Disusun Oleh :
Kelas 19-E1A-R1
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Pembinaan Kesehatan Komunitas adalah segala upaya
fasilitas yang bersifat persuasif dan melalui pemerintah yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan
masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan
masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki
termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta LSM
yang masih ada dan hidup di masyarakat (James A. Christenson & Jerry W.
Robinson, 1989).
Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan
masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil,
karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di
dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya
jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan
kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika a/da
kegiatan penyuluhan kesehatan, dll. (Pranarka & Vidhyandika,1996).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud tentang pembinaan kesehatan komunitas ?
2. Apa yang dimaksud tentang program pembinaan kesehatan gizi?
3. Apa yang dimaksud tentang pengembangan program kota sehat?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang program pembinaan
kesehatankomunitas.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pembinaan
1
kesehatan gizi masyarakat.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengembangan
program kota sehat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bagisetiap orang yang optimal”. Program kesehatan masyarakat, meliputi:
Pembinaan gizi masyarakat
Pembinaan kesehatan keluarga
Pembinaan upaya kesehatan kerja dan olah raga
Dukungan mananjemen
Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Penyehatan lingkungan
4
pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. selain itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
b. Gizi masyarakat
5
suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal dalamkondisi sehat atau sakit.
3) Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam
kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan:
Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuaidengan kemajuan ilmu
dan teknologi;
6
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang buruk seperti air minum yang tidak bersih, tidak adanya saluran
penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan
penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman patogen.
Lingkungan yang mempunyai iklim tertentu berhubungan dengan jenis tumbuhan yang
dapat hidup sehingga berhubungan dengan produksi tanaman.
b. Faktor Ekonomi
Di negara yang secara ekonomis kurang berkembang, sebagian besar penduduknya
berukuran lebih pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada umunya masyarakat
yang berpenghasilan rendah mempunyai ukuran badan yang lebih kecil.
Masalah gizi di negara-negara miskin yang berhubungan dengan pangan adalah
mengenai kuantitas dan kualitas. Kuantitas menunjukkan penyediaan pangan yang tidak
mencukupi kebutuhan energi bagi tubuh. Kualitas berhubungan dengan kebutuhan
tubuh akan zat gizi khusus yang diperlukan untuk petumbuhan, perbaikan jaringan, dan
pemeliharaan tubuh dengan segala fungsinya.
c. Faktor Sosial-Budaya
Indikator masalah gizi ini antara lain meliputi stabilitas keluarga dengan ukuran
frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan di lingkungan keluarga yang tidak
stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi kurang. Juga indikator demografi yang
meliputi susunan dan pola kegiatan penduduk, seperti peningkatan jumlah penduduk,
tingkat urbanisasi, jumlah anggota keluarga, serta jarak kelahiran.
Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor ini. Tingkat pendidikan berhubungan
dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan seseorang, kemungkinan
akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan.
d. Faktor Biologis/Keturunan
Sifat yang diwariskan memegang kunci bagi ukuran akhir yang dapat dicapai oleh anak.
Keadaan gizi sebagian besar menentukan kesanggupan untuk mencapai ukuran yang
ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di negara-negara berkembang
memperlihatkan perbaikan gizi pada tahun- tahun terakhir mengakibatkan perubahan
tinggi badan yang jelas.
e. Faktor Religi
7
Religi atau kepercayaan juga berperan dalam status gizi masyarakat, contohnya seperti
tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya
makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Seperti
ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan.
Akibat yang Ditimbulkan Karena Gizi Salah (Malnutrisi) akan berpengaruh
negatif terhadap perkembangan mental, perkembangan fisik, produktivitas, dan
kesanggupan kerja manusia. Gizi salah merupakan sebab-sebab penting yang
berhubungan dengan tingginya angka kematian di antara orang dewasa meskipun
tidak begitu mencolok bila dibandingkan dengan angka kematian di antara anak-anak
yang masih muda. Dampak relatif yang ditimbulkan oleh gizi salah ialah melemahkan
daya tahan tehadap penyakit yang biasanya tidak mematikan dan perbaikan gizi
adalah suatu faktor utama yang membantu meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit. Status gizi juga berhubungan langsung dengan lamanya waktu yang
diperlukan untuk penyembuhan setelah menderita infeksi, luka, dan operasi yang
berat.
Cara untuk memperbaiki status gizi yaitu dengan pengaturan makanan dengan
upaya meningkatkan status gizi, antara lain menambah berat badan dan meningkatkan
kadar Hb. Berikut adalah pengaturan makanan yang bertujuan untuk meningkatkan
status gizi:
• Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut umur, berat badan, jenis
kelamin, dan aktivitas;
• Susunan menu seimbang yang berasal dari beraneka ragam bahan makanan, vitamin,
dan mineral sesuai dengan kebutuhan
• Menu disesuaikan dengan pola makan;
• Peningkatan kadar Hb dilakukan dengan pemberian makanan sumber zat besi yang
berasal dari bahan makanan hewani karena lebih banyak diserap
oleh tubuh daripada sumber makanan nabati;
• Selain meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, juga perlu menambah makanan
yang banyak mengandung vitamin C, seperti pepaya, jeruk, nanas, pisang hijau, sawo
kecik, sukun, dll.
Menanggulangan masalah gizi bertujuan guna memperbaiki gizi masyarakat
indonesia. Cara-cara yang dapat di lakukan yaitu :
8
a) Penanggulangan masalah gizi kurang
Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beraneka ragam pangan;
Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik
merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Macam-macam penilaian status gizi
1. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau
9
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu
tanda (sign) dan gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta
senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi
gelap.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei Konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
10
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
Kota sehat merupakan kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk
dihuni oleh masyarakat. Hal ini dapat terselenggara melalui penerapan tatanan
dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati oleh pemerintah daerah dan
masyarakat. Di antara kegiatan yang dapat dilakukan melalui pemberdayaan
masyarakat dan forum yang diselenggarakan oleh pemerintah kota sebagai wadah
bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi mereka serta ikut berpartisipasi. Forum
11
ini berperan dalam menentukan arah, perencanaan, dan prioritas guna mewujudkan
wilayah yang aman, nyaman, bersih, dan sehat oleh seluruh masyarakat.
Tatanan kota sehat dikelompokkan berdasarkan kawasan dan permasalahan
khusus, yang terdiri dari:
• Kawasan pemukiman, sarana dan prasarana umum,
• Kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi
• Kawasan pertambangan sehat
• Kawasan hutan sehat
• Kawasan industry dan perkotaan
• Kawasan pariwisata sehat
• Ketahanan pangan dan gizi
• Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri
• Kehidupan sosial yang sehat
Dedesentralisasi bidang kesehatan sebagai pendekatan yang dianggap paling
tepat saat ini dalam mengatasi permasalahan kesehatan kota. Beberapa peraturan
perundang-undangan bidang kesehatan sebagai tindak lanjut UU no.22 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan UU no.25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang merupakan inti kebijakan
desentralisasi, misalnya Keputusan Menkes RI no. 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang
Kebijakan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 (IS 2010).
Pemerintah melalui Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan No. 34 Tahun 2005 dan No.1138/Menkes/PB/VIII/2005 tanggal 3 Agustus
2005 menetapkan pedoman penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. yang berupaya
untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas lingkungan baik fisik, sosial, budaya,
mengembangkan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan potensi-potensi
masyarakat dengan cara memberdayakan fungsi-fungsi kehidupan dalam membangun
potensi maksimal suatu kota/desa.
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Program Pembinaan Kesehatan Komunitas adalah segala upaya fasilitas yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam
menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau
potensi yang mereka miliki dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi, serta
pencapaian derajat kesehatan secara optimal melalui pencegahan dan pemberian
pelayanan kesehatan.
Tujuan pembangunan kesehatan sendiri adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan serta kemampuan pola hidup sehat bagi setiap individu dengan optimal.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan makalah ini dapat membantu pembaca untuk
memahami pengertian serta tujuan dari adanya program pembinaan kesehatan komunitas
yang diberikan kepada warga oleh pemerintah ataupun tenaga kesehatan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Setyowati, Maryani., Astuti, Retno. Pemetaan Status Gizi Balita Dalam Mendukung
Keberhasilan Pencapaian Millenium Development Goals (Mdgs). Jurnal Kesehatan
Masyarakat Prodi DIII RMIK Fakultas Kesehatan. Udinus Semarang. KEMAS 10 (2)
(2015) 110-121
Hapsari, Dwi. Sari H, Putri., Afifah, Tin, dan Sudani, Oster. Kajiangambaran Kebijakan
Penyelenggaraankota Sehat Pada Lima Kota Di Indonesia. Diakses di:
https://media.neliti.com/media/publications/154517-ID-gambaran-kebijakan-
penyelenggaraan-kota.pdf
Repository Universitas Sumatera Utara. Bab 2 Tinjauan Pustaka Definisi Puskesmas. Diakses
di: repository.usu.ac.id › bitstream › handl
manajemen-pelayanankesehatan.net › bab-v-upaya-perbaikan-gizi
15