Disusun Oleh :
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sebagai petunjuk untuk hambanya di dunia yang dikaruniai akal sebagai mummayiz
manusia sang khalifah dengan makhluk yang lainnya, maka dari itu masih perlu bagi kita untuk
memperluas wawasan.
Dengan adanya makalah seminar ini, semoga dapat memberikan manfaat dan informasi kepada
penulis dan pihak yang membutuhkannya terutama dedifikasikan mahasiswa program studi
Pendidikan Profesi Bidan dalam komponen PPAM dan Alur Organisasi.
Dengan penuh kesadaran mengenai segala kekurangan, kami selalu berusaha semaksimal
mungkin memberikan yang terbaik sesuai dengan apa yang dimiliki.
Akhir kata berdasar semboyan, bahwa tiada gading yang tak retak penulis berharap isi
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memperluas wawasan. Sebagai penulis kami
mengucapkan Terima Kasih.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Selama hampir satu dekade pelayanan kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan
telah dikembangkan, namun pelaksanaannya di lapangan masih belum sesuai
harapan.Tantangan dalam implementasi PPAM antara lain:belum adanya pemahaman
tentang pentingnya pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana/krisis kesehatan
oleh stakeholder, petugas belum terlatih, mutasi petugas, dsb. Di samping itu juga
lemahnya koordinasi antar sektor, organisasi, lembaga mitra penyedia pelayanan
kesehatan reproduksi saat krisis kesehatan.
B. Rumusan masalah
1. Apa komponen dari PPAM (Paket Pelayanan Awal Maksimum)
2. Apa alur koodinasi PPAM (Paket Pelayanan Awal Maksimum)
C. Tujuan
Dapat memahami Komponen PPAM dan alur Koordinasi
4
BAB II
PEMBAHASAN
Selain komponen di atas, terdapat prioritas tambahan dari komponen PPAM, yang
harus disediakan adalah:
5
koordinasi untuk
mendukung dan
menetapkan penanggung
jawab pelaksana di setiap
komponen
c. Melaporkan isu-isu dan data
terkait kesehatan
reproduksi, ketersediaan
sumber daya serta logistik
pada pertemuan koordinasi
d. Memastikan ketersediaan
dan pendistribusian RH Kit
Komponen 2: a. Melakukan perlindungan a. 1x 24 jam setelah
Mencegah dan bagi penduduk yang terkena bencana (khususnya
menangani kekerasan dampak terutama pada pada bencana akibat
seksual perempuan dan anakanak. konflik sosial)
b. Menyediakan pelayanan b. Pelayanan tersedia 24
medis bagi korban termasuk jam pertama setelah
pemberian profilaksis pasca bencana, dan pemberian
pajanan dan kontrasepsi profilaksis diberikan
darurat (dalam 72 jam) dan dalam 72 jam pasca
dukungan psikologis awal perkosaan
(PFA) bagi penyintas c. 48 jam
perkosaan d. 72 jam
c. Memastikan masyarakat
mengetahui informasi
tersedianya pelayanan
medis, dukungan psikologis
awal, rujukan perlindungan
dan bantuan hukum
d. Memastikan adanya jejaring
6
untuk pencegahan dan
penanganan kekerasan
seksual
7
dan rujukan
c. Membangun sistem rujukan
untuk memfasilitasi
transportasi dan komunikasi
dari masyarakat ke
puskesmas dan puskesmas
ke rumah sakit
d. Memastikan tersedianya
perlengkapan persalinan (kit
ibu hamil, kit
pascapersalinan, kit
dukungan persalinan) yang
diberikan pada ibu hamil
yang akan melahirkan
dalam waktu dekat
e. Memastikan masyarakat
mengetahui adanya layanan
pertolongan persalinan dan
kegawatdaruratan maternal
dan neonatal
f. Ketersediaan alat
kontrasepsi yang mencukupi
Komponen 5: a. Mengidentifikasi kebutuhan Peralihan masa tanggap
Merencanakan peralatan dan suplai darurat ke masa
pelayanan kesehatan kesehatan reproduksi pemulihan
reproduksi berdasarkan estimasi
komprehensif dan sasaran
terintegrasi ke dalam b. Mengumpulkan data riil
pelayanan kesehatan sasaran dan data cakupan
dasar ketika situasi pelayanan
stabil c. Mengidentifikasi fasilitas
8
pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
reproduksi yang
komprehensif
d. Menilai kemampuan tenaga
kesehatan untuk
memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi yang
komprehensif dan
merencanakan pelatihan
Komponen Memastikan ketersediaan alat 72 jam pasca bencana
tambahan: 1. kontrasepsi untuk menjamin Sesegera mungkin,
Memastikan keberlangsungan penggunaan alat sesuai dengan waktu
ketersediaan untuk kontrasepsi bagi para akseptor KB. pelaksanaan komponen
keberlanjutan Memastikan tersedianya layanan PPAM di atas.
penggunaan PPAM kesehatan reproduksi remaja Sesegera
kontrasepsi dalam (lihat bab prioritas tambahan) mungkin,dengan
keluarga berencana Memastikan kit individu (kit ibu menyesuaikan
(KB) hamil, kit ibu paska melahirkan, kit kebutuhan dari hasil
2. Kesehatan bayi baru lahir dan kit higiene) kaji cepat tim lapangan
reproduksi remaja di terdistribusi deng
semua komponen
PPAM
3. Distribusi kit
individu
9
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan semua kegiatan di
setiap komponen kesehatan reproduksi.
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PPAM merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan
seksual, penyakit menular seksual pada saat kritis (bencana). PPAM terdiri dari 5
komponen yaitu mengidentifikasi koordinator PPAM Kesehatan Reproduksi, mencegah
dan menangani kekerasan seksual, Mencegah penularan HIV, mencegah meningkatkanya
kesakitan dan kematian maternal dan neonatal dan merencanakan pelayanan kesehatan
reproduksi komprehensif dan terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar ketika
situasi stabil pascakrisis kesehatan.
B. Saran
Bagi masyarakat diharapkan semoga makalah ini dapat dipahami dan memberikan sedikit
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Bagi mahasiswa serta dapat mengetahui
apa itu Paket Pelayanan Awal Minimum Kesehatan Reproduksi dan dapat
mengaplikasikannya di dunia nyata
12
DAFTAR PUSTAKA
Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM), Kesehatan Reproduksi pada Krisis
Kesehatan. - Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2014
Pedoman pelaksanaan paket pelayanan awal Minimum (PPAM) kesehatan reproduksi pada
krisis kesehatan.—Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2017
13