Disusun oleh :
SOLIKHATUN
SK.321.046
Januari, 2022
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
A. Pengertian
Isolasi Sosial adalah kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negatif atau mengancam (NANDA, 2012). Townsend, M.C. (2006)
menjelaskan isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan
mengancam dirinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
baik verbal dan nonverbal pada klien yang menarik diri di Rumah Sakit Dr.
Marzoeki Mahdi Bogor dan RSJP Jakarta (Keliat dkk, 2008).
D. Pohon Masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
RTL
“Baiklah besok kita akan bertemu lagi untuk membahas apa sebenarnya penyakit
isolasi sosial itu ya bu”. ”Jam berapa kita bertemu?”bagaimana jika jam 10.00.”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu. Masih ingat dengan saya? Iya benar saya perawat Soli”.
Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Sesuai kontrak hari ini kita akan berbincang-bincang tentang masalah Tn.A dan
cara perawatannya”.
“Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Ibu punya waktu? Bagaimana kalau
30 menit?”
KERJA:
”kira-kira Ibu tahu apa yang terjadi dengan Tn.A? Apa yang sudah dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh Tn.A disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung
diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan
saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau
berpisah dengan orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak
ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Ibu dan anggota keluarga lainnya
harus sabar menghadapi Tn.A dan untuk merawat Tn.A, keluarga perlu
melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling
percaya dengan Tn.A yang caranya adalah bersikap peduli dengan Tn.A dan
jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan
kepada Tn.A untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain.
Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”
“Selanjutnya jangan biarkan Tn.A sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-
cakap dengan anak bapak. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi
bersama, melakukan kegiadan rumah dangga bersama.”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
”Begini contoh komunikasinya, Bu : Ibu lihat sekarang kamu sudah bisa
bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama. Ibu
senang sekali melihat perkembangan kamu, Pak. Coba kamu bincang-bincang
dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat
berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di
rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola kampung.
Bagiamana bu, kamu mau coba kan, ?”
”Nah coba sekarang Ibu peragakan cara komunikasi seperti yang saya
contohkan”
”Bagus, bu. Ibu telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan?”
TERMINASI:
Evaluasi
“Baiklah bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Coba ibu ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial”
“Selanjutnya bisa Ibu sebutkan kembali cara-cara merawat Tn.A yang mengalami
masalah isolasi sosial”
“ Bagus sekali bu, Ibu bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut”
“Nanti kalau ketemu Tn.A coba Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama”.
RTL
“Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada
Tn.A ?”
“Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama”
SP 3 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu” masih ingat dengan saya? Iya saya perawat Soli”.
”Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
Validasi
”ibu masih ingat latihan merawat Tn.A seperti yang kita pelajari berberapa hari
yang lalu?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Mari praktekkan langsung ke Tn.A! Berapa lama waktu yang Ibu butuhkan. Baik
kita akan coba 30 menit.”
”Sekarang mari kita temui Tn. A.”
KERJA
”Selamat pagi Tn.A. Bagaimana perasaan Tn. A hari ini?”
”istri Tn.A hari ini besuk. Beri salam! Bagus. Tolong Tn.A tunjukkan jadwal
kegiatannya!” (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah bu, sekarang Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan Tn.A setelah berbincang-bincang dengan istri Tn.A?”
”Baiklah, sekarang saya dan istri Tn.A ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi? Ibu sudah bagus.”
“Mulai sekarang Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Tn.A”
RTL
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang Pak”
“Sampai jumpa”
SP 4 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Iya betul saya perawat Soli.”
Validasi
“Bagaimana kabarnya hari ini? Sudah bisa kan melakukan perawatan Tn.A?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
”Karena rencana Tn.A mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan
lanjutan di rumah.”
”Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja”
”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA:
”Bu, ini jadwal Tn.A yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan?
Di rumah Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik
jadwal kegiadan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Tn.A selama di rumah. Misalnya kalau Tn.A terus menerus tidak mau
bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah sakit atau
bawa Tn.A ke rumah sakit”
TERMINASI:
Evaluasi
”Bagaimana bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiadan harian Tn.A.
RTL
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA
Jumaini, Keliat, B.A, Hastono, S.P (2010). Pengaruh Cognitive Behavior Social
Skill Tarining (BCSST) terhadap peningkatan kemampuan sosialisasi klien
isolasi sosial di BLU RS. Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK-UI. Tidak
dipublikasikan.
Keliat, B.A, Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa :Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC
Keliat, B.A, Akemat, Daulina, N.H.C, Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan
Kesehatan Jiwa : CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC
Keliat, B.A., Wiyono, A. P., Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
NANDA, (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Cetakan 2012. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nyumirah, S., Hamid, A.Y., Mustika sari. (2012). Pengaruh Terapi Perilaku
Kognitif terhadap kemampuan interaksi sosial klien isolasi sosial di RSJ Dr.
Amino Gonhutomo Semarang. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
Renidayati, Keliat, B., A., & Sabri., L. (2008). Pengaruh Social Skills Training
Pada Klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof HB Saanin Padang
Sumatera Barat. FIK UI : Depok
Sukma, Keliat, B., A., Mustikasari. (2015). Pengaruh Cognitive Behaviour
Therapy dan Cognitive Behavioural Social Skills Training terhadap Gejala
Klien Halusinasi dan Isolasi Sosial di Rumah Sakit. FIK UI : Depok
Surtiningrum. A., Hamid, A., Y., Waluyo, A. (2011). Pengaruh terapi suportif
terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang. FIK UI : Depok
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah kelemahan kemampuan untuk melakukan
atau melengkapi aktifitas mandi/kebersihan diri (NANDA 2012-2014).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri
secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil
(BAK) ) secara mandiri (WHO & FIK UI, 2006).
C. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri
Isolasi sosial
D. Pohon Masalah
Gangguan Pemeliharaan Akibat
Kesehatan
Isolasi Soasial
Penyebab
E. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji
3. Deficit perawatan diri
Data subyektif :
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
Data Obyektif :
a. Rambut kotor, acak-acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
4. Isolasi social
Data subyektif
a. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif
a. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun,
Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang
memperhatikan kebersihan
F. Rencana dan Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri, berdandan, makan,
BAB/BAK
Tujuan Umum :
1. Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Tujuan Khusus :
1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi
1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2. Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Tindakan Keperawatan (Pasien) DPD
1. Tujuan Klien mampu
a. Mengidentifikasi perawatan kebersihan diri (mandi, berhias, makan
minum, toileting). Melatih cara melakukan perawatan diri: mandi
b. Melatih cara perawatan diri: berdandan/berhias
c. Melatih cara perawatan diri: makan/minum
d. Melatih cara perawatan diri: BAB/BAK
2. Tindakan keperawatan
a. SP 1 Pasien : Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat
defisit perawatan diri serta melatih klien merawat diri: mandi
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit
perawatan diri
2) Menjelaskan cara perawatan diri : mandi (tanyakan alasan tidak
mau mandi, berapa kali mandi dalam sehari, manfaat mandi,
peralatan mandi, cara mandi yang benar)
3) Melatih klien cara perawatan diri: mandi
4) Melatih klien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual
kegiatan harian
b. SP 2 Pasien: Menjelaskan dan melatih klien perawatan kebersihan
diri: berhias
1) Mendiskusikan tentang cara perawatan diri berdandan (alat yang
dibutuhkan, kegiatan berdandan, cara berdandan, waktu
berdandan, manfaat berdandan, kerugian jika tidak berdandan.
2) Melatih cara berdandan
3) Melatih klien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadual
kegiatan harian
c. SP 3 Pasien : Melatih cara melakukan perawatan diri: makan/minum
1) Mendiskusikan cara perawatan diri: makan/minum (tanyakan
alat-alat yang dibutuhkan, cara makan minum, waktu makan
minum, manfaat makan minum dan kerugian jika tidak makan
minum
2) Melatih cara perawatan diri: makan minum
3) Melatih klien memasukkan kegiatan makan/minum dalam
jadwal kegiatan harian
d. SP 4 : Melatih cara melakukan perawatan diri : BAK/BAK
1) Mendiskusikan cara perawatan diri BAB/BAK (alat yang
dibutuhkan, kegiatan BAB/BAK, cara melakukan BAB/BAK
yang benar, manfaat BAB/BAK yang benar, kerugian jika
BAB/BAK tidak benar).
2) Melatih cara perawatan diri: BAB/BAK
3) Melatih klien memasukkan kegiatan BAB/BAK dalam jadwal
kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan (Keluarga)
1. Tujuan keluarga mampu:
a. Mengenal masalah klien defisit perawatan diri
b. Mengambil keputusan untuk merawat klien defisit perawat diri
c. Merawat klien defisit perawatan diri
d. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien defisit
perawatan diri
e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan
klien defisit perawatan diri dan mencegah kekambuhan
2. Tindakan Keperawatan (Strategi Pelaksanaan) pada keluarga:
a. SP 1 : Menjelaskan masalah keluarga dalam merawat klien defisit
perawatan diri
b. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin yang terjadi
pada klien defisit perawatan diri
1) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada
klien defisit perawatan diri
2) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien
defisit perawatan diri
c. SP 3 : Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien defisit
perawatan diri
1) Menjelaskan cara merawat klien defisit perawatan diri
2) Menganjurkan, membimbing, dan memberi pujian kepada klien
latihan perawatan diri: mandi
3) Menganjurkan, membimbing, dan memberi pujian kepada klien
latihan perawatan diri: berdadan
4) Menganjurkan, membimbing, dan memberi pujian kepada klien
latihan perawatan diri: makan/minum
5) Menganjurkan, membimbing, dan memberi pujian kepada klien
latihan perawatan diri: Bab/Bak
d. SP 4 Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan lingkungan
yang terapeutik bagi klien defisit perawatan diri
1) Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan
klien
2) Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang mendukung
perawatan klien
3) Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lainnya
merawat klien
Diagnosa 2: Isolasi sosial
Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi
1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
2. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Intervensi
1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Intervensi
1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
E. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Strategi Pelaksanaan (Pasien)
SP1 Pasien : Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara
merawat diri dan melatih pasien tendang cara-cara
perawadan kebersihan diri
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi, saya perawat Solikhatun, biasa di panggil Soli”. saya
mahasiswa dari STIKES KENDAL , yang akan merawat ibu pada hari ini”.
“kalau boleh tau nama ibu siapa, senang dipanggil siapa?“
Validasi
“Bagaimana kabarnya hari ini? Dari tadi saya lihat Bu M menggaruk-
garuk badannya, gatal ya?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
”Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? Berapa lama kita
berbicara? 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya.”
KERJA
“Berapa kali Bu M mandi dalam sehari? Apakah Bu M sudah mandi hari
ini? Menurut Bu M apa kegunaannya mandi ? Apa alasan Bu M sehingga
tidak bisa merawat diri? Menurut Bu M apa manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat
diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Bu
M yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb.
“Apa yang Bu M lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja
Bu M menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau
tujuan sisiran dan berdandan?”
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu S?masih ingat dengan saya. Iya betul bertemu
lagi dengan saya perawat Soli yang akan merawat ibu.
Validasi
“Bagaimana perasaan Bu M hari ini?
“Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan? Sudah tidandai di
jadual hariannya?
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya.
Bagaimana kalau di ruang tamu ? lebih kurang setengah jam”.
KERJA
“Apa yang Bu M lakukan setelah selesai mandi ?”apa Bu M sudah
ganti baju? “Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan
kering. Berganti pakaian yang bersih 2x/hari. Sekarang coba
bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”. “Apakah Bu M menyisir
rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat
ke cermin, bagus…sekali!
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah berdandan”. “Coba bu,
sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..“Selanjutnya ibu
setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi
ya! Mari kita masukan pada jadual kegiadan harian, pagi jam
berapa, lalu sore jam berapa ?
RTL
“Nanti siang kita latihan makan yang baik ya bu. Mau dimana??
Oh ya baik diruang makan bersama dengan pasien yang lain.
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu, saya Soli , perawat yang merawat Bu M”.
Validasi
“Apa pendapat Ibu tentang anak Ibu, Bu M?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami Bu M
dan bantuan apa yang dapat diberikan.”
“Berapa lama waktu Bapak/Ibu yang tersedia?, bagaimana kalau 20
menit?, mari kita duduk di kantor perawat!”
KERJA
“Apa saja masalah yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat Bu M?”
Perawadan diri yang utama adalah kebersihan diri, berdandan, makan
dan BAB/BAK.
“Perilaku yang ditunjukkan oleh Bu M itu dikarenakan gangguan jiwanya
yang membuat pasien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri.
Baik...akan saya jelaskan ; untuk kebersihan diri, kami telah melatih Bu M
untuk mandi, keramas, gosok gigi, ganti baju, dan potong kuku. Kami
harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan alat-alatnya. Bu M juga telah
mempunyai jadual pelaksanaanya untuk berdandan, karena anak Bapak/
Ibu perempuan, kami harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk sisiran
yang rapi, pakai bedak, dan lipstik. Untuk makan, sebaiknya makan
bersama keluarga dirumah, Bu M telah mengetahui lanhkah-langkahnya :
Cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring dan
gelas, lalu cuci tangan. Sebaiknya makan pas jam makan obat, agar
sehabis makan langsung makan obat. Dan untuk BAB/BAK, dirumah ada
WC Bapak/Ibu? Iya..., Bu M juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih.
Kalau Bu M kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak
lakukan?
Ibu juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat
diketahui apakah Bu M sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan
dalam melakukannya.”
”Ada yang Bapak/Ibu tanyakan?”
TERMINASI
Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Bu M sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam
membantu anak Ibu, dalam merawat diri.”
” Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan pada Bu M.”
“Dan dirumah nanti, cobalah Bapak/IBu mendampingi dan membantu Bu
M saat membersihkan diri.”
RTL
“Dua hari lagi kita akan ketemu dan Bapak/Ibu akan saya dampingi untuk
memotivasi Bu M dalam merawat diri.”
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Bapak/Ibu masih ingat dengan saya? Iya saya perawat
Soli. Sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
Validasi
“Bagaimana Bapak/Ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita
bicarakan dua hari yang lalu?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya Bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke Bu M ya?
Berapa lama ada waktu Bapak/Ibu?”
KERJA
“Sekarang anggap saya adalah Bu M, coba bapak praktekkan cara
memotivasi Bu M untuk mandi, berdandan, buang air, dan makan”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada Bu M”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi Bu M minum obat dan melakukan
kegiadan positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat Bu M”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada Bu M?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat Bu
S?”. “Setelah ini coba bapak Dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi
setiap kali baPak Dan iBu Sembesuk Bu M”.
RTL
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak Dan ibu datang kembali
kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat Bu M sampai bapak Dan ibu
lancar melakukannya. “Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?“Baik saya
tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
DAFTAR PUSTAKA
Rasmun S. Kep. M. (2004). Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon
Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Parendrawati, D., P., Keliat, B., A.,Haryati, T., H. (2009). Pengaruh Terapi Token
Ekonomi Pada Klien Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Dr Marzuki
Mahdi Bogor. FIK UI : Depok
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri dan kemampuannya dalam waktu lama dan
terus menerus (NANDA, 2012). Stuart (2013) menyatakan harga diri rendah
adalah evaluasi diri negatif yang berhubungan dengan perasaan yang lemah,
tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak berharga, dan tidak
memadai. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat dkk, 2011). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadi penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien harga diri
rendah kronis secara signifikan setelah diberikan tindakan keperawatan
(Pardede, Keliat, dan Wardani, 2013).
D. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
Gangguan Citra Tubuh
E. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Strategi Pelaksaan Pasien
SP 1 Pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan saya Soli”
”Saya mahasiswa dari Stikes kendal, saya yang akan merawat bapak”
”kalo saya boleh tahu namanya siapa??? senang dipanggil siapa, mas atau
bapak?”
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini?”. Apakah bapak merasa senang atau
sedih?”.
“(pasien), saya tidak berguna, saya mati saja, saya sebagai bapak Dan suami
gagal”.
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Baik pak, bagaimana kalau kita ngobrol lebih lanjut tentang kesedihan yang
Pak B alami?”.
“berapa lama waktu yang bapak inginkan untuk berbincang-bincang?”.
“dimana tempat kita berbincang-bincang? Mungkin bapak suka di taman atau di
kamar ini....”
KERJA
“Mungkin Bapak bisa ceritakan kepada saya, peristiwa apa yang membuat bapak
sedih. Bagus, bapak sudah bisa bercerita. Sekarang saya akan coba untuk
membantu bapak mengatasi rasa sedih itu. “sebelumnya bolehkah saya tahu apa
kemampuan positif yang bisa bapak lakukan ???”
Baiklah.. bagus sekali!! Ternyata bapak masih punya kegiatan positif yang masih
bisa dilakukan.”
TERMINASI :
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita ngobrol dan latihan? Yah, ternyata
bapak banyak memiliki kemampuan positif yang dapat dilakukan di rumah sakit
ini.
RTL
”Besok pagi kita akan mengobrol dan memilih kemampuan positif yang masih
bisa bapak lakukan. Mau jam berapa pak? Baik jam 10.00. Dimana pak?baik di
sini saja ya pak.sampai jumpa.”
TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah percakapan kita ini?” oh iya ibu ingin
mengetahui bagaimana cara merawat Tn.B.”
RTL
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk meberitahu bagaimana penyakit HDR
dan cara merawat Tn.B. Jam berapa Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai
jumpa.”
SP 2 Keluarga : Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya harga diri rendah dan cara merawat pasien
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi !” perkenalkan saya Soli. Perawat yang merawat Tn.B.
Validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Bagaimana kalau pagi ini kita ngobrol tendang cara merawat Tn.B? Berapa
lama waktu Bapak/Ibu? 30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
KERJA
“Apa yang Ibu ketahui tendang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Bu, Bapak itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah “saya tidak berguna, saya mati saja, saya
sebagai bapak dan suami gagal”.
“Dengan kata lain, anak Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang didandai
dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila
keadaan Bapak ini terus menerus seperti itu, Bapak bisa mengalami masalah
yang lebih berat lagi, misalnya Pak B jadi malu dan selalu menyesali dirinya
sendiri”.
“Sampai disini, Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah Pak B dapat menjadi masalah serius,
maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Bapak”
”Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga mengatakan
hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Bapak)
”Bapak itu telah berlatih dua kegiadan yaitu melukis dan membuat kerajinan
dangan. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Ibu dapat
mengingatkan Bapak untuk melakukan kegiadan tersebut sesuai jadual. tolong
bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar
harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi danda cek list pada jadual yang
kegiadannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, Ibu tetap perlu
memantau perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali muncul
dan tidak terdangani lagi, Ibu dapat membawa Bapak ke rumah sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada
Bapak”
temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil membuat
kerajinan dangan”.”Coba Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi Pak B dan bagaimana
cara merawatnya?”
“Bagus sekali Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Ibu kemari
lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.
RTL
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Bapak”
“Jam berapa Bpk/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu. Masih ingat dengan saya? Iya saya perawat Soli”
Validasi
“Bagaimana kabar ibu? Sudah bisa kan merawat Tn.B?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan
jadwal Bapak selama di rumah”
”Berapa lama Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
KERJA:
”Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah
semua dapat dilaksanakan di rumah?” Bu, jadwal yang telah dibuat selama
Bapak dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan
maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan
diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi
segera hubungi rumah sakit atau bawa bapak lansung kerumah sakit”
TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak. B.
RTL
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silakan selesaikan administrasinya.”
DAFTAR PUSTAKA
Rinawati, F., Mustikasari, & Setiawan, A. (2014). Pengaruh Self Help Group terhadap
Harga Diri pada Pasien Kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri Jawa Timur. FIK UI :
Depok
Rochdiat, Daulima, & Nuraini. (2011). Pengaruh Tindakan Keperawatan Generalis dan
Terapi Kelompok Suportif Terhadap Perubahan Harga Diri Klien Diabetes
Melitus di RS Panembahan Senopati Bantul. FIK UI : Depok
Stuart, Gail W. (2013). Principles & Practice of Psychiatric Nursing (9th ed)
Philadelphia: Elsevier Mosby
Keliat, B.A. dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN Basic
Course. Jakarta: EGC
Lelon, S. K., Keliat, B., A., & Besral. (2011). Efektivitas Cognitive Behavioral Therapy
(CBT) dan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) Terhadap Klien Perilaku
Kekerasan, Halusinasi dan Harga Diri Rendah di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor. FIK UI : Depok
Maryatun,S., Hamid, A.Y., & Mustikasari. (2011). Pengaruh Logoterapi terhadap
Perubahan Harga Diri Narapidana Perempuan dengan Narkotika di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Palembang. FIK UI : Depok
NANDA. (2012). Nursing Diagnosis : Definitions & Classification 2012-2014.
Philadelphia: NANDA international
Nurwiyono, A., Keliat, B., A., & Daulima, N., H., C. (2013). Pengaruh Terapi Kognitif
Dan Reminiscence Terhadap Depresi Psikotik Lansia di Rumah Sakit Jiwa Propinsi
Jawa Timur. FIK UI : Depok
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
RESIKO BUNUH DIRI
A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan
hasratnya untuk mati (Yosep, 2007). Bunuh diri menurut Edwin Schneidman
dalam Kaplan 2010 adalah tindakan pembinasaan yang disadari dan
ditimbulkan diri sendiri, dipandang sebagai malaise multidimensional pada
kebutuhan individual yang menyebabkan suatu masalah di mana tindakan
yang dirasakan sebagai pemecahan yang terbaik.
Bunuh diri berhubungan dengan kebutuhan yang dihalangi atau tidak
terpenuhi, perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, konflik ambivalen antara
keinginan hidup dan tekanan yang tidak dapat ditanggung, menyempitkan
pilihan yang dirasakan dan kebutuhan meloloskan diri; orang bunuh diri
menunjukkan tanda-tanda penderitaan (Kaplan & Saddock, 2010) Perilaku
yang muncul meliputi :
1. isyarat, Ditunjukkan dengan perilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri Pada kondisi ini mungkin klien sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
Klien umumnya mengungkapkan perasaan bersalah/sedih/marah/putus
asa/tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri
sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. ancaman, Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi
keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri hidupnya
dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien
telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai percobaan
bunuh diri.
3. percobaan Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau
melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong
urat nadi atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
B. Tanda dan gejala
1. Isyarat Bunuh Diri Klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri
a. Subyektif :
1) “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala
sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
2) Mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah /
putus asa / tidak berdaya.
3) Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah
b. Obyektif :
1) Sedih
2) Murung
3) Marah
4) Menangis
5) Banyak diam
6) Kontak mata kurang
7) Emosi labil
8) Tidak tidur
2. Ancaman Bunuh Diri
a. Subyektif:
1) Ungkapan ingin mati diucapkan oleh pasien berisi keinginan untuk
mati
2) Ungkapan rencana untuk mengakhiri kehidupan
3) Ungkapan dan tindakan menyiapkan alat untuk melaksanakan
rencana tersebut.
b. Obyektif:
1) Banyak melamun
2) Menyiapkan alat untuk rencana bunuh diri
3) Gelisah
4) Mudah emosi
5) Sedih
6) Murung
7) Menangis
8) Jalan mondar-mandir
3. Percobaan Bunuh Diri
a. Subyektif :
1) Mau mati
2) Jangan tolong saya
3) Biarkan saya
4) Saya tidak mau ditolong
5) Emosi labil
b. Obyektif
klien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi ,
membenturkan kepala
C. Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri
D. Pohon Masalah
ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu, perkenalkan saya Solikhatun mahasiswa STIKES KENDAL.
Apakah benar ini Ibu L. Ohh, senang dipanggil apa ? Ohh Ibu L.
Validasi
Bagaimana perasaan Ibu L hari ini? Saya akan selalu menemani Ibu disini
mulai dari pukul 08.00-14.00, nanti akan ada perawat yang menggantikan saya
untuk menemani Ibu selama dirawat di rumah sakit ini.
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang mbak rasakan selama
ini, saya siap mendengarkan sesuatu yang ingin mbak sampaikan. Bagaimana
kalau kita lakukan disini saja? Jam berapa kita akan berbincang-bincang?
Bagaimana kalau jam 13.00 setelah makan siang Ibu?
KERJA
Bagaimana perasaan Ibu setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana
tersebut Ibu merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Ibu kehilangan
kepercayaan diri? Apakah Ibu merasa tidak berharga dan lebih rendah dari
pada orang lain? Apakah Ibu sering mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi?
Apakah Ibu berniat untuk menyakiti diri sendiri seperti ingin bunuh diri atau
berharap Ibu mati? Apakah Ibu mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?
Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan
untuk melindungi klien.
Baiklah tampaknya Ibu memerlukan bantuan untuk menghilangkan keinginan
untuk bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar Ibu untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan Ibu.
Nah, karena Ibu tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup Ibu, maka saya tidak akan membiarkan Ibu sendiri.
Apakah yang akan Ibu lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya
setuju. Ibu harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk
membantu Ibu. Saya percaya Ibu dapat melakukannya.
TERMINASI
Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bincang – bincang selama ini ?
Coba ibu sebutkan cara tersebut ?
RTL
Ibu, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang meningkatkan
harga diri pasien isyarat bunuh diri. Jam berapa Ibu bersedia bercakap-cakap
lagi? mau berapa lama?Ibu, mau dimana tempatnya?
ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Saya perawat Soli.
Validasi
Bagaimana keadaan Ibu saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri
kehidupan? Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas
tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih Ibu miliki. Mau berapa
lama? Dimana? Baiklah 30 menit disini ya bu.
KERJA
Apa saja dalam hidup Ibu yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih
dan rugi kalau Ibu meninggal. Coba Ibu ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan Ibu. Keadaan yang bagaimana yang membuat Ibu merasa puas?
Bagus. Ternyata kehidupan Ibu masih ada yang baik yang patut Ibu syukuri.
Coba Ibu sebutkan kegiatan apa yang masih dapat Ibu lakukan selama ini.
Bagaimana kalau Ibu mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.
TERMINASI
Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali
apa-apa saja yang Ibu patut syukuri dalam hidup Ibu? Ingat dan ucapkan hal-
hal yang baik dalam kehidupan Ibu jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan.
Bagus Ibu. Coba Ibu ingat lagi hal-hal lain yang masih Ibu miliki dan perlu di
syukuri!
RTL
Nanti jam 2 siang kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik.
Tempatnya dimana? Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak
terkendali segera hubungi saya ya!
ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu. Masih ingat saya? Iya saya perawat Soli.
Validasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!
Kontrak (waktu, tempat, topik)
Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah Ibu
selama ini. Mau berapa lama Ibu? Mau disini saja?
KERJA
Coba ceritakan situasi yang membuat Ibu ingin bunuh diri. Selain bunuh diri
apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Ibu. Nah, sekarang
coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan merugikan dari seluruh
cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling
menguntungkan! Menurut Ibu cara yang mana? Ya saya juga setuju dengan
pilihan Ibu. Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi perasaan Ibu
ketika mau bunuh diri dengan cara tersebut.
TERMINASI
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Ibu, setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Ibu gunakan. Coba Ibu
melatih cara yang Ibu pilih tadi.
RTL
Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas pengalaman
Ibu menggunakan cara yang Ibu pilih.
ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu. Masih ingat saya? Iya saya perawat Soli”
Validasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus!
Kontrak (waktu, tempat, topik)
Sekarang kita akan berdiskusi tentang harapan dan masa depan ibu. Mau berapa
lama Ibu? Mau disini saja?
KERJA
Coba ceritakan apa harapan yang ingin ibu capai? Oh iyaa bagus ibu ingin
menjadi istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak ibu, ibu juga ingin menjoba
berjualan sayur dirumah setelah pulang dari RS.
TERMINASI
Evaluasi
Baiklah ibu sudah mengungkapkan harapan masa depan ibu, dengan demikian
kemungkinan ibu untuk bunuh diri dapat dicegah.
RTL
Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas pengalaman Ibu
menggunakan cara yang Ibu pilih.
2. Strategi Pelaksanaan Keluarga
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat
pasien
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi !”perkenalkan saya Soli. Perawat yang merawat Ny.L
Validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Bagaimana kalau pagi ini kita ngobrol tentang masalah yang dihadapi
Bapak/ibu dalam merawat ibu L? Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik,
mari duduk di ruangan wawancara!”
KERJA :
“Apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat ibu L? ohh baiklah ternyata ibu
tidak mengetahuhi penyakit yang diderita ibu L? iya bu Ny.L memiliki masalah
resiko bunuh diri.” Oleh karena itu Ibu L membutuhkan perawatan untuk
mengatasi penyakitnya. Maka dari itu ibu harus tau bagaimana cara merawat Ibu
L”
TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah percakapan kita ini?” oh iya ibu ingin
mengetahui bagaimana cara merawat ibu L.”
RTL
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk meberitahu bagaimana penyakit RBD
dan cara merawat ibu L. Jam berapa Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai
jumpa.”
A. Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan
dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih
sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. Waham merupakan suatu
keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, Akemat, Helena dan Nurhaeni, 2012).
C. Penyebab/Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dari gangguan isi pikir waham adalah :
a. Teori Biologi
Faktor-faktor genetik ikut mempengaruhi perkembangan
psikologis. Bila suatu individu memiliki anggota keluarga dengan
kelainan psikologis maka individu tersebut memiliki resiko tinggi
untuk mengalami kelainan psikologis yang sama. Pada penelitian
terbaru menyatakan bahwa skizoprenia mungkin pada kenyataanya
merupakan suatu kecacatan sejak lahir yang terjadi pada hipokampus
otak. Teori biokimia menyatakan bahwa peningkatan dopamin
neurotranmiter mengakibatkan peningkatan aktivitas yang berlebihan
dan gangguan dalam asosiasi.
b. Teori Psikososial
Individu yang tumbuh dalam keluarga yang penuh konflik dan
ansietas yang tinggi akan mengalami hambatan dalam perkembangan
psikologisnya sehingga tidak dapat melakukan tugas perkembangan
secara optimal. Anak yang tumbuh dalam keluarga psikosis akan
menerima pesan-pesan yang membingungkan yang menyebabkan
ketidakmampuan anak mempercayai orang lain. Kelainan psikosis
dapat pula merupakan hasil ego yang lemah, bila individu mendapat
stres yang berat yang mengancam ego yang lemah maka individu
cenderung akan berespon maladaptif.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan isi pikir waham adalah:
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran
umpan balik otak yang mengatur proses imformasi dan abnormalisasi
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Secara biologis menetapakan ambang toleransi terhadap stres
yang berinteraksi denga stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan prilaku.
c. Pemicu gejala
Terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif yang
berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku individu
seperti gizi buruk, kurang tidur, infeksi, kelebihan rasa bermusuhan
atau lingkungan yang penuh kritik, gangguan dalan berhubungan
interpersonal, kesepian, kemiskinan, tekanan pekerjaan dan
sebagainya.
C. Diagnosa Keperawatan
Waham
Harga diri rendah
D. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain
Kerusakan komunikasi verbal dan lingkungan
F. Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien
kembali ke masyarakat, untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain,
klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti
terapi modalitas yang terdiri dari:
a. Terapi aktivitas
1) Terapi seni
Fokus: untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
pekerjaan seni
2) Terapi musik
Focus: mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi. Yaitu
menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien.
3) Terapi menari
Fokus pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
4) Terapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional: untuk koping/ perilaku maladaptif/ deskriptif,
meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.
b. Terapi sosial
Klien belajar bersosialisasi secara bertahap dengan perawat,
klien lain, perawat lain, keluarga/kelompok/ masyarakat.
c. Terapi kelompok
1) Kelompok terapeutik
2) Terapi aktivitas kelompok
2. Psikofarmaka
a. Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi
dalam dua tahun penyakit.
b. Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
3. Psikosomatik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, dosis terapi kejang
listrik 4-5 joule/detik.
G. Tindakan keperawatan generalis pada klien waham
Diagnosa 1
Tindakan Keperawatan (Pasien)
1. Tujuan: Klien mampu
a. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dari waham
Latihan orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang dan
tempat/lingkungan
b. Minum obat dengan prinsip 6 benar minum obat, manfaat/keuntungan
minum obat dan kerugian tidak minum obat
c. Mengidentifikasi kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi akibat
wahamnya, memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
d. Melakukan kegiatan/aspek positif yang dipilih
2. Tindakan Keperawatan (Strategi Pelaksanaan)
a. SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya: mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi, melatih
latihan orientasi realita.
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat waham
2) Menjelaskan cara mengendalikan waham dengan orientasi realita:
panggil nama, orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan
3) Melatih klien orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang
dan tempat/lingkungan
4) Melatih klien memasukkan kegiatan orientasi realita dalam jadwal
kegiatan harian
b. SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan
membantu mempraktekkannya
1) Menjelaskan kemampuan positif yang dimiliki klien
2) Mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki klien
3) Melatih kemampuan positif yang dipilih
4) Melatih klien memasukkan kemampuan positif yang dimiliki dalam
jadual kegiatan harian
c. SP 3 Pasien : Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan
prinsip 6 benar, manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak
minum obat.
1) Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis,
frekuensi, cara, orang dan kontinuitas minum obat).
2) Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat
dengan klien
3) Melatih klien cara minum obat secara teratur
4) Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke
dalam jadwal kegiatan harian.
d. Melatih cara pemenuhan kebutuhan dasar
1) Menjelaskan cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
akibat wahamnya dan kemampuan memenuhi kebutuhannya
2) Melatih cara memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi akibat
wahamnya dan kemampuan memenuhi kebutuhannya
3) Melatih klien memasukkan kegiatan memenuhi kebutuhan ke dalam
jadwal kegiatan harian
Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien waham
1. Tujuan keluarga mampu
a. Mengenal masalah waham
b. Mengambil keputusan untuk merawat klien waham
c. Merawat klien waham
d. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien waha
2. Tindakan Keperawatan (Strategi Pelaksanaan) pada keluarga
a. SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;
mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan
obat pasien
1) Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien waham
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya
resiko perilaku kekerasan
b. SP 2 Keluarga : Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien
waham
1) Menjelaskan cara merawat klien waham
2) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk
latihan orientasi realita
3) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk
minum obat dengan prinsip 6 benar.
4) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien
memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi karena waham dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
5) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien latihan
kemampuan positif yang dimiliki
c. SP 3 Keluarga : Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin
terjadi pada klien waham
1) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada
klien waham
2) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien waham
d. SP 4 Keluarga : Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk follow up, cara rujukan kesehatan klien dan mencegah
kekambuhan
1) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
2) Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan pencegahan relaps
3) Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh
4) Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk ke
pelayanan kesehatan.
Diagnosa 1
Tindakan Keperawatan Pasien
5. Tujuan : Klien mampu
i. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan
akibat Harga diri rendah, mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
j. Menilai kemampuan yang dapat digunakan, menetapkan/memilih
kegiatan yang sesuai kemampuan
k. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
l. Melakukan kegiatan yang sudah dilatih
6. Tindakan Keperawatan (Strategi Pelaksanaan)
i. SP 1 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
masih dimiliki klien.
5) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di
rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
6) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
j. SP 2 pasien: Membantu klien menilai kemampuan yang dapat
digunakan, Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang
akan dilatih
9) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
10) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
11) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif
12) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
k. SP 3 Pasien : Melatih kemampuan yang dipilih klien
7) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan pertama
yang dipilih
8) Melatih kemampuan pertama yang dipilih
9) Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang
dilakukan
l. SP 4 Pasien : Menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian
Tindakan Keperawatan pada keluarga (Strategi Pelaksanaan)
5. Tujuan : Keluarga Mampu
k. Mengenal masalah harga diri rendah kronik
l. Mengambil keputusan dalam merawat harga diri rendah kronik
m. Merawat klien dengan harga diri rendah kronik
n. Menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri
klien
o. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan
mencegah kekambuhan
6. Tindakan Keperawatan pada keluarga klien harga diri rendah
i. SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien
j. SP 2 Keluarga : Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya harga diri rendah dan mengambil keputusan merawat pasien
k. SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien dengan harga
diri rendah dan berikan pujian
l. SP 4 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan
L. Strategi Pelaksanaan
1. Pada Klien
SP.1 Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan
pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
ORIENTASI:
Salam terapeutik
”Selamat pagi mas, Saya Mahasiswa STIKES KENDAL yang akan merawat
mas, Nama Solikhatun senang dipanggil Soli. Nama mas siapa?mas Senang
dipanggil apa”
Validasi
”Bagaimana perasaan mas hari ini? Apa yang mas D rasakan saat ini”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
”Baiklah, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang apa yang
dirasakan mas saat ini. Bagaimana kalau 20 menit.”Apakah mas bersedia?”
KERJA
“Saya mengerti mas merasa bahwa mas adalah seorang nabi, tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak
adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus mas rasakan?
Jadi mas merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri mas sendiri?”
“Siapa menurut mas yang sering mengatur-atur diri mas?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya mas, juga kakak dan adik mas
yang lain?”
“Kalau mas sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus mas sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut mas”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya mas ingin ada kegiatan diruangan ini
ya”
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang dengan saya?”Apa
saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini mas coba lakukan, setuju mas?”
Bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
RTL
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Mas miliki? Mau di
mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
SP.2 Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
ORIENTASI:
Salam terapeutik
“Selamat pagi mas D. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya Soli. dari
STIKES KENDAL mas.
Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ?
Apakah mas sudah mengingat apa saja hobi mas?”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi mas R tersebut?”
“Berapa lama mas D mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit tentang hal tersebut?”
KERJA
“Apa saja hobby amas? Saya catat ya Mas, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya mas D pandai main catur ya, tidak semua orang bisa
bermain catur seperti itu lho D”(atau yang lain sesuai yang diucapkan
pasien).
“Bisa mas D ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur,
siapa yang dulu mengajarkannya kepada mas D, dimana?
“Bisa mas D peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik
itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan mas D ini ya, berapa kali
sehari/seminggu mas D mau bermain catur?”
“Apa yang mas D harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan mas D yang lain selain bermain catur?”
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan mas D setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan amas?”
“Setelah ini coba mas D lakukan latihan catur sesuai dengan jadual yang
telah kita buat ya?”
RTL
“Besok kita ketemu lagi ya mas?”
“Bagaimana kalau besok sebelum makan siang? Di ruang tamu saja, ya
setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus mas D minum,
setuju?”
“Bagaimana kalau sekarang mas D teruskan kemampuan bermain catur
tersebut…….”
2. Pada Keluarga
SP.1 Keluarga: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;
mengidentifikasi masalah menjelaskan proses
terjadinya masalah; dan obat pasien
ORIENTASI:
Salam terapeutik
”Selamat pagi pak/bu, Saya Mahasiswa keperawatan STIKES KENDAL yang
akan merawat mas R, Nama Saya Solikhatun senang dipanggil Soli. Nama
bapak/ibu siapa?Bapak/ibu Senang dipanggil apa”
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah mas R dan cara
merawat mas D di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
“Pak, bu, apakah ibu dan bapak sudah mengetahui apa yang terjadi dengan mas
D ini?yang terjadi pada mas D ini merupakan salah satu gangguan proses
berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali
anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan
mengatakan pertama: “Bapak/Ibu mengerti mas D merasa seorang nabi, tapi
sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu kami semua nabi
sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji D jika ia melakukan hal-hal
yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi
dengan D”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan D tentang kebutuhan yang diinginkan
D, misalnya: “Bapak/Ibu percaya D punya kemampuan dan keinginan. Coba
ceritakan kepada bapak/ibu. D khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan
yang pernah dimiliki oleh anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba
berikan pujian) “Pak, bu, D perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus
diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam,
jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan D kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan
penjelasan tentang obat kepada klien). Mas D sudah mempunyai jadwal minum
obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat D di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi
setiap kali.”
RTL
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi saya datang kembali kesini dan kita
akan mencoba melakukan langsung cara merawat D sesuai dengan pembicaraan
kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa ?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP.3 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
waham
ORIENTASI:
Salam terapeutik
”Selamat pagi pak/bu, masih ingatkah dengan saya?”
Ya saya perawat Soli.
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana?” “Apakah latihan yang
kemarin sudah dipraktekan ke mas D?” “iya bagus”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
“Sesuai janji kemarin kita bertemu lagi ya pak/bu?”. Sekarang kita akan
mendiskusikan tentang dampak yang dapat terjadi pada mas D jika tidak dapat
menerima realita atau kenyataan, bagaimana?
“Apakah bapak/ibu ssetuju?”
“Disini saya ya, waktunya tidaqk lama sekitar 10 menit”.
KERJA
“Jadi mas D menganggap bahwa dirinya adalah seorang nabi yang pada
kenyataannya bukan seperti itu.”
Jika keadaan ini terus menerus terjadi tanpa ada yang memaparkan realita
kehidupan ke mas D, mas D akan hidup layaknya seperti apa yang dia fikirkan,
tanpa sadar mas D melakukan hal itu.”
Disini tugas bapak/ibu sebagai orang tua sangat diperlukan untuk memaparkan
realita kehidupan mas D bahwa mas D adalah seorang manusia biasa bukan
seorang nabi. Bagaimana apakah bapak ibu mengerti?”
“Bagus. Butuh ketekunan keuletan serta kesabaran untuk menjelaskan kepada
mas D, baik dijelaskan tiap harinya agar mas D mengingat kebenaran atas
dirinya sediri.”
TERMINASI
Evaluasi
“Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap
melakukannya?
RTL
“Alangkah baiknya besok kita bertemu lagi, untuk membahas tentang kesiapan
bapak/ibu dalam merawat mas D selama dirumah nanti.
A. Pengertian
Keadaan dimana seseorang menunjukkan perilaku yang aktual melakukan
kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri/ orang lain secara verbal maupun
non verbal dan pada lingkungan. Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri
ataupun orang lain (Carpenito, 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
baik terapi generalis maupun terapi spesialis memberikan hasil yang
signifikan untuk menurunkan perilaku kekerasan. Tindakan keperawatan
generalis pada pasien dan keluarga dapat menurunkan lama rawat klien
(Keliat, dkk 2009).
B. Karakteristik
1. Fisik
a. Mata melotot/ pandangan tajam
b. Tangan mengepal
c. Rahang mengatup
d. Wajah memerah
e. Postur tubuh kaku
2. Verbal
a. Mengancam
b. Mengumpat dengan kata-kata kotor
c. Suara keras
d. Bicara kasar, ketus
3. Perilaku
a. Menyerang orang lain
b. Melukai diri sendiri/ orang lain
c. Merusak lingkungan
d. Amuk/ agresif
C. Faktor yang berhubungan
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan narkoba/ alkoholik
D. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
Harga diri rendah
E. Pohon Masalah
G. Intervensi Generalis
Rentang Tindakan Keperawatan dalam manajemen Agresif
Strategi Prevensi Strategi antisipasi Strategi pembatasan gerak
J. Latihan Asertif
1. Prinsip
a. Berkomukasi langsung pada orang lain
b. Mengatakan tidak untuk hal yang tidak beralasan (logis)
c. Mampu mengungkapkan keluhan
d. Mengungkapkan penghargaan/ pujian
2. Pelaksanaan Asertif
a. Bahasa tubuh
1) Mempertahankan kontak mata
2) Mempertahankan posisi tubuh (berhadapan dan tegak)
3) Berbicara dengan tegas
4) Nada suara tegas
5) Ekspresi wajah dan sikap tubuh untuk penekanan
b. Pendengar
1) Mempersiapkan diri
2) Mendengarkan
3) Mengklarifikasi
4) Mengakui
c. Percakapan
d. Atur lingkungan bicara
e. Menetapkan topik pembicaraan
f. Mengekspresikan perasaan
g. Mengekspresikan permintaan
h. Membuat orang lain melakukan kebutuhan kita
K. Tindakan Komunikasi
1. Bicara dengan lembut
2. Nada rendah
3. Tidak membalas suara keras
4. Gunakan kalimat pendek dan simpel
5. Hindarkan tertawa dan senyum tidak pada tempatnya
6. Katakan anda siap membantu
7. Beri kesempatan untuk ventilasi
8. Sikap rilek dan terapeutik
9. Gerakan tidak tergesa-gesa
10. Jaga jarak 1-3 langkah dari klien (personal space violence people 4 kali
orang normal)
M. Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan (Pasien)
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol
secara fisik I
ORIENTASI :
Salam terapeutik
“Selamat pagi pak, perkenalkan saya Mahasiswa STIKES KENDAL nama saya
Solikhatun, panggil saya Soli, saya perawat yang dinas di ruangan ini, Nama bapak
siapa, senangnya dipanggil apa?”
Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
Kontrak (waktu, topic, tempat)
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah ”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?”Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bapak? Bagaimana kalau di
ruang tamu?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O..iya, apakah ada
penyebab lain yang membuat bapak marah”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti stress karena pekerjaan atau masalah
uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons
pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan dangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi baak marah-marah, membanting
pintu dan memecahkan barang-barang, memukul adik dan ibu bapak, apakah dengan
cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang bapak
lakukan? Betul, ibu jadi takut barang-barang pecah. Menurut bapak adakah cara lain
yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
danpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bapak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiadan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini bapak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri,
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung,
bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah
bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Selain itu saat merasa marah bapak bisa melampiaskan kemarahan dengan memukul-
mukul benda lunak seperti bantal
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan apa yang bapak rasakan
........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya .........
(sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak. bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? (Saudara masukkan kegiadan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiadan harian pasien).
RTL
Bagaimana kalau kita latihan cara untuk mencegah/mengontrol marah.? Jam berapa
pak? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”
“Baiklah, sampai jumpa.”
ORIENTASI
Salam terapeutik
“Selamat siang pak. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya Soli. dari STIKES
KENDAL pak”
Validasi
Bagaimana bapak apakan perasaan marah bapak muncul lagi. Jika tadi muncul
apakah bapak sudah bisa mengontro kemarahan bapak dengan latihan yang tadi kita
lakukan. Bagus.
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
Sesuai janji kita tadi saya akan memberi tahu cara kedua untuk mengontrol emosi
bapak yaitu dengan cara meminum obat dengan rutin sesuai yang dianjurkan oleh
dokter, bagaimana pak?”. Waktunya tidak lama sekitar 10 menit. Mau dimana?
Disini
KERJA
Cara kedua yang bisa bapak lakukan untuk mengontrol perasaan emosi bapak adalah
dengan meminum obat secara rutin. Obat yang diberikan oleh petugas dari ruangan
wajib bapak minum, usahakan jangan telat meminum obat. Bagaimana apakah bapak
mengerti?”. Bagus.
TERMINASI
Evaluasi
Bagaiman perasaan bapak setelah tadi kita belajar tentang pentingnya meminum
obat. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiadan harian bapak.
RTL
“Besok pagi saya akan kemari lagi. Bagaimana kalau kita latihan cara ketiga cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan berbicar. Mau jam berapa? Bagaimana kalau
jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat siang.”
RTL
Bagaiman kalau menjelang makan siang nanti, kita ketemu untuk melihat manfaat
4 cara mengontrol marah yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 13.00 siang? Di ruang makan ya! Sampai jumpa
SP.2 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
perilaku kekerasan
ORIENTASI:
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Ibu! Masih ingat kan dengan saya? Iya betul saya Soli. perawat
yang merawat Tn.S.”
Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
Kontrak (waktu,tempat,topik)
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa itu prilaku kekerasan dan cara
merawat Tn.S.“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Berapa lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat pak? Apa yang Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh bapak itu dinamakan perilaku kekerasan, yaitu
perilaku yang aktual melakukan kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri/
orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan.
”Tandanya marah-marah tanpa sebab, mata melotot, tangan
mengepal,memecahkan barang serta melukai diri sendiri maupun orang lain”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan mengetahui penyebab
kemarahan, bagaimana apakah ibu sudahmengerti?”. Bagus.
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi tentang masalah yang bapak
hadapi?”iya bagus ibu bisa lebih memahami tentang perilaku kekerasan.
RTL
“Bagaimana kalau nanti siang kita ketemu lagi untuk membahas tentang cara
cara merawat bapak.?” Iya baiklah bu. Ibu mau dimana?”. Disini saja ya bu.”
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2013; Laraia, 2009).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Caroline , Keliat dan Sabri (2008) meneliti bahwa dengan pelaksanaan
standar asuhan keperawatan (SAK) halusinasi, maka kemampuan kognitif klien
meningkat 47%, psikomotor meningkat 48%. Pelaksanaan standar asuhan
keperawatan SAK halusinasi juga menurunkan tanda dan gejala halusinasi
sebesar 14%.
B. Macam-Macam Halusinasi
1. Halusinasi pendengaran
2. Halusinasi penglihatan
3. Halusinasi penciuman
4. Halusinasi pengecapan
5. Halusinasi perabaan
6. Halusinasi kinestik
7. Halusinasi hipnogogik
8. Halusinasi hipnopompik
9. Halusinasi histerik
10. Halusinasi autoskopi
D. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Isolasisosial
E. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan Akibat
G. RencanadanTindakan Keperawatan
Diagnosa I : Perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus :
1. Mengenali halusinasi yang dialaminya: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon. Mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
2. Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
3. Mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.
4. Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.
Tindakan Keperawatan
1. SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-
cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan
cara ini, dan menguatkan perilaku pasien.
2. SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua :
bercakap-cakap dengan orang lain.
3. SP 3 Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara
mendapat obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6
benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
4. SP 4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:
Melaksanakan aktivitas terjadwal
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas
yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas,
menyusun jadual aktifitas sehari-hari sesuai dengan jadual yang telah
dilatih, memantau jadual pelaksanaan kegiatan, memberikan
reinforcement.
Tindakan Keperawatan Halusinasi (Keluarga)
1. Tujuan keluarga mampu :
a. Mengenal masalah merawat pasien di rumah.
b. Menjelaskan halusinasi (pengertian, jenis, tanda dan gejala halusinasi
dan proses terjadinya).
c. Merawat pasien dengan halusinasi.
d. Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien dengan halusinasi
e. Mengenal tanda dan gejala kambuh ulang.
f. Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-up pasien dengan
halusinasi.
2. Tindakan keperawatan
a. SP 1 keluarga : Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien.
b. SP 2 Keluarga : Pendidikan Kesehadan tentang pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan
cara-cara merawat pasien halusinasi, proses terjadinya halusinasi
c. SP 3 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien yang
mengalami halusinasi. Jelaskan dan latih cara merawat anggota
keluarga yang mengalami halusinasi : menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, melakukan aktivitas.
d. SP 4 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjut.
Diagnosa 2 : Isolasi sosial
Tujuan Umum : Klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi
4. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
5. Beri perhatian dan penghaargaan : temani klien walau tidak menjawab.
6. Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi
3. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
d. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
e. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
f. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
4. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
d. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
e. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
f. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Intervensi
8. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
9. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
10. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
11. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
12. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
13. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
14. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
TUK IV :Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Intervensi
4. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
5. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
6. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
H. Strategi Pelaksanaan
1. Strategi Pelaksanaan (Pasien)
SP 1 Pasien: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-
cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien
mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
halusinasi
ORIENTASI:
Salam terapeutik
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa STIKES KENDAL yang akan merawat
bapak, Nama Saya Solikhatun, senang dipanggil Soli, Nama bapak siapa? Bapak
Senang dipanggil apa”
Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
”Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling
sering dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara
itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
”Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?
”Bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiadan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”
TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara
itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan
latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien).
RTL
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa
pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih? Dimana
tempatnya?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
KERJA:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri, anak bapak
katakan: bu, ayo ngobrol dengan saya, karena saya sedang dengar suara-suara.
Begitu mas Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus!
Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya!”
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara
yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara
ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan
dalam jadwal kegiadan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap?
Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul!
RTL
Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga
yaitu membahas cara minum obat yang baik serta guna obat.Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana? Di sini lagi? Sampai besok ya.
Selamat pagi”
SP 3 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Orientasi:
Salam terapeutik
“Selamat pagi pak. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya Soli dari STIKES
KENDAL pak.
Validasi
Bagaimana perasaan mas hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul?
Apakah sudah dipakai 2 cara yang telah kita latih?bagus!!
Kontrak (waktu, topik, dan tempat)
Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan
tendang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya pak?”
KERJA
“pak, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP) 3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter
untuk mendapatkan obat lagi. Bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-
obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu
obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara
yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas
per hari”
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tendang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiadan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah dadang.
RTL
Besok kita ketemu lagi untuk melakukan aktivitas terjadwal?Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
KERJA
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiadannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 4 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiadan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam).
RTL
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita ketemu untuk melihat
manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 pagi? Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
ORIENTASI:
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Ibu!. Saya Soli, perawat yang merawat Tn. S.”
Validasi
“Bagaimana perasaan hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Tn. S ?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Hari ini kita akan berdiskusi tendang apa masalah yang bapak/ibu alami dalam
merawat Tn. S.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama
waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang menjadi masalah bapak/ibu dalam merawat Tn. S? ooh jadi ibu/bapak
tidak tau apa penyakit Tn. S sehingga ibu/bapak tidak tau bagaimana cara
merawat Tn. S. Ibu/bapak juga takut ketika melihat Tn. S bicara sendiri dan
tertawa sendiri.
“Jangan takut bupenyakit yang dialami Tn. S adalah penyakit halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada benda nya atau tidak
nyata.”
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi?”
RTL
“Baiklah besok kita akan bertemu lagi untuk membahas apa sebenarnya penyakit
halusinasi itu ya bu”. ”Jam berapa kita bertemu?”bagaimana jika jam 10.00.”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
ORIENTASI:
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Ibu! Masih ingat kan dengan saya? Iya betul saya Soli, perawat
yang merawat Tn. S.”
Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa itu halusinasi dan cara merawat
Tn.S.“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama
waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat pak? Apa yang Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh pak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar
atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri, atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/IBu Sengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya
suara itu tidak ada.”
“Kalau pak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu
tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-
cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan pak, jangan membantah
halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut
memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak
mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarka pak, melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-
sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih pak untuk membuat jadwal kegiatan
sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia
lakukan!”
”Ketiga, bantu pak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih untuk minum obat
secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini
yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau
bayangan. Diminum 3X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam.
Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan
CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi bapak
dengan cara menepuk punggung bapak. Kemudian suruhlah bapak menghardik
suara tersebut. Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi bapak. Sambil menepuk
punggung pak, katakan : bapak sedang apa kamu? bapak ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup
telinga bapak Dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan
berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi Tn.S?“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat
bapak?”Bagus sekali Bu.”
RTL
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan Tn.S ”
”Jam berapa kita bertemu?”Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
TERMINASI:
Evaluasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan bapak?”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu
dapat melakukan cara itu bila bapak mengalami halusinasi”.
RTL
“Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang
jadwal kegiatan harian bapak. Jam berapa Ibu bisa datang? Tempatnya di sini
ya. Sampai jumpa.”
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu, Masih ingat kan dengan saya? Iya betul saya Soli perawat
yang merawat Tn.S.”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk membicarakan
jadual selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang
tamu!“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan.
Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh bapak selama di rumah. Misalnya kalau mas terus menerus mendengar
suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di
berikan tindakan”.
TERMINASI
Evaluasi
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara
merawat bapak Bagus (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini
jadwalnya. Sampai jumpa”
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 8th edition.
Missouri: Mosby.