PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia adalah adalah unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan maupun kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa bahwa
setiap manuasia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisisologis, keamanan, cinta, harga
diri, dan aktualisasi diri (Wahit et al, 2015).
Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan
melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki
kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu
physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan
rasa nyaman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa
memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan
akan aktualisasi diri) (Alimul Aziz, 2016).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami serta mengaplikasikan 9 kebutuhan
dasar manusia pada individu yang mengalami gangguan kesehatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian konsep kebutuhan dasar manusia
b. Mengetahui konsep dasar kebutuhan manusia
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai bahan bacaan dalam
pengembangan ilmu keperawatan dasar manusia
2. Manfaat aplikatif
Dapat diterapkan sebagai acuan dalam pembuatan asuhan keperawatan serta
pemberian asuhan keperawatan dalam kegiatan perawatan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang
secara potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara
anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang
tidak bermielin dari syaraf perifer (Smeltzer 2018)..
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah visceral.Oleh karena letaknya yang berbeda-beda
inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.Nosireceptor
kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan Nyeri dapat dirasakan jika
reseptor nyeri tersebut menginduksi serabut saraf perifer aferen yaitu serabut
A-delta dan serabut C. Serabut Adelta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri
dengan cepat, sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan
mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran
sangat kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan
terus-menerus (Smeltzer 2018).
3. Sifat-sifat Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri memiliki beberapa sifat, antara
lain:
a. Subjektif, sangat individual.
b. Tidak menyenangkan.
c. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi.
d. Melelahkan dan menuntut energi seseorang.
e. Dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan.
f. Tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan sinar-X
atau pemeriksaan darah.
g. Mengarah pada penyebab ketidakmampuan.
4. Teori Nyeri.
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya:
a. Teori pemisahan (specificity theory).
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis melalui
kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke
tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir
di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
b. Teori pola (pattern theory).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks
serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri, persepsi dipengaruhi oleh modalitas dari
reaksi sel T (Smeltzer 2018)..
c. Teori pengendalian gerbang (gate comtrol theory).
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang
keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat
saraf besar akan meningkatkan tertutupnya pintu mekanisme sehimgga
aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut
terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks
serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis
melalui serat efferent dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T.
Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas subtansia
gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas
sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri (Smeltzer
2018).
d. Teori transmisi dan inhibisi.
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls
saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi
efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok
impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif (Smeltzer
2018).
5. Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2018), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau
cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri
ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi
serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak
lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi
kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan
definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan
yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang
sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri
kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya.
Berdasarkan lokasinya Sulistyo (2013) dibedakan nyeri menjadi,
1) Nyeri Ferifer Nyeri ini ada tiga macam, yaitu :
a) Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat
rangsangan pada kulit dan mukosa
b) Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat
stimulasi dari reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium
dan toraks.
c) Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain
yang jauh dari penyebab nyeri.
2) Nyeri Sentral Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla
spinalis, batang otak dan talamus.
3) Nyeri Psikogenik Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.
Dengan kata lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu
sendiri (Sulistyo, 2013).
A. KESIMPULAN
1. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua manusia dan
kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat bertahan hidup.
2. Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang
rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan
nyeri.
3. Kebutuhan dasar manusia menurut hierarki maslow ada lima yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan cinta, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri.
B. SARAN
Mempelajari tentang kebutuhan dasar manusia terutama kebutuhan dasar nutrisi
sangat penting untuk diterapkan dalam praktik keperawatan. Sebagai perawat, kita harus
mengetahui kebutuhan dasar dari pasien karena ini merupakan hal yang mendasar yang
harus dipenuhi. Kita juga memprioritaskan kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih
dahulu disamping kebutuhan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,Aziz. (2016).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika.
Fajarwati (2013) : The meaning of hope: implications for nursing practice and research,
Journal of Gerontology Nursing ,. Hawari, D. (2013). Manajemen Stres Cemas dan
Depresi. Jakarta: Balai Penerbit.
Hidayat. (2019)..F nyeri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Emblen J.D, Religion and spirituality
defined according to current use in nursing literature, Journal Professional Nursing
8(1) :41.
Handoko.(2014). Handbook of Nursing Diagnosis. Toronto: Lippincot. Craven,R.F.,
Hirnle,C.J.Fundamentals of Nursing : Human Health and Function., Third Edition.,
Philadelphia : JB. Lippincott Company. Culligan K : Spirituality and healing in
medicine, American Journal.
Kozier (2017). Kebutuhan Dasar manusia The Effects of Do Not Have to Last Lifetime.US:.
FKUI. Kübler-Ross, E. On Death and Dying, Routledge, ISBN 0-415-04015-9
Mubarak & DKK.(2015). Development of an instrument to measure hope, Nurs Res 37(1):6,
1988. O’neill DP and Kenny EK: Spirituality and chronic illness , Image Journal
Nursing Sch 30(3):275, 1 Pangkahila.
Smetlzer.(2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner. Alih Bahasa: Agung
Waluyo. Edisi 8.Jakarta; EGC..
Sulistyo (2013). WConcepts, Process, and Practice. Canada: Addison Publishing Co.
Carpenito, L.J.
Wahit et Al. (2015).Kebutuhan Dasar Manusia teori dan aplikasi dalam praktik
nyeri.Jakarta:EGC.
Wartonah, Tarwoto. (2017). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.