Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS PELAYANAN KEBIDANAN

KOMUNITAS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pengembangan Asuhan Kebidanan Komunitas

DOSEN:

Dosen: Dr. Ardini Saptaningsih Raksanegara, dr., MPH

KELOMPOK 6
1. Royatul Inayah 4007190009
2. Salmah Najmi 4007190003
3. Sri Susilawati 4007190015

PROGRAM MAGISTER TERAPAN KEBIDANAN


STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, alhamdulillah berkat


rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis
Pelayanan Kebidanan Komunitas”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah
Pengembangan Asuhan Kebidanan Komunitas.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, mengingat keterbatasan waktu, kemampuan dan pengetahuan serta
pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun yang menyempurnakan makalah
ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat dipertanggung jawabkan dan bermanfaat
bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Segala kesempunaan hanya milik Allah
SWT. Sebagai makhluk kita hanya dapat berusaha dan berdo’a, semoga kita masuk
dalam golongan yang dicintainya.

Bandung, 2020

Kelompok 6

ii
DARTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DARTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2

1.3 Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3

2.1 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas ...................... 3

2.2 Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada


Pelayanan Kebidanan Komunitas ....................................................... 5

2.3 Indikator Mutu Layanan Bidan .......................................................... 6

2.4 Faktor yang Perlu Dievaluasi dan Dianalisis Dalam Pengelolaan


Pelayanan Kebidanan Komunitas ....................................................... 8
2.4.1 Monitoring Evaluasi ........................................................................ 8
2.4.2 Faktor untuk mengukur pelayanan kebidanan komunitas ............. 10

2.5 Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas ....................................... 12

BAB III ................................................................................................................. 19

PENUTUP ............................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Tenaga kesehatan saat ini dalam pembangunannya bertujuan untuk
memberikan layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan
yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan
cara yang baik, tepat waktu tanggap serta mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang aman.1
Tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan serta fasilitas-fasilitas
yang ada didalamnya seperti ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau
protokol layanan pendukung lainnya yang semoga saja menjadi suatu yang
efektif serta efisien untuk menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu
tinggi.1
Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah
dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah,
karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Berkaitan
dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan
bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda.
Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masih banyak
ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar.1
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bagian dari
kebidanan yang berupa serangkaian ilmu dan keterampilan untuk memberikan
pelayanan kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat di
wilayah tertentu. Sasaran kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang
berada di dalam keluarga dan masyarakat .Bidan memandang pasiennya sebagai
makhluk sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi ,politik, sosial, budaya dan lingkungan sekitarnya.2

1
2

Setiap petugas kesehatan yang bekerja dimasyarakat perlu memahami


masyarakat yang di layaninya ,baik keadaan budaya maupun tradisi setempat
sangat menentukan pendekatan yang di tempuh. Pendekatan yang akan
digunakan oleh bidan harus memperhatikan strategi pelayanan kebidanan dan
tugas dan tanggung jawab bidan agar masyarakat mau membuka hatinya untuk
bekerja sama dengan bidan sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang
bermutu di masyarakat.2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana ruang lingkup dari pelayanan kebidanan komunitas?
2. Bagaimana analisis pelayanan kebidanan komunitas?
3. Bagaimana evaluasi pelayanan kebidanan komunitas?
4. Apasaja faktor yang harus dianalisis dan dievaluasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup dari pelayanan kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui analisis pelayanan kebidanan komunitas
3. Untuk mengetahui evaluasi pelayanan kebidaan komunitas
4. Untuk mengetahui faktor yang harus dianalisis dan dievaluasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan Di Komunitas


