Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan impian siapa pun untuk terhindar dari berbagai penyakit
agar aktifitas menjalankan kegiatan sehari-hari menjadi lancar tanpa gangguan suatu
apa pun.
Pengertian sehat menurut WHO adalah “Health is a state of complete physical,
mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity”.
Dimana artinya adalah  suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Sedangkan kesehatan menurut Kemenkes yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 1992
merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada
seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada
kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam
melakukan interaksi dengan lingkungan.
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi, berbagai
upaya kesehatan telah diselengarakan. Salah satu bentuk  upaya kesehatan tersebut
adalah pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan Rumah sakit sebagai
tempat  rujukan.
      Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan dukungan
masyarakat secara aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan mayarakat  dan
mendorong kearah kemandirian dalam memecahkan kesehatan dengan penuh
tanggung jawab.
       Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah tentang kesehatan
tersebut maka Program Preklinik Keperawatan Universitas Andalas sebagai salah satu
institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab dalam rangka
mempersiapkan tenaga kesehatan yang berkualitas dimasa depan melalui praktik

1
keperawatan komunitas. Kegiatan merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu
bidang pengabdian masyarakat.
      Praktik keperawatan komunitas juga merupakan suatu bentuk pengembangan dari
praktik klinik keperawatan bagi mahaiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata
penerapan Primary Health Care.
Dipilihnya daerah Kelurahan Pasar Ambacang RT 002 RW 004 Kecamatan
Kuranji sebagai tempat keperawatan komunitas karena merupakan salah satu bentuk
aplikatif mata ajaran Asuhan Keperawatan Komunitas pada Program Preklinik
Keperawatan Universitas Andalas disamping itu pula untuk melihat secara nyata pola
perilaku kebiasaan hidup sehat pada masyarakat, dengan tujuan untuk merubah
perilaku dan meningkatkan pengetahuan tentang pola hidup sehat dari tidak tahu
menjadi tahu, dan juga memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam bentuk
penyuluhan-penyuluhan atau mempraktikkan secara langsung  bagaimana cara
mengatasi penyakit yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang tidak
sehat, penyakit infeksi yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat sendiri.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dalam program Preklinik Komunitas di harapkan mahasiswa
mampu  mengetahui asuhan keperawatan komunitas dan keluarga sesuai konsep dan
teori keperawatan komunitas.

1.2.2 Tujuan Khusus


Dalam program Preklinik komunitas di harapkan mahasiswa mampu :

1) Mengetahui Konsep dan konteks teori pelayanan keperawatan komunitas


2) Mempraktikkan Komunikasi profesional keperawatan komunitas
3) Mengetahui Konsep pengkajian intervensi dan evaluasi keperawatan
komunitas
4) Mengetahui prinsip romosi dan prevensi kesehatan komunitas
2
5) Pelayanan dan permasalahan berdasarkan rentang perkembangan
6) Mengetahui konsep pendidikan kesehatan keperawtan komunitas, keluarga
dan agregat lansia
7) Mengetahui konsep media promosi kesehatan komunitas, keluarga dan
agregat lansia

1.3 Manfaat Praktik


1) Dapat menerapkan ilmu pengetahuan keperawatan, khususnya keperawatan
komunitas
2) Dapat bekerja sama dengan masyarakat menemukan masalah kesehatan serta
pemecahan masalah kesehatan
3) Dapat membina hubungan yang baik antara institusi pendidikan keperawatan,
instistusi pelayanan kesehatan serta masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan
4) Dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kesehatan
secara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

1.4 Waktu pelaksanaan Praktik


Pelaksanaan praktik dimulai 22 Oktober -9 November 2018

1.5 Tempat pelaksanaan Praktik


Praktik Perawatan komunitas  di tempatkan di RT 002 RW 004 Kelurahan Pasar
Ambacang Kecamatan Kuranji

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas


2.1.1 Pengertian
Komunitas menurut WHO (2017) adalah suatu kelompok sosial yang di
tentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama,
serta ada rasa saling mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu
dengan yang lain.
Manurut Sumijatun (2006) Komunitas (community) adalah sekelompok
masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan
norma dan nilai yang telah melembaga. (Hernilawai : 2013).
Keperawatan Komunitas adalah bidang perawatan khusus yg merupakan
gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan dan bantuan sosial,
sbg bagian dari program kesmas secara keseluruhan guna meningkatkan kes,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya lebih besar, ditujukan kepada individu,keluarga
yang mempunyai masalah kes dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan (WHO, 2017)

2.1.2 Tujuan Keperawatan Komunitas


a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi
kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
b. Tujuan Khusus

4
 Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat dalam hal
 mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi
 menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas
masalah,
 merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan
 menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka
hadapi
 penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan
 mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan
 meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care)
 menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan
 menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian
bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera
 tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan.

2.1.3 Fungsi Keperawatan Komunitas


a Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.

5
b Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
c Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
d Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Hernilawati,2013).

2.1.4 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka
akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,
mental maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah
satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.

6
c. Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk
diantaranya adalah:
 Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti Ibu hamil, Bayi
baru lahir, Balita, Anak usia sekolah, dan Usia lanjut
 Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah Penderita penyakit menular, seperti TBC,
lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya., dan penderita dengan
penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
 Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya Wanita tuna susila, Kelompok penyalahgunaan
obat dan narkoba, Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan
lain-lain.
 Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah
Panti wredha, Panti asuhan, Pusat-pusat rehabilitasi (cacat
fisik, mental dan sosial), serta Penitipan balita.
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas
yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok
individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama

7
untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat
akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

2.2 Model Keperawatan Komunitas


a. Model sistem Imogene King (1971)
Menjelaskan bahwa komunitas merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub
sistem keluarga dan supra sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Jika
terjadi gangguan/stressor pada salah satu sub sistem, akan berpengaruh kepada
komunitas secara keseluruhan. Kerangka kerja konsep King terdiri dari 3 sub
sistem:
 Sistem personal (mengenai persepsi diri, pola tumbang, bodyimage,
ruang dan waktu individu dan lingkungan)
 Sistem interpersonal (mengenai interaksi manusia, masyarakat,
transaksi, peran dan stres)
 Sistem sosial (organisasi, otoritas, kekuatan, status dan pembuatan
keputusan).

