KOMUNITAS
DOSEN:
KELOMPOK 6
1. Royatul Inayah 4007190009
2. Salmah Najmi 4007190003
3. Sri Susilawati 4007190015
i
KATA PENGANTAR
Bandung, 2020
Kelompok 6
ii
DARTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................ 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup dari pelayanan kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui analisis pelayanan kebidanan komunitas
3. Untuk mengetahui evaluasi pelayanan kebidaan komunitas
4. Untuk mengetahui faktor yang harus dianalisis dan dievaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
2.2 Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut:4
1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah
balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.
Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1
kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian,
kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
5. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.
Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja
yang menjadi tanggung jawabnya.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas
meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu,
keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai
mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang sensitif gender dan
tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan tidak, dan hukum serta
norma yang ternyata masih melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan
harus mampu bertindak profesional dalam bentuk:4
6
Dua puluh enam indikator ini dibagi dalam kategori keselamatan pasien,
keterpusatan pada pasien, akses terhadap pelayanan, dan efektivitas layanan.
Seluruh indikator juga telah ditetapkan tingkat pengukurannya yaitu nasional,
regional, serta bidan/dokter praktek umum. Daftar indikator ini juga dilengkapi
detil spesifikasi yang mencakup domain kritis, definisi operasional, hingga
cara pengukurannya. Indikator ini dikembangkan untuk menilai layanan bidan
pada pasien-pasien resiko rendah.5
Pelayanan maternal adalah contoh pelayanan yang berorientasi outcome
dengan tujuan utama yaitu ibu dan bayi yang sehat. Namun, mengapa
indikator outcome dalam daftar ini justru menempati porsi kecil? Peneliti
berasumsi bahwa outcome yang baik hanya akan tercapai dengan proses
pelayanan bermutu dan sesuai protokol yang disepakati. Contohnya adalah
Apgar score yang merupakan alat ukur keluaran neonatal(indikator outcome).
Dalam rentang 1-10, skor di bawah 7 (5 menit setelah lahir) dianggap sebagai
keluaran yang buruk sebagai hasil pelayanan substandar.5
Untuk mencegah hal ini, ibu hamil harus mengakses pelayanan
kebidanan pada masa awal kehamilan agar mendapat pelayanan antenatal yang
optimal (indikator proses 9). Agar dapat memberi pelayanan bermutu tinggi,
bidan harus memiliki kompetensi baik (indikator struktur). Bidan juga harus
melaksanakan pelayanan 24 jam/7 hari seminggu (indikator struktur) untuk
mencegah kelahiran tanpa pendamping (indikator proses). Kaitan antar
indikator ini menunjukkan satu indikator outcome dapat dipengaruhi oleh lebih
dari satu indikator struktur dan proses.5
Indikator yang direkomendasikan de Bruin-Kooistra mungkin masih
perlu penyesuaian untuk kondisi Indonesia. Alasannya, pemilihan indikator
yang tepat merupakan kunci dalam proses monitoring dan evaluasi mutu
layanan bidan Indonesia. Indikator yang tepat dapat menghasilkan penilaian
mutu layanan bidan yang akurat untuk menyusun program selanjutnya. Jika
ternyata mutu bidan sudah baik, perlu upaya menjaga mutu. Sebaliknya, bjika
8
mutu layanan bidan masih buruk, perlu program peningkatan mutu misalnya
dengan peningkatan kompetensi bidan.5
2.4 Faktor yang Perlu Dievaluasi dan Dianalisis Dalam Pengelolaan
Pelayanan Kebidanan Komunitas
2.4.1 Monitoring Evaluasi
Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar berjalan dengan baik sesuai
dengan indicator dan standar yang ditetapkan, maka perlu sistem
monitoring dan evaluasi.6
Tujuan monitoring adalah untuk sebagai berikut:6
a. Memantau masukan: pekerjaan sesuai jadwal, tim tersedia sesuai
tugas, pemakaian biaya dan sumber daya sesuai dengan batas yang
direncanakan, informasi yang diperlukan tersedia, dan kelompok
masyarakat atau perorangan berperan serta seperti yang
diharapkan.
b. Memantau proses menjamin bahwa: fungsi, kegiatan yang
diharapkan dapat berjalan sesuai dengan norma yang ditetapkan,
standar kerja dipenuhi, diadakan pertemuan sebagaimana perlunya
dan telah terjadi komunikasi sesuai kebutuhan.
c. Memantau keluaran atau hasil akhir, menjamin bahwa: produk atau
hasil sesuai spesifikasi, pelayanan diselenggarakan sesuai rencana,
pelatihan menghasilkan keterampilan yang baru atau tingkat
keterampilan yang tinggi, keputusan yang cepat, tepat, pencatatan
dapat dipercaya dan pelaporan dikerjakan, serta masyarakat
sebagai pengguna pelayanan dapat merasa puas terhadap
pelayanan yang diberikan bidan.
Selain ada kegiatan monitoring, juga dilakukan pengawasan, merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan beberapa hal, yaitu:6
a. Tujuan pengawasan sesuai dengan kebutuhan
b. Kinerja pengawasan pelaksanaan tugas
c. Motivasi staf
d. Peningkatan kompetensi staf
9
Contoh analis 1
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi persalinan di fasilitas kesehatan
lebih tinggi pada perempuan yang tinggal di perkotaan dibandingkan
dengan perdesaan. Sesuai dengan Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor
37 tahun 2010, daerah perdesaan adalah suatu wilayah administratif
setingkat desa/kelurahan yang belum memenuhi persyaratan tertentu dalam
hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan sejumlah
fasilitas perkotaan, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan
sebagainya. Dengan demikian jelas bahwa masyarakat desa masih sedikit
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hambatan fisik berupa jarak
yang jauh, kondisi jalan, dan ketersediaan transportasi menyebabkan ibu
yang tinggal di perdesaan kurang mendapatkan akses pelayanan kesehatan.
Waktu tempuh untuk mendapat pelayanan juga sangat berarti dalam
kondisi kegawatdaruratan.
Hubungan yang signifikan hanya ditemukan pada pelayanan persalinan,
tidak pada pelayanan ANC. Puncak pemanfaatan pelayanan persalinan
pada perempuan berusia 35 – 59 tahun. Usia berkaitan dengan pengetahuan
dan pengalaman. Remaja dan usia reproduksi sehat belum mempunyai
pengetahuan yang cukup dan pengalaman tentang pentingnya persalinan
14
Contoh analis 2
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang perlu mengevaluasi penempatan
bidan agar di seluruh desa, ibu bidan desa tinggal di desa binaannya
sehingga akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu yaitu dalam
pertolongan persalinan dan bila terjadi kedaruratan dapat segera melakukan
stabilisasi kondisi ibu dan merujuk ke Rumah Sakit. Adapun dana Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang untuk Program Kesehatan Masyarakat yang
termasuk untuk pelayanan kesehatan ibu relatif kecil dibandingkan dengan
jumlah yaitu 39 Puskesmas dan luasnya wilayah. Dalam pelaksanaan
regulasi Pemerintah Kabupaten Malang yaitu gerakan sayang ibu dalam
pelayanan kesehatan ibu pada analisis sub-sistem kesehatan ibu di
Puskesmas Perawatan, seperti semua bidan sudah mengikuti pelatihan
kompetensi di Puskesmas Perawatan terutama Asuhan Persalinan Normal
(APN), dan 2 orang yang mendapat pelatihan komplikasi kebidanan.
Cairan Ringer Lactate (RL) selalu tersedia, sopir ambulans standby 24 jam
karena habis jaga 12 jam, relatif masih banyak dukun yang kemungkinan
menolong persalinan karena ada desa di mana bidan desa tidak bertempat
tinggal, dana untuk pembinaan pelayanan kesehatan ibu untuk oleh Dinas
Kesehatan relatif kecil karena banyak (39) Puskesmas di wilayahnya. Hasil
analisa tersebut cukup baik sehingga masih ditingkatkan untuk penguatan
pelayanan kesehatan pada ibu.10
Contoh evaluasi 1
Efektifitas Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan peneliti
program Antenatal Care dan Nifas belum sepenuhnya efektif, hal tersebut
disebabkan karena minimnya kuantitas sumber daya manusia, sehingga
15
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil maupun ibu nifas kurang
maksimal. Salah pelayanan yang kurang maksimal yaitu pelayanan
konseling, yang dimana pelayanan konseling merupakan pelayanan yang
wajib diberikan untuk mengetahui lebih dini keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh ibu hamil sehingga dapat mengurangi resiko pada saat
mengandung dan dalam masa nifas, karena angka kematian ibu paling
tinggi di sebabkan karena penyakit penyerta. Kecukupan Dalam
pelaksanaan program Antenatal Care dan Nifas di Puskesmas Tlogosari
Wetan belum cukup mampu mengatasi permasalahan yang ada dan belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat terlebih bagi ibu hamil
dan ibu nifas, hal tersebut dapat di lihat dari kunjungan yang di lakukan ibu
dalam masa mengandung yaitu K1-K4 dan ibu nifas KF1-KF3. Hal tersebut
terjadi karena minimnya sarana dan prasarana seperti USG dan waktu
dalam pemeriksaan, sehingga ibu yang bekerja tidak mengikuti sepenuhnya
kunjungan sesuai jadwal pemeriksaan yang seharusnya dilakukan. Selain
itu pihak Puskesmas sudah cukup mampu memberikan pelayanan yang
sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Hasil penelitian bahwa
pemerataan program Antinatal Care dan Nifas belum sepenuhya
menjangkau semua masyarakat yang membutuhkan program, hal tersebut
dapat dilihat dari sosialisasi, komunikasi, dan komitmen yang di miliki oleh
pihak puskesmas dan masyarakat. Sosialisasi yang di lakukan puskesmas
hanya di lakukan dalam waktu tertentu dan dalam acara ataupun forum-
forum yang besar, dan sudah ada kunjungan kerumah ibu hamil dan ibu
nifas yang di lakukan oleh pihak Puskesmas, tetapi kendala yang sering
terjadi banyak ibu hamil atau ibu nifas saat di kunjungi tidak ada di rumah
sehingga pihak Puskesmas belum bisa memberi pelayanan, tetapi pihak
Puskesmas tidak melakukan kunjungan kembali, sehingga ibu hamil pada
masa Antenatal Care tidak merasa mendapatkan manfaat dari program
tersebut. Luasnya wilayah kerja Puskesmas juga menjadi hambatan dalam
memberikan pelayanan yang merata. Responsivitas dalam pelaksanaan
program Antinatal Care dan Nifas di Puskesmas Tlogosari Wetan cukup
16
efektif, hal ini terjadi karena respon yang di berikan pihak pelaksana
program tersebut sudah sesuai dengan apa yang di harapkan. Indikator
responsivitas berkenaan dengan tingkat kepuasan masyarakat sebagai
pihak penerima layanan. Masyarakat sudah puas dengan pelayanan yang di
berikan pihak Puskesmas dari sikap, respon dan tindakan yang di berikan,
masyarakat juga mengakui ketepatan dalam memulai pelayanan sudah
baik. Ketepatan sebagai penyedia program tersebut sudah memberikan
pelayanan yang baik kepada ibu yang sedang mengandung dan masa nifas,
melalui program ini sangat tepat untuk membantu ibu dalam mengatasi
setiap permasalahan yang ada, yang dirasakan oleh ibu dalam masa
mengandung dan masa nifas, seperti mengetahui penyakit yang berrisiko,
memberikan edukasi kepada ibu, supaya ibu lebih mengerti apa yang harus
dan tidak boleh di lakukan, sehingga dapat meminimalisir dan menurunkan
angka kematian ibu dan anak di Tlogosari Wetan.11
Contoh evaluasi 2
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Mengenai
Pemeriksaan Ibu Hamil; Berdasarkan target cakupan ibu hamil di 14
Posyandu dari 63 ibu hamil yang datang periksa hanya15,9%. Hal ini
karena ibu hamil sadar akan kebutuhan pemeriksaan kehamilan dan bidan
desa juga memfasilitasi untuk pemeriksaan ibu hamil dengan membawa
alat pemeriksaan kehamilan dan memberikan konseling sesuai dengan
kebutuhan ibu hamil. Berdasarkan hasil observasi, Ibu hamil yang datang
ke Posyandu rata-rata berusia kehamilan di atas 5 bulan, sehingga
imunisasi TT sudah dilaksanakan. Kelas ibu hamil yang diselenggarakan
di Posyandu hanya dikerjakan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun. Hasil
penelitian lain yaitu ibu nifas tidak ingin memeriksakan dirinya, selain itu
bidan juga tidak memfasilitasi untuk memberikan pelayanan pada ibu nifas
dan menyusui. Kegiatan ini hanya dikerjakan pada 2 ibu nifas di Desa
Sayang dan tidak dikerjakan desa lain dikarenakan bidan tidak
memfasilitasi pelayanan pemeriksaan pada ibu nifas. Kegiatan Pelayanan
17
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Mengenai Pemeriksaan Bayi dan Balita;
Berdasarkan target cakupan bayi dan balita di 14 Posyandu dari 924 bayi
dan balita yang datang periksa sebanyak 640 (69,3%). Hal ini karena ibu
bayi dan balita sadar akan kebutuhan pemeriksaan bayi dan balita di
Posyandu. Kegiatan SDIDTK ini kurang berjalan dengan baik dan kadang
di anggap hal yang mudah. Kegiatan Pelayanan Keluarga Brencana (KB);
Berdasarkan target cakupan akseptor KB di 14 Posyandu dari 1635
akseptor KB, tidak ada akseptor KB yang datang per riksa. Kegiatan
pelayanan KB yang dikerjakan hanya konseling KB. Konseling KB hanya
dikerjakan oleh Desa Sayang dan Cibeusi dikarenakan pasien menanyakan
kebutuhannya kepada bidan, sedangkan pada Desa lain pasien banyak yang
tidak ingin dan tidak merasa butuh untuk melakukan konseling KB dengan
bidan. Capaian imunisasi tidak sesuai dengan harapan. Kegiatan ini tidak
dikerjakan karena pada saat Posyandu sedang berlangsung tidak sesuai
dengan jadwal imunisasi bayi, selain itu ibu lebih memilih melakukan
imunisasi di luar pelayanan Posyandu. Jika ingin melakukan imunisasi
pasien disarankan untuk datang ke Poskesdes, Pustu atau PKM. Capaian
terhadap kegiatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan diare
didapatkan setiap petugas kesehatan di Posyandu menyediakan oralit bagi
pasien yang membutuhkan. Berdasarkan hasil observasi, terdapat satu
Posyandu di Desa Cipacing Rw 08 yang melayani pemberian oralit karena
terdapat 2 orang balita yang sedang diare. Kegiatan PHBS di Posyandu
dikerjakan oleh petugas khusus PHBS yang biasanya dikerjakan satu tahun
2 kali oleh petugas PHBS.
Simpulan pada penelitian ini adalah bahwa kegiatan utama pelayanan
Posyandu masih belum terlaksana dengan baik, sehingga masih perlu
evaluasi dan tindak lanjut secara berkala terhadap kegiatan utama yang
telah dikerjakan di posyandu. Mendukung kegiatan utama posyandu yang
belum dilaksanakan baik yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang
meliputi, pemeriksaan ibu hamil, pelayanan ibu nifas dan menyusui serta
pemeriksaan bayi dan balita, kemudian pelayanan Keluarga Berencana
18
3.1 Simpulan
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan mutu pelayanan yang
maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama
pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai
prosedur yang sudah ditentukan baik itu , penyuluhan dan lainnya sesuai profesi
kebidanan.
Untuk melaksanakan program strategi pelayanan kebidanan di dalam
komunitas, bidan tidak terlepas dari tugas dan tangggung jawabnya kebidanan.
Tugas dan tanggung jawab kebidanan. Bidan dalam menjalankan praktiknya
berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kebidanan,
pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat.
3.2 Saran
Indikator mutu pelayanan kebidanan sangat penting untuk bidan
dikarenakan sebagi tolak ukur potensi bidan dalam menangani kehamilan,
persalinan dan nifas, pelayanan yang sesuai dengan keinginan klien dan sesuai
dengan standart yang berlaku. Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan
mutu pelayanan yang maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan
berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib
menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu, penyuluhan
dan lainnya sesuai profesi kebidanan.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
12. Fani RC, Nirmala SA, Judistiani RTD. Evaluasi Kegiatan Utama Pelayanan
Posyandu di Kecamatan Jatinangor. Program Studi Diploma Kebidanan
Fakultas Kedokteran Padjadjaran. JSK. 2017:3(1).