Anda di halaman 1dari 8

Soal :

1. Perempuan 29 tahun dibawa ke RSJ oleh keluarganya karena sering bicara sendiri dan
menagis tanpa alasan yang jelas. Keluarga mengatakan gejala itu muncul setelah ditinggal
menikah oleh pacarnya. Hasil pengkajian di ruang perawatan hanya berdiam diri di kamar,
bicara lambat, kontak mata kurang. Klien tampak kotor tidak mau tidak mau melakukan
kegiatan sehari-hari.
Pertanyaan :
a. Apa masalah keperawatan soal di atas ?
b. Uraian tinjauan teori ( Uraian pengertian, gejala dan penatalaksanaan dari asuhan
keperawatannya, lengkap dengan referensinya)
c. Sebagai seorang perawat berikan intervensi yang tepat ( strategi berpusat pada
klien dan strategi berpusat pada keluarga)

2. Laki laki 34 tahun, dirawat di ruang akut RSJ dengan alasan tidak bisa tidur selama empat
hari, memukul istri dan memecahkan TV. Klien kesal karena istrinya menganggap dirinya
sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Ekspresi wajah tegang dan sudah 3
kali bertengkar dengan klien lain.

Pertanyaan :
a. Apa masalah keperawatan soal di atas ?
b. Uraian tinjauan teori ( Uraian pengertian, gejala dan penatalaksanaan dari asuhan
keperawatannya, lengkap dengan referensinya)
c. Sebagai seorang perawat berikan intervensi yang tepat ( strategi berpusat pada
klien dan strategi berpusat pada keluarga)

3. Perempuan, 36 tahun dirawat di ruang rawat inap RSJ selama 2 minggu, klien terlihat lusuh,
kotor, klien menolak mandi, tidak mau ganti baju dan BAB/BAK sembarangan.

Pertanyaan :
a. Apa masalah keperawatan soal di atas ?
b. Uraian tinjauan teori ( Uraian pengertian, gejala dan penatalaksanaan dari asuhan
keperawatannya, lengkap dengan referensinya)
c. Sebagai seorang perawat berikan intervensi yang tepat ( strategi berpusat pada
klien dan strategi berpusat pada keluarga)

4. Laki-laki, 32 tahun, dirawat di ruang rawat inap RSJ selama 3 hari. Klien sering mengkritik
diri sendiri, pesimis ,penurunan produktifitas ,penolakan terhadap kemampuan diri. Selama
berinteraksi pasien tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara
lambat dengan nada suara lemah.

Pertanyaan :
a. Apa masalah keperawatan soal di atas ?
b. Uraian tinjauan teori ( Uraian pengertian, gejala dan penatalaksanaan dari asuhan
keperawatannya, lengkap dengan referensinya)
c. Sebagai seorang perawat berikan intervensi yang tepat ( strategi berpusat pada
klien dan strategi berpusat pada keluarga)

5. Laki laki 34 tahun dirawat di ruang rawat RSJ karena berbicara sendiri, mondar mandir dan
tidak mau mandi. Keluarga mengatakan 3 bulan yang lalu klien mengalami PHK tanpa
pesangon. Saat dilakukan pengkajian klien tampak komat-kamit, terkadang menutup
telinganya dan ketakutan.

Pertanyaan :
a. Apa masalah keperawatan soal di atas ?
b. Uraian tinjauan teori ( Uraian pengertian, gejala dan penatalaksanaan dari asuhan
keperawatannya, lengkap dengan referensinya)
c. Sebagai seorang perawat berikan intervensi yang tepat ( strategi berpusat pada
klien dan strategi berpusat pada keluarga)

JAWABAN

Nama : Dewa Ach Rohmatullah Aa Rafsanjani


Nim : 132111133116
Kelas : A4

1. A. Isolasi Sosial b.d. perubahan status mental d.d. berdiam diri di kamar, kontak mata
kurang, sering bicara sendiri, menangis tanpa alasan yang jelas, bicara lambat.

B. Pengertian: Isolasi sosial adalah keadaan individu yang mengalami penurunan atau
tidak dapat berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Gejala: yang ditampakkan oleh pasien isolasi sosial seperti menarik diri dari orang lain,
tidak komunikatif, mencoba menyendiri, asyik dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak
ada kontak mata, sedih, afek tumpul, perilaku bermusuhan, menyatakan perasaan sepi
atau ditolak, kesulitan membina hubungan di lingkungannya, menghindari orang lain, dan
mengungkapkan perasaan tidak dimengerti orang lain (Suwarni dan Rahayu, 2020).
Penatalaksanaan: yang dapat dilakukan pada pasien isolasi sosial, yakni terapi
psikofarmaka, seperti Chlorpromazine untuk mengatasi sinrom psikosis dan Haloperidol
untuk mengatasi kemampuan daya berat menilai realita dalam fungsi mental dan fungsi
kehidupan sehari-hari (Lombu, 2021). Selain itu, penerapan terapi aktivitas kelompok
juga terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial pasien isolasi
sosial (Nur, dkk, 2016).

C. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial : Menarik Diri


Masalah Utama : Isolasi sosial : menarik diri

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Data obyektif : Ekpresi sedih, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak
mata kurang, perawatan diri kurang.
Data subyektif : -
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri

B. Strategi pelaksanaan tindakan:


Tujuan khusus :
1. Klien mampu mengungkapkan hal – hal yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
2. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
3. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

Tindakan keperawatan :
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab
isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan
SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
pertama -seorang perawat-)
SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang
kedua-seorang pasien)

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


Tujuan:
Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
Tindakan:
Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi:
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan tentang:
- Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
- Penyebab isolasi sosial.
- Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
- Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli
dan tidak ingkar janji.
- Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi
pasien dan memberikan pujian yang wajar.
- Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
- Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
3. Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
4. Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,
mendiskusikan yang dihadapi.
5. Menjelaskan perawatan lanjutan
Tindakan Keperawatan :
SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi
sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
isolasi sosial langsung dihadapan pasien
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

2. A. Perilaku Kekerasan b.d. Perubahan status mental d.d. memukul istri, bertengkar
dengan klien lain, memecahkan TV, ekspresi wajah tegang.

B. Perilaku kekerasan adalah perilaku yang menakutkan dan membahayakan bagi dirinya,
keluarga dan masyarakat sehingga orang sekitarnya berusaha mencari pertolongan
dengan membawa seseorang tersebut ke rumah sakit dan berharap selama mendapat
pengobatan dan perawatan di rumah sakit perilaku tersebut berkurang atau berubah.
Perilaku kekerasan juga diartikan sebagai respon kemarahan yang maladaptif dalam
bentuk perilaku menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya secara
verbal maupun nonverbal mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Tanda dan
gejala yang sering muncul pada pasien perilaku kekerasan meliputi mata melotot,
pandangan tajam, berbicara dengan nada keras, menyerang orang lain, wajah memerah
dan tegang (Siauta M,dkk, 2020). Penatalaksanaan yang diberikan beragam mulai dari
strategi pencegahan (kesadaran diri, psikoedukasi pada klien, dan latihan asertif), strategi
antisipasi (komunikasi, perubahan lingkungan, perilaku dan psikofarmaka), dan strategi
penahanan (manajemen krisis, pembatasan gerak, dan pengikatan).

C. Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan


Masalah Utama : Perilaku Kekerasan
A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Data obyektif : menyerang orang lain, melukai orang lain, merusak lingkungan, perilaku
agresif, ekspresi wajah tegang.
Data subyektif : -
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri
B. Strategi pelaksanaan tindakan:
Tujuan: Pasien mampu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan penyebab marah
3. Menjelaskan perasaan saat penyebab marah/perilaku kekerasan
4. Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah
5. Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan
6. Melakukan kegiatanfisik dalam menyalurkan kemarahan
7. Memakan obat secara teratur
8. Berbicara yang baik saat marah
9. Melakukan kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah
Tindakan Keperawatan :
SP 1 : Membina hubungan saling percaya, mengajarkan pasien penyebab rasa
marah/perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu, membantu pasien mengenal tanda-tanda
pada pasien jika terjadi perilaku kekerasan, membantu pasien mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah dan akibat perilaku nya.
SP 2 : Melatih pasien cara mengontrol perilaku kekerasan : minum obat, secara fisik
(latih tarik nafas dalam), sosial/verbal (bicara yang baik), spiritual (berdoa, sholat).

Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien perilaku kekerasan


Tujuan: Keluarga mampu:
1. Mengenal masalah risiko perilaku kekerasan
2. Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien risiko perilaku
kekerasan
3. Merawat pasien risiko perilaku kekerasan dengan mengajarkan dan
mendampingi
4. pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat melakukan kegiatan
rumah tangga dan kegiatan sosial
5. Memodifikasi lingkungan yang konsusif agar pasien mampuberinteraksi
dengan
6. lingkungan sekitar
7. Mengenal tanda kekambubuhan, dan mencari pelayanan kesehatan
8. Keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar
kemampuan pasien risiko perilaku kekerasan mengatasi masalahnya dapat
meningkat.
Tindakan keperawatan :
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien,
menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan/
risiko perilaku kekerasan,
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat risiko perilaku
kekerasan, cara menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien
untuk mengontrol emosinya.
SP 3 Keluarga : Menjelaskan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas pelayanan kesehatan dan anjuran follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur.

3. A. Defisit Perawatan Diri (D.0109)


B. Memiliki definisi tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri. Ditandai dengan gejala tidak mampu mandi, mengenakan pakaian, makan, ke toilet
secara mandiri, dan minat melakukan perawatan diri kurang serta menolaknya.
Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai intervensi ialah Dukungan perawatan diri.
C. Kepada pasien :
1. SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
2. SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki – laki berdandan
3. SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien Wanita
4. SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
5. SP 5 Pasien : Percakapan terkait mengajarkan pasien melakukan BAB atau BAK
agar dapat dilakukan secara mandiri
Kepada keluarga :
1.SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah
perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri
2. SP 2 : Melatih keluarga merawat klien
3. SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan kepada keluarga

4. A. Harga Diri Rendah Situasional (D.0087)

B. Harga Diri Rendah Situasional memiliki arti perasaan negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini. Hal ini dapat disebabkan oleh
riwayat kehilangan, riwayat penolakan, perubahan peran sosial, dan lain-lain. Gejala dan
tanda mayor objektif yang ditunjukan ialah bicara lambat dan lirih, berjalan menunduk,
dan postur tubuh menunduk. Sedangkan untuk gejala dan tanda mayor subjektif ialah
pesimis, sering mengkritik diri sendiri, dan menolak penilaian positif dari orang lain.
Asuhan keperawatan yang diberikan sesuai intervensi yaitu manajemen perilaku, promosi
harga diri, dan promosi koping.

Tanda Gejala :
1. Data Subjektif
a. Mengintrospeksi diri sendiri.
b. Perasaan diri yang berlebihan.
c. Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
d. Selalu merasa bersalah
e. Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
f. Bersikap pesimis dalam kehidupan.
g. Mengeluh sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menentang kemampuan diri sendiri.
j. Menjelek-jelekkan diri sendiri.
k. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
l. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
m. Tidak mampu menentukan tujuan.

2. Data Obyektif
1. Produktivitas menjadi menurun.
2. Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
3. Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
4. Penyalahgunaan suatu zat.
5. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
6. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
7. Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
8. Gampang tersinggung dan mudah marah.
Penatalaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan sesuai intervensi yaitu
manajemen perilaku, promosi harga diri, dan promosi koping.
C. SP1P (Strategi Pelaksanaan 1 Pasien) yaitu dengan BHSP (bina hubungan saling
percaya) yang bertujuan untuk saling mengenal dan saling percaya antara klien
dengan perawat, identifikasi kemampuan dan aspek positif yang bertujuan supaya
klien mengetahui aspek-aspek positif yang dimiliki klien, nilai kemampuan yang
dimiliki yang bertujuan klien dapat mengungkapkan kegiatan yang baik dan yang
buruk, pilih kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki yang bertujuan klien mampu
merencanakan kegiatan apa saja yang dilakukan, latih pasien melakukan kegiatan
sesuai kondisi dan kemampuan yang bertujuan klien dapat melakukan kegiatan dan
mau beraktivitas, serta anjurkan klien dalam memasukkan dan melakukan jadwal
kegiatan harian yang bertujuan klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi yang
terjadi pada klien.

Dengan hasil ini rencana tindakan yang dilakukan perawat selanjutnya yaitu
melakukan strategi pelaksanaan (SP2P) dengan merencanakan bersama klien aktivitas
yang dapat dilaksanakan setiap hari sesuai kemampuan klien seperti mencuci piring
dan menyapu, serta melakukan (SP1K) sampai dengan (SP3K) yang di delegasikan
kepada perawat ruangan. Adapun strategi pelaksanaan 1 keluarga (SP1K) tersebut
dengan mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda gejala, harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah, dan mendemonstrasikan
cara merawat klien dengan harga diri rendah, sedangkan strategi pelaksana 2 keluarga
(SP2K) dengan melatih keluarga mempratekan cara merawat pasien dengan masalah
harga diri rendah langsung kepada klien, dan strategi pelaksana 3 keluarga (SP3K)
dengan membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

5. A. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (D.0085)

B. Gangguan persepsi sensori merupakan perubahan persepsi stimulasi baik internal


maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistrosi
(sdki). Tanda dan gejala yang ditunjukan ialah mendengar suara bisikan atau melihat
bayangan, merasakan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan, Distorsi sensori, Respons tidak sesuai, Bersikap seolah melihat, mendengar,
mengecap, meraba, atau mencium sesuatu. Penatalaksanaannya menurut intervensi utama
(siki) ialah Manajemen halusinasi, Minimalisi rangsangan, Pengekangan kimiawi.

C. Strategi Penatalaksanaan Tindakan:


Strategi pada pasien :
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
halusinasi.
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap
dengan orang lain
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan
aktivitas terjadwal
S4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur orientasi
b. Tindakan Keperawatan pada Keluarga:
Strategi Pelaksana kepada keluarga :

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi


yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung di hadapan pasien
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

REFRENSI :

Siauta, M, Tuasikal, H, & Embuai, S. (2020). Upaya Mengontrol Perilaku Agresif Pada Perilaku
Kekerasan Dengan Pemberian Rational Emotive Behavior Therapy. Jurnal Keperawatan
Jiwa Vol. 8 (1), 27-32.
Lombu, DH. (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. M Dengan Masalah
Isolasi Sosial Di Desa Dahana Kec. gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli., osf.io,
https://osf.io/jxfet/download
Suwarni, S, & Rahayu, DA. (2020). Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi
Sosial Dengan Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3. Ners Muda,
Vol. 1 (1), 11-17.
Nur, Sri, C. (2016). Pengaruh Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Sosialisasi Pada Klien Dengan Kerusakan Interaksi Sosial di Rumah Sakit
Jiwa Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah. Jurnal Care No.3, 4, 1–9.

Anda mungkin juga menyukai