Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 6

NEFI APRILLAH JUNIWATI


(1511311006)
VONNY OCTAVIA (1511312002)
HASNATUL SADIYAH
(1511312005)
DWI FITRIALESA (1511312006)
INTAN FAHRAINI (1511312015)
ASUHAN KEPERAWATAN
KETIDAKBERDAYAAN
PENGERTIAN KETIDAKBERDAYAAN
• Ketidakberdayaan adalah persepsi atau
tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan
yang sudah dilakukannya tidak akan membawa
hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa
perubahan hasil seperti yang diharapkan,
sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang
terjadi atau mengendalikan situasi yang akan
terjadi (NANDA, 2011).
PENYEBAB KETIDAKBERDAYAAN

Kurangnya pengetahuan

Ketidakadekuatan koping sebelumnya (seperti


: depresi)

Kurangnya kesempatan untuk membuat


keputusan
FAKTOR TERKAIT KETIDAKBERDAYAAN

• Kesehatan lingkungan

• Hubungan interpersonal

• Penyakit yang berhubungan dengan rejimen

• Gaya hidup ketidakberdayaan


MACAM KETIDAKBERDAYAAN

Ketidakberdayaan
situasional Ketidakberayaan
dasar (trait
powerlessness)
BATASAN KARAKTERISTIK KLIEN DENGAN
KETIDAKBERDAYAAN
• Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007)
ketidakberdayaan yang dialami klien dapat terdiri dari tiga
tingkatan antara lain:

Sedang

Berat
ASKEP KETIDAKBERDAYAAN
PENGKAJIAN
• Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau
memengaruhi situasi.
• a.       Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
• b.      Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
• c.       Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan
diberikan.
• d.      Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
• e.       Apatis, pasif.
• f.       Ekspresi muka murung.
• g.      Bicara dengan lambat.
• h.      Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
• i.        Tidur berlebihan.
• j.        Menghindari orang lain.
DIAGNOSA

Gangguan harga diri: harga diri rendah


berhubungan dengan ketidakberadayaan.

Ansietas berhubungan dengan


minus pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
hilangnya salah satu anggota badan akibat
amputasi.
RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN

• DIAGNOSA 1
• Tujuan umum:
• Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk
mengendalikan situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan
perasaan rendah diri.
• Tujuan khusus:
• 1. Pasien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat.
• Tindakan :
• a. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa adanya dan
bersifat empati.
• b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat
sendiri (misalnya rasa marah, frustasi dan simpati).
• c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya sportif.
• d. Beri waktu untuk pasien berespons.
• 2. Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosi.
• Tindakan:
• a. Tunjukkan respon emosional dan menerima pasien.
• b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka,
eksplorasi, klarifikasi.
• c. Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
• d. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi
kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya
untuk mengontrol.
• e. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-
perasaannya yang berhubungan dengan
ketidakmampuan.
• 3. Pasien dapat memodifikasi pola kognitif negative.
• Tindakan:
• a. Diskusikan tentang masalahyang dihadapi pasien tanpa
memintanya untuk menyimpulkan.
• b. Identifikasi pemikiran yang negative dan bantu untuk
menurunkannya melalui interupsi atau substitusi.
• c. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
• d. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang
dibuat pasien. Identifikasi persepsi pasien yang tidak
lengkap, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak
rasional.
• e. Kurangi penilaian pasien yang negative terhadap dirinya.
• f. Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau
perilakunya dan perubahan yang terjadi.
• 4. Pasien dapat berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan perawatnya.
• Tindakan:
• a. Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan
perawatannya yang ingin dicapai.
• b. Motivasi pasien untuk membuat jadwal aktifitas
perawatan dirinya.
• c. Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
• d. Berikan “reinforcement” positif untuk keputusan yang
dibuat.
• e. Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau
penampilan yang bagus.
• f. Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan
sehari-hari.
• 5. Pasien dapat termotivasi aktif untuk mencapai tujuan
yang realistis.
• Tindakan:
• a. Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang
realistik. Foskuskan kegiatan pada saat ini bukan pada
kegiatan masa lalu.
• b. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi
kehidupan yang dapat dikontrol.
• c. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien.
Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas
tersebut dan berikan penilaian positif untuk berpartisipasi
dan pencapaiannya.
• d. Motivasi keluarga untuk berperan aktif falam membantu
pasien menurunkan perasaan ketidakberdayaan.
• DIAGNOSA 2
• Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan pasien mampu mengontrol tingkat ansietasnya
serta mampu mengkomunikasikan perasaan dengan tepat
dengan kriteria hasil:
• –          TTV normal
• –          Pasien tampak rileks.
• Intervensi:
• 1. Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan
dukungan moral.
• 2. Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.
• 3. Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang
kecemasan klien.
• 4. Bina hubungan saling percaya dengan oasien dan keluarga
pasien.
• 5. Kolaborasi: beri obat untuk mengurangi ansietas.
• DIAGNOSA 3
• Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan pasien dapat
menerima keadaan tubuhnya yang sekarang dengan kriteria hasil:
• –          Pasien tampak percaya diri.
• –          Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.
• Intervensi:
• 1. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini,
perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini terhadap citra tubuhnya.
• 2. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
• 3. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
• 4. Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
• 5. Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
• 6. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah kepada pembentukan
tubuh yang ideal.
• 7. Lakukan interaksi secara bertahap.
• 8. Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam keluarga dan social.
• 9. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau mempunyai
peran penting baginya.
• 10. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.
CONTOH KASUS
• Klien (34 Tahun) masuk ke ruang perawatan MPE RSKO Jakarta pada April 2013.
Klien mengatakan Ia diantar oleh kakak pertamanya, klien Mengungkapkan ingin
berhenti menggunakan Putaw (Heroin). Namun, klien tidak yakin dengan dirinya
sendiri, jika Ia dapat berhenti total dan tidak menggunakan kembali jika sudah
keluar dari Rumah Sakit. Klien mengatakan alasan Ia mau masuk perawatan adalah
karena saran dari kakaknya yang mengatakan takut jika adiknya ketangkap dan
tersangkut kasus hukum karena menggunakan Heroin, Sehingga urusannya akan
panjang. Klien mengatakan bahwa dirinya menggunakan NAPZA pertama kali
adalah jenis alkohol dan ganja tahun 1992, Ketika itu klien masih duduk dibangku
SMP karena ikut-ikutan dengan teman-temannya. Kemudian terus berlanjut dan
berganti-ganti ke jenis NAPZA lainnya, sampai klien mengatakan bahwa Ia
menemukan yang paling cocok untuk dirinya adalah jenis Putaw (Heroin).
Penggunaan Heroin tersebut terus berlanjut sampai menjadi addict. Tahun 2001
Klien menyadari banyak hal yang menjadi kacau dalam hidupnya yaitu: kuliah
berantakan, kehidupan menjadi kacau, pekerjaan sampingan klien juga
