Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

“Mengunakan/memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada dimasyarakat”

Dosen Pengampu : Lisnawati, S.Kep, Ns, M.Sc

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


1. Andi Fadilah PO7124122028
2. Ello Rizkiyah PO7124122009
3. Nurhaliza PO7124122037
4. Amarah Tarif PO7124122016
5. Dina Nuriati PO7124122025
6. Nisfah Nur PO7124122038

PRODI DIII KEBIDANAN TINGKAT IIA


POLTEKKES KEMENKES PALU
TAHUN AKADEMIK 2023 / 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Asuhan Kebidanan
Komunitas dengan materi "Mengunakan/memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada
dimasyarakat ".Tidak lupa jugakami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turutmemberikan kontribusi dalam pembuatan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai partisipasi teman-teman .
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam Makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
Makalah ini. Kami berharap semoga Makalah yang kamisusun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Palu, 1 Februari 2024

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................


A. LATAR BELAKANG ................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
ISI ..............................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ..........................................................................................
B. SARAN ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Seorang bidan dapat saja d tempatkan dimana saja sesuai dengan tempat – tempat
yang membutuhkannya. Bidan dapat di tempatkan pada pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit, mendirikan Praktek sendiri, di Komunitas ( atau yang lebih di kenal Bidan desa).
Oleh sebab itu seorang bidan harus dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan dan
lingkungan sekitarnya.

Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut


dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan
Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara
berkala di review dalam pertemuan Internasional (Kongres ICM). Definisi terakhir
disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia
ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program
pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta
memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi)
untukmelakukanpraktikbidan.Bidan diakui sebagai tenaga professional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, dan bayi.

Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi


komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai,
serta melaksanakantindakankegawat-daruratan.Pelayanan kebidanan komunitas
diarahkan “untuk mewujudkan keluarga yang sehat sejahtera sehingga tercipta derajat
kesehatan yang optimal”. Hal ini sesuai dengan visi Indonesia Sehat 2010. Kesehatan
keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan dimasyarakat yang
ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk
mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Didalam kesehatan keluarga,
kesehatan ibu mencakup kesehatan masa pra kehamilan, kehamilan, persalinan, pasca
persalinan dan masa diluar kehamilan (masa interval).
Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Upaya kesehatan anak dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam
kandungan, masa bayi, balita, pra sekolah dan sekolah.
Peningkatan kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga yang sehat,
selanjutnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Wujud dari kesehatan keluarga dan komunitas merupakan cita-cita bangsa Indonesia
yang berupa kesehatan untuk semua. Oleh sebab itu banyaknya peran bidan dalam
masyarakat membuat bidan haru dapat berbicara dan mendekatkan diri pada masyarakat,
serta mampu melakukan tindakan untuk dapat membantu mastarakat serta dapat di terima
oleh masyarakat.

A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atasa adalah:

a) Menggunakan/Pemanfaatan fasilitas di lingkungan masyarakat?


b) Penggunaan potensi yang ada di lingkungan masyarakat?

B. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas:

a) Untuk mengetahui cara mengunakan/pemanfaatan dan potensi yang ada di


masyarakaat.
b) Untuk mengetahui Penggunaan potensi yang ada di lingkungan masyarakat?
BAB II
PEMBAHASAN

A.Menggunakan/Pemanfaatan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakaat

Menggunakan/Pemanfaatan Fasilitas Dan Potensi Yang Ada Di Masyarakat


Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah diakui oleh
semua pihak. Hasil pengamatan, pengalaman lapangan sampai peningkatan cakupan
program yang di kaji secara sistematik, semuanya membuktikan bahwa peran serta
masyarakat amat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian dan keseimbangan
pembangunan kesehatan. Besar dan beragamnya peran serta masyarakat dapat dilihat
pada beberapa fakta beriku. Dari kajian kunjungan lapangan di berbagai daerah,
terungkapnya bahwa peran serta masyarakat di wujudkan dalam bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang jenisnya sangat banyak diantaranya:

1.POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu)


Posyandu merupakan jens UKBM yang paling memasyarakat dewasa. Posyandu
meliputi 5 program prioritas ( KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan penanggulangan diare). Bila
di perhitungkan bahwa tiap posyandu rata-rata mempunyai 5 orang kader

2.DANA SEHAT
Pada dana sehat dapat berkembang ke berbagai pola antara lain:

1. Dana sehat pola UKS (upaya kesehatan sekolah).


2. Dana sehat pola PKMD (Perkembangan Kesehatan Masyarakat Desa).
3. dana sehat pola pondok pesantren
4. dana sehat pola KU
5. Dana sehat yang dikembangkan LSM
6. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (tukang becak, sopir angkot, dll).

Dana sehat merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi anggota


masyarakat yang belum di jangkau oleh asuransi kesehatan seperti Askes, astek dan
asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan
masyarakat yang pada gilirannya mampu melestarikannya LKBM setempat. Oleh karena
itu dana sehat harus di kembangkan keseluruh wilayah/kelompok sehingga semua
penduduk terliput oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya

3.Pos UKK(pos upaya kesehatan kerja)


Pos upaya kesehatan kerja (pos UKK) bentuk operasional PHC dilingkungan pekerja,
merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang
terencana, teratur dan berkesinambungan yang di selenggarakan oleh masyarakat pekerja
atau kelompok pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian dalam implementasinya
selalu mencangkup 3 pilar PHC yaitu:

1. Adanya kerjasama lintas sector


2. Adanya pelayanan dasar kesehatan kerja
3. Adanya peran serta masyarakat.

Dari aspek kerjasama lintas sector, pos UKK merupakan wahana kerjasama sektor
kesehatan, tenaga kerj, pertanian, perindustrian dan lain-lain dalam pembinaan pekerja
sesuai dengan jenis pekerjaannya. Dari aspek partisipasi masyarakat, pos UKK
merupakan wujud peran serta masyarakat pekerja, pengusaha, organisasi pekerja,
organisasi pengusaha dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Jadi pos UKK
merupakan salah satu bentuk UKBM bagi kelompok pekerja, baik pekerja formal maupun
informal.

Kegiatan spesifik yang menjadi cirri pokok Pos UKK adalah sebagai berikut:

1. Adanya komunikasi , informasi, edukasi dan motivasi tentang ergonomic,


pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, kebugaraan, penanggulangan
stress hipertensi, bahaya merokok, pencegahan penyakit menular, keracunan
makanan dan pokok bahasan lain yang terkait dengan kesehatan kerja.
2. Kegiatan yang bersifat lintas sektor, dengan peran masing-masing sesuai dengan
profesi dan fungsi sektor yang bersangkutan..
3. Pelayanan dasar kesehatan kerja yang antara lain meliputi: P3K, P3P,
Pemantauan, Penggunaan alat pelindung dan upaya penyehatan lingkungan kerja.
4. SBH (Satuan karya bakti Husada)
SBH merupakan bentuk partisipasi generasi muda khususnya pramuka dalam bidang
kesehatan. Unit SBH ini ada di tingkat kabupaten (kwartir cabang), dan kecamatan
(kwartir ranting).

Selain saka bhakti Husada, saat ini telah berkembang pula beberapa upaya kesehatan
meliputi:

1. Upaya kesehatan remaja yaitu kelompok remaja yang ikut berkiprah dalam
pembangunan kesehatan dalam bentuk-bentuk pelatihan, lomba poster, pidato
karikatur dan program kesehatan lainnya.
2. Upaya kesehatan pesantren yaitu kelompok santri yang ikut berkiprah dalam
pembangunan kesehatan dengan wilayah kerja pesantren, berupa
penyelenggaraan Pos Kesehatan pesantren yang di laksanakan oleh para santri
husada.
3. Karang Taruna Husada yaitu kelompok karang taruna yang menyelenggarakan
kegiatan berwawasan kesehatan seperti “Remaja Darling” (remaja sadar
lingkungan), “Remadi” (Remaja anti diare), remaja Husada, Remaja bebas rokok,
dll

4.POLINDES (Pondok Bersalin Desa)


Polindes atau pondok bersalin desa merupakan salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan
ibu dan anak lainnya, termasuk KB di desa.

Polindes hanya dapat di rintis hanya di desa yang telah mempunyai bidan yang
tinggal di desa tersebut. Sebagai bentuk peran serta masyarakat, polindes seperti halnya
posyandu, di kelola oleh pamong setempat dalam hal ini kepala desa melalui LKMDnya.
Namun berbeda dengan posyandu yang pelaksanaan pelayanannya dilakukan oleh kader
dan di dukung oleh petugas puskesmas, polindes dalam pelaksanaan pelayanannya sangat
tergantung pada keberadaan bidan. Hal ini karena pelayanan di polindes merupakan
pelayanan profesi kebidanan.

Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun
bayi. Karena itu di polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana untuk meningkatkan
kemitraan bidan dan dukun bayi dalam pertolongan persalinan. Kader posyandu dapat
pula berperan di polindes seperti perannya dalam melaksanakan posyand, yaitu dalam
penggerakkan sasaran dan penyuluhan. Selain itu bila memungkinkan kegiatan posyandu
dapat dilaksanakan pada tempat yang sama dengan polindes.

Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa


ruangan/kamar untuk pelayanan KIA termasuk tempat untuk pertolongan persalinan,
yang di lengkapi dengan sarana air bersih. Dengan demikian, penyediaan tempat untuk
polindes tidak perlu selalu harus berupa pembangunan gedung baru, bila hal itu tidak
mungkin dilakukan oleh masyarakat karana keterbatasan dana. Polindes dapat
menggunakan bangunan lama yang telah di sesuaikan kebutuhan pelayanan polindes.
Apapun bentuk tempatnya, letak polindes diharapkan tidak berjauhan dengan tempat
tinggal bidan desa, bahkan sedapat mungkin bidan di beri tempat tinggal bersebelahan
dengan polindes.

Dengan demikian, pengembangan polindes merupakan upaya untuk mengatasi


kesenjangan sebagai berikut:
1. Kesenjangan geografis dalam memperoleh pertolongan persalinan yang aman dan
bersih. Dengan adanya polindes, maka masyarakat di pedesaan dapat memperoleh
pelayanan tersebut di desanya.
2. Kesenjangan informasi mengenai kesehatan ibu dan anak,serta perilaku hidup
sehat pada umumnya. Dengan adanya bidan di desa, maka masyarakat dapat
sering bertemu dan mendapat informasi yang dibutuhkan untuk menjaga diri agar
tetap sehat.
3. Kesenjangna socialbudaya antara petugas kesehatan dan masyarakat yang di
layaninya. Dengan menetapnya bidan di desa, maka hubungan bidan dengan
anggota masyarakat, tokoh masyarakat, kader dan dukun bayi akan semakin
akrab, sehingga bidan diharapkan dapat di terima sebagai bagian dari masyarakat.
4. Kesenjangan ekonomi dalam mendapatkan pelayanan kebidanan professional.
Dengan penentuan tariff pelayanan persalinan secara musyawarah melalui wadah
LKMD, maka diharapkan sasaran dapat menjangkau pelayanan yang di butuhkan.
Selain itu masyarakat yang tidak mampu diharapkan dapat di jangkau melalui
pengorganisasian dana sehat atau pengembangan jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat (JPKM).
5. Kesenjangan dalam memperoleh Pelayanan rujukan. Dengan adanya bidan di desa
yang di harapkan mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatan
kebidanan dan bayi baru lahir, maka ibu atau bayi baru lahir dapat di tangani dan
di rujukn lebih dini, sehingga kemungkinan untuk mempertahankan
kelangsunagan hidupnya lebih besar.

5.POSKESTREN (pos kesehatan pesantren)


Poskestren merupakan wujud partisipasi masyarakat pondok pesantren dalam
bidang kesehatan. Biasanya dalam poskestren ini muncul beberapa kegiatan antara lain:

1. Pos obat pondok pesantren (POP)


2. Santri Husada (kader kesehatan di kalangan perpustakaan santri).
3. Pusat informasi kesehatan berupa kesehatan dan ceramah kesehatan secara
berkala, bekerjasama dengan puskesmas setempat.
4. Upaya kesehatan lingkungan di sekitar pondok pesantren.
5. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
Dalam hal ini kebijakan yang di tempuh adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan peran serata masyarakat termasuk swasta pada semua tingkat.


2. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
masyarakat.
3. Memberikan kemapuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada
organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan
dengan kemampuan sendiri
4. Meningkatkan kepeduliaan LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan kesehatan
Dalam hal koordinasi kegiatan pembangunan kesehatan dengan LSM, memang terasa
masih amat terbatas. Sekarang sedang di pesiapkan mengembangkan jejaring LSM, yang
dapat saling mengisi antara Depkes & LSM serta antar LSM sendiri.

 Penggunaan potensi yang ada di lingkungan masyarakat

B. Penggunaan potensi yang ada di lingkungan masyarakat

1. KADER DESA
Kader Desa adalah : Tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang tertentu,
yang tumbuh ditengah – tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk
melaksanakan, meningkatkan, dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa iklas
tanpa pamrih dan didasari panggilan untuk melaksanakan tugas – tugas kemanusiaan.
Bertitik tolak dari pengertian ini, maka kader desa adalah wakil dari masyarakat yang
akan merumuskan segala hal yang menjadi kebutuhan dari masyarakat dan melakukan
usaha – usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kader desa akan menjadi “agent of
change” yang akan membawa norma – norma baru yang sesuai dengan nilai tradisional
mereka dan yang akan menggali segi – segi positif yang ada pada norma – norma
tradisional masyarakat mereka.

a. OPTIMALISASI POTENSI KADER DESA


Beberapa cara / langkah – langkah untuk mengoptimalkan potensi kader desa antara lain:

a) Jangan terlalu ketat membuat pembatasan – pembatasan


b) Pembinaan kader desa harus dilakukan secara positif dan berkesinambungan,
c) Menumbuhkan dan mengembangkan sistem yang dapat menunjang peran kader
desa.

b. KEUNTUNGAN KADER DESA


Keuntungan yang diperoleh Masyarakat dengan adanya Kader adalah :

a) Meningkatkan kualitas kemampuan hingga menumbuhkan pemimpin dan


kepemimpinan baru dalam masyarakat,
b) Masyarakat dapat memanfaatkan kegiatan atau fasilitas yang disediakan dengan
lebih optimal,
c) Keterlibatan masyarakat dalam program menjadi lebih besar sehingga ikut
berperan secara aktif dalam menyusun tujuan – tujuan yang ingin dicapai.

Keuntungan yang diperoleh Lembaga yg. Mensponsori Program dengan adanya Kader
adalah :
a) Program dapat dikerjakan kader dan menekan biaya,
b) Daya jangkau program menjadi lebih luas dg. Tambahan tenaga kader,
c) Cara pelaksanaan kegiatan / program dapat disesuaikan dengan kondisi
masyarakat setempat. ( Krn. Kader berasal dari masyarakat setempat yang telah
dipilih oleh masyarakat dan pamong setempat ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut departemen kesehatan republik indonesia (1991) peran serta masyarakat
adalah suatu proses dimana individu, keluarga, dan lembaga masyarakat termasuk swasta
ikut mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga, dan masyarakatnya. Prinsip
peran serta mansyarakat adalah mengutamakan masyarakat,berbasis pengetahuan
masyarakat, dan melibatkan seluruh anggota masyarakat dengan memperhatikan tipologi
peran serta masyarakat. Di dalam peran serta, setiap anggota masyarakat di tuntut suatu
kontribusi atau sumbangan .kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan
finansial saja tetapi dapat berbentuk tenaga (man), uang (money), benda(material), dan
ide (mind).

B. Saran
Diharapkan pembaca dapat menggunakan makalah ini sebagai bacaan tentang
strategi pelayanan kebidanan dikomunitas. Dan mampu memahami isi dari makalah ini
sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Karyati, T., Mulyani, S., Rachmat, Junarti, & Sunarto. (2007). Pendidikan Lingkungan
Budaya jakarta. Jakarta: Ganeca Exacf
Gohil, N. (2015). Role and Imopact of Social Media in Tourism : A case Study on the
Initiatives of Madhya Pradesh State Tourism INTRODUCTION ; REVIEW OF
LITERATURE : 5(4), 8-15
https://siska789.wordpress.com/2015/05/19/asuhan-kebidanan-komunitas-
menggunakanpemanfaatan-fasilitas-dan-potensi-yang-ada-di-masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai