Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan. Salah satu area risiko yang menarik perhatian adalah
faktor risiko pada penyebab penyakit, ketidakmampuan, cedera, kondisi,
gangguan, dan kematian.

Fokus pada faktor risiko adalah penting karena fokus tersebut akan
menunjukkan arah intervensi, pendidikan, kesehatan, promosi kesehatan,
pencegahan, dan perlindungan kesehatan. Setiap orang sudah diharapkan
kepada risiko sakit dan risiko kematian. Besarnya risiko untuk terkena suatu
penyakit dapat dihitung dan dibandingkan dengan cara menghitung
incidence pada kelompok yang tidak terpapar. Perhitungan ini dapat
diperoleh pada penelitian prospektif (observasional atau intervensional) dan
retrospektif (perkiraan).

B. Tujuan
Mahasiswa dapat mendeskripsikan tentang faktor resiko kesehatan pada
komunitas.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan
mahasiswa tentang faktor resiko kesehatan pada komunitas.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai sumber bacaan dan acuan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang faktor resiko kesehatan pada komunitas.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Komunitas

2.1 Pengertian Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas
adalah individu yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita
penyakit menular. Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang
sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ariani,
Nuraeni, & Supriyono, 2015).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan
Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok
yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi
dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu
hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat
melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010). Menurut American Nurses Association
(ANA, 1973), Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah suatu sintesa dari praktik
kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat
menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok
umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.

2.2 Tujuan Keperawatan Komunitas


2.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai

2
dengan kapasitas yang mereka miliki. Tujuan proses keperawatan dalam komunitas
adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui
upayaupaya sebagai berikut :
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan
kelompok.

2.2.2 Tujuan Khusus


Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan atau
keperawatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan atau keperawatan yang mereka hadapi e
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care).
f. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan atau
keperawatan.

2.2 Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).

3
2.4 Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas
Menurut ANA (American Nurses Association)
2.4.1 Asumsi
a. Sistem pemeliharaan yang kompleks.
b. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan
tersier.
c. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan
dasar praktek penelitian.
d. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan
tersier.
e. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan
primer

2.4.2 Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan
kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu
yang lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab
secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
2.5 Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran yang dituju untuk keerawatan komunitas dibagi menjadi beberapa,
diantaranya :
a. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun
sosial.
b. Keluarga
Merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus
menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan

4
maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).
c. Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya
adalah:
a. Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,
penyakit kelamin lainnya.
b. Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental
dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya:
a) Wanita tuna susila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
2.5 Area Keperawatan Komunitas
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi
kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan
tujuan utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk
semua orang melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat.
Meskipun praktik yang dilakukan berada pada berbagai jenis organisasi dan
masyarakat, semua perawat kesehatan komunitas berfokus pada populasi. Populasi
dapat didefinisikan pada mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik

5
(contoh : tetangga, komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok etnik atau
ras khusus yang mengalami beban berlebihan dari outcome kesehatan yang rendah.

Populasi juga dapat berpartisipasi dalam progra khusus seperti perawatan


maternitas untuk remaja yang hamil, atau mereka yang terkena penyakit-penyakit
khusus seperti HIV/AIDS atau tuberkulosis; atau faktor resiko seperti hipertensi,
kurangnya akses terhadap erawatan. Meskipun perawat kesehatan komunitas
melayani indvidu dan keluarga, fokus utama adalah populasi.

Perawat kesehatan komunitas bisa bekerja sama dengan komunitas dan populasi
untuk mengurangi resiko kesehatan dan meningkatkan, mempertahankan serta
memperbaiki kembali kesehatan. Perawat kesehatan komunitas melakukan
advokasi pada tingkat sistem untuk merubah kesehatan. Perawat kesehatan
komunitas harus memahami dan menerapkan konsep dari berbagai area. Perawat
komunitas juga harus mengaplikasikan konsep pengorganisasian dan
pengembangan komunitas, koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan
lingkungan dan ilmu kesehatan masyarakat.

Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai


kelompok meliputi:

a. Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologis, pekerja


sosial, nutrisionis dan pendidik kesehatan
b. Organisasi kesehatan pemerintah
c. Penyedia layanan kesehatan
d. Organisasi dan koalisi masyarakat
e. Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hukum dan
unit gawat darurat
f. Industri dan bisnis
g. Institusi penelitian dan pendidikan

Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan kesehatan individu,


keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi inti dari pengkajian, jaminan dan
kebijakan pengembangan. Fungsi inti diaplikasikan dalam cara sistematik dan
komprehensif. Proses pengkajian meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan

6
harapan populasi dan dipandu dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh
melalui regulasi, advokasi pada penyedia layanan kesehatan professional lain untuk
memenuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki populasi, koordinasi pelayanan
komunitas atau ketentuan langsung pelayanan. Srategi asuransi meliputi
ketersediaan, bisa diterima, dapat diakses dan kualitas layanan. Kebijakan
ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian, prioritas ditentukan oleh populasi dan
dengan pertimbangan dari subpopulasi dan komunitas pada resiko terbesar, seperti
bukti keefektifan dari berbagai aktivitas atau strategi.

Perawat kesehatan komunitas proaktif dengan menghormati kecenderungan


pelayanan kesehatan dan sosial, merubah kepedulian, dan aktivitas legislatif serta
kebijakan. Fungsinya sebagai advokat pada populasi yang mereka layani. Seperti
advokasi untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan lingkungan,
menciptakan kondisi yang emperbaiki dan mempertahankan kesehatan populasi
dan merupakan peranan kunci dari perawat kesehatan komunitas. Perawat
kesehatan komunitas terlibat dalam penelitian untuk meningkatkan praktik perawat
kesehatan komunitas dan strategi serta intervensi khusus. Perawat harus memiliki
tanggung jawab secara aktif dalam meningkatkan ilmu berbasis bukti yang
profesional. Dokumentasi yang baik dan jelas merupakan bukti praktik perawat
kesehatan komunitas yang efisien, efektif dan strategi biaya yang menguntungkan
dalam promotif kesehatan masyarakat. Ketika perawat kesehatan komunitas
bermitra dengan individu, fokusnya menjadi meningkatkan pengetahuan, sikap dan
praktik yang mendukung serta meningkatkan kesehatan dengan tujuan utama
memperbaiki keseluruhan kesehatan dari populasi. Sama juga tindakan dengan
keluarga dan komunitas yang meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat
keseluruhan. Aktivitas dengan populasi berhubungan dengan organisasi,
kebijakan, hukum dan termasuk stake holder kunci yang mempengaruhi lingkungan
dimana orang-orang tinggal dan menciptakan kondisi yang meningkatkan
kesehatan untuk semua.

Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dapat diberikan secara langsung


pada semua tatanan pelayanan kesehatan , yaitu :

7
a. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap
b. Di rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran
home care dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
c. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)
diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program
screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan.
d. Di tempat kerja/industri
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/
industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan
dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan
penanganan perokok serta pengawasan makanan.
e. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan perawatan
langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik
ganda, dan mental.
f. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam
puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di
pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang dilakukan
adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus
penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
g. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti
wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga
pemasyarakatan (Lapas).
h. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi

8
1) Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia
mendapat perlakukan kekerasan
2) Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
3) Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
4) Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS. Fokus utama kegiatan
pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan
mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk
menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya.

B. Faktor Resiko Dalam Kesehatan Komunitas


Salah satu area risiko yang menarik banyak perhatian di zaman ini adalah faktor
risiko pada penyebab penyakit, ketidakmampuan, cedera, kondisi, gangguan, dan
kematian. Fokus pada faktor risiko adalah penting karena fokus tersebut akan
menunjukkan arah intervensi, pendidikan, kesehatan, promosi kesehatan,
pencegahan, dan perlindungan kesehatan. Setiap orang sudah diharapkan kepada
risiko sakit dan risiko kematian.

Risiko dapat diartikan sebagai suatu derajat ketidak pastian (probabilitas)


terjadinya suatu penyakit. Cedera, kondisi, kematian atau kejadian terkait lainnya
yang mungkin menimbulkan hasil yang merugikan dan dapat mempengaruhi status
kesehatan suatu populasi yang mempunyai kebiasaan negatif. Ketidak pastian
adalah orang yang mempunyai risiko belum tentu akan terkena, tetapi sebaliknya
orang yang tidak mempunyai risiko akan menderita.

Besarnya risiko untuk terkena suatu penyakit dapat dihitung dan dibandingkan
dengan cara menghitung incidence pada kelompok yang tidak terpapar. Perhitungan
ini dapat diperoleh pada penelitian prospektif (observasional atau intervensional)
dan retrospektif (perkiraan).

9
1. Sejarah
a. Adanya penelitian Framingham sebagai tiang sejarah perkembangan
epidemiologi penyakit tidak menular seperti :
b. Penelitian yang dilakukan terhadap penyakit cardiovaskular di negara
bagian Masschusetts USA, jumlah penduduk 30.000 jiwa ( yang diteliti
2.336 laki-laki dan 2.873 perempuan kulit putih)
c. Penelitian tentang penggunaan obat (thalidomide yang diedarkan tahun
1958 di inggris)
d. Akibat konsumsi obat tersebut mengakibatkan cacat pada bayi baru lahir
(hypoplastic atau aplastic limb defeormitas, phocomelia)
e. Penelusuran terhadap kelahiran menunjukkan kecenderungan cacat
pada bayi di jerman barat pada tahun : 1859 (10 bayi), 1960 (26 bayi),
1961 (477 bayi).

2. Manfaat identifikasi faktor risiko


a. Prediksi, meramal kejadia penyakit, misalnya, perokok berat mempunyai
risiko 10 kali untuk menderita kanker paru dibandingkan yang tidak
perokok.
b. Penyebab, kejelasan atau beratnya faktor risiko.
c. Diagnosis, membantu proses diahnosis.
d. Prevensi satu faktor risiko sebagai penyebab pengulangan dapat dipakai
untuk pencegahan.

3. Pengertian faktor risiko


Faktor risiko adalah perilaku atau pajanan yang berhubungan dengan
peningkatan risiko terhadap penyakit, cedera, kondisi, atau
ketidakmampuan yang dapat dialami di kemudian hari.

Berdasarkan tingkat individu faktor risiko adalah :

1) Faktor risiko yang berasal dari dalam diri organisme, disebut sebagai faktor
risiko intrinsik.
a. Faktor risiko ini berupa tingkat septibilitas individu terhadap suatu
penyakit.
b. Individu yang suseptibel adalah individu yang lebih mudah
terjangkit penyakit.
c. Dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan

10
Contohnya:
a. Faktor genetik, suseptibilitas terhadap penyakit TB paru, Ras
Negroid> Ras Kaukasoid
b. Faktor jenis kelamindan umur.
c. Faktor anatomi / faali → mukosa atau kulit
d. Faktor Nutrisi, malnutrisi tingkatan suseptibilitas, over weight
tingkatan risiko terserang serebrovaskular.

2) Faktor risiko yang bersal dari luar organisme, disebut sebagai faktor risiko
ekstrinsik.
a. Faktor-faktor lingkungan yang memudahkan individu terjangkit
suatu penyakit.
b. Berupa keadaan fisik,biologik, dan sosial.
c. Mekanisme faktor ekstrinsik mempengaruhi timbulnya penyakit.
d. Mengkaitkan suseptibilitas individu
e. Mempengaruhi atau merupakan exposure agen penyakit.

