Anda di halaman 1dari 46

1

MATERI KOMUNITAS

RESUME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Komunitas I

Dosen Pembimbing : Dedi Wahyudin, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Yesica Tiur Maulina Sitorus

C1AA19116

3B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

KOTA SUKABUMI

2022
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS...............................................4

B. PERKESMAS...............................................................................................10

C. KONSEP DASAR PRIMARY HEALTH CARE/PHC.............................13

D. EPIDEMIOLOGI DAN KEPENDUDUKAN............................................14

E. MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS..............................................19

F. KEBIJAKAN KESEHATAN DALAM BIDANG KESEHATAN


MASYARAKAT...................................................................................................21

G. TREND ISSU KEPERAWATAN KOMUNITAS.....................................22

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS...........................24

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AREA


KESEHATAN KERJA........................................................................................32

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AREA


SEKOLAH............................................................................................................38

K. LOKAKARYA MINI...................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44
3

I. Latar Belakang

Proses keperawatan tidak hanya mencakup masalah individu namun juga


meliputi keluarga, kelompok serta masyarakat pada umumnya. Paradigma
pelayanan keperawatan yang mengalami perubahan menjadi upaya promotif dan
preventif semakin menekankan peran perawat yang tidak hanya membantu
seorang individu untuk bebas dari penyakit yang diderita namun juga lebih pada
menstimulasi tumnbuhnya kemandirian masyarakat dalam melaksanakan upaya
preventif dan promotif yang pada akhirnya mampu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.

Upaya dalam mencapai pembangunan kesehatan dapat dilakukan dengan


pendayagunaan seluruh potensi yang dengan melaksanakan Program Indonesia
Sehat. Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program Nawa Cita ke 5
yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

II. Rumusan Masalah


A. Bagaimana Konsep Keperawatan Komunitas?
B. Bagaimana PERKESMAS dalam keperawatan komunitas?
C. Bagaimana Konsep dasar primary health care?
D. Bagaimana Epidemiologi dan Kependudukan keperawatan komunitas?
E. Bagaimana Model keperawatan komunitas?
F. Bagaiman Kebijakan kesehatan dalam bidang kesehatan masyarakat?
G. Bagaimana Issue dan Trend dalam keperawatan komunitas?
H. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan komunitas?
I. Bagaimana Asuhan keperawatan komunitas area kerja?
J. Bagaimana Asuhan keperawatan komunitas area sekolah?
K. Bagaiman lokakarya mini dalam keperawatan komunitas?
4

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Komunitas

Komunitas merupakan sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama alin,


memiliki kepentingan yang sama di mana karakteristik yang dimiliki membentuk
dasar bagi sebuah rasa kesatuan dan kepemilikan (Allender, Rector, and Warner,
2014). Konsep komunitas diidentifikasi dengan tiga atribut, yaitu: orang, tempat,
dan interaksi sosial atau karakteristik umum, kepentingan dan tujuan (Maurer &
Smith, 2012). Tiga komponen komunitas menurut Widagdo (2016) :

1) Manusia/People. Program kesehatan disesuaikan dengan sasaran dan


karakteristik komunitas. Program kesehatan untuk komunitas lansia misalnya
pasti berbeda dengan komunitas ibu hamil.
2) Ruang dan waktu/Space and time. Waktu dan tempat yang tepat menjadi
pertimbangan dalam melaksanakan program kesehatan. Kebutuhan komunitas
desa tentu tidak sama dengan komuntias kota.
3) Tujuan/Purpose. Penyebab timbulnya masalah kesehatan pada komunitas
butuh tentu tidak sama dengan komunitas petani.
2. Keperawatan Komunitas

American Nurse Association atau ANA mendefinisikan keperawatan


kesehatan komunitas atau keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis
praktik keperawatan klinis dan kesehatan masyarakat yang bersifat komprehensit,
holistis dan berlangsung secara terus menerus, dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan populasi dengan fokus praktik pada upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif serta ditunjukan pada
masyarakat secara keseluruhan baik individu, keluarga, kelompok dan masyarkat
(Nies and McEwen, 2019).

Proses keperawatan tidak hanya mencakup masalah individu namun juga


meliputi keluarga, kelompok serta masyarakat pada umumnya. Paradigma
pelayanan keperawatan yang mengalami perubahan menjadi upaya promotif dan
5

preventif semakin menekankan peran perawat yang tidak hanya membantu


seorang individu untuk bebas dari penyakit yang diderita namun juga lebih pada
menstimulasi tumnbuhnya kemandirian masyarakat dalam melaksanakan upaya
preventif dan promotif yang pada akhirnya mampu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Tujuan Umum Asuhan Keperawatan Komunitas

Tujuan umum asuhan keperawatan komunitas adalah meningkatkan


kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya sehingga dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal, yang berarti masyarakat tidak hanya
terbebas dari penyakit namun mampu produktif sampai usia senja. Sedangkan
tujuan khusus pemberian asuhan keperawatan komunitas menurut R Fallen dan R
Budi Dwi K (2010) antara lain :

a. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang konsep sehat dan sakit


b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan kelompok serta masyarakat
pada umumnya untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka
menangani masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus di rumah, panti dan di
masyarakat yang membutyuhan pembinaan dan asuhan keperawatan
d. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan
asuhan keperawatan di rumah
e. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas
f. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju
keadaan sehat optimal.
4. Fungsi Pemberian Asuhan Keperawatan Komunitas

Fungsi pemberian asuhan keperawatan komunitas menurut Mubarak (2006)


antara lain adalah sebagai berikut:
6

a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi


kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan
5. Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran Keperawatan Komunitas menurut Anderson (1988) memiliki 3


tingkatan yaitu:

a. Tingkat individu

Perawat memberikan asuhan keperawatan pada individu yang memiliki masalah


kesehatan tertentu seperti penderita HIV/AIDS, kolera, diare atau bahkan ibu
hamil dan anak dengan gangguan tumbuh kembang yang ditemukan di klinik, atau
puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan
pemecahan masalah kesehatan pada individu.

b. Tingkat keluarga

Pada tingkat keluarga sasaran kegiatan adalah keluarga yang salah satu
anggotanya mengalami masalah kesehatan tertentu yang meliputi keluarga dengan
anggota keluarga yang resiko tinggi seperti ibu hamil dengan anemia, hipertensi,
riwayat perdarahan ataupun eklampsia dan keluarga yang tidak terjangkau
pelayanan kesehatan seperti keluarga dengan ibu hamil yang tidak melakukan
pemeriksaan antenatal care (ANC) secara rutin, keluarga pasien TBC yang
memiliki riwayat drop out dan lain-lain. Pada tingkat ini perawat mengukur
pelaksanaan tugas keluarga yang meliputi pengenalan masalah kesehatan,
7

pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan yang muncul,


memberikan perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang
sehat serta memanfaatkan sumber daya masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan keluarga.

c. Tingkat komunitas

Pada tingkat ini, perawat melihat sasaran sebagai kesatuan yang utuh dalam
komunitas sebagai klien yang diberikan pembinaan, misalnya pembinaan pada
kelompok khusus masyakat (contohnya masyarakat penderita kusta di Dusun
Sumber Glagah Desa Tanjung Kenongo Kec. Pacet Kab. Mojokerto), dan
pembinaan desa atau masyakat bermasalah (misalnya upaya asuhan keperawatan
komunitas yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen Program Studi D3
Keperawatan Politeknik Kesehatan Majapahit tahun 2017 di Dusun Glonggongan
Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto dengan
permasalahan utama penyakit tidak menular (PTM) yang meliputi hipertensi,
diabetes mellitus dan lain-lain.

6. Indikator Status Kesehatan Indonesia

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat
selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian
direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasaran dari program Indonesia Sehat adlaah
meningkatknya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang diddukung dengan pelindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan


sasaran dan mendekatkan atau meningkatkan akses pelayanan kesehatan dengan
8

mendatangi keluarga. Puksesmas sebagai wadah atau saluran yang tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar
gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Dalam rangka
pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama
untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama
tersebut adalah sebagai berikut :

1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Program KB yang


dapat menurunkan risiko kematian ibu dan bayi serta mencegah kehamilan
yang tidak direncanakan, sehingga dapat menjaga kesejahteraan keluarga.
2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan. Fasilitas yang memadai akan
mendukung proses persalinan yang aman dan minim risiko komplikasi
kehamilan. Setelah melahirkan ibu dan bayi juga memiliki tempat untuk
memeriksa kesehatan secara berkala.
3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap. Imunisasi anak sangat penting
dilakukan guna mencegah terjadinya penyakit infeksi yang bisa berakibat
fatal baginya, seperti polio, campak, dan difteri.
4) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif. Keunggulan air susu ibu (ASI)
sebagai sumber nutrisi bayi memang sudah tidak diragukan lagi. ASI dapat
melindungi bayi dari beragam penyakit serta mendukung perkembangan
tubuh dan otaknya secara optimal, sehingga ia tumbuh menjadi anak yang
sehat dan cerdas. 
5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar.
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang dan keluarganya. Tuberkulosis yang tidak ditangani
dengan benar berisiko menyebabkan kerusakan paru-paru yang parah dan
penularan ke orang-orang terdekat.
7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur. Hipertensi adalah
penyakit kronis yang sering terabaikan karena sering kali tidak memiliki
gejala. Meski begitu, dampak yang terjadi akibat hipertensi bisa fatal, mulai
9

dari serangan jantung hingga stroke. Hal ini tentu akan memengaruhi keadaan
suatu keluarga, apalagi jika terjadi pada kepala keluarganya.
8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan.
Gangguan jiwa tidak hanya dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya
secara signifikan, tapi juga keluarganya. Namun, sebenarnya penyakit ini
dapat sembuh selama ditangani dengan baik dan sedini mungkin.
9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok. Asap rokok mengandung banyak
zat beracun bagi tubuh. Meskipun hanya satu orang yang merokok di rumah,
asapnya bisa dihirup anggota keluarga lain dan membuat mereka
menjadi perokok pasif.
10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator diatas, dilakukan perhitungan dengan indeks keluarga sehat


dari masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang
bersangkutan.

7. Tiga Level Pencegahan

Leavell & Clark (1958) mengidentifikasi tiga level pencegahan dalam praktek
kesehatan, yaitu : pencegahan primer, sekunder dan tersier. Ke tiga level
pencegahan digambarkan dalam bentuk segititga dimana level pencegahan primer
sebagai dasar.

1) Pencegahan primer ditunjukan kepada individu/populasi sehat. Pencegahan


primer berkaitan dengan kegiatan yang diarahkan pada pencegahan sebuah
masalah sebelum masalah tersebut terjadi dengan mengubah kerentanan atau
mengurangi paparan pada individu yang rentan. Pencegahan primer terdiri dari
promosi kesehatan, edukasi kesehatan dan perlindungan spesifik. Bentuk
upaya promosi kesehatan seperti pola makan seimbang, kegiatan olahraga, dll.
Sedangkan perlindungan kesehatan antara lain dengan imunisasi, permunian
air, dll.
10

2) Pencegahan sekunder ditunjukan pada individu/populais berisiko berupa


deteksi dini dan intervensi segera selama periode awal patogenesis penyakit.
Contoh pencegahan mamografi, screening tekanan darah, pap smear, dll.
3) Pencegahan tersier dintujukan kepada populasi yang telah mengalami penyakit
atau cedera dan berfokus apda pembatasan kecacaran serta rehabilitasi.
Contohnya fisioterapi dan terapi okupasi pada pasien stroke dan cedera tulang,
mengajarkan pemakaian insulin pada pasien diabetes melitus dan keluarga.

B. PERKESMAS
1. Perkesmas

Pusat kesehatan masyarakat atau disebut dengan puskesmas adalah fasilitas


kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan pada upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan mengutamakan upaya promotive dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif (Kemenkes RI, 2019).
Dalam pelaksanaan upaya dan program kesehatan, puskesmas melakukan
peningkatan dan pengakuan mutu pelayanan untuk memenuhi standar akreditasi
puskesmas. Alur mutu pelayanan tersebut mencakup perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, pencatatan, dan pelaporan yang sistematis.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara terintegrasi di puskesmas salah


satunya dilaksanakan melalui kegiatan pelayanan Perkesmas. Perkesmas atau
perawatan kesehatan masyarakat sering disebut dengan Public Health Nursing
(PHN) yang pada akhir-akhir ini lebih tepat disebut Community Health Nursing
(CHN). Konsep ini sudah dikenal sejak konsep puskesmas diterapkan.

2. Falsafah

Keyakinan terhadap nilai kemanusiaan yang menjadi pedoman


dalammelaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat baik untuk
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

 Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah pekerjaan luhur dan manusiawi yang


ditujukan untuk klien
11

 Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah upaya berdasarkan kemanusiaan


untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwijudnya
manusia sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya
 Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima semua orang
 Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
kuratif dan rehabilitatif.
 Perawat Kesehatan Masyarakat sebagai provider dan masyarakat sebagai
consumer pelayanan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijakan dan pelayanan
keearah peningkatan status kesehatan masyarakat
 Pengembangan tenaga kesehatan masyarakat secara berkesinambungan
 Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatan
3. Sasaran

Sasaran PERKESMAS Adapun yang menjadi sasaran program Perkesmas ini


adalah seluruh masyarakat yang dapat terbagi menjadi:

 Individu khususnya individu risiko tinggi (risti): menderita penyakit, balita,


lanjut usia (lansia), masalah mental/jiwa.
 Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit, masalah
mental/jiwa.
 Kelompok/masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh, terisolasi,
konflik, tidak terjangkau pelayanan kesehatan. Fokus sasaran Perkesmas
adalah keluarga rawan kesehatan dengan prioritasnya adalah keluarga rentan
terhadap masalah kesehatan (Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota keluarga
bumil, balita, lansia, menderita penyakit).
4. Keperawatan dan Perkesmas di masa mendatang

Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,


kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
12

mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk


pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk
pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan
kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia.

Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun


mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini
dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada
upaya pelayanan kesehatanutama 7 (Primary Health care) untuk memungkinkan
setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini
dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi
keperawatan.

Saat ini permasalahan kesehatan yang dihadapi cukup kompleks, upaya


kesehatan belum dapat menjangkau seluruh masyarakat meskipun dapat dilihat
beberapa terobosan dalam upaya pembangunan bidang kesehatan. Masalah
kesehatan lainnya adalah munculnya penyakit-penyakit (emerging diseases)
seperti HIV/AIDS, SARS, Chikungunya, dan meningkatnya kembali penyakit
penyakit menular (re-emerging diseases) seperti TBC, malaria, serta penyakit
yang dapat dicegah dengan immunisasi. Sementara itu untuk penyakit-penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah, juga terjadi
peningkatan. Selain permasalahan penyakit, krisis dalam komunitas seperti
bencana dan terjadinya kekerasan juga menjadi fokus perhatian kita, oleh sebab
itu di tahun-tahun mendatang dapat diprediksi bahwa kebutuhan akan pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas yang berkualitas meningkat. Pada akhirnya
kemampuan kita untuk menangkap peluang dan berespon terhadap perubahan dan
tantangan di masa mendatang merupakan dasar yang kuat bagi perkembangan
keperawatan kesehatan komunitas. Kompetensi perawat kesehatan komunitas,
perawatan kesehatan di rumah, peran perawat Puskesmas di komunitas,
13

kepemimpinan serta pemakaian teknologi informasi diprediksi menjadi fokus dari


sistem kesehatan komunitas di masa mendatang.

C. KONSEP DASAR PRIMARY HEALTH CARE/PHC


1. Sejarah

Pada masa awalnya di tahun 1950 adanya kampanye massal mengenai


pemberantasan penyakit menular, karena pada tahun tersebut banyak negara yang
tiak mampu mengatasi dan menanggulangi wabah penyakit TBC, campak, dan
juga diare. Pada tahun 1960 dunia kesehatan mulai mengalami perkembangan
dengan mulai masuknya teknologi dalam pelaksanaan kuratif dan preventif dalam
struktur pelayanna kesehatan. Sehingga saat itu timbul pemikiran dalam
pengembangan konsep upaya dasar kesehatan.

Konsep Primary Health Care atau yang disebut dengan pelayanan kesehatan
pertama dikenalkan pada deklarasi Alma-Ata pada tahun 1978 yang menjadi
sejarah dalam kesehatan global di dunia. PHC menjelaskan komponen, gambaran
bagaimana mempromosikan kesehatan, kesetaraan, dan efisiensi yang dialkukan
oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.

2. Komponen

PHC menggabungkan tiga komponen yang saling berkaitan:

a. Memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat melalui promotif, preventif,


kuratif, rehabilitatif, dan perawatan paliatif sepanjang hidup. Secara strategis
meprioritaskan layanan perawatan kesehatan utama yang ditunjukan pada
individu dan keluarga melalui fungsi dari pelayanan kesehatan masy sebagai
elemen utama dari layanan kesehatan terpadu.
b. Secara sistematis menangani faktor penentu kesehatan yang lebih luas melalui
kebijakan dari lintas sektor.
c. Memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat untuk mengoptimalkan
kesehatan mereka, sebagai pendukung kebijakan yang mempromosikan daan
meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan dalam merawat mereka sendiri.
14

3. Fokus PHC

Pembaruan PHC saat ini telah menempatkannya sebagai pusat dalam upaya
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mencakup 3 hal penting sebagai
berikut:

a. Aspek dalam PHC memungkinkan sistem kesehatan untuk beradaptasi dan


merespon dunia yang kompleks dan cepat berubah.
b. Dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif, mengatasi faktor
determinan dan pendeketan individu, PHC telah terbukti sebagai cara yang
efektif dan efisien untuk mengatasi penyebab utama dan faktor riisko
untuk mengatasi masalah kesehatan serta dapat menangani tantangan
kesehatan yang muncul di masa depan
c. Universal Health Coverage dan Suistanable Development Goals dapat
dicapai dengan cara berkesinambungan dengan menekankan dalam
pelaksanaan PHC

D. EPIDEMIOLOGI DAN KEPENDUDUKAN


1. Pengertian

Secara etimologis epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor


yang berhubungan dengan peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni
penyakit dan kematian yang diakibatkannya yang disebut epidemi. Beberapa
pengertian lain tentang epidemiologi yang dikembangkan oleh para ahli antara
lain: Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya (Azrul
Azwar , 1999).

2. Sejarah

Dalam perkembangannya, banyak ahli pengobatan dunia yang


mempertentangkan epidemiologi. Hal ini disebabkan karena kecenderungan para
ahli menerapkan konsep kuratif dibandingkan preventif dan kuratif. Sejarah
epidemiologi tidak dapat dipisahkan dengan asaa ketika manusia mulai mengenal
15

penyakit menular. Walaupun pada saat itu sumber dan penyebab penyakit masih
dianggap berasal dari kekuatan gaib dan ruh jahat, tetapi cukup banyak usaha pada
zaman purba yang dapat dianggap sebagai usaha untuk melawan epidemi. Upaya
yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara
terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi
program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern
epidemiologi.

3. Ruang Lingkup Epidemiologi


a) Epidemiologi Deskriptif. Bentuk kegiatan epidemiologi yang memberikan
gambaran atau keterangan tentang keadaan serta sifat penyebaran status
kesehatan dan gangguan kesehatan maupun penyakit pada suatu kelompok
penduduk tertentu ( Penyebaran penyakit berdasarkan orang, tempat, waktu).
Bentuk kegiatan epidemiologi deskriptif adalah menilai derajat kesehatan dan
besar kecilnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan penyusunan
perencanaan kesehatan masayarakat serta penilaian hasil kegiatan upaya
pelayanan kesehatan.
b) Epidemiologi Analitik. Bentuk epidemiologi yang mencari/ merumuskan
jawaban terhadap suatu hipotesis, mencari jawaban mengapa terjadi suatu
penyakit dan menemukan perbedaan angka kesakitan pada kelompok-
kelompok tertentu.
4. Peranan Epidemiologi Dalam Keperawatan Komunitas

Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya keperawatan komunitas, peranan


epidemiologi adalah sebagai berikut :

 Menerangkan besarnya masalah kesehatan / penyakit serta penyebarannya


dalam kelompok masyarakat tertentu
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan/penyakit dan dampaknya dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu untuk mencari alternatif pemecahannya baik penanggulangan maupun
pencegahan
16

 Menyiapkan data/informasi yang lebih akurat untuk keperluan perencanaan


progranm kesehatan di masa mendatang
 Membantu pemantauan/pengendalian pelaksanaan program dan penilaian
keberhasilan program yang telah dilaksanakan
 Mengembangkan metodologi dalam menganalisis penyakit serta cara-cara
penanggulangannya baik secara perorangan (sebagai anggota kelompok)
maupun pada waktu Kejadian Luar Biasa (KLB).
5. Kegunaan Epidemiologi

Banyak kegunaan dan manfaat dari pekerjaan epidemiologi diantaranya adalah

 Membantu dalam pekerjaan administrasi kesehatan Data yang diperoleh dapat


digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, monitor, pengawasan dan
evaluasi berbagai program pelayanan kesehatan.
 Mengetahui penyebab(kausa) penyakit Dengan mengetahui penyebab masalah
kesehatan dapat disusun langkah-langkah penanggulangannnya sehingga tidak
meluas dan dampak yang diakibatkan oleh masalah kesehatan tersebut dapat
dikurangi.
 Mengetahui riwayat alamiah penyakit secara individu dan kelompok Dengan
mengetahui perkembangan penyakit , maka akan dapat dilakukan berbagai
upaya untuk mencegah atau menghentikan perjalanan penyakit tersebut.
 Menggambarkan status kesehatan kelompok Keadaan kesehatan dapat
diketahuii terutama yang berkaitan dengan waktu terjadinya suatu masalah
kesehatan, tempat terjadinya masalah tersebut serta orang atau masyarakat
yang terserang penyakit terseb
 Untuk penelitian dan pengembangan Program Pemberantasan Penyakit dan
penanggulangan masalah kesehatan Dengan mengetahui hubungan kausal dan
faktor-faktor resiko yang dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi analitik,
maka dapat direncanakan program pengembangan pemberantasan penyakit
dan usaha-usaha penanggulangan masalah kesehatan secara keseluruhan.
17

 Mengevaluasi intervensi pelayanan kesehatan Dengan epidemiologi, dapat


dilakukan evaluasi terhadap program pelayanan kesehatan yang telah
dilakukan.
 Memperoleh keterangan dalam mengklasifikasi penyakit Pekerjaaan
epidemiologi baik dilihat dari keadaan waktu, tempat dan orang yang
terserang suatu penyakit atau masalah kesehatan yang diperoleh dari suatu
penelitian akan sangat berguna dalam mengklasifikasikan penyakit.
 Penyusunan program pencegahan penyakit Dengan mengetahui faktor-faktor
resiko terjadinya penyakit, dapat menentukan langkahlangkah dalam
pencegahan penyakit baik pencegahan primer, sekunder maupun tertier.
6. Beberapa Istilah Yang Menggambarkan Besar dan Luasnya Kejadian
Penyakit
a) Endemi

Endemi adalah keadaan dimana penyakit atau penyebab penyakit tertentu secara
terus menerus tetap ada pada populasi manusia dalam suatu area geografis
tertentu. Contoh di Jawa Timur misalnya data dari Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Banyuwangi menyatakan, seluruh kecamatan di daerahnya endemis
penyakit demam berdarah dengue (DBD). Status endemis demam berdarah itu
diberlakukan karena sepanjang tahun 2016, sebab di 24 kecamatan di Kabupaten
Banyuwangi, kasus demam berdarah terus ditemukan. Data dari Dinkes
Banyuwangi, penderita demam berdarah sejak Januari 2016 sudah mencapai 1.300
lebih kasus dengan 11 orang meninggal dunia. Angka demam berdarah ini
meningkat dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2015 yakni sebanyak 900
lebih kasus dengan 9 orang meninggal dunia.

b) Epidemi

Terjadinya kasus-kasus dengan sifat-sifat yang sama pada sekelompok manusia


pada suatu area geografis tertentu dengan efek yang nyata pada masyarakat
tersebut melebihi insidens yang normal dari penyakit tersebut. Ada 2 jenis
epidemi yakni:
18

 Common source (epidemi yang ditimbulkan dari sumber yang sama) Suatu
epidemi dimana manusia/ binatang/ benda spesifik telah menjadi alat utama
dalam penularan penyakit tersebut.
 Propagated source (epidemi yang timbul akibat sumber penyebaran ) Suatu
epidemi dimana infeksi ditularkan dari orang ke orang atau dari binatang ke
binatang dengan cara sedemikian rupa sehingga kasuskasus yang ditemukan
tidak dapat dikatakan disebabkan oleh penularan dari sumber tunggal.
c) Pandemi

Pandemi adalah suatu penyakit epidemi yang penyebarannya mencakup wilayah


yang luas. Berasal dari bahasa Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos”
yang artinya rakyat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi
dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi :

 Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi


bersangkutan
 Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius
 Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada
manusia.
d) Sporadik

Sporadik adalah frekuensi penyakit di suatu wilayah tertentu, berubah-ubah


menurut perubahan waktu. Sporadis adalah suatu keadaan dimana kejadian yang
umumnya penyakit yang ada di suatu wilayah tertentu jumlahnya berubah-rubah
menurut waktu. Jadi suatu wabah terjadi bukan karena masalah kesehatan
(penyakit) yang baru, tapi dapat juga dari keadaan masalah (penyakit) yang telah
lama dan pada suatu saat meningkat dengan cepat

e) KLB/Kejadian Luar Biasa

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status
Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya
19

atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara


epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

f) Wabah

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat


yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
(UU RI no. 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular). Wabah adalah
peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat,
baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
pemukiman).

E. MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Pengertian Teori dan Model Keperawatan

Model konsep keperawatan sendiri merupakan cara pandang secara


menyeluruh perawat dalam menganalisa atau meramalkan fenomena yang
berkaitan dengan masalah pelayanan keperawatan. Teori berfokus pada satu atau
lebih konsep dan pernyatan yang konkret dan spesifik. Teori dapat didefinsikan
secara operasioal dan dinyatakan secara jelas, serta diformulasi suatu hipotesa
sehingga dapat diuji melalui riset. Model keperawatan tersebut memberikan
petunjuk bagi organisasi perawat untuk mendapatkan informasi sehingga perawat
cepat tanggap terhadap apa yang sedang terjadi dan tindakan apa yang paling
sesuai. Teori-teori keperawatan yang ada saat ini dibangun atas empat konsep
yang menghasilkan suatu model keperawatan. Model keperawatan tersebut
digunakan dalam praktik, penelitian maupun pengajaran.

2. Model Sistem (Imogne M. King)

Teori Imogene King berfokus pada interaksi tiga sistem: sistem personal, sistem
interpersonal, dan sistem sosial. Ketiganya membentuk hubungan personal antara
20

perawat dan klien. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan komunikasi dalam


membantu klien mencapai kembali adaptasi positif terhadap lingkungan.

3. Model Lingkungan (Environment)(Florence Nightingale)

Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan


dan perhatian dimana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit
merupakan upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan
kedokteran. Tujuan dari teori Nightingale adalah untuk memfasilitasi proses
penyembuhan tubuh dengan memanipulasi lingkungan klien. Lingkungan klien
dimanipulasi untuk mendapatkan ketenangan, nutrisi, kebersihan, cahaya,
kenyamanan, sosialisasi dan harapan yang sesuai.

4. Model Adaptasi (Calista Roy)

Teori Adaptasi Suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu sistem
adaptasi. Tujuan keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi
terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selam sehat dan sakit. Kebutuhan asuhan keperawtan muncul,
ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan
eksternal.

5. Model Self Care (Orem)

Dorethea Orem mengembangkan definisi keperawatan yang menekankan pada


kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Perawat bertugas merawat dan
membantu klien mencapai perawatan diri secara total. Menurut Orem asuhan
keperawatan diperlukan ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis,
psikologis, perkembangan dan sosial.

6. Model Health Care System (Betty Neuman)

Betty Neuman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari


konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Tujuannya adalah untuk
membantu individu, keluarga, dan kelompok untuk mendapatkan dan
mempertahankan tingkat kesehatan maksimal melalui intervensi tertentu.
21

Tindakan keperawatan meliputi tindakan preventif tingkat primer, sekunder atau


tersier.

7. Model Community As Partner (Anderson & Mc Farlane)

Community as Partner merupakan salah satu model yang dapat diterapkan untuk


menurunkan stressor yang mencakup: keseimbangan sistem, sebuah komunitas se-
hat, dan termasuk di dalamnya pemeliharaan kesehatan komunitas serta promosi
ke- sehatan komunitas.

F. KEBIJAKAN KESEHATAN DALAM BIDANG KESEHATAN


MASYARAKAT
Salah satu tujuan Negara Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana yang dituangkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
(untuk selanjutnya disebut UUD 1945). Tujuan tersebut merujuk pada gagasan
Negara kesejahteraan (welfare state). Bentuk Negara kesejahteraan awalnya
diwujudkan untuk pencapaian kesejahteraan sosial melalui prinsip kebersamaan
untuk mewujudkan rasa aman bagi kehidupan manusia. Hal ini kemudian dikenal
dengan sistem jaminan sosial (Social Security System). Sistem jaminan sosial
adalah upaya mewujudkan kesejahteraan, memberikan rasa aman sepanjang hidup
manusia melalui pendekatan sistem.

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian secara


global. Penyebab kematian di Indonesia masih didominasi oleh Penyakit Tidak
Menular. Prioritas penyakit menular, masih tertuju pada penyakit tuberkulosis,
HIV/AIDS,malaria, diare, dan penyakit infeksi lainnya. Tuberkulosis merupakan
penyakit menular sebagai salah satu penyebab utama kematian. Berdasarkan data
WHO Global Tuberculosis Report tahun 2016, Indonesia merupakan negara
dengan jumlah kasus tuberkulosis baru terbanyak kedua di dunia. Tren insiden
kasus TBC di Indonesia tidak pernah menurun, masih terdapat kasus yang belum
terjangkau dan terdeteksi, meskipun sudah terdeteksi dan diobati tetapi belum
dilaporkan.
22

Upaya dalam mencapai pembangunan kesehatan dapat dilakukan dengan


pendayagunaan seluruh potensi yang dengan melaksanakan Program Indonesia
Sehat. Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program Nawa Cita ke 5
yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program Indonesia Sehat
menegakkan 3 pilar utama yaitu:

 Penerapan paradigma sehat


 Menguatkan pelayanan kesehatan,dan
 Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasioanal (JKN).

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga merupakan salah satu


upaya Puskesmas untuk meningkatan jangkauan sasaran dan meningkatkan akses
masyarakat pada pelayanan keluarga.

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat Puskesmas


dilaksanakan melalui kegiatan:

 melaksanakan pendataan kesehatan semua anggota keluarga,


 membuat dan mengelola pengkalan data Puskesmas,
 menganalisis,merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun
rencana Puskesmas
 melakukan kunjungan rumah dalam kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif,
 melakukan pelayanan kesehatan (dalam dan luar) melalui pendekatan siklus
hidup, dan
 melakukan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas. Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga dilaksanakan dengan mengintegrasikan
dalam manajemen Puskesmas.

Pendataan keluarga yang dilakukan terhadap seluruh keluarga di wilayah kerja


Puskesmas merupakan langkah awal Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga, sehingga pada langkah ini harus kelola dengan baik supaya
langkahlangkah berikutnya dapat berfungsi secara optimal. Tujuan pendataan
23

keluarga adalah untuk memperoleh data kesehatan setiap keluarga khususnya data
mengenai 12 indikator sebagai penanda status kesehatan keluarga untuk
perencanaan di Puskesmas.

G. TREND ISSU KEPERAWATAN KOMUNITAS


Masalah kesehatan di komunitas :

1. Angka kematian ibu dan angka kematian bayi


2. Pengendalian stunting
3. Pencegahan dan pengendalian penyakit
4. Germas
5. Tata kelola sistem kesehatan
6. Imunisasi
7. Perencanaan Keluarga
8. Sistem tanggap darurat

Pengaruh pelayanan dan keperawatan kesehatan

1. Etika dalam praktik keperawatan yang berorientasi komunitas


2. Pengaruh budaya dalam keperawatan di komunitas
3. Kesehatan Lingkungan
4. Pemerintah, hukum, kebijakan dan ekonomi

Issue terkini dalam keperawatan

1. Pembiayaan perawatan
2. Masalah hukum dalam keperawatan
3. Masalah etika keperawatan
4. Masalah budaya dan masalah sosial
5. Komplementer
6. Kekurangan tenaga perawat
7. Teknologi
8. Sigap bencana
24

Menurut Levesque (2013), akses pelayanan kesehatan merupakan kesempatan


untuk mencapai dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan situasi
dari kebutuhan yang dirasakan. Akses mengandung arti pelayanan kesehatan
tersedia kapanpun dan dimanapun diperlukan oleh masyarakat. (Retnaningsih,
2013). Akses dipengaruhi oleh kebijakan kesehatan yang ada baik dari segi
organisasinya maupun dari segi keuangannya. Di Indonesia, sistem keuangan
kesehatan dilakukan dengan cara menyediakan fasilitas kesehatan, tenaga
kesehatan dan perlengkapan kesehatan. Retnaningsih (2013) menegaskan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan yaitu faktor individu
dan faktor rumah tangga. Faktor individu yang mempengaruhi akses, yaitu
kebutuhan yang dirasakan oleh pasien sebagai individu, tingkat pendidikan, umur,
pekerjaan dan asuransi kesehatan. Faktor rumah tangga yang mempengaruhi
akses, yaitu transportasi dari rumah ke fasilitas kesehatan, pendapatan keluarga,
dan jumlah anggota keluarga.

Ukuran mutu pelayanan dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut: Pertama,
proses pelayanan yang dilaksanakan sesuai prosedur. Kedua, petugas pelayanan
memiliki kompetensi yang diperlukan, Ketiga, tidak bertentangan dengan kode
etik. Keempat, Pelaksanaan pelayanan dapat memuaskan pelanggan, memuaskan
petugas pelayanan. Kelima, pelayanan mendatangkan keuntungan bagi lembaga
penyedia layanan.

Perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya perubahan


paradigma pembangunan kesehatan menjadi Paradigma Sehat. Dengan paradigma
baru ini akan mendorong terjadinya perubahan konsep yang sangat mendasar
dalam pembangunan kesehatan di Puskesmas yang semula lebih menekankan
pada upaya kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan
promotif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Disamping itu,
pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah berubah
menjadi kegiatan yang terpadu dan sistematis (Kemenkes, 2012)
25

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan kesehatan komunitas merupakan salah satu bidang yang sangat
strategis dan berperan aktif dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Namun kebenarannya atau faktanya perawat kesehatan komunitas yang ada di
Indonesia khususnya yang ada di puskesmas tidak banyak melaksanakan tugas
profesi tersebut dengan berbagai macam alasan dan permasalahan (Swarjana,
2016).

Asuhan keperawatan komunitas merupakan inti dari segala tindakan


keperawatan dan praktek keperawatan dan juga aplikasi dari berbagai tindakan
dan kerangka kerja dari referensi, konsep dan teori keperawatan komunitas. Hal
yang utama dari proses asuhan keperawatan komunitas yaitu untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Proses keperawatan komunitas
merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis,
dinamis, kontinu dan secara berkesinambungan untuk memecahkan masalah
kesehatan pasien/klien, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Kesehatan yang optimal dalam keperawatan komunitas lebih menekankan


pada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan
kesehatan dan keperawatan dalam upaya-upaya pengobatan dan perawatan serta
pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi
pemulihan terhadap penyakit. Keperawatan komunitas ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui
intervensi keperawatan sebagai dasar dalam mengatasi berbagai masalah
keperawatan kesehatan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

1. Keperawatan Komunitas
a. Menetapkan Prioritas

Menetapkan prioritas masalah ini di perlukan keterlibatan masyarakat dalam


pertemuan musyawarah masyarakat. Sehingga para perawat kesehatan komunitas
dapat membimbing atau mengarahkan masyarakat dalam mengutamakan atau
memprioritaskan masalah yang ada. Adapun kriteria yang harus diperhatikan oleh
26

perawat dalam menentukan prioritas masalah yang terdiri dari: mengetahui


kesadaran masyarakat akan masalah, motivasi masyarakat untuk menyelesaikan
masyarakat, kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah,
ketersediaan pihak lain terhadap solusi masalah, mengetahui konsekuensi jika
masalah tidak terselesaikan dan mempercepat penyelesaian masalah dengan
kecepatan yang dapat dicapai.

b. Menetapkan Sasaran

Setelah melakukan penetapan prioritas masalah kesehatan selanjutnya menetapkan


sasaran. Sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam pelayanan kesehatan
sasaran merupakan pernyataan situasi kedepan, kondisi atau status jangka panjang
dan belum bisa diukur.

c. Menetapkan Tujuan

Tujuan adalah pernyataan hasil yang diharapkan dan dapat diukur, dibatasi waktu
berorientasi pada kegiatan. Karakteristik dalam penulisan tujuan yaitu
menggunakan kata kerja, menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas dan
kuantitas penampilan, dan cara mengukur penampilan.

d. Menetapkan Rencana Intervensi

Adapun yang harus diperhatikan dalam menetapkan intervensi keperawatan


kesehatan komunitas yaitu hal yang akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan,
jumlah, target, dan lokasi. Saat melakukan penetapan rencana intervensi
keperawatan maka perlu diperhatikan tentang program pemerintah terkait dengan
masalah kesehatan yang ada, kondisi atau situasi, sumber daya yang ada baik
didalam maupun diluar komunitas yang dapat dimanfaatkan, program yang sudah
dijalankan, dan mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
kuratif dan rehabilitatif.

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan


keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
27

kebutuhan pasien. Dalam peningkatan Perencanaan asuhan keperawatan


komunitas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Melakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit


 Melakukan demonstrasi keterampilan cara menangani penyakit
 Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
 Melakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang tepat,
 Melakukan olahraga secara ruti
 Melakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
 Melakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.

Menurut Istitute of Medicine (IOM) tahun 2003 mendefenisikan keperawatan


kesehatan komunitas sebagai layanan keperawatan profesional yang diberikan
perawat oleh perawat yang telah memperoleh pendidikan keperawatan komunitas
atau displin lain yang berkaitan dan bekerja untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang berfokus pada masyarakat.

2. Upaya Asuhan Keperawatan Komunitas

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan


adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif.

a. Upaya Promotif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan


individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
 Penyuluhan kesehatan masyarakat
 Peningkatan gizi
 Pemeliharaan kesehatan perseorangan
 Pemeliharaan kesehatan lingkungan
 Olahraga secara teratur
 Rekreasi
 Pendidikan seks.
28

b. Upaya Preventif. Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya


penyakit dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
 Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil Pemeriksaan
kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
 Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun
di rumah. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
c. Upaya Kuratif. Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati
anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit
atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
Perawatan orang sakit di rumah (home nursing) Perawatan orang sakit sebagai
tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit, Perawatan ibu hamil
dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas, Perawatan payudara
dan Perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Upaya Rehabilitatif. Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan
kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya
kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan: Latihan fisik,
baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang
maupun kelainan bawaan Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderitapenderita
penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
e. Upaya Resosialitatif. Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan
individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat
karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma
dan lainlain.
3. Proses Keperawatan Kesehatan Masyarakat
a. Pengkajian
29

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis


terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun
spiritual dapan ditentukan.

1) Pengumpulan Data
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-
nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
 Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
 Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
 Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan
tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakag
sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak
terjamin
 Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di
berbagai bidang termasuk kesehatan
 Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau
gangguan yang terjadi
 Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan
merawat atau memantau gangguan yang terjadi
 Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan
gangguan penyakit
30

 Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan,


apakah pendapatan yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi
(UMR) atau sebaliknya
 Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah
biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif
(Mubarak, 2006).
 Data Subjektif. Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan.
 Data Objektif. Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan
dan pengukuran
3) Sumber Data
a) Data primer. Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
b) Data sekunder. Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.
c) Cara Pengumpulan Data
 Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
 Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
 Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data .
 Klasifikasi data atau kategorisasi data
 Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
 Tabulasi data iv.Interpretasi data
e) Analisa Data. Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan.
31

f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan. Berdasarkan analisa


data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan
g) Prioritas Masalah. Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan Abraham H Maslow:
 Keadaan yang mengancam kehidupan
 Keadaan yang mengancam kesehatan
 Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan ialah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga


dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar
seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawat. Diagnosis keperawatan komunitas akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik
yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat
rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga
komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom
atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2006).

 Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal


yang seharusnya terjadi.
 Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat
memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
 Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
c. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan


yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa
32

keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2006): Lakukan


pendidikan kesehatan tentang penyakit, Lakukan demonstrasi ketrampilan cara
menangani penyakit, Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit,
Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat, Lakukan
olahraga secara rutin, Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat
setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas dan Lakukan rujukan ke
rumah sakit bila diperlukan

d. Implentasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang


telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus
bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak
puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2006)

e. Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.


Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam
perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas
dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak,
2006). Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:

 Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi


 Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan
 Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AREA


KESEHATAN KERJA
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan
dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang
pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing). Perawat
33

kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi


kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri, pabrik,
tempat kerja, tempak konstruksi, universitas dan lain-lain. Lingkup praktek
keperawatan kesehatan kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan,
pengamatan, memberikan pelayanan kesehatan primer konseling, promosi
kesehatan, administrasi management quality asurance, peneliti dan kolaburasi
dengan komunitas.

1. Higiene Insdustri dan Kesehatan Kerja

Kegiatan higiene yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menciptakan


kesehatan lingkungan kerja adalah sebagai berikut :

 Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja


 Maintenance and increasing kesehatan tenaga kerja
 Care, effiecieny, increasing dan productivity balance tenaga kerja
 Pemberantasan kelelahan tenaga kerja
 Meningkatkan semangat dalam bekerja
 Perlindungan masyarakat kerja dari bahaya pencemaran
 Perlindungan masyarakat luas
 Pemeliharaan dan meningkatan higiene sanitasi perusahaan
2. Masalah Kesehatan Kerja Yang Menurunkan Produktivitas Kerja
a. Penyakit umum pada pekerja antara lain kusta, TB paru, penyakit jantung,
kanker, kecacatan dan lain-lain
b. Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumoconiosis dan dermatosis.
Pneumoconiosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh asbes, dengan gejala
seperti batuk, sesak nafas, nyeri dada, dan sianosis. Pengobatan cukup sulit
dan hanya bersifat mengurangikeluhan, seperti jika infeksi diberi antibiotic,
gizi ditingkatkan, juga jika kanker diberi obat sitostatika. Upaya prefentif :
skrining, promosi kesehatan, penggunaan alat pelindung masker, kaca mata,
subsitusi untuk menyaring debu seperti cerobong asap, water spray, dan
exhauste.
34

c. Gizi buruk. Gizi buruk saat ini telah bermunculan hampir disemua kabupaten,
hal ini disebabkan :
1) Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi bagi anggota
keluarga
2) Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi
anggotaq keluarga
3) Pola hidup yang salah
4) Stok bahan makanan yang tidak ada.
3. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja merupakan penyakit/gangguan kesehatan yang


diakibatkan oleh pekerjaannya atau diperoleh pada masa/waktu melakukan
pekerjaan (pada masyarakat umum biasanya tidak terkena). Penyebab penyakit
akibat kerja antara lain :

a. Faktor fisik : kebisingan, suhu, kelembapan udara, kecepatan angin, getaran,


radiasi, tekanan udara
b. Faktor kimia : gas, uap debu, fume, mist dan asap
c. Faktor biologis : bakteri, virus, jamur dan cacing
d. Faktor fisiologis : sikap dan cara kerja, jam kerja, istirahat, shift, lembur
e. Faktor mental psikologis : suasana kerja, hubungan anatara pekerja, dan
pengusaha
Persoalan dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja adalah gambarannya
hampr sama dengan penyakit umum, inkubasi lama, sarana bantu diagnosis
kurang, dan kurangnya petugas kesehatan. Upaya untuk memantau kesehatan
pekerja anatar lain :
a. Pemeriksa melalui skrining ( sebelum dipekerjakan). Menjalankan program
hidup sehat dengan cara anti rokok, olahraga, menurunkan stress, makan
makanan yang sehat, dan menurunkan berat badab ( bagi yang overweight)
b. Investigasi adanya bahaya yang ditunjukan pada kasus CHD, yang
meningkatkan pada kelompok-kelompok tertentu, riwayat chest pain,
35

penemuan infark baru atau pembuntuan koroner , dan hubungan paparan kerja
dengan faktor predisposisi laim ( usia, seks, dan cuaca)
4. Upaya Pencegahan Lingkungan Kerja Menjadi Baik

Upaya yang dapat dilakukan agar higiene di lingkungan kerja menjadi lebih
baik adalah sebagai berikut :

a. Subsitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan yang kurang atau
tidak berbahaya
b. Isolasi, mengisolasi proses-proses berbahaya dari perusahaan
c. Ventilasi umum, mengalihkan udara sebanyak hitungan ruan kerja
d. Ventilasi keluar setempat, menghisap udara dari suatu ruang kerjaagar bahan-
bahan yang berbahaya dihisap dan dialihkan keluar
e. Alat pelindung perorangan, misalnya masker, kacamata, sarung tangan,
sepatu, topi, penutup telinga, dan pakaian pelindung
f. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan berkala
g. Informasi sebelum bekerja
h. Pendidikan tentang kesehatan kerja dan keselamatan kerja
5. Evaluasi Lingkungan Kerja

Evaluasi lingkungan kerja ditujukan pada faktor fisik dan kimia.Faktor


fisikmeliputi kebisingan, suhu, dan lainnya. Kebisingan dalam perusahaan
disebablan oleh suara-suara yang dihasilkan oleh proses produksi, terutama mesin
dan perkakas kerja. Bunyi yang dapat didengar oleh manusia memiliki rentang
frekuensi 16-20.000 Hz, tiap bunyi memiliki intensitisitas yang dinyatakan dalam
dB. Bunyi yang membahayakan adalah bunyi dengan intensitas diatas 80 dB. Alat
untuk mengukur kebisingan adalah sound level meter, mikrofon, dan sound
analyzer. Kebisingan yang ditimbulkan oleh suara mesin jika melenihi NAB dapat
mengganggu pendengaran bahkan berefek pada ketulian.

Nilai ambang batas (NAB) adalah kadar yang pekerja sanggup menghadapi
dengan tidak menunjukan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan sehari-hari
untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Sedangkan MAC (maximum
36

allowable concentration) atau KTD (kadar tertinggi diperkenankan) adalah nilai


tertinggi kadar zat, yang pekerja tidak menderita penyakit atau gangguan
kesehatan oleh karenanya. Sementara itu, suhu udara diukur dengan thermometer.
Comfort zone sangat penting untuk diperhatiakan, suhu nyaman berkisar 19-24˚C.
pada suhu 31˚C orang dapat bekerja penuh tanpa keluahan, dan pada suhu 100˚C
dapat bekerja selama beberapa menit saja. Penerangan diukur dengan luksmeter.
Bekerja sedikitnya membutuhkan penerangan 1.000 liks (Wahit,2009).

6. Pengawasan Penggunaan Alat Kerja

Pengawasan yang dilakukan dalam menggunakan alat kerja serta penyediaan


alat-alat kesehatan untuk mendukung keamana penggunaan alat kerja dilakukan
melalui cara-cara dibawah ini.
a. Pekerja harus dilatih dan dididik untuk memahami bahaya yang ada, cara
menghindarinya, dan cara menggunakan alat-alat keselamatan
b. Sarung tangan, kacamata dan pakaian pelindung harus digunakan saat bekerja
c. Air untuk mandi dan cuci mata harus cukup tersedia, terutama untuk
membersihkan bahaya korosif
d. Pakaian pelindungn yang digunakan hrus dicuci tiap hari
e. Unit operasi yang tidak memungkinkan ventilasi keluar memerlukan masker
yang dialiri udara atau masker gas. Masker tersebut digunakan untuk
keperluan darurat, yaitu jika bahan-bahan yang sangat bahaya sedang diolah
f. Pekerja yang mengolah bahan diwajibkan mencuci tangan sebersih-bersihnya
sebelum merokok, minum atau makan
g. Pekerja wajib melapor untuk diperiksa pada saat kejadian kecelakaan pertama
7. Usaha Kesehatan Kerja Yang Baik

Usaha kesehatan kerja yang baik dapat dilakukan melalui tahapan berikut :

a. Pekerja yang bekerja pada unit berbahaya diperiksa kesehatanya secara


berkala setiap 6 sampai 1 tahun sekali. Caranya dalah dengan melalukan
skrining yang disesuaikan dengan jenis / bahan industri yang digunakan.
Misalnya pada industri yang menggunakan bahan nitrogliserin yang berfungsi
37

sebagai vasodilator pada pasien penyakit jantung. Bila pekerja bekerja terus-
menerus ditempat tersebut, maka jantungnya juga dapat mengalami
vasodilatasi dan menderita keluhan yang sama dengan penderita jantung. Tim
medis harus berhati-hati dalam mendiagnosis dan harus dapat membedakan
anatara penyakit jantung dan penyakit akibat kerja. Selain itu, pemeriksaan
khusus juga harus dilakukan pada orang-orang tertentu misalnya pada wanita,
anak-anak, orang lanjut atau sudah permah kena kasus
b. Alat-alat atau bahan-bahan harus diperiksa tiap minggu atau bulan untuk
menilai bahaya yang mungkin timbul
c. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja pada calon pegawai baru untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit pernafasaan menahun, ginjal dan
lainnya.
8. Ilmu Kesehatan Kerja (Occuational Health)

Tujuan utama ilmu kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas


kerja, yang meliputi : pencegahan penyakit, pencegahan kelelahan kerja, dan
lainnya. Terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pencegahan dan
pengobatan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan industri

1. Hubungan antara pekerjaan dan kesehatannya ( relationship of work to helath)


2. Efek dari pekerjaan terhadap pekerjaannya ( effects of work up on the
worker), efek meningkatnya kebutuhan dasar, dan efek meningkatnya
kebutuhan hidup pekerja
3. Masalah kesehatan pada pekerjaan ( health problem at work)
Tugas keperawatan yang dapat dilakukan oleh perwata industri antara lain
sebagai berikut :

1. Kesehatan lingkungaan kerja ( higiene of work’s environment) misalnya,


lingkungan kerja yang bagaimana yang sesuai dengan pekerjaanya
2. Kesehatan pekerja ( occupational health), terutama penyakit akibat kerja
dengan tujuan untuk mencegah, mendiagnosis dan merehabilitasi penyakit
akibat kerja
3. Keselamatan kerja ( safety work)
38

Tujuan dari keperawatan industri adalah kesehatan pekerja, keselamatan


pekerja, kesejahteraan pekerja, sehingga tujuan utama dalam keperawatan industri
dapat terwujud, yaitu status kesehatan kerja tinggi dan produktivitas tinggi. Para
pekerja merupakan orang yang berada dalam keadaan resiko atau berbahaya.

9. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan


upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri.

 Keselamatan Kerja. Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian


dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan Kerja memiliki sifat sebagai berikut.
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja.
b. Bersifat teknik.

Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bermacam-macam, ada yang


menyebutnya Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang
hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and
Health.

 Kesehatan Kerja. Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu


kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit
atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk
berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
39

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AREA


SEKOLAH
Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada anak
ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan
keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB,
1986) Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok dan masyarakat sekolah.
Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk
hidup sehat, menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus
utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran
penunjang adalah guru dan kader.

1. Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah

Menurut Havighurst dalam Hurlock (2002) adalah sebagai berikut:

 Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainanpermainan


yang umum
 Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang
sedang tumbuh
 Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
 Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
 Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis
dan berhitung
 Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan
sehari-hari
 Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai
 Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-
lembaga
 Mencapai kebebasan pribadi
2. Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
40

Menurut Endjang (2010) yang dimaksud dengan usaha kesehatan sekolah (UKS)
adalah usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarkat sekolah,
yaitu: anak didik, guru, dan karyawan sekolah lainnya. Usaha kesehatan sekolah
adalah segalausaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia
sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-
Kanak sampai tingkat SMA/SMK/MA. Jadi disini jelas bahwa yang dimaksud
dengan Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha kesehatan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didikmaupun masyarakat yang ada disekitar lingkungan sekolah, yang sasaran
utamanya adalah peserta didik beserta masyarakat sekolah lainnya pada setiap
jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMU/SMK/MA.

3. Tujuan pelayanan kesehatan

 Tujuan umum : meningkatnya derajat kesehatan peserta didik dan seluru warga
masyarakat sekolah secara optimal.

 Tujuan khusus : Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan


tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk hidup sehat; Meningkatkan daya
tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya
penyakit,kelainan,dan cacat; Menghentikan proses penyakit dan pencegahan
komplikasi akibat penyakit atau kelainan, pengambilan fungsi, dan peningkatan
kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal;
Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial,maupun
lingkungan.

4. Peran Perawat Komunitas Terkait Anak Usia Sekolah


a) Praktik Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas atau sering disebut juga CHN merupakan spesialis


pelayanan keperawatan yang berbasiskan pada masyarakat dimana perawat
mengambil tanggung jawab untuk berkontribusi meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Fokus utama keperawatan CHN adalah pencegahan penyakit,
peningkatan dan mempertahankan derajat kesehatan, dengan tanggung jawab
41

utama keperawatan CHN pada keseluruhan populasi dengan penekanan pada


kesehatan kelompok populasi.

b) Peran dan Fungsi Keperawatan CHN


 Pelaksana Pelayanan Keperawatan(Provider Of Nursing Care )

Peranan yang utama perawat komunitas adalah sebagai pelaksana askep kepada
individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang sehat atau sakit atau
mempunyai masalah kes/kep di rumah, disekolah, dipanti, tempat kerja dll;

 Sebagai pendidik (Health Educator)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan


komunitas dirumah, di Puskesmas, secara terorganisir. menanamkan perilaku
hidup sehat sampai terjadinya terjadi perubahan perilaku untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal

 Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor )

Monitoring terhadap perubahan yg terjadi pada individu, keluarga, kelompok,


komunitas. Masalah kesehatan/keperawatan yang timbul serta dampak terhadap
status kesehatan melalui :

1) Kunjungan rumah
2) Pertemuan-pertemuan
3) Observasi
4) Pengumpulan data
 Koordinator Yankes (Coordinator Of Servises)

Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya yankesmasy dalam mencapai tujuan


kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan lainya sehingga tercipta
keterpaduan dalam sistem yankes.

 Sebagai Pembaharu (Inovator)

Pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, komunitas dan merubah


perilaku dan pola hidup sehingga terjadi peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
42

 Pengorganisir Yankes (Organisator)

Berperan serta dalam memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan peran


serta individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya yankes
yang dilaksanakan oleh masyarakat Misalnya : kegiatan posyandu, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap penilaian, ikut
berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan dan pengorganisasian masyarakat
dalam bidang kesehatan

 Sebagai Panutan ( Role Model )

Dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

 Sebagai Tempat Bertanya ( Fasilitator )


1) Tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan atau
keperawatan yang dihadapi sehari-hari.
2) Dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
3) Penghubung antara masyarakat dengan unit yankes dan instansi terkait
 Sebagai Pengelola ( Manager )
1) Dapat mengelola berbagai kegiatan yankes dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya.
2) Mengkoordinasikan upaya-upaya kesehatan yang dijalankan,
melaluiPuskesmas sebagai institusi pelayanan dasar utama, baik di dalam
atau di luar gedung ataukah di keluarga, terhadap kelompok-kelompok
khusus seperti kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas/menyususi,
anak balita, usia lanjut, sesuai dengan peran, fungsi dan tanggung
jawabnya.
43

K. LOKAKARYA MINI
Sesuai Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (Depkes RI, 2006),
Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian,
pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan
dalam bentuk forum pertemuan yang dikenal dengan Lokakarya Mini.

Berikut beberapa hal yang tercantum dalam Pedoman tersebut terkait minlok
Puskesmas.

Tujuan umum Lokakarya Mini Puskesmas adalah untuk meningkatkan


fungsi Puskesmas melalui penggalangan kerja sama tim baik lintas program
maupun lintas sektor serta terlaksananya kegiatan Puskesmas sesuai dengan
perencanaan.

Sedangkan tujuan khusus Minlok Puskesmas antara lain untuk :

 Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun lintas sektor.


 Terpantaunya hasil kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.
 Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan
Puskesmas.
 Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan
masalah.
 Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya.

Mini lokakarya Puskesmas merupakan salah satu bentuk upaya untuk


penggalangan dan pemantauan berbagai kegiatan melalui pertemuan.

Mini lokakarya di Puskesmas Klaten Utara diadakan sebulan sekali di minggu


pertama dan diikuti oleh seluruh staf.
44

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrahmah, Y. (2017). Pengaruh Manajemen Pusat Kesehatan


Masyarakat terhadap Akses Pelayanan Kesehatan untuk Mewujudkan Mutu
Pelayanan Kesehatan. Jurnal Publik: Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Administrasi
Negara, 11(2), 239-256.

Akbar, M. A. (2019). Buku ajar konsep-konsep dasar dalam keperawatan


komunitas. Deepublish.

Efendi, F., & Makhfudli, M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas:


teori dan praktik dalam keperawatan.

Elon, Y., Malinti, E., Sihombing, R. M., Rukmi, D. K., Tandilangi, A. A.,
Rahmi, U., ... & Rini, M. T. (2021). Teori dan Model Keperawatan. Yayasan Kita
Menulis.
45

Harefa, E. I. J. (2019). Peningkatan Perencanaan Asuhan Keperawatan


Komunitas di Rumah Sakit. https://osf.io/preprints/inarxiv/385md/. Diakses 25
Januari 2022.

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Konsep-dasar-keperawatan-Komprehensif.pdf. Diakses 25 Januari 2022.

http://dinkes.klatenkab.go.id/klaten-utara/mini-lokakarya/#:~:text=Tujuan
%20umum%20Lokakarya%20Mini%20Puskesmas,kegiatan%20Puskesmas
%20sesuai%20dengan%20perencanaan. Diakses 25 Januari 2022.

http://repository.uki.ac.id/2760/1/MODULPERKESMAS.pdf. Fakultas
Vokasi Universitas Kristen Indonesia. Diakses 25 Januari 2022.

https://www.alodokter.com/kenali-12-indikator-keluarga-sehat-menurut-
kemenkes-ri. Diakses 25 Januari 2022.

https://www.kemkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia
sehat-dengan-pendekatan-keluarga.html. Diakses 25 Januari 2022.

Karim, M. I. T., Moenta, A. P., & Riza, M. (2018). Implementasi


Kebijakan Pemerintah Daerah di Bidang Kesehatan Masyarakat Melalui Jaminan
Kesehatan Nasional. Amanna gappa, 53-63.
https://journal.unhas.ac.id/index.php/agjl/article/view/6338/3440
Kartiningrum, E. D., Alberta, L. T., Puspitaningsih, D., & Kusuma, Y. L.
H. (2017). Konsep dasar keperawatan komunitas. E-Book Penerbit STIKes
Majapahit, 1-152.

Nuriyanto, A. (2020). PERKESMAS: Aplikasi Keperawatan Profesional di


Puskesmas. GMB-INDONESIA.

Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Siregar, D., Frisca, S., Sitanggang, Y. F.,
indah Manurung, E., ... & Hardika, B. D. (2020). Keperawatan Komunitas.
Yayasan Kita Menulis.
46

Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fungdamental Keperawatan. Jakarta:


EGC
Rifa Aprillia Cahyani. (2014). Definisi Anak Usia Sekolah

Virdasari, E., Arso, S. P., & Fatmasari, E. Y. (2018). analisis kegiatan


pendataan keluarga program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga di
puskesmas kota semarang (Studi Kasus pada Puskesmas Mijen). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 52-64.

Warseno, N. A., Kep, M., Lestari, N. R., Kep, M., & Kom, S. K. (2021).
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Kerja. gusmotivation.

Anda mungkin juga menyukai