Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wafilatul linta safitri

Nim : 18631661

Absen : 20 (GENAP)

Kelas : A semester 6

Tugas : Kuiz

2. Seorang perempuan berusia 20 tahun dirawat di RSJ dengan marah-marah. Keluarga


mengatakan pasien sering marah apabila ada keinginan setelah diputuskan oleh pacarnya.
Hasil pengkajian : nada bicara tinggi, mendominasi pembicaraan dan mudah tersinggung.
Pasien mengatakan saya kesel dengan orang tua selalu membedakan dengan kakak saya,
karena kakaknya lebih pinter. Paman pasien ada riwayat yang sama. Pasien rawat ke tiga
satu tahun tidak mau minum obat. Apakah faktor presipitasi pada kasus tersebut

a. Genetik
b. Pola asuh
c. Putus obat
d. Persaingan dikeluarga
e. Kehilangan orang yang dicintai

JAWAB :

Teori: Menurut Keliat bahwa faktor pengendapan adalah faktor pemungkin timbulnya
gangguan jiwa atau secara umum adalah khen gangguan jiwa timbulnya gangguan setelah
adanya hubunganyang bermusuhan tekanan isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkman kekambuhan, dan faktor ini akan menjadikan gangguan jiwa dapat terulang
dengan faktor presipitasi dimana kekambuhan yang terjadi dapat disebabkan oleh presipitasi
. Asumsi penaliti adanya hubungan artara gangguan jiwa dengan faktor presipitasi
dikarenakan adanya yarg mendukung seperti adanya ingatan yang mungkin timbul akibat
kekambuhan sehingga gangguan jiwa merasa dirinya berada dalam keadaan ketidak stabilan
dan seakan akan kondisi seperti itu muncul kembali

Referensi : Kehat, Budi Ana. 1987. Penatalaksanaan sires. Jakarta : EGC


4. Seorang pasien perempuan berusia 20 tahun dirawat di RS, alasan marah-marah tanpa
sebab, pakaian tidak rapih, dan tercium bau. Hasil pengkajian : menunjukkan sikap sangat
pasif saat interaksi, cenderung menghindar, dan suara pelan. dan tidak ada kontak mata.
Pasien mengatakan pernah gagal masuk PTN merasa kecewa. Apakah tujuan keperawatan
pada kasus tersebut?

a. Pasien mampu memenuhi kebutuahan perawatan diri


b. Pasien mampu mengidentifikasi kemampuan
c. Pasien mampu mengontrol halusinasi
d. Pasien mampu mengontrol marah
e. Pasien mampu berkenalan

JAWAB :

Teori : Daya tahan stress setiap orang berbeda-beda tergantung pada keadaan somato-psiko-
sosial orang tersebut. Menurut teori, setiap orang bisa terganggu jiwanya jika stress yang
dialaminya cukup besar, lama atau spesifik bagaimanapun kestabilan kepribadian dan
emosinya. Setiap orang juga memiliki penyesuaian diri terhadap stres yang berbeda, karena
peniliaian dan tuntutan stres setiap orang berbeda. Beberapa faktor yang dapat mengurangi
atau menahan efek stres antara lain dengan mekanisme coping. Mekanisme coping terdiri dari
2 tipe yaitu coping yang berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi (pembelaan ego).
Mekanisme coping yang berfokus pada masalah ialah dengan melakukan sesuatu yang
bertujuan untuk meringankan efek dari stresor dan Mekanisme coping yang berfokus pada
emosi (pembelaan ego) ialah menyangkal adanya stresor atau menarik diri dari masalah.