Pelayanan/asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area
praktik bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga,
maupun masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan
nilai-nilai masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan
dan keluarganya.3 Dalam praktiknya menggunakan pendekatan pemecahan
masalah yang dikenal dengan proses/manajemen kebidanan. Langkah/proses
manajemen kebidanan meliputi hal berikut:3
1. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data
yang relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan
setiap klien termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang teliti.
2. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data
dasar. Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana
untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka. Contoh: hasil
pemeriksaan Ibu hamil didapatkan konjungtiva pucat dan pemeriksaan
laboratorium penunjang hasil haemoglobin rendah di bawah normal. Maka
ibu dinyatakan diagnosa hamil dengan anemia.
3. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien. Contoh: Ibu hamil
dengan anemia, maka rencana yang paling tepat adalah memberikan tablet
zat besi untuk meningkatkan kadar haemoglobin.
4. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil
keputusan untuk kesehatannya. Bidan melakukan pendidikan kesehatan
terkait dengan kondisi kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien
dapat mengikuti anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah
kesehatannya.
5. Mengembangkan rencana asuhan Bersama klien.
Setiap rencana yang akan dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien

3
4

merasa apa yang diberikan merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil


yang anemia perlu penambah zat besi untuk kesehatan ibu dan janin.
Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai
berikut:3
1. Peningkatan kesehatan (promotif)
Bidan lebih mengutamakan langkah promotif dalam setiap asuhannya,
seperti ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di
tenaga kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang
di posyandu.
2. Pencegahan (preventif)
Salah satu contoh tindakan preventif bidan yang dapat dilakukan adalah
pemberian imunisasi pada bayi dan balita serta ibu hamil.
3. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan.
Bidan diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi
melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam proses rujukan
tidak mengalami keterlambatan.
4. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan.
Dalam memberikan asuhan bidan melakukan pendekatan secara fisiologis,
dengan meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi
klien
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).
Pada masa pemulihan bidan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
(dokter kandungan) untuk mengobservasi kemajuan kesehatan klien.
Sebagai contoh adalah bidan melakukan perawatan pasca operasi pada
klien dengan tindakan persalinan caesar.
6. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi
sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk
mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.
Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi seperti
Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune Deficiency Syndrome
5

(AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD), kekerasan dalam rumah


tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan injecting drug user
(IDU).

2.2 Prinsip Pelayanan Asuhan Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas
Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut:4
1. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat kemanusiaan klien.
3. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,
jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah
balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.
Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1
kelurahan/ kawasan perumahan/ perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi hasil
kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu pengajian,
kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.
5. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.
Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja
yang menjadi tanggung jawabnya.
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas
meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu,
keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai
mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang sensitif gender dan
tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan tidak, dan hukum serta
norma yang ternyata masih melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan
harus mampu bertindak profesional dalam bentuk:4
6

1. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas


kemanusiaan sebagai bidan, dan
2. Mampu bersikap non judge mental (tidak menghakimi), non
discriminative (tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur
kepada semua klien (perempuan, laki-laki, transgender)

2.3 Indikator Mutu Layanan Bidan


Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator mutu layanan
bidan. Tim peneliti menganalisis berbagai indikator potensial dari literatur,
pedoman nasional, dan pendapat ahli. Penelitian menghasilkan 26 indikator
sebagai alat ukur relevan untuk layanan bidan (tabel 1). Dua puluh enam
indikator ini terbagi menjadi delapan item indikator struktur, 12 indikator
proses, dan 6 indikator outcome. Indikator-indikator ini telah melalui uji
kriteria instrumen Appraisal of Indicators through Research and
Evaluation (AIRE) dan dikritisi lebih lanjut oleh panel Delphi.5
7

Dua puluh enam indikator ini dibagi dalam kategori keselamatan pasien,
keterpusatan pada pasien, akses terhadap pelayanan, dan efektivitas layanan.
Seluruh indikator juga telah ditetapkan tingkat pengukurannya yaitu nasional,
regional, serta bidan/dokter praktek umum. Daftar indikator ini juga dilengkapi
detil spesifikasi yang mencakup domain kritis, definisi operasional, hingga
cara pengukurannya. Indikator ini dikembangkan untuk menilai layanan bidan
pada pasien-pasien resiko rendah.5
Pelayanan maternal adalah contoh pelayanan yang berorientasi outcome
dengan tujuan utama yaitu ibu dan bayi yang sehat. Namun, mengapa
indikator outcome dalam daftar ini justru menempati porsi kecil? Peneliti
berasumsi bahwa outcome yang baik hanya akan tercapai dengan proses
pelayanan bermutu dan sesuai protokol yang disepakati. Contohnya adalah
Apgar score yang merupakan alat ukur keluaran neonatal(indikator outcome).
Dalam rentang 1-10, skor di bawah 7 (5 menit setelah lahir) dianggap sebagai
keluaran yang buruk sebagai hasil pelayanan substandar.5
Untuk mencegah hal ini, ibu hamil harus mengakses pelayanan
kebidanan pada masa awal kehamilan agar mendapat pelayanan antenatal yang
optimal (indikator proses 9). Agar dapat memberi pelayanan bermutu tinggi,
bidan harus memiliki kompetensi baik (indikator struktur). Bidan juga harus
melaksanakan pelayanan 24 jam/7 hari seminggu (indikator struktur) untuk
mencegah kelahiran tanpa pendamping (indikator proses). Kaitan antar
indikator ini menunjukkan satu indikator outcome dapat dipengaruhi oleh lebih
dari satu indikator struktur dan proses.5
Indikator yang direkomendasikan de Bruin-Kooistra mungkin masih
perlu penyesuaian untuk kondisi Indonesia. Alasannya, pemilihan indikator
yang tepat merupakan kunci dalam proses monitoring dan evaluasi mutu
layanan bidan Indonesia. Indikator yang tepat dapat menghasilkan penilaian
mutu layanan bidan yang akurat untuk menyusun program selanjutnya. Jika
ternyata mutu bidan sudah baik, perlu upaya menjaga mutu. Sebaliknya, bjika
8

mutu layanan bidan masih buruk, perlu program peningkatan mutu misalnya
dengan peningkatan kompetensi bidan.5
2.4 Faktor yang Perlu Dievaluasi dan Dianalisis Dalam Pengelolaan
Pelayanan Kebidanan Komunitas
2.4.1 Monitoring Evaluasi
Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar berjalan dengan baik sesuai
dengan indicator dan standar yang ditetapkan, maka perlu sistem
monitoring dan evaluasi.6
Tujuan monitoring adalah untuk sebagai berikut:6
a. Memantau masukan: pekerjaan sesuai jadwal, tim tersedia sesuai
tugas, pemakaian biaya dan sumber daya sesuai dengan batas yang
direncanakan, informasi yang diperlukan tersedia, dan kelompok
masyarakat atau perorangan berperan serta seperti yang
diharapkan.
b. Memantau proses menjamin bahwa: fungsi, kegiatan yang
diharapkan dapat berjalan sesuai dengan norma yang ditetapkan,
standar kerja dipenuhi, diadakan pertemuan sebagaimana perlunya
dan telah terjadi komunikasi sesuai kebutuhan.
c. Memantau keluaran atau hasil akhir, menjamin bahwa: produk atau
hasil sesuai spesifikasi, pelayanan diselenggarakan sesuai rencana,
pelatihan menghasilkan keterampilan yang baru atau tingkat
keterampilan yang tinggi, keputusan yang cepat, tepat, pencatatan
dapat dipercaya dan pelaporan dikerjakan, serta masyarakat
sebagai pengguna pelayanan dapat merasa puas terhadap
pelayanan yang diberikan bidan.
Selain ada kegiatan monitoring, juga dilakukan pengawasan, merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan beberapa hal, yaitu:6
a. Tujuan pengawasan sesuai dengan kebutuhan
b. Kinerja pengawasan pelaksanaan tugas
c. Motivasi staf
d. Peningkatan kompetensi staf
9

