Anda di halaman 1dari 75

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan
psikologis. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam
teori Hirarki terdiri dari lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis,
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).
Kebutuhan dasar manusia seperti makan,air, keamanan dan cinta
merupakan hal yang penting bagi manusia. Kebutuhan dasar manusia
tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan
dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia
kesehatan. walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan
yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama.
Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan
dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah
teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara
kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori
ini,  beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih penting dari pada
kebutuhan lainnya; oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi
sebelum kebutuhan yang lain. Misalnya, orang yang lapar akan lebih
mencari makanan daripada melakukan aktivitas untuk meningkatkan harga
diri.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengaplikasikan 8 kebutuhan
dasar manusia pada individu yang mengalami gangguan kesehatan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian KDM.
2

b. Mengetahui hal-hal yang mendasari pemahaman tentang KDM.


c. Mengetahui model-model KDM.
d. Mengetahui kerakteristik seseorang yang kebutuhan dasarnya
terpenuhi.
e. Mengetahui penerapan KDM dalam praktik keperawatan.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai bahan bacaan
dalam pengembangan ilmu keperawatan dasar manusia
2. Manfaat aplikatif
Dapat diterapkan sebagai asuhan keperawatan dalam pemberian
asuhan keperawatan dalam kegiatan perawatan sehari-hari.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
A. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
Kebutuhan Dasar Manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan
oleh semua manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang
itu dapat bertahan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan dasarnya,
manusia dapat memenuhi secara mandiri ataupun dengan bantuan
orang lain. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dasar seseorang
menentukan tingkat kesehatan seseorang dan posisinya dalam rentang
sehat-sakit.Kebutuhandasar manusia adalah hal-hal seperti makanan,
air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk
bertahan hidup dan kesehatan.
Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam
lima tingkatan prioritas. Tingkatan yang paling dasar, atau yang
pertama meliputi kebutuhan fisiologis seperti: udara, air dan makanan.
Tingkatan yang kedua meliputi kebutuhan keselamatan dan keamanan,
yang melibatkan keamanan fisik dan psikologis. Tingkatan yang ketiga
mencakup kebutuhan cinta dan rasa memiliki, termasuk persahabatan,
hubungan sosial dan cinta seksual. Tingkatan yang keempat meliputi
kebutuhan rasa berharga dan harga diri, yang melibatkan percaya diri,
merasa berguna, penerimaan dan kepuasan diri. Tingkatan yang
terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya
terpenuhi merupakan orang  yang sehat, dan sesorang dengan satu atau
lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko
untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi
manusia.
4

B. Hal-hal yang Mendasari Pemahaman Kebutuhan Dasar Manusia


(KDM)
Manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama
lainnya dalam motivasinya memenuhi kebutuhan dasar
(fisiologis,keamanan,kasih sayang,harga diri dan aktualisasi diri).
Setiap kebutuhan manusia merupakan suatu tegangan integral sebagai
akibat dari perubahan dari setiap komponen sistem. Tekanan tersebut
dimanifestasikan dalam perilakunya untuk memenuhi kebutuhan atau
tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien.
Dasar kebutuhan manusia adalah terpenuhinya tingkat
kepuasan agar manusia bisa mempertahankan hidupnya. Peran perawat
yang utama adalah memenuhi kebutuhan dasar manusia dan
tercapainya suatu kepuasan bagi diri sendiri serta kliennya, meskipun
dalam kenyataannya dapat memenuhi salah satu dari kebutuhan
membawa dampak terhadap perubahan sistem dalam individu
(biologis, intelektual, emosional, social, spiritual, ekonomi,
lingkungan, patologi dan psikopatologi).
Hal ini menggambarkan suatu bagian di mana penerapan proses
keperawatan selalu difokuskan pada kebutuhan individu yang unik dan
sebagai suatu bagian integral dari keluarga dan masyarakat.
Keseimbangan antar kebutuhan tersebut menjadi tanggungjawab dari
setiap orang. Misalnya tanggung jawab orangtua terhadap anaknya,
demikian juga tanggung jawab perawat untuk membantu memenuhi
kebutuhan dasar klien. Peran tersebut dapat dilaksanakan secara
optimal melalui pendekatan proses keperawatan.
5

C. Model-model Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)


1) Abraham Maslow
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow meliputi
lima kategori kebutuhan dasar, yakni sebagai berikut :     
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam
hirarki Maslow. Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak
terpenuhi secara umum akan melakukan berbagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu.Misalnya,
seorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta
biasanya akan mencari makanan terlebih dahulu daripada
mencari cinta.
Kebutuhan fisiologis hal yang penting untuk bertahan
hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan fisiologis,
yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan
cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin
dan fekal, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat
tinggal, kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual. Penting
untuk mempertahankan kebutuhan tersebut guna kelangsungan
umat manusia.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security
Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud
adalah keselamatan dan rasa aman dari berbagai aspek, baik
fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan
infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas, serta bebas dari
ancaman keselamatan dan psikologi pada pengalaman yang baru
atau tidak dikenal.
6

c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and


Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih
sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan
orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat atau
diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada
orang lain, kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri
dan orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal
diri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar
memenuhi kebutuhan sendiri–sendiri, tidak emosional,
mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif, serta mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.
2) Watson
Filosofi Watson tentang asuhan keperawatan
(1979,1985,1988) berupaya untuk mendifinisikan hasil dari
aktivitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistik
dari kehidupan ( Watson 1979; Marriner-Tomey,1994). Tindakan
keperawatan mengacu langsung pada pemahaman hubungan antara
sehat, sakit dan perilaku manusia. Keperawatan memperhatikan
peningkatan dan mengembalikan kesehatan serta pencegahan
terjadinya penyakit.
Model Watson meliputi proses asuhan keperawatan,
pemberian bantuan bagi klien dalam mencapai atau
mempertahankan kesehatan atau mencapai kematian yang damai.
Intervensi keperawatan berkaitan dengan proses keperawatan
manusia. Perawatan manusia membutuhkan perawat yang
memahami perilaku dan respon manusia terhadap masalah
7

kesehatan yang aktual ataupun yang potensial, kebutuhan manusia


dan bagaimana merespon terhadap orang lain dan memahami
kekurangan  dan kelebihan klien dan keluarganya ,sekaligus
pemahaman pada dirinya sendiri. Selain itu perawat memberikan
kenyamanan dan perhatian serta empati pada klien dan
keluargannya. Asuhan keperwatan tergambar pada seluruh faktor-
faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan
keperawatan pada klien ( Watson, 1987).
3) King
Manusia merupakan individu reaktifan yang dapat bereaksi
terhadap situasi, orang dan objek tertentu. Sebagai makhluk yang
berorientasi pada waktu, manusia tidak terlepas dari kejadian masa
lalu dan masa sekarang yang akan berpengaruh terhadap masa
depannya. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersamaorang lain
dan berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan hal tersebut, kebutuhan
dasar manusiadi bagi menjadi tigayaitu :
a.Kebutuhan akan informasi kesehatan
b. Kebutuhan akan pencegahan penyakit
c.Kebutuhan akan perawat ketika sakit.
4) Martha E. Rogers
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh serta memiliki sifat
dan karakter yang berbeda. Manusia selalu berinteraksi dengan
limgkungan dan memengaruhi satu sama lain. Dalam proses
kehidupannya, manusia diciptakan dengan karakteristik dan
keunikannya masing- masing. Dengan kata lain, setiap individu berbeda
satu dengan yang lain. Konsep Martha E. Rogers ini di kenal dengan
konsep manusia  manusia sebagai unit.
5) Jhonson
Jhonson mengungkap pandangannya dengan menggunakan
pendekatan sistem perilaku. Dalam pendekatan ini, individu di pandang
sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan
8

stabilitas, baik dalam lingkungan internalmaupun eksternal. Individu


juga memiliki keinginan untuk mengatur dan menyesuaikan dirinya
terhadap pengaruh yang timbul.
6) Calista Roy
Menurut Roy, manusia sebagai individu dapat meningkatkan
kesehatannya dengan mempertahankan perilaku yang adaptif dan
mengubah perilaku maladaptif. Sebagai makhluk biopsikososial,
manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk mencapai
keseimbangn atau homeostasis, manusia harus beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi. Adaptasi tersebut dilakukan dengan stimulasi
fokal, stimulasi konstektual dan stimulasi residual. Dalam proses
penyesuaian diri, individu harus meningkatkan energinya agar mampu
mencapai tujuan berupa kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi serta keunggulan.Dengan demikian, individu memiliki
tujuan untuk meningkatkan respon adaptif. Karenanya, Roy secara
ringkas berpendapat bahwa individu sebagai makhluk
biopsikososiospiritual yang merupakan satu kesatuan yang utuh,
memiliki mekanisme untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan
yang terjadi melalui interaksi yang dilakukan terhadap perubahan
lingkungan tersebut.
D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut:
1) Penyakit. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan
pemenuhankebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena
beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih
besar dari biasanya.
2) Hubungan Keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan
kesenangan hidup, tidak adarasa curiga, dan lain-lain.
9

3) Konsep Diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan


kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna dan
keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat
menghasilkan perasaan positif tentang diri. Orang yang merasa positif
tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan
mengembangkan cara hidup yang sehat., sehingga mudah memenuhi
kebutuhan dasarnya.
4) Tahap Perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia
mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut
memiliki kebutuhan dasar yang berbeda, baik kebutuhan psikologis,
biologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ
tubuh juga mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang
berbeda.
10

I. KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


a. Definisi
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun
berakibat badan menjadi lebih segar.
Tidur merupakan suatu keadaan yang relative tanpa sadar yang
penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang
berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda.
b. Fisiologi Tidur
Rormasi retikuler terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu
menjulang naik menembus medulla, pons, otak bagian tengah, dan lalu
ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel syaraf dan serat
syaraf .Serat-seratnya mempunyai hubungan-hubungan yang meneruskan
impuls-impuls ke kulit otak dan ke tali sumsum tulang belakang.Formasi
retikular itu memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta
yang disengaja dengan mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang
bertalian dengan keadaan waspada.Di waktu tidur, sistem retikular
mendapat hanya sedikit rangsangan dari korteks serebral (kulit otak) serta
permukaan luar tubuh.Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular
dirangsang dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari
organ-organ serta sel-sel pengindraan di kulit.Umpamanya saja, jam
wekker membangunkan kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita
menyadari bahwa kita harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-
perasaan yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan sebagainya,
akan membuat orang tidak dapat tidur lewat organ-organ serta sel-sel di
kulit badan. Maka keadaan tidak dapat tidur di timbulkan oleh kegiatan
kulit otak serta apa yang dirasakan oleh badan; di waktu tidur,
rangsangan-rangsangan menjadi minimal.
c. Kegunaan Atau Fungsi Dari Tidur Yang Cukup
1) Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru.
2) Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.
11

3) Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.


4) Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit.
5) Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik
d. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat
elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan
elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid
eye movement(NREM) dan rapid eye movement (REM).
1) Tidur NREM.
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek
karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih
pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang
yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi
fisiologi tubuh. Di samping itu,semua proses metabolic termasuk
tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur
NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV).Tahap I-II disebut sebagai
tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam
(deep sleep atau delta sleep).
2) Tidur REM.
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung
selama 5-30 menit.Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan
sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM,otak
cenderung aktif dan metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada
tahap individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat
bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi,sekresi lambung
meningkat,dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak
teratur.
Siklus tidur
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM.
Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam,
dan setiap orang biasanya melalui emapt hingga lima siklus selama
12

7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang
berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30
menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah
itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit.Tahap
I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit.
e. Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas Dan Kualitas Tidur
Banyak factor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,
diantaranya adalah penyakit, lingkungan,kelelahan,gaya hidup,stress
emosional,stimulan dan alcohol,diet, merokok,dan motivasi.
1) Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan
waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu,
siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
2) Lingkungan.
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang
asing dapat menghambat upaya tidur.Sebagai contoh, temperatur
yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi
tidur seseorang.Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi
dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut.
3) Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
4) Gaya hidup.
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
13

5) Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui
stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga saat tidur.
6) Stimulant dan alcohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang
SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur.Sedangkan konsumsi
alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika
pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi
buruk.
7) Diet.
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari.Sebaliknya, penambahan berat badan
dikaitkan dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode
terjaga di malam hari.
8) Merokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh.Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan
mudah terbangun di malam hari.
9) Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur
seseorang.hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur
NREM,metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk,
sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan morfin)
diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya
terjaga di malam hari.
14

10) Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan
lelah seseorang.Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya
motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
f. Gangguan Tidur Yang Umum Terjadi
1) Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya
ditemui pada individu dewasa.Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena factor mental seperti perasaan gundah atau
gelisah.Ada tiga jenis insomnia:
a) Insomnia inisial. Kesulitan untukmemulai tidur.
b) Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
c) Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi
insomnia antara lin dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang
efektif melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore
hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (mis; membaca,
mendengarkan music),dan tidur jika benar-benar mengantuk.
2) Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur.Gangguan ini umum terjadi pada anak-
anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis;
tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis;
mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis; mimpi
buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).
3) Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari.Gangguan ini dapat
15

disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf,


gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme
(mis; hipertiroidisme).Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat
digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung
jawab pada siang hari.
4) Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga
sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum
diketahui.Diduga karena kerusakan genetic.
II. KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE
a. Konsep Personal Hygiene
1) Pengertian Personal Hygiene
Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dipengaruhi oleh
nilai individu dan kebiasaan.Jika seseorang sakit, biasanya masalah
kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena ita menganggap
masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus menerus dapat memengaruhi kesehatan secara umum
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikologis (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
Secara teoritis, higiene perorangan adalah usaha dari setiap orang
yang terlibat dalam pengolahan makanan untuk menghindari makanan
supaya tidak terkontaminasi yang dapat dicapai dengan mencuci tangan,
kesehatan dan kebersihan diri, kondisi sakit dan harus tertanam
pengertian tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan diri
16

karena pada dasarnya yang dimaksud hygiene adalah mengembangkan


kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan. Orang yang melakukan
pengolahan makanan dan penyiapan makanan harus memenuhi
persyaratan seperti kesehatan individu yang tidak memiliki penyakit
infeksi dan harus memenuhi syarat-syarat seperti kebersihan diri dan
kerapian (Mubarok 2009, dikutif dalam Maharani & Yusiana, 2013).
2) Macam-macam personal hygiene
Menurut Tawoto & Wartonah (2011), yang termasuk personal
higiene antara lain sebagai berikut:
a) Perawatan kulit kepala dan rambut
b) Perawatan mata
c) Perawatan hidung
d) Perawatan telinga
e) Perawatan kuku kaki dan tangan
f) Perawatan genitalia
g) Perawatan kulit seluruh tubuh
h) Perawatan tubuh secara keseluruhan
3) Tujuan perawatan personal hygiene
Adapun tujuan dari personal hygiene menurut Tawoto & Wartonah
(2011), antara lain sebagai berikut:
a) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b) Memelihara kebersihan diri seseorang
c) Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d) Mencegah penyakit
e) Meningkatkan percaya diri seseorang
f) Menciptakan keindahan
17

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene


Menurut Tawoto & Wartonah (2011), faktor-faktor yang
memengaruhi personal hygiene, antara lain:
a) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat memengaruhi kebersihan
diri.Misalnya, karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli terhadap kebersihannya.
b) Praktik sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, sampo, dan alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.Misalnya,
pada pasien penderita diabetes mellitus yang harus selalu menjaga
kebersihan kakinya.
e) Budaya
Disebagian masyarakat, jika individu memiliki penyakit tertentu
tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri, seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
g) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
18

5) Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene


Menurut Tawoto & Wartonah (2011), dampak yang biasa timbul
pada masalah personal hygiene, antara lain:
a) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta
gangguan fisik pada kuku.
b) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rassa nyaman, kebuuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi social.
III. KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN NYERI
a. Tinjauan Teori Nyeri
1) Pengertian Nyeri
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat
individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain (Kozier dan Erb,
2009).
Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul
ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut
bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri (Hidayat, 2009).
Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan
mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan
berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan
kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang
klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama menghasilkan respons atau perasaan yang
identik pada seorang individu (Potter & Perry, 2010).
19

2) Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
kuat yang secara potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam
(deep somatic), dan pada daerah visceral.Oleh karena letaknya yang
berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda.Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
didefinisikan (Smeltzer dan Bare, 2002).
3) Sifat-sifat Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri memiliki beberapa
sifat, antara lain (Mahon,1994 dalam Potter dan Perry, 2010):
a) Subjektif, sangat individual.
b) Tidak menyenangkan.
c) Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi.
d) Melelahkan dan menuntut energi seseorang.
e) Dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna
kehidupan.
f) Tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan
sinar-X atau pemeriksaan darah.
g) Mengarah pada penyebab ketidakmampuan.
4) Teori Nyeri.
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri,
diantaranya :
a) Teori pemisahan (specificity theory).
20

Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis


melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian
naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya,
dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan.
b) Teori pola (pattern theory).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks
serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri, persepsi dipengaruhi oleh modalitas
dari reaksi sel T.
c) Teori pengendalian gerbang (gate comtrol theory).
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil
yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan
pada serat saraf besar akan meningkatkan tertutupnya pintu
mekanisme sehimgga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan
hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat efferent dan
reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat
kecil akan menghambat aktivitas subtansia gelatinosa dan membuka
pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang
selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
d) Teori transmisi dan inhibisi.
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls
saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri
menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang
memblok impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system
supresif.
21

5) Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2002), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a) Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa
kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada
kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita
untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial
menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam
bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi,
nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung.
b) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak
mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit
untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri
akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak
berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi
masalah dengan sendirinya.
6) Mekanisme Neurofisiologik nyeri
Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai sistem noniseptik. Sensivitas dari
komponen sistem noniseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan
berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap
22

stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang
sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu
waktu tetapi tidak pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis
kronis dan nyeri pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari
(Doengoes, 2009).
7) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Menurut Fajarwati (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi respon
nyeri adalah:
a) Pengalaman masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan
berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih
toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya
mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal
ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu
dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap
peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.
b) Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah
sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu
sensasi. Suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian
limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang, khususnya
ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap
nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
c) Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan
23

dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman


tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam
merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang
mengalami nyeri (Potter, 2010).
d) Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang
ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang
masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan
mengekspresikan nyeri.
e) Efek Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk
tablet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya
terdiri atas gula,larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena
plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya
memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin
dalam sistem kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek
penurunan nyeri.
24

IV. KEBUTUHAN OKSIGENASI


a. Anatomi Fisiologi

1) Saluran Nafas Atas


a) Hidung
Hidung terdiri atas bagian eksternal dan internal.Bagian
eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago sedangkan bagian internal hidung adalah rongga berlorong
yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi
vertikal yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi
dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung. Permukaan mukosa hidung dilapisi
oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan
dari paru-paru. Selain itu, hidung juga berfungsi sebagai penyaring
kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup
ke dalam paru-paru.Hidung juga bertanggung jawab terhadap
olfaktori (penghirup) karena reseptor olfaktori terletak dalam
mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalandengan
pertambahan usia.
25

b) Faring
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring). Faring berfungsi untuk menyediakan saluran pada
traktus respiratorius dan digestif.
c) Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago
yang menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut
sebagai kotak suara dan terdiri atas epiglotis yaitu daun katup
kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan,
glotis yaitu ostium antara pita suara dalam laring, kartilago tiroid
yaitu kartilago terbesar pada trakea dan sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple), kartilago krikoidyaitu satu-
satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di
bawah kartilago tiroid), kartilago aritenoid yang digunakan dalam
gerakan pita suara dengan kartilago tiroid dan pita suara
yaituligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring).
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
d) Trakea
Trakea atau disebut juga batang tenggorok.Ujung trakea
bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.
2) Saluran Nafas Bawah
a) Bronkus
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri yang disebut
bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2
bronkus).Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus
26

segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi


bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki : arteri, limfatik dan saraf
b) Bronkiolus
Bronkiolus yaitu bronkus segmental yang bercabang-
cabang.Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk
melapisi bagian dalam jalan napas.
c) Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara
jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
e) Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli.
f) Alveoli
Alveoli merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2.Terdapat
sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan
seluas 70 m². Terdiri atas 3 tipe, yaitu :
(1) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveoli
(2) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik
dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
(3) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-
sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
27

g) Paru-paru
Paru-paru Merupakan organ yang elastis berbentuk
kerucut.Terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan
basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-
lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya.
h) Pleura
Pleura Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis.Pleura terbagi mejadi 2 yaitu pleura parietalis dan
pleura viseralis.Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
sedangkan Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-
paru. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis
pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu
bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks
dengan paru-paru.
b. Konsep oksigenisasi
1) Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi
tubuh.Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5
menit.Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka
terjadi kerusakan sel otak secara permanen. Selain itu oksigen digunakan
oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP
(Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar
berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh
dengan cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan
28

aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam


tubuh.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21
% pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh.
2) Tujuan pemberian oksigenasi
Tujuan pemberian oksigenasi adalah:
a) Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
b) Untuk menurunkan kerja paru-paru
c) Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
3) Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen.
a) Faktor Fisiologi
(1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
(2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas.
(3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
(4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dan lain-lain.
(5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
penyalit kronik seperti TBC paru.
b) Faktor Perkembangan
(1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
(2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
(3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok.
29

(4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
(5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
c) Faktor Perilaku
(1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arterioklerosis.
(2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
(3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
(4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin,
alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan.
(5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d) Faktor Lingkungan
(1) Tempat kerja
(2) Suhu lingkungan
(3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
4) Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi
kebutuhan oksigenasi:
a) Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
b) Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada
pasien dekom menimbulkan hipoksia jaringan.
c) Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi
darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
d) Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan
darah dari arteri koroner ke miokardium.
30

5) Perubahan Fungsi pernapasan


a) Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam
paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi
dapat disebabkan karena :
(2) Kecemasan
(3) Infeksi/sepsis
(4) Keracunan obat-obatan
(5) Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas
pendek, nyeri dada (chest pain), menurunkan konsentrasi,
disorientasi , tinnitus.
b) Hipoventilasi
Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat
untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan
CO2 dengan cukup.Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps
paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri
kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
c) Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi
O2 yang diinspirasi atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat
seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
(1) Menurunnya hemoglobin
(2) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
(3) Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan
sianida.
(4) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti
pneumonia.
(5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
31

(6) Kerusakan/gangguan ventilasi.


Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan,
menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan
clubbing.

V. KEBUTUHAN NUTRISI

a. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem
32

pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran


pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir
di anus.
2) Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring
3) Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik.
4) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Kardia.
b) Fundus.
c) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup.Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
5) Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
33

isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan


makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil
enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M
Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar)
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus
dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus.Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
34

adalah bagian usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan


digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
c) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus.Pada sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu.Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
6) Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari feses. Usus besar terdiri dari :
a) Kolon asendens (kanan)
b) Kolon transversum
c) Kolon desendens (kiri)
d) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat
gizi.Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat
penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal
dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi
iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
7) Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika
35

kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka


timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan
ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan
dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.Anus
merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
8) Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin.Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
a) Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
b) Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim
proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan
oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan
aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
36

melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi


melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
9) Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan.Organ ini memainkan peran penting
dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh
termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat.Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam
pencernaan.Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya
dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang
kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang
lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena
porta.Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam
hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah
darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi
umum. Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.
10) Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap –
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2
fungsi penting yaitu:
a) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
37

b) Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama


haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah
merah dan kelebihan kolesterol.
b. Konsep Kebutuhan Nutrizi
1) Definisi
Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi.
Oleh para ahli istilah tersebut diubah menjadi gizi. Gizi adalah
substansi organic dan non organic yang ditemukan dalam makanan
dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik.
Nutrisi adalah Jumlah dari seluruh interaksi antara organisme dan
makanan yang dikonsumsinya (Cristian dan Gregar 1985).
Dengan kata lain nutrisi adalah apa yang manusia makan dan
bagaimana tubuh menggunakannya.Masyarakatmemperoleh makanan
atau nutrien esensial untuk pertumbuhan dan pertahanan dari seluruh
jaringan tubuh dan menormalkan fungsi dari semua proses
tubuh.Nutrien adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan
dalam makanan dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.
2) Fungsi Nutrisi
a) Melindungi tubuh dari serangan penyakit
b) Memberikan energi bagi aktivitas tubuh
c) Membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh
d) Mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh
e) Mengganti sel tubuh yang rusak
f) Mempertahankan vitalitas tubuh
3) Jenis-Jenis Nutrien
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah kelompok nutrient yang penting dalam
susunan makanan.Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari
elemen karbon, hidrogen dan oksigen.Karbohidrat dibagi atas :
1.) Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida
(molekul tunggal yang terdiri dari glukosa, fruktosa, dan
38

galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul ganda),


contoh: sukrosa (glukosa + fruktosa), maltosa (glukosa +
glukosa), laktosa (glukosa + galaktosa).
2) Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena
disusun banyakmolekul glukosa.
3) Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan, tidak dapat dicerna oleh tubuh dengan sedikit atau
tidak menghasilkan kalori tetapi dapat meningkatkan volume
feces.
b. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan.Lemak
dan minyak terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam
lemak. Fungsi lemak :
1) Sebagai sumber energi ; merupakan sumber energi yang
dipadatkan dengan memberikan 9 kal/gr.
2) Ikut serta membangun jaringan tubuh.
3) Perlindungan.
4) Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas
dari tubuh.
5) Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan
lambung dan mencegah timbul rasa lapar kembali segera
setelah makan.
6) Vitamin larut dalam lemak.
c. Protein
Protein merupakan kelompok nutrient yang sangat penting
bagi makhluk hidup. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim
proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino yang kemudian
akan diserap oleh usus. Fungsi protein :
1) Protein menggantikan protein yang hilang selama proses
metabolisme yang normal dan proses pengausan yang
normal.
39

2) Protein menghasilkan jaringan baru.


3) Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang
baru dengan fungsi khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon
dan haemoglobin.
4) Protein sebagai sumber energi.
d. Vitamin
Vitamin adalah bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh
tubuh dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme
tubuh. Ada 2 jenis vitamin, yaitu:
1) Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K.
2) Vitamin larut air yaitu vitamin B dan C (tidak disimpan
dalam tubuh jadi harus ada didalam diet setiap harinya).
e. Mineral dan Air
Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal
sebagian enzim, dan sangat penting dalam pengendalian system
cairan tubuh.Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus
disediakan lewat makanan.3 fungsi mineral:
1) Konstituen tulang dan gigi ; contoh : calsium, magnesium,
fosfor.
2) Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan
komposisi cairan tubuh ; contoh Na, Cl (ekstraseluler), K,
Mg, P (intraseluler).
3) Bahan dasar enzim dan protein.
4) Faktor Yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Faktor yang meningkatkan kebutuhan nutrisi:
a) Pertumbuhan yang cepat
b) Perbaikan jaringan/pemulihan kesehatan
c) Peningkatan suhu tubuh
d) Aktivitas yang meningkat
e) Stress dan infeksi
40

Faktor yang menurunkan kebutuhan Nutrisi:


a) Penurunan laju pertumbuhan
b) Penurunan BMR
c) Hypotermi
d) Jenis kelamin
e) Gaya hidup pasif
f) Bedrest
5) Malnutrisi
Kekurangan intake dari zat-zat makanan terutama protein dan
karbohidrat. Dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembngan dan
kognisi serta dapat memperlambat proses penyembuhan. Tipe-tipe
malnutrisi :
a) Defisiensi Nutrien. contoh: kurang makan buah dan sayur
menyebabkan kekurangan vitamin C yang dapat mengakibatkan
perdarahan pada gusi.
b) Marasmus. Kekurangan protein dan kalori sehingga terjadinya
pembongkaran lemak tubuh dan otot. Gambaran klinis: atropi
otot, menghilangnya lapisan lemak subkutan, kelambatan
pertumbuhan, perut buncit, sangat kurus seperti tulang dibungkus
kulit.
c) Kwashiorkor. Kekurangan protein karena diet yang kurang
protein atau disebabkan karena protein yang hilang secara
fisiologis (misalnya keadaan cidera dan infeksi). Ciri-cirinya:
lemah, apatis, hati membesar, BB turun, atropi otot, anemia
ringan, perubahan pigmentasi pada kulit dan rambut.
41

VI. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


a. Anatomi dan Fisiologi

Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia


membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat
diberbagai jaringan tubuh.Air menempati proporsi yang besar dalam
tubuh. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa
dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita mempunyai simpanan
lemak yang relative lebih banyak, kaandungan air pada tubuh wanita 10%
lebih rendah dibandingkan pria (Wahid dan Nurul, 2007).
Cairan tubuh menempati kompartemen intrasel dan ekstrasel.2/3
sebagian cairan dari cairan tubuh berada dalam sel (Cairan Intrasel/CIS)
dan 1/3 bagian berada diluar sel (Cairan Ekstrasel/CES). CES dibedakan
menjadi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES
atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80%
CES atau 5% dari total berat badan (Saryono dan Anggriyana, 2010).
b. Konsep Dasar Cairan Dan Elektrolit
1.) Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
42

dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan saling bergantung


satu dengan yang lainnya.jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan
yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan
cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam
sistem vaskuler.Cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara
sel, sedangkan cairan intraseluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna
(Hidayat, 2008).
2) Pengaturan Volume Cairan Tubuh
Menurut Brunner & Suddart, 2000 di dalam tubuh seorang yang
sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh
selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi
normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang
terjadi.Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka
mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilangan cairan
antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal
(urine), ekresi pada proses metabolisme.
a) Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang, seorang
dewasa minum kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan
cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi
selama proses metabolisme. Pengatur utama intake cairan adalah
melalui mekanisme haus.Pusat haus dikendalikan berada di otak
sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
43

intraseluler, sekresi angiotensin sebagai respon dari penurunan


tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan
sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus
akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh
tractus gastrointestinal.
Rata-rata cairan perhari
(1) Air minum : 1500-2500 ml.
(2) Air dari makanan : 750 ml.
(3) Air dari hasil oksidasi atau metabolisme : 200 ml.
b) Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu:
(1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui
tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500
ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang
dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya
tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
(2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit
dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal
kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-
400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
(3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh
yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus,
44

sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang


belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
(4) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 ml
per hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam
mukosa usus besar (kolon).
3) Cara menghitung balance cairan :
a) Balance cairan = intake cairan – output cairan
b) Intake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible
Water Loss)
Keterangan :
 Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan
cairan dalam makanan Klien, volume obat-obatan, termasuk obat
suntik, obat yang di drip, albumin dll.
 Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika Klien dipasang
kateter maka hitung dalam ukuran di urinbag, jika tidak terpasang
maka Klien harus menampung urinenya sendiri, biasanya
ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian
feses.
 IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak
disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas.
Berikut cara menghitung IWL.
Cara menghitung IWL pada orang dewasa :
1) Teknik menghitung IWL pada orang dewasa :
IWL = (15 x BB)
24 jam
2) Rumus IWL dalam kenaikan suhu :
[(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
45

Keterangan :
CM = Cairan masuk
(Smeltzer& Bare, 2001).
4) Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh menurut syaifuddin, 2006 antara lain :
a) Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme,
dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Tabel 1.1 kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat
badan
No Umur BB (kg) Kebutuhan Cairan (ml)
1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700

b) Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.Sedangkan seseorang
yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
c) Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan
elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan
46

membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan


cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini
akan menyebabkan edema.
d) Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,
dan pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e) Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
(1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL.
(2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
(3) Klien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
5) Masalah-masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
menurut A.Aziz Alimul Hidayat, 2008 yaitu :
a.) Hipovolemik atau dehidrasi
Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra
seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik.
Gejalanya antara lain: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual
muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri,
penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit
menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut, mata cekung,
47

pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan


jumlah air mata.
b) Hipervolemik atau overhidrasi
Penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
(1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
(2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium
dan air.
(3) Kelebihan pemberian cairan. \Perpindahan cairan interstisial ke
plasma.
Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi
kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena
leher.

VII. KEBUTUHAN ELIMINASI


a. Eliminasi Urine
1) Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke
vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat
urin dikumpulkan, dan d) satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.

a) Ginjal (Ren)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang
perut atau abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
48

belakang, di bawah hati dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal


terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi
tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas
dan duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Fungsi ginjal, adalah sebagai berikut :
(1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun,
(2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
(3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh
(4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat
gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat
lebih terang dibandingkan cortex.Bagian medulla berbentuk kerucut
yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap
kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai
pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan
nervus..Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis
majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan
unit fungsional ginjal.Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap
ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, angsa
henle, tubulus distal dan tubulus urinarius
49

b) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen
dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.Lapisan dinding ureter
terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan
tengah lapisan otot polos, dan lapisan sebelah dalam lapisan
mukosa.Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
c) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin.Organ ini
berbentuk seperti buah pir (kendi).Letaknya di belakang simfisis
pubis di dalam rongga panggul.Vesika urinaria dapat mengembang
dan mengempis seperti balon karet.Dinding kandung kemih terdiri
dari lapisan sebelah luar (peritoneum), tunika muskularis (lapisan
berotot), tunika submukosa dan lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam).
d) Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki
panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari urethra pars
prostatica, urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra
externa), urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor),
3-5 cm (Lewis). Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina
(antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran
ekskresi.
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
(1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter
uretra menjaga agar uretra tetap tertutup.
50

(2) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh


darah dan saraf.
(3) Lapisan mukosa.
e) Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
(1) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
(2) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
(3) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
(4) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau
amoniak.
(5) Berat jenis 1,015-1,020.
(6) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung
dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein
memberi reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:


(1) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
(2) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,
amoniak dan kreatinin.
(3) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
(4) Pagmen (bilirubin dan urobilin).
(5) Toksin.
(6) Hormon.

f) Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi
dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
51

(1) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada


dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini
terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan
mencetuskan tahap ke 2).
(2) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih.Pusat saraf miksi berada pada
otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di
pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat
Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf
parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi,
sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal:
tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal :
(1) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk.
(2) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
(3) Baunya tajam.
(4) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
2) Proses Berkemih
a) Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein.Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.Cairan yang disaring
disebut filtrate glomerulus.

b) Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat.
52

Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus


proximal.
Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan
sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.Penyerapan terjadi
secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis.
c) Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
3) Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
a) Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang
memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan
jumlah urine yang dibentuk.Selain itu, juga dapat meningkatkan
pembentukan urine.
b) Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
c) Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
d) Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi
keinginan berkemih.Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
e) Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik
untuk fungsi sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria
menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan
kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
53

f) Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi
pola berkemih.Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil.
Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
g) Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti
diabetes melitus.
h) Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.
i) Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan
untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan
sakit.
j) Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis.
Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan
pengeluaran urine.
k) Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya
pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan
pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan
retensi urine.
l) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan
dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus
54

pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga


mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu
pengeluaran urine.

4) Masalah Eliminasi Urin


Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara
umum. Salah satu yang tersering ialah gangguan urine.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain:
a) Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
(1) Operasi pada daerah abdomen bawah.
(2) Kerusakan ateren
(3) Penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda retensi urine :
a) Ketidak nyamanan daerah pubis.
b) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
c) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
d) Meningkatnya keinginan berkemih.
e)
b) Enuresis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak
umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya :
a) Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
b) Kandung kemih yang irritable
c) Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
d) ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
c) Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
55

Jenis inkotinensia
a) Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu
mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau
ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
(1) Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
(2) Penurunan tonur kandung kemih
(3) Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
(4) Lingkungan
(5) Lanjut usia.
b) Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami
pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra
abdomen.
Faktor Penyebab:
(1) Inkomplet outlet kandung kemih
(2) Tingginya tekanan infra abdomen
(3) Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
(4) Lanjut usia.
c) Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami
kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
(1) Penurunan Kapasitas kandung kemih.
(2) Penurunan isyarat kandung kemih
(3) Efek pembedahan spinkter kandung kemih
(4) Penurunan tonus kandung kemih
(5) Kelemahan otot dasar panggul.
(6) Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
(7) Perubahan pola
56

(8) Frekuensi
(9) Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya
cairan.
(10) Urgency
(11) Perasaan seseorang harus berkemih
b. Eliminasi  Fekal
1) Eliminasi Digestif
Eliminasi ini berkaitan dengan organ system pencernaan hususnya
adalah kolon atau usia besar kolon (usus besar ) dari saluran
pencernaan yang di mulai dari katup ileum-sekum keanus yang
meliputi sekum,kolon asenden, kolon tranversum, kolon desenden,
kolon sigmoid, dan anus.Panjang kolon pada orang dewasa + 1,5
meter (andra 2007). 
2) Proses pembentukan feses   
Setiap harinya ,sekitar 750cc chime kekolom dari ilium. Di kolon
cyme tersebut mengalami proses absorbsi air,nutrium,dan
klorida.Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan peristaltik anus.
Dari 750 cc chyme tersebut,sekitar 150-200 cc mengalami proses
reabsorpasi.Chyme yang tidak di reabsorpasi menjadi bentuk
semisolid yang disebut feses.
Selain itu dalam saluran,cerna banyak terdapat bakteri.Bakteri
mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses
fermentasi akan menghasilkan gas yang di keluarkan melalui anus
setiap harinyayang kita kenal sebagai flatus.Misalnya,karbohidrat saat
difermentasikan akan menjadi hydrogen, karbondioksida, dan gas
metana.apabila terjadi ganguan pencernaan karbohidrat,maka akan ada
banyak gas yang terbentuk saat berfermentasi.akibatnya, seseorang
akan merasa kembung.
3) Pola Defekasi
Waktu Defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat
individual.Orang dalam keadaan normal,frekuensi buang air besar 1
57

kali sehari, tetapi ada pula yang  buang air besar 3-4 kali
seminggu.Ada yang buang air besar setelah sarapan pagi,ada pula
yang malam hari.Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel
training yang di lakukan pada masa kanak-kanak.Sebagianbesarorang
memiliki kebiasaan defekasi setelah sarapan pagi karena adanya
refleks gastrotolik yang menyebabkan “mass movement” pada usus
besar.
Umumnya feses bergantung pada jumlah intake makanan.Namun
secara khusus jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat
dan cairan pada makanan.Pola defekasi akan berubah karena adanya
kontifikasi,fekal inflation,diare,dan inkontinensia.Kondisi ini
berpengaruh terhadap konsistensi dan frekuensi buang air besar.
4) Karakteristik feses
a) Karakteristik feses normal
(1) Konsitensi
Secara normal feses memiliki bentuk,tetapi lembek karena
mengandung +75 air dan +25 sisanya berupa zat ampas.
(2) Permukaan feses
Permukaan feses yang normal sesuai dengan permukaan
rectum,Abnormalis permukaan feses menunjukan adanya
adanya kelainan pada rectum.
(3) Bau
Karakteristik feses bau tidak menyenangkan. Bau
cenderung bervariasi tergantung pada makanan yang di
konsumsinya.

(4) Lemak dan protein


Lemak dan protein secara normal terdapat dalam jumlah
sedikit dalam feses.Jumlah ini bergantung pada kandungan
zat tersebut dalm makanan yang dikonsumsinya.
b) Karakteristik feses abnormal
58

(1) Konsistensi
Feses dikatakan abnosmal bila dikatakan cair atau
keras.feses yang encer mengandung air lebih dari +75 % 
yang disebab kan karena air dan zat makanan yang di absorbs
sepanjang kolom oleh karena chimeterlalu cepat bergerak
dikolom .feses yang keras mengandung sedikit air dan
biasanya sulit untuk di keluarkan sehingga menimbulkan
nyeri saat defekasi
(2) Warna
Warna feses yang tidak normal merupakan indikasi adanya
gangguan pada sistem pencernaan.Feses yang warna nya
sangat pucat mungkin karena adanya penyakit pada organ
empedu.Feses yang warna merah dapat di akibat kan oleh
adanya  pendarahan pada rectum dan anus. feses berwarna
kehitaman menunjukan terjadinya pendarahan pada saluran
pencernakan. Perubahan warna feses dsapat pulah disebab
kan oleh pengaruh makanan ataupan obat-obatan tertentu.
(3) Kandungan
Feses mengandung mucus atau lemak yang
berlebihan,darah feses, organism potongan,dan/ atau parasif.

5) Proses Defekasi
Adalah proses pembuangan atau pengeluaan sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus dalam proses defekasiterjadi dua yaitu :
a) Refleks defekasi intrinsic
59

Berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga trjadi distensi


rectum kemudian menyebabkan rangsangan pada flatus mensentrikus
yang terjadi gerakan feristaltik.
b) Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang
kemudian diteruskan ke jarak spinal .
6) Faktor – factor yang mempengaruhi proses defekasi :
a) Usia
Pada usia bayi kotrol defekasi belum berkembang
sedangkan pada usia lanjut control menurun, Usia bukan hanya
berpengaruh pada eliminasi fekal saja,tetapi juga berpengaruh
terhadap control eliminasi itu sendiri. Anak-anak masih belum
mampu buang air besar maupun buang air kecil karena system
neuromuskulernya belum berkembang dengan baik.manusia dalam
usia lanjut juga akan mengalami perubahan dalam elimin asi
tersebut.Biasanya terjadi penurunan tonus otot,sehingga feristetik
menjadi lambat. Haltersebut menyababkan kesulitan dalam
pengontrolan eliminasi feses,sehingga pada manusia usia lanjut
berosiko mengalami kontifasi (Asmadi, 2008).
b) Intake cairan
Cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi
keras, intake cairan berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine.
Bila antake cairan tidak adekuat atau output cairan yang
berlebihan, maka tubuh akan mengabsorbsi cairan dari usus besar
dalam jumlah besar.Hal tersebut menyebabkan feses menjadi
keras,kering,dan sulit melewati saluran pencernaan (Asmadi,
2008).
c) Aktivitas
Tonus abdomen sangat membantu defekasi. Latihan fisik
membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot.tonus otot
yang baik dari otot-otot abdominal,otot pelvis,dan digfragma
60

sangat penting bagi defekasi dan miksi.Latihan fisik merangsang


terhadap timbulnya peristaltic (Asmadi 2008).
d) Fisiologis
Keadaan cemas,takut dan marah akan meningkat. Stres yang
berlebihan akan menpengaruhi eliminasi fekal dan urine.Ketika
seseorang mengalami kecemasan atau ketakutan,terkadang dia akan
mengalami diare ataupun beser.Namun,ada pula yang
menyebabkan sulit buang besar (Asmadi 2008).
e) Temperature
Eliminasi dipengaruhi oleh temperatur tubuh.Seseorng yang
demam akan mengalami peningkatan pemgaruh cairan tubuh
karena meningkatnya aktivitas metabolik.Hal tersebut akan
menyebabkan tubuh akan kekurangan cairan sehingga dampaknya
berpotensi terjadi konstipasi dan pengeluaran urine menjadi sedikit
(Asmadi 2008).
f) Gaya hidup
Kebiasaan melatih buang air besar sejak kecil secara teratur.
g) Prosedur diagnostic
Biasanya dipuasakan atau dilakukan kliman dahulu agar tidak
dapat BAB kecuali setelah makan.
h) Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan
konstipasi.

i) Nyeri
Nyeri berpengaruh terhadap pola eliminasi.Seseorang yang
berada dalam keadaan nyeri sulit untuk makan, diet yang
seimbang, maupun untuk melakukan latihan dalam upaya
mempertahankan tonus otot dasar panggul dan perut (Asmadi
2008).
61

j) Obat-Obatan
Beberapa jenis obat memiliki efek samping yang
berpengaruh terhadap eliminasi.Ada obat yang menyebabkan
seorang menjadi diare pada kondisi organ pencernaan maupun
organ perkemihan.Misalnya obat Analgesik Narkotik (Opiat) dapat
manyebabkan konstipasi karena obat tersebut menekan gerakan
peristaltik,obat Antikolinergik (misal, Atropin) dapat menyebabkan
retasi urine (Asmadi 2008).
7) Masalah – masalah umum pada eliminasi fekal
a) Konstipasi : gangguan eliminasi yang di akibatkan adanya feses
yang kurang dan keras melalui anus dan usus besar. Biasanya
disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur
b) Infeksi fekal : masa feses yang keras dilipatan rectum yang
diakibatkan retensi akumulasi material desil yang berkepanjangan .
c) Diare : keluar feses yang cair dan meningkatkan frekuensi BAB
akibat cepatnya kimas melewati usus besar sehingga usus besar
tidak punya waktu untuk menyerap air
d) Inkontinensi alvi :hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses atau gas yang melalui spinggter anus akibat
kerusakan fungsi
e) Kembung :flatus yang berlebihan di daerah internal sehingga
menyebabkan intensi interna

VIII. KEBUTUHAN MOBILISASI DAN BODY MEKANIK


a. Definisi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
kegiatan dengan bebas (kosier, 1989). Mobilisasi merupakan kemampuan
individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan
62

untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan


kesehatannya. 
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien,
terkoordinir dan aman untuk menghasilkan pergerakan dan
mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Istilah body mekanik
pada umumnya digunakan untuk menggambarkan efesiensi pergerakan
tubuh seseorng yang digunakan untuk memindahkan tubuh orang lain
atau benda. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari
kebutuhan aktivitas manusia.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Aligement (Postur Tubuh) : Susunan geometrik bagian-bagian
tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
2. Balance / Keseimbangan : Keseimbangan tergantung pada interaksi
antara pusat gravity, line gravity dan base of support.
3. Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir) :
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan
sistem syaraf.
b. Tujuan Mobilisasi
1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2) Mencegah terjadinya trauma
3) Mempertahankan tingkat kesehatan
4) Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5) Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
1) Gaya Hidup :Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat
pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di
ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang
sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda
dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
63

2) Proses penyakit dan injury : Adanya penyakit tertentu yang di derita


seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang
patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian
pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri
mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien
harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu
misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit
kardiovaskuler.
3) Kebudayaan : Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap
dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa
jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota
yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton
akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita
madura dan sebagainya.
4) Tingkat Energy : Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga
atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di
bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
5) Usia dan status perkembangan : Seorang anak akan berbeda tingkat
kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak
yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula
tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
6) Tipe persendian dan pergerakan sendi : Dalam sistim
muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat
digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan
(siartrosis).

d. Tipe Persendian Dan Pergerakan Sendi


Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi
yang dapat digerakkan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakkan
(siartrosis).
e. Toleransi Aktifitas
64

Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan


gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau
pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal
tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat
mobilisasi dan setelah mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain
(Gordon, 1976) :
1) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak
teratur
2) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi
orthostatic.
3) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
4) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
5) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan
aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh.
6) Status emosi labil.
f. Masalah Fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di
amati pada berbagai sistim antara lain :
1) Masalah musculoskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur,
penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
2) Masalah urinary
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran
kemih dan inkontinentia urine.
3) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan
konstipasi.
4) Masalah respirasi
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas,
ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
65

5) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
g. Upaya Mencegahkan Terjadinya Masalah Akibat Kurangnya
Mobilisasi Antara Lain :
1) Perbaikan status gisi
2) Memperbaiki kemampuan monilisasi
3) Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4) Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady
aligmen (Struktur tubuh).
5) Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk
menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang
menetap pada bagian tubuh.
h. Macam – Macam Posisi Klien Di Tempat Tidur
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas
(pengankutan Penderita) disesuaikan dengan tingkat gangguan seperti :
1) Posisi Fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan
pasien.
2) Posisi Sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisis ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberi obat per anus
( supositoria).

3) Posisi Trabdenburg
Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian
kepala lebiih rendah dari bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk
melancarkan peredarahan darah ke otak.
4) Posisi dorsal recumbent
66

Pada posisi ini pasien berbaring telentan gdengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan.
5) Posisi litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat
kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukakn
untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan pemasangan
alat kontrasepsi.
6) Posisi Genu Pektoral
Posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
7) Posisi terlentang (supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang
dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan :
a.   Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b.   Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi
pronasi yang tidak tepat.
8) Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi
dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang
menyilang diatas bed.
Tujuan :
a.   Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan
memberikan ekspansi dada yang maksimal
b.   Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
9) Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
67

a) Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.


b) Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
c) Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post
operasi mulut atau tenggorokan.
10) Posisi lateral (side lying)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu
sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
a) Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang
baik
b) Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c) Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
i. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini
mempengaruhi tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar
diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan yang
terjadi pada pasien atau penderita. Perawat menggunakan berbagai
kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama
ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan
klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat
mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan
ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar
dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat,
memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga
mengganbungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan patologis
pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.
Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
1) Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam
melakukann mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang
68

gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor


yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
a. Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada
dipertengahan tubuh
b. Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis
imaginer vertikal melalui pusat gravitasi.
c. Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat
seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau
menahan tubuh
2) Keseimbangan

Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan


cara mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi
dan dasar tumpuan.

3) Berat

Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan


adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda
akan mempengaruhi mekanika tubuh.

Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh.


Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan
dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
1) Gerakan ( ambulating ).Gerakan yang benar dapat membantu
keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada saat orang
berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda.  Orang berdiri akan lebih
mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan, karena pada posisi
berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain
dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat berjalan
terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang akan
menghasilkan gerakan halus dan berirama.
69

2) Menahan ( squating ).Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu


berubah. Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan
orang yang jongkok dan tentunya juga berbeda dengan posisi
membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk
memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam menahan sangat
diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan
memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
3) Menarik ( pulling ) Menarik dengan benar akan memudahkan untuk
memindahkan benda. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk
menarik benda, di antaranya ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di
depan orang yang akan menarik ), posisi kaki dan tubuh dalam menarik
( seperti condong kedepan dari panggul ), sodorkan telapak tangan dan
lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan
kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
4) Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik.
Gunakan otot – otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah,
perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian
belakang.
5) Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan untuk memutar
anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar
yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam pergerakan agar
tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh

j. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik dan Ambulasi


1) Status kesehatan.

Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem


muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari – hari dan lain –
lainnya.
70

2) Nutrisi.

Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses


pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh
dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya
penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan lebih
mudah mengalami fraktur.

3) Emosi.

Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan


mekanika tubuh dan ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami
perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan
mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.

4) Situasi dan Kebiasaan.

Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya,


sering mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan
mekanika tubuh dan ambulasi.

5) Gaya Hidup.

Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat


menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan
kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu
koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya
akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.

6) Pengetahuan.
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh
akan mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar,
sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya,
pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan mekanika
tubuh akan menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan
koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.
k. Akibat Body Mekanik yang Buruk
71

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi


pengeluaran energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan
dari penggunaan mekanika tubuh yang salah adalah sbb :
1) Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan
gangguan dalam sistem muskulusletal.
2) Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang 
salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan
terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal,  misalnya kelainan
pada tulang vertebrata.
l. Latihan Mobilisasi
Pada Klien Fraktur
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang
atau tulang rawan bisa komplet atau inkomplet. Kondisi fraktur akan
mendapat tindakan medis sesuai tingkatan keparahan. Fraktur yang
memerlukan tindakan pembedahan, memerlukan pedoman latihan
mobilisasi sesuai dengan pedoman pada pasien post pembedahan.
  Pada fraktur yang penyembuhannya tanpa tindakan invasif,
misalnnya cukup dilakukan imobilisasi seperti dengan gips atau bidai,
perlu diawasi kondisi vaskularisasi di area distal dari fraktur. Mobilisasi
pasif pada persendian di area distal atau proksimal dari fraktur perlu
dilakukan untuk mencegah kontraktur. Mobilisasi aktif dilakukan
bertahap ketika kekuatan otot dan tulang sudah adekuat. Biasanya pada
orang dewasa, penyatuan tulang ekstremitas atas terjadi dalam 2 bulan,
dan pada ekstremitas bawah dalam 4-6 bulan. Tapi untuk memastikan
apakah telah terjadi penyatuan tulang, perlu dilakukan rontgen.
Mobilisasi aktif dilakukan dengan menggerakkan area fraktur, kemudian
bertahap dilakukan untuk Activity Daily Living sesuai kekuatan area
fraktur.
Pada Pasien Pasca Serangan Stroke
Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang
disebabkan oleh pemulihan sistem saraf pada daerah otak yang
72

terkena.Pemulihan motorik sangat bervariasi, banyak diantara mereka


yang mengalami pemulihan lengkap (recovery completely) namun tidak
sedikit pula yang harus berlatih keras guna memperoleh kembali
kemampuan fungsionalnya atau bahkan banyak diantaranya harus
menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.
Pemulihan motorik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu
(1) resolusi dari faktor – faktor lokal yang merusak dan ini biasanya
merupakan pemulihan spontan yang umumnya berlangsung antara 3
sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa hanya dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem
lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang
rusak.
(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke
mempunyai hubungan bermakna terhadap reorganisasi yang disebut
“Neural Plasticity” dalam proses perbaikan sistem sarafnya.
penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh
sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya
adalah pendekatan fisik (physical therapy), seperti latihan mobilisasi.
( Purbo kuntono, 1997).
Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan
melalui dua cara :
(1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas dan
mendidik kembali fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi
(2) Latihan untuk mempengaruhi gerak kompensasi sebagai pengganti
daerah yang lesi.
Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam
derajat maupun kecepatan perbaikan fungsi. Mobilisasi pasien stroke dapat
dilakukan dengan :
(1)      Latihan pasif yaitu anggota gerak klien digerakkan oleh orang lain
untuk merangsang aliran darah dan merangsang kontraksi otot
(2)      latihan aktif yaitu klien mencoba menggerakkan tubuhnya sendiri
73

Latihan sedini mungkin yang dilakukan serta berulang-ulang akan


menjadi gerak yang terkontrol atau terkendali. 

BAB III
PENUTUP
74

KESIMPULAN
a. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua
manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat
bertahan hidup.
b. Kebutuhan dasar manusia menurut hierarki maslow ada lima yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan
cinta, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri.
c. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan nutrisi, kebutuhan
oksigenasi, kebutuhan cairan, kebutuhan eleminasi, kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan mobilisasi, kebutuhan personal hygiene, kebutuhan
seksual, kebutuhan isterahat tidur.

SARAN
Kami berharap setelah membaca laporan pendahuluan ini, pembaca
dapat mengetahui apa- apa saja kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dan
mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta dijadikan sebagai
referensi bagi mahasiswa kelak dalam pemberian asuhan keperawatan, dan kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
75

Alimul,Aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba


Medika.

https://www.academia.edu/9236475/BODY_MEKANIK_DAN_MOBILISASI
(Di akses pada tanggal 6 januari 2020)

Iqbal Mubarak, Wahit.2008.Kebutuhan Dasar Manusia teori dan aplikasi dalam


praktik.Jakarta:EGC.

Perry,Potter.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.1.Jakarta:


EGC.    
 
Smetlzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih Bahasa: Agung Waluyo. Edisi 8.Jakarta; EGC; 2001.

Tarwoto.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.Jakarta:


Salemba  Medika.

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai