Anda di halaman 1dari 16

BRONKITIS KRONIK

Yang dimaksud dengan bronkitis kronik adalah batuk berulag dan


berdahak selama lebih dari 3 bulan setiap tahun dalam periode paling sedikit 3
tahun. Sebab utamanya adalah merokok, berbagai penyakit akibat pekerjaan,
polusi udara, dan usia tua, terutama pada laki-laki. Hipersekresi dan tanda-tanda
adanya penyumbatan saluran napas yang kronik merupakan tanda dari penyakit
ini.

Berdasarkan ada tidaknya penyempitan bronkus maka penyakit ini dapat


dibagi menjadi 2 yaitu :

 Yang tidak disertai dengan penyempitan bronkus dimana dasar


penyakitnya semata mata oleh karena hipersekresi dari kelenjar mukus
bronkus tanpa atau dengan adanya infeksi bronkus.
 Yang disertai dengan penyempitan bronkus, batuk, produksi sputum,
disertai dengan dispne dan wheezing (mengi). Pada yang kedua ini
prognosisnya lebih buruk dari yang pertama.
Sekalipun penyakit ini erat hubungannya dengan emfisime, akan tetapi dalam
uraian selanjutnya sengaja dipisahkan supaya mendapat pengertian tersendiri.
Begitu pula dalam pengobatannya, pembahasannya dimasukkan kedalam penyakit
paru obstuktif menahan.

PATOLOGI
pada bronkitis kronik terjadi hipertrofi kelenjar mukus dari trakeobronkial,
dimana dapat menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, sehingga
diameter bronkus ini menebal lebih dari tiga puluh – 40 % dari tebalnya dinding
bronkus yang normal. Sekresi dari sel goblet bukan saja bertambah dalam
jumlahnya akan tetapi juga lebih kental sehingga menghasilkan subtansi yang
mukopurulen. Keadaan ini juga disertai dengan bronkiektasis dan ateleklasis yang
diakibatkan oleh penyumbatan. Permukaan bronkus senantiasa terinfeksi, oleh
karma mekanisme untuk membersihkan bronkus melalui silia maupun dengan
mekanisme sekresi menjadi hilang, sehingga paru selalu diinfeksi oleh kuman
Haemophilus influenza dan Streptoccocus pneumonia yang menghasilkan mukus
yang purulen pada setiap ekaserbasi.
Pada stadium akhir dari bronkitis kronik dapat terjadi hipoksemia dan
hipertrofi ventrikel kanan yang disertai dengan penebalan pembuluh darah
pulmonal dan arteriole, cabang dari arteri pulmonal.

KLINIS
Pada tingkat permulaan hanya cabang-cabang bronkus dengan diameter
kurang dari 2 mm saja yang terkana. Pada fase selanjutnya maka cabang bronkus
besar juga terkena dan dapat dibuktikan dengan pemeriksaan faal paru dimana
terjadi penurunan dari fungsi obstruktif.
Berbagai gejala klinis yang didapatkan :
 Batuk terutama pada pagi hari pada perokok.
Sputum kental dan mungkin juga purulen, terutama bila terinfeksi oleh
Haemophilus influenza. Pada tingkat permulaan didapatkan adanya dispne
yang sesaat.
 Dispne makin lama makin berat dan sehari penuh, terutama pada musim
dimana udara dingin dan berkabut. Selanjutnya sesak napas terjadi bila
bergerak sedikit saja dan lama-kelamaan dapat terjadi sesak napas yang
berat, sekalipun dalam keadaan istirahat.
 Pada sebagian pasien sesak justru datangnya pada malam hari, terutama
pada pasien yang berusia tua sehingga menyebabkan tidur pasien menjadi
terganggu. Keadaan ini sama seperti pada gambaran dekompensasi kordis
kiri. Tanda yang paling dominan pada usia lanjut adalah sesak napas pada
waktu bekerja ringan dan sesak napas ini bersifat progresif.
 Pink puffer dan blue blotter
Baik bronchitis maupun emfisema dapat dibagi menjadi pink puffer dan
blue blotter. Pada pink puffer, ditandai dengan sesak yang sangat berat
dan terdapatnya hiperinflasi paru dan sianosis, sehingga muka pasien
terlihat bewarna merah biru (pink) dan bengkak (puffer). Analisa darah,
baik PaO2 maupun PaCO2, relatif normal. Hiperinflasi paru ini dapat
menyebabkan terjadinya gejala-gejala dekompensasi jantung kanan, yakni
berupa edema dan asites, tekanan vena jugularis yang meningkat dan
berdilatasi.

KOMPLIKASI BRONKITIS
Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronchitis adalah :
 Empisema
 Kor pulmonale
 Kegagalan pernapasan
 Polisitemia

Terdapat batuk, sputum, dan tanda-tanda hipoksemia pada blue blotter.eksaserbasi


akut disebabkan oleh infeksi. Pada auskultasi terdapat ronki basah, baik pada
ekspirasi maupun inspirasi. Sesak napas dan wheezing merupakan tanda utama
dari bronchitis. Bila sudah terdapat komplikasi kor pulmonale, maka prognosis
dari penyakit ini sudah buruk.

PEMERIKSAAN FAAL PARU

FEV1, kurang dari 75%. Dalam kronik bukan saja FEV1 yang berkurang, akan
tetapi VC juga. Pemeriksaan paru dengan MBBB menunjukkan terdapatnya
penurunan faal paru. Pada keadaan yang kronik keadaan ini sulit dibedakan
dengan asma. (Tabrani, 2010)

BRONKITIS KRONIS/PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KHRONIK

Bronchitis kronik adalah penyakit disaluran napas yang diakibatkan oleh raksi
keradangan yang berlangsung lama dan yang selanjutnya akan berkembang
menjadi penyakit paru obstruktif khronik, karena kelainan yang ada diselaput
lender (mukosa) akan menimbulkan gelaja berupa penyumbatan. Kalau hal ini
sampai terjadi akan merupakan keadan yang cukup serius dan sulit untuk
dikoreksi atau disembuhkan terutama kasus-kasus yang disebabkan oleh bahan
‘polutan’ (missal rokok)

a. Gejala-gejala
 ‘Batuk perokok’, keluhan diutarakan terutama pada saat bangun tidur dan
ini merupakan gejala awal dari Bronkitis kronik.
 Batuk berlendir yang kronis, paling sedikit berlangsung selama 3 bulan
untuk dapat dikatakan bronchitis kronis.
 Proses yang lebih lanjut akan menunjukkan nafas terengah-engah, yaitu
kesulitan bernafas disertai dengan suara seperti tiupan paluit (sesak nafas).
 Keadaan akan menjadi semakin parah maka penderita akan mengeluh
lemah badan, seolah-olah seperti tak bertenaga.

b. Komplikasi
 Sering mengalami infeksi ulang pada saluran pernafasan, karena daya
tahan selaput lender saluran nafas kerjanya tidak sempurna.
 Kalau daya tahan tubuh kurang sempurna, akan sering timbul infeksi di
paru yang disebut pneumonia.
 Proses peradangan yang kronis disaluran nafas tidak ditangani secara
sempurna baiuk oleh tubuh sendiri maupun bantuan pengobatan dokter,
akan menyebabkan kerusakan kantung udara di paru. Keadaan ini disebut
emphysema.
 Tingkatan kerusakan paru makin lama makin parah, hal ini akan
menyebabkan peru makin mengembang karena daya elastisitas makin
berkurang dan akan meyebabkan aliran darah ke paru mengalami
hambatan akibatnya jantung harus bekerja ekstra dan selanjutnya keadaan
ini akan menimbulkan gagal jantung.
 Kematian.
c. Penyebab.
Saluran nafas yang menerima rangsangan terus menerus dari asap rokok,
asap/debu industry atau keadaan polusi udara yang berat akan menyebabkan
proses keradangan krosis dan produksi lendir yang berlebihan sehingga mudah
menimbulkan infeksi ulang di saluran nafas. Lama kelamaan kerusakan pada
saluran nafas semakin meluas sehingga akan menyebabkan penyempitan (gejala
yang sering disebut dengan asam).

d. Tindakan dokter untuk anda.


 Memastikan diagnisa, dengan memikirkan kemungkinan penyebab lain
dari kesulitan nafas yang anda derita.
 Membuat resep bronchodilator (obat untuk melebarkan salurana nafas) dan
obat lain yang diperlukan.
 Memberikan petunjuk bagaimana cara mengatasi kesulitan bernafas.
 Mengatasi infeksi saluran nafas atau paru bila ada untuk mencegah proses
kerusakan yang lebih luas.
 Mengatasi komplikasi bila ada.

e. Pencegahan.
 Bila anda bukan perokok, jangan mulai perokok, tapi bila perokok,
berhentilah merokok seterusnya.
 Hindarilah ruangan yang disediakan khusus untuk perokok.
 Patuhilah peraturan keamanan di tempat kerja misalnya dengan memakai
alat pelindug (masker)

PNEUMONIA
Pneumonia adalah suatu infeksi pernafasan paru-paru, yang mungkin dapat
membahayakan jiwa pada anak-anak, usia lanjut, pasien yang harus berbaring dan
bagi mereka yang mempunyai kelemahan system kekebalan (misalnya penderita
AIDS, leukomia, atau sedang dalam terapi steroid atau anti kanker).
a. Gejala-gejala
 Demam, berkeringat.
 Lesu, lemah.
 Batuk dengan/tanpa dahak. Dahak dapat bewarna kuning/hijau atau
dengan bercak merah.
 Nafas cepat, sesak nafas, nyeri panas.
 Mengantuk, terutama pada usia lanjut dan penderita sakit berat.

b. Komplikasi.
Kematian
c. Penyebab.
Infeksi pada paru-paru, dapat disebabkan oleh semua jenis bakteri, virus atau
jamur. Pada orang yang sedang lemah, pneumonia dapat merupakan
komplikasi dari infeksi ringan seperti flu dan campak.

d. Tindakan dokter untuk anda.


 Memastikan diagnose, biasanya dengan pemeriksaan sinar X.
 Pemeriksaan sputum/dahak dan darah untuk menentukan
bakteri/organisme penyebab pneumonia.
 Mengobati dangan antibiotika bila perlu.
 Merujuk ke rumah sakit, bila perlu.
 Merujuk ke ahli fisioterapi untuk m.embantu pernafasan dan batuk.
(Nugroho, 2010)

BUKU EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR (NAJMAH)

1.1 INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

Infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA merupakan penyakit umum


yang terjadi pada masyarakat dan sering dianggap biasa atau tidak
membahayakan. ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah,
biasanya menular yang dapat menimbulkan berbagai spectrum penyakit yang
berkisar dari penyakit tanpa gejala sampai penyakit yang parah dan mematikan,
tergantung pada pathogen penyebabnya, factor lingkungan, an factor penjamu.
Sekelompok penyakit yang termasuk ISPA adalah pneumonia, influenza, dan
pernafasaan syncytial virus (RSV). Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan
oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai dengan salah
satu atau lebih gejala : tenggorokan sakit atau, pilek, batuk kering atau berdahak.
ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (1-3).

ISPA terjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular


di dunia. Angka mortalitas ISPA mencapai 4,25 juta setiap didunia. Kelompok
yang paling beresiko adalah balita. Sekitar 20-40% pasien dirumah sakit
dikalangan anak-anak karena ISPA dengan sekitar 1,6 juta kematian karena
Pneumonia sendiri pada anak balita per tahun. Pada dewasa, angka mortalitas
pada dewasa (25-59 tahun) mencapai 1,65 juta.

Salah satu Negara berkembang dengan kasus ISPA tertinggi adalah


Indonesia. Indonesia selalu menempati urutan pertama penyebab keatian ISPA
pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10
penyakit terbanyak di rumah sakit. Survey mortalitas menunjukkan bahwa ISPA
merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase
22,30% dari seluruh kematian balita. Period prevalance ISPA dihitung dalam
kurun waktu 1 bulan terakhir, di Indonesia sebesar 25,0%. Lima provinsi dengan
ISPA tertinggi adalah 1) Nusa Tenggara Timur (41,7%), 2) Papua (31,1%), 3)
Aceh (30,0%), 4) Nusa Tenggara Barat (28,3%), 5) Jawa Timur (28,3%) pada
tahun 2013 sebesar 1,8 persen dan 4,5 persen.

Penyakit ISPA ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena


dampak yang ditimbulkan sangat besar terhadap penderita tidak hanya pada anak-
anak tetapi juga orang dewasa. Selain itu, penyakit ISPA juga dapat menjadi
pemicu dari penyakit-penyakit lainnya dan berkembang menjadi penyakit yang
berbahaya.

2.1 TRIAD EPIDEMIOLOGI


1. Agent

Pada penyakit infeksi saluran pernafasan akut, proses infeksi dapat mencakup
saluran pernafasan atas atau bawah atau bahkan keduanya. Infeksi ini dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, Rickettsia, fungi, atau protozoa. Penyakit ISPA
disebabkan oleh 300 lebih jenis virus, bakteri, Ruckettsia, dan jamur. Virus
penyebab ISPA Antara lain golongan mikrovirus (termasuk didalamya virus
influenza, virus pra-influenza dan virus campak), dan adenovirus. Bakteri
penyabab ISPA ada beberapa jeis bakteri, Antara lain Streptokokus hemolitikus,
Stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza, Bardetella pertusis dan
Karinebakterium diffteria.

2. Host (penjamu)

Host (penjamu) pada penyakit ISPA adalah manusia, dimana kelompok yang
beresiko tinggi untuk tertular atau mengalami penyakit ISPA adalah kelompok
anak-anak yaitu anak dengan usia < 5 tahun, anak-anak dengan daya tahan tubuh
yang lemah, dan anak dengan system imunisasi yang tidak lengkap.

Peningkatan intervensi nutrisi dengan pemberian ASI, tambahan suplemen


mikronutrien seperti pemberian tambahan zinc, zat besi pada susu formula atau
makanan akan meningkatkan imunitas anak-anak terutama bayi dan balita.

3. Environment (ligkungan)

Di Indonesia, ada beberapa wilayah yang mempunyai potensi kebakaran hutan


dan telah mengalami beberapa kali kebakaran hutan terutama pada musim
kemarau. Asap dari kebakaran dapat menimbulkan penyakit ISPA dan
memperberat kondisi seseorang yang sudah menderita penyakit ISPA. Selain itu
kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar dan kayu bakar di dalam rumah juga
menjadi penyebab penyakit ISPA hal ini di perparah dengan kondisi ventilasi
rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Influenza menyabar sangat cepat diantara penduduk terutama dalam keadaan
ramai. Cuaca dingin dan kering memungkinkan virus untuk bertahan lebih lama
diluar tubuh, sehingga epidemic memusiman di daerah beriklim sedang muncul di
musim dingin.

2.1 Cara penularan ISPA

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang tergolong ke dalam Air Borneo


Disease dimana penularannya dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar
bibit penyakit dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Penularan
melalui udara terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Namun, pada kenyataannya sebagian besar penularan melalui
udara dapat juga menular melalui kontak langsung dengan penderita yang
mengidap penyakit ISPA. ( Najmah, 2016 )

JURNAL
UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN
PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga saat ini masih tercatat sebagai
masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Episode penyakit
batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan terjadi tiga sampai enam kali per
tahun. Pada tahun 2008, ISPA merupakan salah satu insidens ISPA pada anak
berusia di bawah 5 tahun mencapai 12,7-16,8 episode per 100 anak per minggu
(child-weeks). Variasi insidens ISPA yang di laporkan oleh berbagai penelitian
terjadi akibat adanya perbedaan definisi dan identifikasi tipe penyakit, serta
karena perbedaan lokasi penelitian. Jumlah episode ISPA pada balita di perkotaan
berbeda dengan di pedesaan. ( Fithria, 2012 )

Terdapat banyak faktor yang mendasari perjalanan penyakit ISPA pada anak. Hal
ini berhubungan dengan pejamu, agen penyakit dan lingkungan. Penularan atau
penyebaran ISPA sangat mudah yaitu melalui kontak langsung atau melalui
droplet, yang lebih penting lagi penularan tidak langsung dapat terjadi melalui
tangan dan barang-barang yang baru saja terkontaminasi oleh kotoran hidung dan
mulut dari orang yang terinfeksi. Untuk mengurangi kemungkinan yang dapat
meningkatkan potensi anak terkena ISPA maka diperlukan upaya pencegahan. (
Fithria, 2012 )
Secara umum yang dimaksud dengan pencegahan adalah mengambil tindakan
terlebih dahulu sebelum kejadian. Pada dasarnya ada tiga (3) tingkatan
pencegahan penyakit yakni (1) pencegahan tingkat pertama merupakan usaha
sungguh-sungguh untuk menghindari suatu penyakit atau tindakan kondisi
kesehatan yang merugikan melalui kegiatan promosi kesehatan dan tindakan
perlindungan, (2) pencegahan tingkat kedua, yang mencakup deteksi dini dan
pengobatan yang tepat, dan (3) pencegahan tingkat ketiga yang dilakukan yaitu
mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau kelainan permanen.
Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam pencegahan penyakit. ( Fithria, 2012 )

BUKU DARI RIANGGI

ISPA merupakan kepanjangan dari infeksi Saluran Pernapasan Akut dan


mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional
ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute
Respiratory Infections (ARI). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang
termasuk dalam infeksi saluran napas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit
telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran napas seperti paru itu salah
satunnya adalah pneumonia.

2.2 Patofisiologi Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

 Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan


reaksi apa-apa
 Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
 Tahap dini penyakit: dimulai dari munculnya gejala penyakit, timnbul
gejala demam dan batuk.

Tahap lanjut penyakit: dibagi menjadi 4 yaitu dapat dibagi sempurna,


sembuh dengan atelektasi menjadi kronis dan meninggal akibat pneumonia.
2.3 Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Virus Utama :

 ISPA atas : Rino virus, Corona Virus, Adeno virus, Entero Virus
 ISPA bawah : RSV, Parainfluenza,1,2,3 corona virus, adeno virus

Bakteri Utama : Streptococus, pneumococcus, haemophilus influenza,


Staphylococcus aureus, bordetella dan corinebacterium.

2.4 Tanda Dan Gejala ISPA


 Pada system pernapasan adalah : napas tak teratur, dan cepat,
retratsi/tertariknya kulit kedalam dinding dada, napas cuping hidung/napas
dimana hidungnya tidak lubang, sesak kebiruan, suara napas lemah atau
hilang, suara napas sepeti ada cairannya sehingga terdengar keras.
 Pada system peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat atau
lemah, hipertensi, hipotensi dan gagal jantung
 Pada system syaraf : Gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang dan koma.
 Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

2.5 Pencegahan dan Pemberantasan ISPA


1. Suportif: meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotic:
a. Idealnya berdasarkan kuman penyebab
b. Utama ditujukan pada S. pneumonia, H. influenza dan S. aureus
c. Menurut WHO: pneumonia rawat jalan yaitu kontimoksazol, amoxicillin,
ampicillin, penicillin prokain, Pneumonia berat: Benzil penicillin,
klorampenikol, kloxacilin, gentamicin.
d. Antibiotik lain: sefalosporin, kuinolon, dll.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.


2. Imunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan,
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

 Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu

Terapi yang diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotic


walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat disembuhkan
dengan senderinyan tanpa pemberian obat-obatan terapeutik, pemberian antibiotik
dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian
obat-obatan symptomatik selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah
terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada
penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi
kuman/bacterial dikemudian hari, Namun pada penyakit ISPA yang sudah
berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yang sudah menjadi hijau, pemberian
antibiotic merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan
sudah ada bakteri yang terlibat.

JURNAL Sistem Pakar Diagnosis ISPA pada Balita dengan Metode

Certainty Factor

Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan salah satu


penyebab kematian utama pada bayi dan balita dinegara berkembang. ISPA di
Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan utama karena masih tinggi
angka kejadian ISPA terutama pada balita. Karakteristik penduduk dengan ISPA
tertinggi terjadi pada kelompok 1-4 tahun. ISPA merupakan jenis penyakit
menular yang biasanya menyerang balita dengan rentan usia kurang dari lima
tahun. (Wahyuni, 2016)
Jenis penyakit ISPA yang perlu diwaspadai adalah nasofaringitis
merupakan infeksi yang menyerang nasofaring dan hidung, faringitis merupakan
peradangan dinding faring yang diakibatkan oleh bakteri atau virus, rhinitis
merupakan kelainan pada hidung dengan gejala sering mengalami bersin-bersin,
asma merupakan suatu keadaan dimana pasien mengalami sesak nafas disertai
wheezing, bronkitis merupakan keadaan dimana terdapat perubahan bronkus,
pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada balita didunia. Data WHO
tahun 2005 menyatakan bahwa proposisi kematian balita karena saluran
pernafasan didunia adalah sebesar 19-26%. Pada tahun 2007 diperkirakan terdapat
1,8 juta kematian akibat pneumonia atau sekitar 20% dari total 9 juta kematian
pada anak. Diindonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar2 pneumonia
adalah penyebab kematian kedua pada balita setelah diare , dan tuberculosis
(TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada paru-paru.
(Wahyuni, 2016)

Berdasarkan permasalahan tersebut dapat diuraikan, bahwa tingginya


angka kematian ISPA pada balita diperlukan sebuah sistem pakar diagnosis ISPA
yang dapat membantu dokter untuk dapat melakukan anamnesis sebaik-baiknya
pada pasien, terutama pada puskesmas atau poliklinik yang berjarak jauh dari
Rumah Sakit dan sulit melakukan pemeriksaan kepada dokter spesialis. (Wahyuni,
2016)

2.6 Jenis-jenis Penyakit ISPA


1. Nasofaringitis

Nasofaringitis adalah infeksi primer pada nasofaring dan hidung yang sering
mengeluarkan cairan, penyakit ini banyak dijumpai pada bayi dan anak-anak.
Dibedakan istilah nasofaringitis akut adalah istilah untuk anak, sedangkan
common cold adalah istilah untuk orang dewasa atau yang kita kenal dengan
sebutan infuenza. Dalam hal ini manifestasi klinis antara orang dewasa dan anak
berlainan. Pada anak infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus parsial, telinga
tengah sampai nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa infeksi
mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi. Pada
bayi dan anak-anak infeksi saluran nafas seperti nasofaringitis sangat berbahaya
karena dapat mengganggu makan dan kadang-kadang menyebabakan infeksi
saluran nafas bawah menjadi lebih akut, apabila tidak disertai penanganan khusus
dari orangtua. Gejala penyakit nasofaringitis pada anak-anak yaitu gejala awal
berupa rasa tidak enak di hidung atau tenggorokkan, penderita mulai bersin-
bersin, hidung mengeluarkan cairan yang encer atau jernih, biasanya tidak timbul
demam tetapi bisa muncul demam ringan, disertai batuk atau tanpa batuk.
(Wahyuni, 2016)

2. Faringitis

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh


virus, bakteri, alergi, trauma, toksin, dll10. Faringitis umumnya terjadi didaerah
beriklim dingin. Faringitis adalah suatu penyakit peradangan tenggorokan (faring)
yang bersifat mendadak dan cepat memberat. Radang tenggorokan dapat
merupakan tanda awal pilek, tapi juga dapat merupakan gejala penyakit tertentu
yang disebut faringitis. Pada radang tenggorokan yang merupakan awal pilek,
gejala bisa menghilang setelah beberapa hari. Penyebab terbanyak radang ini
adalah kuman golongan Streptokokus Beta Hemolitikus, Streptokokus viridians
dan Streptokokus piogeners. Faringitis akut dapat menular melalui kontak dari
sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari oang yang menderita faringitis10.
Gejala faringitis pada anak adalah mengalami demam tinggi, terdapat bintik-bintik
merah terang dan nanah putih di bagian belakang langit-langit dan amandel, dan
kesulitan menelan makanan. (Wahyuni, 2016)

3. Rinitis

Rinitis aadalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,


rasa gatal dan tersumbat pada mukosa hidung. Berdasarkan sifat berlangsungnya
terdapat dua macam rhinitis yaitu rinitis musiman dan rinitis sepanjang tahun.
Gejala keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam sifat berlangsungnya11.
Rinitis melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam
perkembangan penyakitnya. Alergen yang menyebabkan rinitis musiman biasanya
berupa serbuk sari atau jamur. Rinitis perenial (sepanjang tahun) diantaranya debu
tungau, terdapat dua spesies utama tungau yaitu Dermatophagoides farinae dan
Dermatophagoides pteronyssinus, jamur, kecoa, dll. Berbagai pemicu yang dapat
memberatkan adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi
udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca. Gejala rinitis
adalah bersin berulang-ulang terutama pada pagi atau malam hari dengan
intensitas lebih dari 5 kali bila terdapat kontak dengan debu, keluar ingus (rinore)
yang encer, hidung tersumbat, hidung dan mata terasa gatal kadang disertai keluar
banyak air mata (lakrimasi), mengalami pucat. Gejala lain yang mungkin terjadi
berupa batuk, mengalami sakit kepala, terjadi masalah penciuman, kehilangan
nafsu makan dan susah tidur. (Wahyuni, 2016)

4. Asma

Global Initiative for Asthma (GINA) mendefinisikan sebagai gangguan


inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel
mast, eosinosil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi dapat
menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk
khususnya pada malam atau dini hari. Mekanisme utama timbulnya gejala asma
diakibatkan hipereaktivitas bronkus, sehingga pengobatan utama asma adalah
mengatasi bronkospasme. Pada anak-anak, asap rokok akan memberikan efek
lebih parah dibandingkan orang dewasa, ini disebabkan lebar saluran pernafasan
anak lebih sempit, sehingga jumlah nafas anak akan lebih cepat dari orang
dewasa. (Wahyuni, 2016)

5. Bronkitis
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ekstasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus
tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan oleh perubahan-perubahan dalam
dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos
bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size),
sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke
paru-paru dan dapat merusaknya. Secara umum penyebab bronkitis dibagi
berdasarkan faktor lingkungan dan faktor host/penderita. Penyebab bronkitis
berdasarkan faktor lingkungan meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi
sendiri terbagi manjadi infeksi bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis,
mikroplasma), infeksi virus (RSV, Parainfluenza, Infuenza, Adeno) dan infeksi
fungi (Monilia). Faktor polusi udara meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang
memicu terjadinya bronkitis. Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis
kronik adalah batuk dan produksi sputum biasanya terjadi setiap hari paling
sedikit 3 bulan atau 2 tahun berturut-turut, dahak dapat berwarna bening, putih
atau hijau kekuningan, mengalami dyspnea (sesak nafas), mengalami kelelahan,
sakit tenggorokan, nyeri otot, hidung tersumbat, sakit kepala, kadang disertai
demam. (Wahyuni, 2016)

6. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).


Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses
infeksi akut pada bronkus yang disebut bronchopneumonia. Gejala penyakit
pneumonia ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena paru meradang secara
mendadak. Selain itu gejala pneumonia yang lain adalah mengalami kesulitan
bernafas dengan stidor (ngorok), kejang, anak mengalami mengi, dan sulit
menelan makanan atau minuman. Batas nafas cepat adalah frekuensi pernafasan
sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1
tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada nanak usia 1 tahun sampai kurang
dari 5 tahun. (Wahyuni, 2016)

7. Tuberculosis (TBC)

Tuberculosis (TB) adalah infeksi bakteri pada paru-paru yang diperkirakan


mempengaruhi sekitar sepertiga penduduk dunia. Kuman TB menyebar ketika
penderita TB batuk atau bersin. Pada anak-anak gejala TB adalah batuk kering,
kesulitan bernafas, demam, nafsu makan menurun, mengeluarkan keringat ketika
malam hari dan sulit mendapatkan kenaikan berat badan. Namun gejala seringkali
tidak jelas atau samar sehingga untuk memastikan TB perlu diagnosis dengan tes
kulit (mantoux) dan rongga paru. Bila anak anda terdiagnosisi TB tersedia
pengobatan seperti INH atau rifampisin yang harus diberikan untuk jangka waktu
tertentu (6 bulan atau lebih) tanpa putus. (Wahyuni, 2016)

3.1 RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

Riwayat aamiah penyakit ISPA dapat di bagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini, bakteri atau virus yang menjadi penyebab ISPA telah
berinteraksi dengan penjamu tetapi penjamu belum menunjukkan reaksi apa-
apa.
2. Tahap Inkubasi
Pada tahap ini virus merusaki lapisan epitel dan lapisan mukosa. Kondisi
penjamu menjadi lemah, jika keadaan gizi dan daya tahan tubuh penjamu
sebelumnya sudah rendah.
3. Tahap dini penyakit
Pada tahap ini, gejala penyakit sudah mulai muncul seperti demam dan batuk
4. Tahap lanjut penyakit
Pada tahap lanjut, penjamu atau penderita bisa sembuh sempurna, semubuh
dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal.

Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas
tinggi disertai batuk berdahak, nafas cepat ( frekuensi nafas > 50 kali/menit),
sesak dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisa dan nafsu makan berkurang).

4.1 PENULARAN

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang tergolong ke dalam Air Borneo Disease
dimana penularannya dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar bibit
penyakit dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Penularan
melalui udara terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Namun, pada kenyataannya sebagian besar penularan melalui
udara dapat juga menular melalui kontak langsung dengan penderita yang
mengidap penyakit ISPA. ( Najmah, 2016 )

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai
radang parenkrim paru. 2 Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit dari penyakit tanpa gejala sampai penyakit parah dan mematikan
tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan pejamu.

Anda mungkin juga menyukai