Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Keperawatan Komunitas


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun et. al, 2013). Misalnya di
dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu
wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok
masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat
pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2014).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2014).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2015).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder
dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan

8
9

perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong


semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan
nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal
(Elisabeth, 2012).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan.
Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu
mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian
akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat
(Mubarak, 2014).

B. Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &
Dawkins dalam Wijayaningsih, 2013). Sebagai sasaran praktik
keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
10

aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga


merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga tersebut.
3. Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur
oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki
identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam
keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses
yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan
produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti
air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu
daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air
bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia
yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor
tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang
lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang
sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada
individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai
11

masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan


rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan
spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga
dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia. Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada
lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status
kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik,
psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.

C. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan
langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam
konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
b) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan
c) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan
pembinaan dan asuhan keperawatan
12

d) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang


memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti
dan di masyarakat
e) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah
f) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko
tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di
rumah dan di Puskesmas
g) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal
3. Fungsi
a) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
b) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan
c) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat
d) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2014).

D. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


1. Upaya Promotif
Untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan jalan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur
13

e. Rekreasi
f. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap
individu, keluaga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi masal terhadap bayi dan balita
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas, maupun kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas,
ataupun di rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui
3. Upaya Kuratif
Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok
yang menderita penyakit ataupun masalah kesehatan melalui:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari
puskesmas dan Rumah Sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu
bersalin dan nifas
d. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di rumah
maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita
penyakit yang sama.
a. Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang, kelainan bawaan
b. Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
seperti TBC, pelatihan nafas dan batuk, penderita stroke melalui
fisioterafi
5. Upaya Resosialitatif
Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok khusus
kedalam pergaulan masyarakat.
14

E. Falsafah Keperawatan Komunitas


Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang
luhur dan manusiawi.
Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian
integral dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta
dapat di terima oleh semua orang.
2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara
berkelanjutan.
4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayan¬an
kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan.
5. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan berkesinambungan.
6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas
kesehatannya. la harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi
secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

F. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang
tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson dalam Wijayaningsih (2013), sasaran keperawatan komunitas
terdiri dari tiga tingkat yaitu:
15

1. Tingkat Individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l)
yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat
perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan
individu.
2. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan
sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
keluarga. Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat
difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu,
penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program,
penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga
dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8
gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu
hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga
dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR,
keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus
percobaan bunuh diri.
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien
a. Pembinaan kelompok khusus
16

b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

G. Strategi Keperawatan Komunitas


Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas perlu
digunakan strategi sebagai berikut:
1. Locality Development: yang menekankan pada peran serta masyarakat
dan masyarakat terlibat langsung dalam proses pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
2. Social Planning: dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan
menggunakan birokrasi
3. Social Action: adanya proses perubahan yang berfokus pada
masyarakat atau program yang dibuat oleh pemerintah untuk
perubahan yang mendasar. Sedangkan dalam melaksanakan program
pelayanan keperawatan kesehatan komunitas perlu juga diberi strategi:
a. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola
perawatan kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana puskesmas
melalui kegiatan penataran.
b. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector, melalui
kegiatan temu karya dan forum pertemuan di kecamatan ataupun
puskesmas.
c. Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan melalui pendidikan kesehatan pada keluarga,
memberikan bimbingan teknis dalam bidang kesehatan khususnya
pelayanan keperawatan.
d. Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.
4. Sesuai dengan teori Blum bahwa derajat kesehatan seseorang dapat
dipengaruhi oleh 4 faktor:
a. lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling keluarga
dimana ia tumbuh dan berkembang. Factor ini mencakup
lingkungan. Fisik, social budaya, dan biologi.
b. Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil dalam
masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota keluarga tersebut.
17

c. Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan keluarga baik


sebagai upaya professional maupun sebagai upaya pelayanan
swadaya masyarakat dan atau keluarga sendiri.
d. Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada
keluarga.

H. Peran Perawat Komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah:
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan
yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji
kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.
Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi
pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi
18

pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah


didapat (Mubarak, 2014).
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
4. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Mubarak, 2014). Tugas perawat sebagai pembela klien adalah
bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan
yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan
dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit
dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan (Mubarak, 2014).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi,
ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat
19

proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama


merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada
tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2014).
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2014).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan
masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah,
menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari
20

proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini


(Mubarak, 2014).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2014).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah
yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah
kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat
komunitas.

I. Proses Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang
bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien, yang
perlu dikaji dalam kelompok pada komunitas adalah:
a. Inti core
Sejarah, data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
dari : umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama nilai-
nilai, keyakinan, serta riwayat timbulnya atau kelompok komunitas
dan statistic vitas.
b. 8 subsistem
1) Lingkungan fisik: rumah yang dihuni oleh penduduk,
penerangan, sirkulasi dan kepadatan.
2) Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
21

3) komunikasi: sarana komunikasi apa saja yang dapat


dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan misalnya telivisi, radio, Koran, atau leaflet yang
diberikan kepada komunitas.
4) Layanan kesehatan dan sosial
5) Keamanan dan tranportasi di lingkungan tempat tinggal
6) Ekonomi: tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (upah minimum regional), di
bawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran
untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
7) Poltik dan pemerintahan
8) Rekreasi: apakah tersedia sarana, kapan saja di buka dan
apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini
hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi
stress.
c. Persepsi
Hal yang perlu dikaji adalah pertanyaan umum tentang kesehatan
masyarakat setempat. Apakah kekuatan yang ada? Masalah dan
potensial masalah apa yang dapat diidentifikasi?
d. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan
data dengan cara sebagai sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly.
3) Tabulasi data.
4) Interprestasi data.
e. Analisa Data
Analisa merupakan proses studi dan pemeriksan data yang
berupa data subjektif maupun objektif. Analisis diperlukan untuk
menentukan kebutuhan kesehatan komunitas dan kekuatan
komunitas serta untuk mengidentifikasi pola respons kesehatan dan
22

kecenderungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Analisis


dilakukan pada data inti maupun subsistem. Hasil akhir dari proses
analisis data daalah penentuan diagnosis keperawatan komunitas.
f. Perumusan Masalah
Masalah keperawatan dirumuskan berdasarkan hasil analisa
data yang telah dilakuakan sebelumnya. Data-data yang didapatkan
melalui proses pengkajian kemudian dikelompokkan berdasarkan
kategori sampai dapat ditarik kesimpulan seperti pada proses
analisa data.
g. Prioritas Masalah
Dalam satu komunitas ditemukan beberapa masalah
keperawatan yang diangkat. Untuk menentukan masalah mana
yanag terlebih dahulu di atasai, perlu dilakuakan penentuan
prioritas masalah dengan memperhatikan kriteria penapisan.
Kriteria penapisan menurut Mueke (1998) dalam Widyanto (2014)
terdiri dari :
1) Sesuai dengan peran perawat komunitas.
a) Jumlah yang berisiko.
b) Besarnya risiko.
c) Kemungkinanan untuk pendidikan kesehatan.
d) Minat masyarakat.
e) Kemungkinanan untuk diatasi.
f) Sesuai program pemerintah.
g) Sumber daya tempat.
h) Sumber daya waktu.
i) Sumber daya dana.
j) Sumber daya peralatan.
k) Sumber daya manusia.
Jumlah skor untuk masing-masing kriteria antara rentang 1-5
dengan skala 0 paling rendah, dan 5 paling tinggi.
23

h. Diagnosis
Diagnosis merupakan suatu pernyataan hasil sintesa
pengkajian data. Diagnosis merupakan suatu label yang
mendiskripsikan situasi atau kondisi dan mengandung etiologi
(penyebab). Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari
(Mubarak, 2014) :
1) Problem (masalah)
2) Etiologi (penyebab)
3) Sign atau Symptom (tanda dan gejala).
i. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan,
rencana tindakan keperawatan spesifik yang akan dilakukan dan
kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan. Perencanaan
merupakan suatu proses sistemik yang dibuat melalui kemitraan
dengan komunitas (community as patner) (Mubarak, 2014).
Rencana keperawatan komunitas dpat dilakukan dengan
menggunakan 4 (empat) macam strategi, yaitu : pendidikan/
penyuluhan kesehatan, kemitraan, empowerment (pemberdayaan)
serta proses kelompok. Selain menggunakan keempat stategi
tersebut, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan
haruslah memperhatikan hal-hal berikut:
S : Spesific atau jelas.
M : Measurable atau dapat diukur.
A : Attainable atau dapat dicapai.
R : Relevant/realistic atau sesuai.
T : Time-Bound atau dalam waktu tertentu.
S : Sustainable atau berkelanjutan.
j. Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan merupakan tahap reabilisasi
dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam
24

pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat komunitas harus


bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, tokoh serta anggota
masyarakat.
k. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah
dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan atau target pelaksanaan.
Evaluasi dilakukan untuk mengukur kemajuan terhadap tujuan
obyektif program, menentukan perkembangan serta menilai asuhan
keperawatan komunitas yang diberikan. Selain itu juga untuk
menilai hasil guna, daya guna, dan produktivtas asuhan
keperawatan yang diberikan (Mubarak, 2014).

J. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas


1. Pengertian kesehatan lingkungan
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia) kesehatan lingkungan adalah Suatu kondisi lingkungan
yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara
manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Menurut WHO (World Health Organization) kesehatan
lingkungan adalah Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.

2. Ruang lingkup kesehatan lingkungan


Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan :
a. Penyediaan Air Minum
b. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan Sampah Padat
d. Pengendalian Vektor
e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
25

f. Higiene makanan, termasuk higiene susu


g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesling dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.
Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup
kesehatan lingkungan ada 8 yaitu sebagai berikut:
a. Penyehatan Air dan Udara
b. Pengamanan Limbah padat/sampah
c. Pengamanan Limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana

3. Sasaran kesehatan lingkungan (Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992


a. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha
yang sejenis.
b. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
c. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.\
d. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan
untuk umum.
26

e. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti


lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan
penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

4. Konsep hubungan interaksi antara Host – Agent Environmental


Tiga komponen/faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit
Model Ecology (JHON GORDON).
a. Agent (Agen/penyebab) : adalah penyebab penyakit pada manusia
b. Host (tuan Rumah/Induk semang/penjamu/pejamu) adalah manusia
yang ditumpangi penyakit.
c. Lingkungan/environmental : Segala sesuatu yang berada di luar
kehidupan organisme Cth : Lingkungan Fisik, Kimia, Biologi.

5. Karakteristik 3 komponen/ faktor yang berperan dalam


menimbulkan penyakit
a. Karakteristik Lingkungan
1) Fisik : Air, Udara, Tanah, Iklim, Geografis, Perumahan, Pangan,
Panas, radiasi.
2) Sosial : Status sosial, agama, adat istiadat, organisasi sosial
politik, dll.
3) Biologis : Mikroorganisme, serangga, binatang, tumbuh-
tumbuhan.
b. Karakteristik Agent/penyebab penyakit
Agent penyakit dapat berupa agent hidup atau agent tidak hidup.
Agent penyakit dapat dikualifikasikan menjadi 5 kelompok, yaitu :
1) Agent biologis
Beberapa penyakit beserta penyebab spesifiknya
Jenis agent Spesies agent Nama penyakit
Metazoa Ascaris lumbricoides Ascariasis
Protozoa Plasmodium vivax Malaria Quartana
Fungi Candida albicans Candidiasis
Bakteri Salmonella typhi Typhus abdominalis
27

Rickettsia Rickettsia tsutsugamushi Scrub typhus


Virus Virus influenza Influenza
2) Agent nutrien : protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan
air.
3) Agent fisik : suhu, kelembaban, kebisingan, radiasi, tekanan,
panas.
4) Agent chemis/kimia : eksogen contoh ; alergen,gas, debu, endogen
contoh ; metabolit, hormon.
5) Agent mekanis : gesekan, pukulan, tumbukan, yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan.
c. Karakteristik Host/pejamu
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit
dan tergantung dari karakteristik yang dimiliki oleh masing –
masing individu.

6. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia


a. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
2) Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3
mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
3) Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per
100 ml air)
b. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :
1) Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
28

2) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin


memasuki mata air atau sumur
3) Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
4) Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
5) Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang
benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
6) Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang.
7) Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan
tidak mahal.
c. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari
kebisingan yang mengganggu.
2) Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara
lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
29

d. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan
faktor-faktor/unsur :
1) Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya,
tingkat aktivitas, pola kehidupan/tingkat sosial ekonomi, letak
geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
2) Penyimpanan sampah.
3) Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
4) Pengangkutan
5) Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita
dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing
unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah
ini secara efisien.
e. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit
penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal
tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk
penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut
diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan
makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan
dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp,
Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan
kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk
mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit
misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila.
30

Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit


penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya
yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
f. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air,
pencemaran tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat
dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution.
Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman
serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih
berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya,
mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang
berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan
bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko
timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai
masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,
berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan
peningkatan.

7. Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia


a. Pertambahan dan kepadatan penduduk.
b. Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian
besar penduduk.
c. Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.
d. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
lingkungan, yaitu :
1) Faktor Fisik
Faktor fisik berupa biotik dan abiotik, dimana faktor
tersebut berperan penting bagi masyarakat dalam
memperhatikan di mana tempat tinggal mereka akan dibangun.
Jika suatu rumah dibangun di pedesaan, sudah tentu disesuaikan
dengan kondisi di pedesaan itu. Misalnya, keadaan air yang
31

bersih terhindar dari pencemaran akan membawa dampak yang


baiik bagi kesehatan masyarakat di pedesaan itu.
2) Faktor Sosial
Faktor sosial berupa tingkah laku, kepandaian, adat istiadat,
di mana faktor tersebut berperan dalam hubungan masyarakat
dan lingkungannya. Misalnya masyarakat yang tinggal di
kawasan rawan gempa, maka rumah yang mereka bangun di
kawasan tersebut harus dibuat dari bahan-bahan yang ringan
namun kokoh. Disamping itu masyarakat juga berupaya untuk
menciptakan lingkungan yang sehat dengan usaha-usaha
tertentu. Misalnya masyarakat membuat bak penampungan
sampah.
3) Faktor Ekonomi
Faktor Ekonomi berupa pekerjaan, pendapatan, kemiskinan,
di mana pada umumnya di lingkungan tersebut diduduki
sebagian besar orang yang tidak mampu, maka secara tidak
langsung berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan tempat
tinggalnya. Misalnya di daerah pemukiman kumuh, karena
kondisi keuangan mereka tidak memungkinkan untuk
menciptakan lingkungan yang sehat dan baik.

8. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan


1. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai
2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya
4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong

9. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan


a. Mengurangi Pemanasan Global.
Dengan menanam tumbuhan sebanyak-banyaknya pada
lahan kosong, maka kita juga ikut serta mengurangi pemanasan
global, karbon, zat O2 (okseigen) yang dihasilkan tumbuh-
32

tumbuhan dan zat tidak langsung zat CO2 (carbon) yang


menyebabkan atmosfer bumi berlubang ini terhisap oleh tumbuhan
dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut dapat
dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.
b. Menjaga Kebersihan Lingkungan.
Dengan lingkungan yang sehat maka kita harus menjaga
kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan
yang bersih dari segala penyakit dan sampah. Sampah adalah
musuh kebersihan yang paling utama. Sampah dapat dibersihkan
dengan cara-cara sebagai berikut :
Membersihkan Sampah Organik. Sampah organik adalah
sampah yang dapat dimakan oleh zat-zat organik di dalam tanah,
maka sampah organik dapat dibersihkan dengan mengubur dalam-
dalam sampah organik tersebut, contoh sampah organik :
1) Daun-daun tumbuhan
2) Ranting-ranting tumbuhan
3) Akar-akar tumbuhan
Membersihkan Sampah Non Organik. Sampah non organik
adalah sampah yang tidak dapat hancur (dimakan oleh zat organik)
dengan sendirinya, maka sampah non organik dapat dibersihkan
dengan membakar sampah tersebut dan lalu menguburnya.

10. Pengaruh Lingkungan yang Tidak Sehat terhadap Individu,


Keluarga, dan Masyarakat
a. Pengaruh Lingkungan yang Tidak Sehat terhadap Individu
Apabila lingkungan bersih berpengaruh individu,
khususnya pada kualitas kerja (produktivitas) individu tersebut.
Sedangkan individu yang berada pada lingkungan yang tidak sehat,
akan berada pada produktivitas yang cenderung menurun.
Udara, air, makanan, sandang, papan, dan seluruh
kebutuhannya di ambil dari lingkungan. Akan tetapi, berpengaruh
33

terhadap individu baik positif maupun negatif. Lingkungan sehat


dan gizi yang cukup dapat menghindarkan seseorang dari penyakit.
b. Pengaruh Lingkungan yang Tidak Sehat terhadap Keluarga
Keluarga yang sehat berasal dari lingkungan rumah yang
sehat, maka kesehatan keluarga dapat meningkat. Rumah yang
cukup bersih dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Rumah yang ventilasinya cukup, dapat menghindarkan keluarga
dari resiko terjadinya penyakit atau gangguan saluran pernapasan.
Persentase kepemilikan rumah sehat yang cenderung
meningkat mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan
perilaku yang bisa memperbaiki tingkat kesehatan lingkungan.
Karena bagi mayoritas masyarakat kita, rumah tidak hanya sebagai
tempat istirahat, tetapi juga sebagai tempat berkumpul anggota
keluarga, tetangga, bahkan keluarga yang jauh. Dengan demikian,
dalam sebuah rumah yang tidak sehat dapat menjadi tempat saling
menularnya penyakit dan menjadi indikasi negatif terhadap upaya
meningkatkan kesehatan lingkungan.
c. Pengaruh Lingkungann yanng Tidak Sehat Terhadap Msyarakat
Lingkungan sehat akan membuat masyarakat terhindar dari
penyakit. Tindakan masyarakat membuang limbah sembarangan,
akan berakibat terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup,
timbulnya penyakit terhadap masyarakat yang tidak sehat, dan
timbulnya bencana akibat perbuatan tangan jahil masyarakat yang
tidak terkontrol.

11. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Lingkungan yang Tidak Sehat


Ada banyak penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang tidak
sehat, diantaranya yaitu :
a. Kolera
Kolera adalah penyakit saluran cerna yang disalurkan lewat
penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari.
34

b. Diare
Diare adalah penyakit saluran cerna yang ditandai bercak-
bercak encer dengan atau tanpa darah dan muntah-muntah.
Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan organik/fungsional saluran
cerna.
c. Leptospitosis
Leptospitosis adalah penyakit yang disebabkan lewat
tampungan air hujan yang telah tercemar kemih tikus.
d. Malaria dan DBD
Malaria dan DBD merupakan penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk yang berkembang di wadah penyimpanan air,
sedangkan penderita disalurkan melalui gigitan nyamuk tersebut.
e. TBC
TBC merupakan penyakit yang berkembang pada
pemukiman yang padat dengan pertukaran udara yang buruk.
f. Cacar
Cacar merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
yang terdapat di udara. Infeksi cacar timbul apabila ada kontak
langsung dengan penderita/pakaian perderita.
g. Influenza
Influenza merupakan penyakit yang sangat mudah menular,
penularannya melalui udara.

12. Upaya Penanggulangan Kesehatan Lingkungan


a. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya pengelolaan lingkungan hidup meliputi ekosistem daratan,
kawasan pesisir, dan ekosistem laut.
b. Upaya Pengelolaan Lingkungan Buatan
Upaya pengelolaan lingkungan buatan meliputi pengendalian
pencemaran yang berkaitan dengan perlindungan air, tanah, udara,
dan pengelolaan limbah.
c. Upaya Pengelolaan Lingkungan Sosial
35

Upaya pengelolaan lingkungan sosial meliputi pembangunan


kualitas hidup penduduk dan pembangunan kualitas lingkungan.
d. Upaya Pengembangan Modal Sosial
Upaya pengembangan modal sosial meliputi kearifan lingkungan,
etika lingkungan, dan pembangunan jiwa sosial yang tinggi.

13. Pengertian remaja


Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
emosional sosial dan fisik.Remaja sebenarnya tidak mempunyai
tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak
juga golongan dewasa atau tua.Seperti yang dikemukakan oleh Calon
(dalam Monks, dkk 2012) bahwa masa remaja menunjukkan dengan
jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2015: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Sedangkan menurut Zakiah Darajat (2014: 23) remaja adalah:
masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa
ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan
fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-
anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2016: 26) bahwa
remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi
antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
14. Karakteristik Remaja
36

Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang


mencakup perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi
sosial akan dipaparkan di bawah ini:
a. Transisi Biologis
Menurut Santrock (2015: 91) perubahan fisik yang terjadi
pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial.
Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai
berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada
wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual
sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2015: 52).
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh
kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu
masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran
tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin
utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2017:
94)
b. Transisi Kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari
lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial
dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2016: 110) secara lebih
nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis
dan logis.Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan
anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar
abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti
memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan
dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti
ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan
37

masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang


terpikirkan.
c. Transisi Sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi,
kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa
remaja.Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas
dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan
ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga
lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis (dalam
Rita Eka Izzaty dkk, (2014: 139).

15. Fase Pertumbuhan Remaja


a. Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan
dari kanak-kanak ke remaja.Pada anak perempuan, masa ini lebih
singkat dibandingkan dengan anak laki-laki.Pada masa ini, terjadi
perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon
seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta
organ-organ reproduksi remaja.Di samping itu, perkembangan
intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase
ini.Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka
mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering
diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan
terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang
dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau
pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang
dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara,
sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih
berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani
mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan
pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh
38

orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin


diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang
bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan
kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi
orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna,
maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak
beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas
sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat
untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan
cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya,
mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada
bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan
dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka
tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah
saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja
akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa
masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu
merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah
yang sangat-sangat berat.
b. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana
perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat
cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal
itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada
masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari
perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu
pesat.Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini.
Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang
pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya
mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan
39

malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya


serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang
seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik,
perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan
diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay
dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja
pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi,
penampilan, dan daya tarik seksual.Karena kebingungan mereka
ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang
mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di
lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini
semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang
disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya
sendiri.
c. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa
sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik
sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena
tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka.Masa ini
berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini
berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses
kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja
pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah
tercapai sepenuhnya.Namun kematangan psikologis belum
tercapai sepenuhnya.
d. Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai
kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun
psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang
abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat
40

dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik


itu lebih mudah daripada menjalaninya.Sikapnya terhadap
kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya,
bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat
yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.

16. Remaja dan Permasalahannya


Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup
manusia punya masalahnya tersendiri, termasuk periode remaja.
Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alasan hal
itu terjadi, yaitu :
a. Ketika masih anak-anak, seluruh masalah mereka selalu diatasi
oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak
mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah.
b. Karena remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka
mempunyai gengsi dan menolak bantuan dan orang dewasa.
Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau
keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-
perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka
maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-
perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin
kompleks dan berteknologi modern.
Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
a. Kebutuhan akan figur teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur
yang berlangsung dan keteladanan orang tua mereka daripada
hanya sekedar nasehat-nasehat bagus yang tinggal hanya kata-
kata indah.
b. Sikap Apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak
sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan
41

diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam


ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
c. Kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan
remaja.Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa
cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan
lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
d. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu
dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit
melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam
hubungan pribadi dan dalam kehidupan di
masyarakat.Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau
malahan dengan uang.
e. Perasaan tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena
teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir
masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan
masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk berpikir
tentang keselamatan diri kita di tengah-tengah masyarakat.
Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya
menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat
nilai baik atau ijazah.
f. Pemujaan akan pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda
dengan minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya
berawal dan hanya mencoba-coba.Lingkungan pergaulan anak
muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang
pengalaman.
Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial antara lain:
1) Anak-anak muda yang berasal dan golongan orang
kaya yang biasanya memakain pakaian yang mewah,
42

hidup hura-hura dengan pergi ke diskotik merupakan


gaya hidup mewah yang tidak selaras dengan kebiasaan
adat timur.
2) Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib
sekolah seperti bolos, terlambat masuk kelas, tidak
mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
3) Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor ditengah-
tengah keramaian kota dengan kecepatan yang
melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para
pemuda belasan tahun.
4) Membentuk kelompok (genk-genk) remaja yang
tingkah lakunya sangat menyimpang dengan norma
yang berlaku di masyarakat, seperti tawuran antar
kelompok.
43

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi, 2013. Transformasi Kesehatan Lingkungan dan


Kesehatan Kerja di Indonesia, Jakarta : UI Press.
Azwar, 2014. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Mutiara. Jakarta

Depkes RI, 2015. Sistem Kesehatan Nasional. Depkes RI.Jakarta

Harsanto, et al.2014. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta : Depkes


RI.
Keputusan Menteri Kesehatan No 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Penetapan Indikator Provinsi Sehat
dan Kabupaten/Kota Sehat
Keputusan Menteri Kesehatan No 1457/Menkes/SK/X/2003 Standard Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Rumah Makan dan Restoran
Leavel and Clark. 2014. Preventive Medicine for the Doctor in His Community,
3th Edition, McGraw-Hill Inc, New York.
Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air

Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai