- No Registrasi : 110122
- Berat Badan (BB) / Panjang Badan (PB) : 3.500 gr / 50 cm
- Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 15 Januari 2022
36
b) APGAR Score
Kriteria 1 menit 5 menit
Appearance 2 2
Pulse 2 2
Grimace 1 2
Activity 1 1
Respiration 1 2
Jumlah 7 9
c) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Aktif
Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,5°C,
N : 130X/menit,
RR : 38x/menit
Karakteristik Khusus Neonatus :
- Kepala : Bersih, tidak ada hematoma, tidak ada cepal
succedaneum
- Lingkar kepala : 34 cm, Molding :1 , Fontanel anterior: 3
cm Fontanel posterior : 0,5 cm
- Kulit : Kemerahan, Vernik kaseosa: ada, Milia: tidak ada,
Lanugo: ada Eritema toksikum: tidak ada, Bercak Mongolia:
tidak ada, Tanda lahir (Nevi): tidak ada, Ikterik: Tidak ada
- Rambut : Hitam, halus, distribusi menyebar merata bulu
mata: atas melenkung ke atas, bawah melengkung kebawah
Alis: berwarna hitam, tampak simetris, distribusi menyebar
merata
- Kuku jari: Lengkap (10), bening, bersih, pendek, crt < 2 dtk
d) Payudara
Perempuan : tampak simetris, terdapat putting, aerola menyebar
disekitar puting
e) Genetalia
37
Perempuan : Labia mayora menutupi labia minora, terlihat cairan
putih
f) Tali Pusat
Perempuan : Tali pusat tampak bersih dan tampak masih basah
g) Refleks normal pada bayi
Refleks pelindung Refleks makan
- Moro : + - Menghisap : +
- Tonus leher : + - Rooting : +
- Menggemgam : + - Menelan : +
- Mata berkedip : + - Gag : +
- Menangis : +
Refleks bernafas Indera khusus
- Gerakan pernafasan : + - Sentuhan, rasa sakit,
- Bersin : + tekanan : +
- Batuk : + - Penciuman : +
- Pendengaran : +
- Pengelihatan : +
38
- terdapat luka jahit post
partum spontan
- pasien tampak meringis
2. DS : Post partum normal Resiko
Pasien mengeluh kebab Intoleransi
di tangannya involusi uterus aktivitas
DO :
- Tangan pasien terlihat Volume darah menurun
susah bergerak karena
kebab Hb O2 menurun hipoksia
- ada pembengkakan
pada kaki kanan dan kiri Kelemahan
pasien
- Pasien tampak lemah Resiko Intoleransi aktivitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen injury fisik, kontraksi uterus d.d pasien tampak meringis
2. Resiko intoleransi aktivitas b.d kebas
39
- pasien dapat istirahat 3. Ajarkan Teknik 3. Mengalihkan rasa
dan tidur relaksasi nafas nyeri
- tidak terdapat nyeri dalam
tekan pada bagian 4. Tingkatkan 4. Mengurangi
abdomen istirahat pasien rasa nyeri
5. Berikan obat 5. Menurunkan
analgetik ketidaknyamanan
yang dirasakan
pasien
2. Resiko intoleransi Setelah dilakukan 1. Atur posisi 1. Melancarkan
aktivitas b.d kebas Tindakan keperawatn nyaman pasien sirkulasi darah
selama 1 x 24 jam 2. Bantu setiap 2. Mengurangi
diharapkan resiko kegiatan pasien beban pasien
intoleransi aktivitas 3. Berikan penkes 3. Kebas dapat
dapat teratasi dengan terkait makanan terjadi karena
kriteria hasil : yang banyak pasien
- kebas pada ekstermitas mengandung kekurangan
hilang magnesium magnesium
- sirkulasi darah lancar 4. Anjurkan pasien 4. Melatih pasien
- bengkak hilang melakukan supaya
- bisa melakukan aktivitas mandiri dapatmelakukan
aktivitas secara mandiri yang dapat di kegiatan
- pasien tampak segar toleransi sehari-harinya s
ecara mandiri.
40
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam DX Implementasi Paraf
25 Mei 2021 1 Mengkaji lokasi, karakteristik, tingkat ketidaknyamanan, Kelompok 3
09.00 dan skala nyeri pasien.
E/ Nyeri di bagian perut menjalar ke punggung bagian
bawah skala nyeri 4 dari 0-10
10.15 2 Mengatur posisi nyaman Kelompok 3
E/ posisi semi fowler agar pasien nyaman dan sirkulasi udara
dan darah lancer, pasien tampak nyaman
11.00 1 Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam Kelompok 3
E/ Pasien dapat melakukangnya dan tampak nyaman
12.00 2 Memberikan penkes terkait makanan yang banyak Kelompok 3
mengandung magnesium
E/ Memberikan makanan yang mengandung magnesium
seperti pisang, tahu, sayur hijau dll dan menjelaskan
manfaatnya pasien pun memahaminya
13.00 1 Meningkatkan istirahat tidur Kelompok 3
E/ pasien dapat tidur dengan nyenyak
13.20 2 Menganjurkan pasien melakukan aktivitas secara mandiri Kelompok 3
E/ pasien berjalan ke ruangan bayi dengan didampingi oleh
suaminya, pasien mengatakan tangannya masih terasa kebas
13.50 1 Mengkaji lokasi, karakteristik, tingkat ketidaknyamanan, Kelompok 3
dan skala nyeri pasien.
E/ Nyeri di bagian perut, skala nyeri 3 dari 0-10
41
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam DX Implementasi Paraf
25 Mei 2021 2 S : pasien mengatakan tangannya masih terasa kebas Kelompok 3
13.20 O : pasien tampak lemah
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
I : Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk
pasien
E : Kebas pasien hilang dan pasien tampak segar
R : Latihan ROM
13.50 1 S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri di bagian perut Kelompok 3
O : Pasien tampak meringis, nyeri tekan di bagian abdomen,
skala nyeri 3 dari 0-10
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I : Lakukan relaksasi manajemen nyeri seperti distraksi
E : Nyeri pasien hilang
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru.Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Ambarwati, 2008). Dari uraian
diatas penulis dapat mengambil kesimpulan :
5.1.1 Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum d RS
dapat dilakukan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan dalam
mengumpulkan data. Klien bernama Tantri Shofia berumur 30 tahun yaitu
dengan diagnosa medis Postpartum, klien di bawa ke RS karena mengeluh
mulas, dan sakit perut dan juga keluar darah dari kemaluan sudah berobat
ke obgin dan tidak kunjur membaik dengan kondisi hamil 9 bulan.
5.1.2 Diagnosa
Pada masalah keperawatan pada pasien glomerulonefritis akut diruang
melati RS, dapat dirumuskan 2 masalah keperawatan, di antaranya :
1. Nyeri akut.
2. Resiko intoleransi aktivitas.
5.1.3 Intervensi
Intervensi yang dilakukan mengacu kepada diagnosa yang ditegakkan,
Intervensi keperawatan yang direncanakan yaitu :
Diagnosa pertama, Kaji lokasi, karakteristik, tingkat
ketidaknyamanan, dan skala nyeri pasien. Jelaskan bahwa nyeri pasca
persalinan adalah fisiologi dilanjutkan ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam terus berikan dan tingkatkan istirahat pasien Serta berikan obat
analgetik.
Diagnosa kedua, Atur posisi nyaman pasien serta bantu setiap
kegiatan pasien,berikan penkes terkait makanan yang banyak
43
mengandung magnesium, dan terakhir anjurkan pasien melakukan
aktivitas mandiri yang dapat di toleransi
5.1.4 Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang
telah disusun berdasarkan kriteria waktu yang telah disusun berdsarkan
kriteria.
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan evaluasi
keperawatan yaitu format Subjektif, Objektif, AssessmentAnalisis, dan
Planning (SOAP) atau Subjektif, Objektif, Assessment/Analisis,
Planning, Implementasi, Evaluasi, dan Reasssessment (SOAPIER). Dan
pada diagnosa1 dan 2 menggunakan format SOAPIER.
5.2 Rekomendasi
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan
memperluas wawasan mengenai asuhan keperawatan postpartum ini,
karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa
akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan
pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Postpartum, dan fakor–
faktor hal yang berbahaya atau komplikasi pada ibu postpartum.
5.2.2 Bagi Institusi
Pendidikan Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu
mahasiswa melalui studi kasus agar dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan postpartum secara komprehensif.
5.2.3 Bagi Rumah
Sakit Untuk mencegah meningkatnya komplikasi akibat
postpartum sebaiknya pasien di beriinformasi yang memadai mengenai
hal hal tentang postpartum itu sendiri dan aspek-aspeknya. Dengan di
perolehnya informasi yang cukup maka pencegahan komplikasi pun dapat
dilakukan dengan segera. Dan adapun untuk pasien yang telah mengalami
atau menderita komplikasi akibat postpartum, maka harus segera di
lakukan perawatan yang intensif.
44
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Taneo (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. A.
R Dengan Pos Partum Normal Di Ruang Flamboyan.
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1809/1/Post%20partum%20dika.pdf.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2022.
Della Arista W. (2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id. Diakses pada 31 Januari 2022.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
45