Referensi : Maramis, W.F., Albert A.2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, edisi kedua.
Surabaya :Airlangga University Press

6. Seorang laki-laki, berusia 40 tahun, dirawat karena sering masuk kerumah tetangga tanpa
izin dan bicara kacau. Hasil pengkajian pasien mengatakan dirinya adalah utusan nabi
yang akan membawa kedamaian bagi masyawakat. Pasien juga menggunakan pakaian
yang menyerupa utusan nabi dan tidak mau diganti. Keluarga mengatakan pasien pernah
gagal sekolah. Apakah evaluasi keperawatan pada kasus tersebut?

a. Mampu mengontrol halusinasi


b. Mampu mencegah dirinya berpikir positif
c. Mampu melakukan kebersihan diri: berdandan
d. Mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
e. Mampu mengenal bahwa dirinya mengalami waham kebesaran

JAWAB:

Teori: Hasil pengkajian : pasien mengatakan dirinya adalah utusan nabi yang akan membawa
kedamaian bagi masyawakat. (mengungkapkan keyakinan yang keliru). Pasien juga
menggunakan pakaian yang menyerupa utusan nabi dan tidak mau diganti (menunjukkan
perilaku sesuai isi waham). Berdasarkan hasil pengkajian maka pasien mengalami waham
dengan ciri-ciri pasien mengungkapkan isi waham dan menunjukkan perilaku sesuai waham.
Berdasarkan analisa diatas, maka evaluasi keperawatan yang diharapkan adalah pasien
mampu mengenali bahwa pasien mengalami waham.

Referensi: PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi Dan Indikator
Diagnostik, Edisi I Cetakan III. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi Dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi I Cetakan II. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

8. Seorang laki-laki usia 46 tahun dirawat di RSU dengan keluhan sesak napas dengan
riwayat Gagal Jantung. Pasien sudah 4 kali dirawat dengan masalah yang sama. Keluarga
mengatakan dirumah selau marah karena harus minum obat setiap hari dan 4 bulan yang
lalu dilakukan pemasangan ring. Hasil Pengkajian Pasien mengatakan menolak minum
obat dan tindakan lainya. Pasien tampak sedih dan kesel Apakah masalah keperawatan
utama pada kasus tersebut?

a. Keputusasaan
b. Berduka antispasi
c. Ketidakberdayaan
d. Resiko perlaku marah
e. Koping individu tidak efektif

JAWAB:

Teori: Masalah koping fokus:


1. Konfrontasi / perilaku menyerang: vasaha-usaha untuk mengubah keadaan atau
menyelesaikan masalah secara agresif
2. Menarik diri
3. Kompromi: meminta bantuan kepada keluarga terdekat

Emosional koping fokus: Penolakan, rasional, Kompensansi, Represisublimasi, Identifikasi,


Regresi, Proyeksi, Konversi, Perpindahan.

Referensi : Diyan, N., Wijayanti, Y., & Kep, M. (2017). Manajemen Asuhan Keperawatan
Jiwa Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Tahun
2017.

10. Seorang laki-laki berusia berusia 30 tahun di rawat di RS Jiwa tiga hari yang lalu. Hasil
observasi perawat ada perilaku yang aneh sering membawa sarung dililitkan di lehernya,
sambil mengatakan hidup saya tidak bergunanya lagi, pada malam hari pasein mencoba untuk
melakukan bunuh diri dengan melilitkan laken pada lehernya. Ada bekas goresan bekas
lilitan dilehernya. Apakah tindakan keperawatan yang utama pada kasus tersebut?

a. Melindungi pasien

b. Menggali persaan pasien

c. Menggerakan dukungan sosial

d. Meningkatkan harga diri pasien

e. Menguatkan mekanisme koping pasien

JAWAB:

Teori: Berdasarkan hasil pengkajian, pasien mengalami risiko bunuh diri. Intervensi
keperawatan utamanya adalah manajemen mood. Untuk tindakan observasi adalah
identifikasi mood (misal tanda, gejala, riwayat penyakit. Tindakan terapeutiknya adalah
berikan kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat (misal
sandsack, terapi seni, aktivitas fisik). Berdasarkan beberapa tindakan keperawatan tersebut
maka langkah yang pertama adalah menggali perasaan dan pikiran pasien dan mencari tahu
penyabab pasien ingin bunuh diri.
Referensi: PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi Dan Indikator
Diagnostik, Edisi I Cetakan III. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

12. Seorang perempuan berusia 40 tahun, dirawat di RS jiwa karena marah-marah sering
merusak barang. Pasien sering mengatakan ”saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi
kenapa saya tidak sekalian mati saja”. Hasil observasi pasein lebih banyak menunduk,
duduk di pojok ruangan, tidak mau interaksi dengan teman-temannya. Menurut keluarga
pasien baru saja di tinggal (meninggal) oleh suami dan anaknya dan kehilangan rumah
karena tsunamiApakah komunikasi terapeutik pada kasus tersebut ?

a. Ibu harus bersyukur karena masih hidup


b. Tampaknya ibu sedih, apa yang sedang ibu pikirkan?
c. Apakah bisa diceritakan yang menyebabkan ibu bersedih
d. Semua orang akan mengalami hal yang sama dengan perasaan seperti ibu
e. Saya bisa merasakan perasaan ibu, tetapi ibu tidak sendiri banyak orang yang seperti
ibu

JAWAB:

Teori : Menurut Gebby Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien, Dalam hubungan ini
klien merasa dihargai, diterima, dan diarahkan. Klien dengan sukarela akan mengekspresikan
perasaan dan pikirannya, sehingga beban emosi dan ketegangan yang dirasakannya dapat
hilang sama sekali dan kembali seperti semula. Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah
membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran, membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu memengaruhi orang lain,
lingkungan fisik, diri sendiri, Kesadaran Diri, Penerimaan Diri, dan Meningkatkan
Kehormatan Diri. Identitas Pribadi Yang Jelas dan Meningkatnya Integritas Pribadi.
Kemampuan Untuk Membentuk Suatu Keintiman, Saling Ketergantungan, Hubungan
Interpersonal Dengan Kapasitas Memberi dan Menerima. Mendorong Fungsi dan
Meningkatkan Kemampuan Terhadap Kebutuhan Yang Memuaskan dan Mencapai Tujuan
Pribadi Yang Realistis

Referensi : Ananda, G. D., & Irma, A. (2018). Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap
Pasien. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, 3(2), 125–133.
14. Seorang laki-laki berusia 35 tahun di rawat di RS Jiwa dengan alasan masuk sering
marah-marah karena tidak dibelikan motor, perilaku saat marah banting -banting barang,
nada bicara cepat dan mata melotot. Perawatan sudah 1 bulan tanda dan gejala pasien
sudah tidak ada mengalami penurun, sudah boleh pulang. Keluarga khawatir menerima
anaknya pulang karena takut anaknya memukul dan marah lagi. Apakah tindakan
keperawatan pada keluarga pada kasus tersebut?

a. Melibatkan keluarga dalam pertemuan kelompok keluarga


b. Menganjurkan keluarga untuk control ke puskesmas terdekat
c. Memperkenalkan keluarga dengan perawat jiwa yang ada di puskesmas
d. Melatih keluarga mengembangkan komunikasi efektif dirumah (asertif)
e. Melatih keluarga dalam merawat klien saat pasien melakukan perilaku kekerasaan

JAWAB:

Teori: Berdasarkan hasil pengkajian tersebut maka terjadi ketidakmampuan koping


keluarga. Intervensi keperawatan utamanya adalah dukungan koping keluarga. Tindakan
observasinya adalah identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini. Identifikasi
pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang. Identifikasi kesesuaian antara
harapan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tindakan terapeutiknya dengarkan masalah,
perasaan, dan pertanyaan keluarga, diskusikan rencana medis dan keperawatan, fasilitasi
pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga, fasilitasi
pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka panjang, fasilitasi anggota
keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik nilai, fasilitasi memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan
perawatan pasien dirumah,

Referensi: PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi Dan Indikator
Diagnostik, Edisi I Cetakan III. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai