PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruksi (PPOK) ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang
irreversible dan peningkatan usaha bernapas. Istilah lainnya adalah COLD dan COAD
(Penyakit paru/jalan napas obstruksi). PPOK meliputi bronkitis kronisdan emfisema yang
Penyakit paru obstruksi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang telah
meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya paparan factor risiko, seperti
pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah
perokok, khususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian PPOK
Penyakit paru obstruksi kronik (ppok) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
yang
menonjol
Asma Asma murni Asma dengan Asma dengan
bronkhitis emfisema
Brokhitis Brokhitis dengan Bronkhitis murni Bronkhitis kronis
1. Asma
2
Penyakit asma berasal dari kata asthma yang di ambil dari bahasa Yunani yang
mengandung arti “sulit bernapas”. Secara umum, penyakit asma merupakan suatu jenis
penyakit gangguan pernapasan, khususnya pada paru-paru. Asma biasanya dikenal luas
sebagai “penyakit sesak napas”. Sesak napas terjadi karena penyempitan saluran
Keterangan gambar:
Saluran pernapasan pada penderita asma, yang dapat dilihat adanya pengendapan cairan
dalam saluran pernapasan akibat polusi udara, debu, alergi, dan sebagainya.[ CITATION
Mum13 \l 1057 ]
2. Emfisema
merupakan pelebaran asinu yang abnormal, permanen, dan disertai destruksi dinding
alveoli paru. Obstruksi pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan jaringan
daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma dan bronkitis kronis.
3
aliran udara napas yang disebabkan oleh penurunan pengembangan paru secara elastis
Emfisema lebih sering dialami oleh pria ketimbang wanita. Sekitar 63% pasien
emfisema yang diagnosisnya sudah pasti ditemukan pada kaum pria, sementara 35% yang
3. Bronkitis
Bronkritis kronis merupakan inflamasi pada bronkus yang disebabkan oleh iritan
atau infeksi. Bronkitis yang merupakan salah satu bentuk PPOM dapat diklasifikasikan
sebagai bronkitis akut atau kronis. Pada bronkritis kronis, hiperseksresi mukus serta
batuk produktif yang kronis berlangsung selama tiga bulan dalam satu tahun dapat terjadi
sedikitnya selama dua tahun berturut-turut. Ciri khas bronkitis yang membedakan adalah
B. Etiologi
PPOK disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar
bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab utama timbulnya 80-90% kasus
PPOK. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan sosial-ekonomi dan status pekerjaan yang
rendah, kondisi lingkungan yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokok pasif
atau terkena polusi udara dan konsumsi alcohol yang berlebihan. Laki-laki dengan usia
C. Manifestasi klinis
1. Batuk yang sangat produktif, puruken dan mudah memburuk oleh iritan-iritan,
4
3. Terperangakpnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada
mengembang
5. Takipnea
D. Patofisiologi
Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lender dan sel-sel
goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lender yang
dihasilkan. Sebagai akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli
yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan
terhadap infeksi pernafasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat
perubahan fibrotic yang terjadi dalam jalan nafas. Pada waktunya mungkin terjadi
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronkitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang paraliel,
keluar dari hilus menuju aspeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
5
c. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto adad yaitu:
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
Pada bronkitis kronik tedapat VEPI dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan
KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEPI, KV, dan KAEM
(kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate),
kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih
jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran
napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun larena
Pada bronkitis PaCO2 naik. Saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosi, terjadi
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapaat kor
pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II,III, dan
Avf. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari
6
F. Penatalaksanaan
1. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
awal..
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak
perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab
5. Pengobatan simtomatik
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yan
paling efektif
7
c. Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaraan jasmani
d. Pengelolaan psikososial
G. Komplikasi
1. Hipoksemia
2. Atelectasis
3. Pneumonia
4. Pneumotoraks
5. Hipertensi paru
H. Diagnosa Keperawatan
reproduksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal
1.) Definisi
2.) Penyebab
8
Fisiologis
Situasional
Objektif
neonatus)
Subjektif
a.) Dispnea
c.) Otropnea
Objektif
9
a.) Gelisah
b.) Sianosis
1.) Definisi
2.) Penyebab
Subjektif
Dispnea
Objektif
c.) Takikardia
Subjektif
a.) Pusing
10
b.) Penglihatan kabur
Objektif
a.) Sianosis
b.) Diaforesis
c.) Gelisah
1.) Definisi
2.) Penyebab
a.) Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
Subjektif
Dispnea
Objektif
11
c.) Pola napas abnormal ( mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Subjektif
Ortopnea
Objektif
12
1x 24 jam atau 8 dari sekret atau benda asing di jalan napas.
meningkat napas
sputum b. Terapeutik:
3. Mengi pasien
(5) c. Edukasi:
neonatus) 8 detik.
13
6. Dispnea 4.) Anjurkan batuk dengan kuat langsung
(5) d. Kolaborasi :
9. Sianosis Tindakan :
menurun a. Observasi :
membaik b. Terapeutik :
14
4.) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
15 detik
penghisapan endotrakeal
forsep McGill
c. Edukasi :
tidak kontraindikasi
d. Kolaborasi :
3. Pemantauan Respirasi
Definisi :
Tindakan :
a. Observasi :
15
1.) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas.
b. Terapeutik :
kondisi pasien.
c. Edukasi :
4. Manajemen asma
Definisi :
16
aliran udara yang akibat reaksi alergi atau
menyebabkan bronkospasme.
Tindakan :
a. Observasi :
Wheezing, mengi)
b. Terapeutik :
c. Edukasi :
17
dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
d. Kolaborasi :
Prednisolone, methylprednisole,
aminophylline.
Gangguan Setelah dilakukan 1. Pemantauan Respirasi
18
kesadaran takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
(5) b. Terapeutik :
5. Pusing c. Edukasi :
kabur Definisi :
menurun Tindakan :
19
(5) a. Observasi :
membaik oksigen
membaik b. Terapeutik :
20
(5) 5.) Tetap berikan oksigen saat pasien
c. Edukasi :
d. Kolaborasi :
Definisi :
Tindakan :
a. Observasi :
21
indikasi
interaksi obat.
b. Terapeutik :
digunakan
terbalik
ditutup rapat.
c. Edukasi :
22
atau dengan bibir mengkerut.
pemberian obat
samping obat
(waktunya,contoh Tindakan :
(5) b. Terapeutik:
23
(5) 3.) Berikan minum hangat
ekspirasi 15 detik
5. Pernapasan c. Edukasi :
6. Pernapasan d. Kolaborasi :
(5) Definisi :
(5) Tindakan :
8. Kedalaman a. Observasi :
24
napas 1.) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
membaik b. Terapeutik :
kondisi pasien.
c. Edukasi :
3. Pengaturan posisi
Definisi :
25
meningkatkan kesehatan fisiologis dan/atau
psikologis.
Tindakan :
a. Observasi :
b. Terapeutik :
dalam jangkauan
dalam jangkauan
kontraindikasi
Semi-fowler)
tepat
26
10.) Imobilisasi dan topang bagian tubuh
dengan tepat
lung down)
pasif
27
22.) Minimalkan gesekan dan tarikan saat
mengubah posisi
perubahan posisi
c. Edukasi :
perubahan posisi
d. Kolaborasi :
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit paru obstruksi kronik (ppok) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang
28
Tabel 4-1. Kemungkinan varian dari PPOK
Entitas Penyakit Obstruktif yang Berkaitan
yang
menonjol
Asma Asma murni Asma dengan Asma dengan
bronkhitis emfisema
Brokhitis Brokhitis dengan Bronkhitis murni Bronkhitis kronis
keperawatan, dan luaran. Pengkajian secara umum, untuk menegakkan diagnosis PPOK
dibutuhkan anamnesis, dasar data pengkajian pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
gangguan pertukaran gas, pola napas tidak efektif. Intervensi keperawatan ada menurut
[ CITATION Doe99 \l 1057 ] dan menurut [ CITATION PPN18 \l 1057 ] serta Luaran menurut
B. Saran
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca
makalah ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengetahui
tentang askep PPOK (penyakit paru obstruksi kronik) sehingga mampu menjadi bekal
ataupun referensi bagi mahasiswa kelak, dan kami sangat mengharapkam kritik dan
29
DAFTAR PUSTAKA
Asih, N. G., & Effendy, C. (2003). Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem
Brashers, V. L. (2007). Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen (Edisi 2).
Jakarta: EGC.
30
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan :
DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: DPP
PPNI.
31