Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB SUNTIK

PADA NY. R UMUR 37 TAHUN P3A0 AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK


PROGESTIN

DI PUSKESMAS NGESREP

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Kebidanan Semester V

DISUSUN OLEH :

TITIAN ARYA PRASETYO

P1337424417050

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI


BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Ilmiah ini disusun oleh:

Nama : Titian Arya Prasetyo


NIM : P1337424417050
Kelas : Sarjana Terapan Kebidanan Semester IV

Laporan ilmiah berjudul “Asuhan Kebidanan Akseptor Kb Suntik Pada


Ny. R Umur 37 Tahun P3a0 Akseptor Baru Kb Suntik Progestin Di Puskesmas
Ngesrep”

Dalam Rangka Praktik KB dan Kespro yang telah diperiksa dan disetujui
oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan dan Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 2019.

Semarang , November 2019

Sri Minarti, S.Tr.Keb Titian Arya Prasetyo


NIP. 19780128 200701 2 009 NIM. P1337424417050

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Ida Ariyanti, S.SiT, M.Kes


NIP. 19700514 199803 2 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan pada Nifas
fisiologis.
Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan KB dan Kespro Program
Studi Sarjana Terapan Kebidanan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang.
Dalam penulisan laporan ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Ida Ariyanti, S.SiT, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Institusi
2. Ibu Sri Minarti, S.Tr.Keb selaku Pembimbing Lahan
3. Rekan-rekan yang mengikuti Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan.
4. Keluarga yang selalu mendukung penulis.
5. Semua pihak yang ikut membantu penulisan makalah yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Semarang,16 November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha suami istri untuk
mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan (purwoastuti, 2015: 182),
menurut Abu Bakar Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan dan mengatur kehamilan melalui
promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (Abu bakar, 2014: 15).
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
Pertumbuhan . Penduduk yang tinggi sudah tentu menimbulkan masalah
yang rumit bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan
meningkatkan taraf hidup warga negaranya. Untuk mengendalikan jumlah
penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif
masih tinggi, pemerintah mencanangkan suatu Program Keluarga
Berencana (KB) Nasional.
Keberhasilan program Keluarga Berencana di Indonesia telah
diterima oleh masyarakat global. Pada awalnya program Keluarga
Berencana adalah upaya pengaturan kelahiran dalam rangka peningkatan
kesejahteraan ibu dan anak kemudian dalam perkembangannya program
Keluarga Berencana ditujukan untuk membudayakan norma keluarga
kecil, bahagia dan sejahterah (Handayani, 2010). Salah satu jenis
kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini
disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Cara ini mulai
disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai
kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan.
Berdasarkan SKAP Tahun 2017, realisasi pemakaian kontrasepsi
cara modern pada tahun 2017 adalah 57,6% dari target 60,9% atau capaian
sebesar 94,58% (BKKBN, 2018).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana aplikasi asuhan kebidanan keluarga berencana dengan alat
kontrasepsi suntik progestin di PUSKESMAS NGESREP?

C. Tujuan
Menjelaskan aplikasi asuhan keluarga berencana dengan alat
kontrasepsi suntik progestin di PUSKESMAS NGESREP.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Tinjauan Teori Medis


A. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha suami istri untuk
mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan (purwoastuti, 2015: 182),
menurut Abu Bakar Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan dan mengatur kehamilan melalui
promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas (Abu bakar, 2014: 15)

2. Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).

3. Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
B. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan Kesehatan
reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap
individu sebagai mahluk seksual (Biran Affandi, 2013: U-46). Sedangkan
menurut Abu bakar Pengaturan Kehamilan adalah upaya untuk membantu
pasangan suami istri (pasutri) untuk melahirkan pada usia yang ideal,
memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal
dengan menggunakan cara ,alat dan obat kontrasepsi (Bakar, 2014: 35).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

2. Macam – Macam Kontrasepsi


a. Metode Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara
suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana
dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010)
1) Kondom
Jenis kontrasepsi menggunakan alat untuk mencegah
kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan
sperma untuk masuk kedalam vagina (Purwoastuti, 2015: 205).
2) Diafragma
Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan
sabuk yang lentur, dipasang pada serviks dan menjaga agar sperma
tidak masuk ke dalam rahim (Runjati, dkk. 2017:667)
3) Spermisida
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung
bahan kimiayang digunakan untuk membunuh sperma. Cara kerja
sediaan ini adalah : menghancurkan selaput sel sperma sampai
pecah, memperlambat pergerakan sperma, menurunkan
kemampuan pembuahan sperma, menurunkan kemampuan
pembuahan sel telur, spermisida ditempatkan jauh didalam vagina
sehingga serviks terlindungi. (Runjati, dkk. 2017:664)
4) Coitus terputus
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan
dapat dicegah (Sulistiawati, 2012:56)
5) Pantang berkala
Prinsip pantang berkala ialah tidak melakukan
persetubuhan pada masa subur istri, untuk menentukan masa subur
istri dipakai 3 patokan yaitu:
a) Ovulasi terjadi 14 kurang 2 hari sebelum haid yang akan
datang.
b) Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah
ejakulasi.
c) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
Jadi jika kontrasepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari
sekurang - kurangnya selama 3 hari (72 jam) yaitu 48 jam sebelum
ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi terjadi (Sulistyawati, 2012:
50).
6) Metode Suhu Basal
Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang
lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih
tinggi dari pada suhu sebelum ovulasi. Suhu basal dapat meningkat
sebesar 0,2-0,5˚C ketika ovulasi (Taufika, 2014: 51).
7) Metode lender serviks
Metode lendir serviks dilakukan dengan wanita mengamati
lender serviksnya setiap hari. Lendir serviks terlihat lengket dan
jika direntangkan di antara kedua jari akan putus menandakan
lendir tidak subur, saat lender serviks meningkat menjadi jernih
dan melar, apabila dipegang di antara dua jari, lendir dapat
diregangkan dengan mudah tanpa terputus, lendir ini digambarkan
terlihat seperti putih telur mentah disebut lendir subur (Everett,
2012: 43).
8) Metode amenorrhea laktasi (MAL)
Metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya
diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya
(Endang, 2015: 203)

b. Metode Modern
1) Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.
Sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).
a) Pil KB
Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
(a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam
dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif,
jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
(b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua
dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi.
(c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan
tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi setiap hari.
b) Suntikan KB
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi
suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
(a) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150
mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di
suntik intramuscular (di daerah pantat).
(b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung
200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan
dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau
bokong).
c) Susuk KB
(1) Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga
dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg
levonogo dengan lama kerja tiga tahun.
(2) Jadena dan indoplant, terdiri dari dua batang silastik lembut
berongga dengan panjang 4,3 cm ber diameter 2,5 mm,
berisi 75 mg levonogestrel dengan lama kerja 3 tahun.
(3) Implano, terdiri dari satu batang silastik lembut dengan
berongga dengan panjang kira-kira 4,0 cm diameter 2 mm,
berisi 68 mg ketodesogestrel dengan lama kerja 3 tahun
(Sulistyawati, 2012: 81).
2) Mekanis
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat
kontrasepsi yang dimasukkan didalam rahim untuk menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi (Affandi, 2013:
MK-80). Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi
2 yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,
2010).

c. Metode Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah
pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal
dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).
1) Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen dengan
mengoklusi tuba fallopi mengikat dan memotong atau memasang
cincin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2) Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan okulasi vasa deferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
(penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Firdayanti, 2012: 100).
C. Kontrasepsi Suntik Kombinasi
1. Pengertian kontrasepsi suntik Depo Progestin
KB suntik 3 bulan yaitu salah satu jenis kontrasepsi suntik
yang hanya mengandung hormon progesterone / progestin yang di
suntkkan setiap 3 bulan sekali. Mengandung 150 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) yang diberikan dengan cara
disuntik intramuskular (di daerah bokong) (Sulistyawati, 2012: 75),
sedangkan Menurut BKKBN, 2002 kontrasepsi suntik adalah
metode kontrasepsi yang diberikan secara intramuscular setiap tiga
bulan yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai
efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakai relatif lebih tinggi
serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan
dengan alat kontrasepsi sederhana (Siti dan Mega, 2013: 93)

2. Cara kerja kontrasepsi suntik Depo Progestin


Menekan ovulasi, kadar progestin di dalam sirkulasi cukup
tinggi sehingga kadar FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) menurun dan tidak terjadi lonjakan LH.
Pada keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan
siklus sehingga menyebabkan pelepasan ovum dari folikel.
Sedangkan dengan kadar LH yang menurun maka tidak akan
terjadi lonjakan folikel dan produksi sel telur akan berkurang
sehingga menyebabkan tidak terjadinya pelepasan ovum dari
folikel dan menyebabkan tidak terjadi ovulasi. Perubahan pada
endometrium (atrofi) dan selaput rahim tipis, hormone progesteron
mengganggu perubahan fisiologis endometrium yaitu mengganggu
kadar puncak FSH dan LH sehingga meskipun terjadi produksi
progesteron yang berasal dari korpus luteum menyebabkan
endometrium mengalami keadaan istirahat dan atrofi sehingga
menyebabkan penghambatan dari implantasi.
Lendir serviks yang kental, Kontrasepsi suntik depo
progestin bekerja menghambat terjadinya pembuahan dengan cara
menghalangi naiknya sperma ke dalam kavum uteri dengan
membuat lender serviks menjadi kental sehingga sperma tidak
mampu untuk menembus serviks dan pembuahan tidak akan
terjadi.
Menghambat transportasi gamet/ovum oleh tuba,
kontrasepsi kontrasepsi suntik progestin menyebabkan perubahan
peristaltic tuba fallopi sehingga pergerakan gamet dihambat dan
konsepsi (pertemuan antara sel telur dan sperma) akan dihambat
maka kemungkinan terjadinya perubahan kecil. Luteulisis
Pemberian jangka panjang progesterone dapat menyebabkan fungsi
luteum yang tidak adekuat pada siklus haid yang mempunyai
ovulasi (Firdayanti, 2012: 102-103).

3. Tingkat efektifitas kontrasepsi suntik Depo Progestin


Kontrasepsi suntik DMPA memiliki efektivitas yang tinggi,
kurang dari 1/100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1
tahun pemakaian DMPA (Hanafi, 2010)

4. Keuntungan dan kerugian kontrasepsi suntik Depo Progestin


Keuntungan suntikan Depo Progestin yaitu sangat efektif,
pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak terpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI,
sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik, mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul, menurunkan krisis anemia bulan sabit. Sedangkan
kerugian/keterbatasan suntik depo progestin yaitu gangguan siklus
haid, haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak
atau sedikit, spotting atau tidak haid sama sekali, tidak dapat
diberhentikan sewaktu-waktu, permasalahan berat badan efek yang
paling sering, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian, terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan
jangka panjang, pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit
menurunkan kepadatan tulang (densitas), pada penggunaan jangka
pangjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat
(Rahma, 2012: 182).

5. Efek samping kontrasepsi suntik Depo Progestin


Efek samping dari suntikan depo progestin yaitu gangguan
haid seperti amenorhea yaitu tidak datang minimal 3 bulan
berturut-turut yang dipengaruhi kandungan hormon progesteron
dalam suntikan, yang menghambat terjadinya ovulasi, selanjutnya
spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi
selama menggunakan kontrasepsi suntikan kemudian metrorhagia
yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya (Affandi, 2013: MK-
48),
Perubahan berat badan, biasanya berat badan bertambah
atau turun beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah
pemakaian suntik KB, sakit kepala rasa berputar atau sakit kepala
yang terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari bagian
kepala. Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun
NET-EN dan terjadi pada kurang dari 1-17% akseptor disebabkan
peningkatan hormon progesteron yang mempengaruhi peredaran
darah (plasma) termasuk pembuluh darah yang menuju ke kepala
(saraf) sehingga menyebabkan gangguan sakit kepala (Ayu, dkk,
2012: 171).
Hematoma bengkak pada daerah suntikan dan berwarna
kebiruan disertai rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan
dibawah kulit dan bisa juga akibat pemakaian spoit yang berulang
atau kesalahan tehnik penyuntikan (Marfuah, 2012).
6. Indikasi kontrasepsi suntik Depo Progestin
Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN (2003) :
a. Wanita usia reproduktif.
b. Wanita yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki
efektifitas tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus dan keguguran.
g. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
h. Masalah gangguan pembekuan darah.
i. Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.

7. Kontra indikasi kontrasepsi suntik Depo Progestin


Kontra indikasi dari suntikan depo progestin diantaranya
yaitu hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per
100.000 kelahiran), perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,
terutama amenorhea, menderita penyakit kanker payudara atau
riwayat kanker payudara, diabetes melitus disertai komplikasi
(Affandi, 2013: MK-52).

8. Waktu pemberian kontrasepsi suntik Depo Progestin


a. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid
dan pasien tidak hamil.
c. Jika pasien pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta belum
haid, suntikan pertama dapat diberikan ,asal dapat dipastikan
ibu tidak hamil.
d. Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberikan.
e. Ibu pasca keguguran, suntikan progestin dapat diberikan.
f. Ibu dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang
lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi hormonal
progestin, selama ibu menggunakan kontrasepsi sebelumnya
secara benar, suntikan progestin dapat segera diberikan tanpa
menunggu haid. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontasepsi
hormonal, dan ibu ingin mengganti dengan suntikan kombinasi,
maka suntikan kombinasi dapat diberikan sesuai jadwal
kontrasepsi sebelumnya
g. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan
ingin menggantinya dengan suntikkan kombinasi, maka
suntikan pertama dapta diberikan asal diyakini ibu tidak hamil
dan pemberiannya tanpa menunggu datangnya haid (Nina Siti
Mulyani, 2013)

9. Cara penggunaan kontrasepsi suntik Depo Progestin


Penggunaan suntik depo progestin yaitu kontrasepsi
suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular di daerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak
bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari atau
injeksi diberikan setiap 12 minggu. selanjutnya bersihkan kulit
yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh
etil/isopropyl alkohol 60-90%, biarkan kulit kering sebelum
disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik, kocok dengan baik,
hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi
suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada
dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan
menghangatkanya (Affandi, 2013: MK-47).
II. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengkajian sampai evaluasi (Rismalinda, 2014 )
2. Manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
dengan urutan logis dan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan
yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan ketrampilan dalam tahapan yang
logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Yulifah dan
Surachmindari, 2014).

A. Langkah l Pengkajian
1. data subyektif
a. biodata mencakup identitas pasien menurut (Hutari Puji Astuti, 2012)
1) Nama : untuk mengetahui nama klien dan suami
2) Umur : untuk mengetahui umur pasien
3) Agama : untuk pilihan agama klien dan agama yang harus di
observasi
4) Suku bangsa : untuk mengidentifikasi wanita / keluarga yang
memiliki kondisi resesif otosom
5) Pendidikan : untuk menanyakan pendidikan tertinggi yang klien
tamatkan
6) Pekerjaan : untuk mengetahui jarak rumah
7) Alamat : untuk mempermudah dan mengetahui Biodata mencakup
identitas pasien
b. Keluhan utama :
Untuk mengetahui alasan klien datang dan keluhan
yangdirasakan (mufdlilah, 2009). Keluhan utama pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan kenaikan berat badan
c. Riwayat menstruasi :
Untuk mengetahui tentang riwayat haid yaitu usia menache,
siklus, lama menstruasi, nyeri, banyaknya, dismenorhoe (nyeri haid).
d. Riwayat perkawinan:
Untuk menanyakan status klien, apakah sekarang sudah
menikah ataukah belum menikah
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:
Untuk mengetahui tentang kehamilan (G ), jumlah anak yang
hidup ( L), jumlah kelahiran prematur (P) , jumlah keguguran (A)
persalinan
f. Riwayat keluarga berencana:
Menanyakan kepada ibu : jenis kontrasepsi yang digunakan,
lamapenggunaan nya, keluhan nya selama menggunakan KB suntik
(Rismalinda, 2014)
g. Riwayat kesehatan :
Meliputi riwayat kesehatan ibu, penyakit yang sedang diderita,
apakah pernah dirawat, berapa lama dirawat, dengan penyakit apa
dirawat, Riwayat kesehatan keluarga : penyakit menular,penyakit
keturunan /genetic
h. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi : Jenis makanan, porsi, frekuensi, Pantangan, Alasan
pantang
2) Pola eliminasi: untuk menanyakan pada klien perubahan yang
terjadi pada BAB terdiri dari : frekuensi, warna, masalah dan BAK
terdiri dari : frekuensi, warna, bau, dan masalah
3) Pola tidur dan istirahat: untuk menanyakan tidur siang, tidur
malam, dan masalahnya
4) Aktifitas : Menanyakan bagaimana pola aktivitas klien
5) Pola hygiene: menanyakan kepada klien seberapa sering mandi,
menyikat gigi, dan mengganti pakaian nya, kebersihan vulva
6) Pola seksualitas : Meliputi frekuensi , masalah
i. Riwayat psikologis meliputi : Respon ibu dan suami, dukungan
keluarga lain,pengambilan keputusan

2. Data obyektif
a. Pemeriksaan umum menurut (Hutari Puji Astuti, 2012) Tekanan darah
diukur menggunakan alat tensimeter dan stetoskop. Tekanan darah
normal , sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70
sampai 90 mmHg
1) Suhu Suhu badan normal berkisar 36,5 - 37,2 oC.
2) Nadi frekuensi nadi , normal : 60 – 100 kali / menit
3) Pernafasan Frekuensi pernapasan , normal 16 – 24 kali / menit
4) Tinggi badan Dilakukan saat pertama kali ibu melakukan
pemeriksaan
5) Berat badan Untuk mengetahui kenaikan berat badan dan
penurunan berat badan, karena kekurangan nafsu makan . Pada
kasus ibu dengan akseptor KB suntik 3 bulan mengalami kenaikan
berat badan rata-rata antara 2,3- 2,9 kg (Koes Irianto, 2012)
b. Pemeriksaan sistematis
1) inspeksi meliputi
a) Kepala
(1) Muka meliputi pemeriksaan : oedema dan cloasma
gravidarum
(2) Mata meliputi pemeriksaan : conjungtiva, sclera dan oedema
(3) Hidung meliputi pemeriksaan : secret dan polip
(4) Telinga meliputi pemeriksaan : tanda infeksi, serumen dan
kesimetrisan
(5) Mulut meliputi pemeriksaan : keadaan bibir, stomatitis,
epulis, karies dan lidah
2) Palpasi meliputi
a) Leher : meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,
pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis atau
tumor
b) Dada: meliputi pemeriksaan kesimetrisan, massa, untuk
mengetahui apakah ada tumor/ tidak
c) Abdomen Meliputi pemeriksaan Inspeksi, palpasi, auskultasi
d) Ekstremitas Meliputi pemeriksaan :oedema, varices, kuku jari
dan reflek patella
3) Perkusi meliputi : Ekstermitas : memeriksa adanya oedema,
varices, kuku jari dan reflek patella (Hutari Puji Astuti, 2012)
4) Data penunjang Data penunjang untuk pemeriksaan urine untuk
mengetahui kadar protein dan glukosanya dan pemeriksaaan darah
untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah, Hb dan penyakit
rubella (Hutari Puji Astuti, 2012)

B. Langkah ll interpretasi data


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasi sehingga
ditemukan masalah / diagnosis yang spesifik (Rismalinda, 2014) Diagnosa
kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkanoleh profesi bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur ( tata nama
) diagnosis kebidanan (Rismalinda, 2014)
Diagnosa : Ny...P..A..umur ..tahun dengan akseptor KB suntik 3
bulan
1. Data dasar Data Subjektif
a. Ibu mengatakan bernama....
b. Ibu mengatakan umur...
c. Ibu mengatakan mempunyai.....anak
d. Ibu mengatakan menggunakan kb suntik 3 bulan
e. Ibu mengatakan mengalami kenaikan berat badan 1 kg
(Rismalinda, 2014)
2. Data obyektif
a. Ku baik
b. Kesadaran composmentis
c. Vital sign normal
TD: 110-140/70-90 mmHg S:36,5-37,2 oC
N: 60-100 / menit R: 16-24 x/ menit
BB sebelum: .. BB sesudah: ..
(Rismalinda, 2014)

a. MASALAH
Masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosa perlu
dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh (Ari
Sulistyawati dkk, 2010).
b. KEBUTUHAN
Menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan
masalahnya (Ari Sulistyawati dkk, 2010)

C. Langkah lll Mengidentifikasi diagnosis potensial


Diagnosa potensial adalah rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasi, membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan , bidan dapat bersiap-siap bila diagnosis / masalah
potensial benar- benar terjadi. Diagnosa potensial pada kasus peningkatan
berat badan adalah kenaikan berat badan (Rismalinda, 2012). Diagnosa
yang mungkin terjadi tidak muncul.

D. Langkah IV Antisipasi tindakan segera


Pada langkah ini mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan (Rismalinda, 2012). Pada kasus peningkatan berat badan tindakan
yang harusdi ambil adalah pemantauan berat badan, diet, rendah kalori,
dan olahraga yang teratur (Koes Irianto, 2012)

E. Langkah V Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi pasien atau masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita, apakah dibutuhkan
penyuluhan ,konseling, dan apakah merujuk klien atau masalah yang lain
(Rismalinda, 2012).
F. Langkah Vl PELAKSANAAN
Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan
aman. Pada saat bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien
yang mengalami komplikasi , maka bertanggung jawab terhadap
pelaksanaannya rencana asuhan yang menyeluruh (Rismalinda, 2012 ).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan sesuai
dengan pelaksanaan yang di laksanakan (Rismalinda, 2012 ).

G. Langkah Vll EVALUASI


Merupakan Langkah terakhir untuk keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis
(Rismalinda, 2012 ). Evaluasi asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik
3 bulan adalah akseptor bersedia melakukan diet rendah kalori, olahraga
yang teratur rata-rata penurunan berat badan antara 1,6-1,9 kg (Koes
Irianto, 2012)
H. Data perkembangan
Dalam memberikan asuhan lanjutan, sebagai catatan
perkembangan, dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam
pendokumentasian. Menurut Varney (2007), sistem pendokumentasian
asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP, yaitu :
a. S (Subjektif) :menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai
langkah I Varney.
b. O (Objektif) :menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c. A (Asessment) :menggambarkan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi data subyektif dan data
obyektif dalam suatu identifikasi :
1) Diagnosa atau masalah
2) Antisipasi diagnosa dan masalah
3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan
sebagai langkah II, III, IV.
d. P (Planning) : Menggambarkan pendokumentasian dari
tindakan dan evaluasi, perencanaan berdasarkan
assessment sebagai langkah V, VI, VII Varney.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB SUNTIK PROGESTIN
PADA NY R UMUR 37 TAHUN P3A0 AKSEPTOR KB BARU
DI PUSKESMAS NGESREP

I. PENGKAJIAN:
Tanggal : 15 November 2019
Jam : 09.00 WIB
Tempat : PUSKESMAS NGESREP
II. IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny R Nama : Tn S
Umur : 37 tahun Umur : 49 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jatiluhur 2/5 Alamat : Jatiluhur 2/5

III. DATA SUBYEKTIF


1. Alasan Datang : Ibu mengatakan ingin mendapatkan KB Suntik 3
bulan
Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun Nyeri Haid :-
Siklus : ±28 hari Banyaknya : 3-4x ganti
pembalut/hari
Lama : ±7 hari Warna darah : merah tua
Keluhan : tidak ada keluhan HPHT : 8 November 2019
3. Riwayat Perkawinan : Sah, menurut hukum dan agama
Umur Waktu Nikah : 20 tahun
Lama Nikah : 17 tahun
Perkawinan ke :1 Jumlah Anak : 3
4. Riwayat Kesehatan
a. Sekarang : Ibu mengatakan sedang tidak hamil, tidak ada
perdarahan pervaginam tanpa tahu penyebabnya, tidak sedang
menderita nyeri di dada kiri dan memburuk jika untuk beraktivitas
berat yang mengarah ke penyakit jantung, tidak pernah mengalami
tekanan darah tinggi >180/110 mmHg yang tak kunjung turun yang
mengarah ke penyakit hipertensi, penyakit kuning yang mengarah
ke hepatitis, sering BAK di malam hari, banyak makan dan minum
dan BB turun drastis (>20 tahun) yang mengarah ke penyakit
Diabetes Mellitus, dan tidak pernah ada benjolan di payudara yang
mengarah ke keganasan
b. Yang lalu : Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah
melebihi 120/90, Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
nyeri di dada kiri dan memburuk jika untuk beraktivitas berat yang
mengarah ke penyakit jantung, penyakit kuning yang mengarah ke
hepatitis, sering BAK di malam hari, banyak makan dan minum
dan BB turun drastis (>20 tahun) yang mengarah ke penyakit
Diabetes Mellitus, dan tidak pernah ada benjolan di payudara yang
mengarah ke keganasan
c. Keluarga : Ibu mengtakan dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit nyeri di dada kiri dan memburuk jika untuk
beraktivitas berat yang mengarah ke penyakit jantung, tekanan
darah tinggi >180/110 mmHg yang tak kunjung turun yang
mengarah ke penyakit hipertensi, penyakit kuning yang mengarah
ke hepatitis, sering BAK di malam hari, banyak makan dan minum
dan BB turun drastis (>20 tahun) yang mengarah ke penyakit
Diabetes Mellitus, dan tidak pernah ada benjolan di payudara yang
mengarah ke keganasan
5. Riwayat Kehamilan , Persalinan dan nifas
Anak UK Ab Jenis Penolong Kom Nifas BBL Keadaan Anak
ke Partus plika Hidup Mati
si Umur JK Umur JK
1 39 - Spontan Bidan - Normal 2900 16 P - -
mgg gram tahun
2 40 - Spontan Bidan - Normal 3200 13 L - -
mgg gram tahun
3 40 - Spontan Bidan - Normal 3000 3 L - -
mgg gram tahun

6. Riwayat KB

LAMA ALASAN
JENIS KB KELUHAN
PENGGUNAAN BERHENTI

KB Pil 9 Tahun Tidak ada Ingin menggunakan


Progesteron alat kontrasepsi yang
lebih tahan lama
mencegah kehamilan
KB Suntik Masih digunakan Tidak ada Masih digunakan
Progestin

7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:


a. Pola Nutrisi : Ibu makan 3x sehari, porsi 1 piring sedang, menu
nasi, dengan lauk nabati (tahu, tempe) dan hewani (telur, daging,
ikan), sayur dan buah bervariasi. Minum ±6-7 gelas sehari
Keluhan : tidak ada
b. Pola Eliminasi : Ibu BAK 5-6 x/hari warna kuning jernih dan Ibu
BAB 1x/hari konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada
c. Pola aktivitas : Ibu mengatakan melakukan aktivitas sehari-
harinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak,
mencuci, dan merawat anaknya
d. Pola istirahat : Ibu tidur siang ±1 jam sehari dan tidur malam ± 7
jam
e. Pola sexual : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2
kali dalam seminggu dan tidak ada keluhan
f. Pola higiene : Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x/minggu, gosok
gigi 2x/hari, ibu rajin membersihkan alat genetalia saat mandi dan
sehabis BAK/BAB
g. Psiko, social, spiritual, cultural : Ibu mengatakan ber-KB sesuai
keinginan sendiri, suami dan keluarga mendukung keputusan ibu
ber-KB, hubungan ibu dengan suami, keluarga dan masyarakat
baik, ibu rajin menjalankan ibadah sesuai agama yang dianut, ibu
tidak menganut pantangan yang merugikan kesehatan dan
lingkungan tempat tinggal ibu tidak melarang untuk ber-KB
h. Data Psikologis : Ibu merasa bahagia menggunakan alat
kontrasepsi suntik dan tidak ada paksaan maupun larangan dalam
menggunakan KB suntik ini.
i. Pola Kebiasaan Hidup sehat : Ibu mengatakan tidak merokok,
tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan narkoba.
j. Data Psikososial : Hubungan dengan suami/ keluarga/ masyarakat
baik
k. Pengetahuan ibu tentang KB (jenis, manfaat dan efek samping):
1) Ibu tahu tentang kontrasepsi sebagai alat untuk mencegah
kehamilan
2) Ibu mengetahui macam-macam kontrasepsi seperti KB pil, KB
suntik,. IUD, Implant, Kondom, dan Kontap
3) Ibu mengetahui cara pemakaian dan efek samping KB suntik
III. DATA OBYEKTIF:
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik Kesadaran :
Composmentis
Tensi : 120/70 mmHg Nadi : 78 x/mnt
Suhu /T : 36,5oC RR : 20 x/mnt
BB Sebelum/Sekarang : - / 60 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesocephal, kulit kepala bersih, rambut hitam,
tidak mudah dicabut
Muka : Simetris, tidak ada oedema, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar
limfe, dan vena jugularis, tidak ada nyeri telan
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, ictus
cordis tak tampak, tidak ada benjolan, tidak ada
Perut : wheezing.
Tidak ada bekas luka operasi SC, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : Simetris ,Tidak ada oedema pada tangan dan kaki
,tidak ada varices, ujung kuku tidak pucat.
Genetalia : Tidak ada odem, tidak ada perdarahan
Anus : Tidak ada hemorroid.
3. Pemeriksaan penunjang: Tidak dilakukan
IV. ANALISA
Diagnosa : Ny. R Umur 37 tahun, P3A0 akseptor lama KB suntik
Progestin.
Masalah :-
Kebutuhan : Suntik KB Progestin 3 bulan
V. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik
(TD=120/70mmHg, BB= 60 Kg)
Hasil : ibu mengetahui kondisinya dalam keadaan baik
(TD=120/70mmHg, BB= 60 Kg)
2. Menginjeksikan KB suntik 3 bulanan (DMPA 3 cc) ke bagian 1/3
SIAS ibu secara IM
Hasil : KB Progestin telah diberikan pada ibu.
3. Menjelaskan pada ibu kembali bahwa amenorhea (tidak menstruasi)
merupakan salah satu efek samping dari KB suntik kombinasi dan
merupakan hal yang wajar.
Hasil : ibu mengerti bahwa bahwa amenorhea (tidak menstruasi)
merupakan salah satu efek samping dari KB suntik progestin dan
merupakan hal yang wajar.
4. Memberitahu ibu untuk mengompres bekas suntikan dengan air
hangat apabila terasa nyeri/pegal.
Hasil: ibu bersedia untuk mengompres bekas suntikan dengan air
hangat apabila terasa nyeri.
5. Memberitahu ibu untuk datang kembali pada tanggal 15 Februari 2020
untuk jadwal suntik berikutnya atau segera mungkin bila ada keluhan.
Hasil : ibu bersedia untuk datang kembali pada tanggal 15 Februari
2020 untuk jadwal suntik berikutnya atau segera mungkin bila ada
keluhan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tahap tinjauan kasus pada Ny. R usia 37 tahun P3 A0 Akseptor KB


Suntik Progestin di Puskesmas Ngesrep Kota Semarang sudah terlaksana dengan
baik sesuai dengan tinjauan teori dan tidak ada hambatan dalam memberikan
asuhan pada akseptor KB Progestin, terangkum dalam :
Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan sesuai dengan 7 langkah varney
dalam teori : pengkajian dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang. Selain itu mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Secara realita semua hal tersebut dilakukan sesuai dengan teori, tidak terdapat
perbedaaan antara teori dan kasus tentang pelaksanaan asuhan kebidanan.
Menurut penelitian dari Yurike Septianingrum, Erika Martining Wardani,
Yanis Kartini yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya
Akseptor Kb Suntik 3 Bulan” yang berpengaruh terhadap pemilihan metode kon-
trasepsi yang digunakan yaitu faktor prediposisi (umur, pendidikan, jumlah anak,
pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, jarak rumah
ke puskesmas, waktu tempuh dan biaya), faktor pendorong (dukungan petugas
kesehatan).
Tingginya akseptor KB suntik 3 bulan di Desa Keboguyang, Kecamatan
Jabon, Kabupaten Sidoarjo dipengaruhi oleh faktor usia. Faktor-faktor yang
diteliti yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan parietas secara bersama-
sama mempengaruhi tingginya akseptor KB suntik 3 bulan sebesar 34,9%,
sedangkan 65,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh
peneliti.
Menurut penelitian Ade Ayu Prawita , Aneka Sastrawati Gulo yang
berjudul “Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan
Berat Badan Ibu Di Klinik Linez Kota Gunungsitoli” Kesimpulan penelitian ini
adalah bahwa ada hubungan penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan dengan kenaikan
berat badan ibu di Klinik Linez Kota Gunungsitoli Tahun 2018.
Pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari
1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama, dan penyebabnya tidak jelas tetapi
tampaknya terjadi pertambahan lemak tubuh dan bukan karena retensi cairan
tubuh. Oleh karena hormon Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) yang
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, sehingga
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya
Menurut Penelitian dari Sri Lestari, Susiana Sariyati, Wahyuningsih yang
berjudul “Pengetahuan Akseptor tentang KB Suntik 3 Bulan Tidak Berhubungan
dengan Ketepatan Waktu Kunjungan Ulang di BPRB Bina Sehat Kasihan, Bantul,
Yogyakarta” Karakteristik responden yang dilihat dari karakteristik umur
sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 48 responden .

Berdasarkan karakteristik pendidikan responden terbanyak berpendidikan


sedang (SMA/SMK) sebanyak 36 responden . Berdasarkan karakteristik pekerjaan
sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 28 responden.
Berdasarkan karakteristik sosial ekonomi sebagian besar berpenghasilan <UMK
(1.125.500) yaitu sebanyak 39 responden . Berdasarkan karakteristik jumlah anak
sebagian besar responden memiliki anak dengan kriteria 2-4 anak sebanyak 37
responden .

Tingkat pengetahuan Akseptor tentang KB suntik 3 bulan di BPRB Bina


Sehat sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu sebanyak
57 responden . Ketepatan waktu kunjungan ulang suntik KB 3 bulan di BPRB
Bina Sehat sebagian besar melakukan kunjungan ulang secara tepat waktu
sebanyak 60 responden . Mengingat ketepatan waktu untuk suntik ulang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan KB suntik bulan, maka diharapkan akseptor
akan mempunyai motivasi yang lebih tinggi untuk melakukan suntik ulang dengan
tepat waktu.
Menurut penilitian dari Deni Wirhana Surjono, Nurhidayah yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor Kb Dalam Pemilihan Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan Atau 1 Bulan” dari hasil analisa, bahwa faktor yang berpengaruh
antara lain faktor umur, pengetahuan, dukungan suami pengalaman buruk, riwayat
haid, biaya, riwayat kesehatan serta usia bayi untuk pemilihan KB Suntik 3 bulan
atau 1 bulan. Faktor yang paling dominan mempengaruhi pemilihan jenis KB
suntik adalah faktor dukungan suami , biaya dan usia bayi.

Disarankan untuk seluruh akseptor KB suntik agar berkonsultasi terlebih


dahulu dengan bidan mengenai jenis KB suntik yang akan mereka gunakan agar
penggunaan atau pemilihan jenis KB suntik sesuai dengan kondisi ibu terutama
untuk ibu yang sedang menyusui anak usia 0-24 bulan sehingga jenis KB suntik
yang digunakan tidak mengganggu produksi ASI.

Menurut penelitian dari Rilyani , Deni Metri , Minawati yang berjudul


“Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dengan Gangguan Menstruasi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi Ii Kabupaten Lampung Utara Tahun 2018”
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan alat
kontrasepsi suntik dengan kejadian gangguan menstruasi pada akseptor KB di
wilayah kerja Puskesmas Kotabumi II Kabupaten Lampung Utara tahun tahun
2018. Akseptor pengguna kontrasepsi suntik lebih dari 1 tahun memiliki peluang
5 x mengalami gangguan menstruasi dibandingkan dengan yang menggunakan
kontrasepsi suntik < 1 tahun.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga Berencana (KB) merupakan usaha suami istri untuk
mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan (purwoastuti, 2015: 182),
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim
(Nugroho dan Utama, 2014).
Dalam pengkajian ibu mengatakan ingin mendapatkan KB suntik 3
bulan kembali, lalu dilakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu di berikan KB
suntik 3 bulan yang mengandung progestin sebanyak 3cc di injeksi secara IM.
Diagnosa kebidanan dari kasus ini adalah Ny. R Umur 37 Tahun P3A0
Akseptor Baru Kb Suntik Progestin dan pelaksanaannya yaitu memberitahu
ibu tentang hasil pemeriksaan, TTV : TD : 120/70 mmHg, R: 20x/menit, N:
78x/menit, S: 36,50C. Menginjeksikan KB suntik 3 bulanan (DMPA 3 cc) ke
bagian 1/3 SIAS ibu secara IM. Menjelaskan pada ibu kembali bahwa
amenorhea (tidak menstruasi) merupakan salah satu efek samping dari KB
suntik kombinasi dan merupakan hal yang wajar. Memberitahu ibu untuk
mengompres bekas suntikan dengan air hangat apabila terasa nyeri/pegal.
Memberitahu ibu untuk datang kembali pada tanggal 15 Februari 2020 untuk
jadwal suntik berikutnya atau segera mungkin bila ada keluhan. Pada kasus ini
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang nyata.

B. Saran
Sebaiknya tenaga kesehatan dalam melaksanakan praktik selalu
berpedoman dengan teori yang ada dan mampu melaksanakan pelayanan
secara komprehensif dan lengkap, serta mampu meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, S. 2014. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana dalam


Tanya Jawab. Jakarta: Rajawali Pers.

Ade Ayu Prawita , Aneka Sastrawati Gulo. 2018. “Hubungan Penggunaan


Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan Ibu Di Klinik
Linez Kota Gunungsitoli”

Affandi, B. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ayu, dkk. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan kb. Edisi 2: jakarta:
EGC.2014.

Deni Wirhana Surjono, Nurhidayah. 2016 “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Akseptor Kb Dalam Pemilihan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Atau 1 Bulan”

Everett, Suzanne. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi.


Edisi Kedua: Jakarta: EGC. 2012.

Firdayanti. Unmeet Need For Family Planning (Kebutuhan Keluarga Berencana


yang Tidak Terpenuhi). Makassar: Alauddin University Press. 2012.

Hanafi, 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta. Pustaka Sinar


Harapan.

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


PustakaRihama.

Marfuah. KTI Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Klien Akseptor Suntikan


Depo Progestin dan Kenaikan Berat Badan. Makassar. 2012.

Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Siti. Mulyani nina dan Mega Rinawati. 2013. Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medica.

Sri Lestari, Susiana Sariyati, Wahyuningsih. 2016. “Pengetahuan Akseptor


tentang KB Suntik 3 Bulan Tidak Berhubungan dengan Ketepatan Waktu
Kunjungan Ulang di BPRB Bina Sehat Kasihan, Bantul, Yogyakarta”
Purwoastuti, Endang. dan Elisabeth Siwi, Walyani. Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2015.

Rahma, Andi Siti. Fisiologi Laktasi. Makassar: Alauddin University Press. 2012

Rilyani , Deni Metri , Minawati. 2018. “Hubungan Penggunaan Kontrasepsi


Suntik Dengan Gangguan Menstruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotabumi Ii Kabupaten Lampung Utara Tahun 2018”

Runjati, dkk. 2017. Kebidanan : Teori dan Asuhan, Vol 2. Jakarta. ECG

Siti. Mulyani nina dan Mega Rinawati. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Yogyakarta: Nuha Medica. 2013.

Sulistyawati, A. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba


Yurike Septianingrum, Erika Martining Wardani, Yanis Kartini. 2018. “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Akseptor Kb Suntik 3 Bulan”

Anda mungkin juga menyukai