Anda di halaman 1dari 13

KOMPONEN PPAM DAN ALUR KORDINASI

“UNTUK MEMENUHI TUGAS ASUHAN PERSALINAN”

Dosen pengampu : Elika Puspitasari, S.ST.,M.Keb

Disusun Oleh :

Dea Siskia (1810106041)


Tamara Mitha L (1810106043)
Ayu Ratri Puspita (1810106044)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sebagai petunjuk untuk hambanya di dunia yang dikaruniai akal sebagai mummayiz
manusia sang khalifah dengan makhluk yang lainnya, maka dari itu masih perlu bagi kita untuk
memperluas wawasan.

Dengan adanya makalah seminar ini, semoga dapat memberikan manfaat dan informasi kepada
penulis dan pihak yang membutuhkannya terutama dedifikasikan mahasiswa program studi
Pendidikan Profesi Bidan dalam komponen PPAM dan Alur Organisasi.

Dengan penuh kesadaran mengenai segala kekurangan, kami selalu berusaha semaksimal
mungkin memberikan yang terbaik sesuai dengan apa yang dimiliki.

Akhir kata berdasar semboyan, bahwa tiada gading yang tak retak penulis berharap isi
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memperluas wawasan. Sebagai penulis kami
mengucapkan Terima Kasih.

Yogyakarta, 1 Desember 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 2008 telah


mengembangkan program pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana yang
diimplementasikan di seluruh Indonesia. Pada saat itu, upaya ini menggunakan pedoman
pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana yang diterjemahkan langsung dari
pedoman internasional Inter-agency Working Group (IAWG) on Reproductive Health in
Crises. Sejak tahun 2014, pedoman tersebut telah diadaptasi ke dalam konteks lokal
Indonesia dengan diterbitkannya Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan. Pedoman PPAM Kesehatan Reproduksi
disusun berdasarkan pengalaman lapangan dan praktik pelayanan kesehatan reproduksi
pada situasi bencana sejak tahun 2004, ketika bencana Tsunami Aceh sampai bencana
yang terjadi di tahun 2017.

Selama tahun 2008-2012, Pedoman PPAM telah diorientasikan kepada dinas


kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota serta disosialisasikan kepada sektor
dan mitra terkait. Di samping itu, PPAM kesehatan reproduksi juga telah dilatihkan
kepada fasilitator dari 33 provinsi, profesi bidan dan perawat. Saat ini, PPAM kesehatan
reproduksi masih terus dikembangkan, dan saat ini telah diintegrasikannya ke dalam
kebijakan penanganan krisis kesehatan di Kementerian Kesehatan dengan diterbitkannya
Permenkes No. 64 tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan,
dilaksanakannya pelatihan PPAM bagi tenaga kesehatan oleh provinsi dan mitra,
pelatihan bagi 9 regional dan 2 sub regional pusat krisis kesehatan serta telah disusun
kurikulum modul materi PPAM sebagai muatan lokal pada kurikulum pendidikan bidan.

3
Selama hampir satu dekade pelayanan kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan
telah dikembangkan, namun pelaksanaannya di lapangan masih belum sesuai
harapan.Tantangan dalam implementasi PPAM antara lain:belum adanya pemahaman
tentang pentingnya pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana/krisis kesehatan
oleh stakeholder, petugas belum terlatih, mutasi petugas, dsb. Di samping itu juga
lemahnya koordinasi antar sektor, organisasi, lembaga mitra penyedia pelayanan
kesehatan reproduksi saat krisis kesehatan.

Tahun 2014, Indonesia mulai menerapkan sistem klaster dalam upaya


penanggulangan bencana. Pendekatan klaster dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dalam penanggulangan bencana melalui kemitraan dengan berbagai pihak
dibawah koordinasi BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Klaster
kesehatan terdiri dari beberapa sub klaster, yang masing masing bertanggung jawab
terhadap bidang kesehatan tertentu. Salah satunya adalah sub klaster kesehatan
reproduksi yang bertanggung jawab terhadap penyediaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan reproduksi.

Dengan diterapkannya sistem klaster ini maka penyediaan pelayanan kesehatan


reproduksi melalui PPAM pada situasi bencana/ krisis kesehatan, diharapkan dapat
meningkat melalui koordinasi yang erat antara klaster maupun antara anggota subklaster
dan memaksimalkan seluruh potensi dan sumber daya untuk upaya pemenuhan hak
reproduksi, utamanya bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, bersalin, pascapersalian,
anak bayi baru lahir, remaja dan wanita usia subur.

B. Rumusan masalah
1. Apa komponen dari PPAM (Paket Pelayanan Awal Maksimum)
2. Apa alur koodinasi PPAM (Paket Pelayanan Awal Maksimum)

C. Tujuan
Dapat memahami Komponen PPAM dan alur Koordinasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMPONEN PPAM (Paket Pelayanan Awal Maksimum)


PPAM dilaksanakan untuk menjawab kebutuhan kelompok rentan kesehatan
reproduksi yang terdampak bencana seperti ibu hamil, bersalin, pascapersalinan, bayi
baru lahir, remaja dan WUS. Komponen PPAM kesehatan reproduksi dilaksanakan
segera setelah mendapatkan hasil penilaian dari tim kaji cepat di lapangan (tim RHA).
PPAM terdiri dari 5 komponen sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi koordinator PPAM Kesehatan Reproduksi
2. Mencegah dan menangani kekerasan seksual
3. Mencegah penularan HIV
4. Mencegah meningkatkanya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal
5. Merencanakan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif dan terintegrasi ke
dalam pelayanan kesehatan dasar ketika situasi stabil pascakrisis kesehatan

Selain komponen di atas, terdapat prioritas tambahan dari komponen PPAM, yang
harus disediakan adalah:

1. Memastikan suplai yang memadai untuk kelanjutan penggunaan kontrasepsi


dalam keluarga berencana (KB)
2. Melaksanakan kesehatan reproduksi remaja di semua komponen PPAM
3. Mendistribusikan kit individu

KOMPONEN KEGIATAN WAKTU RESPON


PPAM
Komponen 1: a. Menunjuk (mengaktifkan) a.1 x 24 jam
Mengidentifikasi seorang koordinator untuk b.1 x 24 jam
koordinator sub mengkoordinir Lintas P/S c. 2 x 24 jam
klaster Kesehatan lembaga lokal dan d. 1 x 24 jam
Reproduksi/PPAM internasional dalam
pelaksanaan PPAM Kespro
b. Melakukan pertemuan

5
koordinasi untuk
mendukung dan
menetapkan penanggung
jawab pelaksana di setiap
komponen
c. Melaporkan isu-isu dan data
terkait kesehatan
reproduksi, ketersediaan
sumber daya serta logistik
pada pertemuan koordinasi
d. Memastikan ketersediaan
dan pendistribusian RH Kit
Komponen 2: a. Melakukan perlindungan a. 1x 24 jam setelah
Mencegah dan bagi penduduk yang terkena bencana (khususnya
menangani kekerasan dampak terutama pada pada bencana akibat
seksual perempuan dan anakanak. konflik sosial)
b. Menyediakan pelayanan b. Pelayanan tersedia 24
medis bagi korban termasuk jam pertama setelah
pemberian profilaksis pasca bencana, dan pemberian
pajanan dan kontrasepsi profilaksis diberikan
darurat (dalam 72 jam) dan dalam 72 jam pasca
dukungan psikologis awal perkosaan
(PFA) bagi penyintas c. 48 jam
perkosaan d. 72 jam
c. Memastikan masyarakat
mengetahui informasi
tersedianya pelayanan
medis, dukungan psikologis
awal, rujukan perlindungan
dan bantuan hukum
d. Memastikan adanya jejaring

6
untuk pencegahan dan
penanganan kekerasan
seksual

KOMPONEN KEGIATAN WAKTU RESPON


PPAM
Komponen 3: a. Memastikan tersedianya a.1x 24 jam pasca
Mencegah penularan transfusi darah yang aman bencana
HIV b. Memfasilitasi dan b. 1x 24 jam pasca
menekankan penerapan bencana
kewaspadaan standar c. Poin c dan d
c. Pemberian profilaksis pasca dilaksanakan dalam 1 x
pajanan 24 jam pasca bencana
d. Ketersediaan obat ARV d.72 jam, berkoordinasi
e. Memas dengan tim logistik
mengenai ketersediaan
alat kontrasepsi
Komponen 4: a. Memastikan adanya tempat Semua langkah-langkah
Mencegah khusus untuk bersalin di pada komponen 4
meningkatnya beberapa tempat seperti pos dilakukan pada 24 jam
kesakitan dan kesehatan, di lokasi setelah bencana
kematian maternal dan pengungsian atau di tempat
neonatal lain yang sesuai
b. Memastikan tersedianya
pelayanan (tenaga yang
kompeten dan alat serta
bahan yang sesuai standar)
persalinan normal dan
kegawatdaruratan maternal
dan neonatal (PONED dan
PONEK) di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar

7
dan rujukan
c. Membangun sistem rujukan
untuk memfasilitasi
transportasi dan komunikasi
dari masyarakat ke
puskesmas dan puskesmas
ke rumah sakit
d. Memastikan tersedianya
perlengkapan persalinan (kit
ibu hamil, kit
pascapersalinan, kit
dukungan persalinan) yang
diberikan pada ibu hamil
yang akan melahirkan
dalam waktu dekat
e. Memastikan masyarakat
mengetahui adanya layanan
pertolongan persalinan dan
kegawatdaruratan maternal
dan neonatal
f. Ketersediaan alat
kontrasepsi yang mencukupi
Komponen 5: a. Mengidentifikasi kebutuhan Peralihan masa tanggap
Merencanakan peralatan dan suplai darurat ke masa
pelayanan kesehatan kesehatan reproduksi pemulihan
reproduksi berdasarkan estimasi
komprehensif dan sasaran
terintegrasi ke dalam b. Mengumpulkan data riil
pelayanan kesehatan sasaran dan data cakupan
dasar ketika situasi pelayanan
stabil c. Mengidentifikasi fasilitas

8
pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
reproduksi yang
komprehensif
d. Menilai kemampuan tenaga
kesehatan untuk
memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi yang
komprehensif dan
merencanakan pelatihan
Komponen Memastikan ketersediaan alat 72 jam pasca bencana
tambahan: 1. kontrasepsi untuk menjamin Sesegera mungkin,
Memastikan keberlangsungan penggunaan alat sesuai dengan waktu
ketersediaan untuk kontrasepsi bagi para akseptor KB. pelaksanaan komponen
keberlanjutan Memastikan tersedianya layanan PPAM di atas.
penggunaan PPAM kesehatan reproduksi remaja Sesegera
kontrasepsi dalam (lihat bab prioritas tambahan) mungkin,dengan
keluarga berencana Memastikan kit individu (kit ibu menyesuaikan
(KB) hamil, kit ibu paska melahirkan, kit kebutuhan dari hasil
2. Kesehatan bayi baru lahir dan kit higiene) kaji cepat tim lapangan
reproduksi remaja di terdistribusi deng
semua komponen
PPAM
3. Distribusi kit
individu

Untuk memudahkan pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi di lapangan, maka disusun


cheat sheet/bagan tujuan pelaksanaan PPAM pada krisis kesehatan. Bagan ini berisi 5
komponen PPAM kesehatan reproduksi, tujuan setiap komponen dan paket logistik

9
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan semua kegiatan di
setiap komponen kesehatan reproduksi.

B. ALUR KOORDINASI PPAM


Pada tanggap darurat krisis kesehatan, harus ditetapkan seorang koordinator
pelayanan kesehatan reproduksi untuk mengkoordinir lintas program, lintas sector,
lembaga local dan international dalam pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi menjadi priorotas
layanan. Koordinator kesehatan reproduksi adalah seseorang yang mempunyai tanggung
jawab dalam penanganan kesehatan reproduksi. Koordinator kesehatan reproduksi
ditingkat provinsi dan kabupaten/kota berasal dari dinas kesehatan setempat dari program
kesehatan reproduksi atau kesehatan ibu dan anakserta mengetahui PPAM kesehatan
reproduksi.

Dalam melaksanakan tugasnya koordinator harus melakukan rapat koordinasi


untuk mendukung dan menetapkan penaggung jawab disetiap komponen PPAM
kesehatan reproduksi (SGBV, HIV, maternal dan neonatal, serta logistic) serta
melaporkan isu-isu dan data terkait kesehatan reproduksi, ketersediaan sumber daya serta
logistic pada pertemuan koordinasi.

10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

PPAM merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan
seksual, penyakit menular seksual pada saat kritis (bencana). PPAM terdiri dari 5
komponen yaitu mengidentifikasi koordinator PPAM Kesehatan Reproduksi, mencegah
dan menangani kekerasan seksual, Mencegah penularan HIV, mencegah meningkatkanya
kesakitan dan kematian maternal dan neonatal dan merencanakan pelayanan kesehatan
reproduksi komprehensif dan terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar ketika
situasi stabil pascakrisis kesehatan.

B. Saran
Bagi masyarakat diharapkan semoga makalah ini dapat dipahami dan memberikan sedikit
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Bagi mahasiswa serta dapat mengetahui
apa itu Paket Pelayanan Awal Minimum Kesehatan Reproduksi dan dapat
mengaplikasikannya di dunia nyata

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM), Kesehatan Reproduksi pada Krisis
Kesehatan. - Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2014

Pedoman pelaksanaan paket pelayanan awal Minimum (PPAM) kesehatan reproduksi pada
krisis kesehatan.—Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2017

13

Anda mungkin juga menyukai