Askeb Komunitas
“Konsep Kebidanan Komunitas”
Dosen Pembimbing:
Vita Raraningrum S.ST.,M.PH
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Kebidanan
Komunitas”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Askeb Komunitas.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN........................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas ..................................................................................... 5
1. Pengertian dan Tujuan ............................................................................................................ 5
2. Sejarah Kebidanan Komunitas di Indonesia ........................................................................... 5
3. Prinsip Pelayanan Asuhan dan Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas .................................................................................................................................. 6
4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan di Komunitas ............................................................. 6
5. Pemberdayaan Masyarakat ..................................................................................................... 8
6.Pemberdayaan Masyarakat...................................................................................................... 9
a.Pengertian ............................................................................................................................. 9
b.Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ....................................................................................... 9
c.Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ....................................................................................... 9
d.Ciri – Ciri Pemberdayaan Masyarakat.................................................................................. 9
e.Bentuk Pemberdayaan Masyarakat ..................................................................................... 10
f.Pembinaan Peran Serta Masyarakat .................................................................................... 10
g.Pembelajaran Orang Dewasa Tahapan Pengorganisasian .................................................. 10
B. Unsur – Unsur Kebidanan Komunitas.................................................................................. 11
1. Sasaran Kebidanan Komunitas ............................................................................................. 11
2. Tugas Utama Bidan di Komunitas ........................................................................................ 13
3. Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas ................................................................................. 14
C. SDGS 2030 Sebagai Landasan Berpikir Pelayanan Kebidanan Komunitas ..................... 18
1. Riwayat SDGS ...................................................................................................................... 18
2. Tujuan SDGS ........................................................................................................................ 19
3. Strategi .................................................................................................................................. 20
4. Akselerasi/Pencapaian Target ............................................................................................... 21
5. SDGS .................................................................................................................................... 21
2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang yang
berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan oleh
batas – batas wilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling
mengenal dan berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu.
Kebidanan komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat di luar
rumah sakit. Di dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur – unsur tersebut
adalah bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai
sarana pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang mempengaruhi seperti
lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik. Pendekatan baru mengenai
kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan pelayanan kesehatan terutama
kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi berorientasi penjagaan
mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak pengelola program untuk
mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas,
klinik, swasta atau yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di
desa, petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam melakukan
tugasnya melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu kegiatan kebidanan komunitas,
kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai dengan kewenangannya. Dalam
kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang
kuallifikasi pendidikannay lebih rendah. Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah
kerja atau wilayah pelayanan. Masyarakat yang berada di dekat tempat aktivitas bidan
3
merupakan sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja
aktif, tidak menunggu pasien dating ketempat kerjanya. Bidan harus aktif memberi
pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di dalam maupun di luar unit kerjanya.
Untuk itu bidan harus mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat dari waktu ke
waktu. Pemantauan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya harus dilakukan oleh
bidan komunitas. Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk
suatu konsep kebidanan komunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan
komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan
pengetahuan, serta teknologi. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi
sebagai unit analisis. Populasi dapat kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah
kepala keluarga, jumlah laki-laki, jumlah neonates, jumlah balita) dalam area yang dapat
ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk melihat
fakta, data atau kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan tujuan konsep dasar kebidanan komunitas ?
2. Apa yang dimaksud dengan sejarah kebidanan komunitas di indonesia ?
3. Bagaimana prinsip pelayanan asuhan dan tanggung jawab bidan pada pelayanan
kebidanan komunitas ?
4. Apa yang dimaksud dengan ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas ?
5. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat ?
6. Apa pengertian dan tujuan pemberdayaan masyarakat ?
7. Apa yang dimaksud dengan prinsip pemberdayaan masyarakat ?
8. Apa ciri – ciri pemberdayaan masyarakat ?
9. Bagaimana bentuk pemberdayaan masyarakat ?
10. Apa yang dimaksud dengan pembinaan peran serta masyarakat ?
11. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran orang dewasa ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep kebidanan komunitas
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan tujuan konsep dasar kebidanan
komunitas
4
3
TINJAUAN TEORI
4
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di batavia oleh dokter belanda (dr. W. Rosch).
Fokus pendidikan bidan 4 tahun menitikberatkan pendidikan formal masih pada
kualitas pertolongan persalinan dirumah sakit. Selain itu bidan bertugas secara mandiri
di biro konsultasi (CB) yang saat ini menjadi poliklinik antenatal rumah sakit. Dalam
peran tersebut, bidan telah memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas.
Pada tahun 1953 di yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi bidan (KTB) yang
berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian pemerintah mengakui bahwa
peran bidan tidak hanya sebatas pelayanan dirumah sakit tetapi juga meluas pada
pelayanan masyarakat, yang berbasis di balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat
kecamatan.
Ketika konsep puskesmas dilakukan pada tahun 1967, pelayanan BKIA menjadi
bagian dari pelayanan di puskesmas. Secara tidak langsung hal ini menyebabkan
penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan di puskesmas tetap memberikan
pelayanan KIA dan KB di luar gedung maupun didalam gedung, namun hanya sebagai
staf pelaksana pelayanan KIA, KB, posyandu, UKS dan bukan sebagai perencana atau
pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa disadari bidan kehilangan
keterampilan menggerakkan masyarakat karena hanya sebagai pelaksana.
Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa dilakukan untuk mengatasi tingginya
angka kematian ibu. Pemerintah menjalankan program pendidikan bidan secara massal
(SPK + 1 tahun). SPK sekolah perawat kesehatan, yaitu lulusan SMP ditambah
menempuh pendidikan 3 tahun. Bidan di desa (BDD) merupakan staf dari puskesmas
yang ditempatkan di desa sebagai penanggung jawab Polindes. Ruang lingkup BDD
mencakup peran sebagai penggerak masyarakat, memiliki wilayah kerja, dan
narasumber berbagai hal.
Gerakan sayang ibu (GSI) saat Departemeen Kesehatan menerapkan inisiatif Safe
Motherhood diprakarsai oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan tahun 1996
ditahun yang sama IBI (Ikatan Bidan Indonesia) melakukan advokasi kepada
pemerintah yang melahirkan program Diploma III Kebidanan (setingkat akademi).
Program baru ini memasukkan lebih banyak materi yang dapat membekali bidan untuk
bisa menjadi agen pembaharu di masyarakat, tidak hanya di falitas klinik. (Elly
Wahyuni, 2018)
3. Prinsip Pelayanan Asuhan dan Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas yaitu sebagai berikut :
4
6
a. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data yang relevan
untuk pengkajian yang komphrensif keadaan kesehatan setiap klien termasuk
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang teliti.
b. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar.
Setelah ditetapkan diagnosa bidan harus menentukan rencana untuk mengatasi
permasalahan kesehatan yang ditemukan.
c. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien
d. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil keputusan
untuk kesehatannya
e. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien
Setiap rencana yang dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa apa yang
diberikan merupakan kebutuhannya.
Menurut Yulifah, Rita (2013) ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas meliputi
upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), deteksi dini
komplikasi dan kegawatdaruratan, pertolongan tepat guna, meminimalkan kecacatan,
meminimalkan kesakitan dan kecacatan, pemulihan kesehatan (rehabilitasi) serta
kemitraan.
a. Promotif
Menurut WHO promosi kesehatan adalah suatu proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan memperbaiki kesehatan, baik
dilakukan secara individu, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dilakukan
antara lain dengan memberikan :
1) Penyuluhan kesehatan
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan.
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan.
5) Pemberian makaanan tambahan.
b. Preventif
Ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan-gangguan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Upaya preventif yang dilakukan diantaranya dengan melakukan :
1) Imunisasi pada bayi, balita dan ibu hamil.
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah ibu nifas dan neonatus.
8
3) Pemberian tablet vitamin A dan garam beryodium ibu nifas dan balita.
4) Pemberian tablet tambah darah dan senam hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui
keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus kegawatdaruratan
maternak dan neonatal sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami
keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan
Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan
meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitas)
Pada masa pemulihan bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter
kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien.
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu ke
lingkukangan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi pada stigma
masyarakat perlu dikurangi seperti TB (Tuberculosis), kusta, Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan, kekerasan dalam rumah
tangga
5. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat persuatif dan
tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku,
dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan, dan memecahkan
masalah menggunakan sumber daya/potensi yang mereka miliki, termasuk partisipasi
dan dukungan tokoh-tokoh masyrakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.
Pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian
keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada didalam keluarganya,
kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk memecahkan
masalah kesehatannya sendiri tanpa bantuan pihak lain.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian dibidang
kesehatan baik pada masyarakat maupun keluarga adalah pendekatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE). Artinya bahwa harus ada komunikasi antara bidan dengan
masyarakat, kemudian melalui komunikasi pula bidan memberikan informasi dan
melakukan pendidikan kesehatan.
9
6. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat
berinisiatif untuk memulai proses kegiatan social untuk memperbaiki situasi dan
kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bias terjadi apabila warganya
ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil di nilai sebagai “pemberdayaan
masyarakat” apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen
pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek.
b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kodisi yang dialami oleh masyarakat
yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan
sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi
dengan menggunakan daya/kemampuan yang dimiliki
Tujuan pemberdayaan komunitas
1) Meningkatakan standar hidup
2) Meningkatkan percaya diri
3) Peningkatan kebebasan setiap orang
c. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan pedoman
dalam pengambilan keputusan dan dalam melaksanakan kegiatan secara konsisten.
Prinsip pemberdayaan
1) Mengerjakan, artinya pemberdayaan masyarakat harus melibatkan masyarakat
untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu
2) Akibat, kegiatan pemberdayaan masyarakat harus memberikan akibat atau
pengaruh yang baik atau bermanfaat
3) Asosiasi, setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dikaitkan dengan
kegiatan lainya
d. Ciri – Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Suatu kegiatan atau program dapat dikatagorikan ke dalam pemberdayaan masyarkat
apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non instruktif serta dapat
10
diorganisasikan apa pun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang
melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan
universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh
masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkarya pengetahuannya,
meningkatkan kualifikasi teknis atau profesuonalnya, dan mengakibatkan perubahan
pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara
utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang
seimbang dan bebas. Sedangkan menurut Bryson dalam Supriyanto (2011)
Pendidikan orang dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh
orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian
waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan itelektual.
yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kerjasama dengan masyarakat adalah dengan
cara sebagai berikut :
a. Mengorganisir masyarakat. Dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh
masyarakat, kunjungan atau tatap muka untuk menjelaskan maksud dan tujuan
dilakukan kegiatan asuhan komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Mengajar masyarakat seperti perilaku hidup sehat. Sebagai bidan yang berperan
sebagi pendidik, seyogyanya menerapkan tindakan preventif dan promotif, salah
satunya adalah bagaimana menginformasikan perilaku hidup sehat pada individu
maupun kelompok. Sebagai contoh adalah memberikan penyuluhan tentang
pentingnya cuci tangan sebelum makan.
c. Membentuk jaringan kerja. Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas antara lain
Puskesmas, Polindes, Posyandu, BPM, dasawisma, kunjungan rumah pasien
(Syahlan, 1996). Di masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun non kesehatan,
seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, dukun beranak, kader kesehatan, perawat,
PLKB, dokter, pekerja sosial, dll. Untuk itu bekerjasama dalam tim menjadi sangat
penting. Dengan demikian bidan sebagai pimpinan tim diharapkan mampu sebagai
pengelola dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas, sehimgga
diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Tujuannya adalah
meningkatkan koordinasi dan komunikasi serta meningkatkan kemampuan bersama
dalam menanggulangi masalah kesehatan dan memaksimalkan manfaat semua
pihak. Jaringan kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi misalnya
imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A, Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor (yang melibatkan intitusi luar)
misalnya melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), PAUD dan sebagainya.
d. Memberdayakan pihak lain. Pemberdayaan pihak lain adalah pemanfaatan fasilitas
dan potensi yang ada di masyarakat untuk diberdayakan, seperti potensi sumber daya
alam, potensi desa, dan sumber daya manusia atau kader kesehatan. Contohnya
adalah bila di suatu desa ditemukan lahan industri maka pabrik atau instansi terkait
terlibat untuk memberikan fasilitas kesehatan yang sifatnya umum yaitu didirikan
tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) bagi warga yang tidak memiliki sumber air
bersih dan pembuangan hajat di rumahnya.
e. Membicarakan masalah secara terbuka. Melakukan dialog terbuka atau pertemuan
secara formal kepada tokoh masyarakat untuk menyampikan hasil pendataan tentang
status kesehatan berdasarkan data primer atau data seukunder. Hal ini bertujuan agar
13
masyarakat dan tokoh terkait mau tahu dan mampu mengatasi masalahnya sendiri
secara swadaya dan gotong royong. Contohnya adalah hasil pendataan tentang masih
banyaknya remaja yang putus sekolah pada usia sekolah.
2. Tugas Utama Bidan di Komunitas
Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik
mandiri. Peran bidan di sini sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit kesehatan ibu
dan anak, puskesmas, polindes, posyandu, klinik, dan praktik bidan perorangan. Bidan
di komunitas harus mengenal kondisi kesehaan masyarakat yang selalu mengalami
perubahan. Kesehatan komunitas dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di
masyarakat itu sendiri maupun ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Bidan harus tetap tanggap terhadap
perubahan tersebut. Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di
komunitas adalah:
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan
c. Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi.
d. Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan kewenangannya.
e. Menggunakan teknologi tepat guna.
PMB selain berfungsi sebagai tempat pelayanan masayarakat terutama ibu dan anak,
hendaknya pula dapat berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat yang juga
berperan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat, misalnya pada:
a. Kegiatan posyandu
Melakukan kegiatan posyandu bekerjasama dengan masyarakat dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak serta KB.
b. Membina posyandu
Bidan bertanggung jawab atas kegiatan posyandu di wilayah kerjanya. Kegiatannya
berupa turut memantau keberlangsungan kegiatan posyandu, pembagian tugas di
antara kader, menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan
posyandu, serta mengadakan pertemuan dengan warga.
c. Membina kader
Sebagai pelaksana kegiatan posyandu maka Kader kesehatan harus di bina dengan
melakukan pelatihan – pelatihan diantaranya melatih cara penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan, lingkar tangan dan lingkar kepala, pencatatan pada buku
register, pencatatan hasil pemeriksaan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dan
pemberian Pengganti Makanan Tambahan (PMT).
d. Membina posbindu
Selain kegiatan posyandu bidan juga turut serta melaksanakan kegiatan posbindu
(pos pembinaan terpadu). Pelayanan ini sasarannya untuk kelompok masyarakat
sehat, berisiko, dan penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) atau usia di atas 15
tahun, seperti diabetes mellitus (DM), kanker, penyakit jantung, penyakit paru.
Posbindu juga merupakan salah satu bentuk UKBM.
3. Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas
Tujuan asuhan kebidanan komunitas adalah untuk kesalamatan ibu. Pada prinsipnya
asuhan kebidanan yang diberikan di komunitas sama dengan asuhan kebidanan yang
diberikan di klinik, baik yang diberikan di Puskesmas ataupun rumah sakit. Namun
asuhan kebidanan di komunitas lebih memanfaatkan sumber daya dan potensi yang
dimiliki oleh masyarakat. Asuhan kebidanan yang merupakan wewenang bidan sebagai
berikut:
a. Antenatal di Komunitas
15
a) Ibu sakit: ibu diketahui sakit, dan diperburuk dengan kondisi tersebut sehingga
kesulitan datang ke fasilitas kesehatan.
b) Tidak ada transportasi: suami/keluarga yang tidak mendukung pentingnya
pemeriksaan kehamilan secara berkala untuk kesehatan ibu dan janinnya.
c) Tidak ada yang menjaga keluarga di rumah. Kekhawatiran bagi ibu yang
memiliki anak yang memerlukan pengawasan di rumah, bila mana ibu pergi
untuk periksa kehamilannya, maka balita yang di rumah tidak ada yang
menjaga.
d) Kurang motivasi: informasi dan pengetahuan yang kurang tentang kesehatan
terutama masa kehamilan.
e) Takut/tidak mau ke pusat layanan: tidak adanya sosialisasi dari petugas
kesehatan tentang pemanfaat layanan kesehatan yang bisa diakses ke semua
lapiasan masyarakat.
f) Faktor ekonomi: kesulitan ekonomi.
a) Kunjungan rumah.
Bidan melakukan kunjungan rumah bagi ibu hamil yang tidak datang
memeriksakan kehamilannya. Pada saat melakukan kunjungan rumah, bidan
membawa seperangkat perlengkapan bidan seperti ANC set (Tensi meter,
stetoskop, termometer, reflek patella, pita lita, pita mitline, sarung tangan dan
sebagainya).
b) Berusaha memperoleh informasi alasan tidak ANC.
Bidan mengkaji dengan cara mewawancari klien langsung untuk menggali
informasi alasan tidak ANC, apakah karena faktor waktu, jarak ke fasilitas
kesehatan, atau ekonomi.
c) Jika ada masalah coba mencari pemecahannya.
Bila didapatkan masalah maka bidan bersama klien mencari solusi untuk jalan
keluar permasalah kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya jika ada masalah, klien mengetahui cara menghubungi bidan.
d) Beri motivasi.
Motivasi yang diberikan bidan kepada klien sangat dibutuhkan untuk adaptasi
proses kehamilan. Karena dengan bidan memberikan motivasi yang cukup
17
Adapun keuntungan dan kerugian persalinan dengan DOMINO ini adalah sebagai
berikut.
a) Keuntungan
i. Pelayanan berkesinambungan antara komunitas dan dokter.
18
ibu pada tahun 2012 justru menunjukkan peningkatan, yaitu dari 228 menjadi 359 per
100.000 kelahiran. Banyak pihak yang melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
MDGs yang telah diimplementasikan selama empat belas tahun di seluruh dunia.
Walaupun masih banyak hal yang belum dicapai, namun perlu diakui bahwa selama ini
MDGs sudah membawa perubahan besar di dunia. MDGs telah menjadi saksi sejarah
proses pengurangan kemiskinan terbesar dalam sejarah manusia. Penduduk yang hidup
di bawah garis kemiskinan internasional, yaitu $1,25 per hari, sudah berkurang
setengah miliar. Laju kematian anak turun lebih dari 30 persen, dengan sekitar tiga juta
jiwa anak terselamatkan setiap tahunnya dibandingkan tahun 2000. Kematian akibat
malaria juga turun hingga seperempatnya (PBB, 2013).
Di Indonesia, pelaksanaan MDGs telah memberikan perubahan yang positif.
Walaupun masih ada beberapa target MDGs yang masih diperlukan kerja keras untuk
mencapainya, tetapi sudah banyak target yang telah menunjukan kemajuan yang
signifikan bahkan telah tercapai. Indonesia berhasil menurunkan proporsi penduduk
dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dari 20,60 persen
pada tahun 1990 menjadi 5,90 persen pada tahun 2008. Pemerintah juga telah berhasil
menurunkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan lanjutan. Hal ini dapat dilihat
dari penurunan yang signifikan pada indikator rasio APM perempuan terhadap laki-laki
SMA/MA/ Paket C dari 93,67 persen ada tahun 1993 menjadi 101,40 persen pada tahun
2011. Selain itu, angka kejadian tuberkulosis di Indonesia sudah berhasil mencapai
target MDGs yaitu dari 343 pada tahun 1990 menjadi 189 kasus per 100.000 penduduk
pada tahun 2011 (Bappenas, 2012).
2. Tujuan SDGS
a. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun.
b. Menagkhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi, dan
mendorong pertanian yang berkelanjutan.
c. Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan bagi semua orang
disegala usia.
d. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi bagi semua orang.
e. Menjamin kesehatan gender serta memberdayakan seluruh perempuan.
f. Menjamin pengelolaan air dan ketersediaan serta sanitasi berkelanjutan yang
digunakan bagi semua orang.
20
g. Menjamin akses energy yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan serta modern bagi
semua orang.
h. Mendorong upaya pertumbuhan ekonomi terus-menerus ,kesempatan kerja penuh,
inklusif, dan berkelanjutan, produktif dan pekerjaan layak bagi semua orang.
i. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang
inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi.
j. Mengurangi kesenjangan didalam dan diantara Negara.
k. Menjadikan pemukiman warga dan kota aman, berketahanan dan berkelanjutan.
l. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
m. Mengambil tindakan untuk memerangi perubahan iklim serta dampaknya.
n. Menggunakan samudera, melestarikan lautan, dan sumber daya laut secara
berkelanjutan untuk pembangunan selanjutnya.
o. Melindungi, memperbarui, serta mendorong pemakaian ekosistem daratan yang
berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati.
p. Mendorong masyarakat yang damai dan aman untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan institusi yang membangun secara efektif, akuntabel, dan inklusif di
seluruh dunia, serta keadilan akses bagi semua orang Pada dasarnya MDG’s dan
SDG’s punya persamaan dan kesamaan tujuan yang sama.
q. Memperkuat implementasi perangkat-perangkat (means of implementation) dan
kemitraan global yang direvitalisasi untuk pembangunan berkelanjutan. (Depkes, RI.
2009. Hal 8)
3. Strategi
a. Memperluas dan menyempurnakan pelaksanaan sistem jaminan sosial terutama
jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan
b. Meningkatkan ketersediaan penyediaan pelayanan dasar yang disertai dengan
peningkatan kualitas pelayanannya dan jangkauannya bagi masyarakat miskin dan
rentan berupa pelayanan administrasi kependudukan, pelayanan kesehatan,
pendidikan, perlindungan sosial dan infrastruktur dasar
c. Meningkatkan kemampuan penduduk miskin dalam mengembangkan penghidupan
yang berkelanjutan melalui penguatan asset sosial penduduk miskin, peningkatan
kemampuan berusaha dan bekerja penduduk miskin, dan peningkatan dan perluasan
akses penduduk miskin terhadap modal.
21
d. Peningkatan produksi padi dan sumber pangan protein dari dalam negeri.
e. Peningkatan kelancaran distribusi dan penguatan stok pangan dalam negeri.
f. Perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; dan
g. Mitigasi gangguan iklim terhadap produksi pangan.
h. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan lanjut usia
yang berkualitas
i. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat
j. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
k. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas
l. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan
alat kesehatan
m. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan
n. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia kesehatan
o. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
p. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi
q. Memantapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) bidang kesehatan
r. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
s. Melaksanakan wajib belajar 12 tahun.
t. Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan
melalui peningkatan kualitas lembaga pendidikan formal
u. Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan
v. Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya
w. Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel
x. Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru
y. Meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi
z. Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi
4. Akselerasi/Pencapaian Target
Target utamanya mengentaskan kemiskinan. Indonesia menggunakan tiga
prinsip dokumen SDG’s yang berhubungan dengan pembangunan manusia atau
human development yang meliputi pendidikan dan kesehatan, lingkungan dalam
skala kecil atau social economic development dan environmental development
atau lingkungan yang besar berupa ketersediaan kualitas lingkungan dan sumber
daya alam yang baik. (Depkes, RI. 2009. Hal 9)
5. SDGS
22
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
SDGs ini tidak terpisah dari MDGs, SDGs merupakan bentuk penyempurnaan
MDGs. SDGs merupakan kelanjutan dari apa yang sudah di bangun pada MDGs
(millenium development goals). SDGs memiliki lima pondasi yaitu manusia, planet,
kesejahteraan, pendamaian, dan kemitraan yang ingin dicapai tiga tujuan mulia di
tahun 2030 berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesehatan dan mengatasi
perubahan iklim.
B. Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar menjadi
lebih baik lagi, dan kami harap pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan pengetahuan wawasan yang lebih luas mengenai ”Asuhan
KebidananKomunitas”
23
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2015). Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDG'S).
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.
Hamdani, M. (2015). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: CV. Trans Info Media.