BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan
psikologis. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam
teori Hirarki terdiri dari lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis,
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).
Kebutuhan dasar manusia seperti makan,air, keamanan dan cinta
merupakan hal yang penting bagi manusia. Kebutuhan dasar manusia
tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia
kesehatan. walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan
yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama.
Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan
dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah
teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara
kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori
ini, beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih penting dari pada
kebutuhan lainnya; oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi
sebelum kebutuhan yang lain. Misalnya, orang yang lapar akan lebih
mencari makanan daripada melakukan aktivitas untuk meningkatkan harga
diri.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengaplikasikan 8 kebutuhan
dasar manusia pada individu yang mengalami gangguan kesehatan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian KDM.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
A. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
Kebutuhan Dasar Manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan
oleh semua manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang
itu dapat bertahan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan dasarnya,
manusia dapat memenuhi secara mandiri ataupun dengan bantuan
orang lain. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dasar seseorang
menentukan tingkat kesehatan seseorang dan posisinya dalam rentang
sehat-sakit.Kebutuhandasar manusia adalah hal-hal seperti makanan,
air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk
bertahan hidup dan kesehatan.
Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam
lima tingkatan prioritas. Tingkatan yang paling dasar, atau yang
pertama meliputi kebutuhan fisiologis seperti: udara, air dan makanan.
Tingkatan yang kedua meliputi kebutuhan keselamatan dan keamanan,
yang melibatkan keamanan fisik dan psikologis. Tingkatan yang ketiga
mencakup kebutuhan cinta dan rasa memiliki, termasuk persahabatan,
hubungan sosial dan cinta seksual. Tingkatan yang keempat meliputi
kebutuhan rasa berharga dan harga diri, yang melibatkan percaya diri,
merasa berguna, penerimaan dan kepuasan diri. Tingkatan yang
terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya
terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan sesorang dengan satu atau
lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko
untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi
manusia.
4
7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang
berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30
menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah
itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit.Tahap
I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.
e. Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas Dan Kualitas Tidur
Banyak factor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,
diantaranya adalah penyakit, lingkungan,kelelahan,gaya hidup,stress
emosional,stimulan dan alcohol,diet, merokok,dan motivasi.
1) Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan
waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu,
siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
2) Lingkungan.
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang
asing dapat menghambat upaya tidur.Sebagai contoh, temperatur
yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi
tidur seseorang.Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi
dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut.
3) Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
4) Gaya hidup.
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
13
5) Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui
stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga saat tidur.
6) Stimulant dan alcohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur.Sedangkan konsumsi
alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika
pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi
buruk.
7) Diet.
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari.Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode
terjaga di malam hari.
8) Merokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh.Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan
mudah terbangun di malam hari.
9) Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur
seseorang.hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur
NREM,metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk,
sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan morfin)
diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya
terjaga di malam hari.
14
10) Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan
lelah seseorang.Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya
motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
f. Gangguan Tidur Yang Umum Terjadi
1) Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya
ditemui pada individu dewasa.Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena factor mental seperti perasaan gundah atau
gelisah.Ada tiga jenis insomnia:
a) Insomnia inisial. Kesulitan untukmemulai tidur.
b) Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
c) Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi
insomnia antara lin dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang
efektif melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore
hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (mis; membaca,
mendengarkan music),dan tidur jika benar-benar mengantuk.
2) Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur.Gangguan ini umum terjadi pada anak-
anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis;
tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis;
mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis; mimpi
buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).
3) Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari.Gangguan ini dapat
15
2) Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
kuat yang secara potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam
(deep somatic), dan pada daerah visceral.Oleh karena letaknya yang
berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda.Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
didefinisikan (Smeltzer dan Bare, 2002).
3) Sifat-sifat Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri memiliki beberapa
sifat, antara lain (Mahon,1994 dalam Potter dan Perry, 2010):
a) Subjektif, sangat individual.
b) Tidak menyenangkan.
c) Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi.
d) Melelahkan dan menuntut energi seseorang.
e) Dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan.
f) Tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan
sinar-X atau pemeriksaan darah.
g) Mengarah pada penyebab ketidakmampuan.
4) Teori Nyeri.
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri,
diantaranya :
a) Teori pemisahan (specificity theory).
20
5) Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2002), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a) Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa
kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada
kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita
untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial
menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam
bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi,
nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung.
b) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak
mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit
untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri
akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak
berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi
masalah dengan sendirinya.
6) Mekanisme Neurofisiologik nyeri
Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai sistem noniseptik. Sensivitas dari
komponen sistem noniseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan
berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap
22
stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang
sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu
waktu tetapi tidak pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis
kronis dan nyeri pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari
(Doengoes, 2009).
7) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Menurut Fajarwati (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi respon
nyeri adalah:
a) Pengalaman masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan
berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih
toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya
mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal
ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu
dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap
peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.
b) Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah
sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu
sensasi. Suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian
limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang, khususnya
ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap
nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
c) Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan
23
b) Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring). Faring berfungsi untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratorius dan digestif.
c) Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago
yang menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut
sebagai kotak suara dan terdiri atas epiglotis yaitu daun katup
kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan,
glotis yaitu ostium antara pita suara dalam laring, kartilago tiroid
yaitu kartilago terbesar pada trakea dan sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple), kartilago krikoidyaitu satu-
satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di
bawah kartilago tiroid), kartilago aritenoid yang digunakan dalam
gerakan pita suara dengan kartilago tiroid dan pita suara
yaituligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring).
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
d) Trakea
Trakea atau disebut juga batang tenggorok.Ujung trakea
bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.
2) Saluran Nafas Bawah
a) Bronkus
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri yang disebut
bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2
bronkus).Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus
26
g) Paru-paru
Paru-paru Merupakan organ yang elastis berbentuk
kerucut.Terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan
basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-
lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya.
h) Pleura
Pleura Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis.Pleura terbagi mejadi 2 yaitu pleura parietalis dan
pleura viseralis.Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
sedangkan Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-
paru. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis
pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu
bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks
dengan paru-paru.
b. Konsep oksigenisasi
1) Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi
tubuh.Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5
menit.Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka
terjadi kerusakan sel otak secara permanen. Selain itu oksigen digunakan
oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP
(Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar
berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh
dengan cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan
28
(4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
(5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
c) Faktor Perilaku
(1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arterioklerosis.
(2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
(3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
(4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin,
alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.
(5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d) Faktor Lingkungan
(1) Tempat kerja
(2) Suhu lingkungan
(3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
4) Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi
kebutuhan oksigenasi:
a) Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
b) Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada
pasien dekom menimbulkan hipoksia jaringan.
c) Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi
darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
d) Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan
darah dari arteri koroner ke miokardium.
30
V. KEBUTUHAN NUTRISI
a. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem
32
Keterangan :
CM = Cairan masuk
(Smeltzer& Bare, 2001).
4) Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh menurut syaifuddin, 2006 antara lain :
a) Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme,
dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Tabel 1.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat
badan
No Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700
b) Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.Sedangkan seseorang
yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
c) Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan
elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan
46
a) Ginjal (Ren)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang
perut atau abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
48
b) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen
dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.Lapisan dinding ureter
terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan
tengah lapisan otot polos, dan lapisan sebelah dalam lapisan
mukosa.Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
c) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin.Organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi).Letaknya di belakang simfisis
pubis di dalam rongga panggul.Vesika urinaria dapat mengembang
dan mengempis seperti balon karet.Dinding kandung kemih terdiri
dari lapisan sebelah luar (peritoneum), tunika muskularis (lapisan
berotot), tunika submukosa dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
d) Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki
panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari urethra pars
prostatica, urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra
externa), urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor),
3-5 cm (Lewis). Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina
(antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran
ekskresi.
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
(1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter
uretra menjaga agar uretra tetap tertutup.
50
f) Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi
dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
51
b) Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat.
52
f) Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi
pola berkemih.Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil.
Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
g) Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti
diabetes melitus.
h) Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.
i) Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan
untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan
sakit.
j) Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis.
Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan
pengeluaran urine.
k) Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya
pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan
pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan
retensi urine.
l) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus
54
Jenis inkotinensia
a) Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu
mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau
ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
(1) Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
(2) Penurunan tonur kandung kemih
(3) Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
(4) Lingkungan
(5) Lanjut usia.
b) Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami
pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra
abdomen.
Faktor Penyebab:
(1) Inkomplet outlet kandung kemih
(2) Tingginya tekanan infra abdomen
(3) Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
(4) Lanjut usia.
c) Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami
kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
(1) Penurunan Kapasitas kandung kemih.
(2) Penurunan isyarat kandung kemih
(3) Efek pembedahan spinkter kandung kemih
(4) Penurunan tonus kandung kemih
(5) Kelemahan otot dasar panggul.
(6) Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
(7) Perubahan pola
56
(8) Frekuensi
(9) Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya
cairan.
(10) Urgency
(11) Perasaan seseorang harus berkemih
b. Eliminasi Fekal
1) Eliminasi Digestif
Eliminasi ini berkaitan dengan organ system pencernaan hususnya
adalah kolon atau usia besar kolon (usus besar ) dari saluran
pencernaan yang di mulai dari katup ileum-sekum keanus yang
meliputi sekum,kolon asenden, kolon tranversum, kolon desenden,
kolon sigmoid, dan anus.Panjang kolon pada orang dewasa + 1,5
meter (andra 2007).
2) Proses pembentukan feses
Setiap harinya ,sekitar 750cc chime kekolom dari ilium. Di kolon
cyme tersebut mengalami proses absorbsi air,nutrium,dan
klorida.Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan peristaltik anus.
Dari 750 cc chyme tersebut,sekitar 150-200 cc mengalami proses
reabsorpasi.Chyme yang tidak di reabsorpasi menjadi bentuk
semisolid yang disebut feses.
Selain itu dalam saluran,cerna banyak terdapat bakteri.Bakteri
mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses
fermentasi akan menghasilkan gas yang di keluarkan melalui anus
setiap harinyayang kita kenal sebagai flatus.Misalnya,karbohidrat saat
difermentasikan akan menjadi hydrogen, karbondioksida, dan gas
metana.apabila terjadi ganguan pencernaan karbohidrat,maka akan ada
banyak gas yang terbentuk saat berfermentasi.akibatnya, seseorang
akan merasa kembung.
3) Pola Defekasi
Waktu Defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat
individual.Orang dalam keadaan normal,frekuensi buang air besar 1
57
kali sehari, tetapi ada pula yang buang air besar 3-4 kali
seminggu.Ada yang buang air besar setelah sarapan pagi,ada pula
yang malam hari.Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel
training yang di lakukan pada masa kanak-kanak.Sebagianbesarorang
memiliki kebiasaan defekasi setelah sarapan pagi karena adanya
refleks gastrotolik yang menyebabkan “mass movement” pada usus
besar.
Umumnya feses bergantung pada jumlah intake makanan.Namun
secara khusus jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat
dan cairan pada makanan.Pola defekasi akan berubah karena adanya
kontifikasi,fekal inflation,diare,dan inkontinensia.Kondisi ini
berpengaruh terhadap konsistensi dan frekuensi buang air besar.
4) Karakteristik feses
a) Karakteristik feses normal
(1) Konsitensi
Secara normal feses memiliki bentuk,tetapi lembek karena
mengandung +75 air dan +25 sisanya berupa zat ampas.
(2) Permukaan feses
Permukaan feses yang normal sesuai dengan permukaan
rectum,Abnormalis permukaan feses menunjukan adanya
adanya kelainan pada rectum.
(3) Bau
Karakteristik feses bau tidak menyenangkan. Bau
cenderung bervariasi tergantung pada makanan yang di
konsumsinya.
(1) Konsistensi
Feses dikatakan abnosmal bila dikatakan cair atau
keras.feses yang encer mengandung air lebih dari +75 %
yang disebab kan karena air dan zat makanan yang di absorbs
sepanjang kolom oleh karena chimeterlalu cepat bergerak
dikolom .feses yang keras mengandung sedikit air dan
biasanya sulit untuk di keluarkan sehingga menimbulkan
nyeri saat defekasi
(2) Warna
Warna feses yang tidak normal merupakan indikasi adanya
gangguan pada sistem pencernaan.Feses yang warna nya
sangat pucat mungkin karena adanya penyakit pada organ
empedu.Feses yang warna merah dapat di akibat kan oleh
adanya pendarahan pada rectum dan anus. feses berwarna
kehitaman menunjukan terjadinya pendarahan pada saluran
pencernakan. Perubahan warna feses dsapat pulah disebab
kan oleh pengaruh makanan ataupan obat-obatan tertentu.
(3) Kandungan
Feses mengandung mucus atau lemak yang
berlebihan,darah feses, organism potongan,dan/ atau parasif.
5) Proses Defekasi
Adalah proses pembuangan atau pengeluaan sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus dalam proses defekasiterjadi dua yaitu :
a) Refleks defekasi intrinsic
59
i) Nyeri
Nyeri berpengaruh terhadap pola eliminasi.Seseorang yang
berada dalam keadaan nyeri sulit untuk makan, diet yang
seimbang, maupun untuk melakukan latihan dalam upaya
mempertahankan tonus otot dasar panggul dan perut (Asmadi
2008).
61
j) Obat-Obatan
Beberapa jenis obat memiliki efek samping yang
berpengaruh terhadap eliminasi.Ada obat yang menyebabkan
seorang menjadi diare pada kondisi organ pencernaan maupun
organ perkemihan.Misalnya obat Analgesik Narkotik (Opiat) dapat
manyebabkan konstipasi karena obat tersebut menekan gerakan
peristaltik,obat Antikolinergik (misal, Atropin) dapat menyebabkan
retasi urine (Asmadi 2008).
7) Masalah – masalah umum pada eliminasi fekal
a) Konstipasi : gangguan eliminasi yang di akibatkan adanya feses
yang kurang dan keras melalui anus dan usus besar. Biasanya
disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur
b) Infeksi fekal : masa feses yang keras dilipatan rectum yang
diakibatkan retensi akumulasi material desil yang berkepanjangan .
c) Diare : keluar feses yang cair dan meningkatkan frekuensi BAB
akibat cepatnya kimas melewati usus besar sehingga usus besar
tidak punya waktu untuk menyerap air
d) Inkontinensi alvi :hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses atau gas yang melalui spinggter anus akibat
kerusakan fungsi
e) Kembung :flatus yang berlebihan di daerah internal sehingga
menyebabkan intensi interna
5) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
g. Upaya Mencegahkan Terjadinya Masalah Akibat Kurangnya
Mobilisasi Antara Lain :
1) Perbaikan status gisi
2) Memperbaiki kemampuan monilisasi
3) Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4) Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady
aligmen (Struktur tubuh).
5) Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk
menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang
menetap pada bagian tubuh.
h. Macam – Macam Posisi Klien Di Tempat Tidur
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas
(pengankutan Penderita) disesuaikan dengan tingkat gangguan seperti :
1) Posisi Fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan
pasien.
2) Posisi Sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisis ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberi obat per anus
( supositoria).
3) Posisi Trabdenburg
Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian
kepala lebiih rendah dari bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk
melancarkan peredarahan darah ke otak.
4) Posisi dorsal recumbent
66
Pada posisi ini pasien berbaring telentan gdengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan.
5) Posisi litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat
kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukakn
untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan pemasangan
alat kontrasepsi.
6) Posisi Genu Pektoral
Posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
7) Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang
dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi
pronasi yang tidak tepat.
8) Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi
dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang
menyilang diatas bed.
Tujuan :
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan
memberikan ekspansi dada yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
9) Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
67
3) Berat
2) Nutrisi.
3) Emosi.
5) Gaya Hidup.
6) Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh
akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar,
sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya,
pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika
tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan
koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.
k. Akibat Body Mekanik yang Buruk
71
BAB III
PENUTUP
74
KESIMPULAN
a. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua
manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat
bertahan hidup.
b. Kebutuhan dasar manusia menurut hierarki maslow ada lima yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan
cinta, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri.
c. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan nutrisi, kebutuhan
oksigenasi, kebutuhan cairan, kebutuhan eleminasi, kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan mobilisasi, kebutuhan personal hygiene, kebutuhan
seksual, kebutuhan isterahat tidur.
SARAN
Kami berharap setelah membaca laporan pendahuluan ini, pembaca
dapat mengetahui apa- apa saja kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dan
mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta dijadikan sebagai
referensi bagi mahasiswa kelak dalam pemberian asuhan keperawatan, dan kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
75
https://www.academia.edu/9236475/BODY_MEKANIK_DAN_MOBILISASI
(Di akses pada tanggal 6 januari 2020)