Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PASIEN DENGAN PPOK

Disusun oleh :

Umi S

Adit

PRODI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak awal kehidupan (Dewi, SR.: 2014). Proses menua
(aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada
lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek
fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin
meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu
pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun
meningkat. Menurut ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu
perubahan pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian bawah
akut dan tuberkulosis paru menduduki 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat.
Belum banyak dijumpai laporan para ahli tentang insidens PPOK orang tua usia lanjut.
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstruktive Pulmonary
Disease (COPD) merupakan penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
Beberapa penyakit yang lazim terjadi adalah emfisema, bronkitis kronis, asma. Udara
harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika
aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap didalam paru-
paru. Hal ini akan mempersulit paru-paru untuk mendapatkan oksigen yang cukup bagi
bagian tubuh lainnya.
Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan proses inflamasi yang berlebihan
dan pada akhinya menimbulkan kelainan pada struktur paru-paru, sehingga aliran udara
terhambat secara permanen (itulah sebabnya disebut “bronkitis kronis”). Sebuah studi
baru menunjukan bahwa orang dewasa penderita asma berpeluang 12 kali lebih besar
untuk mengalami PPOK daripada orang yang tidak mengalami kondisi tersebut. PPOK
ditandai oleh pertambahan neutrofil, makrofag, dan T-limfosit (khususnya CD+) di
sejumlah bagian paru-paru, dan berikatan dengan tingkat hambatan aliran udara.
Mungkin terjadi peningkatan eosinofil pada beberapa pasien, khususnya jika terjadi
pembukukan penyakit, sel-sel inflamasi ini mampu melepaskan sejumlah sitokin dan
mediator inflamasi, terutama leukotrien 4, interleukin-8, dan tumor necrosis factor-α.
Pola inflamasi ini sangat berbeda dari pola yang terlihat pada penderita.
Maka dari itu, penulis mengangkat kasus ini dalam asuhan keperawatan yang
berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK”. Karena penyakit ini memerlukan
pengobatan dan perawatan yang optimal dan komprehensiv mulai serangan awal penyakit
sampai dengan perawatan di rumah sakit. Dan yang lebih penting adalah perawatan untuk
memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang perawatan
dan pencegahan seragan berulang pada pasien PPOK di rumah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Penyakit Paru Obstruksi Kronis?
2. Bagaimana etiologi,komplikasi dan manifestasi klinis penyakit PPOK?
3. Bagaimana WOC pada pasien PPOK?
4. Bagaimana Askep Teori pada pasien PPOK?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien PPOK pada Lansia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Penyakit PPOK
2. Mengetahui etiologi, komplikasi dan manifestasis klinispenyakit PPOK
3. Mengetahui WOC pada pasien PPOK
4. Mengetahui Askep Teori pada pasien PPOK
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien PPOK pada Lansia
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS

1. Pengertian Penyakit Paru Obstruksi Kronis

Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau menghembuskan napas.
Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap di dalam
paru-paru. Hal ini akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi
bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan proses inflamasi
yang berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan kelainan di dalam struktur paru-paru,
sehingga aliran udara terhambat secara permanen(itulah sebabnya disebut “obstruktif
kronis”).

Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary Disease


(COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis kronis, dan emfisema paru-
paru. Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan
Chronic Obstructive Lung Disease (COLD).

Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yaitu:

a. Bronkitis kronis
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai trakea
dan laring, sehingga sering disebut juga dengan laringotrakeobronkitis. Radang ini
dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit
sistemik, misalnya morbili, pertusis, difteri, dan tipus abdominalis. Istilah bronkitis
kronis menunjukan kelainan pada bronkus yang sifatnya menahun(berlangsung lama)
dan disebabkan berabagai faktor, baik yang berasal dari luar bronkus maupun dari
bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan
produksi mukus trakeobronkial yang berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan
batuk dan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun
secara berturut-turut.
b. Emfisema Paru
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang ditandai
dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan. Sesuai dengan
definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara(alveolus)
tanpa disertai adanya destruktif jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak termasuk
emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation. Sebagai salah satu bentuk penyakit
paru obstruktif menahun, emfisema merupakan pelebaran asinus yang abnormal,
permanen, dan disertai destruktif dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema
lebih disebabkan oleh perubahan jaringan daripada produksi mukus, seperti yang
terjadi pada asma bronkitis kronis.
c. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada
percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti
oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma didefinisakn
sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan, dimana terdapat
banyak sel-sel induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel epitel. Pada individu
rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit bernapas, dada sesak, dan
batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan di pagi hari.
2. Etiologi, komplikasi, dan manifestasi klinis penyakit (PPOK)
 Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi:
a. Kebiasaan merokok
Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan kebiasaan yang salah.
Namun sebagaian besar perokok tidak mampu menghilangkan kebiasaan ini. Resiko
mengalami serangan jantung 2 kali lebih besar bagi prokok berat atau yang merokok
20 batang atau lebih dalam sehari. Bahkan, resiko menghadapi kematian mendadak 5
kali lebih besar dari pada orang yang tidak merokok sama sekali. Namun bagi
mereka yang dapat berhenti merokok sama sekali, resiko ini dapat berkurang hampir
sama yang tidak merokok. Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun bagi
tubuh. Nikotin yang terserap dalam setiap hisapan rokok memang tidak mematikan,
tetapi tetap membahayakan jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta
mengacaukan irama jantung.
b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa bakteri,
virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan demam, kalau
berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan penyakit ini dapat
dilakukan dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala atau pengobatan
kausal untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh dan pencegahan
penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan menutup mulut ketika batuk,
tidak meludah sembarang. Faktor berkumpulnya banyak orang misalnya di tempat
pengungsian tempat korban banjir, juga berperan dalam penularan ISPA.
Penyakit kulit juga hampir selalu di alami, terutama yang sering tergenang banjir.
Penyakit ini bisa berupa infeksi, alergi, atau bentuki lain. Pada musim banjir, maka
masala utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti ISPA, maka
faktor berkumpulnya banyak orang berperan dalam penularan infeksi kulit. Penyakit
saluran cerna lain, adalah demam tifoid, yang juga terkait dengan faktor kebersihan
makanan. Upaya untuk mengatasi tentu saja dengan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
c. Polusi udara
Selama ini orang banyak menduga bahwa andil terbesar dari pencemaran udara kota
berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa justru yang mempunyai andil sangat
besar adalah gas dan partikel yang di emifisikan ( dikeluarkan ) oleh kendaraan
bermontor. Padahal kendaraan bermontor jumlahnya semakin bertambah besar.
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor sebagai sumber
pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi gas buah dari cerobong
asap industri hanya berpisah 10-15%, sedangkan sisannya dari sumber pembakaran
lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll
Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi WHO ( word helalth
organization) menetapkan beberapa jenis polutan yang di anggap serius. Polutan
udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta mudah merusak harta
benda adalah partikulat yang mengandung partikel
( asap dan jelaga ), hidrokarbon, sulfur di oksida, dan nitrogen oksida. Kesemuanya di
emisikan oleh kendaraan bermontor.
WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara
kotor akibat emisi kendaraan bermontor, se3dangkan 10% sisannya menghirup udara
yang bersifat” marjinal”. Akibat menghirup udara yang tidak bersih ini lebih fatal
pada bayi dan anak-anak. Demikian pula pada orang dewasa yang beresiko tinggi,
misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat penyakit
paru dan saluran pernapasan menaun. Celakanya, para penderita maupun kelurganya
tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari pencemaran
udara akibat emisi kendaraan bermontor semakin memperhatinkan.

 Tingkatan keparahan penyakit PPOK :

Tingkat Nilai FEV1 dan gejala


0 Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum dan dispnea.
Beresiko Ada paparan terhadap faktor resiko (rokok, polusi),spirometri normal.
I FEV1/FVC < 70%, FEV1≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu ada gejala
Ringan batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini, pasien biasanya bahkan
belum berasa paru-parunya bermasalah.
II FEV1/FVC < 70%, 50% < FEV1 < 80%, gejalamya biasanya mulai
Sedang progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
III FEV1/FVC < 70%, 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi berulang yang
Berat mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada tahap ini pasien mulai
mencari pengobatan karena mulai dirasakan sesak nafas atau serangan
penyakit.
IV FEV1/FVC < 70%, FVE1 < 30% atau < 50% plus kegagalan respirasi kronis.
Sangat berat Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika walaupun FEV1 > 30%, tapi
pasien mengalami kegagalan pernafaasan atau gagal jantung kanan/cor
pulmonary. Pada tahap ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan
mungkin mengancam jiwa.
 Komplikasi:
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg, dengan nilai
saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalmi perubahan mood,
penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lajut akan timbul sianosis
b. Asidosis Respiratori
Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea). Tanda yang muncul antara
lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
c. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan
rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan
menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea.
d. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi
terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan
dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami
masalah ini.
e. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respirator
f. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial. Penyakit ini
sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak berespons
terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunan otot bantu pernapasan dan distensi
vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma.
 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
a. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat
dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
c. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
d. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
e. Hipoksemia intermiten atau kontinu
f. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
g. Deformitas toraks
 Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan utama adalah meningkatkan kualitas hidup, memperlambat perkembangan


proses penyakit, dan mengobati obstruksi saluran napas agar tidak terjadi
hipoksia.pendekatan terapi mencakup :

1. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas.


2. Mencegah dan mengobati infeksi.
3. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru.
4. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi pernapasan
yang adekuat.
5. Dukungan psikologis
6. Edukasi dan rehabilitasi klien.
Jenis obat yang diberikan:
1. Bronkodilators.
2. Terapi aerosol.
3. Terapi infeksi.
4. Kortikostiroid.
5. Oksigenasi.
3. WOC pada pasien PPOK

Peningkatan
kerja otot
pernafasan

Nafsu makan Ketidakefektifan pola


ketidak nafas
seimbangan
nutrisi kurang

.
4. Askep Teori pada pasien PPOK

Asuhan Keperawatan pada Klien PPOK

a. Pengkajian
1. Biodata
Penyakit PPOK (Asma bronkial) terjadi dapat menyerang seagala usia tetapi lebih
sering di jumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan
sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Predisposisi laki-laki dan
perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang kemudian sama pada usia 30 tahun.
2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan sama bronkial adalah dispnea (bias
sampai berhari-hari atau berbulan-bulan),batuk,dan mengi (pada beberapa kasus
lebih banyak paroksismal).
 Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya penyakit ini,
di antaranya adalah riwyat alergi dan riwayat penyakit saluran napas bagian
bawah ( rhinitis, urtikaria, dan eksim).
 Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali di dapatkan adanya riwayat penyaakit
keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak di temukan adanya penyakit
yang sama pada anggota keluarganya.
3. Pengkajian diagnostic COPD
 Chest X- Ray :dapat menunjukkan hyperinflation paru, flattened diafragma,
peningkatan ruangan udara retrosternal, penurunan tanda vascular / bullae
( emfisema ), peningkatan suara bronkovaskular ( bronchitis ), normal ditemukan
saat periode remisi ( asma ).
 Pemeriksaan fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea,
menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi,
memperkirakan tingkat disfungsi, dan mengevaluasi efek dari terapi, misalnya
bronkodilator.
 Total lung capacity (TLC ) : meningkat pada bronkitis berat dan biasanya pada
asma, namun menurun pada emfisema.
 Kapasitas inspirasi : menurun pada emfisema.
 FEV1/FVC : rasio tekanan volume ekspirasi ( FEV ) terhadap tekanan kapasitas
vital ( FVC ) menurun pada bronkitis dan asma.
 Arterial blood gasses (ABGs) : menunjukan prose penyakit kronis, sering kali
PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningkatkan ( bronkitis kronis dan
emfisema ), terapi sering kali menurun pada asma, Ph normal atau asidosis,
alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi ( emfisema sedang
atau asma).
 Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronki saat inspirasi, kolabs
bronkial pada tekanan ekspirasi( emfisema ), pembesaran kelenjar
mucus( brokitis).
 Darah lengkap : terjadi peningkatan hemoglobin ( emfisema berat) dan eosinophil
(asma).
 Kimia darah : alpha 1-antitripsin kemungkinan kurang pada emfisema perimer.
 Skutum kultur : untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen,
sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menentukan penyakit
keganasan/ elergi.
 Electrokardiogram (ECG) : diviasi aksis kanan, glombang P tinggi ( asma berat),
atrial disritmia ( bronkitis), gelombang P pada leadsII, III, dan AVF panjang,
tinggi( pada bronkitis dan efisema) , dan aksis QRS vertical (emfisema).
 Exercise ECG , stress test :membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi
pernafasan, mengevaluasi keektifan obat bronkodilator, dan merencanakan/
evaluasi program.
4. Pemeriksaan fisik
 Objektif
a) Batuk produktif/nonproduktif
b) Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada kedua fase
respirasi semakin menonjol.
c) Dapat disertai batuk dengan sputum kental yang sulit di keluarka.
d) Bernapas dengan menggunakan otot-otot napas tambahan.
e) Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus.
f) Fase ekspirasi memanjang diseratai wheezing( di apeks dan hilus )
g) Penurunan berat badan secara bermakna.
 Subjektif
Klien merasa sukar bernapas,sesak dan anoreksia
 Psikososial
a) Cemas, takut, dan mudah tersinggung.
b) Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnnya
c) Data tambahan (medical terapi)
5. Penatalaksanaan
 Bronkodilator
Tidak digunakan bronkodilator oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau parenteral.
Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya
diberikan Aminophilin seacara parenteral, sebab mekanisme yang berlainan,
demikian pula sebaliknya, bila sebelmnya telah digunakan obat golongan Teofilin
oral, maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau
parenteral.
Obat obatan bronkodilator golongan simpatomimetik bentuk selektif terhadap
adrenoreseptor ( orsiprendlin, salbutamol, terbutalin, ispenturin, fenoterol)
mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil
dibandingkan dengan bentuk non selektif (adrenalin, Efedrin, Isoprendlin)
a. Obat-obat bronkodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping
sistemiknya lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak napas berat pada anak-
anak dan dewasa. Mula-mula deberikan dua sedotan dari Metered Aerosol
Defire (AfulpenMetered Aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang
setiap empat jam, jika tidak ada perbaikan dalam 10-15 menit setelah
pengobatan, maka berikan Aminophilin intravena
b. Obat-obat bronkodilator simpatomimetik memberi efek samping takikardi,
penggunaan parenteral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit
hipertensi, kardiovaskuler, dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan
0,3 ml larutan epinefrin 1 : 1000 secara subkutan. Pada anak-anak 0,01 mg
/KgBB subkutan (1 mg per mil) dapat diulang setiap 30 menit untuk 2-3 kali
sesuai kebutuhan .
c. Pemberian Aminophilin secara intravena denagn dosis awal 5-6 mg/KgBB
dewasa/ anak-anak, disuntikkan perlahan dalam 5-10 menit, untuk dosis
penunjang dapat diberikan sebanyak 0-9 mg/kgBB/jam secara intravena. Efek
sampingnya tekanan darah menurun bila tidak dilakukan secara perlahan.
 Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan, maka bisa
dilanjutkan deagan pengobatan kortikosteroid, 200 mg hidrokortison secara oral
atau dengan dosis 3-4 mg/KgBB intravena sebagai dosis permulaan dan dapat
diulang 2-4 jam secara parental sampai serangan akut terkontrol,dengan diikuti
pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2 mg/KgBB/hari secara oral
dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap
 Pemberian oksigen
Oksigen dialirkan melalui kanul hidung dengan kecepatan 2-4 liter/menit ,
menggunakan air (humidifier) untuk memberiakan pelembapan. Obat eksfektoran
seperti gliserolguaiakolat juga dapat digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, oleh
karena itu intake cairan per oral infus harus cukup sesuai dengan prinsip.
 Beta Agonis
Beta agonis ( β–adrenergic agents) merupakan pengobatan awal yang digunakan
dalam penatalaksanaan penyakit asma, dikarenakan obat ini berekrja dengan cara
mendilatsikan otot polos ( vasedilator). Andrenerigic agent juga meningkatkan
pergerakan siliari , menurunkan mediator kimia anafilaksis, dan dapat
meningkatan efek bronkodilatasi dari kortikosteroid. Andrenergic yang sering
digunakan antara lain epinefrin, albuterol, metaproterenol, isoproterenol, isoetarin,
dan terbutalin. Biasanya diberikan secara parenteral atau inhalasi. Jalan inhalasi
merupakan salah satu pilihan dikarenakan dapat mempengaruhi secara langsung
dan mempunyai efek samping yang lebih kecil.
6. Intervensi dan rasional pada penyakit ini didasarkan pada konsep Nursing
Interventien Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC).

Diagnosis Keperawatan Perencanaan


No. (NANDA) Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Bersihan jalan nafas Status respirasi: a. Manajemen jalan Adanya
tidak efektif kepatenan jalan napas. perubahan
berhubungan dengan nafas dengan skala b. Penurunan fungsi respirasi
 Bronkospasme. (1-5) setelah kecemasan dan penggunaan
 Peningkatan diberikan c. Aspiration otot tambahan
produksi secret perawatan precautions. menandakan
(secret yang selama…hari, d. Fisioterapi dada. kondisi penyakit
bertahan, kental) dengan kriteria: e. Latih batuk yang masih
 Menurunya  Tidak ada efektif harus
energi/fatigue demam f. Terapi oksigen. mendapatkan
 Tidak ada g. Pemberian posisi. penanganan
Ditandai dengan: cemas h. Monitoring penuh.

 Klien mengeluh  RR normal respirasi.

sulit bernafas.  Irama nafas i. Monitoring tanda Ketidakmampua

 Perubahan normal vital. n mengeluarkan

kedalaman/jumla  Pergerakan mukus

h napas, sputum keluar menjadikan

penggunaan otot dari jalan nafas timbulnya

bantu pernafasan.  Bebas dari kongesti

 Suara nafas suara nafas berlebih pada

abnormal seperti tambahan. saluran

wheezing, ronchi, pernapasan .

dan cracles.
Posisi semi/
 Batuk
high fowler
(presisten)dengan
/tanpa produksi memberikan
sputum. kesempatan
paru-paru
berkembang
secara maksimal
akibat diafragma
turun ke bawah.
Batuk efektif
mempermudah
ekspektorasi
mukus.

Klien dalam
kondisi sesak
cenderung untuk
bernapas
melalui mulut
yang pada
akhirnya jika
tidak
ditindaklanjuti
akan
mengakibatkan
stomatis.
2. Gangguan pertukaran Status respirasi a. Manajemen asam
gas yang berhubungan pertukaran gas basa tubuh Kelemahan,
dengan: dengan skala….(1- b. Manajemen jalan iritable, bingung
 Kurangnya suplai 5) setelah diberikan napas dan somnolen
oksigen (obstruksi perawatan c. Latihan batuk dapat
jalan napas oleh selama… hari efektif merefleksikan
secret, dengan kriteria : d. Tingkatkan adanya
bronkospasme, air  Status aktivitas hipoksemia/pen
trapping); mental e. Terapi oksigen urunan
 Destruksi alveoli dalam batas f. Monitoring oksigenasi
Ditandai dengan normal respirasi serebral.
 Dyspnea  Bernapas g. Monitoring tanda

 Confusion,lemah; dengan vital

 Tidak mampu mudah Mencegah

mengeluarkan  Tidak ada kelelahan dan

secret; sinosis mengurangi

 Nilai ABGs  Pao paco konsumsi

abnormal (hipoksia dalam batas oksigen untuk

dan hiperkapnea) normal memfasilitasi

 Saturnasi O resolusi infeksi.


 Perubahan tanda
vital dalam
rentang Pemberian
 Menurunya
normal terapi oksigen
toleransi terhadap
untuk
aktivitas
memelihara
PaO2 di atas 60
mmHg, oksigen
yang diberikan
sesuai dengan
toleransi dari
klien.

Untuk
mengikuti
kemajuan proses
penyakit dan
memfasilitasi
perubahan
dalam terapi
oksigen.

3 Ketidakseimbangan Status nutrisi; a. Manajemen


nutrisi : intake cairan dan cairan Meningkatkan
Kurang dari kebutuhan makanan gas b. Monitoring kenyamanan
tubuh yang berhubungan dengan skala......(1- cairan flora normal
dengan : 5) setelah diberikan c. Status diet mulut, sehingga
 Dispea, perawatan d. Manajemen akan
fatique selama…. Hari gangguan meningkatkan
 Efek dengan kriteria; makan perasaan nafsu
samping  Asupan e. Manajemen makan.
pengobatan makanan nutrisi
 Produksi adekuat f. Kolaborasi Meningkatkan
sputum dengan skala.. dengan ahli intake makanan

 Anoreksia, (1-5) gizi untuk dan nutrisi klien

nausea/vomit  Intake cairan memberikan terutama kadar

ing. per oral terapi nutrisi protein tinggi

Ditandai dengan adekuat, g. Konseling akan

 Penurunan dengan skala nutrisi meningkatkan

berat badan …(1-5) h. Kontroling mekanisme

 Kehilangan  Intake cairan nutrisi tubuh dalam

masa otot, adekuat dilakukan proses

tonus otot dengan untuk penyembuhan.

jelek skala… (1-5) memenuhi


diet pasien. Menentukan
 Dilaporkan
Status nutrisi intake i. Terapi kebutuhan
adanya
nutrien gas dengan menelan nutrisi yang
perubahan
skala … (1-5) j. Monitoring tepat bagi klien.
sensasi rasa
setelah diberikan tanda vital Mengontrol
 Tidak
bernafsu untuk perawatan k. Bantuan keefektifan
makan, tidak selama… untuk tindakan
tertarik makan  Intake kalori peningkatan terutama dengan
adekuat,denga BB kadar protein
n skala.. (1-5) l. Manajemen darah.
 Intake protein, berat badan
karbohidrat, Meningkatkan
dan lemak komposisi tubuh
adekuat, akan kebutuhan
dengan skala vitamin dan
…(1-5) nafsu makan
klien.
Control berat badan
dengan skala … (1-
5) setelah diberikan
perawatan selama
… hari dengan
kriteria:
 Mampu
memelihara
intake kalori
secara optimal
(1-5)
(menunjukkan)
 Mampu
memelihara
keseimbangan
cairan (1-5)
(menunjukkan)

 Mampu
mengontrol
asupan makanan
secara adekuat
(1-5)
(menunjukkan)

No. Diagnosa Perencanaan


Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
keperawatan
(NANDA)
4. Intoleransi  Berpartisipasi  Kolaborasi Mengurangi stres dan
aktifitas b.d dalam aktivitas dengan tenaga stimulasi yang
ketidakseimbagan fisik tanpa disertai rehabilitasi berlebihan,
antara suplai dan peningkatan darah, medik dalam meningkatkan
kebutuhan nadi dan RR. merencanaakan istirahat
oksigen.  Mampu melakukan program terapi
aktivitas sehari-hari yang tepat Klien mungkin
(ADLs) secara  Bantu klien merasa nyaman
mandiri. untuk dalam kepala dalam
 Tanda-tanda vital mengidentifikasi keadaan evalasi, tidur
normal. aktivitas yang di kursi atau istiirahat

 Energi psikomotor. mampu pada meja dengan

 Level kelemahan. dilakukan. bantuan bantal

 Mampu berpindah:  Bantu utuk


memilih Meminimalkan
dengan atau
aktivitas yang kelelahn dan
menggunakan alat.
sesuai dengan menolong
 Status
kemampuan menyeimbangkan
kardiopulmoari
fisik, sosial dan suplai oksigen dan
adekuat.
psikologi. kebutuhan.
 Sirkulasi status  Bantu utuk
baik. mengidetifikasi
 Status respirasi: dan
pertukara gas da mendapatkan
 vetilasi adekuat. sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Bantu klien
untuk
mendapatkan
alat bantuan
aktivitas seperti
kursi roda, krek
 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
 Bantu klien
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
 Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
 Sediakan
penguatan
positif bagi yang
aktif beraktivitas
 Bantu pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon
fisik,emosi,
sosial dan
spiritual.
5. Risiko tinggi  Tidak muncul tanda  Monitor vital  Selama peride
penyebaran tanda infeksi sign, terutama ini, potensial
infeksi yang b.d sekunder. pada proses berkembang
penyakit kronis .  Klien dapat terapi. menjadi
mendemonstrasikan  Demonstrasikan komplikasi
kegiatan untuk teknik mencuci yang lebih
menghindarkan yang benar. fatal( hipotens
infeksi.  Ubah posisi dan i / shock ).
berikan  Sangat efektif
pulmonari toilet untuk
yang baik. mengurangi
 Batasi penyebaran
pengunjung atas infeksi .
indikasi.  Meningkatkan
 Lakukan isolasi ekspektorasi,
sesuai dengan membersihkan
kebutuhan dari infeksi.
individual.  Mengurangi
 Anjurkan untuk paparan
istirahat secara dengan
adekuat organisme
sebanding patogen lain.
dengan aktifitas,  Isolasi
tingkatkan mungkin
intake nutrisi dapat
secara adekuat. mencegah
penyebaran
atau
memproteksi
klien dari
proses infeksi
lainya.
 Memvasilitasi
proses
pengembuhan
dan
meningkatkan
pertahanan
tubuh alami.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari/ Tgl : Senin, 26 November 2019
Jam : 12.00
Nama Mhs : Umi S
1. Identitas Klien
Nama : Ny.S
Umur : 80 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir :-
Alamat : Ungaran Barat
Diagnosa. Medis : PPOK

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

a. Pekerjaan saat ini : pasien saat ini tidak bekerja

b. Pekerjaan sebelumnya : pasien sebelumnya bekerja sebagai buruh

c. Sumber pendapatan : saat ini semua kebutuhan dipenuhi oleh anaknya

d. Kecukupan pendapatan : pasien termasuk dalam keluarga dengan keluarga menengah


kebawah, untuk biaya pengpbatan pasien memanfaatkan BPJS Kesehatan dari
Pemerintah.

3. Lingkungan tempat tinggal

Rumah pasien tambak bersih, tertata rapi, barang tersusun rapi di rak dan tidak ada debu.
Penerangan di ruang tamu dan kamar cukup, sirkulasi udara baik, jendela dibuka tiap pagi
hari. Rumah klien sudah memiliki jamban sehat, dan pembuangan limbah dialirkan ke
selokan, untuksumber air bersih didapatkan dari air PAM. Keluarga pasien biasa
membakar sampah jika di tempat pembuangan sudah penuh. Rumah pasien sudah di
plester, dan lantainya agal licin, di rumah klien tidak terpasang pegangan pengaman.
Hanya saja untuk halaman masih tanah dan berdebu. Saat memasak terkadang anak
pasien masih menggunakan kayu bakar.

4. Riwayat Kesehatan

a. Status Kesehatan saat ini

1. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : sesak nafas, batuk


2. Gejala yang dirasakan :
1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak keluar semua, sesak nafas bila
menaiki tangga. Klien datang ke IGD RSUD Ambarawa pada hari senin 25 November
2019 pukul 13.00. Pasien mengatakan saat dirumah sesak napas saat bergerak dan
batuk berdahak selama dua hari lalu dibawa ke RS pemata medika selama seminggu,
selama di RS permata medika tidak ada perubahan lalu dibawa ke Balkesmas
ambarawa dirujuk ke IGD RSUD Ambarawa. kesadaran pasien composmetis dengan
GCS E4V5M6 dan hasil tanda-tanda vital pasien yaitu TD 157/93 mmHg, nadi 115
x/menit, SPO2 97 %, suhu 36,9 oC, respirasi rate 35, CRT < 3 detik. .
3.Faktor pencetus : saat beraktifitas dan saat terkena asap
4. Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( ѵ ) Bertahap
5. Upaya mengatasi : Saat Ny.S sakit dan merasa sesak nafas,Ny S akan beristirahat,
tetapi kalau sesak nafasnya tidak berkurang, keluarga akan memriksakan Ny. S ke
Puskesmas atau Rumah Sakit.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah diderita : Pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi

2. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : tidak ada riwayat alergi

3. Riwayat kecelakaan : tidak ada riwayat jatuh

4. Riwayat pernah dirawat di RS : pasien pernah dirawat di RSU Permata Medika sekitar
1 minggu yang lalu dengan PPOK dan Hipertensi

5. Riwayat pemakaian obat : pasien terbiasa mengkomsumsi Amlodipin 1 x 5 mg/hari

5. Pola Fungsional

a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan

Sebelum di RS : keluarga mengatakan menginginkan pasien ingin


cepat pulih dan sembuh
Selama di RS : keluarga mengatakan berusaha semaksimal
mungkin untuk kesembuhan pasien
b. Nutrisi metabolik

Sebelum di RS : keluarga mengatakan pasien makan nasi 3x sehari


pasien saat sangat suka dengan gorengan dan suka
minum minuman kemasan yang dijual di warung
warung minum air ± 500 cc/hari.
Selama di RS : keluarga mengatakan pasien makan dan minum
lewat selang NGT yang dipasang di hidung,
mendapat diit susu 100 cc/4 jam. BB : 65 Kg TB:
155 cm IMT : 65/(1,55)2= 65/2,4= 27,08
(Obesitas).
c. Eliminasi

a.       BAB Sebelum di RS selama di RS


Frekuensi 1 x sehari Dua hari sekali
Warna & Konsistensi Kuning / lembek Kuning kecoklatan / lembek
Jumlah 50 gr 50 gr
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Bantuan Total / sebagian Tidak ada Bantuan total
BAK
Frekuensi 3-4 x sehari Terpasang selang kateter
Warna Kuning Kuning kecoklatan
Jumlah 1000 cc 700 cc/hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Bantuan total / sebagian Tidak ada Bantuan total
d. Aktifitas Pola Latihan

Sebelum sakit:
INDES KATZ

N MACAM ADL SCORE


0 1 2 3 4
O
1 Makan √
2 Kontinen(BAB/BAK √
)
3 Berpindah √
4 Mandi √
5 Ke kamar kecil √
6 Berpakaian √
Tergolong indeks katz A

Selama sakit:
INDES KATZ

N MACAM ADL SCORE


0 1 2 3 4
O
1 Makan √
2 Kontinen(BAB/BAK √
)
3 Berpindah √
4 Mandi √
5 Ke kamar kecil √
6 Berpakaian √

Keterangan
    0 = Mandiri  .
    1 = dengan Alat Bantu          .
    2 = Dibantu oleh orang lain  
    3 = Dibantu oleh orang lain dan alat.                                     
    4 = Tergantung secara total.
Ny.S Tergolong indeks katz G
PENILAIAN RESIKO JATUH (MORSE FALL)

No Pengkajian Skala nilai Keterangan


1 Riwayat jatuh : apakah lansia Tidak 0 25
Ya 25
pernah jatuh dalam 3 bulan
terakhir?
2 Diagnose sekunder Tidak 0
ya 15 15
: apakah lansia memiliki lebih dari
satu penyakit
3 Alat bantu jalan 15 15
0
- Bed rest/dibantu perawat
- Kruk/tongkat/walker
4 Terapi intravena: apakah saat ini Tidak 0
Ya 20
pasien terpasang infus?
5 Gaya berjalan/cara berpindah 10
- Normal/bed rest/immobile 20
- Lemah 10
- Gangguan 0
6 Total nilai 65
Pasien tergolong resiko jatuh tinggi nilai MFS 65
SKORE NORTON
Variabel SKOR
Kondisi
Baik 4
Lumayan 3
Buruk 2
Sangat buruk 1
Kesadaran
Compos mentis 4
Apatis 3
Confus/soporus 2
Stupor 1
Aktifitas
Ambulan 4
Ambulan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
Mobilitas
Bergerak bebas 4
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tidak bisa bergerak 1
Inkontinensia
Tidak 4
Kadang-kadang 3
Sering inkontinensia urin 2
Inkontinensia alvi/urin 1
Skor total 17 interpretasi hasil kemungkinan kecil terjadi decubitus

e. Pola istirahat tidur

a.       Lama Tidur Sebelum di RS selama di RS


          Siang 2 jam 1 jam
          Malam 8 jam 8 jam
b.      Kesulitan Mulai Tidur Tidak ada Tidak ada
c.       Kebiasaan Tidur Tidak ada Tidak ada

f. Pola Kognitif Persepsi

No Item pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang? √
2 Tahun berapa sekarang? √
3 Kapan bapak lahir? √
4 Berapa umur bapak sekarang? √
5 Dimana alamat bapak sekarang? √
6 Berapa jumlah anggota keluarga √
yang tinggal dengan bapak
sekarang?
7 Tahun berapa hari kemerdekaan √
Indonesia?
8 Siapa nama presiden RI sekarang? √
9 Coba hitung terbalik dari angka √
20 ke 1?
Jumlah benar 5 4
Keterangan :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5: fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8: fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10: fungsi intelektual kerusakan berat
Pasien Ny. S tergolong mengalami fungsi intelektual kerusakan ringan

g. Persepsi diri-Pola konsep diri

Sebelum di RS : Pasien mengatakan tidak ada yang tidak pasien sukai dari dalam
tubuhnya.
Selama di RS : Pasien mengatakan dirinya sudah tua dan sakit – sakitan, pasien
mengatakan dirinya hanya akan menyusahkan orang lain terutama
anak – anaknya. Pasien mengatakan selama sakit aktivitasnya
selalu dibantu oleh anak – anaknya.
h. Pola Peran-Hubungan

Sebelum di RS : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, selama dirumah tinggal
bersama keluarga. Pasien yang mengatur kebutuhan rumah.
Selama di RS : selama sakit pasien dibantu oleh keluarga mengurus rumah

i.Sexualitas
Sebelum di RS : pasien mengatakan sudah tidak melakukan hubungan seks dengan
suaminya
Selama di RS : pasien mengatakan suami sudah meninggal
j. Koping-Pola Toleransi Stress

Sebelum di RS : keluarga mengatakan jika ada masalah selalu dibicarakan dengan


keluarga secara musyawarah.
Selama di RS : Pasien selama sakit badrest di tempat tidur karena penyskitnya
sekarang.
1) Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? YA tidak
2) Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan
anda? YA tidak
3) Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? YA tidak
4) Apakah anda sering merasa bosan? YA tidak
5) Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? YA tidak
6) Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? YA tidak
7) Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? YA tidak
8) Apakah anda merasa tidak berdaya? YA tidak
9) Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar dan mengerjakan
sesuatu yang baru? YA tidak
10) Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda
dibanding kebanyakan orang? YA tidak
11) Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? TIDAK ya
12) Apakah anda merasa tidak beharga seperti perasaan anda saat ini? YA tidak
13) Apakah anda merasa anda penuh semangat? TIDAK ya
14) Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak anda harapkan? YA tidak
15) Apakah andi piker bahwa orang lain lebih baik dari pada anda? YA tidak

Keterangan; paasien tergolong dalam depresi ringan sampai sedang dengan jumlah 5

Skor 5-9: depresi ringan sampai sedang

Skor 10-15: depresi berat


Skor 0-15 : normal

k. Nilai-Pola Keyakinan

Sebelum di RS : Keluarga pasien mengatakan pasien rajin melaksanaan ibadah dan


berdoa
Selama di RS : pasien melaksanakan sholat dan berdoa di tempat tidur dibantu
dengan keluarga.
6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : pasien tampak sakit berat, kesadaran composmentis, pasien terlihat
sesak nafas

b.Tanda-tanda vital

TTV
NO TANGGAL
TD HR RR S Spo2
1 25-05-2019 160/90 mmHg 100 x/mnt 20 x/mnt 36,5 ºC 99%

c. Pemeriksaan Head to Toe

1) Kulit. kuku : warna kulit sawomatang, Kuku tidak tampak pucat/ sianosis , CRT <3
detik , turgor kuit tidak kering
2) Kepala : Bentuk simetris,kulit kepala bersih ,tidak terdapat lesi dan benjolan,tidak ada
nyeri tekan,warna rambut hitam keputihan beruban, rambut bersih, sedikit ketombe dan
tidak ada kutu,tidak rontok, rambut pendek.
3) Mata : Posisi mata simetris, bentuk mata bulat, sklera mata tidak ikterik, konjungtiva
anemis, pergerakan bola mata normal, refleks pupil normal, alis mata simetris,bulu mata
sedang.
4) Hidung: Posisi lubang hidung simetris, hidung tampak kotor, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada lesi dan benjolan, tidak terdapat secret, terpasang selang NGT di lubang kanan
dan terpasang nasal kanul 3 lt/mnt
5) Mulut: Gigi tampak kotor, gusi bersih, lidah bersih, mukosa bibir kering, tidak ada lesi
dan benjolan, bibir sediit sianosis.
6) Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada lesi dan
benjolan,tidak terdapat peningkatan JVP.
7) Thorax
Pulmonal :
Inspeksi : pergerakan dada simetris, paru dapat mengembang,RR: 20x/mnt
Palpasi: vocal fremitus sama antara kanan dan kiri tidak ada yang menurun, tidak ada
benjolan maupun massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: sonor
Auskultasi: vesikuler tidak ada suara tambahan seperti wheezing dan ronchi.
Kardio :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak, pulsasi katub tidak tampak,
Palpasi: tidak ada benjolan, HR : 100 x/mnt denyutan lemah,irama teratur
Perkusi: bunyi jantung pekak batas jantung normal
Auskultasi: Bunyi jantung I,II : bunyi jantung S1 – S2 reguler, Gallop tidak ada suara
gallop dan mur-mur.
8) Abdomen
Inspeks       :  Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
Auskultasi  :  Bisisng usus 30 x/menit
Perkusi       : Bunyi timpani
Palpasi : Nyeri tekan ada, nyeri perut bawah
9) Punggung
Terdapat luka di punggung belakng bagian kanan atas luka tampak kemerahan dibalut
kassa embab luka tampak kotor
10) Urogenital
Vagina : testis bersih tidak ada pembesaran atau odem, terpasang selang kateter
urin.
Anus : tidak pernah operasi hemorrhoid, saat ini tidak ada hemoroid.
11) Ekstermitas
Ekstermitas superior ( tangan )
Dextra : tidak ada edema, akral hangat, capillary refill <3 detik detik,
kekuatan otot 4
Sinistra : tidak ada edema, akral hangat, capillary refill <3 detik, kekuatan otot 2,
terpasang infus RL 20 Tpm, terdapat luka memar di lengan atas
12) Ekstermitas inferior ( kaki )
Dextra : tidak ada edema, akral hangat, capillary refill <3 detik, kekuatan
otot 4, tidak ada varises
Sinistra : tidak ada edema, akral hangat, capillary refill <3 detik, kekuatan otot 2,
tidak ada varises.
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : Sinus Rythm
2. Rontgen : tanggal 25 November 2019
Kesan : Cor tak membesar, cenderung gambaran proses spesifik.
3. Laboratorium : Tanggal 25 November 2019
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN METODE KET
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 16,4 13.2-17.3 g/dl Sulfa Hb
Leukosit 18.8 H 3.8-10.6 ribu Sulfa Hb
Eritrosit 5.50 44-5.9 Juta E.Impedence
Iritegration
Hematokrit 49.8 40-52 %
Volume
Focus
Trombosit 308 150-400 ribu
Hidrodinamik
MCV 90.6 82-98 fL E. Impedance
MCH 28.0 27-32 Pg E. Impedance
MCHC 30.9 L 32-37 g/dl E. Impedance
RDW 15.9 10-16 % E. Impedance
MPV 8.3 7-11 Mikro m3 E. Impedance
Limfosit 0.66 L 1.0-4.5 10^3/mikro E. Impedance
Monosit 0.26 0.2-1.0 10^3/mikro E. Impedance
Eosinofil 0.04 0.04-0.8 10^3/mikro E. Impedance
Basofil 0.09 0-0.2 10^3/mikro E. Impedance
Neutrofil 17.96 H 1.8-7.5 10^3/mikro E. Impedance
PCT 0.252 0.2-0.5 % E. Impedance
PDW 8.1 L 10-18 % E.Impadance
KIMIA KLINIK
Glukosa puasa 353 74-106 Mg/dl Helesahedilus
SGOT 55 0-50 U/L IFCC
SPGT 70 0-50 IU/L IFCC
Enzymatic
Ureum 151 10-50 Mg/dl
UV lesi
Kreatinin 1.16 H 0.62-1.1 mg/dl Stardart
HDL Direct 71 H 28-63 Mg/dl CHOD PAP
Cholestrol 291 H Mg/dl CHOD PAP
Kalium 3.3 L 3.5-5.1 mmoL/L Standart
TRIGLISERIDA 145 H 70-140 Mg/dl GPO - PAP

Therapy Medis
Nama Obat Dosis Obat Cara Indikasi
Infus RL 20 tpm Intravena Penganti cairan
Azythromicin 1x500 mg Oral Antibiotic mengobati infeksi bakteri
Ampicilin 3x1,5 gr Intravena Antibiotic mengobati infeksi bakteri
Metylpednisdon 3x30 mg Intravena Untuk mengatasi peradangan
Fluimucil 1x600mg Intravena Pencahar untuk mengobati kostipasi
Aminopilin Untuk mengobati berbagai ganguan
10 ml Intravena
pernapasan
Combiven 2,5 mg Inhalasi Untuk mengatasi saluran pernapasan
Pulmicort 0,25 mg Inhalasi Untuk mengurangi peradangan
Meptin Untuk mengurangi gejala yang
0,5 mg Inhalasi disebabkan gangguan obstruksi
pernapasan

B. Analisa Data

No Tanggal Data Fokus Etiologi Problem


/jam
1. Selasa Ds : Klien mengatakan sesak nafas Obstruksi Ketidakefektifan
26 Nov saluran nafas pola nafas
Do: Klien tampak sesak napas, pola
2019
pernapasan abnormal takipnea,
pergerakan dinding dada simetris,
pola nafas dibantu dengan 02 NRM
10 lpm, terdapat suara wheezing dan
sputum, perkusi thorax hipersonor,
hasil rontgen thorax : cor tak
membesar, cenderung gambaran
proses spesifik.
TD : 135/80 mmHg,
N: 104x/menit
RR : 32x/menit (irregular)
S : 36.5oC
spO2 : 98%,
2. Selasa Ds : Klien mengatakan sesak nafas Peningkatan Bersihan jalan
26 Nov dan batuk ada dahaknya produksi nafas tidak efektif
2019 sputum
Do: Klien tampak kesulitan untuk
mengeluarkan dahak, nafas pendek,
terpasang O2 NRM 10 lpm, RR :
32x/menit, spO2 98%,
3. Selasa Ds : Klien mengatakan sesak nafas ketidakseimb Intoleransi
26 Nov dan sesak nafas bertambah jika angan antara Aktivitas
2019 banyak bergerak suplai dengan
kebutuhan
Do : Klien tampak sesak nafas dan
oksigen
tampak gelisah, klien tampak hanya
berbaring ditempat tidur, pola napas
takipnea,terdapat suara wheezing dan
sputum, terpasang O2 NRM 10 lpm,
RR : 32x/menit (irregular), N :
104x/menit.
4. Selasa DS : Pasien mengatakan dirinya Ketergantung Gangguan harga
26 Nov sudah tua da sskit – sakitan, pasien an, perubahan diri
2019 mengatakan dirinya hnaya akan citra tubuh
menyusahkan orang lain terutama
anak – anaknya.

Pasien mengatakan selama sakit


aktivitasnya selalu dibantu oleh anak
– anaknya.

Pasien mengatakan takut kalau


sakitnya semakin parah dan tidak
sembuh – sembuh

DO :

Pasien tampak murung, sesekali


tampak menghela nafas dalam.

Pada pemeriksaan Bartel Indeks,


pasien termasuk dalam Indeks Kart G

Pada pemeriksaan skala depresi


didapatkan hasil nilai 5, jadi klien
termasuk depresi sedang

5. Selasa DS: Pasien mengatakan selama sakit Kelemahan, Resiko tinggi


26 Nov semua aktivitas di tempat tidur, pasien bedrest terjadinya cedera
2019 mengatakan rasanya lemes (High risk for
injury)
DO:

Dari hasil pemeriksaan MFS


didapatkan nilai 65

C. Prioritas Diagnosa

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d Obstruksi saluran nafas


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Peningkatan produksi sputum
3. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen
4. Gangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan citra tubuh
5. Resiko injury b.d kelemahan,bedrest

D. Intervensi keperawatan
No Masalah Tujuan Intervensi TTD
. keperawatan
DP
I Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan NIC 1 Umi
nafas berhubungan tindakan keperawatan Airway management
dengan obstruksi selama 1x7 jam 1. Monitor frekuensi dan
saluran nafas diharapkan irama pernapasan
ketidakefektifan pola 2. Monitor pola pernapasan
nafas dapat teratasi
abnormal
dengan kriteria hasil:
3. Posisikan pasien untuk
NOC 1:
memaksimalkan ventilasi
1.
4. Pertahankan jalan napas
Mendemonstrasika
n batuk efektif dan
yang paten.

suara napas yang 5. Kolaborasi dengan tim

bersih, tidak ada medis untuk pemberian


sianosis dan obat
dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum
2. Irama napas,
frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal
3. Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
4. Menunjukkan
saturasi oksigen
yang adekuat
II Bersihan jalan Setelah dilakukan NIC 1: Manajemen Jalan Umi
nafas tidak efektif tindakan Nafas
berhubungan keperawatan selama 1. Monitor TTV
dengan 3x24 jam diharapkan 2. Ajarkan
peningkatan masalah bersihan penggunaan teknik
produksi sputum jalan nafas teratasi pernapasan diafragmatik
dengan kriteria hasil: dan batuk.
NOC I : 3. Bantu dalam
1. Irama dan pemberian terapi nebuliser
frekuensi 4. Ajarkan
pernafasan tentang tanda-tanda dini
dalam rentang infeksi yang harus
normal (RR: dilaporkan pada dokter
18-24x/mnt) dengan segera:
2. Tidak terdapat peningkatan sputum,
sputum perubahan warna sputum,
3. Menunjukkan kekentalan sputum,
saturasi oksigen peningkatan napas pendek,
yang adekuat rasa sesak didada,
keletihan.
5. Berikan
antibiotik sesuai yang
diharuskan.

III Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat respon pasien Umi


Aktivitas tindakan terhadap aktivitas

berhubungan keperawatan selama 2. Pantau keletihan, nyeri dada


selama dan setelah aktivitas
dengan 3x24 jam diharapkan
3. Berikan pasien istirahat yang
ketidakseimbangan masalah intoleransi
maksimal
antara suplai aktivitas teratasi
4. Bantu klien dalam memenuhi
dengan kebutuhan dengan kriteria hasil:
kebutuhan sehari-hari
oksigen 1. Kemudahan dalam 5. Anjurkan pasien untuk
melakukan melakukan aktivitas secara
aktivitas hidup bertahap sesuai kemampuan
harian

IV Gangguan harga Setelah dilakukan 1. Dorong aktifitas social Umi


diri b.d tindakan dan komunitas
ketergantungan, keperawatan selama 2. Dorong pasien untuk
perubahan citra 3x24 jam diharapkan mengembangkan hubungan
tubuh masalah intoleransi 3. Dukung pasein untuk
aktivitas teratasi menguunakan mekanisme
dengan kriteria hasil: pertahanan yang sesuai.
1. Mengidentifikasi
pola koping
efektif
2. Melaporkan
penurunan stress
3. Beradaptasi
dengan
perubahan
perkembangan
V Resiko injury b.d Setelah dilakukan 1. Kaji ulang adanya Umi
kelemahan,bedrest tindakan faktor-faktor resiko jatuh
keperawatan selama pada klien.
3x24 jam diharapkan 2. Tulis dan laporkan
tidak terjadi cidera adanya faktor-faktor resiko
dengan kriteria hasil. 3. Lakukan modifikasi
1.Mengidentifikasi lingkungan agar lebih aman
bahaya lingkungan (memasang pinggiran
yang dapat tempat tidur, dll)
meningkatkan 4. Ajarkan klien tentang
kemungkinan cidera upaya pencegahan cidera
(menggunakan
2. Mengidentifikasi
pencahayaanyang baik,
tindakan preventif
memasang penghalang
atas bahaya tertentu,
tempat tidur, menempatkan
benda berbahaya ditempat
yang aman)

E. Implementasi

No. Hari/ Implementasi Respon Klien TTD


Dx Tgl/Jam
I, II, Selasa, Memonitor TTV dan S: klien mengatakan bersedia Umi
III,IV, 26 Februari KU klien dilakukan TTV
V 2019 O : KU: lemas, kesadaran
14.15 WIB composmentis, klien tamapak
sesak, terpasang O2 NRM 10
lpm
TD: 135/80 mmHg
S: 36,50C
N: 104x/menit
RR: 32x/menit
SPO2 : 98%
Hasil pemriksaan Bartel
Indekx didapatkan hasil
Indek G
Hasil pemeriksaan MFS
didapatkan nilai 65
I, II 14.20 WIB Memantau NRM O2 10 S : klien mengatakan besedia Umi
liter saat di pantau NRM O2
O : NRM terpasang, tidak ada
kebocoran selang, NRM O2 10
liter
III 14.40 WIB Membantu klien dalam S : Klien mengatakan bersedia Umi
memenuhi kebutuhan dibantu dalam memenuhi
sehari-hari (menyiapkan kebutuhan sehari-hari
air minum untuk klien) O : Klien tampak senang dan
lebih tenang
IV 15.00 Mendorong aktifitas S : pasien mengatakan akan
social dan komunitas menceritakan semua

Mendorong pasien untuk permasalahannya pada anaknya,


pasien juga mengatakan akan lebih
mengembangkan
banyak mengobrol dengan pasien
hubungan
lain dan perawat
Mendukung pasein
O: pasien tampak kooperatif
untuk menguunakan
mekanisme pertahanan
yang sesuai
I,II, V 16.00 WIB Memberikan terapi S : Klien bersedia diberikan Umi
nebulizer dengan obat terapi nebulizer
Combivent, Pulmicor, O : Klien tampak masih sesak
Meptin /2 jam selang Tempat tidur klien terkunci dan
seling sisi tempat tidur tertutup
Memastikan sisi tempat
tidur pasien tertutup dan
tempat tidur pasien
terkunci
I,II 16.00 WIB Mengatur dan S : klien mengatakan mengerti Umi
menjelaskan posisi saat di berikan posisi
semifowler O : Klien tampak sedikit lebih
nyaman dari posisi yang
sebelumnya.
I 16.15 WIB Memberikan contoh S : pasien mengatakan mau Umi
teknik pernapasan diajarkan
diafragmatik dan batuk O: pasien tampak memahami
efektif tehnik pernapasan diafragmatik
dan batuk efektif
III 16.20 WIB Memberikan waktu kepada S : Klien mengatakan mau Umi
pasien untuk beristirahat beristirahat
yang maksimal O : Klien tampak mulai
beristirahat
I,III, 17.30 WIB Mengkaji ulang adanya S: klien mengatakan akan Umi
V faktor-faktor resiko meminimalkan aktivitas
jatuh pada klien. ditempat tidur
O: Klien tampak memahami dan
menulis dan laporkan
melakukan instruksi yang
adanya faktor-faktor
diberikan
resiko

Mengajarkan klien
tentang upaya
pencegahan cidera
Menjelaskan dan
meminimalkan aktivitas
gerak

III 17.40 WIB Membantu aktivitas S: Klien mengatkan bersedia Umi


yang dibutuhkan pasien dibatu untuk melakukan
(membantu pasien aktivitas sehari-hari
makan) O : Klien tampak senang

I, II, Rabu, Memonitor TTV dan S: klien mengatakan bersedia Umi


III, V 27 KU klien dilakukan TTV
November O : klien mengikuti instruksi.
Mengkaji ulang adanya
2019 KU: lemas, kesadaran
faktor-faktor resiko
20.10 WIB composmentis, klien tamapak
jatuh pada klien. sesak, terpasang O2 NRM 10
lpm
Menulis dan laporkan
TD: 147/85 mmHg
adanya faktor-faktor
S: 37,20C
resiko
N: 95x/menit
RR: 30x/menit
SPO2 : 98%
Hasil pengkajian MSF 65
I,II,III 20.10 WIB Memantau NRM O2 S : klien mengatakan besedia Umi
10liter saat di pantau NRM O2
O : NRM terpasang, tidak ada
kebocoran selang, NRM O2 10
lpm
I,II,V 20.15 WIB Mengatur dan S : klien mengatakan mengerti Umi
menjelaskan posisi saat di berikan posisi
semifowler O : Klien tampak sedikit lebih
nyaman dari posisi yang
Mengajarkan klien
sebelumnya.
tentang upaya
pencegahan cidera

I,II 20.20 WIB Memberikan terapi S : Klien bersedia terapi Umi


nebulizer dengan obat nebulizer
Combivent, Pulmicor, O : Klien tampak masih sesak
Meptin dan fisioterapi
dada
I,II 20.40 WIB Mengjarkan tekhnik S: klien mengtakan bersedia saat Umi
nafas dalam dan batuk dibeikan tindakan
efektif O: klien tampak mengikuti
instruksi
IV 20.30 WIB Mendorong aktifitas S : pasien mengatakan akan Umi
social dan komunitas menceritakan semua
permasalahannya pada anaknya,
Mendorong pasien untuk pasien juga mengatakan akan lebih
mengembangkan banyak mengobrol dengan pasien

hubungan lain dan perawat


O: pasien tampak kooperatif
Mendukung pasein
untuk menguunakan
mekanisme pertahanan
yang sesuai
I,II 21.00 WIB Memberikan obat S : klien mengatakan mau saat di Umi
Aithromicin (oral) 500 berikan terapi
mg, Aminophiline 10 O : klien tampak mengikuti
mg, Ampicilin 1,5 gr, instruksi
Fluimucil 600mg,
Metylpednisdon 30 mg
III 21.10 WIB Membantu klien dalam S : Klien mengatakan bersedia Umi
memenuhi kebutuhan dibantu dalam memenuhi
sehari-hari (menyiapkan kebutuhan sehari-hari
air minum untuk klien) O : Klien tampak senang dan
lebih tenang
I,III 21.15 WIB Menjelaskan dan S: klien mengatakan akan Umi
meminimalkan aktivitas meminimalkan aktivitas
gerak ditempat tidur
O: Klien tampak memahami dan
melakukan instruksi yang
diberikan
III, V 21.20 WIB Memberikan waktu kepada S : Klien mengatakan mau Umi
pasien untuk beristirahat beristirahat
yang maksimal O : Klien tampak mulai
Memastikan tempat tidur
beristirahat
terkunci dan sisi pengaman
tempat tidur tertutup

I, II, 07.00 WIB Mengganti terapi O2 NRM S : klien mengatakan mau Umi
III 10 lpm dengan nasal kanul diganti nasal kanul 3 lpm, klien
3lpm mengatakan sesak nya sudah
mulai berkurang
O : klientampak lebih tenang
I,II,III Kamis, 28 Mengkaji ulang adanya S : klien mengatakan besedia di Umi
,V November faktor-faktor resiko benasal kanul O2
2019 jatuh pada klien. O : nasal kanul terpasang, tidak
ada kebocoran selang, nasal
Menulis dan laporkan
07.15 WIB kanul 4 liter
adanya faktor-faktor
Tidak ada tanda- tanda cidera
resiko
pada pasien
Memantau nasal kanul 4
liter

III 07.20 WIB Membantu aktivitas S: Klien mengatkan bersedia Umi


yang dibutuhkan pasien dibatu untuk melakukan
(membantu pasien aktivitas sehari-hari
makan) O : Klien tampak senang

I,II,V 07.50 WIB Mengatur dan S : klien mengatakan mengerti Umi


menjelaskan posisi saat di berikan posisi
semifowler O : Klien tampak sedikit lebih
nyaman dari posisi yang
Memastikan tempat tidur
sebelumnya.
terkunci san sisi pengaman
tempat tidur tertutup
Tempat terkunci dan sisi tempat
tidur tertutup
I,II 08.00 WIB Memberikan terapi S : Klien bersedia terapi Umi
nebulizer dengan obat nebulizer
Combivent, Pulmicor, O : Klien tampak masih sesak
Meptin dan fisioterapi
dada
I,II 08.15 WIB Mengjarkan tekhnik S: klien mengtakan bersedia saat Umi
nafas dalam dan batuk dibeikan tindakan
efektif O: klien tampak mengikuti
instruksi
I,II,III 08.20 WIB Memberikan terapi S: klien mengatakan bersedia Umi
injeksi Metylpednisdon saat di berikan terapi melalui IV
O: klien tampak tenang saat
obat di masukan melalui selang
IV

IV 09.00 WIB Mendorong aktifitas S : pasien mengatakan perasaannya


social dan komunitas lebih nyaman, klien mengatakan

Mendorong pasien untuk sudah berkanalan dan berbincang


dengan pasien sebelahnya
mengembangkan
O: pasien tampak kooperatif,
hubungan
pasien tambah lebih bahagia
Mendukung pasein
untuk menguunakan
mekanisme pertahanan
yang sesuai
I,III 10.30 WIB Menjelaskan dan S: klien mengatakan akan Umi
meminimalkan aktivitas meminimalkan aktivitas
gerak ditempat tidur
O: Klien tampak memahami dan
melakukan instruksi yang
diberikan
III 10.30 WIB Memberikan waktu kepada S : Klien mengatakan mau Umi
pasien untuk beristirahat beristirahat
yang maksimal O : Klien tampak mulai
beristirahat

F. Evaluasi

No. Hari/ Evaluasi TTD


Dx Tgl/Jam
I Kamis, 28 S: klien mengatakan nafasnya masih sesak Umi
November O: klien tampak lemas, klien tampak nafas pendek, tampak
2019 adanya pernapasan cuping hidung
KU: lemas, kesadaran composmentis.
14.00 WIB TD: 150/90 mmHg, S: 370C, N: 98x/menit, RR:
28x/menit, SPO2 : 98% terpasang NRM 10 ltr/mnit
A: masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
2. Monitor pola pernapasan abnormal
3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4. Pertahankan jalan napas yang paten
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
II 14.00 WIB S : klien mengatakan batuk berdahak dan dahaknya susah Umi
untuk dikeluarkan
O: klien tampak lemas, masih ada suara wheezing, klien
tampak batuk kering tidak keluar dahak
A : masalah bersihan jalan nafas belum teratsi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV
2. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik
pernapasan diafragmatik dan batuk.
3. Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser.
4. Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus
dilaporkan pada dokter dengan segera: peningkatan
sputum, perubahan warna sputum, kekentalan sputum,
peningkatan napas pendek, rasa sesak didada,
keletihan.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
III 14.00 WIB S: klien mengatakan saat bergerak sesaknya bertambah Umi
O: Klien tampak sesak napas dan tampak kurang nyaman,
pernapasan cepat dan pendek
A: masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat respon pasien terhadap aktivitas
2. Pantau keletihan, nyeri dada selama dan setelah
aktivitas
3. Berikan pasien istirahat yang maksimal
4. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
5. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara
bertahap sesuai kemampuan

IV 14.00 WIB S: klien mengatakan jauh lebih nyaman, klien sudah tidak Umi
merasa hanya merepotkan anaknya
O: Klien tampak lebih banyak tersenyum dan mampu
menceritakan perasaannya
A: masalah gannguan citra tubuh teratasi
P: Hentikan Intervensi
V 14.00 WIB S: klien mengatakan akan selalu memastikan pengaman sisi Umi
tempat tidurnya tertutup dan terkunci, klien mengatakan akan
meletakkan barang – barangnya di dekat tempat tidur
Klien mengatakan akan meminta bantuan saat berkatifitas ke
kamar mandi
O: Klien tampak kooperatif, tempat tidur terkunci, dan sisi
tempat tidur tertutup
A: resiko cidera tidak terjadi
P: Hentikan Intervensi
BAB IV

A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis
kronis, dan emfisema paru-paru. Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow
Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Disease (COLD). Diagnosa yang utama
pada penderita PPOK yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi
sputum
B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK. Oleh karena itu, perawat
juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan
ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai
tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.
DAFTAR PUSTAKA

Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC
Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC
Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/copd.pdf

Anda mungkin juga menyukai