Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia adalah adalah unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan maupun kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa bahwa
setiap manuasia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisisologis, keamanan, cinta, harga
diri, dan aktualisasi diri (Wahit et al, 2015).
Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan
melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki
kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu
physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan
rasa nyaman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa
memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan
akan aktualisasi diri) (Alimul Aziz, 2016).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami serta mengaplikasikan 9 kebutuhan
dasar manusia pada individu yang mengalami gangguan kesehatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian konsep kebutuhan dasar manusia
b. Mengetahui konsep dasar kebutuhan manusia
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai bahan bacaan dalam
pengembangan ilmu keperawatan dasar manusia
2. Manfaat aplikatif
Dapat diterapkan sebagai acuan dalam pembuatan asuhan keperawatan serta
pemberian asuhan keperawatan dalam kegiatan perawatan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


1. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan manusia dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan maupun kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa bahwa setiap manuasia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisisologis, keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri (Wahit et al, 2015).
Kebutuhan dasar manusia berfokus dalam asuhan keperawatan. Bagi pasien yang
mengalami masalah pada keseahatan, maka kemungkinan ada salah satau atau
beberapa kebutuhan dasar manusia yang terganggu. Kebutuhan dasar manusia seperti
makan,air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi manusia. Kebutuhan
dasar manusia tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan.
walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang
mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama (Wahit et al, 2015)..
Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun
psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang penting, bermanfaat, atau
diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Banyak ahli filsafat,
psikologis, dan fisiologis menguraikan kebutuhan manusia dan membahas nya dari
berbagai segi. Orang pertama yang menguraikan kebutuhan manusia adalah
Aristoteles. Abraham maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori
tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki
Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori
kebutuhan dasar yaitu sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow.
Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan
melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih
dahulu.Misalnya, seorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta
biasanya akan mencari makanan terlebih dahulu daripada mencari cinta.
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.
Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi
akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnyadibandingkan kebutuhan yang
lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta
biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi
kebutuhan akan cinta.
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk
bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu sebagai
berikut:
1) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
3) Kebutuhan makanan
4) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
5) Kebutuhan istirahat dan tidur
6) Kebutuhan nutrisi
7) Kebutuhan aktivitas, Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh
8) Kebutuhan seksual.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan
dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan
ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan
infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas, serta bebas dari ancaman keselamatan
dan psikologi pada pengalaman yang baru atau tidak dikenal.
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan,
stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas
dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya. Oleh karena adanya kebutuhan inilah
maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan
kepercayaan, membuat system, asuransi, pension, dan sebagainya. Sama halnya
dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak
terpenuhi, maka pandangan sesorang tentang dunianya dapat terpengaruh dan
pada gilirannya pun perilakuknya akan cenderung kea rah yang makin negative.
c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan
dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan,
serta mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan
sosialnya. Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi, maka timbul
kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Kondisi
seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini
meliputi sebagai berikut:
1) Memberi dan menerima kasih sayang
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
3) Kehangatan
4) Persahabatan
d. Kebutuhan Harga Diri (self-Esteem Needs)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten,
serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.dua macam kebutuhan akan
harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, percaya diri, dan kemandirian. Sementara yang kedua adalah
kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi,
kebanggan, dianggap penting, dan apresiasi dari orang lain. Orang orang yang
terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya
diri, tidak bergantung pada orang lain, dan selalu siap untuk berkembang terus
untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang
tidak tersusun secara hierarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta
kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme,
kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan
diri sendiri, kehilangan selera, dan sebagainya. Kebutuhan ini meliputi sebagai
berikut:
1) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
2) Tidak emosional
3) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)
4) Mempunyai dedikasi yang tinggi
5) Kreatif
6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya (Mubarak, dkk,
2015).
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginnia Henderson yaitu, manusia
mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh-kembang dalam rentang
kehidupan (life spend). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya
dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses
yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan
sekitar, dan status kesehatan individu. Saat melakukan aktivitas sehari-hari, individu
dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu:
a. Tidak dapat melakukan aktivitas.
b. Terhambat dalam melakukan aktivitas
c. Belum mampu melakukan aktivitas
Virginnia Henderson membagi kebutuhan dasar manusia kedalam 14 komponen
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Makan dan minum yang cukup
b. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
c. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
d. Tidur dan istirahat
e. Bernafas secara normal
f. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain
g. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi
h. Beribadah sesuai agama dan kepercayaan (Saputra, 2013).
Rasa nyaman adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan, meringkaskan
melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan perawat
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan dan bantuan. Berbagai
teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang
merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor
Sebagai berikut :
a. Hubungan yang berarti atau keluarga, dimana hubungan keluarga yang baik dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia karena saling percaya,
merasakan kesenangan hidup, dan tidak ada rasa curiga.
b. Penyakit, adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai perubahan
kebutuhan, dari fisiologis dan psikologis, karena fungsi dari tubuh memerlukan
pemenuhan kebutuhan yang lebih besar.
c. Hubungan yang berarti atau keluarga, dimana hubungan keluarga yang baik dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia karena saling percaya,
merasakan kesenangan hidup, dan tidak ada rasa curiga.
d. Konsep diri, konsep diri ini dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk
memenuhi kebutuhannya. Konsep diri yang positif memberikan makna dan
keutuhan bagi individu. Konsep diri dapat menghasilkan perasaan dan kekuatan
positif dalam diri individu.orang yang beranggapan positif terhadap dirinya mudah
berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup yang
sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar.
e. Tahap perkembangan, bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, di dalam suatu pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan.
f. Struktur keluarga, dapat mempengaruhi cara pasien memuaskan kebutuhannya.
Sebagai contoh seorang ibu mungkin akan mendahulukan kebutuhan bayinya dari
pada kebutuhannya sendiri. (Handoko,2014)

3. Ciri - Ciri Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan dasar manusia bertujuan untuk mempertahankan suatu kehidupan dan
kesehatan manusia. Setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisiologis,
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Ciri-ciri kebutuhan dasar manusia
antara lain (Wahit et al , 2015).
a. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang
sesuai.
b. Setiap manusia dapat merasakan adanya kebutuhan dan merespon dengan
berbagai cara.
c. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena
budaya, maka kebutuhan itu akan berubah kultur.
d. Jika manusia gagal dalam memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih
keras untuk berusaha mendapatkannya.
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman


1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat
individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain (Kozier, 2017).
Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rangsangan nyeri (Hidayat, 2019).
Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan
mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan berbagai
intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan.
Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri
bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama
menghasilkan respons atau perasaan yang identik pada seorang individu
(Hidayat, 2019).

2. Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang
secara potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara
anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang
tidak bermielin dari syaraf perifer (Smeltzer 2018)..
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah visceral.Oleh karena letaknya yang berbeda-beda
inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.Nosireceptor
kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan Nyeri dapat dirasakan jika
reseptor nyeri tersebut menginduksi serabut saraf perifer aferen yaitu serabut
A-delta dan serabut C. Serabut Adelta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri
dengan cepat, sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan
mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran
sangat kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan
terus-menerus (Smeltzer 2018).

3. Sifat-sifat Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri memiliki beberapa sifat, antara
lain:
a. Subjektif, sangat individual.
b. Tidak menyenangkan.
c. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi.
d. Melelahkan dan menuntut energi seseorang.
e. Dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan.
f. Tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan sinar-X
atau pemeriksaan darah.
g. Mengarah pada penyebab ketidakmampuan.

4. Teori Nyeri.
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya:
a. Teori pemisahan (specificity theory).
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis melalui
kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke
tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir
di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
b. Teori pola (pattern theory).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks
serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri, persepsi dipengaruhi oleh modalitas dari
reaksi sel T (Smeltzer 2018)..
c. Teori pengendalian gerbang (gate comtrol theory).
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang
keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat
saraf besar akan meningkatkan tertutupnya pintu mekanisme sehimgga
aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut
terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks
serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis
melalui serat efferent dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T.
Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas subtansia
gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas
sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri (Smeltzer
2018).
d. Teori transmisi dan inhibisi.
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls
saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi
efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok
impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif (Smeltzer
2018).

5. Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2018), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau
cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri
ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi
serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak
lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi
kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan
definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan
yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang
sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri
kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya.
Berdasarkan lokasinya Sulistyo (2013) dibedakan nyeri menjadi,
1) Nyeri Ferifer Nyeri ini ada tiga macam, yaitu :
a) Nyeri superfisial, yaitu nyeri yang muncul akibat
rangsangan pada kulit dan mukosa
b) Nyeri viseral, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat
stimulasi dari reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium
dan toraks.
c) Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain
yang jauh dari penyebab nyeri.
2) Nyeri Sentral Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla
spinalis, batang otak dan talamus.
3) Nyeri Psikogenik Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.
Dengan kata lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu
sendiri (Sulistyo, 2013).

6. Mekanisme Neurofisiologik nyeri


Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai sistem noniseptik. Sensivitas dari komponen
sistem noniseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara
individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama
mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Lebih jauh lagi, suatu
stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada waktu
lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis kronis dan nyeri pascaoperatif sering
terasa lebih parah pada malam hari (Handoko,2014).

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri


Menurut Fajarwati (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri
adalah:
a. Pengalaman masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan
berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran
terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya mengalami sedikit
nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar.
Sering kali, lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami,
makin takut individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan yang
akan diakibatkan.
b. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama
dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Suatu
bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini
mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat
memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau
menghilangkan nyeri.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi
terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan nyeri
diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi
makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan
keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri .
d. Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara
kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia
bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan
mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.
e. Efek Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk
tablet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas
gula,larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena plasebo tidak
memiliki efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek
dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol
desenden, sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri ( Wartonah,
Tarwoto. 2017).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua manusia dan
kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat bertahan hidup.
2. Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang
rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan
nyeri.
3. Kebutuhan dasar manusia menurut hierarki maslow ada lima yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan cinta, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri.

B. SARAN
Mempelajari tentang kebutuhan dasar manusia terutama kebutuhan dasar nutrisi
sangat penting untuk diterapkan dalam praktik keperawatan. Sebagai perawat, kita harus
mengetahui kebutuhan dasar dari pasien karena ini merupakan hal yang mendasar yang
harus dipenuhi. Kita juga memprioritaskan kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih
dahulu disamping kebutuhan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,Aziz. (2016).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika.
Fajarwati (2013) : The meaning of hope: implications for nursing practice and research,
Journal of Gerontology Nursing ,. Hawari, D. (2013). Manajemen Stres Cemas dan
Depresi. Jakarta: Balai Penerbit.
Hidayat. (2019)..F nyeri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Emblen J.D, Religion and spirituality
defined according to current use in nursing literature, Journal Professional Nursing
8(1) :41.
Handoko.(2014). Handbook of Nursing Diagnosis. Toronto: Lippincot. Craven,R.F.,
Hirnle,C.J.Fundamentals of Nursing : Human Health and Function., Third Edition.,
Philadelphia : JB. Lippincott Company. Culligan K : Spirituality and healing in
medicine, American Journal.
Kozier (2017). Kebutuhan Dasar manusia The Effects of Do Not Have to Last Lifetime.US:.
FKUI. Kübler-Ross, E. On Death and Dying, Routledge, ISBN 0-415-04015-9
Mubarak & DKK.(2015). Development of an instrument to measure hope, Nurs Res 37(1):6,
1988. O’neill DP and Kenny EK: Spirituality and chronic illness , Image Journal
Nursing Sch 30(3):275, 1 Pangkahila.
Smetlzer.(2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner. Alih Bahasa: Agung
Waluyo. Edisi 8.Jakarta; EGC..
Sulistyo (2013). WConcepts, Process, and Practice. Canada: Addison Publishing Co.
Carpenito, L.J.
Wahit et Al. (2015).Kebutuhan Dasar Manusia teori dan aplikasi dalam praktik
nyeri.Jakarta:EGC.
Wartonah, Tarwoto. (2017). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai