Anda di halaman 1dari 23

KEBIDANAN KOMUNITAS

“Konsep, Prinsip, dan Masalah hubungan Komunitas I”

OLEH :
Fuji Rahayu Henafi (1920332041)
Lara Syukma Hara (1920332044)
Deswizar Syaputri (1920332047)
Putri Gunawan (1920332050)

DOSEN PEMBIMBING:
Erwani, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul“Konsep, Prinsip, Dan Masalah Hubungan Komunitas I”.Makalah ini
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Kebidanan Komunitas.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami oleh
mahasiswa. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah membantu,
dengan ini Penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun penjelasan
dalam makalah ini.Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar kesempurnaan
makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah membaca dan
mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat .

Padang, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebidanan Komunitas................................................................
B. Pengertian kebidanan komunitas.................................................................
C. Sejarah kebidanan komunitas.......................................................................
D. Tujuan kebidanan komunitas.......................................................................
E. Prinsip kebidanan komunitas.......................................................................
F. Ruang lingkup pelayanan komunitas...........................................................
G. Pemberdayaan masyarakat...........................................................................
H. Prinsip pelayanan asuhan dan tanggung jawab bidan pada pelayanan
kebidanan komunitas....................................................................................
I. Sasaran kebidanan komunitas......................................................................
J. Masalah kebidanan komunitas.....................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan lahir dan dibesarkan di suatu komunitas Bidan lahir dan
dibesarkan di suatu komunitas yang memiliki suatu sistem kepercayaan dan
pola budaya tersendiri.Oleh karena itu bidan berperan sebagai pemberi asuhan
secara komprehensif dan profesional yang berfokus pada keunikan perempuan
untuk mencapai reproduksi sehat, pencapaian peran ibu, dan kualitas
pengasuhan anak.Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerjanya
sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu
memecahkan masalahnya secara mandiri.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan komunitas sebagai
kelompok sosial yang ditentukan oleh batas – batas wilayah, nilai – nilai
keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan berinteraksi
Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.Kebidanan komunitas adalah bidan
yang melayani keluarga dan masyarakat di luar rumah sakit.Di dalam konsep
tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur – unsur tersebut adalah bidan sebagai
pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai sarana
pelayanan, ilmu dan teknologi kebidanan, serta factor yang mempengaruhi
seperti lingkungan, masing-masing usnur memiliki karekteristik.
Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik
tekan pelayanan kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target
peencapaian menjadi berorientasi penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan
semacam ini mengharuskan pihak pengelola program untuk mengoordinasi
semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik,
swasta atau yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan
di desa, petugas penyalur kontrasepsi (CBD), dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam
melakukan tugasnya melayani pasien.Pratik bidan adalah salah satu kegiatan
kebidanan komunitas, kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri sesuai
dengan kewenangannya.Dala kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh
tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang kuallifikasi pendidikannay lebih
rendah.
Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah
pelayanan.Masyarakat yang berada di dekat tempat aktivitas bidan merupakan
sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja aktif,
tidak menunggu pasien dating ketempat kerjanya.Bidan harus aktif memberi
pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di dalam maupun di luar unit
kerjanya.Untuk itu bidan harus mengetahui perkembangan kesehatan
masyarakat dari waktu ke waktu.Pemantauan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya harus dilakukan oleh bidan komunitas.
Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk
suatu konsep kebidanan komunitas .unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan
komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan
dan pengetahuan, serta teknologi.
Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis.Populasi dapat kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah kepala
keluarga, jumlah laki-laki, jumlah neonates, jumlah balita) dalam area yang
dapat ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis situasi merupakan proses
sistematis untuk melihat fakta, data atau kondisi yang ada dalam suatu lingkup
wilayah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas ?
2. Apa saja tujuan dari kebidanan komunitas ?
3. Bagaimana sejarah kebidanan dikomunitas ?
4. Bagaimana karakteristik kebidanan komunitas ?
5. Bagaimanakah bekerja dikebidanan komunitas
6. Bagaimana konsep,prinsio dan masalah hubungan dikomunitas ?
7. Apa yang dilakukan pada saat pemberdayaan masyarakat dikomunitas ?
8. Masalah apa saja yang yang terjadi dikebidanan komunitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui prinsip Kebidanan Komunitas
3. Untuk mengetahui Sejarah Kebidanan Komunitas
4. Untuk mengetahui Apa saja tujuan dari kebidanan komunitas
5. Untuk mengetahui Bagaimana karakteristik kebidanan komunitas
6. Untuk mengetahui Bagaimanakah bekerja kebidanan di komunitas
7. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat di komunitas
8. Untuk mengetahui masalah-masalah dikebidanan komunitas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kebidanan komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan,menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh faktor
lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, social, kultural, dan spiritual
terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan,
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi
tantangan/kendala seperti berikut ini:
1. Sosial budaya seperti ketidak adilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan ekonomi.
2. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
3. Fasilitas, seperti tidak adak fasilitas yang memadai dalam oelayanan
kesehatan.
4. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah yang terisolir, kumuh
dan padat.
Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala di atas
adalah bangkitnya/lahirnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut.
Kebidanan komunitas didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen
system pelayanan kesehatan.
3. Kebidanan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, hasil pendidikan dan
penelitian yang melandasi praktik.
4. Focus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga kebidanan
komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan utama.
Kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan
dasar yang melibatkan komunitas secara aktif dan sesuai keyakinan
komunitas.Beberapa keyakinan yang mendasari praktik kebidanan komunintas
adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan dapat diterima
semua orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam hal
ini komunitas.
3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu
menjalin kerja sama yang baik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang
mendukung maupun mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.
Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang
berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau
pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk
beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal. Intervensi kebidanan yang
dilakukan mencakup pendidikan kesehatan, mendemonstrasikan keterampilan
dasar yang dapat dilakukan oleh komunitas, melalui intervensi kebidanan yang
memerlukan keahlian bidan (konseling pasangan yang akan menikah, melakukan
kerja sama lintas-program dan lintas-sektoral) untuk mengatasi masalah
komunitas serta melakukan rujukan kebidanan dan non kebidanan jika perlu.
Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu
sebagai berikut.

1. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang


sebenarnya, ketika teridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan
primer mencakup peningktan kesehatan pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit, health promotion, health education, specific
protection dan environmental protection. Contoh kegiatan di bidang prevensi
primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang gizi, dan penyuluhan untuk
mencegah keracunan.
2. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini dan
intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis sehingga
memperpendek waktu sait dan tingkat keparahan/keseriusan penyakit, contoh:
mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/belita atau
memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala
termasuk pemeriksaan gigi dan mata secara berkala.
3. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan atau
ketidakmampuan atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakitnya sendiri,
yaitu mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya. Contoh: bidan mengajarkan kepada keluarga untuk
melakukan perawatan anak dengan kolostomi di rumah atau membantu
keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak untuk
latihan secara teratur di rumah.

B. Sejarah Kebidanan Komunitas

Pada tahun 1849 seiring dengan dibukanya pendidikan dokter jawa di


Batavia (di rumah sakit militer belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto), pada
tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh dokter
Belanda (dr. W. Rosch). Fokus peran bidan hanya sebatas pelayanan di rumah
sakit (bersifat klinis).Pada tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun menitikberatkan
pendidikan formal masih pada kualitas pertolongan persalinan di rumah
sakit.Selain itu bidan bertugas secara mandiri di biro konsultasi (CB) yang saat
ini menjadi poliklinik antenatal rumah sakit.Dalam peran tersebut, bidan sudah
memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas.
Pada tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi bidan
(KTB), yang berfokus pada kesehatan masyarakat.Dengan demikian pemerintah
mengakui bahwa peran bidan tidak hanya terbatas pada pelayanan di rumah
sakit tetapi juga meluas pada pelayanan masyarakat, yang berbasis di balai
kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat kecamatan.Ruang lingkup pelayanan
BKIA meliputi pelayanan antenatal (pemberian pendidikan kesehatan, nasehat
perkawinan, perencanaan keluarga) intranatal postnatal (kunjungan rumah,
termasuk pemeriksaan dan imunisasi bayi, balita, dan remaja) penyuluhan gizi,
pemberdayaan masyarakat serta pemberian makanan tambahan.Pengakuan ini
secara formal dalam bentuk adanya bidan koordinator yang secara struktural
tercatat di jenjang inspektorat kesehatan, mulai daerah tingkat I (Propinsi)
sampai dengan II (Kabupaten).
Ketika konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967, pelayanan
BKIA menjadi bagian dari pelayanan Puskesmas.Secara tidak langsung, hal ini
menyebabkan penyusutan peran bidan di masyarakat. Bidan di Puskesmas tetap
memberikan pelayanan KIA dan KB di luar gedung maupun di dalam gedung,
namun hanya sebagai staf pelaksana pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan
bukan sebagai perencana dan pengambil keputusan pelayanan di masyarakat.
Tanpa disadari, bidan kehilangan keterampilan menggerakkan masyarakat,
karena hanya sebagai pelaksana.
Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa dilaksanakan untuk
mengatasi tingginya angka kematian ibu.Pemerintah (BKKBN) menjalankan
program pendidikan bidan secara massal (SPK + 1 tahun).SPK merupakan
Sekolah Perawat Kesehatan, yaitu dari lulusan SMP ditambah menempuh
pendidikan 3 tahun.Bidan di desa (BDD) merupakan staf dari puskesmas yang
ditempatkan di desa sebagai penanggung jawab Polindes.Ruang lingkup tugas
BDD mencakup peran sebagai penggerak masyarakat, memiliki wilayah kerja,
dan narasumber berbagai hal.Sayangnya materi dan masa pendidikan BDD
tidak memberikan bekal yang cukup untuk bisa berperan maksimal.
Gerakan Sayang Ibu (GSI) saat Departemen Kesehatan menerapkan
inisiatif safe motherhood malah diprakarsai oleh Kantor Menteri Pemberdayaan
Perempuan tahun 1996 dengan tujuan meningkatkan partisipasi masyarakat
untuk menurunkan AKI. Pada tahun yang sama (1996), Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) melakukan advokasi pada pemerintah yang melahirkan program
pendidikan Diploma III Kebidanan (setingkat akademi). Program baru ini
memasukkan lebih banyak materi yang dapat membekali bidan untuk bisa
menjadi agen pembaharu di masyarakat, tidak hanya di fasilitas klinis (IBI,
2005).

C. Tujuan Kebidanan Komunitas


Tujuan kebidanan komunitas mencangkup tujuan umum dan tujuan
khusus.Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat khususnya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga
masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu
memecahkan masalah secara mandiri. Adapun tujuan khusus kebidanan
komonitas adalah:

1. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan


tanggung jawab bidan.
2. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas, dan perinatal secara terpadu
3. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan,
persalinan, nifas, dan perinatal
4. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
5. Membagun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat
setempat atau terkait.

D. Prinsip Kebidanan Komunitas


Terdapat beberapa prinsip dasar yang berlaku dalam pemberdayaan
komunitas, yaitu:
1. Perlu adanya break-even dalam kegiatan yang dikelola oleh komunitas.
2. Adanya keterlibatan masyarakat, mulai dari tahap perencanaan hingga
pelaksanaan.
3. Pelatihan sumber daya manusia, menjadi wajib dengan pembangunan fisik
yang dilakukan.
4. Memaksimalkan sumber daya yang tersedia, supaya dapat melakukan
efisiensi biaya untuk penerapannya.
5. Adanya fungsi penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat
makro dengan kepentingan masyarakat yang bersifat mikro.
Kebidanan komunitas diatur oleh prinsip-prinsip, adapun prinsip dari
kebidanan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang didasarkan pada perhatian
terhadap kehamilan sebagai suatu bagian penting dari kesehatan untuk bayi
baru lahir sebagai suatu proses yang ditunggu-tunggu dalam kehidupan semua
wanita.
2. Informed consent, sebelum melakukan tindakan apapun berikan informasi
kepada klien untuk meminta persetujuan klien terhadap tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap dirinya,
3. Bina hubungan baik dengan ibu dengan melakukan berbagai pendekatan sisi
kehidupan
4. Berikan asuhan yang berkelanjutan
E. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan di Komunitas

Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area praktik


bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga, maupun
masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan nilai-nilai
masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan
keluarganya.Dalam praktiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah
yang dikenal dengan proses/manajemen kebidanan.Langkah/proses manajemen
kebidanan meliputi hal berikut ini.
1. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data yang
relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan setiap klien
termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang teliti.
2. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data
dasar. Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana
untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka. Contoh: hasil
pemeriksaan Ibu hamil didapatkan konjungtiva pucat dan pemeriksaan
laboratorium penunjang hasil haemoglobin rendah di bawah normal. Maka ibu
dinyatakan diagnosa hamil dengan anemia.
3. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien. Contoh: Ibu hamil dengan
anemia, maka rencana yang paling tepat adalah memberikan tablet zat besi
untuk meningkatkan kadar haemoglobin.
4. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil
keputusan untuk kesehatannya. Bidan melakukan pendidikan kesehatan terkait
dengan kondisi kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien dapat
mengikuti anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah kesehatannya.
5. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien. Setiap rencana yang akan
dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa apa yang diberikan
merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil yang anemia perlu penambah zat
besi untuk kesehatan ibu dan janin. Adapun ruang lingkup pelayanan
kebidanan di komunitas adalah sebagai berikut.
6. Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan langkah
promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil disarankan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan. Bayi dan balita
dilakukan pemantauan tumbuh kembang di posyandu.
7. Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat
dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
8. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan diharapkan
mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi melalui keterampilan
tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus kegawatdaruratan maternal
dan neonatal sehingga dalam proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.
9. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan bidan
melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan meminimalisir intervensi
yang berlebihan sesuai dengan kondisi klien
10. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan bekerjasama
dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk mengobservasi
kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah bidan melakukan perawatan
pasca operasi pada klien dengan tindakan persalinan caesar.
11. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial,
kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan individu
ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Terutama pada kondisi bahwa stigma
masyarakat perlu dikurangi seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD),
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan
injecting drug user (IDU).

F. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat
persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masayarakat dalam menemukan,
merencanakan dan memecahkan masalah menggunakan sumber daya/potensi
yang mereka miliki, termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh
masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.
Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan menghasilakn
kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada dalam
keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa bantuan pihak lain (Parker,
2003). Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan
kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga
adalah pendekatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).
Artinya bahwa harus ada komunikasi antara bidan dengan masyarakat,
kemudian melalui komunikasi pula bidan memberikan informasi dan
melakukan pendidikan kesehatan.Strategi pemberdayaan masyarakat dan
pemberdayaan perempuan diantaranya dapat ditempuh dengan langkah sebagai
berikut.
1. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat tentang pentingnya
kesehatan.
2. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah.
3. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan.
4. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang
sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.
5. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara
terbuka (transparan).
G. Prinsip Pelayanan Asuhan dan Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut:
1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung
peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala
Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah balita, jumlah
lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contohnya adalah
jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/ kawasan
perumahan/ perkantoran.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan
komunitas meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan
individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk
menilai mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang sensitif
gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan tidak, dan
hukum serta norma yang ternyata masih melanggar hak asasi manusia.
Disamping itu, bidan harus mampu bertindak profesional dalam bentuk:
1. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas
kemanusiaan sebagai bidan, dan
2. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative
(tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua
klien (perempuan, laki-laki, transgender).
H. Sasaran Kebidanan Komunitas
Secara garis besar sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat.ibu, bayi baru lahir, bayi, dan anak balita
yang berada dalam keluarga dan masyarakat merupakan sasaran utama dari
pelayanan bidan komunitas. Bidan memandang pasiennya sebagai makhluk
sosial yang memiliki budaya tertentudan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi,
politik, sosila budaya, dan lingkungan sekitarnya.
Kelompok sasaran di masyarkat:
1. Kelompok bayi,
2. Kelompok balita,
3. Kelompok remaja,
4. Kelompok ibu hamil,
5. Kelompok ibu nifas,
6. Kelompok ibu menyusui
Sasaran kegiatan pelayanan kebidanan adalah sebagai berikut:
1. Upaya pencegahan penyakit
2. Upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
3. Penyembuhan serta pemeliharaan kesehatan.

I. Masalah Kebidanan Komunitas


1. Kematian ibu dan anak
Menurut Depkes RI tahun 2005, Kematian ibu dan anak adalah
kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 43 minggu setelah
berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan
karena berbagai penyebab yang berhubungan dnegan kehamilan dan
penanganannya, tetapi tidak dari kasu-kasus kecelakaan.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu per 100.000
perempuan pertahun.Sedangkan angka kematian bayi adalah jumlah
kematian bayi sebelum mencapai umur tepat satu tahun per 100.000
kelahiran hidup.
Beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu di Indenesia
adalah sebagai berikut:
a. Pendarahan
b. Eklamsi
c. Infeksi
Sedangkan faktor penyebab tidak langsung kematian ibu adalah
sebagai berikut:
a. Faktor kemudahan akses
b. Faktor sosial budaya
c. Faktor pendidikan
d. Faktor ekonomi

2. Kesehatan reproduksi remaja


Perkembangan masa remaja adalah masa yang paling penting
dalam kehidupan seseorang karena:
a. Masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa,
b. Mengalami proses berkembang kearah kematangan atau kemandirian
c. Masa munculnya dorongan untuk mengetahui dan mencoba hal-hal
baru dalam usahanya untuk mencari jati diri
d. Masa mencapai kematangan pribadi sesuai tugas perkembangan.
Masalah kesehatan reproduksi remaja yang terjadi dimasyarakat
dikarenakan oleh:
a. Remaja tidak memiliki pengatahuan yang mendalam tentang kesehatan
reproduksi dan seksual
b. Remaja perempuan tidak memiliki akses terhadap pelayanan dan akses
terhadap pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi sehingga:
rentan terhadap kematian ibu, anak dan bayi, abosi tidak aman, infeksi
menular seksual, kekerasan dan pelcehan seksual, tertular HIV/AIDS
3. Aborsi yang tidak aman
Aborsi adalah keluarnya janin ketika beratnya kurang dari 500
gramatau usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Beberapa faktor
penyebab seorang perempuan melakukan aborsi adalah:
a. Faktor psikososial, adalah tindakan melakukan hubungan seksual
diluar nikah, pemerkosaan dan kemiskinan.
b. Faktor gagal dalam program KB

4. Bayi berat lahir rendah (BBLR)


BBLR merupakan masalah utama di negara berkembang temasuk
Indonesia.BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2500
gram.BBLR merupakan penyebab terjadinya peningkatan angka
mortalitas dan morbiditas pada bayi yang disebabkan oleh prematuritas.

5. Tingkat kesuburan
Angka kesuburan adalah jumlah anak yang akan dilahirkan
seorang perempuan sampai akhir masa reproduksinya dengan asumsi ia
mengikuti pola fertilitas yang berlaku dari usia 15-49 tahun. Untuk
mengatasi tingkat masalah kesuburan, bidan dapat melakukan upaya
sebagai berikut:
a. Melakukan analisis demografi dan program KB
b. Memberikan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
c. Melakukan kemitraan dengan petugas KB dan kader
d. Melakukan edukasi dengan tujuan membentuk keluarga peduli akan
KB dan Kespro, serta ketahanan keluarga

6. Penyakit menular seksual (PMS)


PMS adalah penyakit yang banyak terjadi dimasyarakat karena
muncul dalam perilaku yang semakin tidak terkendali karena peningkatan
seks bebas. Infeksi saluran reproduksi (IMS)adalah istilah terhadap tiga
tipe penyakit: infeksi menular seksual (IMS), infeks endogen vagina,
infeksi karena prosedur saluran reproduksi

7. Pengaruh perilaku dan aspek sosial budaya pada pelayanan


kebidanan komunitas
Perilaku kesehatan merupakan salah satu faktor determinan pada
derajat kesehatan. Diantara perilaku dan aspek sosial budaya yang
mempengaruhi pada pelayanan kebidanan komunitas adalah sebagai
berikut:
a. Health believe, seperti kebiasaan memberikan makanan bayi yang
telah dilakukan secara turun temurun
b. Life style, gaya hidup yang berpengaruh terhdap kesehatan
c. Health seeking behavior, bentuk perilaku sosial budaya masayarakat
yang hanya menggunakan hal-hal sederhana dalam menyelesaikan
masalah kesehatannyan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada
aspek- aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat sekitar).
Seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat
individual maupun kelompok. Pelayanan Kebidanan komunitas merupakan
bentuk pelayanan kebidanan yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan
kesehatan perempuan dengan lebih komprehensif. Seorang bidan komunitas
diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khusunya
kesehatan perempuan di wilayah kerjanya, sehingga masyarakat mampu
mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu memecahkan masalahnya
secara mandiri.
2. Tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas meliputi
kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga, dan
masyarakat.
3. Ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan (preventif), deteksi dini komplikasi dan pertolongan
kegawatdaruratan, meminimalkan kecacatan, memulihan kesehatan
(rehabilitasi), serta kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat,
organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk
mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.
4. Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat
persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masayarakat dalam
menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah menggunakan sumber
daya/potensi yang mereka miliki, termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-
tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mata kuliah Kebidanan
Komunitas sekaligus dapat memahami materi “Konsep, Prinsip dan Masalah
Hubungan di Komunitas”.
DAFTAR PUSTAKA

Tombokan, Sandra G.J, Dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Komunitas khusus sebagai
Bahan Pembelajaran Mahasiswi Kebidanan. Bogor: In Media

Wahyuni, Elly Dwi. 2018. Bahan Ajar Kebidanan Asuhan Kebidanan Komunitas.
Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai