Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN

DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

• DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Aulia Hamdi ( 1902004 )

2. Widya Rahmah ( 1902020 )

3. Natasya Fadila Zahara ( 1902026 )

4. Sabna Supriani ( 1902015 )

5. Thiansy Bernika Doza ( 1802076 )


Definisi
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko
mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan kematian baik secara langsung
maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah (Depkes, 2007).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah
yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau
melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
PenyebabResiko Perilaku kekerasan
Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa antara lain
1.Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan akan timbul
dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu yang memiliki
pengaruh biologik dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor
predisposisi biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang
dipelajarinya. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan
maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma
dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.

c. Faktor biologis
berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan,
yaitu sebagai berikut:
1. Pengaruh neurofisiologik,
2. Pengaruh biokimia
3. Pengaruh genetic
4. Gangguan otak
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Klien
b. Interaksi
c. Lingkungan
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat
menghadapi rasa frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
 
Manifestasi Klinis
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku kekerasanterdiri dari :
1. Fisik, Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal, Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, ketus.
3. Perilaku, Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi, Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual, Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual, Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.
7. Sosial, Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian, Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
Dampak Dari RPK
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
 
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
Muka amerah dan tegang
1. Pandangan tajam
2. Mengarupkan rahang dengan kuat
3. Mengepalkan tangan
4. Jalan mondar-mandir
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7. Mengancam secara verbal atau fisik
8. Melempar atau memukul benda /orang lain
9. Merusak barang atau benda
10. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan.
B. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku kekerasan yaitu :
Perilaku Kekerasan.
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
3. Harga diri rendah kronis.
4. Isolasi sosial.
5. Berduka disfungsional.
6. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
7. Koping keluarga inefektif
C. Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) rencana tindakan keperawatan yang digunakan untuk diagnosa perilaku kekerasan yaitu :
a. Tindakan keperawatan untuk klien
1) Tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan terapi psikofarmaka.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di masa lalu dan saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
d) Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekersan, baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, sosial, spiritual maupun intelektual.
NEXTT....

e) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga

1) Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang
muncul, serta akibat dari perilaku tersebut.
b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan.
4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) strategi pelaksanaan tindakan keperawatan dengan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan
a. SP I Pasien
Membina hubungan saling percaya, pengkajian perilaku kekerasan dan mengajarkan cara menyalurkan rasa marah.
b. SP 2 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
c. SP 3 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
d. SP 4 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
e. SP 5 Pasien
Mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
f. SP 1 Keluarga
Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatanyang telah dilaksanakan
A. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

I. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal pengkajian: Jumat, 27 November 2020

II. IDENTITAS KLIEN


Nama : Tn. T
Insial : Laki-laki
Umur : 47 Tahun
Alamat : Desa Canggu Kecamatan Kalianda Lam – Sel
Agama : Islam
Informan : Klien dan Keluarga
III. RESUME
Klien Tn, T umur 47 tahun anak ke 2 dari 7 bersaudara, Karena belum berkeluarga, klien tinggal serumah dengan ibu dan
bapaknya. Sebelum sakit aktivitas sehari – hari klien membantu orang tua dikebun dan ladang. Sejak 7 tahun terakhir klien
lebih banyak dirumah jarang berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Klien sering marah – marah dan berbicara keras
tanpa sebab terutama dengan ibunya, mencekik ibunya, berteriak – teriak memecahkan kaca dan piring. Pada tahun 2016
klien pernah dibawa kekantor polisi karena melakukan pemukulan terhadap orang lain kemudian dibawa kerumah sakit jiwa
dirawat selama 15 hari dan boleh pulang untuk rawat jalan. Karena keluarga tidak mengerti dan tidak tahu klien berobat ke
pengobatan alternative, selama lebih kurang 2 tahun klien tidak minum obat dan tidak kontrol ke fasilitas pelayanan
kesehatan, akibatnya perilaku kekerasan klien terulang lagi, kemudian 1 tahun terakhir klien kembali kontrol kerumah sakit
jiwa untuk berobat jalan. Kakak klien mengatakan semasa kecil klien sering mengalami kekerasan fisik oleh ibunya.
Keluhan utama ( saat di kaji ) :
- Klien mengatakan mudah marah dan mengamuk kalau keinginannya tidak dipenuhi terutama kepada ibunya,
- Klien mengatakan terganggu, kesal dan benci kalau ada orang ngobrol bertamu dirumahnya
- Klien mengatakan tidak mau keluar rumah dan tidak mau bergaul dengan orang lain karena malu semua orang -
membenci dan membicarakan keburukan dirinya
- Saat dilakukan pengkajian wajah klien tampak tegang, kaku dan berbicara dengan nada yang keras

Masalah Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan


III. FAKTOR PREDIPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? (Ya)
Klien mengatakan pernah masuk Rumah sakit jiwa 1 kali
2. Pengobatan sebelumnya ( Kurang berhasil )
Klien mengatakan sepulang dari Rumah sakit, klien tidak meminum obat dengan teratur dan memilih berobat alternative.
3. Aniaya fisik
Klien mengatakan pernah melakukan aniaya fisik seperti aniaya kekerasan dalam keluarga dan pernah memukul orang lain.

Masalah keperwatan : Resiko Perilaku Kekerasan


Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ( Tidak Ada )
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti yang di alami dirinya.

Masalah keperawatan : Tidak Ada


Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenagkan, sewaktu kecil sering dipukul ibunya.
IV. FISIK
Tanda-tanda vital
TD = 110/90 mmHg
N = 96 x/m
S = 370C
RR = 20 x/m

Keluhan fisik ( Tidak Ada )


Masalah keperawatan : Tidak Ada
 
NEXT….
2. Konsep diri:
a. Citra tubuh
Klien mengatakan anggota tubuhnya baik dan klien menyukai tubuhnya apa adanya
b. Identitas diri
Klien mengatakan anak kedua dari 7 bersaudara. Klien bersekolah hanya sampai SD, lalu bekerja membantu orang tua
sebagai tani kebun dan ladang.
c. Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak ke-2 dalam keluarga. Klien belum menikah. Biasanya klien membantu pekerjaan
orang tuanya dikebun dan ladang.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh kembali,bekerja dikebun dan ladang serta menikah
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa malu dengan orang lain karena belum menikah
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
NEXT….
3. Hubungan sosial
Orang yang terdekat
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ibunya.
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien tidak berperan aktif dalam kegiatan kelompok.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena merasa malu dirinya belum menikah, semua orang
membenci dan membicarakan keburukan dirinya.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
 
4. Spriritual
Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien adalah nilai – nilai islam dan klien mengatakan shalat itu wajib.
Kegiatan Ibadah
Kegiatan ibadah klien adalah shalat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, rambut lurus, kemudian menggunakan baju yang seharusnya, dan mandi 2 kali dalam sehari.
Klien cukup memperhatikan penampilannya.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan keras,agak kacau serta terlihat cepat tersinggung
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat sehat dan beraktivitas didalam rumah seperti mandi, bab / bak, makan dan minum dilakukan dengan baik tanpa
bantuan.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa senang dan bahagia tinggal di rumah dan merasa terganggu kalau ada orang lain yang datang
bertamu.
5. Afek
Afek klien labil, cepat marah dan tersinggung.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
NEXT…
6. Interaksi selama wawancara
Interaksi selama wawancara klien baik, namun kontak mata tajam.wajah tegang dan kaku serta nada bicara yang keras
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan – bisikan ataupun melihat bayangan-bayangan aneh
8. Proses pikir
Proses fikir klien adalah flight of ideas karena sering megganti topic pembicaraan tanpa menyelesaikan topic pertama.
9. Isi Pikir
Klien mengatakan sedih mengingat masa kecilnya sering mendapatkan perilaku kekerasan dari ibunya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
10. Tingkat kesadaran
Compos mentis (Klien sadar akan dirinya)
Tingkat kesadaran klien baik dan klien tidak mengalami disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang. Buktinya klien
masih mengingat tanggal masuk rumah sakit dan dia tahu berada di ruang Angsoka.
NEXT….
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu menjelaskan kegiatan sehari-hari dan juga
menceritakan pengalaman – pengalaman masa lalu.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi Klien baik karena masih dapat berhitung dan dapat menjawab perhitungan sederhana yang
diberikan.
13. Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian klien mengalami gangguan penilaian ringan. Klien bisa tidak bisa memilih antara dua pilihan.
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya sehat
VII. AKTIVITAS SEHARI – HARI DIRUMAH

1. Makan
Klien makan 3 kali sehari dengan tanpa bantuan.
2. BAK/BAB
Klien dapat defekasi atau berkemih tanpa bantuan dengan frekueansi kurang lebih 4x sehari.
3, Mandi
Klien bisa mandi 2 kali sehari pagi dan sore hari tanpa bantuan orang lain
4. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian dengan rapi tanpa bantuan orang lain.
5. Istirahat dan tidur
Klien tidak mengalami gangguan tidur. Klien tidur siang 4-5 jam dan untuk tidur malam 8-9 jam.Aktivitas sebelum tidur klien menonton tv.
6. Penggunaan obat
Untuk pengguanaan obat Klien tidak membutuhkan bantuan karena Klien bisa melakukannya sendiri dan mengetahui obat-obat yang di konsumsi
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jarang pergi ke pusat kesehatan untuk memeriksakan diri.
8. Aktivitas di dalam rumah
Klien mampu melakukan kegiatan rumahan dengan baik misalnya, mononton TV, menyiapkan makanan ataupun menjaga kerapian rumah.
9. Aktivitas di luar rumah
Klien masih dapat melakukan aktivitas diluar rumah secara mandiri seperti berkendaraan ataupun berjalan-jalan dan mengobrol dengan keluarganya.
 
NEXT…
VIII. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping maladaptif karena klien mengatakan saat dia mengalami masalah biasanya klien merusak barang-barang di
sekitarnya
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
IX MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dukungan kelompok
Klien mengatakan keluarga dan saudaranya mendukung untuk kesembuhannya
2. Masalah hubungan dengan lingkungan
Klien megatakan mengalami masalah dengan lingkungan karena perilaku kekerasannya. Orang lain cenderung menghindari dirinya.
3. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan putus sekolah sejak kelas 5 SD.
4. Masalah dengan pekerjaan
Klien tidak mengalami masalah dalam bekerja
5. Masalah ekonomi
Klien mengatakan hidupnya dan keluarganya masih mampu dan berkecukupan .
NEXT…

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Klien kurang mampu menahan diri untuk memukul dan marah – marah dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
Terapi medik : - Risperidon 2 x 1 mg
XII. ANALISA DATA

1. DS.Klien mengatakan mudah marah dan mengamuk kalau keinginannya tidak dipenuhi terutama kepadaResiko Perilaku
Kekerasanibunya, Klien mengatakan terganggu, kesal dan benci kalau ada orang ngobrol bertamu dirumahnya

DO: Saat dilakukan pengkajian wajah klien tampak tegang, kaku dan berbicara dengan nada yang keras

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

2. DS: Klien mengatakan tidak mau keluar rumah dan tidak mau bergaul dengan orang lain karena malu belum menikah membenci dan
keburukan dirinya semua orang membicarakanHarga diri rendah

DO: Menyendiri,lebihbanyakmenghabiskan waktu di kamar.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah


XIII. POHON MASALAH
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Harga Diri Rendah
INTERVENSI KEPERAWATAN
     

8.Klien menggunakan 8. Klien menjelaskan: 8.1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara

obat sesuai program o Manfaat minum obat teratur dan kerugian jika tidak menggunakan
obat
yang telah ditetapkan o Kerugian tidak minum obat
8.2. Jelaskan kepada klien:
o Nama obat
o Jenis obat (nama, wanrna dan bentuk obat)
o Bentuk dan warna obat o Dosis yang tepat untuk klien
o Dosis yang diberikan o Waktu pemakaian
kepadanya o Cara pemakaian
o Waktu pemakaian o Efek yang akan dirasakan klien

o 8.3. Anjurkan klien:


Cara pemakaian
o Minta dan menggunakan obat tepat waktu
o Efek yang dirasakan
o Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek
o menggunakan obat sesuai
yang tidak biasa
program o Beri pujian terhadap kedisplinan klien
menggunakan obat.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Dapat terbina hubungan saling percaya dengan klien
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
f. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah / mengendalikan perilaku kekerasannya.
g. Pasien dapat mencegah / mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, social, dan dengan terapi psikofarmaka
STRATEGI  PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP 1 Pasien RPK :
- Bina hubungan saling percaya
- Identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, serta akibat yang
ditimbulkan.
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum, selamat pagi bang T, lama tak berjumpa. Apa kabar?
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan abang saat ini? Masih ada perasaan kesal dan marah?Apakah ada yang abang keluhkan?
c. Kontrak tempat waktu dan topik
Baiklah kita berbincang – bincang sekarang tentang perasaan marah abang. Berapa lama abang mau kita berbincang – bincang?
Bagaimana kalau 10 menit? Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang – bincang bang? Bagaimana kalau diruang tamu?
2. Fase Kerja
Setiap orang termasuk saya pernah juga merasakan seperti yang abang rasakan. Kalo saya perasaan marah itu datang disaat
badan sudah lelah, pekerjaan belum selesai sehingga mudah sekali tersulut emosi. Biasanya kalo lagi marah saya makan yang
banyak terus istirahat, Sekarang bagaimana dengan perasaan abang? Apakah sama dengan yang saya alami? ( dengarkan
tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasan klien ). Apa yang menyebabkan abang marah? Apakah
sebelumnya pernah marah? Samakah dengan yang sekarang? ( tunggu respon klien ). Apakah abang merasakan kesal
kemudian dada abang berdebar – debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan mengepal? Setelah itu apa yang
abang lakukan? O.. ya, jadi abang memukul dan mencekik ibunya abang, memecahkan kaca dan piring. Apa kerugian yang
abang rasakan setelah marah? Betul, semua barang jadi rusak dan bahkan bisa melukai diri abang sendiri dan orang lain.
NEXT…

3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan abang setelah kita bebincang – bincang tentang perasaan kemarahaan tadi?
b. Evaluasi Obyektif
Coba abang ulangi lagi hal apa saja yang bisa memicu rasa kesal, jengkel dan marah, yang abang lakukan ketika marah serta akibat dari
kemarahan yang biasa terjadi pada diri abang? Bagus sekali.
 c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah bang, selama saya tidak ada, tolong diingat – ingat lagi penyebab marah abang yang lalu, apa yang abang lakukan kalau lagi
marah yang belum kita bahas. Serta akibat atau kerugian yang ditimbulkan karena kemarahan.
d. Kontrak yang akan datang
Untuk besok kita akan berbincang – bincang lagi tentang untuk mencegah atau mengontrol marah. Menurut abang kita bertemu jam
berapa? Bagaimana kalau jam nya sama dengan hari ini, jam 10 pagi, waktunya selama 15 menit. Tempatnya disini saja diruang
tamu.Baiklah bang apa masih ada yang perlu ditanyakan? Kalau tidak ada saya permisi sampai jumpa besok. Assalamualaikum.
SP 2 Pasien RPK :
- Evaluasi kemampuan klien menyebutkan penybab kemarahan, tanda dan gejala, perilaku kemarahan serta akibat atau kerugian yang ditimbulkan.
- Latihan fisik cara ke1 (satu) mengontrol kemarahan dengan cara menarik nafas dalam.
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, sesuai kesepakatan kita kemarin pada pagi hari ini kita akan berbincang – bincang lagi, apakah abang sudah siap?
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan abang hari ini, adakah ada hal yang menyebabkan abang marah?coba abang ceritakan lagi penyebab kemarahan itu apa saja, tanda dan
gejalanya, perilaku kemarahannya seperti apa serta kerugian yang ditimbulkan dari kemarahan?bagus sekali.
c. Kontrak topik waktu dan tempat
Pagi ini kita akan berlatih bagaimana cara mengendalikan atau mengontrol kemarahan dengan latihan fisik menarik nafas dalam, selama 15 menit, menurut
abang tempatnya dimana, bagaimana kalau disini saja.

2. Fase Kerja
Kalau timbul tanda – tanda kemarahan seperti rasa kesal, dada berdebar – debar, mata melotot, mulut terkatup, bisa kita cegah dan kendalikan dengan cara
latihan menarik nafas dalam. Saya contohkan terlebih dahulu ya, begini bang kalau tanda – tanda marah tadi sudah abang rasakan, langkah yang pertama adalah
abang berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan / tiupkan secara perlahan – lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan,dilakukan selama 5 kali ya. Nah sekarang abang bisa coba mempraktekkannya. Tarik dari hidung tahan keluarkan lewat mulut…bagus sekali, diulang
sampai 5 kali. Abang sudah bisa melakukannya, bagaimana perasaan abang? Tentunya akan terasa lebih lega. Sebaiknya latihan ini dilakukan secara rutin,
sehingga sewaktu – waktu rasa marah itu muncul abang sudah terbiasa melakukannya.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Sekarang bagaimana perasaan abang setelah kita latihan menarik nafas dalam untuk mengontrol kemarahan? Tentunya
akan terasa lega.
b. Evaluasi obyektif
Coba abang ulangi lagi cara menarik nafas dalam yang sudah kita latih tadi?Bagus sekali..latihan fisik menarik nafas
dalam dilakukan selama 5 kali.
c. Rencana tindak lanjut
Baiklah bang, selama saya tidak ada, Jangan lupa latihan nafas dalam dipraktekkan ya bang. Sekarang kita buat jadwal
latihannya, berapa kali sehari mau latihan nafas dalamnya bang? Jam berapa saja, setiap habis latihan dimasukkan dalam
buku jadwal latihan ya.
d. Kontrak yang akan datang
Untuk besok kita akan berbincang – bincang lagi tentang cara lain untuk mencegah atau mengontrol marah. Menurut
abang kita bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam nya sama dengan hari ini, jam 10 pagi, waktunya selama 15 menit.
Tempatnya disini saja
SP 3 Pasien RPK :
- Evaluasi Latihan Nafas dalam
- Latihan fisik cara ke2 (dua) mengontrol kemarahan dengan cara memukul kasur dan bantal.
- Menyusun jadwal kegiatan harian latihan fisik cara ke2 (dua)
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, apa kabar bang, sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, bahwa pada pagi ini kita akan berbincang – bincang lagi.
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan abang saat ini? Adakah hal yang menyebabkan abang marah? Latihan fisik menarik nafas dalam apakah sudah dilakukan dan dicatat dibuku jadwal
kegiatan harian? Coba abang praktekkan lagi? Bagus sekali.
c. Kontrak tempat waktu dan topic
Baik pagi ini kita akan latihan mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik cara ke2 (dua). Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit saja? Tempatnya yang
menurut abang dimana? Bagaimana kalau diruang tamu saja.
2. Fase Kerja :
Kalau ada yang menyebabkan abang marah dan mucul perasaan kesal, berdebar debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, selain menarik nafas dalam, abang dapat
melakukan pukul kasur dan bantal. Sekarang saya contohkan terlebih dahulu, dimana kamar abang? Jadi kalau nanti abang kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan
lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur atau bantal. Nah, coba abang lakukan pukul kasur dan bantal. Bagus sekali abang bisa melakukannya. Cara ini
dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapihkan tempat tidurnya.a
NEXT…
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan abang setelah latihan menyalurkan marah tadi? Tentunya bertambah lagi cara mengontrol atau
mengendalikan marah.
b. Evaluasi obyektif
Ada berapa cara latihan fisik mengontrol marah yang sudah kita pelajari? Betul sekali sudah 2 (dua) yang kita pelajari. Coba
abang praktekkan lagi kedua cara tersebut? Bagus sekali.
c. Rencana tindak lanjut
Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari – hari. Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun
tidur dan sebelum tidur? Baik , jadi jam 05.00 pagi dan jam 21.00 malam ya. Kalau ada keinginan marah sewaktu – waktu
gunakan kedua cara tadi ya bang, mau berapa kali abang latihan menarik nafas dalam dan memukul kasur atau bantal setiap
harinya? Bagaimana kalau masing – masing cara dilakukan 2 kali dalam sehari.
d. Kontrak topik waktu dan tempat
Besok pagi kita ketemu lagi, kita akan membahas latihan mengontrol marah dengan belajar berbicara yang baik.besok kita
sepakati jam berapa bang? Baik jam 10 pagi ya. Sampai bertemu besok, assalamualaikum
SP 4 Pasien RPK :
- Evaluasi jadwal harian untuk mengontrol marah dengan cara dua latihan fisik
- Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal :
- Menolak dengan baik
- Meminta dengan baik
- Mengungkapkan perasaan dengan baik
- Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal, masukkan dalam kegiatan harian.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, sesuai kesepakatan kita kemarin sekarang kita bertemu kembali
b. Evaluasi validasi
Bagaiamana bang sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Bagus sekali. Apa yang abang rasakan setelah melakukan
latihan secara teratur? Boleh saya lihat jadwal kegiatan hariannya? Bagus, kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri ditulis M artinya
mandiri, kalau diingatkan orang lain tulis B artinya dibantu, nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan.
c. Kontrak topik waktu dan tempat
Baiklah pagi ini selama 15 menit kita akan latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah, bagaimana kalau tempatnya diruang
tamu saja.
2. Fase Kerja
Sekarang kita latihan cara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan dengan cara menarik nafas dalam
atau pukul kasur bantal, dan rasanya sudah lega, maka kita perlu berbicara dengan orang yang membuat kita marah. Caranya
ada 3 (tiga) bang ;
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata – kata kasar. Kemarin
abang bilang penyebab marahnya karena tidak suka melihat orang lain bertamu dan ngobrol dirumah dengan suara yang keras
dan tertawa, Meminta uang dengan orang tua. Coba abang bilang secara baik – baik. Pak / bu kalau ngobrol suaranya jangan
keras – keras, menggangu orang lain yang sedang beristirahat. Coba abang praktekkan. Bagus..sekarang cara meminta uang
dengan baik. Pak/bu saya perlu uang untuk beli rokok. Bagus.nanti bisa dicoba untuk meminta baju, meminta obat – obatan,
meminta makan dan lain sebagainya. Sekarang coba abang praktekkan semua. Bagus sekali.

b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan abang tidak ingin melakukannya, katakan maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada pekerjaan. Coba abang praktekkan. Bagus sekali.

c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal, abang dapat mengatakan saya jadi ingin
marah dengan perkataan mu itu, kemudian lakukan menarik nafas dalam. Coba abang praktekkan. Bagus.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan abang setelah kita bercakap – cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?
b. Evaluasi obyektif
Coba abang sebutkan lagi cara bicara yang baik yang sudah kita pelajari tadi. Bagus sekali. Sekarang mari kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian. Berapa kali sehari abang mau melakukan latihan bicara yang baik? Ok kita buat jadwalnya
ya.
C. Rencana tindak lanjut
Setelah ini abang bisa latihan dan langsung mempraktekkan berbicara yang baik dalam aktivitas sehari – hari misalnya
meminta uang, meminta makan, meminta obat dan lain – lain.
d. Kontrak topik waktu dan tempat
Besok siang kita ketemu lagi ya, kita akan membicarakan cara lain mengatasi marah yaitu dengan cara ibadah, abang
setuju? Bagus. Bagaimana kalau jam 2 siang, tempat nya disini saja. Baik sampai bertemu besok. Assalamualaikum .
~THANK YOU~

Anda mungkin juga menyukai