Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS “NS”

NEONATUS CUKUP BULAN KECIL MASA KEHAMILAN


+ASFIKSIA SEDANG + BBLR + POLIDAKTILI
DI PMB NI WAYAN SUASTINI,S.ST

Oleh:
NI LUH SRIAYU WIDNYANINGSIH
P07124220142

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I. POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES DENPASAR JURUSAN
KEBIDANAN PRODI STR KEBIDANAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan pada Neonatus
“NS” Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan + Asfiksia Sedang + BBLR +
Polidaktili di PMB Ni Wayan Suastini,S.ST”. Laporan ini diajukan untuk memenuhi
sebagian persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar..
Dalam menyelesaikan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa
moral maupun material dari berbagai pihak. untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya,SP.,M.PH untuk izin yang
diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan pada Jurusan Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ibu Ni Nyoman Budiani,S.Si.T.,M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Denpasar yang telah memberikan izin.
3. Ibu Ni Wayan Armini selaku Ketua Program Studi jurusan Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Denpasar yang telah memberikan ijin.
4. Ibu I. G. A.A. Novya Dewi,SST.,M.Keb selaku Koordinator PK II yang telah
memberikan ijin.
5. Ibu Ni Komang Lindayani,SKM.,M.Keb selaku Koordinator PK II yang
telah memberikan izin .
6. Ibu Ni Wayan Suastini,SST selaku bidan yang memberi ijin dan
membimbing dalam memberikan asuhan serta penyusunan Laporan ini.
7. Ibu Made Widhi Gunapria Darmapatni,SST.,M.Keb selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan
laporan ini.
8. Ibu “NS” dan keluarganya yang telah bersedia menjadi keluarga asuhan pada
Laporan ini.
9. Rekan - rekan mahasiswa Jurusan Kebidanan yang telah banyak memberikan
dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan penyusunan Laporan ini.
10. Keluarga besar yang telah memberikan dorongan secara moril dan materi
sehingga Laporan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa Laporan ini masih ada banyak kekurangan yang perlu
disempurnakan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan masukan demi
penyempurnaan Laporan ini.

Karangasem, 30 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar……………………………………………………………………. i
Daftar Isi……………………………………………………………………………ii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan………………………………………………………………………….. 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan…………………………………………………3
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………...3

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Asfiksia…………………………………………………………………………...4
2.2 BBLR……………………………………………………………………………..8
2.3 Polidaktili…………………………………………………………………………15
2.4 Kajian Teori Asuhan Kebidanan Varney 2007……………………………………16

Bab III Tinjauan Kasus


3.1 Tinjauan Kasus………………………………………………………………….. 22
Bab IV Pembahasan
4.1 Pembahasan……………………………………………………………………… 33
Bab V Penutup
5.1 Simpulan…………………………………………………………………………. 35
5.2 Saran……………………………………………………………………………… 35

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asfiksia merupakan keadaan neonatus yang gagal bernafas secara spontan dan
teratur saat lahir atau beberaoa saat setelah lahir sehingga menyebabkan kurangnya
oksigen dengan ditandai hipoksia, hiperkarbi dan asidosis (Sarosa et al.2011).
Asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada beberapa jaringan dan organ dalam
tubuh, yaitu : ginjal (50%), sistem saraf pusat (28%), sistem kardiovaskuler (25%)
dan paru-paru (23%) (Radityo et al., 2007).Kerusakan pada sistem saraf pusat pada
bayi dengan riwayat asfiksi sedang sampai berat dapat mengakibatkan perlambatan
perkembangan bayi (Hutahean, 2010).
Sedangkan BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,2018). Polidaktili merupakan
kondisi dimana seorang bayi yang terlahir dengan jumlah jari melebihi pada
umumnya, normalnya manusia memiliki 5 jari, Baik itu jari tangan ataupun jari kaki.
Posisi tumbunya jari tambahan bisa jadi di samping kelingking (Ulnaris), di sebelah
ibu jari (radial) ataupun di tengah-tengah jari lain (central). terjadinya polidaktili
pada bayi merupakan faktor genetik, kelebihan kromosom, kebiasan ibu
mengkonsumsi alkohol atau obat obatan, paparan sinar radiasi, riwayat penyakit
diabetes(Parwati, Lis S., 2015).
Berdasarkan penelitian didapati angka kejadian kematian bayi mencapai angka 1
juta bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum (Radityo et al., 2011).
Masalah perkembangan pada bayi juga terjadi di negara berkembang seperti
keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, dan dalam beberapa tahun terakhir
semakin meningkat angka kejadian di Amerika Serikat berkisar 1216%, Thailand
24%, Argentina 22% dan di Indonesia sendiri 13%-18% (Dhamayanti, 2006).
Negara Amerika Serikat menurut National Center for Health Statistics (NCHS)
asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Pada
negara berkembang lainnya kurang lebih 4 juta bayi baru lahir menderita asfiksia
sedang atau berat dan 20% diantaranya meninggal dunia. Kasus asfiksia di Indonesia
kurang lebih 40 per 1.000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus
meninggal setiap tahunnya karena asfiksia (Dewi, 2005). Salah satu dampak jangka
panjang yang mungkin disebabkan oleh asfiksia adalah gangguan tumbuh kembang
yang disebabkan karena adanya kerusakan pada otak (Mulidah et al., 2006). Kondisi
ini dapat mengakibatkan perlambatan tumbuh kembang bayi atau bahkan dapat
menderita kecacatan seumur hidup (Hutahean, 2007).
Penelitian yang dilakukan Mulidah et al pada tahun 2006 menunjukkan terdapat
hubungan antara kelahiran asfiksia dengan perkembangan balita dimana riwayat
derajat asfiksia pada saat bayi meningkatkan risiko gangguan perkembangan balita
dan perkembangan balita dengan kelahiran tidak asfiksia semua dinyatakan dalam
keadan baik. Penelitian selanjutnya mengenai hubungan kejadian asfiksia
neonatorum dengan perkembangan bayi usia 6 - 12 bulan di ruang anggrek RSUD
kota Tanjungpinang tahun 2012 didapatkan hasil dimana terdapat hubungan antara
kejadian asfiksia neonatorum dengan perkembangan bayi usia 6 bulan – 1 tahun
(Respatiningrum et al.¸ 2013).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat laporan mengenai Neonatus
Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan + Asfiksia Sedang + BBLR +
Polidaktili dengan Vigerous Baby Dalam Masa Adaptasi di PMB Ni Wayan
Suastini,S.ST”.
1.2 Tujuan
2. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Neonatus “NS” Neonatus Cukup
Bulan Kecil Masa Kehamilan + Asfiksia Sedang + BBLR + Polidaktili dengan
di PMB Ni Wayan Suastini,S.ST”.
3. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian data subjektif kepada Neonatus “NS” Neonatus
Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan + Asfiksia Sedang + BBLR +
Polidaktili di PMB Ni Wayan Suastini,S.ST”.
2) Melakukan pengkajian data objektif kepada Neonatus “NS” Neonatus Cukup
Bulan Kecil Masa Kehamilan + Asfiksia Sedang + BBLR + di PMB Ni
Wayan Suastini,S.ST”.
3) Melakukan pengkajian analisa kepada kepada Neonatus “NS” Neonatus
Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan + Asfiksia Sedang + BBLR +
Polidaktili di PMB Ni Wayan Suastini,S.ST”.
4) Melakukan pengkajian penatalaksanaan kepada kepada Neonatus “NS”
Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan + Asfiksia Sedang + BBLR +
Polidaktili di PMB Ni Wayan Suastini,S.ST”.
1.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
Kasus Asuhan Kehamilan kepada Neonatus “NS” dilaksanakan pada
tanggal 29 November 2020 pukul 08.00 wita dan tempat pengambilan kasus di
PMB Ni Wayan Suastini,SST.
1.4 Manfaat Penulisan Laporan
1.4.1 .Bagi Mahasiswa
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan ilmu – ilmu baru dan
pengalaman belajar dalam memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada klien
dimana nantinya dapat diaplikasikan di dunia kerja. Selain itu, dapat
meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan di tatanan nyata serta
sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti pendidikan Sarjana Terapan
Kebidanan pada Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Asuhan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan di
perpustakaan bagi institusi pendidikan dan sebagai masukan bagi mahasiswa yang
akan melakukan studi kasus selanjutnya tentang asuhan kebidanan komprehensif
pada neonatus sebagai sasaran pelayanan kebidanan. Hasil asuhan ini diharapkan
dapat dijadikan data dasar untuk bahan studi kasus selanjutnya serta sebagai
referensi untuk mahasiswa tingkat tiga selanjutnya yang mendapatkan tugas
laporan kasus yang sama.
1.4.3 Bagi Institusi Pelayanan
Asuhan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi petugas kesehatan
dalam memberikan asuhan atau pelayanan kesehatan secara optimal dan
berkesinambungan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan
secara komprehensif.

