Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS

Dosen Pengampu

Mega Octamelia, SST., M. Kes

Disusun oleh :

1. Fatmawati Hadir (2030701002) 4. Putri Dea Aprilia (2030701013)


2. Korina Oktavia (2030701009) 5. Syarifah Annisah (2030701014)
3. Kurnia Wati (2030701012) 6. Fitriani (2030701028)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatu

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Untaian shalawat dan salam tidak lupa
kami tuturkan tertuju kepada junjungan kita, baginda Nabi Muhammd SAW. Kami tidak
hanya bersyukur kepada-Nya saja tetapi kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada
temen-temen yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk menyelasaikan tugas yang telah
diberikan oleh dosen dan juga sebagai menambah pengetahuan dan wawasan. Semoga
makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan maupun petunjuk bagi pembaca.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu
hingga selesainya tugas mata kuliah ini. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.
Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Penulis

Tarakan, 08 Februari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
A. Pengertian dan Tujuan Kebidanan Komunitas................................................................2
B. Tujuan Bidan Komunitas................................................................................................3
C. Sasaran Kebidanan Komunitas.......................................................................................4
D. Masalah-Masalah Bidan Komunitas...............................................................................6
E. Tugas Utama Bidan di komunitas.................................................................................10
F. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas..........................................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu kompetensi bidan di masyarakat adalah peran bidan sebagai bidan
komunitas. Bidan komunitas merupakan komponen penting dalam pelayanan
kebidanan komunitas. Pelayanan ini diperlukan dalam rangka mengurangi angka
kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi.

Bidan komunitas merupakan tenaga kesehatan tradisional namun professional yang


bekerja di masyarakat untuk memberikan asuhan pada perempuan dan anak dimulai
pada masa sebelum kehamilan hingga selesai persalinan. Asuhan yang diberikan tidak
hanya berpusat pada fasilitas kesehatan masyarakat (posyandu, polindes atau
puskesmas), namun dapat memberikan asuhan di rumah (homebirth, ANC di rumah,
kunjungan bayi dan nifas di rumah dan sebagainya) selama keadaan kesehatan ibu dan
anak baik (keaadaan normal).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kebidanan Komunitas?
2. Apa tujuan dari Bidan di Komunitas?
3. Apa saja sasaran Kebidanan Komunitas?
4. Apa saja masalah-masalah Kebidanan Komunitas?
5. Apa saja tugas utama Kebidanan Komunitas?
6. Apa saja tugas tambahan Kebidanan Komunitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Bidan di Komunitas
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari Bidan di Komunitas
3. Untuk mengetahui sasaran Kebidanan Komunitas
4. Untuk mengetahui masalah-masalah Kebidanan Komunitas
5. Untuk mengetahui dan memahami tugas utama Kebidanan Komunitas
6. Untuk mengetahui tugas tambahan Kebidanan Komunitas

1
BAB II

PEMBAHASAN

2
A. Pengertian dan Tujuan Kebidanan Komunitas

Berdasarkan kesepakatan antara International Confederation of Midwife,


International Federation of Gynecologist and Obstetric dan World Health
Organization pada tahun 1983 bahwa bidan adalah seorang yang telah mengikuti
pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah, yang telah lulus dan terdaftar
serta mendapatkan izin melakukan praktik kebidanan (ICM. 2014). Kata komunitas
sendiri berasal dari bahasa latin yaitu "communicans". "communis", "community"
yang berarti kesamaan, publik dan masyarakat setempat. WHO mendefinisikan
komunitas sebagai suatu kelompok sosial dalam wilayah tertentu yang mempunyai
keyakinan, nilai dan budaya serupa yang berinteraksi satu sama lain (Walsh, 2008).
Kebidanan komunitas adalah suatu pelayanan yang dilakukan oleh bidan dengan
menekankan pada aspek aspek psikososial dan budaya yang ada pada suatu
masyarakat. (Wahyuni, 2018). Kebidanan komunitas juga dapat diartikan sebagai
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dengan kelompok resiko tinggi,
dengan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui upaya
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan untuk menjamin
keterjangkauan dalam akses kebutuhan pelayanan kesehatan dengan melibatkan
masyarakat sebagai mitra penggerak komunitas (Syafrudin & Hamidah, 2009).

Pelayanan kebidanan pada komunitas juga merupakan tindak lanjut dari


pelayanan kebidanan yang diberikan dalam institusi pelayanan kesehatan (RS,
klinik, dll), dalam upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, keluarga dan
masyarakat. Bidan dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang bukan
hanya bersifat individual namun juga pada kelompok. Bidan diharapkan mampu
dan siap dalam menghadapi tantangan serta hambatan dalam mengatasi setiap
permasalahan dengan memberikan motivasi dan dukungan sehingga dapat
dilahirkannya gerakan masyarakat mandiri yang peduli terhadap derajat kesehatan
di lingkungan komunitasnya (Maternity et al.. 2017). Untuk itu bidan juga perlu
dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut
ini.
1) Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang
merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.
2) Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.
3
3) Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.
4) Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah yang
terisolir), kumuh, padat, dll.

B. Tujuan Bidan Komunitas


Pelayanan kebidanan pada komunitas mempunyai tujuan umum untuk
mewujudkan derajat kesejahteraan kesehatan masyarakat yang mempunyai tujuan
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak (KIA) dan kesehatan keluarga dengan
membangun kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan
yang terkait dengan kebidanan di komunitasnya (Ambarwati & Rismintari, 2015).
Tujuan pelayanan kebidanan komunitas secara khusus dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1) Menemukan dan mengidentifikasi setiap permasalahan kebidanan yang
ditemukan di komunitas
2) Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan kesehatan dan tokoh
masyarakat serta masyarakat setempat
3) Menemukan alternatif solusi dari permasalahan yang ditemukan dengan
melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan serta
evaluasi pelayanan kebidanan komunitas
4) Membimbing dan meningkatkan kemampuan individu, keluarga dan
masyarakat dalam melaksanakan upaya kesehatan melalui penyuluhan, edukasi
dan konseling kesehatan
5) Membimbing kader posyandu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
dalam kebidanan komunitas
6) Melakukan pelayanan kesehatan berupa upaya promotif dan preventif
terkhusus dalam pelayaan kebidanan dalam komunitas
7) Meningkatkan cakupan pelayanan dan mutu pelayanan kebidananckomunitas
sesuai dengan tanggung jawab bidan dalam komunitas
8) Mendukung berbagai program pemerintah dalam menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk menjalankan upaya-upaya yang dapat
kesehatan (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).

4
C. Sasaran Kebidanan Komunitas

Sasaran dalam pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan


kelompok masyarakat. Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari masyarakat di
mana dalam keluarga terdapat kepala keluarga, ibu, dan anak dengan sasaran lebih
lengkap sebagai berikut:
1) Ibu yang meliputi pra-konsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, dan masa menyusui
2) Anak yang meliputi peningkatan kesejahteraan masa janin, bayi dan balita
3) Keluarga dan pasangan yang meliputi pendidikan pranikah, pencegahan infertilitas,
pemilihan kontrasepsi dalam pelaksanaan program keluarga berencana, dukungan
keluarga dalam masa kehamilan, persiapan persalinan, dan nifas serta perbaikan gizi
anggota keluarga (Suparmi, 2018)
4) Kelompok penduduk yang diutamakan adalah kelompok penduduk daerah kumuh,
padat penduduk, dan daerah yang tidak terjangkau atau terisolasi dari akses
pelayanan kesehatan yang memadai
5) Masyarakat meliputi kelompok masyarakat dari satuan terkecil sampai dengan
masyarakat kompleks secara keseluruhan (Syarifudin & Hamidah, 2009).

Pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui pelayanan


asuhan secara langsung terhadap ibu, anak, keluarga, dan kelompok, dan masyarakat
dalam konteks komunitas. Selain itu juga diperlukan perhatian langsung terhadap
kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masayarakat memepengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Kemudian adapaun strategi intervensi kebidanan komunitas yaitu proses
kelompok, pendidikan kesehatan, dan kerja sama (kemitraan). Kebidanan komunitas
merupkan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang berfokus pada kebutuhan dasar
komunitas. Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kerjasama dengan
masyarakat adalah dengan cara sebagai berikut (Azwar, 2001).
1. Mengorganisir masyarakat.
Dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, kunjungan
atau tatap muka untuk menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan kegiatan asuhan
komunitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Mengajar masyarakat seperti perilaku hidup sehat.
Sebagai bidan yang berperan sebagi pendidik, seyogyanya menerapkan

5
tindakan preventif dan promotif, salah satunya adalah bagaimana
menginformasikan perilaku hidup sehat pada individu maupun kelompok. Sebagai
contoh adalah memberikan penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan sebelum
makan.
3. Membentuk jaringan kerja.
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas antara lain Puskesmas,
Polindes, Posyandu, BPM, dasawisma, kunjungan rumah pasien (Syahlan, 1996).
Di masyarakat banyak tenaga kesehatan maupun non kesehatan, seperti PKK,
kelompok ibu-ibu pengajian, dukun beranak, kader kesehatan, perawat, PLKB,
dokter, pekerja sosial, dll. Untuk itu bekerjasama dalam tim menjadi sangat
penting.
Dengan demikian bidan sebagai pimpinan tim diharapkan mampu sebagai
pengelola dan sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas, sehimgga
diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor. Tujuannya adalah
meningkatkan koordinasi dan komunikasi serta meningkatkan kemampuan
bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan memaksimalkan manfaat
semua pihak.
Jaringan kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi misalnya
imunisasi, pemberian tablet FE, vitamin A, Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor (yang melibatkan
intitusi luar) misalnya melalui BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), PAUD dan
sebagainya.
4. Memberdayakan pihak lain.
Pemberdayaan pihak lain adalah pemanfaatan fasilitas dan potensi yang ada di
masyarakat untuk diberdayakan, seperti potensi sumber daya alam, potensi desa,
dan sumber daya manusia atau kader kesehatan. Contohnya adalah bila di suatu
desa ditemukan lahan industri maka pabrik atau instansi terkait terlibat untuk
memberikan fasilitas kesehatan yang sifatnya umum yaitu didirikan tempat Mandi
Cuci Kakus (MCK) bagi warga yang tidak memiliki sumber air bersih dan
pembuangan hajat di rumahnya.
5. Membicarakan masalah secara terbuka.
Melakukan dialog terbuka atau pertemuan secara formal kepada tokoh
masyarakat untuk menyampikan hasil pendataan tentang status kesehatan
6
berdasarkan data primer atau data seukunder. Hal ini bertujuan agar masyarakat
dan tokoh terkait mau tahu dan mampu mengatasi masalahnya sendiri secara
swadaya dan gotong royong. Contohnya adalah hasil pendataan tentang masih
banyaknya remaja yang putus sekolah pada usia sekolah.

D. Masalah-Masalah Bidan Komunitas


Dalam kehidupan masyarakat berbagai masalah yang bisa muncul antara lain masalah
kebidanan, yang tentunya perlu mendapat perhatian khusus dalam penanganannya agar
generasi penerus dalam proses tumbuh kembangnya dapat sehat lahir dan batin.

1) Kematian Ibu dan Bayi


Berdasarkan WHO-SEARO 1998 dalam (Suriani, 2009) kematian ibu adalah
kematian perempuan selama masa kehamilan, atau dalam 42 minggu setelah
persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan dengan dan atau diperburuk oleh
kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan karena kecelakaan. Sebagian besar
kematian perempuan disebabkan komplikasi karena hamil dan bersalin, yakni
pendarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, aborsi yang tidak aman 5%,
persalinan lama 5%, trauma obstetrik 5%, emboli obstetri 3%, dan lain-lain 11%.
Penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan dan cklampsia. Kedua sebab itu
sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan antenatal care yang
memadai, atau penerapan teknologi kesehatan yang ada. Namun demikian, banyak
faktor yang memengaruhi baik politis maupun teknis, sehingga teknologi kesehatan
kurang dapat diterapkan secara sempuma di tingkat masyarakat, belum tentu
masyarakat memanfaatkannya karena sebagai alasan dikategorikan sebagai
penyebab tidak langsung kematian ibu, yakni sosial ekonomi, pendidikan,
kedudukan dan peranan wanita, sosial budaya dan transportasi. Hal tersebut sangat
memicu terjadinya "tiga terlambat empat terlalu", yaitu terbatasnya kesempatan
memperoleh informasi dan pengetahuan baru, hambatan membuat keputusan,
terbatasnya akses memperoleh pendidikan memadai, dan kelangkaan pelayanan
kesehatan yang peka terhadap kebutuhan perempuan juga berperan dalam situasi ini
(Suriani, 2009).

Program Umum Departemen Kesehatan RI Menurut Menkes adalah penurunan


angka kematian bayi dari 33/1000 menjadi 26/1000 kelahiran hidup. Demikian pula,
7
prevalensi gizi kurang pada balita ditekan dari 25,8% menjadi 20%, umur harapan
hidup dari 66,2% tahun menjadi 70,6 tahun.

Keselamatan dan kesejahteraan perempuan dan anak sangat penting tidak saja bagi
pemenuhan hak hidup sehat bagi mereka, tetapi juga dalam mengatasi masalah
ekonomi, sosial dan tantangan pembangunan (Pesan Kunci Hari Kesehatan Dunia,
2005) dalam (Suriani, 2009). Program keluarga berencana dianggap sebagai
program pencegahan kematian maternal yang kos-efektif, karena dapat mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan berdampak
buruk terhadap kehamilan, janin yang dikandung dan anak yang dilahirkan.
Initiatives For Matemal Mortality Programme Assessment (IMMPA), merupakan
inisiatif program penilaian penurunan kematian ibu. Tujuannya, mencari di antara
strategi intervensi yang sudah ada. Strategi manakah yang paling efektif dan kos-
efektif untuk menurunkan kematian ibu di berbagai situasi sosial dan budaya di
negara berkembang. untuk menilai aplikasi dari strategi tersebut terhadap
pemerataan dan kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal. Untuk
mencapai tujuan tersebut, IMMPA berupaya meningkatkan kapasitas penentu
kebijakan dalam pengambilan keputusan, termasuk mengalokasikan sumber-sumber
daya yang terbatas berdasarkan bukti dan data yang adirat berarti pula peningkatan
kemampuan membuat melaksanakan evaluasi program kesehatan yang diharapkan
berdampak positif terhadap peningkatan kesehatan perempuan, bayi serta keluarga
dan selanjutnya meningkatkan sosial dan ekonomi masyarakat luas.

2) Kehamilan Remaja
Dalam (Ambarwati, 2011) masa remaja merupakan masa peralihan/masa transisi/
masa pancaroba yang penuh gejolak yaitu masa kanak-kanak menuju masa dewasa
mandiri. Kehamilan bisa jadi dambaan, tetapi mungkin juga dianggap malapetaka
apabila kehamilan itu sendiri tidak/belum diinginkan. Kehamilan remaja adalah
kehamilan yang terjadi pada remaja yang merupakan akibat perilaku seksual baik
disengaja (sudah menikah) maupun tidak sengaja (belum menikah). Beberapa hal
yang mengakibatkan kehamilan remaja
a. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga. Perhatian dan peran orang tua amat
berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak
yang tidak merasakan ketentraman di dalam keluarganya akan cenderung mencari
8
ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal
yang banyak di antaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai
bentuk kekesalangnereka terhadap kedua ibu bapaknya.
b. Kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga terhadap remaja.
Pendidikan seks sangat perlu diberikan orang tua terhadap anak sehingga si anak
tidak cenderung mencari informasi dari tempat yang salah dan perlunya
pengawasan ketat dari orang tua terhadap anak. Komunikasi lebih terbuka antara
orang tua-anak dapat berperan penting bagi pemantauan perilaku anak di
masyarakat.
c. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang
kuat. Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk
mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak
didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para
remaja terjerumus arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-
perbuatan yang tidak sesuai dengan normal dan agama yang berlaku.

Adapun dampak pada kehamilan Remaja, diantaranya:

1) Pengguguran kandungan, faktor yang mendukung terjadinya pengguguran


kandungan adalah:
a) Status ekonomi sebuah keluarga keadaan ini mendorong suatu kearga untuk
lebih memilih menggugurkan kandungannya karena faktor ekonomi yang
membuat mereka merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan bayi.
b) Keadaan Emosional, setiap remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah
akan terganggu keadaan emosionalnya. Apabila bagi mereka yang tidak
menerima kehamilan tersebut karena malu terhadap lingkungan sehingga
mendorong mereka untuk menggugurkan kandungan.
2) Perceraian pasangan muda
Pernikahan remaja di usia muda dengan status emosi yang masih belum stabil
kebanyakan berujung pada perceraian. Disamping itu faktor ekonomi dari
pasangan yang berubah drastis di mana sebelumnya kedua pasangan suami istri
dibiayai oleh orang tua. Kini berubah menjadi memenuhi kebutuhan diri sendiri
dengan segudang masalah yang mereka hadapi dapat menyebabkan para
9
pasangan berpikiran singkat segera menyelesaikan hubungan yang telah terjadi
dengan jalan perceraian.
3) Hubungan seks usia muda berisiko kanker
Hubungan seks pada usia dibawah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel kanker
pada alat kandungan perempuan, karena rentan pada usia 12-17 tahun perubahan
sel dalam mulut Rahim sedang aktif sekali. Saat sel sedang membelah secara
aktif (metamorphosis) idealnya tidak terjadi kontak atau rangsangan apapun di
luar. Termasuk injus (masuknya) benda asing dalam tubuh perempuan. Karena
adanya benda asing, termasuk alat kelamin pria dan sperma akan mengakibatkan
perkembangan sel kerah abnormal. Apabila kalau sampai terjadinya luka yang
mengakibatkan infeksi dalam Rahim.

E. Tugas Utama Bidan di komunitas

Kebidanan sebagai pelayanan profesional mempunyai wilayah pelayanan


tersendiri sehingga tidak tumpang tindih dengan profesi yang lain. Peran, fungsi,
tugas/tanggung jawab, dan kompetensi bidan dirumuskan sesuai dengan wewenang
yang diberikan pemerintah kepada bidan dalam melaksanakan tugasnya.

Asuhan mendasar kebidanan komunitas mencakup pencegahan, deteksi dini untuk


rujukan, asuhan kegawatdaruratan, maternal dan neonatal, pertolongan pertama pada
penyakit, pengobatan ringan, asuhan pada kondisi kronik, dan pendidikan kesehatan.
Untuk menangani hal tersebut maka bidan perlu melaksanakan kegiatan seseuai
dengan kewenangannya dalam menjalankan praktik mandiri. Bidan mempunyai
peran, fungsi, tugas/ tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan asuhan
kebidanan komunitas.
1. Peran Bidan
Intervensi kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan
(promosi kesehatan), kesehatan ibu dan anak dengan pendekatan siklus
kehidupan, melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di komunitas serta melakukan rujukan
kebidanan bila mana ada kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Dengan
demikian, bidan dituntut harus kompeten dalam pengetahuan dan keterampilan.
Dalam upaya pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan reproduksi ibu
dan anak, maka bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan
10
peneliti (IBI, 2005).
a. Peran sebagai Pelaksana
Bidan sebagai pelaksana memberikan pelayanan kebidanan kepada wanita
dalam siklus kehidupannya yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir,
nifas, neoantus, bayi anak dan balita, remaja, masa antara, keluarga berencana
dan lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu tugas
mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.

11
1) Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal berikut ini.
b. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.
c. Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan
mereka sebagai klien. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama
klien.
d. Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
e. Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien / keluarga.
f. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
g. Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga.
h. Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana.
i. Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakterium serta menopause.
j. Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga dan
pelaporan asuhan.

2) Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
b. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
c. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
d. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
e. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi
serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

12
f. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
g. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
h. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
3) Tugas ketergantungan
Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:
b. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
c. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan
dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan.
d. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
e. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan
klien dan keluarga.
f. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
keluarga.
g. Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
klien/keluarga.
b. Peran sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan
dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
b. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan

13
program kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
c. Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu:
a. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
b. Melatih dan membimbing kader.
d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik
secara mandiri maupun berkelompok, yaitu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
2. Menyusun rencana kerja pelatihan.
3. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan
program kerja atau pelayanan kesehatan.

2. Fungsi Bidan
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan peranannya.
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah
sebagai berikut.
a. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta
masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan
kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.

14
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
8. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause
sesuai dengan wewenangnya.
b. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan.
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
c. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait
dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan.
3. Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat.
4. Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.
d. Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri
atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

15
F. Tugas Tambahan Bidan di Komunitas

Sesuai dengan kewenangannya, bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik mandiri.


Peran bidan di sini sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit kesehatan ibu dan anak,
puskesmas, polindes, posyandu, klinik, dan praktik bidan perorangan. Bidan di komunitas
harus mengenal kondisi kesehaan masyarakat yang selalu mengalami perubahan.
Kesehatan komunitas dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi baik di masyarakat itu
sendiri maupun ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Bidan harus tetap tanggap terhadap perubahan tersebut.
Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di komunitas adalah:
a) Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b) Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader kesehatan.
c) Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi.
d) Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan kewenangannya.
e) Menggunakan teknologi tepat guna.

a. Bidan Praktik Swasta (BPS)


Bidan selain bertugas di puskesmas atau di Rumah Sakit, sesuai dengan
kewenangannya bidan serta peraturan yang ada dapat juga melakukan praktik secara
mandiri. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Bidan Praktik Swasta (BPS). Apakah yang
dimaksud dengan BPS itu, yaitu suatu institusi pelayanan kesehatan secara mandiri yang
memberikan asuhan dalam lingkup praktik kebidanan. Menurut Permenkes no 28 tahun
2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, BPS disebut juga dengan Praktik
Mandiri Bidan (PMB) adalah tempat pelaksanaan rangakaian kegiatan pelayaan
kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara perseorangan, dengan memenuhi persyaratan
yang berlaku antara lain kepemilikan STRB (Surat Tanda Registrasi Bidan), SIPB (Surat
Izin Praktik Bidan), serta sarana dan prasarana yang memadai dan administrasi lainnya.
Praktik Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang
kesehatan dasar meliputi serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya. Bidan yang bertugas mempunyai tanggung jawab yang besar karena harus
mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.

16
PMB selain berfungsi sebagai tempat pelayanan masayarakat terutama ibu dan anak,
hendaknya pula dapat berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat yang juga
berperan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat, misalnya pada:
a) Kegiatan posyandu
Melakukan kegiatan posyandu bekerjasama dengan masyarakat dengan
melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan anak serta KB.
b) Membina posyandu
Bidan bertanggung jawab atas kegiatan posyandu di wilayah kerjanya.
Kegiatannya berupa turut memantau keberlangsungan kegiatan posyandu, pembagian
tugas di antara kader, menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pemanfaatan posyandu, serta mengadakan pertemuan dengan warga.
c) Membina kader
Sebagai pelaksana kegiatan posyandu maka Kader kesehatan harus di bina
dengan melakukan pelatihan – pelatihan diantaranya melatih cara penimbangan berat
badan, pengukuran tinggi badan, lingkar tangan dan lingkar kepala, pencatatan pada
buku register, pencatatan hasil pemeriksaan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dan
pemberian Pengganti Makanan Tambahan (PMT).
d) Membina posbindu
Selain kegiatan posyandu bidan juga turut serta melaksanakan kegiatan
posbindu (pos pembinaan terpadu). Pelayanan ini sasarannya untuk kelompok
masyarakat sehat, berisiko, dan penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) atau usia
di atas 15 tahun, seperti diabetes mellitus (DM), kanker, penyakit jantung, penyakit
paru. Posbindu juga merupakan salah satu bentuk UKBM.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan pada
aspek- aspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyarakat sekitar). Seorang
bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun
kelompok. Pelayanan Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan kebidanan
yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan kesehatan perempuan dengan lebih
komprehensif. Seorang bidan komunitas diharapkan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khusunya kesehatan perempuan di wilayah kerjanya,
sehingga masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu
memecahkan masalahnya secara mandiri.
Tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas meliputi
kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga, dan
masyarakat.
Sasaran kebidanan komunitas adalah mulai dari individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yaitu individu, keluarga, kelompok penduduk, masyarakat.
Bidan juga melakukan upaya pelayanan kebidanan yang berfokus pada
kesehatan reproduksi ibu dan anak, maka bidan memiliki peran dan fungi sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti.
Pada prinsipnya asuhan kebidanan yang diberikan di komunitas sama dengan
asuhan kebidanan yang diberikan di klinik, baik yang diberikan di Puskesmas ataupun
rumah sakit. Namun asuhan kebidanan di komunitas lebih memanfaatkan sumber daya
dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat.

B. Saran
Sebagai seorang bidan sangat di tekankan akan pelayanan yang maksimal
karena tuntutan bidan sangatlah berat dan beresiko tinggi terutama pada ibu dan anak.
Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah
ditentukan baik itu penyuluhan yang sesuai dengan profesi kebidanan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni, Wahyuni, et al. Kebidanan Komunitas. Yayasan Kita Menulis, 2020.

Azwar, A. (2001). Rencana strategis nasional making pregnancy safer di Indonesia 2001-
2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Wahyuni, W., Mustar, M., Yanti, I., Sulfianti, S., Indryani, I., Winarso, S. P., ... & Suryani,
L. (2020). Kebidanan Komunitas. Yayasan Kita Menulis.

WAHYUNI, Wahyuni, et al. Kebidanan Komunitas. Yayasan Kita Menulis, 2020.

Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan komunitas. Jakarta: Yayasan Bina Sumber Daya
Kesehatan.

Wardani, Tri Novi Kurnia, and S. ST. "TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI
KOMUNITAS."

Wardani, T. N. K., & ST, S. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI


KOMUNITAS.

19

Anda mungkin juga menyukai