Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KOMUNITAS

( Gizi Masyarakat, Program & Pengembangan Kota Sehat )


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I
Dosen Pengampu Rizaluddin Akbar, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Sindy Nuryati 190711013


Sofiyani 190711024
Siska Widiawati 190711028
Karnengsih 190711029
Ayu Octavia 190711013

Kelas 19-E1A-R1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahi rabbil‘alamin, dengan segala kerendahan hati, kami.


panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Program
Pembinaan Kesehatan Komunitas”. Tak lupa kami juga berterima kasih
kepada Rizaluddin Akbar, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen pembimbing yang
sudah memberikan tugas ini.
Kami selaku penulis berharap semoga kelak makalah ini dapat
berguna dan juga bermanfaat serta menambah wawasan tentang
pengetahuan kita semua tentang pentingnya Mempelajari Kesehatan
Komunitas. Dalam pembuatan makalah ini kami sangat menyadari masih
sangat banyak terdapat kekurangan di sana sini dan masih butuh saran untuk
perbaikannya.

Akhir kata, semoga makalah yang sederhana bisa dengan mudah di


mengerti dan dapat di pahami maknanya. Kami minta maaf bila ada
kesalahan kata dalam penulisan makalah ini, serta bila ada kalimat yang
kurang berkenan di hati pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Cirebon, 19 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................ 1

C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3

2.1 Program Pembinaan Kesehatan Komunitas .............................................................................. 3

1. Pengertian Ilmu Kesehatan Komunitas .................................................................................. 3

2. Program Pembinaan Kesehatan Komunitas ............................................................................ 3

2.2 Pengembangan Kota Sehat ................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................. 14

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 14

3.2 Saran ..................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Pembinaan Kesehatan Komunitas adalah segala upaya
fasilitas yang bersifat persuasif dan melalui pemerintah yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan
masyarakat dalam menemukan, merencanakan serta memecahkan
masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki
termasuk partisipasi dan dukungan tokoh – tokoh masyarakat serta LSM
yang masih ada dan hidup di masyarakat (James A. Christenson & Jerry W.
Robinson, 1989).
Penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan
masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil,
karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dapat diartikan
sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
yang ada di lingkungannya. Peran serta masyarakat di
dalam pembangunan kesehatan dapat diukur dengan makin banyakknya
jumlah anggota masyarakat yang mau memanfaatkan pelayanan
kesehatan seperti, Puskesmas, Pustu, Polindes, mau hadir ketika a/da
kegiatan penyuluhan kesehatan, dll. (Pranarka & Vidhyandika,1996).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud tentang pembinaan kesehatan komunitas ?
2. Apa yang dimaksud tentang program pembinaan kesehatan gizi?
3. Apa yang dimaksud tentang pengembangan program kota sehat?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang program pembinaan
kesehatankomunitas.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pembinaan

1
kesehatan gizi masyarakat.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengembangan
program kota sehat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Program Pembinaan Kesehatan Komunitas

1. Pengertian Ilmu Kesehatan Komunitas


Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia kesehatan
manusia mulai dari tingkat individu hingga pada tingkatan eksosistem serta perbaikan
fungsi setiap unitdalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai
tingkat sistem tubuh. Komunitas adalah sekelompok manusia yang sering berhubungan
lebih sering dibandingkan manusia lainyang berada di luarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan barang atau jasa yang penting untuk
mencukupi kehidupan sehari-hari.

Menurut Spradly (1985), Logan dan Dawkin (1987) Keperawatan kesehatan


komunitas adalah pelayanan perawatan professional yang ditujukan kepada masyarakat
dengan pendekatan kepada kelompok risiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan pendekatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melubatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasipelayanan keperawatan.

2. Program Pembinaan Kesehatan Komunitas


Proses pelayanan kesehatan dan kualitas pelayanan berkaitan dengan
ketersediaan sarana kesehatan yang terdiri dari (Puskesmas, Balai Pengobatan),
pelayanan rujukan (Rumah Sakit), Ketersediaan tenaga kesehatan, peralatan dan obat-
obatan. Secara operasiaonal pelaksanaan pelyanan kesehatan komunitas dalam
organisasi pemerintah daerah menjadi beban tugas dan wewenang dari Dinas Kesehatan.
Karena itu, Dinas Kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat dan menjadikannya lebih efisien, efektif serta dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat. Kondisi tersebut sudah sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 951/Menkes/SK/VI/2000 yaitu: “Tujuan pembangunan
kesehatan adalah untuk neningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

3
bagisetiap orang yang optimal”. Program kesehatan masyarakat, meliputi:
 Pembinaan gizi masyarakat
 Pembinaan kesehatan keluarga
 Pembinaan upaya kesehatan kerja dan olah raga
 Dukungan mananjemen
 Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
 Penyehatan lingkungan

a. Konsep dan fungsi Puskesmas

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan


fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya lingkungan sehat. Keberadaan puskesmas juga berfungsi
sebagai pusat penggerakpembangunan yang berwawasan kesehatan.
Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau
sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang
lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus
untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih, wilayah kerja
puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan
jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang
berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai
fungsii koordinasi (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak

4
pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. selain itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
b. Gizi masyarakat

Adanya pencapaian MDGs untuk menanggulangi kemiskinan dan kelaparan


menjadikan suatu tantangan yang harus dihadapi di Indonesia, hal ini sesuai
dengan penelitian yang menyebutkan bahwa tantangan utama pencapaian MDGs
bidang kesehatan adalah bagaimana pemerintah dapat menerjemahkan
komitmen dan kebijakan intervensi efektif yang sudah tersedia menjadi program
rutin pelayanankesehatan yang dapat langsung menyentuh masyarakat, terutama
mereka yang paling membutuhkan, yaitu masyarakat miskin (Utomo, 2011).

Pihak pemerintah masih perlu meningkatkan upaya kesehatan yang


berkesinambungan karena keadaan sosial ekonomi terutama pada penduduk
miskin yang mendasari terjadinya kurang gizi yang masih menjadi ancaman.
Sehingga Dinas Kesehatan perlu melaksanakan Program Perbaikan Gizi
Masyarakat khususnya Pemantauan Pertumbuhan Balita yang keberhasilannya
dapat diukur dari beberapa kegiatan, meliputi cakupan K/S yaitu indikator untuk
menggambarkan persentase balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS)
atau buku KIA.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 141:

1) Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi


perorangan dan masyarakat.

2) Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan


makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan

5
suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal dalamkondisi sehat atau sakit.

3) Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam
kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan:

 Bayi dan balita;


 Remaja perempuan; dan
 Ibu hamil dan ibu menyusui.
4) Peningkatan mutu gizi dilakukan melalui:

Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan giziseimbang;

Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik dan kesehatan;

 Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuaidengan kemajuan ilmu
dan teknologi;

 Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi;

 Penanganan kekurangan energi protein (KEP), anemia zat besi, gangguan


akibat kekurangan zat yodium dan kekurangan vitamin A.

5) Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung


jawab terhadap pendidikan dan informasi yang benar tentang gizi kepada
masyarakat.

6) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung


jawab atas pemenuhan kecukupan gizi keluarga miskin dan dalam situasi darurat.

7) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan


masyarakat melakukan upaya untuk mencapai status gizi yang baik, termasuk
dalam pemenuhan kecukupan gizi keluarga miskin dan penanggulangan gizi
buruk dengan mendirikan pusat atau unit pemulihan gizi.

8) Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisupaya perbaikan gizi.

Factor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang yaitu sebagai berikut:

6
a. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang buruk seperti air minum yang tidak bersih, tidak adanya saluran
penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan
penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman patogen.
Lingkungan yang mempunyai iklim tertentu berhubungan dengan jenis tumbuhan yang
dapat hidup sehingga berhubungan dengan produksi tanaman.
b. Faktor Ekonomi
Di negara yang secara ekonomis kurang berkembang, sebagian besar penduduknya
berukuran lebih pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada umunya masyarakat
yang berpenghasilan rendah mempunyai ukuran badan yang lebih kecil.
Masalah gizi di negara-negara miskin yang berhubungan dengan pangan adalah
mengenai kuantitas dan kualitas. Kuantitas menunjukkan penyediaan pangan yang tidak
mencukupi kebutuhan energi bagi tubuh. Kualitas berhubungan dengan kebutuhan
tubuh akan zat gizi khusus yang diperlukan untuk petumbuhan, perbaikan jaringan, dan
pemeliharaan tubuh dengan segala fungsinya.
c. Faktor Sosial-Budaya
Indikator masalah gizi ini antara lain meliputi stabilitas keluarga dengan ukuran
frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan di lingkungan keluarga yang tidak
stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi kurang. Juga indikator demografi yang
meliputi susunan dan pola kegiatan penduduk, seperti peningkatan jumlah penduduk,
tingkat urbanisasi, jumlah anggota keluarga, serta jarak kelahiran.
Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor ini. Tingkat pendidikan berhubungan
dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan seseorang, kemungkinan
akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan.
d. Faktor Biologis/Keturunan
Sifat yang diwariskan memegang kunci bagi ukuran akhir yang dapat dicapai oleh anak.
Keadaan gizi sebagian besar menentukan kesanggupan untuk mencapai ukuran yang
ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di negara-negara berkembang
memperlihatkan perbaikan gizi pada tahun- tahun terakhir mengakibatkan perubahan
tinggi badan yang jelas.
e. Faktor Religi

7
Religi atau kepercayaan juga berperan dalam status gizi masyarakat, contohnya seperti
tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya
makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut. Seperti
ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan.
Akibat yang Ditimbulkan Karena Gizi Salah (Malnutrisi) akan berpengaruh
negatif terhadap perkembangan mental, perkembangan fisik, produktivitas, dan
kesanggupan kerja manusia. Gizi salah merupakan sebab-sebab penting yang
berhubungan dengan tingginya angka kematian di antara orang dewasa meskipun
tidak begitu mencolok bila dibandingkan dengan angka kematian di antara anak-anak
yang masih muda. Dampak relatif yang ditimbulkan oleh gizi salah ialah melemahkan
daya tahan tehadap penyakit yang biasanya tidak mematikan dan perbaikan gizi
adalah suatu faktor utama yang membantu meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit. Status gizi juga berhubungan langsung dengan lamanya waktu yang
diperlukan untuk penyembuhan setelah menderita infeksi, luka, dan operasi yang
berat.
Cara untuk memperbaiki status gizi yaitu dengan pengaturan makanan dengan
upaya meningkatkan status gizi, antara lain menambah berat badan dan meningkatkan
kadar Hb. Berikut adalah pengaturan makanan yang bertujuan untuk meningkatkan
status gizi:

• Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut umur, berat badan, jenis
kelamin, dan aktivitas;
• Susunan menu seimbang yang berasal dari beraneka ragam bahan makanan, vitamin,
dan mineral sesuai dengan kebutuhan
• Menu disesuaikan dengan pola makan;
• Peningkatan kadar Hb dilakukan dengan pemberian makanan sumber zat besi yang
berasal dari bahan makanan hewani karena lebih banyak diserap
oleh tubuh daripada sumber makanan nabati;
• Selain meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, juga perlu menambah makanan
yang banyak mengandung vitamin C, seperti pepaya, jeruk, nanas, pisang hijau, sawo
kecik, sukun, dll.
Menanggulangan masalah gizi bertujuan guna memperbaiki gizi masyarakat
indonesia. Cara-cara yang dapat di lakukan yaitu :

8
a) Penanggulangan masalah gizi kurang
Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan
produksi beraneka ragam pangan;

▪ Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yng diarahkan pada


pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga;
▪ Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari
tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan RumahSakit

Penilaian Status Gizi

Status gizi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik
merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Macam-macam penilaian status gizi
1. Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau

9
pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu
tanda (sign) dan gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta
senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi
gelap.

Penilaian gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei Konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang

10
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.

c. Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil


interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab


malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi
gizi.

 Penanggulangan masalah gizi lebih


Dilakukan dengan cara menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui
pengurangan makanan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta
menghindari tekanan hidup/stress. Penyeimbangan masukan energi dilakukan
dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi
alkohol.

2.2 Pengembangan Kota Sehat

Kota sehat merupakan kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk
dihuni oleh masyarakat. Hal ini dapat terselenggara melalui penerapan tatanan
dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati oleh pemerintah daerah dan
masyarakat. Di antara kegiatan yang dapat dilakukan melalui pemberdayaan
masyarakat dan forum yang diselenggarakan oleh pemerintah kota sebagai wadah
bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi mereka serta ikut berpartisipasi. Forum

11
ini berperan dalam menentukan arah, perencanaan, dan prioritas guna mewujudkan
wilayah yang aman, nyaman, bersih, dan sehat oleh seluruh masyarakat.
Tatanan kota sehat dikelompokkan berdasarkan kawasan dan permasalahan
khusus, yang terdiri dari:
• Kawasan pemukiman, sarana dan prasarana umum,
• Kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi
• Kawasan pertambangan sehat
• Kawasan hutan sehat
• Kawasan industry dan perkotaan
• Kawasan pariwisata sehat
• Ketahanan pangan dan gizi
• Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri
• Kehidupan sosial yang sehat
Dedesentralisasi bidang kesehatan sebagai pendekatan yang dianggap paling
tepat saat ini dalam mengatasi permasalahan kesehatan kota. Beberapa peraturan
perundang-undangan bidang kesehatan sebagai tindak lanjut UU no.22 tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan UU no.25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang merupakan inti kebijakan
desentralisasi, misalnya Keputusan Menkes RI no. 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang
Kebijakan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 (IS 2010).
Pemerintah melalui Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan No. 34 Tahun 2005 dan No.1138/Menkes/PB/VIII/2005 tanggal 3 Agustus
2005 menetapkan pedoman penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. yang berupaya
untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas lingkungan baik fisik, sosial, budaya,
mengembangkan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan potensi-potensi
masyarakat dengan cara memberdayakan fungsi-fungsi kehidupan dalam membangun
potensi maksimal suatu kota/desa.

12
13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program Pembinaan Kesehatan Komunitas adalah segala upaya fasilitas yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam
menemukan, merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau
potensi yang mereka miliki dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi, serta
pencapaian derajat kesehatan secara optimal melalui pencegahan dan pemberian
pelayanan kesehatan.
Tujuan pembangunan kesehatan sendiri adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan serta kemampuan pola hidup sehat bagi setiap individu dengan optimal.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan makalah ini dapat membantu pembaca untuk
memahami pengertian serta tujuan dari adanya program pembinaan kesehatan komunitas
yang diberikan kepada warga oleh pemerintah ataupun tenaga kesehatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Setyowati, Maryani., Astuti, Retno. Pemetaan Status Gizi Balita Dalam Mendukung
Keberhasilan Pencapaian Millenium Development Goals (Mdgs). Jurnal Kesehatan
Masyarakat Prodi DIII RMIK Fakultas Kesehatan. Udinus Semarang. KEMAS 10 (2)
(2015) 110-121

Hapsari, Dwi. Sari H, Putri., Afifah, Tin, dan Sudani, Oster. Kajiangambaran Kebijakan
Penyelenggaraankota Sehat Pada Lima Kota Di Indonesia. Diakses di:

https://media.neliti.com/media/publications/154517-ID-gambaran-kebijakan-
penyelenggaraan-kota.pdf

Revando, Pieter. Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas. Diakses di:


https://www.academia.edu/36015003/KONSEP_KEPERAWATAN_
KESEHATAN_KOMUNITAS

Repository Universitas Sumatera Utara. Bab 2 Tinjauan Pustaka Definisi Puskesmas. Diakses
di: repository.usu.ac.id › bitstream › handl

Manajemen Pelayanan Kesehatan. Upaya Perbaikan Gizi. Diakses di:

manajemen-pelayanankesehatan.net › bab-v-upaya-perbaikan-gizi

15

Anda mungkin juga menyukai