TUBERKULOSIS
DI SUSUN OLEH :
NIM : 19121101
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Pengertian Tuberkulosis Paru Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah
penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang
dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai
tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang
tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap
asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui
airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer
dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui
percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki
kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil
(kemenkes RI,2015).
B. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan
paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan
dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru :
1. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2
pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak
SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
b. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada
menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk
berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas.
2. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
a. TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b. TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex,
TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
3. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:
a. Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudahpernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapatpengobatan
Tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
c. Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
d. Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan
atau lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
C. Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di
bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang
rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi
melalui udara.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2011), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru tanpa
keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah
timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan yang lanjut
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. kebanyakan
batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi sebagian
paru-paru
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
E. Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air
bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear
tampak memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk
sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu
10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
F. Pathway
Asap rokok, polusi udara, riwayat infeksi saluran nafas
Mual, muntah
Suplai oksigen berkurang
Gangguan pertukaran
gas
Kelemahan otot
Intoleransi aktivitas
(Price, 2011)
G. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini: pleurutis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet’s
arthropathy.
2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada
TBC milier dan kavitas TBC (Sudoyo, 2007). Komplikasi penderita stadium lanjut
adalah hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok, kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru,
penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya (Zulkoni, 2010).
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
1. Pemeriksaan Diagnostik
2. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali
yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila
didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu
positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan
ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
3. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum).
Positif jika diketemukan bakteri taham asam.
4. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
a. indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil negative
b. indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
c. indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
d. indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
e. reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutanberupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody
dan antigen tuberculin
5. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsiumdari
lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan
Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
6. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium
Tuberkulosis.
I. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mendorong
pasien agar mudah membuang sekresi dengan metode batuk efektif sehingga dapat
mempertahankan jalan nafas yang paten. Latihan batuk efektif dilakukan dengan
puncak rendah, dalam dan terkontrol. Posisi yang dianjurkan untuk melakukan
latihan batuk efektif adalah posisi duduk di tepi tempat tidur atau semi fowler,
dengan posisi tungkai diletakkan di atas kursi (Smeltzer & Bare, 2013).
b. Perkusi dan vibrasi dada
Perkusi adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan membentuk mangkuk pada
telapak tangan dengan menepuk secara ringan pada area dinding dada dalam.
Gerakan menepuk dilakukan secara berirama di atas segmen paru yang akan
dialirkan. Pergelangan tangan secara bergantian fleksi dan ekstensi sehingga dada
dipukul atau ditepuk dalam cara yang tidak menimbulkan nyeri(Smeltzer & Bare,
2013).
Sedangkan vibrasi adalah teknik memberikan kompresi dan getaran maual pada
dinding dada selama fase ekshalasi pernafasan. Pogram batuk dan pembersihan
sputum yang dijadwalkan, bersama dengan hidrasi, akan mengurangi sputum pada
banyak pasien. Jumlah siklus perkusi dan vibrasi diulang tergantung pada toleransi
dan respon klinik pasien (Smeltzer & Bare, 2013).
c. Drainase postural
Drainase postural menggunakan posisi spesifik yang memungkinkan gaya
gravitasi untuk membantu dalam membuang sekresi bronkial. Sekresi mengalir
dari bronkiolus yang terkena ke dalam bronki dan trakea dan membuangnya
dengan membatukkan atau pengisapan. Drainase postural digunakan untuk
menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial yang disebabkan oleh akumulasi
sekresi (Smeltzer & Bare, 2013).
2. Medis
Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:
a. Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per hari
dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakterisidal),
menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah
timbulnya resistensi obat
b. Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam obat per
hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa
(efek sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur
J. Fokus pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas Diri Pasien
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
b. Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta pertolongan
pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
1) Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk
bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
2) Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau
bercak-bercak darah
3) Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
4) Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
Keluhan Sistematis
1) Demam
keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada
malam hari mirip dengan influenza
Keluhan Sistematis Lain
keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan dan malaise
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keadaan pernapasan (napas pendek)
Nyeri dada
Batuk, dan
Sputum
2) Kesehatan Dahulu :
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
3) Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas,
denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit
penyulit seperti hipertensi.
2) Breathing
Inspeksi :
a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya
terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya penurunan
proporsi anterior-posterior bading proporsi diameter lateral
b) Batuk dan sputum
Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi
sputum yang purulen
Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan
seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas.
Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor
pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura
didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan
akumulasi cairan
Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
3) Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak wajah
meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada mata,
biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu, dan
ikterik pada pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.
4) Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Memonitor
adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
5) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan
6) Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala yang
muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.
7) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
(a) Kepala
Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan/tidak, simetris/tidak
(b) Rambut
Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut
(c) Wajah
Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak
(d) Sistem Penglihatan
Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak, sclera ikterik/tidak )
(e) Wicara dan THT
(1) Wicara
Kaji fungsi wicara, perubahan suara,afasia, dysfonia
(2) THT
Inspeksi hidung : kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak,ada
secret/tidak
Telinga : Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran tympani, ada
secret/tidak
Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran
K. Fokus Intervensi
Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Soemantri, Irman. 2011. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Merdeka