Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGIS

Ny.”N” PIA0 Post SC hari ke-1 dengan Cracked Nipple (Puting susu lecet)
di RSUD Mohammad Noer Pamekasan

Oleh:
ANNISA
NIM: 412321016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKMA WIJAYA SAMPANG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
Tahun 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus ini telah mendapat persetujuan dan pengesahan oleh
pembimbing saya selama praktek di RSUD Mohammad Noer Pamekasan yang
dilaksanakan pada tanggal 15 Januari s/d 10 Februari 2024

Laporan studi kasus ini disusun oleh:


Nama : Annisa
NIM : 412321016
Disahkan dan disetujui pada:
Hari :
Tanggal :

Mengetahui:

Karu Ruangan Bougenville

( )

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek

(Nur Jayanti S.ST M.P.H) ( )

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan asuhan kebidanan.
Penulis menyadari bahwa bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan
ini tidak lepas dari bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari beberapa pihak,
oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Saya menyadari bahwa penulis laporan asuhan kebidanan ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
saya harapkan demi kesempurnaan laporan asuhan kebidanan ini dan kemajuan
profesi kebidanan untuk sekarang dan di masa yang akan datang.
Besar harapan semoga laporan asuhan kebidanan ini memberikan manfaat
bagi saya khususnya dan pembaca umumnya.

Pamekasan, 27 Januari 2024

(ANNISA)

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar belakang............................................................................................4
B. Tujuan..........................................................................................................5
C. Ruang Lingkup............................................................................................6
D. Metode Penulisan........................................................................................6
E. Sistematika Penulisan.................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................8
TINJAUAN TEORI...............................................................................................8
A. Konsep Dasar Masa Nifas..........................................................................8
B. Proses Laktasi dan Menyusui..................................................................12
C. Konsep Asuhan Kebidanan......................................................................20
BAB III..................................................................................................................29
TINJAUAN KASUS.............................................................................................29
BAB IV..................................................................................................................40
PENUTUP.............................................................................................................40
A. Kesimpulan................................................................................................40
B. Saran..........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masa nifas merupakan masa yang dilalui oleh setiap wanita setelah
melahirkan. Masa ini berlangsung sejak plasenta lahir sampai dengan 6
minggu setelah kelahiran atau 42 hari setelah kelahiran. Pada masa
tersebut dapat terjadi komplikasi persalinan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi
tenaga kesehatan khususnya bidan untuk selalu melakukan pemantauan
terhadap ibu karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari
penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.
Pada masa nifas terutama pada ibu primigravida sering terjadi
cracked nipple atau putting susu lecet pada saat menyusui bayinya,
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat
serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan pada sebagian tidak
memberikan ASI eksklusif karena alasan ASI nya tidak keluar atau hanya
keluar sedikit sehingga tidak memenuhi kebutuhan bayinya (Ummah,
2014).
Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahun terdapat
1-1,5 juta bayi meninggal dunia karena tidak diberi ASI secara ekslusif.
Namun masih banyak ibu yang kurang memahami manfaat pentinya
manfaat pemberian ASI, ASI eksklusif sangat penting sekali bagi bayi usia

4
0-6 bulan karena semua kandungan gizi pada ASI. Kurangnya
pengetahuan ibu menyebabkan pada akhirnya ibu memberikan susu
formula yang berbahaya bagi kesehatan bayi (WHO, 2010).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) tahun 2013, angka
pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada bayi berumur 6 bulanhanya
mencapai angka 30,2% dijelaskan bahwa ibu yang gagal pemberian ASI
eksklusif kepada bayinya adalah akibat kurangnya pemahaman ibu tentang
teknik menyusui yang benar, sehingga sering menderita puting lecet dan
retak (Riskesdas,2013).
Survei Demokrafi Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 2008-2009
menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami puting susu lecet dan
mastitis, kemungkinan hal ini disebabkan karena tekhnik menyusui yang
salah deteksi dini dan komplikasi ibu nifas.Pengeluaran ASI yang tidak
lancar dapat mempengaruhi ibu tidak dapat memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan kepada
pasien dengan Puting Susu Lecet secara optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data dengan tepat pada Ny. N di
RSUD Mohammad Noer Pamekasan
b. Dapat membuat interpretasi data dengan tepat pada Ny. N di RSUD
Mohammad Noer Pamekasan
c. Dapat membuat diagnosa potensial dengan tepat pada Ny. N di
RSUD Mohammad Noer Pamekasan
d. Dapat menentukan tindakan segera dengan tepat pada Ny. N di
RSUD Mohammad Noer Pamekasan
e. Dapat membuat perencanaan tindakan yang tepat pada Ny. N di
RSUD Mohammad Noer Pamekasan
f. Dapat melaksanakan rencana tindakan dengan baik pada Ny. N di
RSUD Mohammad Noer Pamekasan

5
g. Dapat melakukan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan dari
awal sampai akhir pada Ny. N di RSUD Mohammad Noer
Pamekasan

C. Ruang Lingkup
Asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis dengan beberapa
masalah baik pada ibu maupun pada tumbuh kembang janin.
D. Metode Penulisan
1) Wawancara / Anamnesa
Mengumpulkan data dengan cara tanya jawab secara langsung antara
petugas dengan klien dan keluarga.
2) Observasi
Melakukan pengamat langsung terhadap perubahan yang terjadi pada
klien.
3) Praktek
Dapat memberikan suatu masukan dalam upaya peningkatan mutu dan
pelayanan pada ibu nifas atau pada POST PARTUM.
4) Study Pustaka
Mempelajari buku-buku makalah tentang POST PARTUM.
E. Sistematika Penulisan
Judul
Lembar pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Masa Nifas
B. Konsep Ketuban Pecah Dini (KPD)

6
BAB III : TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
C. Antisipasi Masalah Potensial
D. Identifikasi Kebutuhan Segera
E. Intervensi
F. Implementasi
G. Evaluasi
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Masa Nifas


1. Pengertian
Ada beberapa pengertian dalam masa nifas yaitu:
1. Masa nifas di mulai pada beberapa jam sesudah lahirnya placenta
sampai dengan 6 minggu.
2. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari
setelah lahir.
3. Persalinan dengan pemantauan bidan sesuai dengan kebutuhan ibu
dan bayi dalam bahasa latin waktu setelah melahirkan di sebut
puerpurium yaitu dari kata pues yang artinya setelah dan parous
artinya melahirkan jadi puerpurium berarti masa setelah
melahirkan bayi.
4. Masa nifas (puerpurium)adalah masa pulih kembali mulai dari
masa peresalinan selesai sampai alat kandungan kembali seperti
pre-hamil dan lama masa nifas 6-8 minggu (Manuaba, 1999).
2. Macam-macam masa nifas
Nifas di bagi menjadi 3 periode yaitu:
a) Puerpurium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan dalam agama islam telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
b) Puerpurium Intermedical yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia/ kandungan yang lamanya 6- 8 minggu.
c) Remote Puerpurium yaitu Waktu yang di perlukan untuk pulih dan
sehat sempurna,bila selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi dan untuk sehat sempurna (lebih dari 8 minggu,
berbulan-bulan, atau bertahun-tahun) (Manuaba, 1999).
3. Involusi alat-alat kandungan
a) Involusi uterus

8
b). Bekas implantasi uteri
Placenta mengecil karena kontraksi dn menonjol ke kavum uteri
dengan diameter 7,5 cm pada minggu ke 6 dan 2,4 cm akhirnya
pulih.
c). Luka
Pada jalan lahir bila tidak di sertai infeksi akan sembuh dalam 6-7
hari.
d). Rasa sakit atau mules (after paint)
Biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan
e). Lochea
1) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa- sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium
selama 2 hari pasca partus.
2) Lochea sanguilenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan
lendir pada hari 3-7 hari pasca persalinan.
3) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke 7-14 hari pasca persalinan.
4) Lochea alba : cairan Putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah,
berbau busuk.
6) Lochea statis : lochea tidak lancar keluarnya.
f) Serviks
Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim,vsetelah
2 jam dapat di lalui 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat di lalui
jari (Mochtar,1998).

9
4. Kunjungan Nifas
Kunjungan rumah pada ibu nifas antara lain:
a) Kunjungan 1 (6-8 jam post partum)
 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
 Memberikan konseling pada ibu atau keluarga.
 Memberikan Asi awal.
 Menjaga Bayi agar tetap hangat.
 Mendeteksi adanya perdarahan
b) Kunjungan 2 ( 6 hari post partum)
 Memastikan adanya involusi uteri berjalan normal.
 Menilai adanya tanda-tanda infeksi.
 Memastikan Ibu memdapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan baik.
c) Kunjungan 3 (2 minggu post partum)
 Mencegah perdarahan masa nifas.
 Memberikan konseling pada ibu dan keluarga.
 Memberikan Asi Eksklusif.
 Menjaga bayi agar tetap hangat.
 Mendeteksi adanya perdarahan.
d) Kunjungan 4 (6 minggu post partum)
 Menanyakan pada ibu apakah terdapat kesulitan baik pada ibu
maupun bayinya.
 Memberikan konseling pada ibu untuk mengikuti KB secara dini.
5. Tahapan dalam masa nifas
1) Peurperium dini ( immedilate peurperium ) : waktu 0- 24 jam post
partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri da
berjalan jalan. Dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.

10
2) Peurperium intermedial ( early peurperium ) : waktu 1-7 hari post
partum. Kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu
3) Remote peurperium ( later peurperium ) : waktu 1-6 minggu post
partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
kompikasi. Waktu untuk bisa berminggu- minggu, bulan atau tahun
(Angraini, 2017).
6. Adaptasi perubahan fisiologis ibu pada masa nifas
Pada primipara, menjadi orangtua merupakan pengalaman
tersendiri dan dapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani
dengan segera. Perubahan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu
memerlukan adaptasi sehingga ibu dapat melakukan perannya dengan
baik perubahan hormonal yang sangat cepat setelah proses melahirkan
juga ikut mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada
masa nifas. Fase- fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas
antara lain adalah sebaagai berikut :
1) Fase talking in
Merupakan fase bketergantungan dan berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus
pada dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya.
2) Fase talking hold
Merupakan fase yang berlangsunf antara 3- 10 hari setelah
melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan
rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan
peran barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi
perlidungan bagi bayinya (Maritalia, 2012).

11
B. Proses Laktasi dan Menyusui
a. Anatomi dan Fisiologi Payudara
1) Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,
di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, sasat hamil 600
gram pada saat menyusui 800 gram. Pada payudara dapat tiga
bagian, yaitu:
2) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
3) Aeola, yaitu yang kehitaman ditengah
4) apilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak
payudara(Maritalia, 2012).
b. Proses laktasi Laktasi adalah proses produksi, sekresi dan pengeluaran
ASI. Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormon, adapun
hormonhormon yang berperan adalah:
1) Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran
alveoli
2) Estrogen,berfungsi untuk menstimulasi sistem saluran ASI agar
membesar sehingga dapat menampung ASI lebih banyak. Kadar
estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui
menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena
dapat mengurangi jumlah produksi ASI
3) ollicle stimulating hormone (FSH)
4) Luteinizing hormone (LH)
5) Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan
6) Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada
saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalan
orgasme. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras ASI
menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya
susu let-down/ milk ejection reflex
7) Human placental lactogen (HPL). Sejak bulan kedua kehamilan,
plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam
pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.

12
Pada bulan ke lima dan keenam kehamilan, payudara siap
nmemproduksi ASI(Maritalia, 2012).
c. Fisiologi Laktasi Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian,
yaitu produksi ASI (proklatin) dan pengeluaran (oksitosin).
1) Produksi ASI (Proklatin) Selama kehamilan hormon proklatin
dari pasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh
hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi
terdapat dua refleks yang beperan, yaitu refleks proklatin dan
refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu
dikarenakan hisapan bayi. Kadar proklatin pada ibu menyusui
akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
menyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan proklatin walau ada hisapan bayi, namun
pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak
menyusui, kadar proklatin akan menjadi normal pada minggu ke
2- 3. Faktor faktor yang meningkatkan let down adalah melihat
bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk
menyusui bayi. Faktor- faktor yang menghambat refleks let down
adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan
cemas. Refleks yang penting dalam mekanisme dalam hisapan
bayi yaitu refleks menangkap (rooting refleks), refleks
menghisap(sucking refleks), refleks menelan (swallowing
refleks).
a) Refleks menangkap (Rooting Refleks) Refleks ini timbul
saat bayi baru lahir tersentuh pipinya dan bayi akan
menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi dirangsang
dengan papilla mamae atau jari, maka bayi akan membuka
mulut dan berusaha menangkap puting susu.
b) Refleks menghisap ( Sucking refleks) Refleks ini timbul
apabila langit- langit mulut bayi tersentuh oleh puting.

13
Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar
aerola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian
sinus laktiferus yang berada di bawah aerola, tertekan di
gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
c) Refleks menelan (Swallowing rekleks) Refleks ini timbul
apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.
2) Peneluaran ASl (Oksitosin) Selama bayi disusui, maka gerakan
menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf
yang terdapat pda glandula pituitaria posterior sehingga
mensekresi hormone oksitosin.Hal ini menyebabkan sel- sel
mioepitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASl
masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain
dipengaruhi oleh hisapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak
pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflekstoris
oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis (Maritalia, 2012). Manfaat
Pemberian ASI
a) Bagi Bayi a) Dapat membantuk memulai kehidupan
dengan baik Bayi yang mendapatkan ASl mempunyai
kenaikan berat badan yang baik setelah lahir. Pertumbuhan
setelah periode perinatal baik, dan mengurangi
kemungkinan obesitas
b) Mengandung antibodiMekanisme pembentukan antibodi
pada bayi adalah sebagai berikut: Apabila ibu mendapat
infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi dan
akan disalurkan dengan bantuan jaringan limposit.
Antibodi di payudara disebut mammae associated
immunocompetent lympoboid tissue (MALT).
c) ASl mengandung komposisi yang tepat Yaitu dari
berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri
dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua
zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

14
d) Mengurangi kejadian karies dentis Insiden karies dentis
pada bayi yang nendapat susu formula jauh lebih tinggi
disbanding yang mendapat ASl, karena biasa menyusui
dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur
menyebabkan gizi lebih lama kontak dengan susu formula
dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya
ikatan antara ibu dan bayi Hubungan fisik ibu dan bayi
untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi
yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun
sosial yang labih baik.
f) Terhindar dari alergi Pada bayi baru lahir system lgE
belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi system ini dan dapat menimbulkan
alergi. ASl tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein
asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi
kemungkinan alergi
g) ASl meningkatkan kecerdasan bayi

Lemak pada ASl adalah lemak tak jenuh yang mengandung


omega 3 untuk pematangan sel- sel otak sehingga jaringan otak bayi yang
mendapat asi eksklusif akan timbuh optimal dan bebas dari rangsangan
kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan tehindar dari
kerusakan sel- sel saraf otak(Maritalia, 2012).

a. Bagi Ibu
 Aspek kontrasepsi Hisapan mulut bayi pada puting susu
meragsang ujung saraf sensorik sehingga post aterior hipofise
mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke idung telur,
menekan produksi estrogen akibatnnya tidak ada ovulasi.
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 89%
metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama

15
sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif)
dan belum terjadi menstruasi kembali.
 aspek kesehatan ibu Isapan bayi ada payudara akan
merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.
Oksitosin membantu involusi uterus dan mencengah teradinya
pendarahan pasca persalinan, Penundaan haid dan
berkurangnya pendarahan pasca persalinan mengurangi
prevaensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae
pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak
menyusui. Remove Watermark Wondershare PDFelement 18
Mencengah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui
anaknya secara eksklusif.penelitian membuktikan ibu yang
memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena
kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil
dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif.
 Aspek penurunan berat badan Ibu yang mmenyusui eksklusif
ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat nadan
semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan
bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena
penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebetulnya
memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses
produksi ASI. Nah, dengan menyusui tubuh akan
menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak
yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
Logikanya, jika timbunan lemak menyusut berat badan ibu
akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.
 Aspek psikologis Keuntungan menyusui bukan hanya
bermanfaat untuk bayi, terapi uga untuk ibu. Ibu akan merasa
bangga dan diperlukan, rasa yang dibutukan oleh semua
manusia (Maritalia, 2012). Remove Mencengah kanker hanya
dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara
eksklusif.penelitian membuktikan ibu yang memberikan ASI

16
secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker payudara dan
kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding yang tidak
menyusui secara eksklusif.
 Aspek penurunan berat badan Ibu yang mmenyusui eksklusif
ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat nadan
semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan
bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena
penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebetulnya
memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses
produksi ASI. Nah, dengan menyusui tubuh akan
menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak
yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
Logikanya, jika timbunan lemak menyusut berat badan ibu
akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.
 Aspek psikologis Keuntungan menyusui bukan hanya
bermanfaat untuk bayi, terapi uga untuk ibu. Ibu akan merasa
bangga dan diperlukan, rasa yang dibutukan oleh semua
manusia(Maritalia, 2012).
b. Cara Menyusui Yang Benar Teknik menyusui adalah suatu cara
pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang ibu kepada bayinya,
demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi yang tepat
bagi ibu untuk menyusui. Dudukan dengan posisi yang enak atau
santai, pakailah kursi yang ada sandaran punggung dan lengan.
Gunakan bantal untuk menggajal bayi tidak telalu jauh dari
payudara ibu.
 Cara Memasukkan Puting Susu Ibu Ke Mulut Bayi Bila
dimulai dengan payudara kanan, letakkan kepada bayi pada
siku dalam lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu.
Lengan kiri bayi diletakkan seputar pinggang ibu, tangan
kanan ibu memengang pantat/ paha kanan bayi, sangga
patudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu jari
diatasnya tetapi tidak menutupi bagian yang berwana hitam

17
(areola mamae), sentulah mulut bayi dengan puting payudara
ibu tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar. Masukkan
puting payudara secepatnya kedalam mulut bayi sampai bagian
yang berwarna hitam.
 Teknik Melepaskan Hisapan Bayi Setelah selesai menyusui
kurang lebih selama 10 menit, lepaskan bayi dengan cara:
 Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut
bayi
 Menekan dagu bayi ke bawah
 Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya
membuka
 jangan menarik puting susu untuk melepaskan
c. Cara Menyendawakan Bayi Setelah Minum ASI Setelah bayi
melepaskan hisapannya, sendawanya bayi sebelumnya
menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara:
 Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan
pelan sampai bayi bersendawa
 Bayi di telungkupkan dipangkuan ibu sampai digosok
punggungnya
d. Tanda- tanda Teknik Menyusui Sudah Baik dan Benar
 Bayi dalam keadaan tenang
 Mulut bayi terbuka lebar
 Bayi menempel perut pada ibu
 Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara
 Sebagian besar areola mamae menutup oleh mulut bayi
 Bayi nampak pelan- pelan menghisap dengan kuat
 Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis (Astutik,
2019).
e. Masalah dalam Pemberian ASl
1) Puting Susu Nyeri Umumnya ibu akan merasa nyeri pada
waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan berkurang

18
setelah ASl keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting ibu an
benar, perasaan nyeri akan hilang(Maritalia, 2012).
2) Puting Susu Lecet Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani
dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan
menyakitkan kadang- kadang mengeluarkan darah. Puting susu
lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi
dapat pula disebabkan oleh trush (candidaters) atau dermatitis.
Putting susu lecet dapat disebabakan trauma pada putting susu
saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan
pembentukan celah – celah. Retakan pada putting susu
sebenarnya biasa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
a. Penyebab :
 teknik menyusui yang tidak benar.
 Putting susu terpapar oleh sabun, krim, alcohol
ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan putting
susu.
 Moniliasis pada mulut bayi yang menularpada putting
susuibu.
 Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).
 Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
b. Penatalaksanaan
1) Cari penyebab putting susu lecet
2) Bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang
normal atau lecetnya sedikit
3) Tidak menggunakan sabun, krim, alcohol ataupun zat
iritasi lain saat membersihkan payudara.
4) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam).
5) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusui sampai
kekalang payudara dan disusukan secara bergantian
diantara kedua payudara
6) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang
lecet dan biarkan kering.

19
7) Gunakan BH/ bra yang dapat menyangga payudara
dengan baik.
8) Bila terasa lebih sakit boleh minum obat pengurang
rasa sakit
9) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan
tablet Nystatin (Maritalia, 2012).
3) Payudara Bengkak Pada hari- hari pertama (sekitar 2-4 jam),
payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan
pertambahan aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI
mulai diproduksi dalam jumlah banyak.
a) Penyebab bengkak:
 Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah
 Produksi ASl berlebihan
 Terlambat menyusui
 Waktu menyusui yang jarang(Maritalia, 2012).
4) Mastitis atau Abses Payudara Mastitis adalah peradangan pada
payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala
diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam
terasa ada masa padat (Lump) dan diluarnya kulit menjadi
merah. kejadian ini kejadian ini terjadi masa nifas 1-3 minggu
setelah persalinan disebabkan kurangnya ASl diisap/
dikeluarkan menekan payudara dengan jari atau karena
tekanan baju/ BH(Maritalia, 2012).

C. Konsep Asuhan Kebidanan


I. Mengumpulkan Data
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan khusus yang
dihadapi akan menentukan proses interpretasi benar / tidak dalam tahap
selanjutnya sehingga pendekatan ini harus meliputi:
a. Data Subyektif
1. Identitas
a) Nama

20
Untuk dapat mengenali pasien dan tidak keliru dengan pasien
lain.
b) Umur
Untuk mengetahui resiko kehamilan ibu, bila usia kurang dari
20 tahun dan lebih dari 35 tahun dan untuk mengetahui masa
reproduksi ibu.
c) Agama
Untuk berhubungan dengan perawatan pasien sesuai
kepercayaan dan pantangan makanan yang sesuai dengan
agama.
d) Suku/ bangsa
Untuk berhubungan dengan adat istiadat atau kebiasaan
pasien selama kehamilan.
e) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan
pemahaman pasien dan penjelasan yang akan diberikan.
f) Pekerjaan
Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari, mengetahui taraf
hidup sosial ekonomi sehingga mempermudah dalam
memberikan nasehat.
g) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.
2. Alasan kunjungan / keluhan utama
Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dirasakan ibu dan yang
menjadi keluhan ibu datang ke tempat pelayanan kesehatan. Ibu
mengatakan putting susu sebelah kanan
3. Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui pernikahan ke berapa
4. Riwayat kebidanan
- Riwayat menstruasi
Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang alat-alat
kandungan.

21
Menarche : mengetahui keadaan alat kandungan normal atau
tidak.
Siklus : mengetahui teratur tidaknya menstruasi.
Jumlah : mengetahui banyaknya darah yang keluar.
Warna/bau : mengetahui sifat darah yang keluar.
Flour albus : mengetahui apakah mengalami nyeri
sebelum/selama haid.
- Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah dalam kehamilan, persalinan
maupun nifas yang lalu terdapat penyulit atau ada kelainan
yang memperburuk keadaan ibu.
- Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui adanya penyulit atau kelainan yang
memperburuk keadaaan ibu.
- Riwayat nifas sekarang
Untuk mengetahui kondisi nifas saat saat ini seperti
keadaan lochea, tinggi fundusuteri pada masa nifas, UC, luka
perineum seta infeksi yang akan terjadi atau tidak pada ibu
nifas.
5. Riwayat kesehatan ibu
- Riwayat penyakit yang pernah/ sedang diderita
Untuk mengetahui keadaan/ kesehatan ibu selama hamil
karena dapat mempengaruhi kehamilan dan proses persalinan
seperti hipertensi, asma, jantung, diabetes, TBC, HIV/AIDS
dan hepatitis
- Riwayat penyakit suami dan keluarga
Untuk mengetahui keadaan/ kesehatan suami dan keluarga
karena dapat mempengaruhi kehamilan dan proses persalinan
seperti hipertensi, asma, jantung, diabetes, TBC, HIV/AIDS
dan hepatitis
6. Riwayat Psikososial

22
Untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami dan keluarga
apakah baik atau tidak. Menurut teori Reva Rubin (1977) ada
beberapa fase yang akan dilalui oleh ibu nifas, di antaranya:
 Fase Taking In, Merupakan periode ketergantungan.
Beberapa rasa yang tidak nyaman seperti lelah, nyeri
jahitan, membuat ibu nifas sangat bergantung dan
membutuhkan perlindungan dan perawatan dari orang lain.
Seorang Ibu nifas pada fase ini akan terfokus pada dirinya
sendiri, lebih tertarik untuk menceritakan pengalaman yang
telah dilalui yaitu hamil dan melahirkan sehingga cenderung
pasif terhadap lingkungan sekitar. Pada fase ini pula,
seorang ibu nifas biasanya akan mengalami kekecewaan
atau fase denial, entah itu dari dalam dirinya, bayi yang
dilahirkan, suami atau keluarga. Perasaan bersalah juga
sering muncul pada fase ini. Biasanya berlangsung 1-2 hari
setelah melahirkan.
 Fase Taking Hold, Fase selanjutnya adalah fase di mana
psikologis ibu sudah mulai bisa menerima keadaan. Seorang
ibu nifas pada fase ini akan mulai belajar untuk melakukan
perawatan bayinya. Tugas pendamping dan keluarga adalah
memberikan dukungan dan komunikasi yang baik agar ibu
merasa mampu melewati fase ini. Periode ini biasanya
berlangsung selama 3-10 hari.
 Fase Letting Go, Fase Letting Go adalah fase di mana
seorang ibu nifas sudah menerima tanggung jawab dan
peran barunya sebagai seorang ibu. Seorang ibu nifas pada
masa ini sudah mampu melakukan perawatan diri sendiri
dan bayinya secara mandiri dan sudah mampu
menyesuaikan diri.
7. Riwayat social budaya
Untuk mengetahui hubungan ibu dengan masyarakat sekitar.

23
8. Pola kebiasaan sehari-hari ( setelah melahirkan sampai dilakukan
pengkajian).
- Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan makanan yang dikonsumsi ibu
supaya siap dalam proses persalinan nanti. Kebutuhan nutrisi
ibu nifas meningkat 25% hal ini juga mempengaruhi asi yang
akan diberikan pada bayinya, jadi ibu nifas harus makan
makanan yang bernutrisi seperti sayur, ikan, daging dan
kacang-kacangan yang sangat bagus untuk kualitas ASI
tentunya dengan porsi yang lebih banyak dari pada biasanya.
Serta minum air minimal 3 liter/ hari.
- Pola eliminasi
BAK : keluhan dari saluran kencing sering kali menyertai
dalam
kehamilan, oleh karena itu perlu ditanyakan rasa nyeri. Ibu
nifas
Hendaknya kencing dapat dilakukan dalam 6-8 jam setelah
persalinan.
BAB : beberapa penyakit yang berasal dari rectum sering kali
menimbulkan kesulitan dalam diagnosa penyakit genekolik.
Ibu
nifas 3-4 hari tidak BAB umumnya normal. Pastikan ibu
mengonsumsi makanan tinggi serat dan cukup cairan.
- Pola istirahat
Untuk mengetahui seberapa lama ibu beristirahat selama hamil
sehingga dapat diketahui keadaan ibu. Ibu nifas dianjurkan
untuk istirahat 7-8 jam pada malam hari dan 2 jam pada siang
hari
- Personal hygiene
Untuk mengetahui kebersihan tubuh dan alat reproduksi ibu.
- Pola aktivitas

24
Untuk mengetahui aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu
selama hamil yang berpengaruh pada kondisi ibu.
- Pola seksualitas
Untuk mengetahui adanya masalah selama melakukan
hubungan seksual mungkin dapat mengganggu kehamilannya.
Setelah melahirkan Ibu nifas cenderung takut untuk melakukan
hubungan seksual dengan suaminya. Ibu nifas dapat
melakukan hubungan seksual dengan suaminya setelah 6
minggu pasca persalinan.
9. Perilaku kesehatan
Untuk mengetahui adanya kebiasaan mengkonsumsi rokok dan
jamu.
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a) KU : baik atau lemah
Kesadaran : composmentis, delirium, samnolen, koma

25
Postur tubuh : normal atau tidak
Cara berjalan : membungkukkan badan atau normal.
b) TTV : meliputi tekanan darah, nadi, suhu, RR.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : simetris/ tidak, rontok/ tidak, ada ketombe/ tidak.
Muka : simetris/ tidak, oedema / tidak, pucat/ tidak,
sianosis/ tidak.
Hidung : simetris/ tidak, polip/ tidak, ada penumpukan secret/
tidak.
Telinga : simetris/ tidak, ada serumen/ tidak, OMP/ tidak.
Mulut : simetris/ tidak , ada stomatitis/ tidak, mukosa bibir
lembab/tidak.
Leher : simetris/ tidak, terdapat pembesaran kelenjar
thyroid/ tidak, terdapat pembesaran kelenjar limfe/
tidak, terdapat pembesaran vena jugularis/ tidak.
Mammae : simetris/ tidak, putting susu menonjol/ tidak, ada
benjolan abnormal/ tidak.
Axilla : simetris/ tidak, terdapat pembesaran kelenjar
limfe/ tidak, bersih/ tidak.
Abdomen : simetris/ tidak, ada luka bekas operasi / tidak.
Ekstremitas : atas (simetris/tidak, oedema/tidak,
varises/tidak).
bawah (simetris,/tidak, oedema/ tidak, varises/tidak).
Genetalia : untuk melihat keadaan vulva apakah ada jahitan
atau tidak, untuk melihat tanda radang pada luka jahit, untuk
melihat lochea