e. Pengawasan sumber daya


Perencanaan jadwal kunjungan pengawasan meliputi:6
a. Menentukan seberapa sering kunjungan pengawasan perlu
dilakukan
b. Membuat daftar program
c. Menentukan kebutuhan akan pengawasan
d. Memperhatikan aspek-aspek pelayanan kesehatan yang
memerlukan bantuan khusus.
Kegiatan berikut adalah evaluasi terhadap pelayanan kebidanan
komunitas yang sudah dilakukan. Program monitoring dan evaluasi
berkala atau rutin yang sudah dilaksanakan oleh puskesmas sebagai
Pembina wilayah setempat pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah dalam bentuk PWS-
KIA (pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak). Tujuan
evaluasi secara keseluruhan berfungsi secara pengukuran atau penilaian
terhadap kegiatan pelayanan yang telah dilakukan. Pendekatan umum
yang digunakan dalam evaluasi kegiatan adalah:6
a. Pengukuran atas pencapaian yang diamati.
b. Perbandingan dengan norma, standar, indicator atau parameter
yang diinginkan
c. Penilaian sampai sejauh mana sejumlah nilai dapat dipenuhi
d. Analisis penyebab kegagalan
e. Keputusan (umpan balik).
Pendekatan umum dalam evaluasi terdiri dari lima langkah, yaitu:6
a. Menentukan aspek apa dari program yang akan dievaluasi dan
bagaiman cara pengukuran efektivitas.
b. Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk memberikan
bukti.
c. Membandingkan hasil dengan target atau tujuan.
d. Menentukan apakah dan sejauh mana target dan tujuan telah
tercapai.
10

e. Menetapkan apakah program akan diteruskan tanpa perubahan,


diubah, atau diberhentikan.
2.4.2 Faktor untuk mengukur pelayanan kebidanan komunitas
2.4.2.1 Menurut Konsumen
Faktor yang digunakan konsumen untuk mengukur kualitas jasa
adalah outcome, process dan image jasa tersebut. Ketiga kriteria
tersebut dijabarkan menjadi enam unsur:7
1. Professionalism and skill
Di bidang pelayanan kesehatan, kriteria ini
berhubungan dengan outcome yaitu tingkat kesembuhan
pasien. Pelanggan menyadari bahwa jasa pelayanan
kesehatan dihasilkan oleh sumber daya manusia yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan profesional yang
berbeda. Institusi penyedia pelayanan kesehatan harus
menjamin reputasi dokter dan petugas lainnya yang
bekerja pada institusi pelayanan kesehatan tersebut.
2. Attitudes and behavior
Kriteria sikap dan perilaku staf akan berhubungan
dengan proses pelayanan. Pelanggan institusi jasa
pelayanan kesehatan akan merasakan kalau dokter dan
paramedis rumah sakit sudah melayani mereka dengan
baik sesuai standar prosedur operasional pelayanan.
Situasi ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku positif staf
yang akan membantu para pengguna pelayanan kesehatan
mengatasi keluhan sakitnya.
3. Accessibility and flexibility
Kriteria ini berhubungan dengan proses pelayanan.
Pengguna jasa pelayanan akan merasakan bahwa institusi
penyedia pelayanan jasa, lokasi, jam kerja, dan sistemnya
dirancang dengan baik untuk memudahkan para pengguna
mengakses pelayanan sesuai dengan kondisi pengguna jasa
11

(fleksibilitas), yaitu disesuaikan dengan keadaan sakit


pasien, jarak yang harus ditempuh, tarif pelayanan, dan
kemampuan ekonomi pasien atau keluarga untuk
membayar tarif pelayanan.
4. Reliability and trustworthiness
Kriteria ini berhubungan dengan proses pelayanan.
Pengguna jasa pelayanan bukan tidak memahami risiko
yang mereka hadapi jika memilih jasa pelayanan yang
ditawarkan oleh dokter. Pasien dan keluarganya sudah
mempercayai sepenuhnya dokter yang akan melakukan
tindakan karena pengalaman dan reputasinya.
5. Recovery
Kriteria penilaian ini juga berhubungn dengan proses
pelayanan. Pelanggan memang menyadari kalau ada
kesalahan atau risiko akibat tindakan medis yang diambil,
tetapi para pengguna jasa pelayanan mempercayai bahwa
institusi penyedia jasa pelayanan sudah melakukan
perbaikan (recovery) terhadap mutu pelayanan yang
ditawarkan kepada publik untuk mengurangi risiko medis
yang akan diterima pasien.
6. Reputation and credibility
Kriteria ini berhubungan dengan image. Pelanggan akan
meyakini benar bahwa institusi penyedia jasa pelayanan
memang memiliki reputasi baik, dapat dipercaya, dan
punya nilai (rating) tinggi di bidang pelayanan kesehatan.
Kepercayaan ini sudah terbukti dari reputasi pelayanan
yang sudah ditunjukkan selama ini oleh institusi penyedia
jasa pelayanan kesehatan ini.
2.4.2.2 Menurut Pelayanan Bedasarkan Variabel
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan tiga variabel:7
12

1. Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan


untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana,
obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi,
informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan
struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam
perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
2. Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan
dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan
variabel penilaian mutu yang penting.
3. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan
perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat),
termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

2.5 Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas


Pendekatan edukatif mempunyai strategi dasar yang dipakai dalam
mememnuhi pelayanan kebidanan komunitas, yaitu:8
1. Mengembangkan provider.
Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap
pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan. Langkah-
langkah pengembangan provider:
a. Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat. Bertujuan untuk
mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan nasional
atau regional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok
kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
b. Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat
administrasi sampai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan dicapai
adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan
kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro. Berbentuk lokakarya,
seminar, raker, musyawarah.
13

c. Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa. Merupakan pengenalan


situasi dan masalah menurut pandangan petugas/provider. Macam data
yang dikumpulkan meliputi data umum , data khusus dan data perilaku.
2. Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk
mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas
kemampuan. Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk
menentukan masalah, merencanakan alternatif, melaksanakan dan menilai
usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah– langkahnya
meliputi pendekatan tingkat desa, survei mawas diri, perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan.8

Contoh analis 1
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi persalinan di fasilitas kesehatan
lebih tinggi pada perempuan yang tinggal di perkotaan dibandingkan
dengan perdesaan. Sesuai dengan Peraturan Badan Pusat Statistik Nomor
37 tahun 2010, daerah perdesaan adalah suatu wilayah administratif
setingkat desa/kelurahan yang belum memenuhi persyaratan tertentu dalam
hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan sejumlah
fasilitas perkotaan, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan
sebagainya. Dengan demikian jelas bahwa masyarakat desa masih sedikit
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hambatan fisik berupa jarak
yang jauh, kondisi jalan, dan ketersediaan transportasi menyebabkan ibu
yang tinggal di perdesaan kurang mendapatkan akses pelayanan kesehatan.
Waktu tempuh untuk mendapat pelayanan juga sangat berarti dalam
kondisi kegawatdaruratan.
Hubungan yang signifikan hanya ditemukan pada pelayanan persalinan,
tidak pada pelayanan ANC. Puncak pemanfaatan pelayanan persalinan
pada perempuan berusia 35 – 59 tahun. Usia berkaitan dengan pengetahuan
dan pengalaman. Remaja dan usia reproduksi sehat belum mempunyai
pengetahuan yang cukup dan pengalaman tentang pentingnya persalinan
14

dilakukan di fasilitas kesehatan. Perempuan yang lebih tua mungkin merasa


mempunyai pengetahuan tentang risiko kehamilan yang lebih besar,
sehingga mereka lebih memilih fasilitas kesehatan sebagai tempat
persalinan.9

Contoh analis 2
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang perlu mengevaluasi penempatan
bidan agar di seluruh desa, ibu bidan desa tinggal di desa binaannya
sehingga akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu yaitu dalam
pertolongan persalinan dan bila terjadi kedaruratan dapat segera melakukan
stabilisasi kondisi ibu dan merujuk ke Rumah Sakit. Adapun dana Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang untuk Program Kesehatan Masyarakat yang
termasuk untuk pelayanan kesehatan ibu relatif kecil dibandingkan dengan
jumlah yaitu 39 Puskesmas dan luasnya wilayah. Dalam pelaksanaan
regulasi Pemerintah Kabupaten Malang yaitu gerakan sayang ibu dalam
pelayanan kesehatan ibu pada analisis sub-sistem kesehatan ibu di
Puskesmas Perawatan, seperti semua bidan sudah mengikuti pelatihan
kompetensi di Puskesmas Perawatan terutama Asuhan Persalinan Normal
(APN), dan 2 orang yang mendapat pelatihan komplikasi kebidanan.
Cairan Ringer Lactate (RL) selalu tersedia, sopir ambulans standby 24 jam
karena habis jaga 12 jam, relatif masih banyak dukun yang kemungkinan
menolong persalinan karena ada desa di mana bidan desa tidak bertempat
tinggal, dana untuk pembinaan pelayanan kesehatan ibu untuk oleh Dinas
Kesehatan relatif kecil karena banyak (39) Puskesmas di wilayahnya. Hasil
analisa tersebut cukup baik sehingga masih ditingkatkan untuk penguatan
pelayanan kesehatan pada ibu.10

Contoh evaluasi 1
Efektifitas Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan peneliti
program Antenatal Care dan Nifas belum sepenuhnya efektif, hal tersebut
disebabkan karena minimnya kuantitas sumber daya manusia, sehingga
15

pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil maupun ibu nifas kurang
maksimal. Salah pelayanan yang kurang maksimal yaitu pelayanan
konseling, yang dimana pelayanan konseling merupakan pelayanan yang
wajib diberikan untuk mengetahui lebih dini keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh ibu hamil sehingga dapat mengurangi resiko pada saat
mengandung dan dalam masa nifas, karena angka kematian ibu paling
tinggi di sebabkan karena penyakit penyerta. Kecukupan Dalam
pelaksanaan program Antenatal Care dan Nifas di Puskesmas Tlogosari
Wetan belum cukup mampu mengatasi permasalahan yang ada dan belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat terlebih bagi ibu hamil
dan ibu nifas, hal tersebut dapat di lihat dari kunjungan yang di lakukan ibu
dalam masa mengandung yaitu K1-K4 dan ibu nifas KF1-KF3. Hal tersebut
terjadi karena minimnya sarana dan prasarana seperti USG dan waktu
dalam pemeriksaan, sehingga ibu yang bekerja tidak mengikuti sepenuhnya
kunjungan sesuai jadwal pemeriksaan yang seharusnya dilakukan. Selain
itu pihak Puskesmas sudah cukup mampu memberikan pelayanan yang
sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Hasil penelitian bahwa
pemerataan program Antinatal Care dan Nifas belum sepenuhya
menjangkau semua masyarakat yang membutuhkan program, hal tersebut
dapat dilihat dari sosialisasi, komunikasi, dan komitmen yang di miliki oleh
pihak puskesmas dan masyarakat. Sosialisasi yang di lakukan puskesmas
hanya di lakukan dalam waktu tertentu dan dalam acara ataupun forum-
forum yang besar, dan sudah ada kunjungan kerumah ibu hamil dan ibu
nifas yang di lakukan oleh pihak Puskesmas, tetapi kendala yang sering
terjadi banyak ibu hamil atau ibu nifas saat di kunjungi tidak ada di rumah
sehingga pihak Puskesmas belum bisa memberi pelayanan, tetapi pihak
Puskesmas tidak melakukan kunjungan kembali, sehingga ibu hamil pada
masa Antenatal Care tidak merasa mendapatkan manfaat dari program
tersebut. Luasnya wilayah kerja Puskesmas juga menjadi hambatan dalam
memberikan pelayanan yang merata. Responsivitas dalam pelaksanaan
program Antinatal Care dan Nifas di Puskesmas Tlogosari Wetan cukup
16

efektif, hal ini terjadi karena respon yang di berikan pihak pelaksana
program tersebut sudah sesuai dengan apa yang di harapkan. Indikator
responsivitas berkenaan dengan tingkat kepuasan masyarakat sebagai
pihak penerima layanan. Masyarakat sudah puas dengan pelayanan yang di
berikan pihak Puskesmas dari sikap, respon dan tindakan yang di berikan,
masyarakat juga mengakui ketepatan dalam memulai pelayanan sudah
baik. Ketepatan sebagai penyedia program tersebut sudah memberikan
pelayanan yang baik kepada ibu yang sedang mengandung dan masa nifas,
melalui program ini sangat tepat untuk membantu ibu dalam mengatasi
setiap permasalahan yang ada, yang dirasakan oleh ibu dalam masa
mengandung dan masa nifas, seperti mengetahui penyakit yang berrisiko,
memberikan edukasi kepada ibu, supaya ibu lebih mengerti apa yang harus
dan tidak boleh di lakukan, sehingga dapat meminimalisir dan menurunkan
angka kematian ibu dan anak di Tlogosari Wetan.11

Contoh evaluasi 2
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Mengenai
Pemeriksaan Ibu Hamil; Berdasarkan target cakupan ibu hamil di 14
Posyandu dari 63 ibu hamil yang datang periksa hanya15,9%. Hal ini
karena ibu hamil sadar akan kebutuhan pemeriksaan kehamilan dan bidan
desa juga memfasilitasi untuk pemeriksaan ibu hamil dengan membawa
alat pemeriksaan kehamilan dan memberikan konseling sesuai dengan
kebutuhan ibu hamil. Berdasarkan hasil observasi, Ibu hamil yang datang
ke Posyandu rata-rata berusia kehamilan di atas 5 bulan, sehingga
imunisasi TT sudah dilaksanakan. Kelas ibu hamil yang diselenggarakan
di Posyandu hanya dikerjakan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun. Hasil
penelitian lain yaitu ibu nifas tidak ingin memeriksakan dirinya, selain itu
bidan juga tidak memfasilitasi untuk memberikan pelayanan pada ibu nifas
dan menyusui. Kegiatan ini hanya dikerjakan pada 2 ibu nifas di Desa
Sayang dan tidak dikerjakan desa lain dikarenakan bidan tidak
memfasilitasi pelayanan pemeriksaan pada ibu nifas. Kegiatan Pelayanan
17

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Mengenai Pemeriksaan Bayi dan Balita;
Berdasarkan target cakupan bayi dan balita di 14 Posyandu dari 924 bayi
dan balita yang datang periksa sebanyak 640 (69,3%). Hal ini karena ibu
bayi dan balita sadar akan kebutuhan pemeriksaan bayi dan balita di
Posyandu. Kegiatan SDIDTK ini kurang berjalan dengan baik dan kadang
di anggap hal yang mudah. Kegiatan Pelayanan Keluarga Brencana (KB);
Berdasarkan target cakupan akseptor KB di 14 Posyandu dari 1635
akseptor KB, tidak ada akseptor KB yang datang per riksa. Kegiatan
pelayanan KB yang dikerjakan hanya konseling KB. Konseling KB hanya
dikerjakan oleh Desa Sayang dan Cibeusi dikarenakan pasien menanyakan
kebutuhannya kepada bidan, sedangkan pada Desa lain pasien banyak yang
tidak ingin dan tidak merasa butuh untuk melakukan konseling KB dengan
bidan. Capaian imunisasi tidak sesuai dengan harapan. Kegiatan ini tidak
dikerjakan karena pada saat Posyandu sedang berlangsung tidak sesuai
dengan jadwal imunisasi bayi, selain itu ibu lebih memilih melakukan
imunisasi di luar pelayanan Posyandu. Jika ingin melakukan imunisasi
pasien disarankan untuk datang ke Poskesdes, Pustu atau PKM. Capaian
terhadap kegiatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan diare
didapatkan setiap petugas kesehatan di Posyandu menyediakan oralit bagi
pasien yang membutuhkan. Berdasarkan hasil observasi, terdapat satu
Posyandu di Desa Cipacing Rw 08 yang melayani pemberian oralit karena
terdapat 2 orang balita yang sedang diare. Kegiatan PHBS di Posyandu
dikerjakan oleh petugas khusus PHBS yang biasanya dikerjakan satu tahun
2 kali oleh petugas PHBS.
Simpulan pada penelitian ini adalah bahwa kegiatan utama pelayanan
Posyandu masih belum terlaksana dengan baik, sehingga masih perlu
evaluasi dan tindak lanjut secara berkala terhadap kegiatan utama yang
telah dikerjakan di posyandu. Mendukung kegiatan utama posyandu yang
belum dilaksanakan baik yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang
meliputi, pemeriksaan ibu hamil, pelayanan ibu nifas dan menyusui serta
pemeriksaan bayi dan balita, kemudian pelayanan Keluarga Berencana
18

(KB), pelayanan imunisasi, pelayanan gizi serta pencegahan dan


penanggulangan diare, kemudian dukungan SDM, sarana prasarana atau
bantuan dana melalui advokasi lintas sektor. 12
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan mutu pelayanan yang
maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama
pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai
prosedur yang sudah ditentukan baik itu , penyuluhan dan lainnya sesuai profesi
kebidanan.
Untuk melaksanakan program strategi pelayanan kebidanan di dalam
komunitas, bidan tidak terlepas dari tugas dan tangggung jawabnya kebidanan.
Tugas dan tanggung jawab kebidanan. Bidan dalam menjalankan praktiknya
berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kebidanan,
pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat.

3.2 Saran
Indikator mutu pelayanan kebidanan sangat penting untuk bidan
dikarenakan sebagi tolak ukur potensi bidan dalam menangani kehamilan,
persalinan dan nifas, pelayanan yang sesuai dengan keinginan klien dan sesuai
dengan standart yang berlaku. Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan
mutu pelayanan yang maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan
berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib
menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu, penyuluhan
dan lainnya sesuai profesi kebidanan.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

1. Amiruddin. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan


Kesehatan. 2007.
2. Meilani, Niken dkk. Kebidanan Komunitas. Fitramaya. Yogyakarta. 2013.
3. Wahyuni ED. Asuhan Kebidanan Komunita. Pusdik SDM Kesehatan.
Jakarta. 2018.
4. Yulifah, Tri johan dkk. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika.
Jakarta Selatan. 2014.
5. Mieneke de Bruin-Kooistra, Marianne P. Amelink-Verburg, Simone E.
Buitendijk, and Gert P. Westert, Finding the right indicators for assessing
quality midwifery care, International Journal for Quality in Health Care
2012; volume 24, number 3: pp. 301–310.
6. Wahyuningsih EP, Ircham Mc, Indriyani A, Santi MY. Dasar-dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan. Fitramaya, Yogyakarta. 2009.
7. Muninjaya, Gde AA. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta,
EGC. 2011.
8. Karwati, Dkk. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas), TIM: Jakarta
Timur. 2015.
9. Mahwati. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Ibu di Jawa Barat. Maternal
Health Care Utilization in West Java. STIKes. DHB. Bandung. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. 2013;7(3):257-64.
10. Roosihermiatie B, Anuraga G, Rachmawati T, Sulistiono A. Analisis
Subsistem dalam Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Perawatan
Kabupaten Malang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan
Manajemen Kesehatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2017;
20(4)141-148.
11. Barus ADB, Widowati N. Evaluasi Program Keselamatan Ibu dan Anak
dalam Antenatal dan Nifas di Puskesmas Tlogosari Wetan Kota Semarang.
Universitas Diponogoro. 2018.
21

12. Fani RC, Nirmala SA, Judistiani RTD. Evaluasi Kegiatan Utama Pelayanan
Posyandu di Kecamatan Jatinangor. Program Studi Diploma Kebidanan
Fakultas Kedokteran Padjadjaran. JSK. 2017:3(1).

Anda mungkin juga menyukai