Berdasrkan dapat diubah atau tidak , faktor risiko adalah :


1) Unchangeable Risk Factors ( misalnya : umur, genetik )
2) Changeable Risk Factors ( kebiasaan, pola hidup)
3) Suspected Risk Factors ( masih dicurigai ) misalnya : rokok dan kanker
rahim.
4) Established Risk Factors (sudah terbukti secara alamiah) misalnya : rokok
dan kanker paru.
5) Well Documented Risk Factors ( faktor risiko didokumentasi)
6) Less wel Documented (kurang terdokumentasi)
7) Strong Risk Factors (Faktor Risiko kuat)
8) Weak Risk Factors (Faktor Risiko lemah)

4. Pengukuran Risiko
Suatu ukuran untuk mengetahui / menaksir berapa besar risiko terkena suatu
penyakit yang harus dihadapi kelompok / populasi terpapar dibandingkan dengan

11
kelompok / populasi tidak terpapar. Ukuran risiko disebut sebagai ukuran asosiasi
antara paparan dan penyakit juga disebut ukuran efek. Ada dua ukuran risiko yaitu
:
1) Ukuran Rasio
a. Ukuran rasio : suatu ukuran yang dapat memberi petunjuk dalam
mengetahui berapa kali lebih besar risiko yang dihadapi populasi terpapar
dibandingkan populasi tidak terpapar.
b. Risiko relatif (RR)= Kumulatif Incidence Ratio (CIR) adalah ukuran yang
menunjukkan berapa kali (lebih besar atau lebih kecil) risiko mengalami
penyakit pada kelompok yang terpapar dibandingkan pada kelompok tidak
terpapar.
c. Ratio laju insiden (IDR) adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (bisa
lebih cepat atau lebih lambat terkena sakit) pada kelompok yang terpapar
dibandingkan pada kelompok yang tidak terpapar.
d. Odds Ratio (OR)
Yang dimaksud dengan odds ratio (OR) / rasio odds adalah kemungkinan
paparan faktor risiko pada kelompok kasus dengan kemungkinan paparan
faktor risiko pada kelompok kontrol. Peluang terpajandan risiko terkena
suatupenyakit dapat ditentukan dengan odds ratio. Artinya berapa kalikah
faktor risiko menyebabkan penyakit bagi kelompok terpapar dibandangkan
dengan kelompok yang tidak terpapar.
OR= {A/(A+B) : B/(A+B)}/{C/(C+D) : D/(C+D)}
= A/B: C/D
= AD/BC
2) Ukuran Beda
Ukuran beda atau juga bisa disebut attributable risk adalah suatu ukuran
yang dapat memberi petunjuk dalam mengetahui berapa besar beda risiko
yang dihadapi populasi terpapar dibandingkan populasi tidak terpapar.
Attributable risk dapat dihitung dengan cara mengurangi angka insidence
(atau angka kematian) penyakit pada individu yang tidak terpajan dari
individu yang terpajan. Attributable risk adalah risiko perorangan atau
selisih /perbedaan risiko.

12
Ukurannya adalah :
a. Beda risiko (Risk Different = RD )
Menggunakan data insidence kumulatif.
b. Beda laju insiden (insidence Dencity Different = IDD) menggunakan data
laju insiden

Outcome (hasil akhir dapat disajikan dalam tabel 2x2 seperti berikut :

Efek
+ -
Lama + A b a+b
paparan
- E d e+d

RR= a/a+b
‾‾‾‾‾‾‾‾‾
c/c+d

RA= a c
‾‾‾‾‾ - ‾‾‾‾
a+b c+d

ada 4 sub kelompok :

a. Subjek dengan faktor risiko + & efek +


b. Subjek dengan faktor risiko + & efek -
c. Subjek dengan faktor risiko + & efek +
d. Subjek dengan faktor risiko - & efek -

Interpretasi hasil = case control study

RR= 1→ faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok terpapar sama dnegan
kelompok tidak terpapar. RR> 1→ Confident Interval (CI) > 1 → faktor risiko
menyebabkan sakit.

RR< 1→ Confidence Interval (CI) < 1 → faktor risiko mencegah sakit.

13
Contoh faktor risiko :

a. Merokok
b. Minum alkohol
c. Diet makanan
d. Gaya hidup
e. Kegemukan
f. Radiasi
g. Perilaku seksual
h. Obat-obatan
i. Dan lain-lain

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan

“Health is not everything but without health everything is nothing” artinya


“Kesehatan bukanlah segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya bukan apa-
apa”. Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan
dan pelayanan kesehatan.

a Faktor Genetik

Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan


atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada
status kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di
deteksi. Untuk itu perlu dilakukan konseling genetik. Untuk kepentingan
kesehatan masyarakat atau keluarga, faktor genetik perlu mendapat
perhatian dibidang pencegahan penyakit.
Misalnya seorang anak yang lahir dari orang tua penderita diabetas
melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir
dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang
lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor
genetik yang diwariskan orang tuanya .Olehkarenanya, ia harus mengatur
diet nya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak

14
ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya
DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik adalah peluru (bullet)
tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan lingkungan/prilakun manusia
adalah pelatuknya (trigger).
Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan
akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu
perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit
bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini
teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan
kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

b Faktor Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang


berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan
kelengkapan sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan
kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok
masyarakat. Misalnya, jadwal imunisasi yang teratur dan penyediaan vaksin
yang cukup sesuai dengan kebutuhan, serta informasi tentang pelayanan
imunisasi yang memadai kepada masyarakat akan meningkatkan cakupan
imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi akan menekan angka kesakitan
akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat
terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas,
Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan
juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap
Kab/Kota.

15
c Faktor Perilaku Masyarakat

Perilaku adalah suatu aktifitas manusia baik yang dapat diamati


secara langsung maupun tidak. Perilaku adalah hasil dari segala macam
pengalaman dan interaksi manusia dan lingkungan (Pusat PKM depkes RI,
1992)
Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya
terhadap munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan di
masyarakat .Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa
disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan
mengakibatkan masalah kesehatan tetap potensial berkembang di
masyarakat. Misalnya, Penyediaan fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak
manfaatnya apabila ibu-ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku ibu-
ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah tersedia
adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat imunisasi
dan efek sampingnya. Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat karena adanya
penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas
kesehatan.
Perilaku individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga
akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya
suatu penyakit. Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat
kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku
dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri
kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi,
stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan
mencuci tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari
penyakit saluran cerna seperti diare dan lainnya. Secara lebih operasional
perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon seseorang terhadap
rangsangan dari luar subjek, dan respon ini terbagi 2, yaitu :

a. Respon bentuk pasif

Bentuk pasif adalah respon internal, yakni yang terjadi dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat diamati oleh orang lain. Respon

16
bentuk pasif ini antara lain adalah berfikir, tanggapan atau sikap batin,
dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu hádala
bermanfaat untuk mencegah statu penyakit tertentu, tetapi inu tersebut
tidak pernah membawa anaknya ke posyandu atau ke puskesmas untuk
di imunisasi. Perilaku seperti ini masih terselubung (covert behaviour).

b. Respon bentuk aktif

Respon bentuk aktiv artinya bahwa perilaku itu dapat secara


langsung dilihat atau diamati. Misalnya si ibu yang sudah tahu manfaat
dari imunisasi terhadap kesehatan anaknya, akan membawa anaknya ke
posyandu atau puskesmas untuk di imunisasi. Perilaku ini sudah nyata
(overt behaviour). Perilaku kesehatan tidak lain merupakan suatu reaksi
dari seseorang terhadap rangsangan (stimulus) yang berhubungan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Reaksi ini dapat berbentuk pasif dan dapat pula aktif.
Menurut Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor
diluar perilaku (non perilaku). Faktor perilaku ditentukan oleh 3
kelompok, yaitu :

1) faktor presdiposisi

adalah setiap karakterisitik pasien, konsumen atau masyarakat


yang memotivasi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.
Mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma
sosial dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan
masyarakat.

2) faktor pendukung

faktor pendukung adalah setiap karakteristik lingkungan yang


memudahkan perilaku kesehatan dan setiap leterampilan atau sumber
daya yang diperlukan untuk melaksanakan perilaku tersebut.

17
3) faktor pendorong

Faktor pendorong adalah setiap ganjaran yang mengikuti atau


diperkirakan sebagai akibat suatu perilaku kesehatan. Menurut
Herbert C.Kelman perubahan perilaku seseorang dapat disebabkan
karena: karena terpaksa, karena ingin meniru,dan karena menyadari
manfaatnya.

d Faktor Lingkungan

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam


meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita
rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak
penduduknya yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran
pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih,
banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan
memyebabkan perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam
berdarah meningkat (Maskoeri, Jasin.1994).
Hal ini menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk
dan tertular demam berdarah. Untuk menganalisis program kesehatan
dilapangan, paradigma H.L.Blum dapat dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah sesuai dengan faktor-
faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat.
Analisis ke 4 faktor tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga
masalah kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas.
Analisis ke 4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi
perencnaan)untuk pengembangan program kesehatan di suatu wilayah
tertentu. Yang termasuk kedalam lingkungan ini adalah :

1. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik dapat berupa keadaan tanah (pegunungan, rawa,


subur atau tidak subur), keadaan air (bersih, kotor, mudah atau sulit didapat),

18
keadaan cuaca (seperti panas, dingin, lembab, atau kering), dan lain
sebagainya

2. Lingkungan biologis

Adanya hewan atau makhluk hidup lainnya yang berguna serta yang
merugikan manusia. Yang berguna misalnya ternak, dan yang merugikan
misalnya bakteri, virus, cacing parasit, dan lain-lain. Adanya tumbuh-
tumbuhan yang berguna bagi manusia berupa bahan pangan, sedangkan yang
merugikan dapat berbentuk jamur penyebab penyakit, dan lain-lain.

3. Lingkungan sosial budaya

Lingkungan sosial budaya dapat berupa :

a. Tingkat pendidikan
b. Adat istiadat dan kepercayaan seperti tahayul, dan pantangan-pantangan
yang tidak sesuai dengan kesehatan.
c. Adanya lembaga-lembaga masyarakat yang dapat menjadi wadah
kerjasama.
d. Upacara-upacara.
4. Lingkungan ekonomi

Yang termasuk dalam lingkungan ekonomi antara lain adalah :

a. Struktur ekonomi
b. Status ekonomi

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi masalah kesehatan yang


terjadi di Indonesia diantaranya adalah pengaruh urbanisasi penduduk, kondisi
tempat pembuangan limbah, faktor tingkat pendidikan, faktor lingkungan,
faktor oleh petugas kesehatan, faktor pelayanan kesehatan, dan budaya.
Urbanisasi salah satu yang sangat sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat
Indonesia. Pengertian urbanisasi adalah perpindahan penduduk dalam jumlah
besar dari desa ke kota. Faktor ini mengakibatkan banyak masalah baru di ibu
kota terutama dalam hal kesehatan masyarakat kota. Masalah ini akibat

19
ketidak adaan skill atau keahlian khusus dari warga yang pindah ke kota
sehingga menimbulkan penganggur atau pengemis dan masalah
lainnya. penduduk yang pindah itu terkadang pindah tampa memiliki tempat
tinggal tetap sehingg menciptakan lingkungan kumuh dll.

1. Kondisi tempat pembuangan limbah dapat menjadi masalah untuk


kesehatan di lingkungan tempat pembuangan sampah. Masalah lingkungan
itu timbul dari limbah rumah tangga, yang dapat mengakibatkan dampak
negatif terhadap lingkungan. Masalah besar yang ditimbulkan oleh limbah
rumah tangga tersebut adalah pencemaran air, tanah, udara serta air sungai
yang menjadikan tempat

2. Berkembangbiaknya penyakit agens dan vektor penyakit menular.

3. Pendidikan juga menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pendidikan


sangat mempengaruhi prilaku masyarakat, kurangnya pendidik
mengakibatkan kurang nya kesadaran untuk menghargai kesehatan.
4. Faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan, lingkunganlah yang membuat kita berinteraksi. Jadi situasi
lingkungan yang jelek sangat berpengaruh terhadap status kesehatan.
5. Lingkungan pemukiman khususnya rumah tempat tinggal merupakan salah
satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia.
6. Tersedianya sarana air bersih juga memberi dampak bagi kesehatan.
Kebutuhan air tidak terlepas dari kehidupan masyarakat. Tidak
terpenuhinya kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan
seperti infeksi kulit, infekasi usus, dll.
7. Masalah kesehatan yang menyangkut petugas kesehatan biasanya terletak
pada masyarakat yang sulit untuk menerima pelayanan kesehatan secara
maksimal. Hal ini terjadi karena petugas yang profesional masih terbilang
kurang karena petugas profesional masih terkonsentrasi di kota, padahal di
daerah pedesaan lebih membutuhkan pelayanan dan ketenagaan kesehatan.
8. Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan,nilai dan kebiasaan
individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan, dan cara pelaksanaan
kesehatan pribadi.

20
C. Manajemen Resiko

1. Pengertian
Manajemen resiko adalah untuk menidentifikasi resiko,mengendalikan
kejadian-kejadian,mencegah kerusakan.manajemen resiko memutuskan apakah
akan menginvestigasi insiden lebih lanjut ( huber 2000 ). Manajemen resiko
dalam keperawatan adalah sisitem yang menjamin pelayanan keperawatan
yang tepat dan berusaha mengenai potensial bahaya dan menghilangkan
sebelum terjadi.
Langkah-langkah dalam manajemen resiko yaitu mengenali resiko yang
mungkin terjadi, menganalisanya, melakukan tindakan untuk mengururangi
resiko tersebut, dan mengevaluasi langkah-langkah yang diambil.

Salah satu alat yang di gunakan dalam manajemen resiko adalah laporan insiden
dan laporan kejadian. Laporan kejadian memberikan data dasar untuk penelitian
selanjutnya dalam upaya menjelaskan penyimpangan dari standar
pelayanan,memperbaiki tindakan yang diperlukan untuk ,mencegah frekuensi,
dan untuk meningkatkan manajemen resiko terhdap situasi yang berpotensi
menjadi tuntutan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko
yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan
politik.

2. Langkah-langkah proses manajemen risiko:


a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai
b. Mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi atau terjadinya kerugian
(paling sulit tapi penting)
c. Menentukan besarnya risiko atau kerugian:
d. Frekuensi kejadian
e. Besarnya akibat dari kerugian tsb. thdp. keuangan (kegawatannya)
f. Kemampuan meramalkan besarnya kerugian yang jelas akan timbul

21
g. Mencari cara penanggulangan yang paling baik, tepat dan ekonomis
h. Mengkoordinir dan melaksanakan keputusan untuk penanggulangan
i. Mencatat, memonitor, dan mengevaluasi langkah-langkah yang
ditempuh

Agar program penanggulangan risiko berlangsung efektif:


a. Telaah scr berkala: apakah ada perubahan, dampak terhadap
kerugian/bahaya dan upaya penanggulangannya yg menyangkut biaya,
program keselamatan, pencegahan kerugian, dsb.
b. Dokumentasi. kerugian harus selalu diperiksa untuk mengetahui
perkembangan
c. Menjaga mutu pelayanan keperawatan; suatu rangkaian kegiatan
pelayanan keperawatan berdasarkan Standar asuhan dan Standar
prosedur keperawatan

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko
tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan.Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica,
Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan . “Health is not
everything but without health everything is nothing” artinya “Kesehatan
bukanlah segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya bukan apa-apa”. Menurut
Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan
kesehatan.

B. Saran
Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca dapat
menggali kembali sumber- sumber lain untuk menyempurnakannya. Jadi kami
harapkan kritik yang membangun dari rekan sekalian, untuk kami lebih bisa
baik dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

23
Maskoeri, Jasin.1994. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.

TIM IAD MKU UMS, TIM MUP.2008. Ilmu Kealaman Dasar. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.

Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan pemerintah Daerah otonom di Indonesia. Jakarta:


UI-Press.
Utami, Sri Tjahyani Budi, 2003. Modul Mata Pencemaran Udara dan Kesehatan.
Depok: FKM-
Harnilawati.2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi: Pustaka
As Salam
Veronika, Nuraeni, M Supriyono -Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, 2017
Depkes, 2006. Pedoman Penyelenggaraan upaya Keperawatan Kesehtan
Masyarakat Di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI

24

Anda mungkin juga menyukai