26
b. Palpasi
Leher : teraba pembasaran kelenjar tyroid/ tidak, ada
pembesaran kelenjar limfe/ tidak, pembendungan vena
jugularis/ tidak.
Axilla : teraba pembesaran kelenjar limfe/ tidak.
Mammae : teraba ada benjolan abnormal/ tidak, colostrum
keluar/ tidak.
Abdomen : berapa tinggi fundus uteri.

c. Auskultasi : periksa dengan cara mendengarkan.


d. Perkusi : periksa dengan cara mengetuk seperti reflek
patella
padakaki.
3. Pemeriksaan Penunjang : merupakan salah satu hal yang di
anggap penting yang perlu di lakukan. Seperti pemeriksaan
Hemoglobin, protein urine dan glukosa urine.
II. Menginterprestasikan Data / Interpretasi Data Dasar
Untuk mengidentifikasi diagnosa /masalah, pada langkah ini
dilakukan identifikasi terhadap diagnosa/masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.dalam
kasus yang akan dibahas ibu mengatakan putting susu sebelah kanan
sakit dan terlihat sedikit luka.
III. Mengidentifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial contohnya

27
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah/diagosa potensial
berdasarkan diagnosa yang sudah didentifikasi, langkah ini
membutuhkan antisipasi bila kemungkinan dilakukan pencengahan.
Kasus putting susu lecet mungkin bukan masalah yang besar tetapi
nika tidak segera ditangani dapat menyebabkan bendungan asi yang
tentunya mengganggu kenyamanan ibu.

IV. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan
untuk dikonsultasikan bersama dengan anggota kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi pasien. Kebutuhan yang diperlukan pada ibu
nifas dengan putting susu lecet adalah:
 Tata cara menyusui yang benar
 Penatalaksanaan putting susu lecet
 Pola nutrisi bagi ibu nifas
 Pola istirahat pada ibu nifas
V. Menyusun Rencana Asuahan Yang Menyeluruh/ Intervensi
Dalam hal ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah diagnosa yang telah didentifikasi.
VI. Melaksanakan Rencana Asuhan/ Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan seperti yang telah diarahkan
pada langkah sebelumnya dilaksanakan secara efisien dan aman.
Melaksanakan rencana kebutuhan pada ibu nifas dengan putting susu
lecet seperti Tata cara menyusui yang benar, Penatalaksanaan putting
susu lecet, Pola nutrisi bagi ibu nifas dan Pola istirahat pada ibu nifas
VII. Mengevaluasi Keseluruhan/ Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi, keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan
telah terpenuhi/ tidak sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
didalam diagnosa dan masalah. Menanyakan kembali apa yang sudah

28
disampaikan guna mengetahui apakah ibu mengerti atau tidak,
sehingga kita dapat mengevaluasi nya.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 17 Januari 2024


Jam : 16.00
Nama mahasiswi : ANNISA
NIM : 412321016
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata (identitas)
Nama : Ny. “N” Nama : Tn. “F”
Umur : 23 tahun Umur : 23 tahun
Agama : islam Agama : islam
Bangsa/ suku : indonesia/ madura Bangsa/ suku : indonesia/ madura
Pendidikan : SMA Pendidikan : MA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Ragang Alamat : Desa Ragang
2. Keluhan utama/ alasan kunjungan
Ibu mengatakan sakit dibagian puting susu sebelah kanan
3. Riwayat pernikahan
Menikah : ( ) iya ( ) tidak
Menikah berapa lama : 1 tahun

29
Menikah berapa kali : 1 kali
Menikah sejak umur :22 tahun
4. Riwayat kebidanan
a. Riwayat menstruasi
- Menarche : 12 Thn
- Siklus/ lama : 28 hari/ 6-7 hari
- Banyaknya : 1 softex penuh
- Warna : merah
- Disminorhe : tidak pernah
- Flour albus : 2-3 hari setelah menstruasi
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N Tgl Usia Jenis komplik penol Bayi Nifas
o lahir/ keha persalin asi ong
umur milan an
Ibu ba Jns B P Kead Lak keada
yi kla B B aan tasi an
min
1 15-1- 38 SC KP dokter pere 2 5 baik - -
2024 mgg D mpu 7 0
an 0
0

c. Riwayat persalinan sekarang


1. Kala I
- Lamanya : tidak terkaji
- Ketuban : tidak dikaji
- Penyulit : tidak dikaji
2. Kala II
- Lamanya : tidak dikaji

30
- Jenis persalinan : tidak dikaji
- Penolong : tidak dikaji
- Tempat : tidak dikaji
- Bayi : baik
- Penyulit : tidak dkaji
3. Kala III
- Placenta lahir : tidak dikaji
- Perdarahan : tidak dikaji
- Kontraksi uterus: tidak dikaji
- TFU : 1 jari dibawah pusat
- Penyulit/ kelainan: tidak dikaji
4. Kala IV
- Perdarahan : 100 cc
- Kontraksi uterus: kenyal
- TFU : 1 jari di atas simphisis
- Luka perineum : tidak ada
- Penyulit : tidak ada
d. Riwayat nifas sekarang
- Lochea : Rubra
- TFU : 1 jari bawah pusat
- Kontraksi uterus : kenyal
- Kandung kemih : kosong
- Luka perineum : tidak ada
- Tanda infeksi : tidak ada
5. Riwayat kesehatan ibu
a. Riwayat penyakit yang pernah/ atau sedang diderita
Ibu tidak pernah mempunyai riwayat penyakit menular (seperti Hepatitis,
TBC, HIV/ AIDS,) serta tidak mempunyai riwayat penyakit menurun
(seperti hipertensi, DM, jantung, asma).
b. Riwayat penyakit suami dan keluarga
Ibu mengatakan Suami dan keluarga ibu tidak mempunyai riwayat
penyakit menular (seperti Hepatitis, TBC, HIV/ AIDS,) serta tidak

31
mempunyai riwayat penyakit menurun(seperti hipertensi, DM, jantung,
asma).
6. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya dan menerima bayinya
dengan senang hati
7. Riwayat sosial budaya
Ibu mengatakan hubungan dengan masyarakat baik.
8. Pola kebiasaan sehari-hari (setelah melahirkan sampai dilakukan
pengkajian).
a. Nutrisi : ibu mengatakan makan nasi jatah dari RS selalu dihabiskan dan
minum kurang lebih 2 gelas (440 cc)
b. Eliminasi : ibu mengakatan belum BAB, BAK menggunakan Kateter
(300 cc)
c. Istirahat: ibu mengatakan tidur lumayan nyenyak kurang lebih 5 jam
d. Personal Hygiene: ibu mengatakan badannya diseka pagi tadi dengan
tissue
e. Aktifitas: ibu mengatakan bisa melakukan mobiliasi miring kanan, miring
kiri
f. Seksualitas: tidak dikaji
9. Perilaku kesehatan : ibu mengatakan selama tidak pernah merokok, minum
obat dan jamu, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
b. Tanda-tanda vital
- TD : 120/80 mmHg
- RR : 22x/ menit
- Suhu : 36,2 ᵒC
- Nadi : 82x/ menit
- SPo2 : 98
2. Pemeriksaan fisik (status present)
a. Inspeksi

32
- Kepala : simetris, rambut tidak rontok, rambut hitam, tidak
tampak ketombe.
- Muka :simetris, tidak tampak pucat, konjugtiva tidak anemis,
palpebra tidak tampak oedema, sclera putih.
- Hidung :simetris, tidak tampak secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada polip.
- Telinga :simetris, pendengaran baik, tidak tampak serumen
- Mulut :simetris, tidak tampak stomatitis
- Leher : simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid dan
limfe, tidak ada bendungan vena jugularis.
- Payudara : simetris, papilla menonjol dan terdapat luka lecet
dibagian ujung sebelah kanan, areola hyperpigmentasi.
- Axilla : simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar limfe.
- Abdomen : simetris, ada bekas luka sc
- Vulva : tidak tampak oedema, tidak varieses, tidak tampak
jahitan, terdapat lochea rubra.
- Anus : tidak tampak oedema, tidak tampak hemoroid.
- Ekstermitas
Atas : simetris, tidak tampak oedema, akral hangat, turgor kulit
elastis.
Bawah : simetris, tidak tampak oedema, akral hangat, turgor kulit
elastis.
b. Palpasi
- Kepala : tidak teraba beenjolan yang abnormal.
- Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, tidak
teraba bendungan vena jugularis.
- Axilla : tidak teraba pembesaran limfe.
- Mammae : tidak teraba benjolan yang abnormal.
- Abdomen
TFU : 1 jari bawah pusat
Kontraksi : baik

33
Kandung kemih : menggunakan Kateter (300 cc)
- Ekstermitas
Atas : simetris, tidak tampak oedema, akral hangat, turgor kulit
elastis.
Bawah : simetris, tidak tampak oedema, akral hangat, turgor kulit
elastis.
3. Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin : 12 g/dl
HIV/AIDS : Negatif
Protein urine : Negatif
HbsAg : Negatif
II. INTERPRETASI DATA DASAR
a. Data Subyektif : ibu mengatakan putting susu sebelah kanan sakit
b. Data Obyektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda- tanda vital
- Tekanan darah :120/80 mmhg
- Nadi : 82x/menit
- RR : 22x/menit
- Suhu : 36,2 ᵒC
- SPo2 : 98
TFU : 1 jari bawah pusat
Lochea : Rubra
UC : kenyal
c. Diagnosa : Ny. “N” PIA0 Post SC H-2 dengan Puting susu lecet
d. Masalah : - pola nutrisi tidak normal
- pola istirahat tidak normal
- Puting susu lecet
e. Kebutuhan : - Pola Nutrisi
- Pola istirahat
- penatalaksanaan putting susu lecet

34
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Pola nutrisi dan istirahat yang tidak normal serta putting susu ibu lecet
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
- HE pola nutrisi yang baik pada ibu
- HE pola istirahat yang baik pada ibu
- HE tentang pola seksualitas pada ibu
- HE tata cara menyusui yang benar
- Penatalaksanaan puting susu lecet pada ibu

V. PENGEMBANGAN RENCANA (INTERVENSI)

Tanggal Diagnosa/ Tujuan


& Masalah & Intervensi Rasional
Waktu Kriteria
Tanggal: Ny. ”N” Tujuan: 1. Lakukan 1. Terjalin
17-01-2024 P1A0 post Setelah pendekatan hubungan baik
SC H-2 dilakukan pada pasien antara bidan
Waktu: dengan asuhan dan keluarga. dengan pasien
16.15 WIB putting susu kebidanan dan keluarga.
lecet pada ibu nifas 2. Jelaskan 2. Mengurangi
diharapkan hasil kecemasan ibu
keadaan ibu pemeriksaan terhadap
baik. pada pasien keadaan
dan keluarga. dirinya.
Kriteria : 3. Anjurkan ibu 3. Memenuhi
- Keadaan ibu untuk nutrisi ibu dan
baik menjaga bayi.
- TTV dalam asupan 4. Mencegah ibu

35
batas normal nutrisi. anemia karena
TD:120/80 4. Anjurkan kekurangan
mmHg untuk tidur
RR: 22x/ menit menjaga pola 5. Untuk
Suhu: 36,2 ᵒC istirahat yang mengurangi
Nadi:82x/ baik rasa takut ibu
menit 5. Memberitahu untuk
SPo2: 98 ibu tentang berhubungan
pola suami istri
seksualitas dengan
setelah suaminya
melahirkan 6. Untuk
6. Beritahu ibu mengurangi
tentang cara puting susu
menyusui lecet,
yang benar perlekatan
7. Anjurkan ibu pada bayi kuat
untuk serta bayi
memberikan menyusu tidak
ASI ekslusif gumoh
pada bayi.
8. Menejlaskan 7. Untuk
beberapa memenuhi
cara kebutuhan gizi
memberikan pada bayi
susu pada dengan
bayi menganjurkan
9. Memberikan pemberian Asi
penatalaksan Ekslusif
aan puting selama 6
susu lecet bulan,
8. Untuk

36
membantu ibu
tetap
memberikan
ASI Ekslusif
pada bayinya
dengan
memberikan
beberapa cara
9. Untuk
mengurangi
rasa sakit
akibat puting
susu lecet

VII. PELAKSANAAN (IMPLEMENTASI)


Tanggal
& Implementasi
Waktu

Tanggal: 1. Melakukan pendekatan pada pasien seperti menyapa, bersalaman,


17-01-2024 mendengar dan menjawab pertanyaan dari ibu.
2. Menjelaskan kondisi dan keadaan ibu pada ibu dan kelurga bahwa
Waktu: ibu dalam keadaan baik.
16.20 3. Menganjurkan ibu untuk menjaga nutrisi dengan makan makanan
yang bergizi namun yang bertekstur halus dan minum air putih 8

37
gelas/hari
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola istirahat yang cukup yaitu 8
jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari
5. Memberitahu ibu bahwa boleh melakukan hubungan suami istri
setelah 6 minggu pasca persalinan atau jika darah sudah tidak
keluar.
6. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu
 Cuci tangan dahulu sebelum menyusui dan bersihkan puting
susu dengan air matang
 Bayi dipangku, letakkan kepala pada siku ibu dan tangan ibu
menyangga bokong bayi, tubuh bayi lurus
 Tubuh bayi menghadap bayi menyangga bokong bayi, tubuh
bayi lurus
 Sentuhkan puting susu pada bibir atau pipi bayi untuk
merangsang agar mulut bayi terbuka
 Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting
dan sebagian besar lingkaran hitam di sekitar (areola) ke
mulut bayi
 Menyusui bayi dengan payudara kiri dan kanan bergantian
 Menyusui juga dapat dilakukan sambil tiduran, tapi jangan
sampai tertidur ketika sedang menyusui
7. Menganjurkan ibu untuk memberi Asi Ekslusif pada bayi tanpa
tambahan makanan apapun pada bayi
8. Memberitahu ibu beberapa cara agar tetap memberikan asi kepada
bayinya yaitu dengan terus menyusui bayinya 2 jam sekali secara
bergantian kanan dan kiri atau pompa menggunakan pompa khusus
ASI setelah itu letakkan dalam freezer.
9. Memberitahukan pengobatan atau penatalaksanaan putting susu
lecet yaitu dengan mengoleskan asi pada puting susu sebelum dan
sesudah menyusui, serta melakukan perawatan payudara minimal
sehari 2 kali dengan menggunakan baby oil atau kompres dengan air
hangat

38
VII. EVALUASI
Tanggal : 17-01-2024
Waktu : 16.30 WIB
Diagnosa : Ibu mengatakan sakit dibagian puting susu sebelah kanan
S : ibu mengerti atas penjelasan yang diberikan.
O : ibu dapat mengulangi penjelasan yang diberikan.
- keadaan umum : baik.
- kesadaran : composmentis
A : Ny. “N” PIA0 Post SC H-1 dengan puting susu lecet
P :- Anjurkan ibu untuk menjaga pola nutrisi
Ibu mengerti
- Anjurkan ibu untuk menjaga pola istirahat yang benar
Ibu mengerti
- Meberitahu ibu pola seksualitas dengan suami pasca melahirkan
Ibu mengerti
- Anjurkan ibu untuk memberkan ASI Ekslusif pada bayinya
Ibu mengerti
- Memberitahu ibu bagaimana tata cara menyusui yang benar
Ibu mengerti
- Anjurkan ibu untuk memberi Asi Ekslusif selama 6 bulan
Ibu mengerti
- memberitahu ibu beberapa cara untuk memberikan asi pada
Bayinya
Ibu mengerti.
- Memberitahu ibu bagaimana pengobatan puting susu lecet
Ibu mengerti

39
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa yang dilalui oleh setiap wanita setelah
melahirkan. Masa ini berlangsung sejak plasenta lahir sampai dengan 6
minggu setelah kelahiran atau 42 hari setelah kelahiran. Pada masa
tersebut dapat terjadi komplikasi persalinan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi
tenaga kesehatan khususnya bidan untuk selalu melakukan pemantauan
terhadap ibu karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari
penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Ibu nifas sangat besar
kaitannya dengan ibu menyusui dan ada beberapa masalah dalam
menyusui salah satunya Puting Susu Lecet Putting susu terasa nyeri bila
tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui
akan menyakitkan kadang- kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet
dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula
disebabkan oleh trush (candidaters) atau dermatitis. Putting susu lecet

40
dapat disebabakan trauma pada putting susu saat menyusui, selain itu
dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah – celah. Retakan pada
putting susu sebenarnya biasa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.

B. Saran
Sebagai upaya meningkatkan pelayanan kesehatan dalam bidang
kebidanan,penulis ingin menyampaikan beberapa saran:
a) Klien : diharapkan dapar melakukan control apabila ada keluhan.
b) Bidan : memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan wewenang
dan dapat bekerja sama dengan klien.
c) Institusi pendidikan : memberikan bimbingan kepada mahasiswa
dengan baik dan segi teori ataupun dalam segi keterampilan.
d) Klinik : menetapkan dan mempertahankan protab yang sudah di
tetapkan.
e) Mahasiswa : mahasiswa lebih memahami tentang nifas dan dapat
belajar serta keterampilan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Heryani R. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta: CV. Trans Info
Media; 2017. 163-166 p.

Rinata E, Rusdyati T, Sari PA. Teknik Menyusui Posisi, Perlekatan dan


Keefektifan Menghisap-Studi pada Ibu Menyusui di RSUD Sidoarjo. In:
Prosiding Seminar Nasional & Internasional. 2016.

Astutik RY. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui. Jakarta: CV. Trans
Info Media; 2015. 16 p.

Marmi. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care.” Yogyakarta:


Pustaka Pelajar; 2017. 56-61 p..

42

Anda mungkin juga menyukai