Oleh
Nim : P27824118066
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Queen K.N.M, SST., M.Keb Ira Rahayu T.S, SST Al Usnaini, SST., M.M.Kes
NIP.198212132008012007 NIP. 198604292010122003 NIP. 196301021988032006
Mengetahui
Ka. Prodi DIII Kebidanan
Dosen Tabulasi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Hari ke 1 di Puskesmas Simomulyo Surabaya
pada tanggal 21 Oktober 2019 – 16 November 2019.
iii
Surabaya, 01 November 2019
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Pelaksanaan...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Konsep Dasar............................................................................................3
2.1.1 Pengertian.......................................................................................3
2.1.2 Fisiologi Nifas................................................................................4
2.1.3 Kebutuhan Dasar Masa Nifas......................................................10
2.1.4 Tanda Bahaya Nifas.....................................................................23
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan.....................................................................23
2.2.1 Pengkajian Data...........................................................................23
2.2.2 Diagnosa.......................................................................................26
2.2.3 Diagnosa Potensial.......................................................................27
2.2.4 Tindakan Segera...........................................................................27
2.2.5 Rencana Tindakan dan Rasional..................................................27
2.2.6 Pelaksanaan Rencana Tindakan...................................................28
2.2.7 Evaluasi........................................................................................28
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................29
3.1 Data Subyektif.........................................................................................29
3.2 Data Obyektif..........................................................................................31
3.3 Analisa Data............................................................................................32
3.4 Penatalaksanaan.......................................................................................33
BAB IV PENUTUP..............................................................................................34
4.1 Kesimpulan..............................................................................................34
4.2 Saran........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
v
BAB I
PENDAHULUAN
Perawatan masa nifas yang benar akan mengurangi adanya infeksi puerperium
yang juga merupakan penyebab kematian tertinggi pada ibu, maka dari itu
pemeriksaan postnatal perlu sekali dilakukan untuk memastikan keadaan ibu dan
bayi secara berkala serta untuk mengetahui secara dini apabila ada kelainan yang
ditemukan. Dengan tujuan agar ibu nifas dapat melalui masa nifas, dengan baik
dan selamat.
Pemeriksaan nifas secara berkala yang diikuti secara teknis harus dikuasai oleh
setiap pelaksana program KIA di lapangan agar kualitas pelayanan dapat terjamin.
Pada ibu nifas umumnya banyak masalah yang berhubungan dengan masa nifas
karena kurangnya pengetahuan ibu tentang masa nifas. Oleh karena itu penting
bagi ibu nifas untuk melakukan pemeriksaan yang memungkinan faktor resiko
tinggi bisa ditemukan.
Cakupan pelayanan nifas oleh nakes adalah cakupan pelayanan kepada ibu
pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin pada kebijakan program
nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan pertama (KF1) dilakukan 6-
8 jam setelah persalinan, kunjungan kedua (KF2) dilakukan 6 hari setelah
persalinan, kunjungan ketiga (KF3) dilakukan 2 minggu setelah persalinan,
1
kunjungan keempat (KF4) dilakukan 6 minggu setelah persalinan (Rini & Kumala,
2017).
1.2 Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
1.3 Pelaksanaan
Tanggal : 25 Oktober 2019
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kemablai seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung sekitar 6
minggu. akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum kehamilan
dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2007).
Masa nifas atau puerperium adalah adalah masa setelah partus selesai
dan berakhir kira-kira 6 minggu (Hanif, 2009).
Menurut Sitti Saleha (2009), tahapan yang terjadi pada masa nifas
dibagi dalam 3 periode, yaitu:
3
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah, dan
suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapat makanan dan cairan, serta dapat menyusui dengan
baik.
3. Periode late postpartum (1minggu-5 minggu)
Pada tahap ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB.
A. Perubahan fisik
1. Keadaan umum segera setelah melahirkan umumnya sangat lemah,
lebih-lebih bila partus berlangsung lama. Sebenarnya nifas normal tidak
sakit tetapi membutuhkan waktu untuk mengembalikan keadaan
umumnya yang mengalami perubahan pada saat hamil dan persalinan
sampai kemablai ke keadaan semula (Mochtar, 1998).
2. Suhu tubuh dapat meningkat 0.5 oC namun tidak lebih dari 38 oC,
sesudah 12 jam pp kembali normal (36,5 oC - 37,5oC). Adakalanya
terjadi peningkatan pada hari pertama post partum yang disebabakan
faktor laktasi. Bila melebihi 38 oC pada 24 jam pertama post partum
merupakan tanda infeksi (Sarwono, 2007)
3. Denyut nadi umumnya berkisar 60-80 x/menit maksimal 100/menit
dapat terjadi bradikardi. Denyut nadi di masa nifas umumnya lebih
dibandingkan suhunya. Kecuali bila partus lama dan sulit sehingga
kehilangan banyak darah dan dapat terjadi takikardi. Bradikardi post
partum pada hari 6-10 dengan denyut antara 40-70 kali/ menit adalah
perubahan normal (Sarwono, 2007).
4
4. Pernafasan setelah melahirkan normal ± 18x/menit. Bila fungsi paru-
paru baik, pernapasan akan normal, teratur dan cukup (Mochtar, 1998).
5. Berat badan segera setelah melahirkan kehilangan sebesar 5kg atau
berkurang sebesar 12 pound, yang desebabkan oleh keluarga bayi,
plasenta dan air ketuban. Pada minggu pertama post partum,
kehilanagan berat badan sekitar 2 kg karena kehilangan cairan.
(Varney, 1997).
B. Perubahan sistem reproduksi
1. Involusi dan tempat plasenta
Involusi uterus adalah proses kembalinya alat kandungan atau uterus
dan jalan lahir hingga mencapai keadaan sebelum hamil. Setelah
plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya. Uterus secara berangsur-angsur menjadi seperti
sebelum hamil. Proses involusi terjadi akibat proses autolisis. Aktivitas
otot-otot dan iskhemia dimana protein dinding rahim dipecah,
daibsorpsi dan dibuang meflalui urin (Rustam, 1998).
Tabel perubahan uterus setelah melahirkan:
Diameter
Berat Keadaan
Involusi TFU bekas
uterus servik
plasenta
Setelah
plasenta Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembek
lahir
Pertengahan
Dapat
1 minggu pusat 500 gr 7,5 cm
dilalui 2 jari
simpisis
Dapat
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm dimasuki 1
jari
Sebesar
6 minggu hamil 2 50 gr 2,5 cm
minggu
5
Involusio tempat plasenta setelah persalinan, tempat plasenta
merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, kira-kira
sebesar telapak tangan dengan tepat luka ini mengecil dan sembuh
kembali setelah 6 minggu post partum.
2. Tinggi fundus dan kontraksi uterus
Akibat proses involusi TFU mengalami penurunan sampai keadaan
sebelum hamil. Kontraksi keras pada uterus berarti baik, dan
sebaliknya.
3. Lochea
Lochea adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim terutama
luka placenta yang keluar melalui vagina, dibagi menjadi :
a. Lochea rubra
Warna merah seperti darah haid dan pengeluaran setelah persalinan-
2 hari post partum.
b. Lochea Sanguinolenta
Warna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 post
partum.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 post
partum.
d. Lochea alba
Cairan putih kekuning-kuningan, pengeluaran setelah 2 minggu.
e. Lochea purule
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochea statis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4. After pain (mules-mules)
After pain adalah rasa sakit mules-mules yang disebabkan kontraksi
rahim berlangsung 2-4 hari post partum.Afterpains yang terjadi post
partum merupakan akibat dari kontraksi dari uterus, kadang-kadang
sangat mengganggu sampai 2-3 hari post partum. Perasaan mules ini
lebih terasa bila terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau
6
gumpalan darah di dalma cavum uteri. Pada primi para, afterpains
kurang terasa. Pada umumnya lebih terasa pada multi para karena
uterus sering berkontraksi kuat dengan interval sehingga nyeri
(Sarwono, 2007).
C. Laktasi
Sejak hamil sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mamae,
untuk menghadapi masa laktasi. Proses lakatasi ini timbul setelah ari-ari
atau plasenta lepas. ASI sebagai makanan alamiah terbaik yang dapat
diberikan seorang ibu pada anak yang baru lahir sampai umur 6 bulan.
1. Colostrum Glandula mammae mengeluarkan kolostrum pada bulan ke-
3 kehamilan, akan diproduksi terus sampai 2-3 hari post partum.
Kolostrum adalah cairan kental warna kekuningan/ jernih merupakna
pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus
BBL. Lebih banyak protein dna zat anati infeksi daripada ASI matang.
Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dari ASI matang. Volume
kolostrum 150-300 ml/ jam.
2. Asi dan Pengeluarannya
Menyusui
ASI mengadung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah
dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selelu segar, bersih,
dan siap untuk diminum.
Tanda ASI cukup
a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam, warnanya jernih
sampai kuning muda.
b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan berbiji
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup. Bayi yang selalu tidur bukan penanda baik.
d. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
e. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
f. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran asi, setiap kali bayi
menyusu.
7
g. Bayi bertambah berat badannya. (Buku Panduan Praktis Maternal
dan Neonatal, 2002)
Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar atau setidaknya
10-12 kali pasca persalinan. Jika bayi dibiarkan tidur lebih dari 3-4 jam
atau diberi makanan lain atau payudara tidak dikosongkan dengan baik
tiap kali menyusui, maka ”pesan hormonal” yang diterima otak ibu
adalah untuk menghasilkan susu lebih sedikit (Maternal dan Neonatal,
2002).
8
E. Perubahan Psikologis
1. Phace honey moon
Terjadi intimidasi dan kontak yang lama antara ibu ayah yang baik, hal
ini disebut juga psikis honeymoon yang tidak memerlukan hal-hal
yang romantik. Namaun masing-masing saling memperhatikananaknya
dan menciptakan hubungan baru (Varney 2007).
2. Bonding and attachment
Terjadi pada kala IV dimana terjadi kontak antara ibu, ayah dan anak
dan tetap dalam ikatan kasih.penting bagi asuhan untuk memikirkana
bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana. partisipasi suami dalam
proses persalinan merupakan salah satu upaya dalam proses ikatan
kasih sayang.
3. Phase Taking In (tahap ketergantungan)
Terjadi pada hari 1 -2 post partum. perhatian ibu terutama terhadap
kebutuhan dirinya, pasif dan tergantung. ibiu tidak mengirimkan
kontak dengan bayi bukan berarti tidak memperhatikan. dalam fase ini
yang perlu diperhatikan adalan kontak dengan bayinya, bukan cara
merawat bayi (Hamilton, 1995).
4. Phase taking hold
Berangsung kira-kira 10 hari mulai hari ke 2-4 post partum. paa saat
ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi ibu muda/ primi
para karena pada fase ini sering terjadi post partum blues.
5. Phase letting go atau saling ketergantungan
Dimulai ketika minggu ke 5-6 kelahiran. Tubuh ibu setelah sembuh
secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal dan tidak
lagi menerima peran sakit serta kegiatan seksualnya telah dilakukan
kembali (Manuaba, 1998).
6. Reaksi ibu
Reaksi positif termasuk berbicara pada bayi, memeluk, meneliti dan
memberi tanggapan positif tentang bayinya.
7. Post partum blues
9
Ibu merasa letih setelah persalinan, mengalami nyeri perineum,
pembengkakan mamae. Hal ini disebabkan tingkat esterogen dan
progesteron tubuh yang menurun setelah persalinan, seringkali emosi
yang semula tinggi menurun dengna cepat setelah kelahiran dan
tampak pada minggu 1 -2 post partum (Sinopsis Obstetri, 1983).
1. Kalori
2. Protein
10
Berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan
vit D di dapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi hari.
Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5 porsi per
hari.Setara dengan 50-60 gr keju, satu cangkir susu krim, 160 gr ikan
salmon, 120 gr ikan sarden, atau 280 gr tahu kalsium.
4. Magnesium
Dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan
memperkuat tualng, kebutuhan magnesium di dapat pada gandum dan
kacang – kacangan.
Kebutuhan yang di perlukan sedikit nya tiga porsi sehari. Satu porsi
setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-
1/2 cangkir sayuran hijau yang telah di masak, satu tomat.
6. Karbohidrat kompleks
7. Lemak
8. Garam
11
Selama nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari seperti
kacang asin, keripik kentang atau acar.
9. Vitamin
11. DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan
DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada
pada telur, otak, hati dan ikan.
B. Ambulasi
Mobilisasi yang di lakukan tergantung pada komplikasi persalian, nifas
dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi
segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari
tempat tidur nya. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring
kanan/kiri, duduk kemudian berjalan.
Keuntungan ambulasi dini adalah:
12
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuatFungsi usus, sirkulasi, paru-paru, dan
perkemihan lebih baik.
2. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
3. Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai.
C. Eliminasi
1. Miksi
Buang air kecil sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila
spontan setiap 3-4 jam. Lakukan keteterisasi apabila kandung kemih
penuh dan sulit berkemih.
2. Defeksasi
Ibu di harapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur: cukup cairan;
konsumsi makanan berserat; olah raga; berikan obat rangsangan per
oral/per rectal atau lakukan klisma.
D. Personal hygiene
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu
post partum dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut :
1. Mandi teratur minimal 2 kali sehari.
2. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur.
3. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.
4. Melakukan perawatan perineum.
5. Mengganti pembalut minimal 2 -3 kali sehari.
6. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia.
7. Setelah BAB dan BAK cebok dengan cara dari depan (vagina) ke
belakang (anus).
E. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan
ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Kurang istirahat dapat menyebabkan:
13
1. Jumlah ASI berkurang.
2. Memperlambat proses involusio uteri.
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi.
F. Seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti. Namun demikian
hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut. Selama periode
nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang dapat
menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain:
1. Gangguan/ketidaknyamanan fisik
2. Kelelahan
3. Ketidakseimbangan hormone
4. Kecemasan berlebihan
G. KB
Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari (6
minggu), tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan
seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan konstrapsi, dan
dispareuni.
1. Metode Amenorea Laktasi
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:
Ibu menyusui penuh (full breast feeding); lebih efektif
pemberian ≥8x sehari
Ibu belum haid
Umur bayi kurang dari 6 bulan
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
efektivitas MAL optimal: Ibu harus menyusui secara penuh atau
hampir penuh
Perdarahan sebelum 56 hari pascasalin dapat diabaikan
Bayi menghisap payudara secara langsung
Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi
lahir
14
Kolostrum diberikan kepada bayi
Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi
membutuhkan) dan dari kedua payudara
Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari
Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam
Untuk mendukung keberhasilan menyusui dan MAL maka ibu perlu
mengerti cara menyusui yang benar meliputi posisi, perlekatan dan
menyusui secara efektif.
2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
AKDR merupakan pilihan kontrasepsi pascasalin yang aman dan efektif
untuk ibu yang ingin menjarangkan atau membatasi kehamilan. AKDR
dapat dipasang segera setelah bersalin ataupun dalam jangka waktu
tertentu.
15
Meskipun angka ekspulsi pada pemasangan AKDR segera pascasalin
lebih tinggi dibandingkan teknik pemasangan masa interval, angka
ekspulsi dapat diminimalisasi:
Pemasangan dilakukan dalam waktu 10 menit setelah
melahirkan plasenta
AKDR ditempatkan cukup tinggi pada fundus uteri
Pemasangan dilakukan oleh tenaga terlatih khusus
Keuntungan pemasangan AKDR segera setelah lahir (pascaplasenta)
antara lain:
Biaya lebih efektif dan terjangkau.
Lebih sedikit keluhan perdarahan dibandingkan dengan
pemasangan setelah beberapa hari/minggu.
Tidak perlu mengkhawatirkan kemungkinan untuk hamil selama
menyusui dan AKDR pun tidak mengganggu produksi air susu
dan ibu yang menyusui.
Mengurangi angka ketidak patuhan pasien.
Namun demikian, terdapat beberapa risiko dan hal-hal yang harus
diwaspadai saat pemasangannya:
Dapat terjadi robekan dinding rahim.
Ada kemungkinan kegagalan pemasangan.
Kemungkinan mengalami nyeri setelah melahirkan hingga
beberapa hari kemudian.
Kemungkinan terjadi infeksi setelah pemasangan AKDR (pasien
harus kembali jika ada demam, bau amis/anyir dari cairan
vagina dan sakit perut terus menerus).
3. Implan
Implan berisi progestin, dan tidak mengganggu produksi ASI.
Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascasalin,
pemasangan implan dapat dilakukan setiap saat tanpa
kontrasepsi lain bila menyusui penuh
Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid,
pemasangan dapat dilakukan kapan saja tetapi menggunakan
16
kontrasepsi lain atau jangan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari.
Masa pakai dapat mencapai 3 tahun .
4. Suntik Progestin
Suntikan progestin tidak mengganggu produksi ASI.
Jika ibu tidak menyusui, suntikan dapat segera dimulai.
Jika ibu menyusui, suntikan dapat dimulai setelah 6 minggu
pascasalin.
Jika ibu menggunakan MAL, suntikan dapat ditunda sampai 6
bulan.
Jika ibu tidak menyusui, dan sudah lebih dari 6 minggu
pascasalin, atau sudah dapat haid, suntikan dapat dimulai setelah
yakin tidak ada kehamilan.
Injeksi diberikan setiap 3 bulan.
5. Minipil
Minipil berisi progestin dan tidak mengganggu produksi ASI
Pemakaian setiap hari, satu strip untuk 1 bulan.
6. Kondom
Pilihan kontrasepsi untuk pria.
Sebagai kontrasepsi sementara.
H. Perawatan payudara
Perawatan payudara dilakukan secara rutin. Seperti dikemukakan bahwa
salah satu usaha untuk memperbanyak ASI adalah dengan memberi
perawatan khusus, yaitu dengan pemberian rangsangan pada otot – otot
payudara. Perawatan payudara untuk memperbanyak ASI ada dua cara
yaitu yang dapat dilakukan bersamaan. Cara tersebut ialah pengurutan dan
penyiraman payudara. Pengurutan massase dilakukan untuk memberikan
rangsangan pada kelenjar air susu ibu untuk memproduksi air susu ibu.
Pengurutan ini dilakukan pada pagi dan sore, sebaiknya sebelum mandi,
dan diteruskan dengan penyiraman yang dilakukan bersamaan ketika
mandi.
Alat – alat yang diperlukan untuk pengurutan dan penyiraman payudara:
17
1. Minyak kelapa, bedak talc, sabun dapat dipilih yang disukai oleh ibu.
2. Handuk kecil/waslap, lembut, cukup tebal, dan mudah menyerap air,
sebanyak dua lembar untuk menggosok payudara sesudah diurut
3. Handuk besar dua lembar, yang satu lembar untuk menutup punggung
dan satu lembar lagi untuk mengeringkan dapat dipakai juga untuk
mandi.
4. Kom besar dua buah untuk menampung air panas dan dingin.
5. Bra bersih yang sesuai dengan ukuran, serta perlengkapan pakaian
lainnya.
Cara mengerjakan :
18
a. Pertama, siram payudara dengan air hangat.
b. Penyiraman dilakukan 10 kali, bergantian antara air dingin dan air
hangat.
c. Penyiraman atau pengguyuran terakhir ialah dengan air hangat.
Perawatan mamme sudah dimulai sejak hamil supaya putting susu lemas,
tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Dianjurkan ibu untuk menyusukan bayinya secara baik dan benar karena
ASI sangat baik buat kesehatan bayi (Diyan Indriyani, 2013).
I. Senam Nifas
Menurut Widianti dan Proverawati (2010), senam nifas adalah latihan
jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan, dimana fungsinya
adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan
memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada
otot-otot bagian punggung, dasar panggul dan perut.
Faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas antara
lain:
19
5. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
6. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
7. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya
emboli, trombosia, dan lain-lain
Ada berbagai versi gerakan senam nifas, meskipun demikian tujuan dan
manfaatnya sama, berikut ini merupakan metode senam yang dapat
dilakukan mulai hari pertama sampai dengan hari keenam setelah
melahirkan menurut Sukaryati dan Maryunani (2011) yaitu:
20
1. Hari pertama
Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas perut di
bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung tahan
hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut,
kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-
paru. Lakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan.
2. Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka
keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan lengan kanan.
Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki
kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
Lakukan 5-10 kali gerakan.
3. Hari ketiga
Sikap tubuh terlentang tapi kedua kaki agak dibengkokan sehingga
kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu dan tahan
hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi semula
dan ulangi gerakan hingga 5-10 kali.
21
4. Hari keempat
Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk ±45º kemudian
salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat tubuh ibu ±45º
dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Lakukan gerakan tersebut 5-
10 kali.
5. Hari kelima
Sikap tubuh masih terlentang kemudian salah satu kaki ditekuk ±45º
kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan dengan kaki
yang ditekuk usahakan tangan menyentuh lutut. Gerakan ini dilakukan
secara bergantian dengan kaki dan tangan yang lain. Lakukan hingga 5-
10 kali.
6. Hari keenam
22
Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki sehingga paha membentuk
sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki yang lain. Lakukan
5-10 kali.
23
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengkajian Data
Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Nama penderita dan suaminya untuk mengenal klien
sehingga tidak keliru dengan pasien lain (Christina,
1993).
Umur : Menurut pendapat para ahli kehamilan yang pertama
kali sebaiknya 19-35 tahun, dimana otot masih bersifat
elastis dan mudah renggang. Tetapi menurut
pengalaman, penderita umur 25-35 masih mudah
melahirkan. Primi tua dikatakan 35th (Christina, 1993).
Agama : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan keseharian pasien.
Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya.
Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku
kesehatan seseorang (Depkes RI, 1995).
Pekerjaan : Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi klien
sehingga penjelasan yang diberikan sesuai kondisi
klien, juga untuk mengetahui apakah pekerjaannya itu
mengganggu kehamilannya atau tidak. (Christina,
1993).
Suku : Untuk mengetahui kebudayaan dan kebiasaan tempat
tinggal klien yang dapat mempengaruhi kesehatan
klien.
Alamat : Untuk mengetahui klien tinggal dimana sehingga
menghindari kekeliruan bila misalnya ada nama yang
sama. Diperlukan juga bila akan mengadakan
kunjungan rumah. (Christina, 1995).
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan pasien, ketidaknyamanan dan gangguan
3. Riwayat menstruasi
24
- Menarche
- Lama haid
- Siklus haid
- Sifat darah
Menurut FK Unpad, 1987 : 78, darah haid kadang membeku
bila banyak.
- Teratur atau tidak
- Desminorhea atau tidak : sebelum, selama, atau sesudah
- HPHT
Bila siklus haid ± 28 hari dihitung dengan tafsiran dengan rumus
Neagle, yaitu tanggal +7, bulan -3, dan tahun +1 (Sarwono,
2006).
- Fluor albus
- Tafsiran persalinan
4. Riwayat persalinan sekarang
Dikaji untuk mendapat data-data meliputi tanggal persalinan/cara
bersalin, jumlah perdarahan, lama persalinan, keadaan placenta,
keadaan bayi; mulai BB, PB, APGAR, jenis kelamin.
5. Riwayat obstetri
Untuk mengetahui sudah berapa kali ibu hamil dan melahirkan serta
usia anaknya dan apakan ada riwayat SC, HPP pada kehamilan yang
lalu.
6. Status perkawinan
Ditanyakan untuk mengetahui berapa lama klien telah menikah.
7. Riwayat kesehatan klien
- Hipertensi Hipertensi essensial; TD 140/90-160/100, dan
hipertensi ganas; TD sistol >200mmHg. (Manuaba, 1998 : 273-
274).
- TB1 Perlu perlindungan dan pengawasan untuk mengurangi
bahaya terhadap bayi.
- Diabetes Tanda gejala yang mudah dikenali 3p : poliuri,
polipagi, polidipsia.
25
- Jantung Tanda adanya penyakit jantung berat: bising diastolik,
perisaltik, bising jantung, kardiomegali, bising jantung nyaring
disertai thrill (Sarwono, 2005).
- Asma
- Ginjal terjadi bila ada gagal tumbuh, pucat, lidah kering, poliuri,
hipertensi, protein urine.
8. Riwayat penyakit keluarga
- Hipertensi
- Ginjal
- Asma
- Diabetes
- Hepatitis
9. Riwayat KB
Untuk mengetahui klien selama ini menggunakan KB apa (suntik,
pil, IUD).
10. Pola kebiasaan sehari-hari
- Pola nutrisi
Untuk mengetahui apakah pemenuhan nutrisi selama hamil
sudah terpenuhi atau belum dibandingkan dengan pola
sebelumnya.
- Pola eliminasi
Eliminasi uri : untuk mengetahui frekuensi defekasi ibu,
apakan sering atau ada masalah
Eliminasi alvi : untuk mengetahui frekuensi defekasi ibu
- Pola istirahat
Untuk mengetahui frekuensi/ waktu istirahat ibu, apakah
cukup/kurang.
- Pola personal hygiene
Untuk mengetahui bagaimana ibu bisa menjaga kesehatan.
- Pola psikososial
- Untuk mengetahui apakah klien bisa menerima kehadiran
bayinya.
26
- Pola aktifitas
Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh ibu
sebelum/setelah MRS.
2.2.2 Diagnosa
Diagnosa. PAPIAH post partum hari ke ........
Masalah berisi apa yang sedang dialami oleh ibu yang menjadi
gangguan kenyamanan. Permasalahan yang dapat terjadi pada wanita
pospartum fisiologis :
1. Cemas: Ibu merasa takut luka jahitan tersebut akan sobek
Kebutuhan : Pengawasan involusi dan laktasi Nutrisi, istirahat,
mobilisasi
27
5. Jelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan daerah
kemaluannya, yaitu dengan membersihkan dari arah depan ke
belakang dan mengganti pembalut 2-3 x/hari.
R/ Untuk mengantisipasi terjadinya infeksi pada luka perineum dan
menjaga kebersihan genetalia.
6. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini.
R/ Mobilisasi dini dapat membantu mempercepat penyembuhan
luka perineum dan proses involusi.
7. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar dan berikan HE tentang ASI
eksklusif.
R/ Agar ibudapat mengetahui pentingnya ASI Eksklusif dan dapat
menyusui bayinya dengan baik sehingga kebutuhan nutrisi bayinya
dapat terpenuhi.
8. Jelaskan pada ibu tentang perawatan bayi seharí-hari dan perawatan
tali pusat.
R/ Agar ibu dapat melakukan perawatan bayi sehari-hari dan
perawatan tali pusat selama di rumah.
9. Berikan HE lepada ibu tentang KB.
R/ Penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama
kembali untuk mencegah kehamilan baru.
10. Diskusikan dengan ibu untuk kembali kontrol 1 minggu lagi.
R/ Untuk menjadwalkan kontrol post partum.
2.2.7 Evaluasi
Hasil evaluasi merupakan langkah awal dari langkah identifikasi dan
analisa selanjutnya bila diperlukan. Hasil evaluasi dapat digunakan
untuk kegiatan asuhan lebih lanjut atau sebagai bahan peninjau terhadap
28
langkah di dalam proses manajemen kebidanan, sebelumnya oleh
karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil.
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
NIM/Kelas : P27824118066
2. Keluhan utama :
Ibu melahirkan tanggal 25 Oktober 2019, pada pukul 03.53 dengan persalinan
normal ditolong oleh bidan di puskesmas.
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :
30
an
1. Pertam Perta Normal Bida - P 3100gr Hidup -
a ma n / 49cm
a Kala I :
Fase aktif : Pembukaan Jam : 23.00 Lamanya:
3jam 30 menit
d. Kala IV
Perdarahan: 2 jam (1softex UC : Baik Keras
36cm) TFU : 3 jari Dibawah Pusat
Luka perineum: Keadaan bayi : Baik
31
Dalam keluarga ibu tidak pernah menderita penyakit menular (hepatitis,
TBC, PMS) dan menurun (kencin manis, hipertensi, asma) serta tidak ada
keturunan kembar.
7. Riwayat perkawinan :
Ini adalah pernikahan pertama, lama menikah sudah 2 tahun dan usia ibu
saat menikah 22 tahun
8. Riwayat KB :
Ibu belum pernah mengikuti KB
9. Riwayat psikososial
Suami dan keluarga sangat senang atas kelahiran anak pertama ini.
10. Latar belakang sosial budaya
Selama hamil ibu tidak minum obat-obatan, jamu, alkohol, dan merokok,
tidak ada pantangan dari kepercayaan adat istiadat yang diikutinya.
11. Pola pola aktifitas selama masa nifas :
a Pola nutrisi
Makan 3x/hari : nasi lauk pauk dan sayur
Minum air putih 8-9 gelas/hari.
b Pola eliminasi
BAB belum, BAK 5x
c Pola Aktifitas
Ibu merawat dan menyusui bayi, ibu sudah bisa jalan ke kamar mandi.
d Pola Istirahat dan tidur
Ibu mengatakan tidur ± 5 jam setelah melahirkan
e Pola kebersihan diri
Ibu mandi sendiri ke kamar mandi, sudah ganti pembalut 4x. Ibu
gosok gigi 2x sehari dan ganti pakaian 2x sehari.
1. Pemeriksaan umum :
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
32
- BB/TB : 62 / 150
- Tanda-tanda vital : T : 120/90 mmHg S : 36,5℃
N : 80 x/mnt RR : 20 x/mnt
2. Pemeriksaan fisik ibu :
- Muka : Tidak odema, tidak ada
- Mata : Normal, conjungtiva merah muda, sclera putih
- Payudara :
Bentuk : simetris, membesar
Putting : menonjol, areola menghitam
Pengeluaran ASI : kolostrum dan ASI sudah keluar
- Abdomen : Tidak ada pembesaran yang abnormal , tidak ada Linea
Alba, tidak ada Bekas operasi.
TFU : 2 jari atas sympisis, UC : Baik (keras)
- Genetalia : lochea rubra, luka perineum kemerahan
- Ekstremitas :
Atas : Bentuk simetris, tidak oedema
Bawah : Bentuk simetris, oedema, tidak ada varices
3. Pemeriksaan penunjang (Bila ada indikasi)
Pemeriksaan laboratorium : tidak ada
1. Pemeriksaan umum :
Keadaan umum : Baik
Tanda-tanda vital : N : 120 x/mnt
S : 36,6 ℃
RR : 44 x/mnt
PB bayi : 49 cm
BB bayi : 3100 gram
33
3.4 Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan merencanakan
asuhan yang akan diberikan.
2. Memberi KIE
a. Pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu nifas dan meneteki
dengan menambah kurang lebih 500 kalori setiap hari ,terdiri dari gizi
seimbang (karbohidrat , protein,lemak,vitamin,dan mineral)
b. Mobilisasi dimulai dengan membimbing ibu bangun dari tempat
tidurnya, berjalan, dan pergi ke kamar mandi apabila ingin BAB dan
BAK
c. Personal Hygene dengan mengajarkan ibu perawatan luka perinium
menggunakan air bersih/DTT atau antiseptic, cara cebok yang benar .
d. Mengenali tanda bahaya nifas seperti pendarahan, keluar cairan berbau,
bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang-
kejang, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, merah disertai
sakit dan depresi.
e. Mengajari ibu bagaimana perawatan payudara sendiri untuk
memperlancar ASI
f. Memberi tahu ibu tentang pengunaan KB setelah post partum yang
tidak menganggu proses menyusui.
3. Melakukan konsultasi ke dokter tentang pemberian obat atau terapi pada
masa nifas dan melakukan pengawaan dalam peminuman obat
(Amoxicillin 3x1, Asam Mefenamat 3x1, Vitamin A 1x1, Metergine , SF
2x1) selama masa nifas berlangsung.
4. Mensepakti control/ kembali nifas hari ke 5 pada tanggal 29 Oktober 2019.
5. Ibu, suami dan keluarga mengerti dan mau melaksanakan asuhan
kebidanan yang telah diberikan.
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa kembalinya alat kandungan kebentuk dan ukuran
semula membutuhkan waktu kira kira 6 minggu. Dalam masa ini sering terjadi
komplikasi yang membahayakan nyawa klien.
4.2 Saran
1. Bagi Petugas
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus
meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta harus
memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, klien, dan
keluarga.
2. Bagi Klien
Klien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar
keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah klien
dapat teratasi.
3. Bagi Pendidikan
Tenaga kesehatan yang berada disuatu instansi kesehatan supaya lebih
memperhatikan dan memberikan bimbingan kepada calon tenaga kesehatan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Rini, S., & Kumala, F. 2017. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.
Deepublish.
36