Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Askeb Komunitas
“Konsep Kebidanan Komunitas”

Dosen Pembimbing:
Vita Raraningrum S.ST.,M.PH

Disusun oleh :

1. Ayu Hidayati Tubani (15.401.17.001)


2. Desty Shella Darma Husada (15.401.17.002)
3. Siti Ma’rifatus Sholihah (15.401.17.018)
4. Suprihatin (15.401.17.019)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D-III KEBIDANAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Kebidanan
Komunitas”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Askeb Komunitas.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Krikilan, 09 September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN........................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas ..................................................................................... 5
1. Pengertian dan Tujuan ............................................................................................................ 5
2. Sejarah Kebidanan Komunitas di Indonesia ........................................................................... 5
3. Prinsip Pelayanan Asuhan dan Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas .................................................................................................................................. 6
4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan di Komunitas ............................................................. 6
5. Pemberdayaan Masyarakat ..................................................................................................... 8
6.Pemberdayaan Masyarakat...................................................................................................... 9
a.Pengertian ............................................................................................................................. 9
b.Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ....................................................................................... 9
c.Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ....................................................................................... 9
d.Ciri – Ciri Pemberdayaan Masyarakat.................................................................................. 9
e.Bentuk Pemberdayaan Masyarakat ..................................................................................... 10
f.Pembinaan Peran Serta Masyarakat .................................................................................... 10
g.Pembelajaran Orang Dewasa Tahapan Pengorganisasian .................................................. 10
B. Unsur – Unsur Kebidanan Komunitas.................................................................................. 11
1. Sasaran Kebidanan Komunitas ............................................................................................. 11
2. Tugas Utama Bidan di Komunitas ........................................................................................ 13
3. Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas ................................................................................. 14
C. SDGS 2030 Sebagai Landasan Berpikir Pelayanan Kebidanan Komunitas ..................... 18
1. Riwayat SDGS ...................................................................................................................... 18
2. Tujuan SDGS ........................................................................................................................ 19
3. Strategi .................................................................................................................................. 20
4. Akselerasi/Pencapaian Target ............................................................................................... 21
5. SDGS .................................................................................................................................... 21

2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang yang
berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan oleh
batas – batas wilayah, nilai – nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling
mengenal dan berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu.
Kebidanan komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat di luar
rumah sakit. Di dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur – unsur tersebut
adalah bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai
sarana pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang mempengaruhi seperti
lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik. Pendekatan baru mengenai
kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan pelayanan kesehatan terutama
kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi berorientasi penjagaan
mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak pengelola program untuk
mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas,
klinik, swasta atau yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di
desa, petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam melakukan
tugasnya melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu kegiatan kebidanan komunitas,
kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai dengan kewenangannya. Dalam
kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang
kuallifikasi pendidikannay lebih rendah. Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah
kerja atau wilayah pelayanan. Masyarakat yang berada di dekat tempat aktivitas bidan

3
merupakan sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja
aktif, tidak menunggu pasien dating ketempat kerjanya. Bidan harus aktif memberi
pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di dalam maupun di luar unit kerjanya.
Untuk itu bidan harus mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat dari waktu ke
waktu. Pemantauan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya harus dilakukan oleh
bidan komunitas. Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk
suatu konsep kebidanan komunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan
komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan
pengetahuan, serta teknologi. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi
sebagai unit analisis. Populasi dapat kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah
kepala keluarga, jumlah laki-laki, jumlah neonates, jumlah balita) dalam area yang dapat
ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis situasi merupakan proses sistematis untuk melihat
fakta, data atau kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan tujuan konsep dasar kebidanan komunitas ?
2. Apa yang dimaksud dengan sejarah kebidanan komunitas di indonesia ?
3. Bagaimana prinsip pelayanan asuhan dan tanggung jawab bidan pada pelayanan
kebidanan komunitas ?
4. Apa yang dimaksud dengan ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas ?
5. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat ?
6. Apa pengertian dan tujuan pemberdayaan masyarakat ?
7. Apa yang dimaksud dengan prinsip pemberdayaan masyarakat ?
8. Apa ciri – ciri pemberdayaan masyarakat ?
9. Bagaimana bentuk pemberdayaan masyarakat ?
10. Apa yang dimaksud dengan pembinaan peran serta masyarakat ?
11. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran orang dewasa ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep kebidanan komunitas
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan tujuan konsep dasar kebidanan
komunitas

4
3

b. Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah kebidanan komunitas di indonesia


c. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip pelayanan asuhan dan tanggung jawab
bidan pada pelayanan kebidanan komunitas
d. Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas
e. Mahasiswa mampu menjelaskan pemberdayaan masyarakat
f. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan tujuan pemberdayaan masyarakat
g. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip pemberdayaan masyarakat
h. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri – ciri pemberdayaan masyarakat
i. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk pemberdayaan masyarakat
j. Mahasiswa mampu menjelaskan pembinaan peran serta masyarakat
k. Mahasiswa mampu menjelaskan pembelajaran orang dewasa
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas


1. Pengertian dan Tujuan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada aspek-aspek
psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat sekitar). Maka seorang bidan
dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun kelompok.
Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan khusus berikut ini
a. Tujuan umum
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khususnya kesehatan ibu diwilayah kerjanya, sehingga masyarakat mampu
mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan cangkupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
2) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan prsalinan, perawatan nifas
dan perinatal secara terpadu.
3) Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan,
persalinan, nifas dan perinatal.
4) Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
5) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.
2. Sejarah Kebidanan Komunitas di Indonesia
Pada tahun 1849 seiring dengan dibukanya pendidikan dokter jawa di batavia (di
rumah sakit militer belanda sekarang RSPAD gatot subroto) pada tahun 1851 dibuka

4
pendidikan bidan bagi wanita pribumi di batavia oleh dokter belanda (dr. W. Rosch).
Fokus pendidikan bidan 4 tahun menitikberatkan pendidikan formal masih pada
kualitas pertolongan persalinan dirumah sakit. Selain itu bidan bertugas secara mandiri
di biro konsultasi (CB) yang saat ini menjadi poliklinik antenatal rumah sakit. Dalam
peran tersebut, bidan telah memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas.
Pada tahun 1953 di yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi bidan (KTB) yang
berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan demikian pemerintah mengakui bahwa
peran bidan tidak hanya sebatas pelayanan dirumah sakit tetapi juga meluas pada
pelayanan masyarakat, yang berbasis di balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat
kecamatan.
Ketika konsep puskesmas dilakukan pada tahun 1967, pelayanan BKIA menjadi
bagian dari pelayanan di puskesmas. Secara tidak langsung hal ini menyebabkan
penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan di puskesmas tetap memberikan
pelayanan KIA dan KB di luar gedung maupun didalam gedung, namun hanya sebagai
staf pelaksana pelayanan KIA, KB, posyandu, UKS dan bukan sebagai perencana atau
pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa disadari bidan kehilangan
keterampilan menggerakkan masyarakat karena hanya sebagai pelaksana.
Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa dilakukan untuk mengatasi tingginya
angka kematian ibu. Pemerintah menjalankan program pendidikan bidan secara massal
(SPK + 1 tahun). SPK sekolah perawat kesehatan, yaitu lulusan SMP ditambah
menempuh pendidikan 3 tahun. Bidan di desa (BDD) merupakan staf dari puskesmas
yang ditempatkan di desa sebagai penanggung jawab Polindes. Ruang lingkup BDD
mencakup peran sebagai penggerak masyarakat, memiliki wilayah kerja, dan
narasumber berbagai hal.
Gerakan sayang ibu (GSI) saat Departemeen Kesehatan menerapkan inisiatif Safe
Motherhood diprakarsai oleh Kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan tahun 1996
ditahun yang sama IBI (Ikatan Bidan Indonesia) melakukan advokasi kepada
pemerintah yang melahirkan program Diploma III Kebidanan (setingkat akademi).
Program baru ini memasukkan lebih banyak materi yang dapat membekali bidan untuk
bisa menjadi agen pembaharu di masyarakat, tidak hanya di falitas klinik. (Elly
Wahyuni, 2018)
3. Prinsip Pelayanan Asuhan dan Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas yaitu sebagai berikut :

4
6

a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat,


sosial, psikologi, ilmu kebidanan dan lain-lain yang mendukung peran bidan di
komunitas.
b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat
kemanusiaan klien.
c. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis berupa
kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah
balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa di tentukan sendiri oleh bidan.
d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader
kesehatan, perawat, PKLB, dokter, pekerja sosial.
e. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kbidanan klinik. Sistem
pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi
tanggung jawab.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas meliputi
kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga, dan
masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai mana tradisi yang baik
dan membahayakan, budaya yng sensitif gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang
adil gender dan tidak, dan hukum erta norma yang ternyata masih melanggar hak asasi
manusia. Disamping itu, bidan harus mampu bertindak profesional dalam bentuk :
a. Mampu memisahkan antara nilai-nilai dan keyakinan pribadi dengan tugas
kemanusiaan sebagai bidan, dan
b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative (tidak
membeda-bedakan), dan memenuhi standart prosedur kepada semua klien
(perempuan, laki-laki, transgender)
4. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan di Komunitas
Pelayanan asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area praktik bidan,
yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga, maupun masyarakat luas
dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan nilai-nilai masyarakat setempat
untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan keluarganya. Dalam praktiknya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dikenal dengan proses/manajemen
kebidanan.
7

a. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data yang relevan
untuk pengkajian yang komphrensif keadaan kesehatan setiap klien termasuk
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik yang teliti.
b. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar.
Setelah ditetapkan diagnosa bidan harus menentukan rencana untuk mengatasi
permasalahan kesehatan yang ditemukan.
c. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien
d. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil keputusan
untuk kesehatannya
e. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien
Setiap rencana yang dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa apa yang
diberikan merupakan kebutuhannya.
Menurut Yulifah, Rita (2013) ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas meliputi
upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), deteksi dini
komplikasi dan kegawatdaruratan, pertolongan tepat guna, meminimalkan kecacatan,
meminimalkan kesakitan dan kecacatan, pemulihan kesehatan (rehabilitasi) serta
kemitraan.
a. Promotif
Menurut WHO promosi kesehatan adalah suatu proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan memperbaiki kesehatan, baik
dilakukan secara individu, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dilakukan
antara lain dengan memberikan :
1) Penyuluhan kesehatan
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perorangan.
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan.
5) Pemberian makaanan tambahan.
b. Preventif
Ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan-gangguan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Upaya preventif yang dilakukan diantaranya dengan melakukan :
1) Imunisasi pada bayi, balita dan ibu hamil.
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah ibu nifas dan neonatus.
8

3) Pemberian tablet vitamin A dan garam beryodium ibu nifas dan balita.
4) Pemberian tablet tambah darah dan senam hamil.
c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui
keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus kegawatdaruratan
maternak dan neonatal sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami
keterlambatan.
d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan
Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan
meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitas)
Pada masa pemulihan bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter
kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien.
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu ke
lingkukangan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi pada stigma
masyarakat perlu dikurangi seperti TB (Tuberculosis), kusta, Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan, kekerasan dalam rumah
tangga
5. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat persuatif dan
tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku,
dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan, dan memecahkan
masalah menggunakan sumber daya/potensi yang mereka miliki, termasuk partisipasi
dan dukungan tokoh-tokoh masyrakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.
Pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian
keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada didalam keluarganya,
kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk memecahkan
masalah kesehatannya sendiri tanpa bantuan pihak lain.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian dibidang
kesehatan baik pada masyarakat maupun keluarga adalah pendekatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE). Artinya bahwa harus ada komunikasi antara bidan dengan
masyarakat, kemudian melalui komunikasi pula bidan memberikan informasi dan
melakukan pendidikan kesehatan.
9

6. Pemberdayaan Masyarakat
a. Pengertian
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat
berinisiatif untuk memulai proses kegiatan social untuk memperbaiki situasi dan
kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bias terjadi apabila warganya
ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil di nilai sebagai “pemberdayaan
masyarakat” apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen
pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek.
b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kodisi yang dialami oleh masyarakat
yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan
sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi
dengan menggunakan daya/kemampuan yang dimiliki
Tujuan pemberdayaan komunitas
1) Meningkatakan standar hidup
2) Meningkatkan percaya diri
3) Peningkatan kebebasan setiap orang
c. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan pedoman
dalam pengambilan keputusan dan dalam melaksanakan kegiatan secara konsisten.
Prinsip pemberdayaan
1) Mengerjakan, artinya pemberdayaan masyarakat harus melibatkan masyarakat
untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu
2) Akibat, kegiatan pemberdayaan masyarakat harus memberikan akibat atau
pengaruh yang baik atau bermanfaat
3) Asosiasi, setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dikaitkan dengan
kegiatan lainya
d. Ciri – Ciri Pemberdayaan Masyarakat
Suatu kegiatan atau program dapat dikatagorikan ke dalam pemberdayaan masyarkat
apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non instruktif serta dapat
10

memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat


guna mencapai tujuan yang diharapkan.

e. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat


1) Peran serta perorangan keluarga
Dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga dan masyarakat dalam menolong
dirinya sendiri dan keluarga untuk dapat hidup sehat.
2) Peran serta masyarakat umum
Meliputi kegiatan untuk menjalin hubungan yang erat dan dinamis antara
pemerintah dan masyarakat dengan cara mengembangkan dan membina
komunikasi timbal balik serta menyebarluaskan informasi tentang kesehatan.
3) Peran serta masyarakat kelompok penyelenggara upaya kesehatan dilakukan oleh
organisasi-organisasi atau lembaga swadaya yang ada di masyarakat, ataupun
perusahaan swasta yang peduli terhadap masalah kesehatan.
4) Peran serta masyarakat profesi kesehatan meliputi kelompok dokter, perawat,
dokter gigi, apoteker, bidan, dan sejenisnya.
f. Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakata perlu dilakukan melalui
pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat desa (PKMD), pengembangan
dan pembinaan kesehatan masyarakat desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan
masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swasdana masyarakat
dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal masalah atau kebutuhan
yang dirasakan oleh masyarakat terutama di bidang kesehatan agar mampu
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan PKMD diharapkan muncul atas kesadaran dan prakarsa dari masyarakat
sendiri dengan bimbingan dan pembinaan oleh pemerintah. puskesmas sebagai pusat
pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan dapat mengambil prakarsa untuk
bersama-sama sector yang bersangkutan menggerakkan peran serta masyarakat
dalam kegiatan PKMD.
g. Pembelajaran Orang Dewasa Tahapan Pengorganisasian
Pembelajaran orang dewasa tahapan pengorganisasian adalah suatu usaha
yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan oleh individu tanpa
paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya (Supriyanto,
2011). Pendidikan orang dewasa adalah keseluruhan proses pendidikan yang
11

diorganisasikan apa pun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang
melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan
universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh
masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkarya pengetahuannya,
meningkatkan kualifikasi teknis atau profesuonalnya, dan mengakibatkan perubahan
pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara
utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang
seimbang dan bebas. Sedangkan menurut Bryson dalam Supriyanto (2011)
Pendidikan orang dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh
orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian
waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan itelektual.

B. Unsur – Unsur Kebidanan Komunitas


1. Sasaran Kebidanan Komunitas
Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui pelayanan
asuhan secara langsung terhadap individu, keluarga, dan kelompok dalam konteks
komunitas. Selain itu juga diperlukan perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masayarakat
memepengaruhi keluarga, individu dan kelompok. Sasaran kebidanan komunitas adalah
mulai dari individu, keluarga, kelompok dan masayarakat.
a. Individu diutamakan pada individu yang ditemukan di klinik, rumah dan tempat lain
dengan masalah kesehatan.
b. Keluarga, dengan mengutamakan keluarga dengan risiko tinggi terhadap masalah
kesehatan tertentu.
c. Kelompok penduduk, diutamakan pada kelompok penduduk daerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu
hamil dll.
d. Masyarakat, yaitu dari satuan masyarakat yang terkecil sampai dengan masayarakat
secara keseluruhan.
Strategi intervensi kebidanan komunitas yaitu proses kelompok, pendidikan
kesehatan, dan kerja sama (kemitraan). Kebidanan komunitas merupkan bentuk
pelayanan/asuhan langsung yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas. Upaya
12

yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kerjasama dengan masyarakat adalah dengan
cara sebagai berikut :
a. Mengorganisir masyarakat. Dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh
masyarakat, kunjungan atau tatap muka untuk menjelaskan maksud dan tujuan
dilakukan kegiatan asuhan komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Mengajar masyarakat seperti perilaku hidup sehat. Sebagai bidan yang berperan
sebagi pendidik, seyogyanya menerapkan tindakan preventif dan promotif, salah
satunya adalah bagaimana menginformasikan perilaku hidup sehat pada individu
maupun kelompok. Sebagai contoh adalah memberikan penyuluhan tentang
pentingnya cuci tangan sebelum makan.
c. Membentuk jaringan kerja. Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas antara lain
Puskesmas, Polindes, Posyandu, BPM, dasawisma, kunjungan rumah pasien
(Syahlan, 1996). Di masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun non kesehatan,
seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, dukun beranak, kader kesehatan, perawat,
PLKB, dokter, pekerja sosial, dll. Untuk itu bekerjasama dalam tim menjadi sangat
penting. Dengan demikian bidan sebagai pimpinan tim diharapkan mampu sebagai
pengelola dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas, sehimgga
diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Tujuannya adalah
meningkatkan koordinasi dan komunikasi serta meningkatkan kemampuan bersama
dalam menanggulangi masalah kesehatan dan memaksimalkan manfaat semua
pihak. Jaringan kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi misalnya
imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A, Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor (yang melibatkan intitusi luar)
misalnya melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), PAUD dan sebagainya.
d. Memberdayakan pihak lain. Pemberdayaan pihak lain adalah pemanfaatan fasilitas
dan potensi yang ada di masyarakat untuk diberdayakan, seperti potensi sumber daya
alam, potensi desa, dan sumber daya manusia atau kader kesehatan. Contohnya
adalah bila di suatu desa ditemukan lahan industri maka pabrik atau instansi terkait
terlibat untuk memberikan fasilitas kesehatan yang sifatnya umum yaitu didirikan
tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) bagi warga yang tidak memiliki sumber air
bersih dan pembuangan hajat di rumahnya.
e. Membicarakan masalah secara terbuka. Melakukan dialog terbuka atau pertemuan
secara formal kepada tokoh masyarakat untuk menyampikan hasil pendataan tentang
status kesehatan berdasarkan data primer atau data seukunder. Hal ini bertujuan agar
13

masyarakat dan tokoh terkait mau tahu dan mampu mengatasi masalahnya sendiri
secara swadaya dan gotong royong. Contohnya adalah hasil pendataan tentang masih
banyaknya remaja yang putus sekolah pada usia sekolah.
2. Tugas Utama Bidan di Komunitas
Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik
mandiri. Peran bidan di sini sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit kesehatan ibu
dan anak, puskesmas, polindes, posyandu, klinik, dan praktik bidan perorangan. Bidan
di komunitas harus mengenal kondisi kesehaan masyarakat yang selalu mengalami
perubahan. Kesehatan komunitas dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di
masyarakat itu sendiri maupun ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Bidan harus tetap tanggap terhadap
perubahan tersebut. Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di
komunitas adalah:
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan
c. Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi.
d. Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan kewenangannya.
e. Menggunakan teknologi tepat guna.

Bidan Praktik Swasta (BPS)

Bidan selain bertugas di puskesmas atau di Rumah Sakit, sesuai dengan


kewenangannya bidan serta peraturan yang ada dapat juga melakukan praktik secara
mandiri. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Bidan Praktik Swasta (BPS). Apakah yang
dimaksud dengan BPS itu, yaitu suatu institusi pelayanan kesehatan secara mandiri
yang memberikan asuhan dalam lingkup praktik kebidanan. Menurut Permenkes no 28
tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, BPS disebut juga dengan
Praktik Mandiri Bidan (PMB) adalah tempat pelaksanaan rangakaian kegiatan pelayaan
kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara perseorangan, dengan memenuhi
persyaratan yang berlaku antara lain kepemilikan STRB (Surat Tanda Registrasi
Bidan), SIPB (Surat Izin Praktik Bidan), serta sarana dan prasarana yang memadai dan
administrasi lainnya. Praktik Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan
kesehatan di bidang kesehatan dasar meliputi serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai
14

dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang bertugas mempunyai tanggung


jawab yang besar karena harus mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.

PMB selain berfungsi sebagai tempat pelayanan masayarakat terutama ibu dan anak,
hendaknya pula dapat berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat yang juga
berperan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat, misalnya pada:

a. Kegiatan posyandu
Melakukan kegiatan posyandu bekerjasama dengan masyarakat dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak serta KB.
b. Membina posyandu
Bidan bertanggung jawab atas kegiatan posyandu di wilayah kerjanya. Kegiatannya
berupa turut memantau keberlangsungan kegiatan posyandu, pembagian tugas di
antara kader, menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan
posyandu, serta mengadakan pertemuan dengan warga.
c. Membina kader
Sebagai pelaksana kegiatan posyandu maka Kader kesehatan harus di bina dengan
melakukan pelatihan – pelatihan diantaranya melatih cara penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan, lingkar tangan dan lingkar kepala, pencatatan pada buku
register, pencatatan hasil pemeriksaan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dan
pemberian Pengganti Makanan Tambahan (PMT).
d. Membina posbindu
Selain kegiatan posyandu bidan juga turut serta melaksanakan kegiatan posbindu
(pos pembinaan terpadu). Pelayanan ini sasarannya untuk kelompok masyarakat
sehat, berisiko, dan penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) atau usia di atas 15
tahun, seperti diabetes mellitus (DM), kanker, penyakit jantung, penyakit paru.
Posbindu juga merupakan salah satu bentuk UKBM.
3. Tujuan Asuhan Kebidanan Komunitas
Tujuan asuhan kebidanan komunitas adalah untuk kesalamatan ibu. Pada prinsipnya
asuhan kebidanan yang diberikan di komunitas sama dengan asuhan kebidanan yang
diberikan di klinik, baik yang diberikan di Puskesmas ataupun rumah sakit. Namun
asuhan kebidanan di komunitas lebih memanfaatkan sumber daya dan potensi yang
dimiliki oleh masyarakat. Asuhan kebidanan yang merupakan wewenang bidan sebagai
berikut:
a. Antenatal di Komunitas
15

Bidan dapat melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat,


memberikan pemeriksaan ibu hamil sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal dan
pemantauan ibu dan janin secara seksama agar berlangsung normal. Bidan juga
diharapkan mampu mendeteksi dini bila ditemukan kasus ketidaknormanalan dalam
kehamilan.
1) Tujuan pelayanan antenatal care (ANC)
Tujuan pelayanan antenatal care (ANC) adalah sebagai berikut:
a) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
memberikan pendidikan mengenai nutrisi, kebersihan diri dan proses kelahiran
bayi.
b) Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah, ataupun obstetri
selama kehamilan.
c) Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi.
d) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas
normal, dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.
2) Cara pelaksanaan antenatal di komunitas
Adapun cara pelaksanaan antenatal di komunitas yang di lakukan bidan adalah:
a) Awal kunjungan perlu konsultasi dengan dokter kebidanan untuk
mengidentifikasi apakah ibu ada kontraindikasi untuk bersalin di
rumah/RB/klinik.
b) Bidan merujuk kepada dokter kebidanan jika ada komplikasi yang timbul.
c) Bidan menggunakan seluruh keterampilannya bukan hanya untuk memberikan
asuhan pada keadaan fisik normal tetapi juga membantu ibu bagaimana cara
beradaptasi dengan perubahan akibat kehamilan dan kesiapan menjadi orang
tua.
d) Memberi dorongan kepada ibu untuk membicarakan tentang perasaannya,
kecemasannya dengan suasana yang mendukung dan terjamin kerahasiaan diri
pribadinya ataupun keluarganya.
e) Jika memungkinkan selama kehamilannya ibu dapat bertemu dengan bidan
yang akan menolong.

Di masyarakat terkadang masih sering ditemukan ibu hamil yang tidak


melakukan pemeriksaan kehamilannya ke pelayanan kesehatan ( Adrina,2011).
Hal ini bisa disebakan antara lain:
16

a) Ibu sakit: ibu diketahui sakit, dan diperburuk dengan kondisi tersebut sehingga
kesulitan datang ke fasilitas kesehatan.
b) Tidak ada transportasi: suami/keluarga yang tidak mendukung pentingnya
pemeriksaan kehamilan secara berkala untuk kesehatan ibu dan janinnya.
c) Tidak ada yang menjaga keluarga di rumah. Kekhawatiran bagi ibu yang
memiliki anak yang memerlukan pengawasan di rumah, bila mana ibu pergi
untuk periksa kehamilannya, maka balita yang di rumah tidak ada yang
menjaga.
d) Kurang motivasi: informasi dan pengetahuan yang kurang tentang kesehatan
terutama masa kehamilan.
e) Takut/tidak mau ke pusat layanan: tidak adanya sosialisasi dari petugas
kesehatan tentang pemanfaat layanan kesehatan yang bisa diakses ke semua
lapiasan masyarakat.
f) Faktor ekonomi: kesulitan ekonomi.

Untuk mengatasi permasalahan ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan


kehamilan, maka upaya yang bidan lakukan adalah:

a) Kunjungan rumah.
Bidan melakukan kunjungan rumah bagi ibu hamil yang tidak datang
memeriksakan kehamilannya. Pada saat melakukan kunjungan rumah, bidan
membawa seperangkat perlengkapan bidan seperti ANC set (Tensi meter,
stetoskop, termometer, reflek patella, pita lita, pita mitline, sarung tangan dan
sebagainya).
b) Berusaha memperoleh informasi alasan tidak ANC.
Bidan mengkaji dengan cara mewawancari klien langsung untuk menggali
informasi alasan tidak ANC, apakah karena faktor waktu, jarak ke fasilitas
kesehatan, atau ekonomi.
c) Jika ada masalah coba mencari pemecahannya.
Bila didapatkan masalah maka bidan bersama klien mencari solusi untuk jalan
keluar permasalah kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya jika ada masalah, klien mengetahui cara menghubungi bidan.
d) Beri motivasi.
Motivasi yang diberikan bidan kepada klien sangat dibutuhkan untuk adaptasi
proses kehamilan. Karena dengan bidan memberikan motivasi yang cukup
17

membuat semangat klien dalam menjalani proses kahmilan, persalinan dan


nifasnya, serta tetap fokus akan kesehatan ibu dan janin.
b. Pengelolaan Ibu hamil di Komunitas
Ada berbagai cara mengelola ibu hamil di komunitas, yaitu diantaranya:
1) ANC dan persalinan dilakukan di rumah oleh bidan. Hal ini dilakukan apabila
klien tidak hadir untuk melakukan pemeriksaaan kehamilannya ke petugas
kesehatan, maka dilakukan kunjungan rumah untuk memastikan kondisi ibu dan
janin dalam keadaan baik. Sedangkan untuk persalinan di rumah ditolong oleh
bidan dapat dilakukan apabila persalinan di rumah mendukung, antara lain
kondisi kesehatan ibu dan janin baik (tidak ada indikasi kearah patologis dan
tidak ada faktor risiko), ada keinginan kelurga dan klien untuk persalinan
dilakukan di rumah dengan menyediakan perlengkapan, dan situasi lingkungan
rumah yang mendukung untuk tempat proses persalinan.
Bidan komunitas juga harus memahami tentang pendekatan risiko dikarenakan
bahwa:
i. Setiap wanita hamil berisiko mengalami komplikasi dan harus mempunyai
akses terhadap asuhan ibu bersalin yang berkualitas. Bahkan wanita beresiko
rendah pun bisa mengalami komplikasi.
ii. Tidak ada jumlah penapisan yang bisa membedakan wanita mana yang akan
membutuhkan asuhan kegawatdaruratan dan mana yang tidak memerlukan
asuhan tersebut.
c. Pertolongan asuhan Persalinan di komunitas juga dapat dilakukan dengan cara
DOMINO, yaitu pertolongan persalinan DOMINO (DOMICILIARY In and Out)
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pelayanan kombinasi antara rumah pasien dan unit kesehatan.
2) Bidan dipanggil saat ada/mulai tanda persalinan.
3) Bila ada penyimpangan dapat segera ditangani.
4) Bila persalinan tidak ada komplikasi ibu dapat pulang 2-6 jam postpartum atau
esok harinya.

Adapun keuntungan dan kerugian persalinan dengan DOMINO ini adalah sebagai
berikut.

a) Keuntungan
i. Pelayanan berkesinambungan antara komunitas dan dokter.
18

ii. Kontak dengan kegiatan rumah sakit sedikit.


iii. Gangguan kehidupan keluarga sedikit atau minimal.
iv. Mudah memperoleh fasilitas untuk pertolongan emergensi.
v. Pilihan alternatif untuk ibu yang tidak memenuhi persyaratan persalinan di
rumah.
vi. Bidan tetap dapat mempertahankan keterampilan menolong persalinan.
b) Kerugian
i. Risiko tertunda ke rumah sakit karena jarak yang jauh.
ii. Merepotkan waktu pulang ke rumah dari rumah sakit setelah persalinan.
( Elly Dwi Wahyuni, 2018)

C. SDGS 2030 Sebagai Landasan Berpikir Pelayanan Kebidanan Komunitas


1. Riwayat SDGS
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan upaya pembangunan
berkelanjutan yang menjadi acuan dalam kerangka pembanggunan dan perundingan
negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium
Development Goals (MDGs) yang telah berakhir di tahun 2015. SDGs memiliki
beberapa tujuan, diantaranya menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, dengan salah satu outputnya mengurangi
Angka Kematian Ibu (AKI) hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun
2030. Output ini tentunya semakin turun jika dibandingkan target MDGs tahun 2015
yaitu menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 KH dalam kurun waktu 1990-2015.
Berakhirnya target Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015
menyisakan segudang pekerjaan rumah bagi Indonesia, salah satunya terkait persoalan
di bidang kesehatan. Karena itu, untuk mencapai target Sustainable Development Goals
(SDGs) yang menjadi kelanjutan dari MDGs, khususnya dalam bidang kesehatan,
diperlukan peran serta dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pranata kesehatan
seperti dokter, perawat, serta bidan.
Dalam mencapai SDGs, seorang bidan dapat berperan dalam pencapaian target
ketiga dari SDGs, yaitu kehidupan sehat dan sejahtera, khususnya terkait kesehatan ibu
dan bayi. Masalah kesehatan ibu dan bayi menjadi salah satu isu penting yang dihadapi
Indonesia dalam dekade ini. Angka kematian pada bayi memang mengalami
penurunan, yaitu dari 68/1000 kelahiran pada tahun 1991 menjadi 32/1000 pada tahun
2012. Meski demikian, dibandingkan dengan jumlah pada tahun 2007, angka kematian
19

ibu pada tahun 2012 justru menunjukkan peningkatan, yaitu dari 228 menjadi 359 per
100.000 kelahiran. Banyak pihak yang melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
MDGs yang telah diimplementasikan selama empat belas tahun di seluruh dunia.
Walaupun masih banyak hal yang belum dicapai, namun perlu diakui bahwa selama ini
MDGs sudah membawa perubahan besar di dunia. MDGs telah menjadi saksi sejarah
proses pengurangan kemiskinan terbesar dalam sejarah manusia. Penduduk yang hidup
di bawah garis kemiskinan internasional, yaitu $1,25 per hari, sudah berkurang
setengah miliar. Laju kematian anak turun lebih dari 30 persen, dengan sekitar tiga juta
jiwa anak terselamatkan setiap tahunnya dibandingkan tahun 2000. Kematian akibat
malaria juga turun hingga seperempatnya (PBB, 2013).
Di Indonesia, pelaksanaan MDGs telah memberikan perubahan yang positif.
Walaupun masih ada beberapa target MDGs yang masih diperlukan kerja keras untuk
mencapainya, tetapi sudah banyak target yang telah menunjukan kemajuan yang
signifikan bahkan telah tercapai. Indonesia berhasil menurunkan proporsi penduduk
dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dari 20,60 persen
pada tahun 1990 menjadi 5,90 persen pada tahun 2008. Pemerintah juga telah berhasil
menurunkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan lanjutan. Hal ini dapat dilihat
dari penurunan yang signifikan pada indikator rasio APM perempuan terhadap laki-laki
SMA/MA/ Paket C dari 93,67 persen ada tahun 1993 menjadi 101,40 persen pada tahun
2011. Selain itu, angka kejadian tuberkulosis di Indonesia sudah berhasil mencapai
target MDGs yaitu dari 343 pada tahun 1990 menjadi 189 kasus per 100.000 penduduk
pada tahun 2011 (Bappenas, 2012).
2. Tujuan SDGS
a. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun.
b. Menagkhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi, dan
mendorong pertanian yang berkelanjutan.
c. Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan bagi semua orang
disegala usia.
d. Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi bagi semua orang.
e. Menjamin kesehatan gender serta memberdayakan seluruh perempuan.
f. Menjamin pengelolaan air dan ketersediaan serta sanitasi berkelanjutan yang
digunakan bagi semua orang.
20

g. Menjamin akses energy yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan serta modern bagi
semua orang.
h. Mendorong upaya pertumbuhan ekonomi terus-menerus ,kesempatan kerja penuh,
inklusif, dan berkelanjutan, produktif dan pekerjaan layak bagi semua orang.
i. Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi yang
inklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi.
j. Mengurangi kesenjangan didalam dan diantara Negara.
k. Menjadikan pemukiman warga dan kota aman, berketahanan dan berkelanjutan.
l. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
m. Mengambil tindakan untuk memerangi perubahan iklim serta dampaknya.
n. Menggunakan samudera, melestarikan lautan, dan sumber daya laut secara
berkelanjutan untuk pembangunan selanjutnya.
o. Melindungi, memperbarui, serta mendorong pemakaian ekosistem daratan yang
berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati.
p. Mendorong masyarakat yang damai dan aman untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan institusi yang membangun secara efektif, akuntabel, dan inklusif di
seluruh dunia, serta keadilan akses bagi semua orang Pada dasarnya MDG’s dan
SDG’s punya persamaan dan kesamaan tujuan yang sama.
q. Memperkuat implementasi perangkat-perangkat (means of implementation) dan
kemitraan global yang direvitalisasi untuk pembangunan berkelanjutan. (Depkes, RI.
2009. Hal 8)
3. Strategi
a. Memperluas dan menyempurnakan pelaksanaan sistem jaminan sosial terutama
jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan
b. Meningkatkan ketersediaan penyediaan pelayanan dasar yang disertai dengan
peningkatan kualitas pelayanannya dan jangkauannya bagi masyarakat miskin dan
rentan berupa pelayanan administrasi kependudukan, pelayanan kesehatan,
pendidikan, perlindungan sosial dan infrastruktur dasar
c. Meningkatkan kemampuan penduduk miskin dalam mengembangkan penghidupan
yang berkelanjutan melalui penguatan asset sosial penduduk miskin, peningkatan
kemampuan berusaha dan bekerja penduduk miskin, dan peningkatan dan perluasan
akses penduduk miskin terhadap modal.
21

d. Peningkatan produksi padi dan sumber pangan protein dari dalam negeri.
e. Peningkatan kelancaran distribusi dan penguatan stok pangan dalam negeri.
f. Perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; dan
g. Mitigasi gangguan iklim terhadap produksi pangan.
h. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan lanjut usia
yang berkualitas
i. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat
j. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
k. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas
l. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi dan
alat kesehatan
m. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan
n. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia kesehatan
o. Meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
p. Menguatkan manajemen, penelitian pengembangan dan sistem informasi
q. Memantapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) bidang kesehatan
r. Mengembangkan dan meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan.
s. Melaksanakan wajib belajar 12 tahun.
t. Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan
melalui peningkatan kualitas lembaga pendidikan formal
u. Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan
v. Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya
w. Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel
x. Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru
y. Meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi
z. Meningkatkan kualitas pendidikan tinggi
4. Akselerasi/Pencapaian Target
Target utamanya mengentaskan kemiskinan. Indonesia menggunakan tiga
prinsip dokumen SDG’s yang berhubungan dengan pembangunan manusia atau
human development yang meliputi pendidikan dan kesehatan, lingkungan dalam
skala kecil atau social economic development dan environmental development
atau lingkungan yang besar berupa ketersediaan kualitas lingkungan dan sumber
daya alam yang baik. (Depkes, RI. 2009. Hal 9)
5. SDGS
22

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kelanjutan dari global goals


Melenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir tahun 2015. Secara formal,
SDGs didiskusikan pertama kali pada United Nations Conference on Sustainable
Development yang diadakan di Rio de Janeiro bulan Juni 2012.
Suistainable development goals (SDG’S) adalah singkatan atau kepanjangan dari
sustainable development goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan
dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia (Kemenkes RI,
2015, hal. 6)
SDG’s adalah sebuah pembangunan program berkelanjutan dimana didalamnya
terdapat 17 tujuan dengan kontrak waktu yang ditentukan. SDG’s merupakan agenda
pembangunan dunia yang bertujuan untuk kesejahteraan manusia dan planet bumi.
SDG’s ini diterbitkan pada tanggal 21 Oktober 2015 yang menggantikan sebelumnya
yaitu MDG’s (Millenium Development Goals) sebagai tujuan pembangunan bersama
sampai tahun 2030 yang disepakati oleh berbagai Negara dalam forum resolusi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (Kemenkes RI, 2015, hal. 6)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
SDGs ini tidak terpisah dari MDGs, SDGs merupakan bentuk penyempurnaan
MDGs. SDGs merupakan kelanjutan dari apa yang sudah di bangun pada MDGs
(millenium development goals). SDGs memiliki lima pondasi yaitu manusia, planet,
kesejahteraan, pendamaian, dan kemitraan yang ingin dicapai tiga tujuan mulia di
tahun 2030 berupa mengakhiri kemiskinan, mencapai kesehatan dan mengatasi
perubahan iklim.

B. Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar menjadi
lebih baik lagi, dan kami harap pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan pengetahuan wawasan yang lebih luas mengenai ”Asuhan
KebidananKomunitas”

23
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2015). Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDG'S).
Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS. (2010). Laporan


Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia. Jakarta: ISBN-979 3764-64-1.

Hamdani, M. (2015). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Wahyuni, E. D. (2018). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai