Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK ( PPOK )

Oleh
Asri Bekti Wuryandari
SN211017

PRODI STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK ( PPOK )

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) ataupun COPD adalah klasifikasi
luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema
dan asma. PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
paru. (Bruner & Suddarth, 2017).
PPOK adalah penyakit pernafasan yang dikarakteristikkan oleh obstruksi
pada aliran udara yang penyebab utamanya adalah inflamasi jalan nafas,
perlengketan mukosa, penyempitan lumen jalan nafas atau kerusakan jalan
nafas. (Doenges,2017).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan
retensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang
merupakan bentuk kesatuan dari penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru
ataupun asma bronkial. (Sylvia A. Price , 2020)
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak
mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah
kejadian akut dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya
perubahan basal sesak napas, batuk, dan/atau sputum yang diluar batas
normal da lam variasi hari ke hari (GOLD,  2019). Penyakit yang termasuk
dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut:
a. Bronkitis kronis
Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.
b. Emfisema
Didefinisikan sebagai suatu distensi abnormal ruang udara diluar
bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli.
c. Asma
Adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

2. Etiologi
Menurut (Sylvia A. Price , 2020) etiologi penyakit ini belum diketahui.
Penyakit ini dikaitkan dengan factor faktor risiko yang terdapat pada
penderita antara lain:
a. Merokok
b. Polusi udara
c. Infeksi paru-paru berulang
d. Umur (semakin tua semakin berisiko)
e. Jenis kelamin
f. Ras
g. Pemajanan tempat kerja ( batu bara, kapas, padi-padian)

3. Manifestasi Klinis
a. Dispnue
Dispnea sering menjadi alasan utama pasien PPOK mencari bantuan
tenaga kesehatan Dispnea digambarkan sebagai usaha bernafas yang
meningkat, berat, kelaparan udara atau gasping, sesak nafas pada PPOK
bersifat persisten dan progresif. Awalnya sesak nafas hanya dirasakan
ketika beraktifitas seperti berjalan , berlari dan naik tangga yang dapat
dihindari, tetapi ketika fungsi paru memburuk, sesak nafas menjadi lebih
progresif dan mereka tidak dapat melakukan aktifitas sebagimana orang
lain dengan usia yang sama dapat melakukannya (GOLD, 2019).
b. Batuk
Batuk Kronis menjadi gejala pertama dari pasien PPOK, setelah
merokok atau terpapar oleh polutan lingkungannya. Pada awalnya batuk
hanya sebentar kemudian lama kelamaan hadir sepanjang hari
c. Pink Puffers
Puffers adalah timbulnya dispnue tanpa disertai batuk dan produksi
sputum yang berarti. Biasanya dispnue timbul anatara usia 30-40 tahun
dan semakin lama semakin berat. Pada penyakit yang sudah lanjut pasien
akan kehabisan nafas sehingga tidak lagi dapat makan dan tubuhnya
menjadi kurus selain itu untuk mengambil nafas mereka menggunakan
pursed lips breathing yang biasanya terjadi pada penderita emfisema
d. Blue Blaters
Pada tahap lanjut PPOK pasien akan mengalami blue blaters yaitu
kondisi batuk produkfi dan berulang kali mengalami infeksi pernapsan
yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun sebelum tampak gangguan
fungsi paru. Biasanya ini dimulai dari usia 20-30 tahun yang akan diikuti
munculnya dispneu pada saat melakukan aktifitas fisik. Tampak gejala
berkurangnya nafas sehingga mengalami hipoventilasi menjadi hipoksia
dan hiperkapnia. Hipoksia kronis ini akan merangsang ginjal untuk
eritroprotein meningkatkan produksi sel darah merah sehingga terjadi
polisitemia sekunder. Kadar Hb dapat mencapai 20 g/100 ml atau lebih
dan sianosis mudah tampak karena hemoglobin yang tereduksi. Blue
blaters adalah gambaran khas pada bronkitis kronis dimana pasien gemuk,
sianosis, terdapat oedema tungkai, dan ronki basah di basal paru, sianosis
sentral dan perifer
e. Produksi sputum
Pasien PPOK umumnya disertai batuk produktif. Batuk kronis dan
pembentukan sputum mukoid atau mukopurulen selama sedikitnya 3 bulan
dalam setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut merupakan
gejala klinis dari bronkitis kronis (GOLD, 2019)
f. Wheezing dan sesak dada
Wheezing dan sesak dada adalah gejala yang spesifik dan bervariasi
dari satu pasien dengan pasien yang lain. Gejala ini dojumpai pada PPOK
ringan yang lebih spesifik kepada asma atau pada PPOK berat atau sangat
berat. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama
inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari brnkiolus yang
sempit (mengalami oedem dan berisi mukus), yang dalam kondisi normal
akan berkontraksi sampai pada tingkat tertentu pada saat ekspirasi. Udara
terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan sehingga terjadi
hiperinflasi progresif paru. Sewaktu pasien berusaha memaksakan udara
keluar akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas
asma. Sedangkan sesak dada adalah kondisi yang buruk sebagai kontraksi
isometrik otot-otot interkostal
g. Perubahan Bentuk Dada
Pada pasien PPOK dengan stadium lanjut akan ditemukan tanda-
tanda hiperinflasi paru seperti barrel chest dimana diafragma terletak lebih
rendah dan bergerak tidak lancar, kifosis, diameter antero-posterior
bertambah, jarang tulang rawan krikotiroid dengan lekukan suprasternal
kurang dari 3 jari, iga lebihh horizontal dan sudut subkostal bertambah

4. Komplikasi
a. Insufiensi Pernapasan
Pasien PPOK dapat mengalami gagal napas kronis secara bertahap
ketika struktur paru mengalami kerusakan secara irreversible. Gagal napas
dapat terjadi apabila penurunan oksigen terhadap karbon dioksida dalam
paru menyebabkan ketidakmampuan memelihara laju kebutuhan oksigen.
Hal ini dapat mengakibatkan tekanan oksigen arteri krang dari 50 mmHg
dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besa dari 45 mmHg
b. Atelektasis
Obstruksi bronkial oleh sekresi merupakan penyebab utama
terjadinya kolap pada alveolus, lobus, atau unit paru yang lebih besar.
Sumbatan akan mengganggu alveoli yang normalnya menerima udara dari
bronkus. Udara alveolar yang terperangkap menjadi terserap kedalam
pembuluh darah tetapi udara luar tidak dapat menggantikan udara yang
terserap karena obstruksi. Akibatnya paru menjadi terisolasi karena
kekurangan udara dan ukurannya menyusut dan bagian sisa paru lainnya
berkembang secara berlebihan
c. Pneumonia
Pneumonia adalah proses  inflamatori parenkim paru yang
disebabkan oleh agen infeksius. PPOK mendasari terjadinya pneumoni
karena flora normal terganggu oleh turunnya daya tahan hospes. Hal ini
menyebabkan tubuh menjadi rentan terhadp infeksi termasuk diantaranya
mereka yang mendapat terapi kortikosteroid dan agen imunosupresan
lainnya
d. Pneumotoraks
Pneumotarks spontaneous sering terjadi sebagai komplikasi dari
PPOK karena adanya ruptur paru yang berawal dari pneumotoraks tertutup
. Pneumotoraks terjadi apabila adanya hubungan anftara bronkus dan
alveolus dengan rongga pleura, sehingga udara masuk kedalam rongga
pleura melalui kerusakan yang ada
e. Hipertensi Paru
Hipertensi pulmonal ringan atau sedang meskipun lambat akan
muncul pada kasus PPOK karena hipoksia yang menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah kecil paru. Keadaan ini akan menyebabkan
perubahan struktural yang meliputi hiperplasia intimal dan hipertrophi atau
hiperplasia otot halus. Hipertenai pulmonal yang progresif akan
menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan dan akhirnya menyebabkan gagal
jantung kanan. (Moorhead, Sue dkk. (2016).

5. Patofisiologi/Pathway
PPOK dapat terjadi oleh karena terjadinya obstruksi jalan nafas yang
berlangsung bertahun-tahun. Salah satu penyakit yang dapat memicu
terjadinya PPOK ini adalah Asma. Hipersensitif yang terjadi karena bahan-
bahan alergen menyebabkan terjadinya penyempitan bronkus ataupun
bronkiolus akibat bronkospasme, edema mukosa ataupun hipersekresi mukus
yang kental. Karena perubahan anatomis tersebut menyebabkan kesulitan saat
melakukan ekspirasi dan menghasilkan suara mengi. Apabila asma ini terus
berlangsung lama, semakin menyempitnya bronkus atau bronkiolus selama
bertahun-tahun dapat menyebabkan PPOK terjadi.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah
oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.
Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.
Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi
sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas seperti rokok dan polusi udara
menyebabkan perbesaran kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel
goblet akan meningkat jumlahnya, serta fungsi silia menurun menyebabkan
terjadinya peningkatan produksi lendir yang dihasilkan, akan mendatangkan
proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding
bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus
kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal
fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada
saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan
udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak
napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan
menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase
ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun
perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 2016).
Pathway menurut Sylvia A. Prince. (2020):

Pencetus Rokok dan Polusi


Asma, Bronkitis, emfisema

Inflamasi
PPOK

Sputum meningkat
Perubahan anatomis
parenkim paru Batuk

Perbesaran Alveoli Bersihan Jalan Nafas tidak


efektif

Hipertiroid kelenjar mukosa


Inflamasi
Penyempitan saluran udara
Leukosit meningkat

Ekspansi paru Gangguan Imun menurun


menurun Pertukaran Gas
Kuman patogen &
endogen difagosit
Suplay O2 tidak adekuat Frekuensi pernafasan makrofag
cepat
Hipoksia Anoreksia
Kontraksi otot pernafasan
Sesak Penggunaan energi untuk
pernafasan meningkat Resiko Defisit Nutrisi

Pola Nafas tidak efektif


Intoleransi Aktifitas
6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Tujuan penatalaksanaan PPOK menurut Bulechek, Gloria M dkk. (2016).
adalah:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Berhenti merokok harus menjadi prioritas
2) Bronkodilator (beta-agonis dan antiklolinergik) bermanfaat pada 20-
40% kasus
3) Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam
memperpanjan usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien
dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 l)
4) Rehabilitasi paru (khususnya latihan olah raga) memberikan mafaaat
simtomatik yang signifikan pada pasien dengan penyakit sedang- berat
5) Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan
dengan meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan potensi
jalan nafas
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Mempertahankan potensi jalan nafas
2) Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3) Meningkatkan masukan nutrisi
4) Mencegah komplikasi, memperlambar buruknya kondisi
5) Memberikan informasi tentang penyakit
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang:
a. Biodata Pasien
Biodata pasien setidaknya berisi tentang nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dan pendidikan. Umur pasien dapat menunjukkan tahap
perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin
dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya
terhadap terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalah atau
penyakitnya.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan masalah yang
lalu. Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada
manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi
sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, dan riwayat kesehatan
keluarga.
c. Keluhan Utama
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien tentang kondidinya saat ini. Keluhan utama yang biasa
muncul pada klien PPOK adalah sesak nafas yang sudah berlangsung
lama sampai bertahun-tahun , dan semakin berat setelah beraktivitas .
keluhan lainnya adalah batuk, dahak berwarna hijau,, sesak semakin
bertambah, dan badan lemah.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan serangan PPOK datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak nafas, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain
seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernafasan, terjadi penumpukan
lender, dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan nafas.
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan
interaksi genetic dengan lingkungan. Misalnya pada orang yang sering
merokok, polusi udara dan paparan di tempat kerja.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-
paru sekurang-kurangnya ada 3 hal, yaitu:
6) Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberkolosis ditularkan melalui
satu orang ke orang lainnya. Manfaat menanyakan riwayat kontak
dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.
7) Kelainan alergi, seperti asma bronchial, menunjukkan suatu
predisposisi keturunan tertentu. Selain itu serangan asma mungkin
dicetuskan oleh konflik keluarga atau orang terdekat.
8) Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat
polusi udaranya tinggi. Namun polusi udara tidak menimbulkan
bronchitis kronis, melainkan hanya memperburuk penyakit tersebut.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik focus pada PPOK
a. Inspeksi
Pada klien denga PPOK, terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu nafas
(sternokleidomastoid). Pada saat inspeksi, biasanya dapat terlihat
klien mempunyai batuk dada barrel chest akibat udara yang
terperangkap, penipisan massa otot, bernafas dengan bibir yang
dirapatkan, dan pernapasan abnormal yang tidak efektif. Pada
tahap lanjut, dispnea terjadi pada saat beraktifitas, bahkan pada
beraktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi.
Pengkajian produk produktif dengan sputum parulen
mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernafasan.
b. Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
c. Perkusi
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor,
sedangkan diafragma mendatar/menurun.
d. Auskultasi
Sering didapatkan adanya suara nafas ronkhi dan wheezing sesuai
tingkat keparahan obstruktif pada bronkhiolus. (Muttaqin. 2008)
7. Data Bio-psiko-sosial-spiritual menurut Virginia Henderson
a. Bernafas
Pola nafas cepat, sesak (+), RR > 20x/mnt, takipnea, pernafasan cepat
dan dangkal
b. Makan dan minum
Makan dan minum biasanya berkurang dari normal, misalnya: dulu
makan 1 porsi setiap kali makan, namun setelah mengalami PPOK
makan dan minim bisa ¼ porsi
c. Eleminasi
BAB sukar dengan konsistensi agak padat / mengalami melena, BAK
sedikit dari normal
d. Gerak dan aktivitas
Susah dan jarang beraktivitas, sebab ketika bergerak akan merasa
semakin sesak
e. Istirahat tidur
Sulit untuk tidur nyenyak karena merasa sesak dan sulit bernafas
f. Kebersihan diri
Biasanya pasien yang mengalami PPOK jarang menjaga kebersihan
dirinya, sebab enggan untuk bergerak karena akan merasa sesak
g. Pengaturan suhu tubuh
Biasanya pasien yang mengalami PPOK suhu tubuhnya normal ( 36-
36,5 C )
h. Rasa nyaman
Biasanya pasien yang mengalami PPOK merasakan nyeri pada daerah
dada
i. Rasa aman
Biasanya pasien yang mengalami PPOK merasakan cemas karena
memikirkan penyakit yang dialami
j. Sosialisasi dan komunikasi
Jarang untuk berkominikasi karena akan menambah rasa sesak
k. Prestasi dan produktivitas
Kebanyakan tidah mengetahui penyebab dan cara menangani PPOK
l. Ibadah
Sering berdoa karena ingin cepat sembuh
m. Rekreasi
Tidak ingin melakukan aktivitas atau tidak ingin pergi dari tempat
tidur
n. Pengetahuan/ belajar
Ingin mengetahui cara-cara mengatasi sesak yang dialami

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut (SDKI,2016) berikut ini:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan hipersekresi jalan napas
ditandai dengan batuk tidak efektif (D.0001)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi ditandai dengan takikardi (D.0003)
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
ditandai dengan penggunaan otot bantu napas (D.0005)
d. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurang ketidakmampuan untuk
mengabsorpsi nutrisi, ketidakmampuan untuk mencerna makanan, asupan
diet kurang (D.0032)
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, imobilitas, dan fisik tidak bugar (D.0056)
3. Perencanaan Keperawatan (Tujuan, kriteria hasil, dan tindakan
keperawatan menggunakan SDKI, SLKI, SIKI)

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi


o Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SLKI)
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Penghisapan jalan napas
napas tidak efektif tindakan (I.01020)
berhubungan keperawatan selama Observasi:
hipersekresi jalan 3x24 jam diharapkan - Monitor dan catat
napas ditandai masalah ventilasi warna, jumlah, dan
dengan batuk spontan (L.01007) konsistensi sekret
tidak efektif - Penggunaan - Monitor status status
(D.0001) otot bantu oksigen
napas skala 1 - Identifikasi kebutuhan
meningkat ke dilakukan
skala 4 cukup penghisapan
menurun Terapeutik:
- Takikardi - Gunakan teknik
dari skala 2 proseduk penghisapan
cukup tertutup
memburuk ke - Gunakan teknik
skala 4 cukup aseptik
membaik Edukasi:
- Gelisah dari - Anjurkan melakukan
skala 1 teknik napas dalam
meningkat ke - Anjurkan bernapas
skala 5 dalam dan pelan
menurun selama insersi kateter
suction
Kolaborasi:
- Kolaborasikan dengan
tim medis lain saat
melakukan
penghisapan lendir

2 Gangguan Setelah dilakukan Terapi oksigen (I.01026)


pertukaran gas tindakan Observasi:
berhubungan keperawatan selama - Monitor kecepatan
dengan 3x24 jam diharapkan aliran oksigen
ketidakseimbanga masalah pertukaran - Monitor posisi alat
n ventilasi perfusi gas (L.01003) terapi oksigen
ditandai dengan - Takikardi Terapeutik
takikardi (D.0003) dari skala 5 - Pertahankan
meningkat ke kepatenan jalan napas
skala 2 cukup - Siapkan dan atur alat
menurun pemberian oksigen
- Bunyi napas Edukasi :
tambahan - Ajarkan pasien dan
dari skala 4 keluarga untuk
cukup menggunakan oksigen
meningkat ke dirumah
skala 3 Kolaborasi
sedang - Kolaborasi penentu
- Pusing dari dosis oksigen
skala 5 - Kolaborasi
meningkah penggunaan oksigen
ke skala 3 saat aktivitas atau
sedang tidur
3 Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif tindakan (I.01011):
berhubungan keperawatan selama Observasi:
dengan hambatan 3x24 jam diharapkan - Monitor pola napas
upaya napas masalah pola napas - Monitor bunyi napas
ditandai dengan (L.01004): tambahan
penggunaan otot - Pernapasang Terapeutik
bantu napas cuping - Berikan oksigen
(D.0005) hidung skala - Posisikan semi fowler
1 memburuk - Berikan penghisapan
ke skala 4 lendir kurang dari 15
cukup detik
membaik Edukasi
- Kedalaman - Anjurkan batuk
napas dari efektif
skala 2 cukup - Anjurkan asupan
memburuk ke cairan 2000ml/hari
skala 5 Kolaborasi
membaik - Kolaborasi pemberian
- Frekuensi ventolin,jika perlu
napas dari
skala 2 cukup
memburuk ke
skala 4 cukup
membaik
4 Resiko defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I.03119)
nutrisi tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan selama - Monitor berat badan
dengan kurang 3x24 jam diharapkan - Monitor hasil
ketidakmampuan masalah status pemeriksaan fisik
untuk nutrisi (L.03030): Terapeutik
mengabsorpsi - Verbalisasi - Lakukan oral hygine
nutrisi, keinginan sebelum makan
ketidakmampuan untuk - Sajikan makanan
untuk mencerna meningkatka secara menarik
makanan, asupan n nutrisi dari Edukasi
diet kurang skala 4 cukup - Anjurkan posisi
(D.0032) meningkat ke duduk
skala 2 cukup - Ajarkan diet yang
menurun diprogramkan
- Pengetahuan Kolaborasi
tentang - Kolaborasi pemberian
pilihan medikasi sebelum
makanan makan
yang sehat - Kolaborasi dengan
dari skala 5 ahli gizi untuk
meningkat ke menentukan jumlah
skala 3 kalori dan nutrisi
sedang
- Kekuatan
obot
pengunyah
dari skala 4
cukup
meningkat ke
skala 2 cukup
menurun

5 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi (I.05178)


aktivitas tindakan Observasi:
berhubungan keperawatan selama - Monitor lokasi dan
dengan 3x24 jam diharapkan ketidaknyamanan
ketidakseimbanga masalah konservasi selama melakukan
n antara suplai dan energi (L.13118) aktivitas
kebutuhan - Teknik - Identifikasi gangguan
oksigen, pernapasan fungsi tubuh yang
imobilitas, dan yang efektif mengakibatkan
fisik tidak bugar dari skala 4 kelelahan
(D.0056) cukup Terapeutik:
meningkat ke - Sediakan lingkungan
skala 1 nyaman dan rendah
menurun stimulus
- Pembatasan - Berikan aktivitas
aktivitas dari distraksi yang
skala 1 menenangkan
meningkat ke Edukasi
skala 4 cukup - Anjurkan melakukan
menurun aktivitas secara
- Pembatasan bertahap
energi dari - Anjurkanmenghubung
skala 5 i perawat jika tanda
meningkat ke dan gejala kelelahan
skala 2 tidak berkurang
cukup Kolaborasi
menurun - Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
atau intervensi yang telah disusun pada tahap perencanaan (Nursalam, 2016)
5. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap
tahapanproses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan dan
evaluasi itu sendiri (Basford, Lynn & Slevin, Oliver (2018)
Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana:
S: (Subjektif)
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan
O: (Objektif)
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
kepada klien dan yang dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
A: (Analisis)
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif merupakan suatu masalah
atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah atau diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan
klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.

Daftar Pustaka
Basford, Lynn & Slevin, Oliver (2018). Teori & Praktik Keperawatan.
Jakarta:EGC

Brannon, F.J., Foley, M. W., Starr, J. A. et al. (2016). Cardiopulmonary


Rehabilitation: Basic Theory and Application, F. A. Davis, Philadelphia.

Brunner & Suddarth. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta.


Penerbit Buku Kedokteran

Bulechek, Gloria M dkk. (2016). Nursing Interventions Clasification (NIC) Edisi


Keenam. CV Mocomedia : Elsevier Inc.

Doenges, Marilynn E. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa,
Ni Made Sumarwati, edisi 3, Jakarta: EGC.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. (2019). Global Strategy
for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. Barcelona : Medical Communications Resources.

Moorhead, Sue dkk. (2016). Nursing Outcomes Clasification (NOC) Edisi


Kelima. CV Mocomedia : Elsevier Inc.

Nursalam, (2016) Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta Salemba Medika

Sylvia A. Prince. (2020). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta :


EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai