Anda di halaman 1dari 5

JURNAL REFLEKSI PADA Ny.

M DENGAN GANGGUAN ISI PIKIR:


WAHAM KEBESARAN DI RUANG MELATI RSJ.
RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Oleh

Fitri Muna Rahayu S.Kep


NIM 132311101085

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1. Problem
Pasien berinisial Ny. M. 47 tahun dengan status sudah cerai, belum lulus
SMP. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam medis, Klien memilik masalah
kejiwaan. Klien mempunyai riwayat masuk RSJ baru kali ini, klien mengatakan
bercerai dengan suaminya.
Saat dilakukan pengkajian primer pada 10 Juli 2019 pada klien Faktor
predisposisi, klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa klien di bawa oleh
DINSOS dan saat ditanya terlihat kebingungan. Klien memiliki pengalaman tidak
menyenangkan dimasa lalunya. Klien bercerai dengan suaminya. 10 tahun yang lalu
klien banyak diam, dan marah tanpa sebab.
Pada saat pengkajian, didapatkan hasil pemeriksaan fisik, TD: 110/80 mmHg,
N: 88x/ menit, S: 36,60C, dan RR: 22x/ menit dengan BB 55 Kg, dan TB 143 cm.
Pasien tidak memiliki gangguan psikososial. Status mental pasien tergambarkan
oleh penampilan pasien yang rapi, pembicaraan dengan volume pelan, jumlah kata
banyak, singkat dan bicara klien singkat. Klien tidak mampu menceritakan
kronologi masalah kesehatannya. Klien mengatakan bahwa lah artis cilik. Klien
juga mengatakan bahwa dirinya dulu sempat mendengar suara bisikan laki-laki, saat
bisikan itu datang pasien senyum-senyum sendiri, namun sekarang sudah tidak ada
lagi.

2. Intervensi
Intervensi yang direncanakan penulis merupakan sebuah cara yang dipilih
penulis untuk menentukan tindakan apa yang bisa dan sesuai dengan kebutuhan
klien, ditinjau dari hasil pengkajian dan masalah klien yang harus ditangani dan
dibantu agar tidak menjadi masalah yang lebih buruk bagi pasien. intervensi penulis
yaitu dengan cara terapi modalitas. Terapi modalitas adalah terapi kombinasi dalam
keperawatan jiwa, dimana perawat jiwa memberikan praktek lanjutan untuk
menatalaksanaan terapi yang digunakan oleh pasien gangguan jiwa (Videbeck,
2008, hlm.411). Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain: terapi individual,
terapi lingkungan (milliu therapi), terapi biologis atau terapi somatik, terapi
kognitif, terapi keluarga, terapi perilaku, terapi bermain, terapi spiritual (Yosep,
2007, hlm.210).
Berdasarkan jurnal ini, pemberian intervensi pada klien dengan halusinasi dan
waham dengan cara psikoedukasi berupa pengenalan terhadap penyakitnya,
manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping pengobatan. Klien juga
dimotivasi agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol setelah pulang dari
perawatan. Sebagai tenaga kesehatan Dokter atau perawat juga harus membantu
klien untuk menerima realita dan menghadapinya, membantu klien agar dapat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap dan menambah kegiatan
dengan keterampilan yang dimiliki. Misalnya dengan cara mencuci piring,
mengepel, mencuci baju dan menyapu. Perawat menganjurkan klien dengan
memasukkan aktivitas mencuci baju, mengepel, menyapu dan mencuci piring ke
dalam kegiatan jadwal aktivitas sehari-hari. Perawat membantu. Peneliti memilih
aktivitas yang digunakan adalah dengan melakukan kegiatan aktivitas sheari-hari
dengan membantu menyapu dan mencuci piring di ruang Sedap

3. Comparation
Menurut penelitian Arif (2006), ciri utama skizofrenia tipe paranoid adalah
adanya keyakinan yang tidak rasional (waham) mencolok atau halusinasi auditorik
dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afek yang relatif masih terjaga. Hal
ini sejalan dengan pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa gejala
halusinasi paling banyak ditemukan yang merupakan salah satu ciri yang
mendominasi tipe paranoid. .Ide-ide saat terjadi waham pada pasien Skizofrenia
yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa sangat bervariasi antara pasien satu dengan
pasien lainnya, adapun tema ide-ide yang ditemukan dalam penelitian ini antara
lain; 1) Memiliki barang atau alat sakti; 2) Memiliki suatu kesaktian atau
kemampuan; 3) Mengalami kerasukan atau dirasuki suatu makhluk; 4) Memiliki
gelar jabatan yang tinggi; 5) Merasa ditakuttakuti oleh suatu makhluk; 6) Perasaan
hati yang kosong atau hampa; 7) Merasa dilukai atau disakiti secara fisik; 8)
Melakukan puasa atau ritual tertentu; 9) Merasa menerima sihir/ santet dari orang
lain; 10) Bertemu dengan Makhluk Ghaib; 11) Menganggap ada orang lain yang
merasa iri/ dengki; 12) Merasa akan dibunuh; 13) Merasa memiliki fisik yang cacat/
rusak; 14) Mengaku sebagai Tuhan; dan 15) Dikendalikan oleh Dewa.

4. Outcome
Tindakan yang sudah dilakukan pada klien yaitu mengajak klien untuk
melakukan kegiatan aktivitas yang terjadwal, memberikan psikoedukasi berupa
pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek
samping pengobatan. Klien juga dimotivasi agar minum obat secara teratur dan
rajin kontrol setelah pulang dari perawatanmembac. Hasil dari tindakan yang
dilakukan dari hasil wawancara langsung pada klien yaitu klien mengatakan merasa
senang bertemu dengan mahasiswa, klien merasa terhibur dan tidak sendirian. Klien
juga merasa tenang, nyaman, dan lebih rileks, dengan hasil yang didapat
diharapkan klien dapat mengontrol halusinasi dan wahamnya dengan melakukan
kegiatan aktivitas harian seperti menyapu, mencuci piring dan mengepel. Dari hasil
yang dilakukan peneliti didapatkan selama tindakan klien dapat mengikuti dan
cukup kooperatif, klien dapat mengontrol halusinasinya dan wahamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, I. M., 2006, Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien, Penerbit


Refika Aditama, Bandung
Neola dan Rika. 2017. Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre. J Medula
Unila. 7(1):1-5

Anda mungkin juga menyukai