DISUSUN OLEH:
SITI AISYAH
P1337424418005
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan pada
Kegawatdaruratan Neonatal.
Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Praktik Klinik Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal, KB dan Kespro Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi
Bidan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang.
Dalam penulisan laporan ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Allah S.W.T yang telah melimpahkan karunia-Nya.
2. Sri Rahayu, SKp. Ns, S.Tr.Keb M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
3. Ida Ariyanti, S.SiT, M. Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan dan Profesi Bidan Semarang.
4. Nofik Wijayaning A, A.Md.Keb selaku pembimbing klinik yang telah
membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan tepat pada waktunya.
5. Triana Sri Hardjanti, M.Mid selaku pembimbing institusi yang telah
membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini tepat pada waktunya.
6. Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapangan.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semarang, 18 Oktober 2021
Praktikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan, mengerti dan memahami tindakan asuhan kebidanan
Kegawatdaruratan Neonatal dengan menerapkan manajemen kebidanan di
Puskemas Tlogosari Kulon.
2. Tujuan Khusus
a. Praktikan dapat mengaplikasikan teori kedalam praktik klinik dalam
asuhan kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal yang diperoleh selama
pendidikan.
b. Praktikan mampu mengembangkan pola pikir dalam bentuk tulisan
maupun laporan
1.4 Manfaat
1. Bagi Klien dan Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu
Kegawatdaruratan Neonatal.
2. Bagi Praktikan
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada
ibu sehingga dapat digunakan sebagai berkas praktikan di dalam
melaksanakan tugas sebagai bidan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan secara
konseptual dalam mata kuliah kebidanan khususnya pada mata kuliah
asuhan kebidanan pada Kegawatdaruratan Neonatal.
4. Bagi Puskesmas/Tempat PKL
Sebagai bahan masukan bagi bidan untuk penyuluhan mengenai efek
samping Kegawatdaruratan Neonatal sehingga meningkatkan cakupan
Kegawatdaruratan Neonatal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.2 Asfiksia
1. Pengertian Asfiksia
Asfiksia merupakan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia dan asidosi. Asfiksia yang terjadi pada bayi
biasanya merupakan kelanjutan dari anoksida/hipoksia janin. Diagnosis
anoksida/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian (Maryunani 2013:291).
Denyut jantung janin, frekuensi normal ialah antara 120 dan 160
denyutan semenit. Apabila frekuensi denyutan menurun sampai di bawah
100 permenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu
merupakan tanda bahaya. Mekonium dalam air ketuban, adanya
mekonium pada prseentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan
oksigenasi dan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga
peristaltic usus meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya mekonium
dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk
mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
Pemeriksaan PH darah janin, adanya asidosis menyebabkan turunnya PH.
Apabila PH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya (Rukiyah 2013:31-32).
4. Patofiologi Asfiksia
Menurut Safrina, (2013) dalam Lia Yulianti (2015), segera setelah
lahir bayi akan menarik nafas yang pertama kali (menangis), pada saat ini
paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi. Alveoli akan mengembang
udara akan masuk dan cairan yang ada di dalam alveoli akan
meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru
akan mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat secara
memadai (Yulianti, 2015).
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurang O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama epneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun.
Bayi sekarang tidak dapat berekasi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukan upaya pernafasan secara spontan (Yulianti 2015).
5. Manifestasi klinik
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan
tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini:
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala Tonus otot buruk
karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain
c. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
d. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen
pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
e. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke
plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
f. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru
atau nafas tidak teratur/megap-megap
g. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah
h. Penurunan terhadap spinkters. i. Pucat (Lockhart 2014: 51-52)
6. Penatalaksanaan asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah resusitasi neonatus atau bayi. Semua bayi
dengan depresi pernapasan harus mendapat resusitasi yang adekuat. Bila
bayi kemudian terdiagnosa sebagai asfiksia neonatorum, maka tindakan
medis lanjutan yang komprehensif. Tindakan (Resusitasi melakukan
langkah awal yaitu HAIKAL, lakukan VTP, Bila frekuensi jantung < 60
x/menit lanjutkan VTP dan kompresi dada, dan apabila frekuensi jantung
> 100 x/menit lakukan pasca resusitasi dan pemeantauan vital sign
pencegah hipotermi, pencegah infeksi yang dikenal dengan STABLE.
neonatorum akan dipastikan sendiri kemudian, namun pada intinya
penatalaksanaan terhadap asfiksia neonatorum adalah berupa:
a. Tindakan umum
1) Bersihkan jalan napas, kepala bayi diletakkan lebih rendah agar
leher mudah mengalir, bila perlu digunakan laringoskop untuk
membantu penghisapan lendir dari saluran napas yang lebih dalam
2) Rangsang refleks pernapasan, dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernapas dengan cara memukul kedua telapak
kaki menekan tand achiles
3) Mempertahankan suhu tubuh
b. Tindakan khusus
Langkah Resusitasi Pada bayi Asfiksia
1) Langkah awal resusitasi
a) Hangatkan Bayi
Letakkan bayi dengan posisi terlentang di bawah lampu
pemanas, pertahankan selimut yang melingkupi tubuh bayi
b) Atur Posisi Bayi
Posisikan kepala dan leher bayi dengan posisi setengah ekstensi
untuk membuka jalan nafas dengan mengganjal bahu bayi
dengan lipatan kain
c) Isap Lendir
Lakukan pengisapan lendir, dengan menggunakan pengisap
lendir De Lee terlebih dahulu lakukan pengisapan lendir pada
mulut (< 5cm), setelah itu pada hidung (< 3cm).
d) Keringkan Bayi
Keringkan tubuh bayi dan lakukan rangsangan taktil dengan
memberikan sedikit tekanan mulai dari muka, kepala ke
seluruh tubuh bayi. Gunakan telapak tangan untuk menggosok
punggung, perut dada
e) Atur Kembali Posisi Bayi Dan Bungkus Bayi
Ganti kain yang basah dengan kain yang baru yang bersih,
kering dan hangat. Selimuti bayi dengan kain tersebut, biarkan
bagian muka dan dada sedikit terbuka untuk memberi
keleluasaan bernafas memantau gerakan dada. Atur kembali
posisi kepala bayi pada posisi setengah ekstensi
f) Lakukan Penilaian
Menilai pernafasan dan denyut jantung bayi Bila bayi bernafas
spontan: letakkan bayi pada dada ibu dan selimuti bayi bersama
ibunya, anjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya. Bila bayi
tidak bernafas, megap-megap, merintih dan atau disertai DJA <
100 x/menit segera lakukan VTP.
2) VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
Pastikan kepala bayi sudah benar posisinya, kemudian pasang
sungkup dengan benar sehingga melingkupi hidung, mulut dan
dagu. Lakukan ventilasi percobaan (2x), lihat apakah dada bayi
mengembang setelah silakukan peniupan 2 kali. Bila dada
mengembang lanjutkan VTP sebanyak 20x dalam 30 detik (cara
menghitung: 1-lepas-lepas) Bila dada bayi tidak mengembang:
periksa posisi sungkup, posisi kepala apaka sudah setengah
ekstensi, periksa apakah masih ada sumbatan jalan nafas ex: lendir,
bila masih ada lendir lakukan pengisapan ulang.
LAKUKAN PENILAIAN. Bila bayi mulai bernafas normal
(30-60 x/m) tidak ada retraksi dada, tidak merintih maka hentikan
ventilasi. Pantau kondisi bayi secara seksama. Bila bayi tetap tidak
bernafas, DJA < 100 x/m lanjutkan VTP, bila DJA < 100 x/m
lanjutkan VTP, bila DJA < 100 x/menit lanjutkan VTP, bila DJA <
60x/menit lakukan kompresi dada (RJP)
3) RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
Pasang sungkup dengan benar. Lakukan kompresi dada sebanyak
3x kompresi (pada 1/3 bawah sternum dengan kedalaman 1/2-3/4
inchi) dan 1x ventilasi. sehinggga perbandingan kompresi dan
ventilasi sebanyak 3:1 dengan frekuensi 15x dalam 30 detik
Lakukan Penilaian. Bila bayi mulai bernafas normal (30-60 x/m)
tidak ada retraksi dada, tidak merintih maka hentikan RJP. Pantau
kondisi bayi secara seksama. Bila bayi tetap tidak bernafas, DJA <
100 x/m lanjutkan VTP, bila DJA < 60x/menit akukan kompresi
dada (RJP ulang). Bila setelah RJP ulang DJA masih di bawah
60x/m berikan suntikan adrenalin.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 18 Oktober 2021
Waktu : 09.20 WIB
Tempat : Ruang Rawat Inap Puskesmas Tlogosari Kulon
1 2 1 1 1 6
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak Terkaji
VI. ANALISA
Diagnosa : Bayi Ny. T dengan asfiksia
Masalah : Asfiksia Sedang
Kebutuhan : Resusitasi
VIII. PERENCANAAN
1. Melakukan HAIKAL
2. Menghangatkan bayi
3. Melakukan pendokumentasian
IX. PENATALAKSANAAN
1. Menghangatkan bayi dengan meletakkan bayi dengan posisi terlentang di
bawah lampu pemanas, pertahankan selimut yang melingkupi tubuh bayi
2. Mengatur posisi bayi dengan memposisikan kepala dan leher bayi dengan
posisi setengah ekstensi untuk membuka jalan nafas dengan mengganjal
bahu bayi dengan lipatan kain
3. Menghisap lendir dengan menggunakan pengisap lendir de lee terlebih
dahulu pengisapan lendir pada mulut (< 5cm), setelah itu pada hidung (< 3
cm)
4. Mengeringkan bayi dan lakukan rangsangan taktil dengan memberikan
sedikit tekanan mulai dari muka, kepala ke seluruh tubuh bayi. Gunakan
telapak tangan untuk menggosok punggung, perut dan dada.
5. Mengatur kembali posisi bayi dan bungkus bayi, ganti kain yang basah
dengan kain yang baru yang bersih, kering dan hangat. Selimuti bayi
dengan kain tersebut, biarkan bagian muka dan dada sedikit terbuka untuk
memberi keleluasaan bernafas dan memantau gerakan dada. Atur kembali
posisi kepala bayi pada posisi setengah ekstensi.
6. Melakukan penilaian pernafasan dan denyut jantung bayi.
7. Bayi sudah dapat bernafas spontan: letakkan bayi pada dada ibu dan
menyelimuti bayi bersama ibunya, dan melakukan IMD.
8. Melanjutkan penatalaksanaan perawatan Bayi Baru Lahir Normal
9. Melakukan pengawasan terhadap bayi selama 24 jam awal untuk
memastikan bayi dapat bernafas dengan spontan.
10. Menyarankan ibu untuk segera menyusui bayinya.
11. Melakukan Pendokumentasian.
X. EVALUASI
1. Bayi dapat bernafas spontan
2. Tindakan terdokumentasi
Semarang, 18 Oktober 2021
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
Pada bab ini penulis akan membandingkan tentang kesenjangan antara materi
dengan hasil tinjauan kasus pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. T
dengan asfiksia sedang di Puskesmas Tlogosari Kulon pada tanggal 18 Oktober
2021. Dalam hal ini, penulis akan membahas berdasarkan pendekatan asuhan
kebidanan dengan tujuh langkah varney yaitu: pengumpulan data dasar,
merumuskan diagnosis atau masalah aktual, melaksanakan tindakan segera atau
kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan
asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan
Dari tinjauan kasus diperoleh data Bayi lahir dengan lilitan tali pusat, bayi
lahir tidak segera menangis, frekuensi jantung saat lahir 60x/menit, tonus otot
lemah, bayi tidak dapat memberikan reaksi bila diberikan rangsangan/lemah,
warna kulit badan dengan ekstremitas kemerahan. Pada kasus Bayi Ny. T data
yang diperoleh menunjukkan adanya persamaan gejala yang terdapat dalam
tinjauan pustaka dengan kasus sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada bayi Ny. T dengan
asfiksia sedang di Puskesmas Tlogosari Kulon. Dilaksanakan dengan
mengumpulkan data subjektif dan objektif yang diperoleh dari hasil
wawancara dimana ibu mengatakan bahwa bayinya tidak segera menangis
pada waktu lahir. Dan dilakukan pemeriksaan objektif terhadap Bayi Ny.
T yaitu keadaan umum bayi kurang baik, bayi belum bisa bernafas dengan
spontan, tonus otot lemah, bayi dapat memberikan reaksi bila diberikan
rangsangan tetapi lemah.
2. Telah melaksanakan tindakan asuhan yang telah direncanakan pada Bayi
Ny. T dengan asfiksia sedang di Puskesmas Tlogosari Kulon dengan hasil
yaitu semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
seluruhnya dengan baik tanpa adanya hambatan.
3. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Bayi Ny. T
dengan asfiksia di Puskesmas Tlogosari Kulon dengan hasil yaitu asuhan
yang telah diberikan berhasil dengan ditandai bayi sudah mulai menangis,
pernafasan sudah mulai normal, dan sudah ada reaksi apabila bayi
diberikan rangsangan.
4. Telah diberikan asuhan secara komprehensif pada Bayi Ny. T dengan
asfiksia di Puskesmas Tlogosari Kulon
5. Dokumentasi sangat diperlukan pada setiap manajemen asuhan kebidanan
karena merupakan salah satu bentuk laporan pertanggung jawaban bidan
terhadap tindakan asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada klien dan
dapat dijadikan bukti apabila terjadi gugatan dari klien dan keluarga.
5.2 Saran
1. Prognosis bayi asfiksia buruk dan seringkali berakhir dengan kematian.
Meskipun demikian, sebagai tenaga kesehatan kita senantiasa dituntut
untuk tetap berusaha menyelamatkan bayi dengan melakukan tindakan
asuhan secara pofesional baru menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah
SWT karena hidup dan matinya seseorang hanyalah Allah SWT yang
mengetahuinya
2. Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya senantiasa membina
hubungan yang baik dengan klien dan keluarga sehingga tercapai tujuan
yang diinginkan
3. Tenaga kesehatan khusunya bidan sebaiknya selalu memperbaharui
pengetahuannya dan menerapkan asuhan terbarunya untuk
mengoptimalkan upaya penurunan AKI & AKB.
DAFTAR PUSTAKA
Indrayani, D. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info
Media, 2013.
Wahyuni, S. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita: Penuntun Belajar Praktik Klinik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2012.
Patricia, Ramona. 2013. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir Edisi 5:
Jakarta. EGC.
Utomo, M.T. (2011). Risk Factors for birth asphyxia. Folia Medica Indonesiana,
7(4), 211-214
Sukarni, I & Sudarti. (2014). Patologi Kehamilan, persalinan, nifas, dan neonates
resiko tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika