RESIKO PERILAKU
KEKERASAN
DI SUSUN OLEH :
HORY MAULANA
HUSNUL YAKIN
IQADATUL ISLAMIYAH
KHAIRUNNISSYAH SULBI
MATARAM
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
kan adanya kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih terkoordinasi dengan
Pravelensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 persen dan bi-
asanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun namun ada juga yang baru berusia 11-
juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita Skizofrenia, dimana seki-
Masalah keperawatan yang paling sering ditemukan di RS. Jiwa adalah per-
ilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, waham, bunuh diri,
ketergantungan napza, dan defisit perawatan diri. Dari delapan masalah keperawa-
tan diatas akan mempunyai manifestasi yang berbeda, proses terjadinya masalah
yang berbeda dan sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda pula. Ketujuh
masalah itu dipandang sama pentingnya, antara masalah satu dengan lainnya.
( Depkes 2006). Sedangkan perilaku kekerasan sendiri adalah suatu keadaan diman-
an seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik ter-
tetap ada karena sebenarnya marah juga berguna yaitu untuk meningkatkan energi
yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan akan mempersulit diri sendiri dan
Hal ini melihat fenomena-fenomena diatas baik gejala yang muncul / akibat
dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien. Untuk itu
Askep yang professional pada pasien perilaku kekerasan sangat diharapkan oleh
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dari perilaku kekerasan ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien perilaku kekerasan ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dari perilaku kekerasan
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien perilaku ekeraan
BAB II
TINJAUAN MATERI
PERILAKU KEKERASAN
A. Masalah Utama:
Perilaku kekerasan/amuk.
B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun ling-
kungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
2. Penyebab
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekera-
san bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digam-
barkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Gejala Klinis
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
C. Tindakan keperawatan
Tindakan Keperawatan Untuk pasien
Tujuan :
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
social dan dengan terapi psikofarmaka.
Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya. Dalam membina hubungan saling percaya perlu di-
pertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan an-
da. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya adalah:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah, yaitu secara verbal terhadap:
a. Orang lain
b. Diri sendiri
c. Lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
b. Obat
c. Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d. Spiritual : kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien
7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a. Latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal
b. Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal
8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
9. Latih mengontrol prilaku kekerasan secara spiritual:
a. Diskusikan kegiatan ibadah yang pernah dilakuakn pasien
b. Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang biasa dil-
akukan pasien
c. Buat jadwal latihan kegiatan ibadah
10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh meminum obat:
a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat,
dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti mi-
numm obat.
b. Susun jadwal minum obat secara teratur.
11. Ikutsertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi men-
gontrol prilaku kekerasan.
Setrategi Pelaksanaan
SP Ip
1. Mengidentifikasi penyebab PK
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat PK
5. Menyebutkan cara mengontrol PK
6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I
7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
SP IIp
SP IIIp
SP IVp
SP Vp
Orientasi :
“Selamat pagi pak, perkenalkan saya perawat A K, panggil saya A, saya perawat
disini … Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih dada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang -bincang sekarang tentang perasaan marah Bapak”
“Berapa lama bapak mau berbincnag -bincang?” Bagaimana kalau 20 menit?”
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang -bincang, pak? Bagaimana kalau
diruang tamu?”
Kerja :
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah malah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O …iya, jadi ada 2
SP 2 : Latihan mengontrol prilaku kekerasan secara fisik ke-2
1. Evaluasi latihan napas dalam
2. Latihan cara fiksik ke-2: pukul kasur dan bantal
3. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Orientasi :
“selamat pagi, pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya
dating lagi.”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah? Apakah latihan napas dalamnya sudah dilakukan? Coba saya lihat jadwal
kegiatannya. Bagus sekali,
D. Evaluasi
Evaluasi terhadap kemampuan pasien dan keluarga dan kemampuan perawat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Bagi perawat diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan masalah
perilaku kekerasan untuk memberikan perawatan secara optimal agar klien dapat
melakukan marah secara asertif dan dapat mengontrol emosinya saat marah