b. Model Adaptasi Sister Calista Roy


Menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk bio, psiko, sosial sebagai satu
kesatuan yang utuh. Aplikasi model adaptasi pada keperawatan komunitas
tujuannya untuk mempertahankan perilaku adaptif dan mengubah perilaku mal-
adaptif pada komunitas. Adapun upaya pelayanan keperawatan komunitas yang
dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan
perilaku adaptif .

c. Model Keperawatan Mandiri (Self Care) D.E Orem (1971)

8
Memandang bahwa setiap individu mempunyai kemampuan untuk merawat
diri sendiri (self care) guna memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan
dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan sehat dan sakit.Berfokus kebutuhan
pelayanan diri klien sehingga klien dapat merawat dirinya sendiri sebagai bagian
dari kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan Dasar Manusia menurut Orem:
 Oksigenasi
 Air
 Makanan
 Eliminasi
 Aktifitas dan istirahat
 Kesendirian dan aktifitas sosial
 Kebutuhan akan pencegahan resio pada kehidupan manusia dalam
keadaan sehat
 Kebutuhan dalam perkembangan kelompok sosial sesuai dengan
potensi, pengetahuan dan keinginan manusia.

d. Model Health Care System By Betty Newman (1972)


Berfokus pada komunitas sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan. Memandang klien sebagai sistem yang terbuka atau klien
dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.Dimana sistem
terbentuk dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang berinteraksi
secara konstan dengan stressor di lingkungan secara dimensional. Kategori area
Stressor:
 Stressor intra personal (dalam individu dan berhubungan dengan
lingkungan internal, seperti emosi, rspon imun)
 Stressor inter personal (antara individu/keluarga)
 Stressor extra personal (diluar individu, seperti keuangan, politik) .
9
Menurut Newman: stressor dapat menggangu keseimbangan klien. Untuk itu,
klien memiliki 3 garis pertahanan:
1) Fleksible line of defense yaitu digambarkan dalam garis putus-putus
yang mengelilingi komunitas. Berperan memberikan respon awal atau
perlindungan pada sistem dari stressor. Contoh: ketersediaan
pelayanan kesehatan, iklim, pekerjaan.
2) Normal line of defense (buffer zone) yaitu suatu tingkat kesehatan
dinamis akibat respons sementara terhadap stressor. Tingkat
kesehatan maksimal yang dicapai komunitas saat itu, berupa pola
koping dan kemampuan dalam pemecahan masalah dalam jangka
panjang. Contoh: ketersediaan pelayanan kesehatan, perlindungan
terhadap status nutrisi, tingkat pendapatan, prilaku masyarakat
terhadap kesehatan, kondisi rumah yang memenuhi syarat kesehatan .
3) Resistance of line defense yaitu mekanisme internal untuk
menghadapi stressor. Contoh: tingkat Pendidikan masyarakat,
ketersediaan pelayanan kesehatan, transportasi, tempat rekreasi,
cakupan imunisasi.

2.3 Prinsip Keperawatan Komunitas


Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus
mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan, dimana semua tindakan
dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas.
Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien
dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama
lintas program dan lintas sector. Asuhan keperawatan diberikan secara langsung
mengkaji dan intervensi klien dan lingkungan, termasuk lingkungan social, ekonomi,
serta fisik dengan tujuan utama peningkatan kesehatan.

10
Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip
keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan ddnegan kemampuan atau
kapsitas dari komunitas itu sendiri. Prinsip yang lainnya yaitu otonomi, dimana klien
atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakn beberapa
alternative terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan keperawatan kesehatan
komunitas
b. Sasaran terdiri dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
c. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk
masyarakat
d. Pelayanan keperaatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya
promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan
rehabilitative
e. Dasar uatama dalam pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
adlah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dituangkan dalam proses keperawatan
f. Kegiatan uatama perawatan kesehatan komunitas adalah di
masyarakat bukan di rumah sakit
g. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun
yang sehat
h. Perawat kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan
perilaku hidup sehat masyarakat
i. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi
kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin
j. Perawat kesehatan komunitas tidak bekrja sendiri namun bekerja
secara tim

11
k. Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti
dn lainnya diamana keluarga sebagai unit pelayanan.

2.4 Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan
membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan
dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang
luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang
sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan.
12
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan
dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan
status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

Komunitas Dengan Keluarga


Sebagai Unit Pelayanan Dasar.

MANUSIA

KEPERAWATAN KESEHATAN
3 Tingkatan Pencegahan. (SEHAT-SAKIT)

13
LINGKUNGAN
(Physic, Biologic,
Psychologist, Social,
Cultural, Dan Spiritual.
Gambar 2.1 : Paradigma atau alsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sbg


berikut :

a. Manusia

Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu / klien yang


berada pada lokasi atau B batas geografi tertentu yang memiliki niliai-
nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu
sama lain untuk mencapai Tujuan.

Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga.


Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi
antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.

b. Kesehatan.

Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan


kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan
yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.

c. Lingkungan.

Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang
bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.

d. Keperawatan.

14
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier.

2.5 Peran dan Fungsi Perawat Komunitas


a. Client Advocate (Pembela Klien)
Tugas perawat :
1) Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya.
2) Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim
kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga
diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk
klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak
klien. Hak-Hak Klien antara lain :
 Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
 Hak atas informasi tentang penyakitnya
 Hak atas privacy
 Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
 Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :


 Hak atas informasi yang benar

15
 Hak untuk bekerja sesuai standart
 Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
 Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
 Hak atas rahasia pribadi
  Hak atas balas jasa

b. Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang.
Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Peran perawat :
1) Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan
sehat sakitnya
2) Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan
metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
3) Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu
atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan pengalaman yang lalu.
4) Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan.

c. Educator
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru
membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara
guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau
keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. Inti dari perubahan
perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.
Peran perawat:

16
1) Dilakukan kepada klien /klg , tim kes. Lain baik secara spontan pada
saat berinteraksi maupun formal.
2) Membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kesehatan .
3) Dasar pelaksanaan adalah intervensi dalam proses keperawatan.

d. Collaborator
Peran Sebagai Kolaborator Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja
melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-
lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya dalam kaitannya membantu mempercepat penyembuhan klien.
e. Coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.Tujuan
Perawat sebagi coordinator adalah :
1) Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan
menguntungkan klien.
2) Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
3) Menggunakan keterampilan perawat untuk :
 Merencanakan
 Mengorganisasikan
 Mengarahkan
 Mengontrol

f. Change Agent

17
Pembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatif membantu orla
membuat perubahan pada dirinya atau pada system. Mengidentifikasi masalah,
mengkaji motifasi pasien dan membantu klien tuk berubah, menunjukan
alternated, menggali kemungkinan hasilk dari alternative, mengkaji sumber
daya menunjukan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan
membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing
klien melalui fase ini.

2.6 Perbedaan keperawatan Komunitas Dari Disiplin Keperawatan Lain


Keperawatan kesehatan komunitas pada awalnya bekerja di sektor pemerintahan
seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan dan puskesmas tetapi dalam
perkembangannya perawat komunitas juga bekerja di setting lainnya misal pusat
layanan kesehatan mandiri, organisasi home care maupun organisasi kemasyarakatan
lainnya.
Menurut Institute of Medicine (IOM) tahun 2003 mendefinisikan Keperawatan
Kesehatan Komunitas sebagai layanan keperawatan profesional yang diberikan oleh
perawat yang telah memeperoleh pendidikan keperawatan komunitas atau disiplin
lain yang berkaitan dan bekerja untuk meningkatkan derajat kesehatan yang berfokus
pada masyarakat.
Keperawatan kesehatan komunitas dibedakan dari spesialis keperawatan lainnya
berdasarkan delapan prinsip di bawah ini :
a. Klien atau unit keperawatan adalah populasi. Walaupun perawat
komunitas memberikan asuhan pada individu, keluarga dan kelompok
tetapi tanggung jawab dominan tetap pada populasi keseluruhan.
b. Tugas utama adalah meraih yang terbaik bagi sejumlah orang atau
populasi keseluruhan. Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi
kemungkinan menemukan individu yang kebutuhannya tidak sesuai

18
dengan prioritas kesehatan yang menguntungkan bagi populasi
keseluruhan.
c. Proses yang digunakan oleh perawat komunitas termasuk bekerja dengan
klien sebagai mitra yang sejajar Tindakan perawat kesehatan komunitas
harus menggambarkan kesadaran dari kebutuhan yang komprehensif dari
kesehatan dalam kemitraan dengan komunitas dan populasi meliputi
perspektif, prioritas dan nilai dari populasii dalam menginterpretasikan
data, kebijakan dan memutuskan program serta memilih strategi yang
sesuai untuk dilakukan.
d. Pencegahan primer adalah prioritas dalam memilih tindakan yang sesuai
Pencegahan primer meliputi promosi strategi kesehatan dan proteksi
kesehatan
e. Memilih strategi untuk menciptakan lingkungan sehat, kondisi sosial dan
ekonomi pada populasi yang berkembang merupakan fokus utama.
Intervensi keperawatan kesehatan komunitas meliputi pendidikan,
pengembangan masyarakat, perencanaan sosial, kebijakan pengembangan
serta enforcement. Dan intervensi tersebut akan berkembang ketika kita
bekerja dengan komunitas dan berakibat pada hukum, peraturan,
kebijakan dan prioritas dana. Advokasi pada komunitas untuk
menciptakan kondisi sehat merupakan bagian penting dari praktik
keperawatan kesehatan komunitas.
f. Ada tanggung jawab untuk mencapai keseluruhan populasi yang
memerlukan intervensi spesifik atau pelayanan Beberapa faktor resiko
tidak terdistribusi secara acak, subpopulasi spesifik kemungkinan lebih
dapat dipantau perkembangan penyakitnya atau kecacatannya atau
kemungkinan sulit untuk mengakses atau menggunakan pelayanan, oleh
sebab itu memerlukan jangkauan yang khusus. Keperawatan kesehatan

19
komunitas berfokus pada keseluruhan populasi dan tidak hanya pada
mereka yang datang ke pelayanan.
g. Penggunaan sumber-sumber kesehatan yang optimal untuk mendapatkan
perbaikan yang terbaik dari populasi merupakan kunci pokok dari kegiatan
praktik. Perawat kesehatan komunitas harus terlibat dalam koordinasi dan
organisasi tindakan dalam merespon isu-isu yang berhubungan dengan
kesehatan. Perawat komunitas menggunakan dan memberikan informasi
pada pembuat kebijakan berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan
dengan outcome aksi spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan
biaya atau efektifitas biaya dari strategi yang potensial. pada pembuat
kebijakan berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan dengan outcome
aksi spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan biaya atau
efektifitas biaya dari strategi yang potensial. Perawat kesehatan komunitas
harus selalu berkembang untuk mencari bukti ilmiah ketika diperlukan.
h. Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi dan perkumpulan
merupakan cara paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi
kesehatan orang-orang Menciptakan kondisi dimana komunitas selalu
sehat kemungkinan sangat kompleks, proses sumber daya yang intensif.
Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan disiplin ilmu lain dari
berbagai bidang dan profesi dalam upaya meningkatkan kesehatan
populasi. Hal ini meliputi identifikasi perawat kesehatan komunitas akan
pentingnya tindakan legislatif dan keterlibatan kebijakan sosial dan
kesehatan di semua tingkat. Kolaborasi ini kemungkinan terjadi dalam
sistem pelayanan ksehatan dan pemerintah mengadopsi program promotif
dan kebijakan yang perlu direvisi.

2.7 Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

20
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun
yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan
melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan
lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat
diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara
konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas
dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada
proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien
yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).

2.8 Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan keperawatan
professional yang merupakan bagian integral dari proses keperawatan yang
berdasarkan pada ilmu keperawatan, yang ditujukan langsung kepada masyarakat

21
dengan menekankan pada kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
serta pengobatan dan rehabilitasi. Proses asuhan keperawatan komunitas adalah
metode asuhan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinyu dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien individu,
keluarga serta kelompok melalui tahap pengkajian, penentuan diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan intervensi, dan evaluasi keperawatan (Stanhope &
Lancaster, 2016).

a. Pengkajian Keperawatan Komunitas


Pengkajain komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Anderson & Mc. Farlane, 2011).
Pengkajian komunitas dilakukan dengan mengaplikasikan beberapa teori dan
konsep model keperawatan yang relevan. Data atau informasi dapat diperoleh
secara langsung dan tidak langsung.
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu dikumpulkan,
yaitu data inti komunitas, data subsistem komunitas dan data persepsi. Pada data
inti komunitas yang dikaji terdiri dari sejarah atau riwayat daerah tersebut,
demografi, tipe keluarga, status perkawinan, statistic vital dan nilai-nilai
keyakinan serta agama. Sedangkan pada data subsistem yang perlu dikumpulkan
pada pengkajian komunitas yaitu data lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan
sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan dan rekreasi. Data persepsi yang perlu dikumpulkan
dalam pengkajian komunitas ini merupakan persepsi masyarakat dan persepsi
perawat itu sendiri.
Sumber data pada data primer berasal langsung dari masyarakat dan bisa
didapatkan dengan cara survey epidemiologi, pengamatan epidemiologi dan
skrining kesehatan. Sedangkan untuk data sekunder didapatkan dari data yang

22
sudah ada sebelumnya seperti data sarana pelayanan kesehatan, data instansi
yang berhubungan dengan kesehatan dan lainnya.
Pengumpulan data bisa dilakukan dengan beberapa metode pengkajian
komunitas, yaitu studi literature, windshield survey, wawancara, observasi,
survey dan pemeriksaan fisik. Studi literature merupakan melihat dan
mencermati laporan-laporan yang telah ada, misalnya data pelayanan kesehatan.
Windshield survey adalah metode pengkajain singkat dengan menggunakan lima
panca indera untuk melihat langsung kondisi di komunitas tersebut. Sedangkan
wawancara merupakan metode pengkajian dengan menggunkan pertanyaan
terbuka yang diekspresikan secar verbal. Pengkajian secara pengamatan langsung
objek-objek melalui indicator spesifik yang dibutuhkan merupakan pengertian
dari metode observasi. Sedangkan survey merupakan metode engkajian yang
efisien dan efektif terhadap jumlah populais yangcukup luas dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan terkait isu spesifik yang dikaji. Metode
survey ini biasanya dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Metode
pemeriksaan fisik merupakan metode pengkajain dengan melakukan pemeriksaan
tertentu individu secara fisik dari kepala hingga kaki atau melakukan
pemeriksaan secara spesifik dan terfokus.

b. Analisa data
Setelah data-data yang diperlukan telah terkumpul, maka analisi data
komunitas dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu, kategorisasi, ringkasan,
perbandingan dan kesimpulan.
1) Kategorisasi
Data dapat dikategorikan ddengan beberapa cara diantaranya
karakteristik demografi ( komposisi keluarga, usia, jenis kelamin, etnis
dan kelompok ras), karakteristik geografi (batas wilayah, jumlah
kepala keluarga, ruang public dan jalan), karakteristik sosial ekonimi

23
(pekerjaan dan jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pola
kepemilikan rumah, sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, klinik, pusat kesehatan mental).
2) Ringkasan
Setelah melakukan ketegorisasi data maka tahap selanjutnya yaitu
meringkas data dalam setiap kategori. Pernyataan ringkasan disajikan
dalam bentuk ukuran seperti jumlah, bagan dan grafik.

3) Perbandingan
Perbandingan adalah me;lakukan analisis data meliputi identifikasi
kesenjangan daa dan ketidaksesuaian. Data pembanding sangat
dibutuhkan untuk menetapkan pola atau kecendrungan yang ada.
Perbedaan data dapat terjadi karena terdapat kesalahan pencatatan
data.
4) Kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat kategori, ringkasan dan
dibandingkan, maka tahap akhir yaitu membuat kesimpulan secara
logis dari peristiwa yang kemudian dibuatkan pernyataan penegakan
diagnosis keperawatan komunitas.

c. Diagnosa keperawatan komunitas


Diagnosa dirumuskan terkait garis pertahanan yang mengalami kondisi
terancam. Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan diagnosis
potensial; terhadap garis normal memunculkan diagnosis resiko; dan terhadap
garis pertahanan resisten memunculkan diagnosis aktual atau gangguan. Analisis
data dibuat dalam bentuk matriks.

24
Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis
sebagai berikut.
1) Diagnosis sejahtera.
Diagnosis sejahtera/wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri dari
komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).
2) Diagnosis ancaman (risiko) .
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan
symptom/sign (s).
3) Diagnosis aktual/gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/masalah
kesehatan di komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptif.
Perumusan diagnosis keperawatan komunitas aktual terdiri atas
problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign (s).

d. Intervensi keperawatan komunitas


Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta
rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk
mengatasi atau meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga
tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan
fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson &
McFarlane, 2000).

25
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada bagaimana
mengatasi problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan penetapan tujuan
jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada bagaimana mengatasi
etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART (S= spesifik, M=
measurable/dapat diukur, A= achievable/dapat dicapai, R= reality, T= time
limited/ punya limit waktu).
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara
operasional dalam planning of action (POA) yang disusun dan disepakati
bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya mini masyarakat.

e. Implementasi
Implementasi merupakan tahap lanjutan setelah tahap perencanaan kegiatan
keperawatan komunitas dalam proses keperawatan komunitas. Focus dari tahap
implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetakan sebelumnya. Hal yang sangat penting dalam implementasi keperawatan
komunitas adalah melakukan berbagai tindakan yang berupa promosi kesehatan,
memelihara kesehatan/ mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit dan
dampak pemulihan. Pada tahap implementasi ini perawat tetap focus dengan
program kesehatan masyarakat yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan.
Tahap implementasi keperawatan komunitas memiliki bebrapa strategi
imlementasi diantaranya proses kelompok, promosi kesehatan dan kemitraan.

f. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan informasi yang sistemik berkenaan dengan program kerja dan
efektivitas dari serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait program
kegiatan, karakteristik, dan hasil yang telah dicapai. Program evaluasi dilakukan

26
untuk memberikan informasi kepada perencanaan program dan pengambil
kebijakan tentang efektivitas dan efisiensi program. Evaluasi digunakan untuk
mengetahui beberapa tujuan yang diharapkan telah tercapai dan apakah
intervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan
kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat
mengatasi masalah masyarakat.
Evaluasi ditunjukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat
dan program apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah media yang digunakan
tepat, ada tidaknya program perencanaan yang dapat di implementasikan, apakah
program dapat menjangkau masyarakat, siapa yang yang menjadi target sasaran
program, apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Evaluasi juga bertujuan mengidentifikasi masalah dalam
perkembangan program dan penyelesaian. Program evaluasi dilaksanakan untuk
memastikan apakah ada hasil program sudah sejalan dengan sasaran dan tujuan,
memastikan biaya program sumber daya, dan waktu pelaksanaan program yang
telah dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas
program yang disusun sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan
membandingkan perbedaan program terkait keefektifannya.
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil. Evaluasi program
merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar
proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan.
Evaluasi proses difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan perubahan perilaku masyarakat.
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan
balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif dilakukan
setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas

27
pengambilan keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan
cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program.
Pengukuran efektivitas program dikomunitas dapat dilihat berdasarkan:
1) Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan
dengan cara mengukur kesehatan ibu dan anak, serta mengukur
kesehatan komunitas.
2) Pengukuran komunitas sebagai pengalaman pembina hubungan.
Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran sosial dari
determinan kesehatan.
3) Pengukuran komunitas sebagai sumber, dilakukan dengan mengukur
tingkat keberasilan pada keluarga atau masyarakat sebagai sumber
informasi dan sumber intervensi kegiatan.

28
BAB III
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RT II RW IV KELURAHAN ANDURING
KECAMATAN KURANJI

Asuhan Keperawatan Komunitas di RT 01 RW IV Kelurahan Anduring


Kecamatan Kuranji Padang yang dilaksanakan dari tanggal 22 Oktober – 12
November 2018, dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan yaitu sebagai berikut :
1. Tahap pertama yaitu tahap persiapan melalui studi literature, Windshield Survey,
observasi dan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 22 – 25 Oktober 2018.
2. Tahap kedua yaitu tahap pengumpulan data kesehatan masyarakat melalui studi
literatur pada tanggal 26-28 Oktober 2018
3. Tahap ketiga yaitu penentuan masalah kesehatan / keperawatan
4. Tahap keempat yaitu tahap pelaksanaan tindakan / implementasi yang
dilaksanakan berdasarkan rencana.
5. Tahap kelima yaitu tahap evaluasi terhadap hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Asuhan keperawatan yang dilakukan diwilayah RT 02 RW IV
Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Padang dilaksanakan oleh mahasiswa
Preklinik Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Padang bekerjasama dengan masyarakat serta pihak terkait.

29
3.1 TAHAP PERSIAPAN
Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum dilakukan asuhan
keperawatan komunitas, diantaranya melakukan pengamatan secara umum studi
literature, Windshield Survey, observasi dan wawancara tentang situasi dan
keadaan wilayah di RT II RW IV Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji
Padang dan dilanjutkan pada pembuatan kuesioner.
Gambaran umum dan situasi keadaan wilayah d RT 02 RW IV Kelurahan
Anduring Kecamatan Kuranji Padang didapatkan melalui data dari kelurahan
dan puskesmas, wawancara dengan tokoh masyarakat dan penduduk setempat,
dan observasi terhadap lingkungan untuk mengetahui faktor resiko yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang ada di wilayah RT 02 RW IV sehingga
dapat diperkirakan faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah kesehatan dan
faktor penunjang untuk peningkatan kesehatan masyarakat.
Data yang didapatkan berdasarkan studi literature dari laporan tahunan indeks
keluarga sehat RT 02 RW IV Puskesmas Ambacang tahun 2017 didapatkan
masalah kesehatan secara keseluruhan di Kelurahan Anduring tahun 2017 pada
program promosi kesehatan yaitu masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) pada balita di RT 02 .

3.2 TAHAP PENGKAJIAN


Pada tahap ini kami melakukan pengamatan atau windshield survey,
interview pada tanggal 22-25 Oktober 2018. Berdasarkan hasil windshield survey
kelompok E diperoleh data bahwa di RT 02 RW IV terdapat sekitar ± 40 KK
dengan jumlah balita ± 13 orang.

1. CORE
a. Sejarah

30
Daerah RT 02 RW IV Kelurahan Anduring berada di Kecamatan
Kuranji. Berdasarkan hasil perbincangan dengan ketua RW dan ketua RT di
daerah RW IV Kelurahan Kuranji mengatakan bahwa daerah ini dulunya di
tinggali oleh masyarakat pribumi keturunan suku Minang. Semenjak
didirikannya Universitas Islam Negeri di RW IV, terjadi perubahan, dimana
masyarakat RW IV Kelurahan Anduring banyak di tinggali oleh mahasiswa-
mahasiswa dari daerah lain untuk berkuliah di UIN, bangunan rumah-rumah
ditempati oleh masyarakat nomaden (mahasiswa).

b. Demografi Penduduk
Karakteristik masyarakat RT 02 RW IV bersifat heterogen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RT, penduduk asli RT 02
hanyalah sebagian kecil, wilayah RT 02 kebanyakan diidi oleh mehasiswa dan
pendatang. Untuk penduduk asli, umumnya mereka sudah lama menetap dan
ada juga di antara mereka yang pergi merantau ke luar daerah untuk jangka
waktu tertentu lalu kembali lagi ke kampung untuk tinggal dan menetap. Tipe
keluarga di RT 02 sebagian besar adalah extended family, dimana dalam satu
rumah terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu,anak dan keluarga lainnya,
sehingga terdapat lebih dari satu KK di satu rumah.
Usia penduduk di RT 02 sangat bervariasi, yang terdiri dari
bayi/balita, usia sekolah, remaja, dewasa, dan lansia. Berdasarkan wawancara
dengan tokoh-tokoh masyarakat didapatkan data bahwa penduduk terbanyak
pada usia dewasa (produktif) dengan perbandingan perempuan lebih banyak
dari laki-laki.

c. Etnik

31
Berdasarkan wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat, mengatakan
suku yang ada di RT 02 adalah minang. Berdasarkan wawancara dengan
ketua RT 02 RW IV, masyarakat di RT 02 sering ikut serta mengikuti
kegiatan masyarakat seperti gotong royong dan pengajian.

d. Nilai dan Keyakinan


Berdasarkan wawancara dengan masyarakat di RT 02 mayoritas
beragama islam. Hasil observasi didaerah ini terdapat 1 mesjid dan 1
mushalla. Masyarakat di RT 02 memanfaatkan masjid untuk kegiatan
pelaksanaan ibadah, selain itu terdapat juga kegiatan seperti remaja masjid,
majelis ta’lim, TPA dan didikan subuh serta terkadang menjadi tempat
berkumpul warga untuk bermusyawarah.

2. Delapan Sub Sistem


a. Lingkungan Fisik
1) Perumahan dan Lingkungan Daerah
Perumahan penduduk di RT 02 kebanyakan di tepi jalan raya.
Jalan utama di RT 02 sudah di aspal, jalan utama merupakan jalan raya M.
Yunus. Sebaran rumah penduduk di RT 02 beragam ada yang rapat, padat
dan ada yang jarang. Berdasarkan hasil observasi, arsitektur rumah warga
di wilayah RW IV cukup beragam, kategori rumah sebagian besar
permanen, terdiri dari rumah berlantai keramik dan lantai semen, sebagian
besar rumah sudah mempunyai ventilasi rumah. Dinding rumah sebagian
besar dari semen. Atap rumah warga sudah menggunakan seng. Sebagian
besar sudah berhalaman, namun sempit dan langsung berbatasan dengan
jalan. Kondisi lingkungan rumah bervariasi ada yang sudah memenuhi
syarat kesehatan dan ada yang belum karena masih ada rumah di RT 02

32
belum dilengkapi septic tank, sehingga Sarana Pembuangan Air Limbah
rumah tangga warga di buang ke got.
Berdasarkan wawancara dengan penduduk RT 02 besar
memanfaatkan air sumur bor dan gali untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebagian lagi juga sudah menggunakan PDAM untuk kebutuhan sehari-
hari. Di wilayah RT 02,lingkungannya terdapat banyak polusi udara,
karena perumahan penduduk banyak di tepi jalan. Masyarakat mengatakan
karena perumahan dekat dengan jalan raya, banyak polusi udara dan cuaca
yang buruk dan tidak menentu membuat anak-anak mereka terserang
penyakit flu dan batuk (ISPA).

2) Lingkungan Terbuka
Berdasarkan observasi lingkungan terbuka di RT 02 adalah tanah
milik warga yang belum di pergunakan dan dibiarkan tidak terawat.
Terdapat juga lahan yang dimanfaatkan sebagai tempat menanam sayur-
sayuran dan tumbuh-tumbuhan seperti bahan-bahan dasar memasak dan
obat (Toga).

3) Kebiasaan
Berdasarkan observasi dan wawancara, kebiasaan penduduk RT 02
IV, pada pagi hari anak-anak pergi sekolah. Siang hari anak-anak bermain
dengan teman sebaya. Hasil wawancara dengan orang tua anak, anak-anak
sering jajan diluar seperti membeli air es dan es krim. Sore hari anak-anak
mengikuti kegiatan keagamaan dengan ikut mengaji di TPA. Untuk
remaja sebagian besar remaja berada di tempat nongkrongnya di warung
sambil merokok dengan teman sebaya, warung tersebut juga menjual
rokok sehingga akses untuk mendapatkan rokok lebih mudah. Sebagian
besar remaja merokok karena pengaruh dari teman yang merokok dan

33
hanya sebagian kecil yang ingin coba-coba. Remaja mengatakan sulit
untuk menghentikan kebiasaan merokok.
Untuk yang dewasa pada pagi hari kebanyakan warga pergi
bekerja, umumnya kaum bapak paginya beraktivitas dipekerjaan masing-
masing dan sedangkan ibu-ibu ada yang bekerja dan ada yang hanya ibu
rumah tangga. Pada malam hari warga berada dirumahnya masing-masing
dan bersantai dengan keluarga.

4) Orang di jalan
Berdasarkan observasi, lalu lintas di jalan utama di RT 02 ramai
terutama pada jam-jam sibuk yaitu pada pagi hari dan sore hari.

5) Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan kader dan masyarakat,
tingkat kesehatan masyarakat di RT 02 cukup baik. Penyakit yang biasa
dijumpai adalah ISPA, Diare, DBD, hipertensi, rematik dan DM.
Masyarakat masih kurang paham dalam pencegahan dan penanganan
penyakit, seperti kurang pengetahuan terhadap perilaku hidup bersih dan
sehat.

b. Kesehatan dan Pelayanan Sosial


Masyarakat RT 02 memeriksakan kondisi kesehatannya ke
puskesmas Ambacang atau pelayanan kesehatan lainnya seperti ke klinik.
Akses jalan menuju puskesmas Ambacang cukup dekat, warga biasanya
naik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Hasil wawancara
dengan masyarakat, penyakit yang paling banyak di masyarakat RT 02
yaitu penyakit ISPA dan penyakit tidak menular seperti hipertensi dan
DM.

34
c. Ekonomi
Berdasarkahn hasil wawancara beberapa kepala keluarga pada
umumnya mempunyai mata pencarian sebagai pedagang, petani, buruh,
pensiunan, dan PNS. Di wilayah RT 02 juga banyak ditemukan warung di
depan rumah dan rumah kontrakan. Berdasarkan wawancara dengan ketua
RT, mengatakan ekonomi warga RT 02 sebagian besar yaitu menengah.

d. Transportasi dan Keamanan


Berdasarkan hasil observasi, alat transportasi yang digunakan untuk
keluar masuk wilayah RT 02 adalah kendaraan pribadi dan tramsportasi
umum. Selain itu bagi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi mereka
menggunakan angkutan umum seperti ojek dan angkot sebagai alat
transportasi.
e. Politik dan Pemerintahan
Berdasarkan hasil wawancara pada ketua RT, pemilihan ketua RT
dilaksanakan satu kali tiga tahun. Pemilihan ketua RT dilakukan secara
demokratis dimana ketua RT langsung dipilih oleh rakyat (masyarakat). Hasil
wawancara dengan masyarakat, mengatakan tidak ada kebijakan RT mengenai
kesehatan seperti menjaga lingkungan dengan gotong royong secara rutin.
f. Komunikasi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan masyarakat, pada
umumnya masyarakat di RT 02 menggunakan bahasa minang, biasanya
komunikasi antar warga dilakukan pada sore hari karena pada pagi hari dan
siang hari warga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Komunikasi antar
warga berjalan dengan baik. Sebagian besar warga sudah memiliki TV di
rumahnya masing-masing. Selain itu, sebagai sarana penyampaian informasi
seperti ada berita duka, perkumpulan majelis ta’lim dan lain-lain diumumkan

35
di Masjid ataupun informasi dari kelurahan biasanya langsung disampaikan ke
Ketua RW lalu ke Ketua RT memberikan pengumuman dari rumah ibadah
sehingga informasi sampai pada masyarakat.
Selain itu, warga biasanya berkumpul di warung untuk bercerita dan
berbagi informasi. Warga menggunakan handphone sebagai sarana
komunikasi dan jarang menggunakan telepon rumah. Hasil wawancara dengan
pemuda, biasanya pemuda berkumpul di warung, dan melakukan kegiatan
seperti bermain games, bernyanyi dan main gitar bersama sambil merokok.
Pemuda mengatakan tidak ada yang mengkonsumsi narkoba dan minum
alkohol.

g. Pendidikan
Berdasarkan hasil observasi, terdapat satu universitas yaitu Universitas
Islam Negeri. Berdasarkan hasil wawancara dari kader, terdapat kerjasama
antar puskesmas dan pihak sekolah tentang larangan merokok. Berdasarkan
wawancara dengan ketua RT, kebanyakan anak-anak dan remaja RT 02
bersekolah, hanya sedikit yang putus sekolah.

h. Rekreasi
Berdasarkan hasil observasi di wilayah RT 02 t tempat rekreasi, anak-
anak biasanya bermain di sekitar rumah. Setelah pulang kerja, sebagian besar
penduduk menghabiskan waktunya di rumah bersama keluarga dengan
bercerita, istirahat ataupun menonton TV. Sebagian besar lansia banyak yang
menghabiskan waktu di rumah saja.

3.3 IDENTITAS DAN DATA SOSIAL KELUARGA


Berdasarkan data dari Kelurahan Pasar Ambacang didapatkan :
a. Jumlah KK di RT 02 : 40 KK

36
b. Jumlah KK yang terdata : 21 KK
1. Jumlah Ibu Hamil : 2 orang
2. Jumlah Ibu Menyusui : 6 orang
3. Jumlah Balita : 13 orang
4. Jumlah Anak Sekolah (6-12 tahun) : 7 orang
5. Jumlah Anak Remaja : 6 orang
6. Jumlah Usia Dewasa : 21 orang
7. Jumlah Lansia : 7 orang

3.4 DIAGRAM ANALISA MASALAH


Diagram 3.1
Distribusi Frekuensi balita menderita sakit 1 bulan terakir Di RT 02
Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji 2018 (N=13)

Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 13 orang balita, 42,11 % pernah


menderita ISPA, 10,5% mnderita cacingan, 10,53% menderita diare, 15,7%
menderita campak, 10,53% menderita penyakit lain, dan 10,53% tidak menderita
penyakit dalam 1 bulan terakhir.

Diagram 3.2
37
Distribusi Frekuensi balita menderita ISPA 1 bulan terakir Di RT 02
Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji 2018 (N=13)

Dari diagram diatas diketahui bahwa 70% balita di RT 02 pernah menderita


ISPA dan 30% balita tidak pernah menderita ISPA

Diagram 3.3
Distribusi Frekuensi pengetahuan masyarakat tentang ISPA

Dari diagram diatas diketahui bahwa 63,16% masyarakat tidak tahu tentang ISPA,
dan 36,84% masyarakat mengetahui tentang ISPA.

Diagram 3.4
Distribusi Frekuensi pengetahuan masyarakat tentang ISPA

38
Dari diagram diatas diketahui bahwa 68,42% masyarakat mengetahui
penularan ISPA melalui udara, dan 31,58% masyarakat tidak mengetahui penularan
ISPA melalui udara.

Diagram 3.5
Distribusi Frekuensi sikap pencegahan ISPA

Dari diagram diatas diketahui bahwa 47,37% masyarakat mencegah penyakit


ISPA dengan cara menutup hidung dan mulut saat bersin dan batuk, 21,05% dengan

39
cara menjauhi sumber (orang dengan ISPA), dan 31,58% dengan cara menghindari
minuman dingin.

Diagram 3.6
Distribusi Frekuensi kebiasaan merkok anggota keluarga

Dari diagram diatas diketahui bahwa 68,42% anggota keuarga memiliki kebiasaan
merokok, dan 31,58% anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan merokok.

Diagram 3.7
Distribusi Frekuensi kebiasaan merokok anggota keluarga ketiga
bersama balita

40
Dari diagram diatas diketahui bahwa 47,37% anggota keuarga memiliki
kebiasaan merokok ketika bersama balita, dan 52,63% anggota keluarga tidak
memiliki kebiasaan merokok ketika bersama balita.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elzabeth T. 2007. Buku ajar keperawatan: teori dan praktik. Alih Bahasa, Agus.
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas: teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hernilawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi Selatan : Pustaka As
Salam.
Henny, Achjar Komang Ayu. 2011. Asuhan keperawatan komunitas: teori dan praktek.
Jakarta: EGC.
Mubarak Wahid Iqbal dan Chayatin Nurul. 2009. Ilmu kesehatan masyarakat: teori dan
aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Makhfudli.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

41
3.5 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS RT 02

No Diagnosis NOC NIC


1 Defisit Pengetahuan tentang ISPA di Pengetahuan : Promosi Kesehatan Pendidikan Kesehatan
RT II RW IV Kelurahan Anduring, Definisi : Aktivitas :
Kecamatan Kuranji Tingkat pemahaman yang disampaikan 1. Targetkan sasaran pada kelompok
Kategori : Perilaku tentang informasi yang dibutuhkan berisiko tinggi dan rentang usia
Subkategori : Penyuluhan dan untuk mendapatkan dan yang akan mendapat manfaat
Pembelajaran mempertahankan kesehatan yang paling banyak dari pendidikan
Definisi : optimal. kesehatan
Ketiadaan atau kurangnya informasi Indikator Skala Target 2. Mengidentifikasi faktor-faktor
kognitif yang berkaitan dengan topik Perilaku yang Dipertahankan internal maupun eksternal yang
tertentu. meningkatkan pada 2 dapat meningkatkan atau
Penyebab : kesehatan ditingkatkan ke 4 mengurangi motivasi untuk
1. Kurang terpapar informasi Strategi untuk Dipertahankan perilaku hidup sehat
2. Ketidaktahuan menemukan sumber menghindari pada 2 3. Tentukan konteks personal dan
informasi paparan bahaya ditingkatkan ke 4 sejarah sosial-budaya perilaku
Gejala dan tanda mayor : lingkungan kesehatan individu, keluarga, atau
a. Subjektif Sumber Dipertahankan masyarakat

42
Menanyakan Dari hasil informasi pada 2 4. Tentukan pengetahuan kesehatan
masalah yang observasi peningkatan ditingkatkan ke 4 dan gaya hidup perilaku individu,
dihadapi didapatkan kesehatan keluarga, atau kelompok sasaran
bahwa terkemuka 5. Membantu individu, keluarga, dan
masyarakat di RT masyarakat dalam menjelaskan
2 menanyakan keyakinan kesehatan dan nilai-
masalah terkait nilai
ISPA 6. Merumuskan tujuan program
pendidikan kesehatan
b. Objektif 7. Tekankan manfaat kesehatan yang
Menunjukkan Berdasarkan positif jangka pendek langsung
perilaku tidak hasil observasi atau yang akan diterima oleh
sesuai anjuran ditemukan bahwa perilaku gaya hidup positif
banyak daripada manfaat jangka panjang
masyarakat RT 2 atau efek negatif dari
yang merokok ketidakpatuhan
dilingkungan 8. Berikan ceramah untuk
rumah serta menyampaikan informasi dalam
banyaknya polusi jumlah besar saat yang tepat.
43
udara yang 9. Memanfaatkan sistem dukungan
diakibatkan oleh sosial dan keluarga untuk
wilayah rt2 yang meningkatkan efektivitas dari
terletak di gaya hidup atau modifikasi
pinggir jalan raya perilaku kesehatan
anduring.
Menunjukkan Masyarakat
persepsi yang menganggap
keliru terhadap bahwa flu dan
masalah batuk hanyalah
penyakit biasa
yang akan
sembuh dengan
sendirinya

3.6 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


44
Hari / tanggal Aktifitas Evaluasi
Kamis/08 November  Targetkan sasaran S : Mayarakat paham mengenai penyakit ISPA beserta cara
2018 pada kelompok pencegahannya di lingkungan
berisiko tinggi dan O : Masyarakat tampak tertarik mengikuti jalannya penyuluhan
rentang usia yang A : pendidikan kesehatan tentang ISPA dapat meningkatkan
akan mendapat pengetahuan masyarakat tantang ISPA
manfaat paling Indikator Dipertahanka Ditingkatkan sekarang
banyak dari n
pendidikan 1. Perilaku yang 2 4 4
kesehatan meningkatkan
 Mengidentifikasi kesehatan
faktor-faktor internal
maupun eksternal
yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi 2. Strategi untuk 2 4 3
untuk perilaku hidup menghindari
sehat paparan
 Tentukan konteks bahaya
45
personal dan sejarah lingkungan
sosial-budaya 3. Sumber 2 4 4
perilaku kesehatan informasi
individu, keluarga, peningkatan
atau masyarakat kesehatan
 Tentukan terkemuka
pengetahuan
kesehatan dan gaya P : Masyarakat dapat melakukan pencegahan penyakit ISPA di
hidup perilaku lingkungan sekitarnya
individu, keluarga,
atau kelompok
sasaran
 Membantu individu,
keluarga, dan
masyarakat dalam
menjelaskan
keyakinan kesehatan
dan nilai-nilai
 Merumuskan tujuan
46
program pendidikan
kesehatan
 Tekankan manfaat
kesehatan yang
positif jangka
pendek langsung
atau yang akan
diterima oleh
perilaku gaya hidup
positif daripada
manfaat jangka
panjang atau efek
negatif dari
ketidakpatuhan
 Berikan ceramah
untuk
menyampaikan
informasi dalam
jumlah besar saat
47
yang tepat.
 Memanfaatkan
sistem dukungan
sosial dan keluarga
untuk meningkatkan
efektivitas dari gaya
hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan

48

Anda mungkin juga menyukai