PENDAHULUAN
1
I.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan napas.
Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap di dalam paru-
paru. Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi bagian
tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan proses inflamasi yang
berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga
aliran udara terhambat secara permanen(itulah sebabnya disebut “obstruktif kronis”).
a. Bronkitis kronis
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai
trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan laringotrakeobronkitis.
Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai
bagian dari penyakit sistemik, misalnya morbili, pertusis, difteri, dan tipus
abdominalis. Istilah bronkitis kronis menunjukan kelainan pada bronkus yang
sifatnya menahun(berlangsung lama) dan disebabkan berabagai faktor, baik yang
berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis
merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang
3
berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya
3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.
b. Emfisema Paru
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang
ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan.
Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang
udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif jaringan maka keadaan ini
sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation.
Sebagai salah satu bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema
merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif
dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan
jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.
c. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada
percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti
oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma
didefinisakn sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan,
dimana terdapat banyak sel-sel induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel
epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit
bernapas, dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan
di pagi hari.
4
merokok sama sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang tidak
merokok. Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh.
Nikotin yang terserap dalam setiap hisapan rokok memang tidak mematikan,
tetapi tetap membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta
mengacaukan irama jantung.
b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa
bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan
demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan
penyakit ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala
atau pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh
dan pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan menutup
mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang. Faktor berkumpulnya banyak orang
misalnya di tempat pengungsian tempat korban banjir, juga berperan dalam
penularan ISPA.
Penyakit kulit juga hampir selalu di alami, terutama yang sering tergenang
banjir. Penyakit ini bisa berupa infeksi, alergi, atau bentuki lain. Pada musim
banjir, maka masala utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti
ISPA, maka faktor berkumpulnya banyak orang berperan dalam penularan infeksi
kulit. Penyakit saluran cerna lain, adalah demam tifoid, yang juga terkait dengan
faktor kebersihan makanan. Upaya untuk mengatasi tentu saja dengan menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
c. Polusi udara
Emisi kendaraan bermontor
Selama ini orang banyak menduga bahwa andil terbesar dari pencemaran
udara kota berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa justru yang mempunyai
andil sangat besar adalah gas dan partikel yang di emifisikan ( dikeluarkan ) oleh
kendaraan bermontor. Padahal kendaraan bermontor jumlahnya semakin
bertambah besar.
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor sebagai
sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi gas buah dari
cerobong asap industri hanya berpisah 10-15%, sedangkan sisannya dari sumber
5
pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutan, dll
Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi WHO ( word
helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan yang di anggap serius.
Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah
merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel
( asap dan jelaga ), hidrokarbon, sulfur di oksida, dan nitrogen oksida.
Kesemuanya di emisikan oleh kendaraan bermontor.
WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup
udara kotor akibat emisi kendaraan bermontor, se3dangkan 10% sisannya
menghirup udara yang bersifat” marjinal”. Akibat menghirup udara yang tidak
bersih ini lebih fatal pada bayi dan anak-anak. Demikian pula pada orang dewasa
yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah
memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menaun. Celakanya, para
penderita maupun kelurganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif
tersebut berasal dari pencemaran udara akibat emisi kendaraan bermontor semakin
memperhatinkan.
6
Komplikasi:
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg, dengan
nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalmi perubahan
mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lajut akan timbul
sianosis
b. Asidosis Respiratori
Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea). Tanda yang muncul
antara lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
c. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan
rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara
akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea.
d. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
e. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respirator
f. Status Asmatikus
7
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak
berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunan otot bantu pernapasan
dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
a. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat
dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
c. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
d. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
e. Hipoksemia intermiten atau kontinu
f. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
g. Deformitas toraks
Penatalaksanaan medis
Peningkatan
kerja otot
pernafasan
a. Pengkajian
1. Biodata
Penyakit PPOK (Asma bronkial) terjadi dapat menyerang seagala usia tetapi lebih
sering di jumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan
sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Predisposisi laki-laki dan
perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang kemudian sama pada usia 30 tahun.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
9
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan sama bronkial adalah
dispnea (bias sampai berhari-hari atau berbulan-bulan),batuk,dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksismal).
Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwyat alergi dan riwayat penyakit
saluran napas bagian bawah ( rhinitis, urtikaria, dan eksim).
Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali di dapatkan adanya riwayat
penyaakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak di temukan
adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
10
Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronki saat inspirasi,
kolabs bronkial pada tekanan ekspirasi( emfisema ), pembesaran
kelenjar mucus( brokitis).
Darah lengkap : terjadi peningkatan hemoglobin ( emfisema berat)
dan eosinophil (asma).
Kimia darah : alpha 1-antitripsin kemungkinan kurang pada emfisema
perimer.
Skutum kultur : untuk menentukan adanya infeksi dan
mengidentifikasi pathogen, sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan
untuk menentukan penyakit keganasan/ elergi.
Electrokardiogram (ECG) : diviasi aksis kanan, glombang P tinggi
( asma berat), atrial disritmia ( bronkitis), gelombang P pada leadsII,
III, dan AVF panjang, tinggi( pada bronkitis dan efisema) , dan aksis
QRS vertical (emfisema).
Exercise ECG , stress test :membantu dalam mengkaji tingkat
disfungsi pernafasan, mengevaluasi keektifan obat bronkodilator, dan
merencanakan/ evaluasi program.
4. Pemeriksaan fisik
Objektif
a) Batuk produktif/nonproduktif
b) Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada kedua
fase respirasi semakin menonjol.
c) Dapat disertai batuk dengan sputum kental yang sulit di keluarka.
d) Bernapas dengan menggunakan otot-otot napas tambahan.
e) Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus.
f) Fase ekspirasi memanjang diseratai wheezing( di apeks dan hilus )
g) Penurunan berat badan secara bermakna.
Subjektif
Klien merasa sukar bernapas,sesak dan anoreksia
Psikososial
11
a) Cemas, takut, dan mudah tersinggung.
b) Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnnya
c) Data tambahan (medical terapi)
Bronkodilator
Tidak digunakan bronkodilator oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau
parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan
simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan Aminophilin seacara
parenteral, sebab mekanisme yang berlainan, demikian pula sebaliknya,
bila sebelmnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral, maka
sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau
parenteral.
Obat obatan bronkodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif
terhadap adrenoreseptor ( orsiprendlin, salbutamol, terbutalin, ispenturin,
fenoterol) mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta
efek samping kecil dibandingkan dengan bentuk non selektif (adrenalin,
Efedrin, Isoprendlin)
a. Obat-obat bronkodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek
samping sistemiknya lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak napas
berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mula deberikan dua sedotan
dari Metered Aerosol Defire (AfulpenMetered Aerosol ). Jika
menunjukkan perbaikan dapat diulang setiap empat jam, jika tidak ada
perbaikan dalam 10-15 menit setelah pengobatan, maka berikan
Aminophilin intravena
b. Obat-obat bronkodilator simpatomimetik memberi efek samping
takikardi, penggunaan parenteral pada orang tua harus hati-hati,
berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler, dan
serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan epinefrin 1
: 1000 secara subkutan. Pada anak-anak 0,01 mg /KgBB subkutan (1
mg per mil) dapat diulang setiap 30 menit untuk 2-3 kali sesuai
kebutuhan .
c. Pemberian Aminophilin secara intravena denagn dosis awal 5-6
mg/KgBB dewasa/ anak-anak, disuntikkan perlahan dalam 5-10 menit,
untuk dosis penunjang dapat diberikan sebanyak 0-9 mg/kgBB/jam
12
secara intravena. Efek sampingnya tekanan darah menurun bila tidak
dilakukan secara perlahan.
Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan
perbaikan, maka bisa dilanjutkan deagan pengobatan kortikosteroid, 200
mg hidrokortison secara oral atau dengan dosis 3-4 mg/KgBB intravena
sebagai dosis permulaan dan dapat diulang 2-4 jam secara parental sampai
serangan akut terkontrol,dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednison
atau dengan dosis 1-2 mg/KgBB/hari secara oral dalam dosis terbagi,
kemudian dosis dikurangi secara bertahap
Pemberian oksigen
Oksigen dialirkan melalui kanul hidung dengan kecepatan 2-4
liter/menit , menggunakan air (humidifier) untuk memberiakan
pelembapan. Obat eksfektoran seperti gliserolguaiakolat juga dapat
digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, oleh karena itu intake cairan per
oral infus harus cukup sesuai dengan prinsip.
Beta Agonis
Beta agonis ( β–adrenergic agents) merupakan pengobatan awal yang
digunakan dalam penatalaksanaan penyakit asma, dikarenakan obat ini
berekrja dengan cara mendilatsikan otot polos ( vasedilator).
Andrenerigic agent juga meningkatkan pergerakan siliari , menurunkan
mediator kimia anafilaksis, dan dapat meningkatan efek bronkodilatasi
dari kortikosteroid. Andrenergic yang sering digunakan antara lain
epinefrin, albuterol, metaproterenol, isoproterenol, isoetarin, dan
terbutalin. Biasanya diberikan secara parenteral atau inhalasi. Jalan
inhalasi merupakan salah satu pilihan dikarenakan dapat
mempengaruhi secara langsung dan mempunyai efek samping yang
lebih kecil.
13
Intervensi dan rasional pada penyakit ini didasarkan pada konsep
Nursing Interventien Classification (NIC) dan Nursing Outcome
Classification (NOC).
14
yang pada
akhirnya jika
tidak
ditindaklanjuti
akan
mengakibatkan
stomatis.
2. Gangguan pertukaran Status respirasi a. Manajemen asam
Kelemahan,
gas yang berhubungan pertukaran gas basa tubuh
iritable, bingung
dengan: dengan skala….(1- b. Manajemen jalan dan somnolen
dapat
Kurangnya suplai 5) setelah diberikan napas
merefleksikan
oksigen (obstruksi perawatan c. Latihan batuk adanya
hipoksemia/pen
jalan napas oleh selama… hari efektif
urunan
secret, dengan kriteria : d. Tingkatkan oksigenasi
serebral.
bronkospasme, air Status aktivitas
trapping); mental e. Terapi oksigen
Mencegah
Destruksi alveoli dalam batas f. Monitoring
kelelahan dan
Ditandai dengan normal respirasi mengurangi
konsumsi
Dyspnea Bernapas g. Monitoring tanda
oksigen untuk
Confusion,lemah; dengan vital memfasilitasi
resolusi infeksi.
Tidak mampu mudah
15
nutrisi : intake cairan dan cairan Meningkatkan
kenyamanan
Kurang dari kebutuhan makanan gas b. Monitoring
flora normal
tubuh yang berhubungan dengan skala......(1- cairan mulut, sehingga
akan
dengan : 5) setelah diberikan c. Status diet
meningkatkan
Dispea, perawatan d. Manajemen perasaan nafsu
makan.
fatique selama…. Hari gangguan
Efek dengan kriteria; makan Meningkatkan
intake makanan
samping Asupan e. Manajemen
dan nutrisi klien
pengobatan makanan nutrisi terutama kadar
protein tinggi
Produksi adekuat f. Kolaborasi
akan
sputum dengan skala.. dengan ahli meningkatkan
mekanisme
Anoreksia, (1-5) gizi untuk
tubuh dalam
nausea/vomit Intake cairan memberikan proses
penyembuhan.
ing. per oral terapi nutrisi
karbohidrat,
16
dan lemak
adekuat,
dengan skala
…(1-5)
Mampu
mengontrol
asupan makanan
secara adekuat
(1-5)
(menunjukkan)
No Diagnosa Perencanaan
17
. keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
(NANDA)
4. Intoleransi Berpartisipasi Kolaborasi Mengurangi stres dan
aktifitas b.d dalam aktivitas dengan tenaga stimulasi yang
ketidakseimbaga fisik tanpa rehabilitasi berlebihan,
n antara suplai disertai medik dalam meningkatkan istirahat
dan kebutuhan peningkatan merencanaakan
oksigen. darah, nadi dan program terapi Klien mungkin merasa
RR. yang tepat nyaman dalam kepala
Mampu Bantu klien dalam keadaan evalasi,
melakukan untuk tidur di kursi atau
aktivitas sehari- mengidentifikas istiirahat pada meja
hari (ADLs) i aktivitas yang dengan bantuan bantal
secara mandiri. mampu
Tanda-tanda dilakukan. Meminimalkan kelelahn
vital normal. Bantu utuk dan menolong
18
aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu untuk
mengidentifikas
i aktivitas yang
disukai
Bantu klien
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikas
i kekurangan
dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
Monitor respon
fisik,emosi,
sosial dan
spiritual.
5. Risiko tinggi Tidak muncul Monitor vital Selama peride ini,
penyebaran tanda tanda sign, terutama potensial
infeksi yang b.d infeksi pada proses berkembang
19
penyakit kronis . sekunder. terapi. menjadi
Klien dapat Demonstrasikan komplikasi yang
mendemonstrasi teknik mencuci lebih
kan kegiatan yang benar. fatal( hipotensi /
untuk Ubah posisi dan shock ).
menghindarkan berikan Sangat efektif
infeksi. pulmonari toilet untuk
yang baik. mengurangi
Batasi penyebaran
pengunjung atas infeksi .
indikasi. Meningkatkan
Lakukan isolasi ekspektorasi,
sesuai dengan membersihkan
kebutuhan dari infeksi.
individual. Mengurangi
Anjurkan untuk paparan dengan
istirahat secara organisme
adekuat patogen lain.
sebanding Isolasi mungkin
dengan aktifitas, dapat mencegah
tingkatkan penyebaran atau
intake nutrisi memproteksi
secara adekuat. klien dari proses
infeksi lainya.
Memvasilitasi
proses
pengembuhan
dan
meningkatkan
pertahanan tubuh
alami.
20
Study kasus
Tn.R, 68 thn, dating ke IGD dengan keluhan pusing, sesk napas dan batuk riwayat
penyakit sekrang: 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak keluar semua. Sesak
napas bila menaiki tangga. 2 hari terakhir, pasien mengeluh demam, batuk, pilek, pusing, dan
sesak napas. Berdasarkan anamnesia dan pemeriksaan spirometri dan foto thoraks, diagnose
yang di tegakkan klinis/ dokter adalah PPOK st III.
Oksigen, setelah stabil, terapi yang di berikan adalah: codein 10 mg po 3x1 dan seretide MDI
tiap 6 jam tanda-tanda vital saat pasien MRS: suhu 38,5 oC, TD 140/90 mmHg, Nadi
100/menit,RR 25x/menit
A. Pengkajian
I. Identitas pasien
Nama = Tn. R
Umur = 60 th
II. Riwaya penyakit sekarang
Keluhan utama = pusing, sesak nafas, batuk
Riwayat penyakit sekarang = 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak
keluar semua, sesak nafas bila menaiki tangga
III. Riwayat penyakit dahulu
2 hari terakhir pasien mengeluh demam, batuk pilek, pusing ,sesak nafas
IV. Pemeriksaan fisik
TTV=
T= 38,5 °C
P= 100 x/m
RR= 25 x/m
BP= 140/90 mmHg
V. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan spirometri dan foto thorax (+) PPOK ST III
VI. Terapi yang di dapat
21
Oksigen, setelah stabil, terapi yang diberikan codein 10 mg po 3x1 dan seretide MDI
tiap 6 jam
B. Diagnosa
I. Analisis data
22
Berdasarkan analisa data tersebut, dapat disimpulkan diagnosa keperawatan diantaranya:
23
Mampu bernafas perlunya Memberikan terapi
dengan mudah. pemasangan alat ogsigenasi dengan
Frekuensi pernafasan nafas buatan. menggunakan nasal
dalam rentang normal. Monitor respirasi kanul.
TTV dalam rentang dan status O2.
normal.
24
Memberikan
edukasi untuk
memenuhi
kebutuhan secara
mandiri.
5. Resiko tinggi penyebaran Ajarkan keluarga Menjelaskan kepada
infeksi b.d Penyakit kronis. dan pasien tanda keluarga pasien tanda
dan gejala infeksi. dan gejala infeksi
Kriteria hasil : Monitor tanda dan Memberikan edukasi
Klien bebas dari tanda gejala infeksi kepada pasien berseta
dan gejala infeksi. sistemik dan lokal keluarga tentang
Tidak munculnya Kolaborasi dengan penyakit infeksi.
tanda-tanda infeksi dokter pemberian memberikan
sekunder. obat anti mikroba. antibiotik.
Klien dapat menghitung TTV
mendemonstrasikan setiap 3 jam sekali.
kegiatan untuk
menghindarkan infeksi.
d. Evaluasi
25
b.d peningkatan 2016 atau semi fowler batuk secara
produksi sputum Melakukan efektif
suction O: RR
Menghitung 18x/menit
respirasi setiap 3 A: masalah
jam sekali teratasi
P: intervensi
dihentikan
Ketidak efektifan 29 Memberikan S : klien
pola napas b.d oktober posisi fowler mengatakan
hiperventilasi. 2016 atau semi fowler mampu batuk
Menghitung efektif dan
frekuensi nafas. bernafas
Memberikan dengan mudah.
terapi ogsigenasi O:
dengan RR 19x/mnt.
menggunakan N : 80x/ mnt
nasal kanul. TD : 110/90
S : 37,5 C
A : masalah
teratasi
P: itervensi
dihentikan
Hipertermi b.d 29 Memberikan S:klien
penyakit oktober kompres mengatakan
2016 dengan demam
handuk di menurun
bagian lipat O: hasil suhu
paha dan 37oC , RR
aksila 20x/menit, TD
Menghitung 120/90 mmHg
suhu setiap 2 A: masalah
jam sekali teratasi
Menghitung P : intervensi
26
tekanan dihentikan
darah, nadi
dan RR setiap
2 jam sekali
Intoleransi 29 Memberikan S : klien
aktivitas b.d. oktober terapi mampu
ketidakseimbanga 2016 Oksigen melakukan
n antara suplay dengan aktivitas
dan kebutuhan kecepatan secara mandiri
oksigen aliran 1 atau 2 O:
ltr/mnt. RR 19x/mnt.
Melakukan N : 80x/ mnt
komunikasi TD : 110/90
terapeutik. S : 37,5 C
Menghitung A : masalah
tanda tanda teratasi
vital 3 jam P : intervensi
sekali. dihentikan
Menjelaskan
perlunya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.
27
kepada 120/80mmHg
pasien A: masalah
berseta teratasi
keluarga P : Intervensi
tentang dihentikan
penyakit
infeksi
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
28
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis
kronis, dan emfisema paru-paru. Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic
Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Disease (COLD). Diagnosa
yang utama pada penderita PPOK yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
peningkatan produksi sputum
1.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK. Oleh karena itu,
perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien
terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.
DAFTAR PUSTAKA
Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC
Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
29
Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC
Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/copd.pdf
30