Anda di halaman 1dari 43

KONSEP PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS DAN KELUARGA

SEBAGAI PUSAT PELAYANAN

Disusun oleh:

1. Sri Megawati P1337424117007


2. Umi Ruyanti P1337424117008
3. Anisa Uswatun Khotimah P1337424117021
4. Hurin Galuh Nur Amna P1337424117022
5. Wina Astari P1337424117035
6. Vio Walyatun Hasna P1337424117036
7. Puput Affania Suryaningtyas P1337424117050
8. Afifah Nur Anzani P1337424117051

DIII KEBIDANAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Konsep Pelayanan
Kebidanan Komunitas dan Keluarga Sebagai Pusat Pelayanan”

Dalam penyusunan makalah ini, Kami banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Karena itu Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat Saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Semarang, 22 Januari
2019

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................. 1

Daftar isi........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang....................................................................................... 3
B. Rumusan masalah................................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................... 4

BAB II ISI

A. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas................................................... 5


B. Masalah Kesehatan dalam Keluarga..................................................... 14
C. Masalah Kebidanan Komunitas............................................................ 26
D. Strategi Pelayanan Kebidanan.............................................................. 30
E. EDgs..................................................................................................... 36

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 41
B. Saran ................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut
pandang yang berbeda. WHO mendefinisikan komunitas sebagai
kelompok social yang ditentukan oleh batas – batas wilayah, nilai – nilai
keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan
berinteraksi Antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam
melayani keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan
komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat di luar
rumah sakit. Di dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur –
unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan
kebidanan, dan komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan teknologi
kebidanan, serta factor yang mempengaruhi seperti lingkungan, masing-
masing usnur memiliki karekteristik.
Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran
titik tekan pelayanan kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi
target peencapaian menjadi berorientasi penjagaan mutu pelayanan.
Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak pengelola program untuk
mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit,
puskesmas, klinik, swasta atau yanh berbasis pada masyarakat seperti
posyanddu, polindes, bidan di desa, petugas penyalur kontrasepsi (CBD),
dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan
dalam melakukan tugasnya melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu
kegiatan kebidanan komunitas, kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan
sendiri sesuai dengan kewenangannya. Dala kegiatan praktik ini, bidan
dapat dibantu oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang kuallifikasi
pendidikannay lebih rendah.
Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah
pelayanan. Masyarakat yang berada di dekat tempat aktivitas bidan

3
merupakan sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas mendorong
bidan bekerja aktif, tidak menunggu pasien dating ketempat kerjanya.
Bidan harus aktif memberi pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di
dalam maupun di luar unit kerjanya. Untuk itu bidan harus mengetahui
perkembangan kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu. Pemantauan
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya harus dilakukan oleh bidan
komunitas.
Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang
membentuk suatu konsep kebidanan komunitas . unsur- unsur yang
tercakup dalam keidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan,
sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan, serta teknologi.
Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai
unit analisis. Populasi dapat kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah
kepala keluarga, jumlah laki-laki, jumlah neonates, jumlah balita) dalam
area yang dapat ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis situasi merupakan
proses sistematis untuk melihat fakta, data atau kondisi yang ada dalam
suatu lingkup wilayah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Dasar Kebidanan Komunitas?
2. Apa yang dimaksud dengan Masalah Kesehatan dalam Keluarga?
3. Apa yang dimaksud dengan Masalah Kebidanan Komunitas?
4. Apa Strategi Pelayanan Kebidanan?
5. Apa yang dimaksud dengan EDgs?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Masalah Kesehatan
dalam Keluarga
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Masalah Kebidanan
Komunitas
4. Untuk mengetahui Strategi Pelayanan Kebidanan
5. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan EDgs

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS


1. Pengertian
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kebidanan.
Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh factor
lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, social, kultural, dan
spiritual terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada
strategi pencegahan, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Kebidanan komunitas didasarkan pada asumsi berikut.
a. System pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
b. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan
komponen system pelayanan kesehatan.
c. Kebidanan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, hasil
pendidikan dan penelitian yang melandasi praktik.
d. Focus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga
kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan
pelayanan kesehatan utama.

Kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan


kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif dans sesuai
keyakinan komunitas. Beberapa keyakinan yang mendasari praktik
kebidanan komunintas adalah sebagai berikut.

a. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan


dapat diterima semua orang.

5
b. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima
pelayanan, dalam hal ini komunitas.
c. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima
pelayanan perlu menjalin kerja sama yang baik.
d. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik
yang mendukung maupun mengahambat sehingga hal ini perlu
diantisipasi.
e. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan
kesehatan.
f. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.

Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan


kemampuan masyarakat agar dapat menjalankan fungsinya secara
optimal. Tujuan khusus kebidanan komunitas sebagai berkut.

a. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan


masyarakat dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan
sakit.
b. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
c. Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.
d. Mengendalikan lingkungan fisik dan social untuk menuju
keadaan sehat yang optimal.
e. Mengembangkan ilmu dan melaksanakan kebidanan kesehatan
masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan


langsung yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang
berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak
sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan
lingkungan internal dan eksternal. Intervensi kebidanan yang
dilakukan mencakup pendidikan kesehatan, mendemonstrasikan
keterampilan dasar yang dapat dilakukan oleh komunitas, melalui
intervensi kebidanan yang memerlukan keahlian bidan (konseling

6
pasangan yang akan menikah, melakukan kerja sama lintas-program
dan lintas-sektoral) untuk mengatasi masalah komunitas serta
melakukan rujukan kebidanan dan non kebidanan jika perlu.

Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level


pencegahan yaitu sebagai berikut.

a. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam


arti yang sebenarnya, ketika teridentifikasi factor risiko di
masyarakat. Pencegahan primer mencakup peningktan
kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap
penyakit, health promotion, health education, specific
protection dan environmental protection. Contoh kegiatan di
bidang prevensi primer, seperti imunisasi, penyuluhan tentang
gizi, dan penyuluhan untuk mencegah keracunan.
b. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada
diagnosis dini dan intervensi yang tepat untuk menghambat
proses patologis sehingga memperpendek waktu sait dan
tingkat keparahan/keseriusan penyakit, contoh: mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/belita atau
memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala termasuk pemeriksaan gigi dan mata secara berkala.
c. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus
kecacatan atau ketidakmampuan atau tidak dapat diperbaiki.
Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakitnya sendiri, yaitu mengembalikan
individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya. Contoh: bidan mengajarkan kepada
keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan kolostomi di
rumah atau membantu keluarga yang mempunyai anak dengan
kelumpuhan anggota gerak untuk latihan secara teratur di
rumah.

7
2. Sasaran Bidan Komunitas
Kelompok masyarakat di komuniti merupakan sasaran bidan
community, yang meliputi :
a. Ibu
b. Anak
c. Keluarga
d. Masyarakat

Sasaran utama adalah ibu dan anak dalam Keluarga. Selain itu juga
sasaran bidan komitas yaitu:

a. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga.


b. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas.
c. Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat.
d. Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat.
e. Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan
dengan pembiayaan pra upaya.
f. Pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu dan
terjangkau.
g. Peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam pembiayaan
program kesehatan masyarakat.
h. Pengembangan tenaga kesehatan yang profesional yang sadar
biaya dan sadar mutu masyarakat yang inovatif, efektif dan
efisien.
i. Pemantapan kemitraan dan kerjasama lintas sektoral dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat.
j. Pengutamaan kelompok sasaran rentan keluarga miskin dan
pengarus-utamaan gender.
k. Pengutamaan daerah terpencil, perbatasan dan rawan bencana.
l. Penyelarasan program dengan perkembangan tantangan dan
komitmen global.
m. Pemantapan pemberdayaan dan kemandirian keluarga komunitas
dan masyarakat.

8
n. Penerapan tehnologi tepat guna, bantuan teknis dan
pendampingan.
o. Pengembangan penelitian untuk dukungan program.
p. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
program kesehatan masyarakat.

3. TUJUAN ASUHAN KEBIDANAN


a. Ibu dan bayi sehat, selamat,keluarga bahagia, terjaminnya
kehormatan martabat manusia
b. Saling menghormati penerima asuhan dan pemberi asuhan
c. Kepuasan ibu, keluarga dan bidan
d. Adanya kekuatan diri dari wanita dlm menentukan dirinya sendiri
e. Adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan
f. Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas.
g. Meningkatnya status kesehatan perorangan, keluarga, komunitas
dan masyarakat.
h. Tertanggulanginya berbagai masalah kesehatan masyarakat
prioritas.
i. Terselenggaranya berbagai program kesehatan masyarakat yang
inovatif, efektif dan efisien.
j. Meningkatnya peran serta dan kemandirian perorangan, keluarga
dan komunitas dalam pemeliharaan kesehatan.
k. Terhimpunnya sumberdaya dari masyarakat dalam mendukung
penyelenggatraan progtram kesehatan masyarakat.
l. Terlibatnya secara aktif berbagai pelaku dalam peningkatan
derajat dan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat.
4. ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
a. Pencegahan
b. Skrinning/deteksi dini u/ dirujuk
c. Asuhan Kegawatdaruratan ibu & neonatal
d. Pertolongan I pd penykt. Akut u/ kmd dirujuk
e. Pengobatan ringan

9
f. Asuhan pd kondisi kronis
g. Pendidikan kesehatan
h. Menententukan kebbidanan Kessehatan
i. Mempertahankan & meningkatkan kesehatan masyarakat
6. PRINSIP PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
a. Pelayanan kebidanan adalah yan. Yang berdasarkan pada
perhatian terhadap kehamilan,proses normal, ditunggu – tunggu
wanita
b. Informed choise
c. Pendekatan dg tekhnologi seminimal mgkn
d. Asuhan yang berkelanjutan/continuity of care.
7. JARINGAN KERJA KEBIDANAN KOMUNITAS
Pengembangan karir merupakan kondisi yang menunjukkan
adanya peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang
pegawai negri pada suatu organisasi dalam jalur karir yang telah
ditetapkan dalam organisasinya.Pengembangan karir bidan meliputi
karir fungsional dan karir struktural.Pada saat ini pengembangan karir
bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional bagi
bidan,serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal
maupun non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan
kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya.Fungsi
bidan nantinya dapat sebagai pelaksana,pendidik,peneliti, bidan
koordinator dan bidan penyelia. Sedangkan karir bidan dalam jabatan
struktural tergantung dimana bidan bertugas apakah dirumah
sakit,puskesmas,bidan didesa atau instansi swasta. Karir tersebut dapat
dicapai oleh bidan ditiap tatanan pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai
dengan tingkat kemampuan ,kesempatan,dan kebijakan yang ada.
Adapaun prinsip pengembangan karir bidan yaitu
a. Pendidikan lanjutan
Pendidikan Berkelanjutan adalah Suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan
moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / pelayanan dan

10
standar yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan
formal dan non formal. Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan
masyarakat yang semakin bermutu terhadap pelayanan kebidanan,
perubahan – perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun
dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta persaingan
yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya
tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan,
ketrampilan dan sikap profesionalisme. Pengembangan pendidikan
kebidanan yang dirancang secara berkesinambungan, berjenjang
dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi
bidan yang mengabdi ditengah – tengah masyarakat. Pendidikan
yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan
profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal, maupun
pendidikan non formal. Namun IBI dan pemerintah menghadapi
berbagai kendala untuk memulai penyelenggaraan program
pendidikan tersebut. Pendidikan formal yang telah dirancang dan
diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan dukungan IBI
adalah program D III dan D IV kebidanan. Pemerintah telah
berupaya untuk menyediakan dana bagi bidan di sektor pemerintah
melalui pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di samping itu IBI
mengupayakan adanya badan – badan swasta dalam dan luar negeri
khusus untuk program jangka pendek. Selain itu IBI tetap
mendorong anggotanya untuk meningkatkan pendidikan melalui
kerjasama dengan universitas di dalam negeri Skema pola
pengembangan pendidikan kebidanan.
b. Job fungsional
Job fungsional (jabatan fungsional) merupakan Kedudukan
yang menunjukkan tugas,kewajiban hak serta wewenang pegawai
negri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya diperlukan keahlian
tertentu serta kenaikan pangkatnya menggunakan angka kredit.
Jenis jabatan fungsional dibidang kesehatan: Dokter,Dokter
gigi,Perawat, Bidan, Apoteker, Asisten apoteker,Pengawas farmasi

11
makanan dan minuman,Pranata laboratorium, Entomolog, S3
Kebidanan,S2 Kebidanan, S1 Kebidanan ,SLTA ,Bidan bukan D
III Kebidanan, D IV, Bidan pendidik, Epidemiolog, Sanitarian,
Penyuluhan kesehatan masyarakat, Perawat gigi, Administrator
kesehatan, Nutrisionis.

Prinsip pengembangan karir bidan dikaitkan dengan


peran,fungsi,dan tanggung jawab bidan. Peran,fungsi bidan dalam
pelayanan kebidanan adalah sabagai pelaksana, pengelola, pendidik,
dan peneliti. Sebagai pelaksana, bidan melaksanakannya sebgai tugas
mandiri, kolaborasi /kerjasama dan ketergantungan.

a. Tugas mandiri :
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan.
2) Memberikan pelayanan pada anak dan wanita pra nikah
dengan melibatkan Klien.
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama
kehamilan normal.
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa
persalinan dengan melibatkan klien / keluarga.
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa
nifas dengan melibatkan klien / keluarga
7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur
yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana
8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan
gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa
klimakterium dan menopause
9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan
melibatkan keluarga
b. Tugas kolaborasi

12
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga
2) Memberikan asuhan kebidana pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang
memerlukan tindakan kolaborasi
3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan
yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas
dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam
keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawat
daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.
6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko
tinggi dan yang mengalami komplikasi atau kegawatan
yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
keluarga.
c. Tugas ketergantungan / merujuk
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan
keluarga
2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawat
daruratan
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu
dengan melibatkan klien dan keluarga

13
4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan
rujukan pada ibu masa nifas dengan penyulit tertentu
dengan melibatkan klien dan keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu dan kegawatan yang memerlukan
konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga
6) Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan
kelainan tertentu dan kegawatan yang memerlukan
konsultasi dan rujukan.
B. Masalah Kesehatan dalam Keluarga
1. Pengertian Individu
Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak
terbagi, maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan
untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata
individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak
dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai
manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan
pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula
diartikan sebagai manusia.
Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu
bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi
mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang
khsa didalam lingkungan sosialnya, meliankan juga mempunyai
kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu
kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan
individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hamper
identik dengan tingkah laku masa.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan
dibebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan
hidup dengan sesame manusia. Seringakli pula terdapat konflik dalam
diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan

14
dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga
masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan
tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya.
Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai
individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan
konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah
dapat menemukan kepribadiannya aatau dengan kata lain proses
aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki
peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,malainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu,
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-
sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa
akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut
pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma
kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif,
dan ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu
masyarakat yng menjadi latar belakang keberadaanya. Individu
berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk
perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai
dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.
Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok
individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang
prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya
pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung
pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses
pembentukan pribadi.
Individu sebagai manusia perseorangan pada dasarnya dibentuk
oleh tiga aspek yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan
sosial. Dalam perkembangannya menjadi ‘manusia’, sebagaimana

15
diistilahkan oleh Dick Hartoko, individu tersebut menjalani sejumlah
bentuk sosialisasi. Sosialisasi inilah yang membantu individu
mengembangkan ketiga aspeknya tersebut.

2. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga
“kulawarga” yang berarti “anggota” dan “kelompok kerabat”.
Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti (”nuclear
family”) terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian dari keluarga:
1) Menurut Departemen Kesehatan RI (1998)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
2) Menurut Ki Hajar Dewantara
Keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena
terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri
sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan
berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu
untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
3) Menurut  Salvicion dan Ara Celis
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu
rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.

16
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas 2
orang atau lebih dengan adanya ikatan perkawinan atau pertalian
yang hidup dalam satu rumah tangga di bawah asuhan seorang
kepala rumah tangga dan berinteraksi diantara sesama anggota
keluarga yang setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-
masing sehingga diciptakan untuk mempertahankan suatu
kebudayaan.

b. Bentuk-Bentuk Keluarga
Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis
keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga
dan kekuasaan.
1) Berdasarkan Garis Keturunan 
a) Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b) Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari
sanak saudara sedarah dalam beberapa ganerasi dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
2) Berdasarkan Jenis Perkawinan
a) Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang
suami dengan seorang istri.
b) Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami
dengan lebih dari satu istri.
3) Berdasarkan Pemukiman
a) Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama
atau dekat dengan keluarga sedarah suami.
b) Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama
atau dekat dengan keluarga satu istri
c) Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari
keluarga suami maupun istri.
4) Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga

17
a) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti
ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak,
nenek, keponakan, dan lain-lain.
c) Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang
terdiiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu
kali dan merupakan satu keluarga inti.
d) Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga
yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e) Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah keluarga
yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama.
f) Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang
terjadi tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu
keluarga.
5) Berdasarkan Kekuasaan
a) Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
b) Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
c) Equalitarium adalah keluarga yang memegang
kekuasaan adalah ayah dan ibu.
c. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah
mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan
kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.
2) Fungsi Sosialisasi Anak. Tugas keluarga dalam menjalankan
fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat yang baik.
3) Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah
melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik

18
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa
aman.
4) Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah
menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak
dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi
antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian
satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
5) Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah
memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga
yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala
keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan
lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain
setelah di dunia ini.
6) Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah
mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-
fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk
mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian
rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan
keluarga.
7) Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini
tidak harus selalu pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting
bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara
nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-
masing, dsb.
8) Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini
adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus.
9) Memberikan kasih sayang,perhatian,dan rasa aman
diaantara keluarga, serta membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga.
d. Peranan Keluarga 

19
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut :
1) Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-
anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung
dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya. 
2) Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya. 
3) Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial, dan spiritual.
e. Tugas Pokok Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok
sebagai berikut
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. 
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam
keluarga. 
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai
dengan kedudukannya masing-masing.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga. 

20
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat
yang lebih luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
3. Pengertian Kelompok khusus
Sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan fisik,
mental maupun social budaya dan ekonominya perlu mendapatkan
bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka
dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya
sendiri.
a. Perawatan kelompok khusus
Upaya di bidang keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan kepada kelompok – kelompok individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan kesehatan dan
kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut yang dilaksanakan
secara terorganisir dengan tujuan meningkatkan kemampuan
kelompok dan derajat kesehatannya, mengutamakan upaya
promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan
rehabilitative yang ditujukan kepada mereka yang tinggal dipanti
dan kepada kelompok – kelompok yang ada dimasyarakat,
diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan
masalah melalui proses keperawatan.
b. Tujuan
1) Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok
untuk dapat menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak
terlalu tergantung kepada pihak lain.
2) Tujuan khusus
Agar kelompok khusus dapat meningkatkan kemampuan
mereka dalam hal:

21
a) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan
kelompok khusus sesuai dengan macam, jenis dan tipe
kelompok.
b) Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan
yang mereka hadapi berdasarkan permasalahan yang
terdapat pada kelompok.
c) Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi berdasarkan rencana yang telah mereka
susun bersama.
d) Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam
memelihara kesehatan mereka sendiri.
e) Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak
lain dalam pemeliharaan dan perawatan diri sendiri.
f) Meningkatkan produktivitas kelompok khusus untuk lebih
banyak berbuat dalam rangka meningkatkan kemampuan
diri mereka sendiri.
g) Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan
keperawatan dalam menunjang fungsi puskesmas dalam
rangka pengembangan pelayanan kesehatan mayarakat.
c. Sasaran
Ada dua sasaran pokok pembinaan yaitu melalui institusi –
institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap
kelompok khusus dan pelayanan kelompok khusus dimasyarakat
yang telah terorganisir secara baik atau melalui melalui posyandu
yang ditujukan untuk ibu hamil, bayi dan anak balita atau terhadap
kelompok – kelompok khusus dengan cirri khas tertentu misalnya
kelompok usila, kelompok penderita berpenyakit kusta dan
sebagainya.
1) Pelayanan kelompok khusus di institusi
Pelayanan terhadap lembaga – lembaga social
kemasyarakatan yang menyelenggarakan pemeliharaan

22
dan pembinaan kelompok – kelompok khusus tertentu,
diantaranya:
a) Panti wreda
b) Panti asuhan
c) Pusat rehabilitasi anak cacat (fisik, mental, social)
d) Penitipan balita
Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan
kelompok khusus di institusi meliputi:

a) Penghuni panti
Merupakan prioritas utama karena mereka yang
rawan terhadap masalah kesehatan dan umumnya
merekalah yang bermasalah baik secara individu
maupun kelompok. Dalam mengatasi permasalahan
perlu kolaborasi dengan profesi kesehatan lain
maupun dengan petugas – petugas terkait.
b) Petugas panti
Merupakan orang yang setiap berhubungan
langsung dengan pelayanan penghuni panti dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi dan
merekalah yang paling mengetahui.
c) Lingkungan panti
Merupakan salah satu mata rantai penyebaran
penyakit
2) Pelayanan kelompok khusus di masyarakat
Dilakukan melalui kelompok – kelompok yang
terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat, melalui pembentukan kader kesehatan
diantara kelompok tersebut yang telah mendapatkan
pendidikan dan pelatihan oleh puskesmas, selain itu lahan
pembinaan kelompok khusus masyarakat dapat dilakukan

23
melalui posyandu terhadap kelompok ibu hamil, bayi dan
anak balita serta kelompok lainnya yang mungkin dapat
dilakukan.
d. Klasifikasi
Kelompok khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan
permasalahan dan kebutuhan yang mereka hadapi, diantaranya:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus yang memerlukan
pengawasan akibat pertumbuhan dan perkembangannya misal:
a) Kelp. Ibu hamil
b) Kelp. Ibu bersalin.
c) Kelp. Ibu nifas.
d) Kelp. Bayi dan anak balita.
e) Kelp. Anak usia sekolah.
f) Kelp. Usia lanjut.
2) Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan, diantaranya:
a) Kelp. penderita penyakit menular (kusta, TBC, AIDS,
Peny. Kelamin)
b) Kelp. Penderita penyakit tidak menular (DM, Jantung,
Stroke)
c) Kelp. Cacat yang memerlukan rehabilitasi (Fisik, mental,
social)
d) Kelp. Khusus yang mempunyai resika terserang penyakit
(WTS, penyalahgunaan obat & narkotika, pekerja tertentu).
e. Ruang lingkup kegiatan
Kegiatan perawatan kelompok khusus mencakup upaya –
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dan resosialitatif
melalui kegiatan – kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut:
1) Pelayanan kesehatan dan keperawatan.
2) Penyuluhan kesehatan.
3) Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota
kelompok, kader kesehatan dan petugas panti.

24
4) Penemuan kasus secara dini.
5) Melakukan rujukan medic dan kesehatan
6) Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan masyarakat,
kader dan petugas panti atau pusat – pusat rehabilitasi
kelompok khusus.
7) Alih tegnologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan
kepada petugas panti, kader kesehatan.
f. Prinsip dasar
Yang menjadi prinsip dasar dalam perawatan kelompok
khusus adalah:
1) Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok khusus
dalam meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
2) Menekankan kepada upaya preventif dan promotif dengan
tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitative.
3) Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses
keperawatan secara konsisten dan berkesinambungan.
4) Melibatkan peran serta aktif petugas panti, kader kesehatan
dan kelompok sebagai subyek maupun obyek pelayanan.
5) Dilakukan diinstitusi pelayanan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan kelompok khusus dimasyarakat terhadap
kelompok khusus yang mempunyai masalah yang sama.
6) Ditekankan pada pembinaan perilaku penghuni panti,petugas
panti, lingkungan panti bagi yang diinstitusi dan masyarakat
yang mempunyai masalah yang sama kearah perilaku sehat.
g. Tahap – tahap perawatan kelompok khusus
1) Tahap persiapan
a) Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada
dimasyarakat dan jumlah panti atau pusat – pusat
rehabilitasi yang ada disuatu wilayah binaan.
b) Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal
pembinaan kelompok khusus terhdap institusi yang

25
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok
khusus dan kelompok khusus yang ada di masyarakat.
c) Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan di
panti /institusi melalui pengumpulan data.
d) Menganalisa data kelompok khusus dimasyarakat dan
diinstitusi
e) Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan kelompok khusus di masyarakat dan institusi.
f) Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data,
perumusan masalah dan prioritas masalah
kesehatan/keperawatan kelompok khusus melibatkan kader
kesehatan dan petugas panti
2) Tahap perencanaan
Menyusun perencanaan penanggunangan masalah
kesehatan /keperawatan bersama petugas panti (bagi yang
diinstitusi) dan kader kesehatan (yang dimasyarakat). Yang
manyangkut:
a) Jadwal kegiatan (Tujuan, sasaran, jenis pelayanan, biaya,
kriteria hasil).
b) Jadwal kunjungan
c) Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan
3) Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan didasarkan atas rencana kerja yang telah
disepakati bersama, yang disesuaikan dengan kebutuhan yang
ada. Pelaksanaan kegiatan dapat berupa:
a) Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti
b) Pelayanan kesehatan dan keperawatan
c) Penyuluhan kesehatan.
d) Imunisasi.
e) Penemuan khasus dini
f) Rujukan bila dianggap perlu.
g) Pencatatan dan pelaporan kegiatan

26
4) Tahap penilaian.
Penilaian atas keberhasilan kegiatan didasarkan atas criteria
yang telah disusun. Penilaian dapat dilakukan selama kegiatan
berlangsung dan setelah kegiatan dilaksanakan secara
keseluruhan.

C. Masalah Kebidanan Komunitas


Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya
mengemukakan bahwa peran determinan sebagai landasan yang
melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari
identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion,
BBLR dan tingkat kesuburan yang ada di komunitas.
1. Faktor determinan menurut McCharty dan Maine (1992) adalah :
a. Determinan proksi / dekat/ outcome
b. Determinan antara / intermediate determinants
c. Determinan kontekstual / jauh / distant determinan
2. AKI dan AKP yang tinggi
a. Faktor biologis penduduk
Usia terlalu muda/tua untuk hamil, grandemultipara, jarak
kehamilan pendek, abortus illegal, system rujukan lemah.
b. Faktor Fisik Kependudukan
Distribusi penduduk tidak rata, fasilitas belum sempurna dan
memadai, masyarakat miskin, penyebab antara dan tidak
langsung masih dominant.
c. Upaya penanggulangan
KIE dan KIEM gerakan KB, meningkatkan social ekonomi
masyarakat, meningkatkan peranan / status perempuan.
d. Gerakan saying ibu
Tidak ingin hamil tetapi tanpa KB tinggi, penempatan bidan
di desa, pelatihan dukun.
e. Komitmen Politik Pemerintah

27
Meningkatkan upaya promotif dan preventif obginsos,
meningkatkan fasilitas kuratif rumah sakit, legalisasi abortus di
fasilitas pemerintah.
f. Meningkatkan kesejahteraan keluarga
Punya anak sesuai dengan kemampuan poleksosbudhankam
keluarga, mencapai well born baby dan well health mother.
g. Audit Maternal Perinatal
h. Penyebab kematian langsung.
Trias kematian maternal yaitu perdarahan, infeksi-trauma, pre
eklamsi. Trias kematian perinatal yaitu perdarahan-trauma-
infeksi, asfiksia, prematuritas.
i. Penyebab kematian tidak langsung
Status perempuan, budaya komunal, kemiskinan / kebodohan,
perhatian penguasa berdasarkan poleksosbudhankamnas, system
rujukan, system asuransi kesehatan.
j. Penyebab kematian antara
Penerimaan, KB, status gizi, perilaku seksual, kesiapan dalam
pelayanan gawat darurat, system rujukan.
3. Kehamilan Remaja
a. Faktor Fisik :
1) Alat reproduksi belum matang
2) Komplikasi hamil, persalinan, dan nifas
3) Kelainan congenital
4) Mortalitas dan morbiditas tinggi
b. Faktor Psikologis
1) Tekanan dari keluarga dan teman
2) Tersisih dari pergaulan
c. Upaya pemecahan masalah
1) Sebelum hamil
Seksual sehat, KB remaja, pendidikan seks, KB darurat,
hindari multipaper
2) Setelah hamil

28
Hamil tanpa ayah, dinikahkan, diserahkan kepada Negara,
terminasi kehamilan.
3) Upaya lanjutan
Menghindari terjadinya hamil ulang, KB remaja,
pendidikan budi pekerti.
d. Tingkat Kesuburan
Pada pasangan infertilitas dan perubahan perilaku seksual
dapat mengakibatkan fungsi tuba fallopii berkurang maka dapat
dilakukan :
1) Jika terjadi fibrosis fimbriae maka dengan tuboplasi
kemungkinan berhasil 10%.
2) Jika Assisted Reproductive Technologi dilakukan dengan :
a) Pada tuba yang baik dapat dilakukan GIFT atau ZIFT
b) Pada tuba yang tidak berfungsi dapat dilakukan :
konsepsi di luar diikuti dengan nidasi, surrowgate
mother, atau dengan nidasi dalam akuarium.
e. Unsafe Abortion
Adanya evolusi dan revolusi hubungan seksual yaitu naluri
seksual yang terkunkung karena menunda usia kawin, kekurangan
biaya atau tata nilai masyarakat dan audit kematian, serta
informasi menguasai dunia dan mengubah pandangan terhadap
fungsi alat reproduksi menjurus kearah kreasi. Hal tersebut di atas
mengakibatkan hubungan seksual pranikah makin bebas karena
hubungan seksual bukan tabu. Menghinari hamil dengan cara siap
alat kontrasepsi dan KB darurat sedangkan kehamilan yang tidak
diinginkan mempunyai hambatan UU Kesehatan No. 23 Tahun
1992. Jika terminasi kehamilan dilakukan secara illegal maka
akan mengakibatkan perdarahan – trauma-infeksi dengan
mortalitasnya I/3 AKI serta adanya kerusakan fungsi alat
reproduksi. Dampak jangka panjang dari terminasi kehamilan
yang illegal adalah PID / penyakit radang panggul yang menahun,
infertilitas dan kehamilanektopik terganggu / KET yang

29
mengingat. Perawatan selanjutnya paska APM adalah radikal lege
artis profilaksis dan KB radikal histerktomi.Pertolongan
persalinan oleh dukun :
1) Tidak mengetahui mekanisme persalinan
2) Tidak mengenal hamil dengan risiko tinggi.
3) Secara psikologis merupakan turun menurun dan pertolongan
yang tidak bersih dan aman.
4) Faktor fisik dukun di Indonesia masih 65-70% di jawa adalah
perempuan sedangkan di Bali adalah laki-laki
5) Teknik pertolongan oleh dukun adalah menunggu tanda
mengenal mekanisme yang benar dan kurang mengenal
bahaya risiko ibu dan janin.
6) Komplikasi pertolongan dukun adalah persalinan lama dan
terlantar yang dapat mengakibatkan pendarahan dengan
berbagai sebab, rupture uteri immien atau rupture uteri,
robekan jalan lahir dan infeksi karena persalinan kurang
bersih dan aman.
D. STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN
1. Pendekatan Edukatif Dalam Peran Serta Masyarakat
Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola
hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat
istiadat, ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas
merupakan hasil perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan
masyarakat secara aktif. Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat
sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat
terhadap kemampuan yang mereka miliki.
Definisi dari pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat
yaitu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis,
terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok,
masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang
dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial,
ekonomi dan budaya setempat.Pada saat petugas kesehatan

30
melaksanakan pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat
pastilah mempunyai tujuan. Tujuan pendekatan edukatif antara lain :
a. Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang
merupakan masalah kebidanan komunitas.
b. Mengembangkan kemampuan masyarakat, hal ini berbeda
dengan memecahkan masalah yang dihadapi atas dasar
swadaya sebatas kemampuan.
c. Pendekatan edukatif mempunyai strategi dasar yang dipakai
dalam mememnuhi pelayanan kebidanan komunitas, yaitu :
Mengembangkan provider.
d. Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif
terhadap pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk
mensukseskan.

Langkah-langkah pengembangan provider :

a. Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat


masyarakat.Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga
dapat menentukan kebijakan nasional atau regional. Bentuknya
pertemuan perorangan, dalam kelompok kecil, pernyataan
beberapa pejabat yang berpengaruh.
b. Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat
administrasi sampai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan
dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan
merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro.
Berbentuk lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
c. Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa. Merupakan
pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan
petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan meliputi data
umum , data khusus dan data perilaku.

Pengembangan Masyarakat

31
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat
untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya
sebatas kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat
untuk menentukan masalah, merencanakan alternatif, melaksanakan
dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah–
langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survei mawas diri,
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan
pembinaan.

2. Pelayanan Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Masyarakat.


Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan
menentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan
keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai
skala prioritas berdasarkan atas sumber – sumber yang ada di
masyarakat sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong.
Agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, bidan harus dapat melakukan komunikasi yang baik
dengan masyarakat. Komunikasi tersebut melibatkan lebih banyak
proses mendengarkan dan pada proses berbicara, merupakan suatu
proses interaksi yang tetap yang ditujukan untuk suatu kesepakatan.
Komunikasi yang baik akan membentuk pengetahuan dan tanggung
jawab orang-orang yang terlibat didalamnya
Komunikasi yang baik dapat menunjukkan rasa hormat kepada
orang lain dan memperlihatkan pandangan dan opini mereka dihargai.
Selanjutnya hal ini dapat membuat masyarakat mau mengambil
keputusan sendiri dan mengusulkan ide-idenya. Bebrapa hal yang
perlu diperhatikan seorang bidan dalam berkomunikasi kepada
masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak menyela
b. Jangan meneruskan kaliamt mereka/mengantisipasi apa yang
sedang mereka ucapkan
c. Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas

32
d. Lebih baik membicarakan sesuatu dengna cara tatap muka,
daripada berkomunikasi secara tertulis.

Ada 3 jenis pendekatan :

a. Specifict Content Approach yaitu pendekatan perorangan atau


kelompok yang merasakan masalah, melalui proposal program
kepada instansi yang berwenang. Contoh : pengasapan pada
kasus DBD
b. General Content objective yaitu pendekatan dengan
mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan
dalam wadah tertentu. Contoh : posyandu meliputi KIA,
imunisasi, gizi, KIE dsb.
c. Proses Objective approach yaitu masyarakat sebagai
pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai
kemampuan. Contoh : kader

3. Menggunakan Atau Memanfaatkan Fasilitas Dan Potensi Yang


Ada Di Masyarakat.
Masalah kesehatan pada umumnya disebabkan rendahnya status
sosial – ekonomi yang akibatkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan
memelihara diri sendiri (self care) sehingga apabila berlangsung terus
akan berdampak pada status kesehatan keluarga dan masyarakat juga
produktivitasnya.
Definisi dari program ini yaitu :
Usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap
masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan orang,
berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. Pengembangan
manusia yang tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan
kemampuan manusia mengontrol lingkungannya.
Langkah – langkah dari program ini antara lain :
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan
dan dimanfaatkan

33
b. Tingkatkan mutu potensi yang ada
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Prinsip – prinsip dalam mengembangkan masyarakat :

a. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat.


b. Program disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.
c. Dalam pelaksanaan kegiatan harus ada bimbingan, pengarahan,
dan dorongan agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan
lainnya.
d. Petugas harus bersedia mendampingi dengan mengambil
fungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses.

Bentuk – bentuk program masyarakat :

a. Program intensif yaitu pengembangan masyarakat melalui


koordinasi dengan dinas terkait/kerjasama lintas sektoral.
b. Program adaptif yaitu pengembangan masyarakat hanya
ditugaskan pada salah satu instansi/departemen yang
bersangkutan saja secara khusus untuk melaksanakan kegiatan
tersebut/kerjasama lintas program
c. Program proyek yaitu pengembangan masyarakat dalam
bentuk usaha – usaha terbatas di wilayah tertentu dan program
disesuaikan dengan kebutuhan wilayah tersebut.
4. Tugas Dan Tanggung Jawab Bidan Di Komunitas
Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan..
a. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional.
b. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil normal dengan
komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan
klien/keluarga.
c. Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan komplikasi,
patologis dan resiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga.

34
d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan
melibatkan klien/keluarga.
e. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui
normal dengan komplikasi, patologis dan resiko tinggi dengan
melibatkan klien/keluarga.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan klien/keluarga.
g. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan
gangguan sistem reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga.
h. Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan
klien/keluarga.
i. Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan
klien/keluarga.
j. Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan
kebidanan.

Pengelola pelayanan KIA/KB.


a. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama
pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat diwilayah kerjanya dengan
melibatkan keluarga dan masyarakat.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan dan program sektor lain diwilayah kerjanya
melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader
kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada diwilayah
kerjanya.

Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.

Melaksanakan bimbingan/penyuluhan, pendidikan pada klien,


masyarakat dan tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan,
kader, dan dukun bayi yang berhubungan dengan KIA/KB

35
Penelitian dalam asuhan kebidanan. Melaksanakan penelitian
secara mandiri atau bekerjasama secara kolaboratif dalam tim
penelitian tentang askeb.

5. Tugas Tambahan Bidan Di Komunitas


a. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan.
b. Mengelola dan memberikan obat – obatan sederhana sesuai dengan
kewenangannya.
c. Survailance penyakit yang timbul di masyarakat.
d. Menggunakan tehnologi tepat guna kebidanan.

E. SDgs
1. Pengertian SDG’s
Singkatan atau kepanjangan dari sustainable development goals,
yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam
kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia.
2. Konsep SDG’s
Konsep SDG’s ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru
yang mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015-
MDG’S. Terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak
tahun 2000 mengenai isu deplation sumber daya alam, kerusakan
lingkungan, perubahan iklim semakin krusial, perlindungan sosial,
food and energy security, dan pembangunan yang lebih berpihak pada
kaum miskin. Hal ini dijelaskan oleh Dr. Ir. Rr. Endah Murniningtyas,
Msc, Deputi bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, pada
rapat pemikiran awal pengembangan konsep Sustainable Development
Goals (SDGS): Kerangka Pembangunan Pasca 2015, Rabu (12/9)
diruang SS 4. Rapat tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari
berbagai kementrian/lembaga.

36
Sustainable Development Goals (SDGS) ini menjadi salah satu isu
yang dibahas di KTT Rio. Oleh karenanya melalui rapat ini, Bappenas
beserta Kementrian/Lembaga lainnya dapat merumuskan suatu konsep
penyusunan indikator untuk SDGS ini. Ditambahkan oleh Dana A
Kusuma, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup Bidang Perekonomian
dan Pembangunan Berkelanjutan, terkait dengan pengembangan
konsep awal SDGs tersebut, pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan pasca MDGs 2015 semestinya dapat menjamin
kelanjutan dari lingkunga hidup dan sumber daya alam.
Terutama yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh
dunia internasional kedepannya, yaitu ketahanan pangan, ketahanan
energy dan ketahanan air. Ketiga masalah tersebut sangat penting
diperhatikan dalam pengembangan konsep SDGs 2015.
3. Indikator SDG’s
Adapun tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep
pengembangan SDGs, yaitu:
a. Indikator yang melekat pada pembangunan manusia (Human
Development), seperti pendidikan dan kesehatan.
b. Indikator yang melekat pada lingkungan kecil (Social
Economic Development), seperti ketersediaan sarana dan
prasarana lingkungan serta pertumbuhan ekonomi.
c. Indicator yang melekat pada lingkungan yang lebih besar
(Environmental Development), seperti ketersediaan sumber
daya alam dan kualitas lingkungan yang baik.
4. Perbandingan MDGs dan SGDs
Saat ini PBB telah merubah arah dan tujuan pembangunan global
dari MDGs 2015 menjadi SDGs 2030, ini harus menjadi perhatian kita
semua sebagai praktisi kesehatan, khususnya dibidang kesehatan
lingkungan agar kita mencermati lebih jeli program dan kegiatan apa
saja yang mesti dilakukan dalam mendukung pembanganan global
yang dicanangkan oleh PBB tersebut.

37
Dalam laporan citiscope yang terbaru diminggu ini dikatakan
bahwa tujuan PBB bekerja selama 2010-2030, yang dikenal sebagai
tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs. Aktifitas perkotaan
diseluruh dunia bekerja keras untuk mendapatkan tujuan eksplisit
terkait dengan kota-kata yang termasuk dalam daftar yang disetujui
oleh kelompok kerja PBB pada bulan juli. Tujuan akan disempurnakan
lebih lanjut dan dipilih oleh majelis umum PBB di September 2015.
Maksud SDGs adalah upaya untuk melanjutkan tindak lanjut
secara luas dipublikasikanya Millenium Develoment Goals (MDGs)
yang telah dilaksanakan dari tahun 2000-2015. Beberapa lembaga
yang menyetujui adanya SDGs ini mengatakan bahwa upaya ini belum
pernah terjadi sebelumya diera MDGs untuk memenuhi kebutuhan
orang-orang termiskin didunia. Para kritikus mengatakan sudah ada
implementasi dibeberapa Negara namun pencapaianya sangat tidak
merata sesuai dengan tujuan berdasarkan topic MDGs, Negara atau
wilayah dunia. Untuk itulah SDGs ini dicadangkan oleh PBB.
Inilah perbedaan antara butir-butir tujuan MDGs 2015 dan SDGs
2030 sebagai berikut:
Isi The Millennium Development Goals (MDGs) untuk 2000-2015
a. Memberantas kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim
b. Mewujudkan pendidikan dasar
c. Mempromosikan kesehatan gender dan pemberdayaan
perempuan
d. Menurunkan angka kematian anak
e. Meningkatkan kesehatan ibu
f. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
g. Memastikan kelestarian lingkunngan
h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
5. Tujuan SDGs
Tujuan pembangunan berkelanjutan Sustainable Development
Goals (SDGs) untuk 2016-2030:
a. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya dimana-mana

38
b. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan
peningkatan gizi, dan mempromosika pertanian berkelanjutan
c. Pastikan hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi
semua segala usia
d. Menjamin kualitas pendidikan inklusif, adil dan
mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk
semua
e. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak perempuan.
f. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkelanjutan
air dan sanitasi untuk semua
g. Menjamin akses keenergi yang terjangkau, dapat diandalkan,
berkelanjutan, dan modern untuk semua
h. Mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif dan
berkelanjutan ekonomi, kesempatan kerja penuh dan produktif
dan pekerjaan yang layak untuk semua
i. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan
industrialisasi insklusif dan berkelanjutan dan mendorong
inovasi
j. Mengurangi kesenjangan didalam dan antar nagara
k. Membuat kota-kota dan pemukiman manusia inklusif, aman,
tangguh dan berkelanjutan
l. Pastikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan
m. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim
dan dampaknya
n. Melestarikan dan berkelanjutan menggunakan samudra, laut
dan sumber daya kelautan untuk pembangunan berkelanjutan
o. Melindungi, memulihkan dan meningkatkan pemanfaatan
berkelanjutan ekosistem darat, berkelanjutan mengelola hutan,
memerangi desertifikasi, dan menghantikan dan membalikkan
degradasi lahan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman
hayati

39
p. Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk
pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap
keadilan bagi semua dan membangun institusi yang efektif,
akuntabel dan inklusif disemua tingkatan
q. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan
global untuk pembangunan berkelanjutan.
6. Prinsip SDG’s
Prinsip-prinsip SDG’s berdasarkan Outcome Document Rio+20,
yaitu:
a. Tidak melemahkan komitmen internasional terhadap
pencapaian MDGs pada tahun 2015.
b. Mempertimbangkan perbedaan kondisi, kapasitas dan prioritas
nasional.
c. Fokus pada pencapaian ketiga dimensi pembangunan
berkelanjutan secara berimbang ekonomi, sosial dan
lingkungan.
d. Koheren dan terintegrasi dengan agenda pembangunan pasca
2015.

40
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Masalah kebidanan komunitas meliputi, aktor determinan, AKI dan
AKP yang tinggi, kehamilan remaja, tingkat kesuburan, dan unsafe
abortion. Strategi yang digunakan untuk pelayanan kebidanan yaitu,
pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat, pelayanan yang
berorientasi pada kebutuhan masyarakat, menggunakan atau
memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada didalam masyarakat, serta
tugas dan tanggung jawab bidan.
Edgs merupakan singkatan atau kepanjangan dari sustainable
development goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah
acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di
dunia.
B. Saran

41
DAFTAR PUSTAKA

https://arisusanti01.wordpress.com/about/

http://hernidawati.blogspot.com/2011/05/jaringan-kerja-kebidanan-
komunitas.html?m=1

http://gumilar69.blogspot.com/2013/11/konsep-keperawatan-kelompok-
khusus.html?m=1

Syahlan. Kebidanan Komunitas. Yayasan Sumber Daya Masyarakat. Jakarta.1996


Depkes RI. Indonesia Sehat 2010. Depkes .Jakarta.1999.hal I-5
Depkes RI. Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia. Depkes.Jakarta.1999.hal
20-25
Manuaba, IBG. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia.
EGC.Jakarta.2002

42

Anda mungkin juga menyukai