berantakan. Klien memutuskan untuk mengikuti program perawatan lengkap
(detoksifikasi dan Rehabilitasi) di Rumah Sakit SB di kota Sukabumi atas
permintaan Alhm.Ibu klien saat itu. Klien mengikuti program detoksifikasi selama 2
bulan, dilanjutkan perawatan rehabilitasi selama 11 bulan.
• Klien mengatakan keluar dan menyelesaikan program perawatan pada bulan
November 2002.
• Klien mengatakan bahwa Ia benar-benar bersih (abstinence) dari NAPZA selama 2
tahun. Namun, pada tahun 2005 klien mengalami kondisi slip dan kembali relapse.
Klien mengatakan background pekerjaannya sebagai manajer F&B di perusahaan
minuman impor, mempermudah ia untuk kembali mengakses Putaw/Heroin. Selain
itu, besarnya tekanan dari pekerjaan berupa target-target perusahaan yang harus
dicapai yang harus dihadapi juga turut berpengaruh. Klien mengatakan
pekerjaannya masuk jam 10.00 s/d tidak tentu. Klien mengatakan jam 10.00 s/d
siang hari aktivitasnya berupa paper work. Kemudian setelah makan siang klien
mengatakan baru melakukan pekerjaan yang sifatnya aktif. Ia harus melakukan
lobby ke club-club atau tempat hiburan malam. area cakupannya adalah wilayah J.
Itulah awal mulanya klien kembali menggunakan Putaw/heorin. Klien mengatakan
karena bertemu dengan teman lamanya dan berbagi cerita dengan teman-
temannya tersebut. Kemudian klien mulai mencoba kembali memakai
Putaw/Heroin. Klien mengatakan sejak itu terus berlanjut menggunakan heroin
sampai terakhir masuk RSKO April 2013. Namun, klien mengatakan di tahun 2007 Ia
pernah menjalani program spiritual di wilayah S selama 2 bulan.
• Klien kembali ke pekerjaannya, dan kembali menggunakan Heroin. Berikut
gambaran skema penggunaan NAPZA klien disertai dengan keterangan usia awal
klien menggunakan NAPZA.
• Riwayat Awal Penggunaan NAPZA
• Dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa saat ini klien tinggal dengan kakak
pertamanya. Klien merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara, 2 orang kakak
perempuan, 1 orang kakak laki-laki. Sedangkan ayah klien sudah meninggal
karena sakit jantung sejak klien berusia 7 tahun, dan Ibu klien meninggal pada
tahun 2007. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah anak kesayangan ibunya,
apapun yang dimintanya sejak ayahnya tidak ada, Ibunya selalu memberikan
apayang diminta oleh klien, sampai kakaknya memanggilnya dengan sebutan
“Sibelahan jiwa mama”. Klien mengatakan hal yang paling menyedihkan dalam
hidupnya adalah saat kehilangan Ibunya. Ia mengatakan “Kalo aja mama hidup
1hari lagi aja, saat itu pasti gue akan lakukan apa aja buat ngebahagiain dia,
hari ini ulang tahun mama ”.
• Klien mengatakan orang terdekat dengannya selain Alhm. Ibunya adalah Kakak
perempuannya No.2. Namun, semenjak kakaknya menikah tahun 2007 tidak
lama sebelum ibunya meninggal. Kakaknya dibawa oleh suaminya ke Inggris
karena suaminya kebangsaan Inggris. Klien mengatakan kadang bingung tidak
ada tempat untuk mengadu, kecuali dengan kakak pertamanya saat ini.
Sedangkan kakak pertamanya saat ini suaminya juga sudah meninggal,
sehingga sibuk mengurus anak dan harus bekerja juga. Klien mengatakan tidak
ada teman untuk membagi cerita suka dan duka kecuali teman-teman di
tempat pakau (pakaiputaw/Heorin).
• Ketika ditanya tentang aktivitas diluar pekerjaan, Klien mengatakan biasanya memanfaatkan
waktu luang sewaktu bersih dari NAPZA dengan memancing. Tetapi, klien mengatakan saat ini
sudah malas karena membosankan. Klien juga mengatakan sering jalan-jalan untuk mencari
tempat baru dengan teman-temannya di akhir pekan untuk pakau (Pakai Putaw/Heroin). klien
mengatakan saat ia memakai Putaw/Heorin tujuannya supaya dapat kembali merasa tenang
dan mempercepat berjalannya waktu. setelah itu klien mengatakan dirinya akan lebih tenang
dan esoknya bisa kerja. ketika ditanya tentang aktivitas selama di RS, klien mengatakan bosan,
malas ngapa-ngapain karena nggak ada kegiatan. mandi juga jadi malas, 1 kali saja sehari. klien
mengatakan susah tidur dan harus minum obat tidur tiap malam. Tampak lingkaran hitam di
area sekitar mata, tampak lesu, dan tidak bersemangat. Klien mengatakan biasa mulai tidur jam
3-an malam sampai jam 8 pagi. Klien juga mengatakan badannya nyeri karena baru saja putus
codein dan gelisah terus. klien mengatakan tidak bisa jamin dan yakin bisa berhenti tidak pakai
lagi. klien mengatakan mungkin tidak ada yang berani jamin orang tidak pakai lagi. karena kita
punya pergaulan di luar yang tidak bisa kita bentengi.
• Ketika ditanya tentang kebiasaanya dalam memakai putaw/heroin dengan cara apa, klien
mengatakan dengan menyuntikkan ke pembuluh darah. Namun, klien mengatakan tidak pernah
bertukar jarum suntik dengan teman pengguna lainnya, hanya saja satu jarum dapat digunakan
sampai 4 hari dengan frekuensi suntik 3-4 kali dalam satu hari. Ketika ditanya tentang
pengetahuan klien akibat penggunaan jarum suntik klien mengatakan resiko hepatitis C. klien
mengatakan dirinya saat ini positif Hepatitis C. Tetapi klien mengatakan sudah pernah mengikuti
terapi pengobatan interferon pada tahun 2009. Klien juga mengatakan dirinya pernah memiliki
riwayat sakit asam lambung yang parah. Bahkan sampai dilakukan endoscopy, pada bulan
Maret 2013 akibat tukak lambung yang parah menurut klien.
• Pengetahuan klien tentang HIV cukup, klien mampu
menyebutkan apa itu HIV, Penyebab, dan cara
menghindari terkena HIV. Klien pernah melakukan tes
anti HIV tahun 2007 dan hasilnya negatif dengan nilai
CD4 600. Namun, klien bertanya apa ada hubungannya
penggunaan putaw dengan sakit tukak lambung. ketika
ditanya apakah klien, masih memiliki kebiasaan
wwmengkonsumsi alkohol, klien mengatakan masih
aktif mengkonsumsi alkohol khususnya jenis wine
terakhir sebelum masuk RSKO Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai