Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KEPERAWATAN INTENSIF

OLEH KELOMPOK 4:

WIDYA RAHMAH 1902020

INTAN AGUSTINA 1902010

NATASYA FADILA ZAHARA 1902026

SILMA NURJANAH 1902035

RARA FARDA RIDIA 1902030

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Harinal Afri Resta, M.Kep

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


I. ASMA BRONKIAL

Asma bronkial merupakan Kondisi ketika saluran udara meradang, sempit dan
membengkak, dan menghasilkan lendir berlebih sehingga menyulitkan bernapas.Asma bisa
ringan atau bisa juga mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat
menyebabkan serangan yang mengancam jiwa.

1. Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu, asap rokok, bulu binatang,
hawa dingin terpapar pada penderita. Benda- benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak
dikenali oleh sistem di tubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen).
Penyakit ini dapat menyebabkan jalan napas paru membengkak (edema) dan menyempit,
sehingga jalur udara menghasilkan lendir yang berlebihan.

2. Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan
jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan
sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imunoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan
menempel pada reseptor dinding sel mast, kemudian sel mast tersensitasi. Sel mast
tersensitasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan
mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi
mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus.

3. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibat terjadinya sumbatan dan daya konsulidasi pada
jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan
ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi,
yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler
(hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik.

4. Kondisi yang menyebabkan pasien dengan asma bronkial harus dirawata di ruang intensif
adalah seperti pasien dengan keadaan berupa terjadinya inflamasi kronis pada saluran napas
yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus hingga menunjukkan tanda bahaya atau keadaan
yang sudah memerlukan perawatan secara intensif seperti mengi atau bunyi tambahan lainnya,
sesak nafas akut dengan RR diatas batas normal per menit nya sehingga pasien terlihat sangat
sesak atau nafas dangkal yang disebabkan oleh ateleektasis (pengerutan sebagian atau seluruh
paru-paru akibat penyumbatan saluran udara di bronkus maupun bronkiolus akibat pernafasan
yang dangkal sehingga memerlukan bantuan pernafasan seperti pemberian oksigen, rasa berat
dan nyeri di dada dengan skala nyeri diatas 7, batuk yang timbul tidak hanya pada malam atau
dini hari saja tetapi timbul tanpa henti atau berkepanjangan.

II. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

1. Patologis PPOK

Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif

2. Proses terjadi patologis PPOK

Faktor resiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mucus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi
bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan
pada sel-sel penghasil mucus dan silia ini mengganggu sistem escalator mukos siliaris dan
menyebabkan penumpukan mucus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dalam
saluran nafas. Mucus berfungsi sebagai tempat persemaian mikro organisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulent. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses
ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hyperkapnia akibat dari ekspirasi yang
memanjang dan sulit dilakukan akibat mucus yang kental akibat adanya peradangan (GOLD,
2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronis
pada paru. Mediator- mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur
penunjang diparu. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka
ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena pada ekspirasi
normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan
demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap didalam paru, dan
saluran udara kolaps (GOLD, 2009)
3. Yang terganggu pada PPOK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merujuk pada beberapa hal yang
menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru.

4. Sebenarnya indikasi pasien yang memerlukan perawatan secara intensif dan mengharuskan
untuk di rawat di rumah sakit baik itu ICU, maupun ruang rawat tergantung pada derajat
eksasebrasi dan stage nya. Jika pasien sudah memasuki stage III-IV yang menunjukkan FEV1
30-50% atau kurang dari 30% pasien tersebut sudah dapat dipastikan memerlukan perawatan
intensif di rumah sakit agar dapat memperbaiki kondisi kesehatannya atau mencegah
terjadinya kegawat daruratan yang dapat mengancam nyawa pasien. Selain itu kondisi
berbahaya lainnya setelah dilakukan pemeriksaan penunjang seperti uji faal paru dengan
spirometri dan bronkodilator, foto toraks PA dan lateral, AGD, Pemeriksaan
sputum,Pemeriksaan darah juga dapat menadi acuan untuk pertimbangan apakah pasien
memerlukan perawatan secara intensif atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai