Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATAN

ASIDOSIS RESPIRATORIK PPOK

OLEH: NS HJ. YULDANITA, SKEP


I. PENDAHULUAN

• Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah


penyakit paru kronik yang progresif, penyakit ini
berlangsung seumur hidup dan semakin
memburuk secara lambat dari tahun ke tahun.
• Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase
eksaserbasi akut.
• Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit
ini, antara lain faktor resiko yaitu faktor yang
menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti
kebiasaan merokok, polusi udara, polusi
lingkungan, infeksi, dan perubahan cuaca.
Lanjutan

• Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi


luas dari gangguan yang mencakup bronkitis
kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang
merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan
aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
• Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan
paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru
berupa memanjangnya periode ekspirasi yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran
napas dan tidak banyak mengalami perubahan
dalam masa observasi beberapa waktu.
II. DEFINISI

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD) merupakan


suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung
lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan
COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-
paru dan asthma bronchiale (S Meltzer, 2001 :
595)?.
III. KLASIFIKASI

Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru


obstruksi kronik adalah sebagai berikut;
Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir
setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-
kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling
sedikit selama 2 tahun berturut-turut.

Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis kronik, yaitu :
1.Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus,
haemophilus influenzae.
2.Alergi
3.Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
Lanjutan...

Bronchitis kronis dapat merupakan komplikasi


kelainan patologik yang mengenai beberapa alat tubuh,
yaitu :
1.Penyakit Jantung Menahun, baik pada katup maupun
myocardium. Kongesti menahun pada dinding
bronchus melemahkan daya tahannya sehingga infeksi
bakteri mudah terjadi.
2.Infeksi sinus paranasalis dan Rongga mulut,
merupakan sumber bakteri yang dapat menyerang
dinding bronchus.
3.Dilatasi Bronchus (Bronchiectasi), menyebabkan
gangguan susunan dan fungsi dinding bronchus
sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
Patofisiologi
Bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal
atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut
dari bronchitis kronis. Pada infeksi saluran nafas
bagian atas, biasanya virus, seringkali merupakan awal
dari serangan bronchitis akut. Dokter akan
mendiagnosa bronchitis kronis jika klien mengalami
batuk atau produksi sputum selama beberapa hari + 3
bulan dalam 1 tahun dan paling sedikit dalam 2 tahun
berturut-turut.
Bronchitis timbul sebagai akibat dari adanya paparan
terhadap agent infeksi maupun non-infeksi (terutama
rokok tembakau). Iritan akan menyebabkan timbulnya
respon inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi,
kongesti, edema mukosa dan bronchospasme.
Emfisema paru

Emfisema paru merupakan suatu definisi


anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik paru
yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal
saluran udara bagian distal bronkus terminalis,
yang disertai kerusakan dinding alveolus.
Patogenesis

Terdapat 4 perubahan patologik yang dapat timbul


pada klien emfisema, yaitu:
1.Hilangnya elastisitas paru
2.Hyperinflation Paru Pembesaran alveoli mencegah
paru-paru untuk kembali kepada posisi istirahat
normal selama ekspirasi.
3.Terbentuknya Bullae Dinding alveolar
4.Kollaps jalan nafas kecil dan udara terperangkap
Ketika klien berusaha untuk ekshalasi secara kuat,
Patofisiologi

Emfisema merupakan kelainan dimana terjadinya


kerusakan pada dinding alveolar, yang mana akan
menyebabkan overdistensi permanen ruang udara.
Perjalanan udara terganggu akibat dari perubahan
ini. Kesulitan selama ekspirasi pada emfisema
merupakan akibat dari adanya destruksi dinding
(septum) diantara alveoli, kollaps jalan nafas
sebagian dan kehilangan elastisitas recoil.
Asma

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh


hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial
terhadap pelbagai jenis rangsangan. Keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran
napas secara periodic dan reversible akibat
bronkospasme
Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan


bronkiolus kronik yang mungkin disebabkan oleh
berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan
obstruksi bronkus, aspirasi benda asing,
muntahan, atau benda-benda dari saluran
pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor,
pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran
nodus limfe
IV.ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini belum diketahui. Penyakit ini
dikaitkan dengan faktor-faktor risiko yang terdapat
pada penderita antara lain:
1.Merokok sigaret yang berlangsung lama
2.Polusi udara
3.Infeksi peru berulang
4.Umur
5.Jenis kelamin
6.Ras
7.Defisiensi alfa-1 antitripsin
8.Defisiensi anti oksidan
V. PATOFISIOLOGI

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan


datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan
paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia
yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan
dapat berkurang sehingga sulit bernapas.

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen


seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah
dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi
oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah
ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi
seperti fungsi ventilasi paru.
VI. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
1.Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis (blue bloater).
2.Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).

Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:


 Kelemahan badan
 Batuk
 Sesak napas
 Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
 Mengi atau wheeze
 Ekspirasi yang memanjang
 Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
 Penggunaan otot bantu pernapasan
 Suara napas melemah
 Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
 Edema kaki, asites dan jari tabuh
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1.Pemeriksaan radiologist
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
 Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis
yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan
tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal.
 Corak paru yang bertambah

Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:


 Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary
oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada
emfisema panlobular dan pink puffer.
 Corakan paru yang bertambah.
 Pemeriksaan faal paru
Lanjutan...

2. Analisis gas darah


Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun,
timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan
penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang
pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia.
Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung
kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu
penyebab payah jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P
pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di
V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering
terdapat RBBB inkomplet.
4. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
5. Laboratorium darah lengkap
VIII. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:


1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi
gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase
kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam
melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila
penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah
sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera
menghentikan merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan
berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak
ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian
antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab
infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan
empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator.
Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses
inflamasi (bronkospasme) masih kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus
diberikan dengan aliran lambat 1 - 2 liter/menit.
IX. KOMPLIKASI

 Hipoxemia
 Asidosis Respiratory
 Infeksi Respiratory
 Gagal jantung
 Cardiac Disritmia
 Status Asmatikus
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PPOK

Pengkajian
Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-gejala
terakhir dan manifestasi penyakit sebelumnya. Berikut ini
beberapa pedoman pertanyaan untuk mendapatkan data
riwayat kesehatan dari proses penyakit:
 Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan?
 Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?
 Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?
 Kapan pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?
 Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?
 Riwayat merokok?
 Obat yang dipakai setiap hari?
 Obat yang dipakai pada serangan akut?
 Apa yang diketahui pasien tentang kondisi dan penyakitnya?
Lanjutan...

Data tambahan yang dikumpulkan melalui observasi dan


pemeriksaan sebagai berikut:
 Frekuensi nadi dan pernapasan pasien?
 Apakah pernapasan sama tanpa upaya?
 Apakah ada kontraksi otot-otot abdomen selama inspirasi?
 Apakah ada penggunaan otot-otot aksesori pernapasan selama
pernapasan?
 Barrel chest?
 Apakah tampak sianosis?
 Apakah ada batuk?
 Apakah ada edema perifer?
 Apakah vena leher tampak membesar?
 Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?
 Bagaimana status sensorium pasien?
 Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?
Lanjutan...

 Palpasi: Palpasi pengurangan pengembangan


dada?
Adakah fremitus taktil menurun?
 Perkusi: Adakah hiperesonansi pada perkusi?
Diafragma bergerak hanya sedikit?
 Auskultasi: Adakah suara wheezing yang nyaring?
Adakah suara ronkhi?
Vokal fremitus nomal atau menurun?
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan


bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak
efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek,
mucus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan
ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dengan kebutuhan oksigen.
5. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
6. Ganggua pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan,
pengaturan posisi.
PENUGASAN

Mahasiswa di bagi menjadi 5 kelompok.masing-


masing kelompok membuat tugas sesuai dengan
diagnosa keperawatan

Tugas: Buat secara lengkap intervensi keperawatan


dan evaluasi dari diagnosa diatas

Anda mungkin juga menyukai