1.4.4 Bagi Masyarakat


Asuhan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi mengenai
kehamilan sehingga menambah pengetahuan untuk ibu, keluarga dan masyarakat
mengenai kehamilan untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asfiksia
. 1) Definisi
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
2) Asfiksia Dalam Kehamilan
Dapat disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat
bius, uremia, dan toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan atau trauma.
Asfiksia gravidarum tidak begitu penting seperti asfiksia yang terjadi sewaktu
persalinan. Karena tidak dapat dilakukan tindakan untuk menolong janin.
3) Asfiksia dalam Persalinan
Dapat persalinan oleh :
a. Kekurangan O2, misalnya pada :
b. Partus lama (CPD, serviks kaku, dan atonia atau inersia uteri)
c. Ruptur uteri yang membakat. Kontraksi uterus yang terus menerus
mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
d. Tekanan terlalu kuat darikepala anak pada plasenta.
e. Prolapsus tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
f. Perdarahan banyak, misalnya plasenta previa dan solusio plasenta.
g. Kalau plasenta sudah tua dapat terjadi post maturitas (serotinus), disfungsia
urin
h. Paralisis pusat perafasan akibat trauma dari luar seperti karena tindakan
forceps atau trauma dari dalam akibat obat bius.
4) Patogenesis
Bila janin kekurangan O 2 dan kadar CO2 bertambah timbullah rangsangan
terhadap N. Vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan
O2 ini berlangsung lama , maka N. Vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah
kini rangsangan dari N. simpatikus, DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan
menghilang. Secara klinis tanda-tanda asfikisia adalah denyut jantung janin yang
lebih cepat dari 160 x/menit atau kurang dari 100 x/menit, halus dan irregular,
serta adanya pengeluaran mekoneum.
Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekoneum keluar sebagai
tanda janin dalam keadaan asfiksia. Jika DJJ normal dan ada mekoneum, janin
mulai asfiksia. Jika DJJ lebih dari 160 x/ menit dan ada mekoneum. Janin sedang
asfiksia. Jika DJJ kurang dari 100 x/menit danada mekoneum janin dalam keadaan
gawat. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan bila kita periksa
kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekoneum dalam paru, bronkus
tersumbat dan terjadi atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.
5) Diagnosis
In utero :
a. DJJ irregular atau frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 x/menit
b. Terdapat mekoneum dalam air ketuban (letak kepala)
c. Analisis air ketuban / amnioskopi
d. Kardiotopografi
e. Ultrasonografi
Setelah bayi lahir
a. Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernafas.
b. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik seperti
kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik atau tidak menngis.
6) Penanganan
a. Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain) bersihkan mulut dan jalan
nafas.
b. Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan ke dalam
mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg, dapat juga dilakukan
mouth to mouth respiration, heart massage (massage pemberian O2 harus hati-
hati,terutama pada bayi prematur bisa menyebabkan leuticular fibrosis oleh
pmberian O2 dalam konsentrasi lebihdari 35 % dan lebih dari 24 jam, sehingga
bayi menjadi buta)
c. Gejala perdarahan otak biasanya timbulnya pada beberapa hari post partum. Jika
kepala dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat
keluar.
d. Pemberian ceramine, lobeline, sekarang tidak dilakukan lagi
e. Kalau ada dugan perdarahan akan diberikan injeksi vitamin K 1-2 ml.
f. Berikan transfuse darah via tali pusat atau pemberian glukosa.
7) Apgar Score
Nilai / tanda 1 2 3
Apperance Seluruh tubuh biru Badan merah muda Seluruh tubuh
(warna kulit) Ekstermitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada Kurang dari 100 x/ Lebih dari 100 x /
(denyut nadi) menit menit
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk / bersin
(reaksi rangsangan) Mimik wajah
Activity Tidak ada Ekstremitas sedikit Gerakan aktif
(tonus otot) fleksi
Respiration Tidak teratur Lemah, tidak teratur Baik / menangis
(pernafasan)
Klasifikasi klinik nilai APGAR :
a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen terkendali,
karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrium bikar bonas 7,5 %
dengan dosis 2,4 ml / kg BB dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/ kg BB diberikan
via vena umbilicus.
b. Asfiksia ringan – sedang (nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat menangis dan
bernafas normal kembali.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-9)
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10.
8) Tabel Manajemen Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia
2.2 BBLR
1) Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang
dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37
minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahirrendah sangat erat
kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakitkronis di kemudian hari
(WHO, 2004).Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang
lahirdengan berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBL sebagian
besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR)dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat
lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-
3.499 gram (Muthayya, 2009).Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi
yang berat badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia
kehamilan) atau pada usia cukup bulan (intrauterine growth retriction) (Wong,
2008). Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
2) Klasifikasi BBLR
a. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :
(1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai
dengan masa kehamilan.
(2) Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari
tiga jenis.
a) Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang
lama.
b) Asimetris (intrauterus growth retardation)

Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.


c) Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi,
dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta merupakan bayi
kecil untuk masa kehamilan.
Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, dan infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir
rendah (Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
5. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya
lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah
ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi
jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun
saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Ibu hamil
umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi
sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan
BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi
BBLR dan premature juga lebih besar (Nelson, 2010).
6. Masalah yang dapat terjadi pada BBLR
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan system organ pada bayi
tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem
pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal,
ginjal, termoregulasi (Maryunani, dkk,2009).
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera
setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan
surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi
bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Luman sistem
pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi
dari tulang thorax, dan pembuluh darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang
menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas
(distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan
saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena
pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia
dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga
sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP), yang diakibatkan
karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin, yaitu
paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine kehidupan
ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang
cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi mengisap
dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu sehingga kurangnya cadangan
nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang
disebabkan antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan
kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas).
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan:
Penyebabnya antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium
yang sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering
kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada system perkemihannya, di mana
ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola
air, elektrolit, asam – basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan
obat – obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan
sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang
disebabkan karena ketidakmatangan retina.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani,
2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir
yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum
atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membrane surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga
negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin
di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning.
9. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33
-38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila
ada :
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
2.3 Polidaktili
1. Pengertian
Polidaktili berasal dari Bahasa Yunani yaitu “polys” yang berarti
banyak dan “daktylos” yang berarti jari. Kelainan bawaan ini bisa menurun
dalam keluarga. Polidkatili termasuk salah satu kelainan bawaan lahir yang
paling umum terjadi dan dialami oleh sekitar 1 dari 1000 bayi. Pada kondisi
ini, bayi lahir dengan jari berjumlah lebih dari 5 pada kaki atau tangannya.
2. Penyebab
Polidkatili ini disebabkan oleh genetic dimana bisa menyebabkan kelainan
pertumbuhan anggota gerak sata kehamilan berusia 4-8 minggu. Ada 6 gen yang
telah diidentifikasikan sebagai penyebab dari polidaktili :
1) GLI3
2) GLI1
3) ZNF141
4) MIPOL1
5) PITX1
6) IQCE
Selain itu, polidaktili juga disebabkan oleh nongenetic yaitu tidak berasal dari
keturunan namun berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu dan bayi ketika
berada di dalam kandungan. Ada beberapa factor yang membuat seorang anak
memiliki resiko tinggi mengalami polidaktili yaitu :
1) Anak dari ibu yang menderita diabetes
2) Anak dari ibu penderita infeksi saluran pernafasan diatas 3 bulan pertama
kehamilan.
3) Anak dari ibu dengan Riwayat epilepsy
4) Anak dengan kelahiran berat badan lahir rendah
5) Anak yang terpapar embrio thalidomide
3. Jenis – jenis Polidaktili
1) Polidaktili preaxial yaitu tumbuhnya jari tambahana di sisi luar ibu jari atau
jempol kaki
2) Polidaktili postaxial yaitu tumbuhnya jari tambahan di luar sisi jari
kelingking pada kaki atau tangan
3) Polidaktili pusat yaitu tumbuhnya jari tambahan di tengah-tengah jari
tangan atau kaki
4. Penanganan Polidaktili
Polidaktili ini sebenarnya tidak menimbulkan masalah kesehatan tapi
penanganan cepat dibutuhkan agar anak tidak mengalami kesulitan untuk
melakukan aktivitas yang melibakan jari tangan misalnya menulis atau
mengetik.
Penanganan polidaktili terbagi menjadi 2 yaitu
1) Klip Vaskular
Jika jari tambahan hanya terdiri dari jaringan lunak, dokter bisa menempelkan
klip vaskuler pada pangkal jari tambahan ini. Fungsi dari klip ini adalah
menentikan aliran darah sehingga menyebabkan jaringan lunak mati. Setelah
kering, jari tambahan akan tanggal dari jari yang normal.
2) Operasi
Operasi ini dilakukan untuk membuang jari tambahan yang berberntuk
seperti jari sungguhan, bukan hanya jaringan lunak. Operasi polidaktili ini
merupakan operasi sederhana dan tidak memerlukan rawat inap.
2.4 Kajian Teori Asuhan Kebidanan Menurut Varney 2007
1)Langkah 1: Pengumpulan Data Dasar

(1) Data Subyektif

a. Identitas Orang Tua

Identitas orang tua sudah dikaji saat kehamilan.

a) Keluhan Utama: dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat

ini. Keluhan utama merupakan suatu keluhan yang harus dinyatakan

dengan singkat. Biasanya BBL normal tidak ada keluhan

b) Riwayat Prenatal: dikaji untuk mengetahui bagaimana riwayat prenatal

bayi, sehingga dapat diketahui apakah riwayat prenatal sebelumnya dapat

mempengaruhi keadaan bayi saat ini, yang dikaji yaitu : GPA ini

merupakan kehamilan ibu yang keberapa, pernah melahirkan berapa kali,

pernah abortus atau tidak, menanyakan tentang kapan HPHT (Hari

Pertama Haid Terakhir) dan TP (Tapsiran Persalinan) digunakan untuk

menentukan umur kehamilan ibu dan mengantisipasi diagnosa masalah

kesehatan pada BBL (Wiknjosastro, 2007). Masa gestasi normal 37-42

minggu.

c) Mengkaji riwayat ANC ibu teratur atau tidak, untuk mengetahui

bagaimana pemenuhan nutrisi ibu pada janinnya, apakah pernah ibu

mengalami pendarahan saat hamil, apakah ibu pernah mengalami

kecelakan saat hamil yang dapat mempengaruhi keadaan bayi saat ini.
d) Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil yang dapat menyebabkan

ikterus (anti malaria, aspirin, sulfa, nitro furantoin). Sudah atau belum

mendapatkan imunisasi TT, kapan dan berapa kali. Ini akan

mempengaruhi pada kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.

Kebiasaan ibu waktu hamil: untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyakit atau yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, misalnya

ibu tidak mempunyai riwayat penyakit perdarahan, preeklamsi, penyakit

kelamin, atau ibu pernah memiliki riwayat abortus sebelumnya serta dan

mempengaruhi pertumbuhan janin seperti memiliki kebiasaan merokok,

minum-minuman beralkohol dan narkoba ini terkait dengan faktor ibu

yang dapat mempengaruhi kelahiran BBL (Manuaba,2010).

e) Riwayat Intranatal: dikaji untuk mengetahui riwayat intranatal

sebelumnya, yang dikaji yaitu tempat ibu bersalin, siapa penolong

persalinan, tanggal berapa ibu bersalin.

Kala I : dikaji untuk mengetahui berapa lama kala I berlangsung dan

apakah ada penyulit atau tidak. Primigravida berlangsung selama 12 jam,

pada multigravida 8 jam, adakah penyulit atau tidak (Manuaba, 2010)

Kala II : dikaji untuk mengetahui lamanya kala II dan adakah penyulit

atau tidak. Primigravida berlangsung 2 jam, dan multigravida

berlangsung 1 jam (Manuaba, 2010). Bagaimana keadaan bayi apakah

segera menangis, gerak aktif/tidak , jenis kelamin. Pada bayi baru lahir

normal keadaan saat lahir yaitu segera menangis dan gerak aktif. Pada

Kala II dinilai juga faktor risiko yang dikaji untuk mengetahui faktor

resiko yang akan mempengaruhi keadaan bayi, yang perlu dikaji yaitu
apakah ibu dan bayi memiliki faktor risiko mayor seperti suhu ibu >380C,

KPD >24 jam, ketuban hijau, korioamnionitis, fetal distress. Faktor risiko

minor seperti KPD >12 jam, asfiksia, BBLR, ibu ISK, UK <37 minggu,

Gemeli, ibu keputihan, suhu >370C.

Kala III : dikaji untuk mengetahui lamanya kala III, adakah penyulit

dan bagaimana keadaan plasenta dan tali pusat. Lama kala III tidak boleh

lebih dari 30 menit, bagaimana keadaan tali pusat dan plasentanya.

(2) Data Objektif

a. Waktu bayi dilahirkan : dikaji untuk mengetahui pada pukul

berapa bayi dilahirkan (Yongki, dkk, 2012)

b. Keadaan Umum: dikaji untuk mengetahui keadaan umum pada

BBL yang mencangkup tangis kuat, gerak aktif, warna kulit

kemerahan, turgor kulit baik.

c. Jenis Kelamin : dikaji untuk mengetahui jenis kelamin bayi saat

dilahirkan (Yongki, dkk, 2012)

(3) Data Objektif

a. Segera Setelah Lahir

a) Waktu bayi dilahirkan

Dikaji untuk mengetahui pada pukul berapa bayi dilahirkan (Yongki

dkk, 2012).

b) Keadaan bayi saat lahir

Dikaji untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir seperti tangis dan

gerak. Bayi dengan vigerous baby memiliki keadaan lahir yang baik

seperti tangis kuat dan gerak aktif (Yongki dkk, 2012).


c) Jenis Kelamin

Dikaji untuk menghindari kejadian tertukarnya bayi (Matondang, 2007).

1) Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan

menjadi diagnose atau masalah yang spesifik yang sudah diidentifikasi (Varney,

2007).

(1) Diagosa Kebidanan

Pada bayi segera setelah lahir diagnosa kebidanannya sesuai dengan

kondisi dari bayi.

Contoh : Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan Lahir Spontan

Belakang Kepala Segera Setelah Lahir Dengan Asfiksia

Dasar:

a. Data Subyektif

a) Neonatus dimana umur/tanggal/jam lahir menyatakan umur

bayi seperti segera setelah lahir, 2 jam, 6 jam, 24 jam,dll.

b) Cukup bulan dimana riwayat prenatal pada UK.

c) Lahir Spontan Belakang Kepala dimana Riwayat intranatal

menyatakan jenis persalinan.

d) Segera setelah lahir/umur diketahui umur/tanggal/jam lahir.

e) KMK dimana UK dengan BBLtidak sesuai yaitu BBL

rendah.

b. Data Obyektif

Sesuai dengan kondisi bayi saat itu.

(2) Masalah
Masalah yang didapatkan dari bayi baru lahir .

(3) Kebutuhan

Kebutuhan yang diperlukan oleh bayi..

2) Langkah 3 : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi dengan hati-hati tanda dan gejala yang memerlukan

tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi dan mencegah

masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007).

3) Langkah 4 : Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan

pengananan segera

Dalam pelaksanaanya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa situasi

yang memerlukan penanganan segera (emergensi) dimana bidan harus segera

melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada

pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu

instruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan

konsultasi dengan tim kesehatan lain (Sulistyawati,2009).

4) Langkah 5 : Perencanaan

Perencanaan yang dapat dilakukan pada bayi baru lahir disesuaikan dengan

kondisi bayi.

5) Langkah 6 : Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh

seperti telah diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan aman (Varney,

2007). Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya

sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan


penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya

serta meningkatkan mutu dan asuhan pada bayi baru lahir.

6) Langkah 7 : Evaluasi

Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana asuhan tersebut

yang meliputi pemenuhan kebutuhan benar-benar terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007).

BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMULIR MUTU
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
FORM PENGKAJIAN DATA PADA NEONATUS

Nomor : Tanggal : Revisi : Hal :


Poltekkes 00-00-0000 00 0-0
Denpasar-0000-00-00-
00

Waktu pelayanan

: 29 Nopember 2020

Tempat pelayanan

: PMB Ni Wayan

Suastini,SST

A. SUBYEKTIF
1. Identitas
Anak
Nama : By. “NS”
Umur/tanggal lahir: Segera Setelah Lahir/ 29 Nopember 2020
Agama : Hindu
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke- : Pertama
Ibu Ayah

Nama : Ibu “NS” Tn. “KA”

Umur : 26 Tahun 28 Tahun

Agama : Hindu Hindu

Status perkawinan : Sah Sah

Pendidikan : S1 S1

Pekerjaan : IRT PNS

Penghasilan :-
No Telp/HP : 081236xxxxxx
Alamat Rumah : Bd. Kelod, Ds. Tegallinggah, Karangasem

Jaminan kesehatan: -

2. Keluhan utama/alasan kunjungan : Bayi segera setelah lahir dan bayi tidak
segera menangis, warna kulit kebiruan pada daerah ekstermitas dan gerak bayi
tidak aktif.
3. Riwayat prenatal (Sumber : Buku KIA)
a. Pemeriksaan ANC ibu
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, tidak pernah
abortus, belum pernah melahirkan. Ibu mengatakan memeriksakan
kehamilannya di bidan 8x, di puskesmas 1x dan di dr. SpoG 3x. Ibu
mengatakan sudah melakukan pemeriksaan lab lengkap.

b. Imunisasi TT
Ibu mengatakan sudah imunisasi saat SD (TT5).

c. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu

Ibu mengatakan hanya mengonsumsi obat-obatan/suplemen seperti asam


folat, prenatal dan gestiamin serta esfolat.
d. Kebiasaan buruk yang berpengaruh terhadap kondisi kehamilan
Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan buruk yang berpengaruh
terhadap kondisi kehamilan.
e. Penyulit atau komplikasi yang dialami
Ibu mengatakan tidak ada penyulit/komplikasi yang dialami.

f. Tindakan pengobatan atau perawatan untuk mengatasi


penyulit/komplikasi : tidak ada
4. Riwayat intranatal (Sumber : Buku KIA)
a. Masa gestasi saat dilahirkan : 40 Minggu
b. Kala I
1) Lama kala 1 : 12 jam
2) Penyulit dan komplikasi yang dialami
a) Denyut jantung janin : normal / tidak normal / (tachycardia /
bradicardia / gawat janin)*)
b) Selaput ketuban : utuh/sudah pecah*)
Bila sudah pecah
(1) Warna air ketuban : jernih / ada meconium / ada darah *)
(2) Konsistensi : encer / keruh / kental *)
(3) Bau air ketuban : amis / busuk *)
(4) Jumlah : banyak (> 1 L) / cukup sedikit (<400 ml)*)
c) Moulase : ada / tidak ada
d) Penyulit / komplikasi lain : tidak ada
3) Bila ada penyulit/komplikasi, penanganan yang didapat: tidak ada
c. Kala II
1) Lama kala II 30 menit
2) Penyulit dan komplikasi yang dialami
a) Denyut jantung janin : normal / tidak normal / (tachycardia /
bradicardia / gawat janin)*)
b) Selaput ketuban : utuh/sudah pecah*)
Bila sudah pecah
(1) Warna air ketuban : jernih / ada meconium / ada darah *)
(2) Konsistensi : encer / keruh / kental *)
(3) Bau air ketuban : amis / busuk *)
(4) Jumlah : banyak (> 1 L) / cukup sedikit (<400 ml)*)
c) Moulase : ada / tidak ada
d) Penyulit / komplikasi lain : tidak ada
3) Bila ada penyulit/komplikasi, penanganan yang didapat: tidak ada
4) Penolong persalinan : dukun / perawat / bidan / dokter umum /
dokter Sp.OG *)
5) Cara bersalin : spontan / dengan alat / dengan obat / SC *)
6) Kondisi anak saat dilahirkan :
a) Bernafas spontan / megap-megap / tidak bernafas *)
b) Menangis / tidak *)
c) Tonus otot : tungkai / ekstremitas fleksi / gerak aktif *)
7) APGAR skor 1 menit 3 V menit 4 *
8) Inisiasi menyusu dini : dilakukan / tidak dilakukan *)

5. Penyakit yang pernah atau sedang diderita anak termasuk hospitalisasi


serta tindakan orang tua terkait penyakit anak : tidak ada
6. Riwayat imunisasi

Umur Tanggal Jenis Imunisasi yang


Efek samping yang dialami
Anak Pemberian didapat

7. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas : ada / tidak ada kesulitan
b. Nutrisi :
1) Jenis minuman : ASI / PASI / Lain-lain (sebutkan) : bayi belum
diberikan ASI
2) Frekuensi minum on demand … .kali dalam …. jam
3) Jumlah minum: -
4) Makanan lain yang diberikan :tidak ada
c. Eliminasi :
1) Buang air besar : bayi belum bab
a) Frekuensi dalam sehari :
b) Konsistensi :
c) Warna feses :
d) Masalah :
2) Buang air kecil : bayi belum bak
a) Frekuensi dalam sehari :
b) Konsistensi :
c) Jumlah :
d) Masalah :
d. Istirahat
a) Lama tidur dalam sehari :-
b) Masalah : tidak ada
e. Psikologi
1) Penerimaan orang tua terhadap anak : diterima / ditolak *)
2) Pengasuhan anak dominan dilakukan oleh : tidak ada
3) Pola asuh anak yang dominan : tidak ada
f. Sosial
1) Hubungan intern keluarga : harmonis / tidak *)
2) Pengambilan keputusan dalam keluarga : ibu dan suami
3) Sibling : tidak ada
4) Kebiasaan orang tua yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak :Tidak ada
5) Kepercayaan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak : tidak ada

g. Pengetahuan orang tua tentang


1) Tanda anak sakit : sudah tahu

2) Asuhan dasar anak : sudah tahu

3) Tumbuh kembang anak : sudah tahu

4) Stimulasi perkembangan anak : sudah tahu

B. OBJEKTIF

PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan fisik umum


a. Keadaan umum : Jelek
b. Warna kulit : Kebiruan
c. Kesadaran : Somnolen
d. Tanda vital : Suhu 36,7 0C, RR 20.kali per menit, HR 100 .kali per
menit, tekanan darah - mmHg
2. Pengukuran Antropometri
a. Berat badan: 2300 gram, BB sebelumnya : - gram (tanggal/bulan/tahun)
b. Panjang badan:49 .cm, PB sebelumnya: - cm (tanggal/bulan/tahun)
c. Lingkar kepala: 31 cm, LK sebelumnya: - cm (tanggal/bulan/tahun)
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
1) Muka : odema / pucat / normal
2) Rambut
a) Kebersihan : bersih / kotor *)
b) Kondisi : mudah dicabut / tidak *)
3) Ubun-ubun : cekung / datar / cembung *)
4) Sutura : lebar / molase / normal *)
5) Kelainan kongenital pada kepala : ada / tidak ada *)
Bila ada sebutkan :……………………………………………………
6) Mata
a) Edema / cekung / normal *)
b) Konjungtiva pucat / merah muda / merah *)
c) Sclera putih / kuning / merah *)
d) Kelainan kongenital : tidak ada
7) Hidung
a) Nafas cuping hidung : ada / tidak ada *)
b) Pengeluaran pada hidung : ada / tidak ada *)
c) Kelainan kongenital : tidak ada
8) Mulut
a) Mukosa mulut : kering / lembab / ada luka atau bercak / kotor *)
b) Lidah : bersih / kotor *)
c) Gigi neonatal : ada / tidak ada *)
d) Kelainan kongenital : tidak ada
9) Telinga
a) Simetris / tidak *)
b) Kebersihan : bersih / kotor *)
c) Kelainan kongenital : tidak ada
10) Leher
a) Pembesaran kelenjar tiroid : ada/tidak ada *)
b) Pembesaran kelenjar limfe : ada/tidak ada *)
c) Bendungan vena jugularis : ada/tidak ada *)
d) Kelainan kongenital : ………………………………………………
11) Reflex-reflex
a. Reflex Morrow: ada / tidak ada *)
b. Reflex Glabella : ada / tidak ada *)
c. Rooting Reflex : ada / tidak ada *)
d. Sucking reflex : ada / tidak ada *)
e. Swallowing reflex : ada / tidak ada *)
f. Tonic neck reflex : ada / tidak ada *)
g. Gallant Reflex : ada / tidak ada *)
h. Grasp Reflex : ada / tidak ada *)
i. Stapping Reflex: ada / tidak ada *)
b. Dada dan aksila
1) Tarikan intercostal : ada/tidak ada *)
2) Suara nafas : normal/wheezing/stridor *)
3) Payudara : simetris/tidak *)
4) Pengeluaran payudara : ada/tidak ada *)
5) Pembesaran kelenjar limfe aksila : ada / tidak ada *)
6) Kelainan lain yang ditemukan : tidak ada
c. Abdomen
1) Bentuk perut : simetris/tidak
2) Peristaltic usus : ada / tidak ada
3) Distensi : ada / tidak ada
4) Tali pusat : basah / kering /sudah putus / keluar darah /atau ada tanda
infeksi
5) Kelainan yang ditemukan :Tidak ada
d. Anogenetalia :
1) Bayi laki-laki :
a) Testis : belum / sudah *) turun ke skrotum
b) Warna skrotum : belum / sudah *) ada pigmentasi
c) Lipatan pada skrotum : belum / sudah ada
d) Kelainan pada genetalia : tidak ada

2) Bayi perempuan
a) Labia mayor : belum / sudah menutupi labia minor
b) Pengeluaran pada vulva : ada atau tidak ada
Bila ada, sebutkan :
c) Kelainan pada genetalia
3) Lubang anus : ada / tidak
e. Ekstremitas
1) Oedema: ada / tidak
2) Kuku : pucat / sionosis / merah muda
3) Teraba dingin / tidak
4) Kelainan pada bentuk kaki: normal / vesfagus / vesparus
5) Kelaianan pada jari : sindaktil / polidaktili / brahifalangi / normal
f. Punggung
1) Kulit : bercak mongol / hemangioma / normal
2) Kelainan : Ada/ tidak ada
Bila ada sebutkan :

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Tanggal………….pukul….........)


1. Laboratorium : SHK : tidak dilakukan

2. USG/RONTGEN : tidak dilakukan

C. ANALISIS
1. Diagnosis
Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan dengan BBLR + Asfiksia
Sedang + Polidaktili
2. Masalah : Bayi mengalami nafas megap-megap, kulit kebiruan dan tidak
menangis.
`
D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami, ibu dan suami mengerti
mengenai penjelasan yang diberikan.
2. Melakukan informed consent kepada ibu dan suami mengenai Tindakan yang
akan dilakukan, ibu dan suami setuju mengenai Tindakan yang akan dilakukan.
3. Melakukan penghisapan lender dengan deli, penghisapan lender sudah
dilakukan.
4. Melakukan jepit potong tali pusat, tali pusat sudah dipotong.
5. Melakukan rangsangan taktil pada bayi, rangsangan taktil sudah dilakukan.
6. Melakukan reposisi pada bayi dan menilai napas bayi, bayi sudah direposisi dan
nafas bayi masih megap-megap.
7. Memasang sungkup dan memberikan O2 (100%, ½ L permenit) , sungkup
sudah terpasang dan O2 sudah diberikan.
8. Melakukan penilaian napas pada bayi setelah 30 detik pemberian O2, bayi
sudah menangis keras.
9. Melakukan penghentian pemberian O2 dan melakukan asuhan pasca resusitasi,
pemberian O2 sudah dihentikan dan sudah dilakukan asuhan pasca resusitasi.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai ada atau tidaknya kesenjangan pada
teori dan fakta dimulai pada data subjektif, objektif, analisa dan penatalaksanaan.
4..1.1 Data Subjektif
Pada pengkajian data subjektif asuhan kebidanan pada neonatus “NS” dalam
kasus ini dilakukan dengan metode wawancara sehingga didapatkan data neonatus
“NS” lahir segera setelah lahir pada tangal 29 Nopember 2020 dan neonatus “NS”
tidak menangis, nafas megap-megap, warna kulit kebiruan dan gerak tidak aktif. ,
Menurut Prawirohardjo (2015), Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi
tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.. Hal ini
menunjukan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
4.1.2 Data Objektif
Pada pengkajian data objektif asuhan kebidanan pada neonatus dalam kasus
ini yaitu BB bayi : 2300 gram, PB : 49 cm, LK : 31 cm, LD : 31 cm. Bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang dari 2500 gram
yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37 minggu usia
kehamilan). (Prawirohardjo, 2015). Jadi, tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.
Pada pengkajian data objektif, neonatus “NS” tidak menangis, nafas megap-
megap, warna kulit kebiruan dan gerak tidak aktif. Menurut Prawirohardjo
(2015), Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir Jadi, tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktik.
Pada pengkajian data objektif neonatus “NS”, ditemukan polidaktili pada
tangan kanan. Polidaktii merupakan kondisi kelainan bawaan dimana jari
tangan/kaki lebih dari normal ( Prawirohardjo, 2015). Jadi, tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktik.
4.1.3 Analisa
Berdasarkan pengumpulan data subjektif dan data objektif di kehamilan pada
tanggal 29 Nopember 2020 yang dilakukan penulis dengan di dampingi oleh
bidan, sehingga dapat ditegakkan diagnose berdasarkan hasil analisa data yang
didapat yaitu Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan Segera Setelah
Lahir + Asfiksia Sedang + BBLR + Polidaktili Menurut Varney (2007), dalam
menulis diagnose kebidanan pada neonates harus memenuhi standar
nomenklatur diagnose kebidanan yaitu Neonatus Cukup/Kurang/Lebih Bulan
Besar/Kecil/Sesuai Masa Kehamilan Umur… Jam/Hari disertai masalah yang
menyertai diagnose. Sehingga, tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
4.1.4 Penatalaksanaan
Berdasarkan pengumpulan data subjektif, objektif, analisa di neonatus
didapatkan penatalaksanaanya melakukan penatalaksanaan asfiksia pada bayi
baru lahir dan penaganan post resusitasi. Menurut Depkes RI (2017), bayi yang
mengalami asfiksia diberikan penanganan asfiksia.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Neonatus “NS”

Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan + Asfiksia Sedang + BBLR + Polidaktili

yang dilakukan tgl 29 Nopember 2020, maka penulis dapat mengambil beberapa

simpulan yaitu pada pengkajian dari subjektif yaitu neonatus “NS” segera setelah lahir,

tidak segera menangis, kulit berwarna kebiruan, dan gerak tidak aktif serta nafas megap-

megap. Pada pengkajian data objektif pada kasus neonatus “NS“ HR : 100x/menit, RR :

20x/menit, kulit berwarna kebiruan, gerak tidak aktif, nafas megap-megap. Berat badan

bayi 2300 gram dan terdapat polidaktili pada daerah tangan kanan. Pada analisa kasus

Neonatus “NS” Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan + Asfiksia Sedang +

BBLR + Polidaktili dan masalah yaitu neonatus tidak segera menangis, kulit berwarna

kebiruan, dan gerak tidak aktif serta nafas megap-megap, Berat badan bayi 2300 gram

dan terdapat polidaktili pada daerah tangan kanan, . Pada penatalaksanaan kasus ibu

“NS”, dilakukan informed consent mengenai Tindakan yang akan dilakukan, dan

penatalaksanaan asfiksia sedang.

5.2 Saran
5.1.1 Bagi Peneliti

Hasil asuhan kebidanan komprehensif ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi

peneliti selanjutnya yang ingin memberikan asuhan kebidanan kehamilan dan dapat

memberikan asuhan yang lebih baik.


5.1.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan atau referensi untuk

kegiatan lebih lanjut dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berkaitan dengan

asuhan kebidanan kehamilan.

5.1.3 Bagi Tempat Penelitian

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan asuhan

atau pelayanan kesehatan. Rumah sakit dan tempat praktik bidan diharapkan terus

mempertahankan pelayanan yang selama ini sudah diberikan dan tetap memberikan

pelayanan yang prima kepada masyarakat sesuai kebutuhan dan perkembangan

IPTEK.

5.1.4 Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kepada masyarakat terutama ibu – ibu

hamil agar tetap melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin, melakukan persalinan

di tenaga kesehatan, serta pemantauan atau kunjungan ulang selama masa nifas dan

pemeriksaan bayi setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangannya.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Jensen. 2005. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : EGC


Cunningham. 2009. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC
Dewi, V. N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :Salemba
Medika
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bali 2016.
Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. 2016. Laporan Tahun 2016 Binkes.
Buleleng: Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.
Ellias.2009. Asuhan Kebidanan Fisiologis. Jakarta : EGC
Mansjoer,Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid . Jakarta : Media Aesculaplus
Maryunani dan Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Trans Info Media
Mochtar, Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 3, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai