Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan saat ini menghadapi tantangan baru dalam memberikan perawatan


yang berkualitas kepada klien. Keperawatan diperkenalkan sebagai profesi pada abad 20
oleh Florence Nightingale. Beliau dihormati sebagai ibu dari keperawatan profesional
modern yang berhasil membawa perawat keluar dari posisi pelayan, McEwen & Wills,
(2014). Keperawatan adalah seni dan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk
merawat diri sendiri dan orang lain yang tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Keperawatan juga discbutkan sebagai praktik profesional yang didasarkan pada
pengetahuan ilmiah dan dilakukan dengan cara yang berseni, DeLaune & Ladner, (2011).
Nightingale memperkenalkan beberapa konsep yang masih digunakan sampai sekarang.
Beliau memperkenalkan (1) metode pengkajian klien yang sistematis, (2) menjaga
kerahasiaan, dan (3) perawatan individual atas dasar pilihan dan kebutuhan klien,
DeLaune & Ladner, (2011). Nightingale percaya bahwa keperawatan adalah profesi yang
mandiri dan pendidikan Nightingale didasarkan pada mengantisipasi dan memenuhi
kebutuhan klien serta berorientasi pada pemenuhan kebutuhan klien. Alligood & Tomey,
(2010).

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang mutlak dan penting bagi seseorang
terutama klien. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup setiap orang, Delaune & Ladner, (2011). Kebutuhan dasar manusia
merupakan komponen yang vital untuk mempertahankan hidup dan kesehatan. Manusia
sebagai makhluk dan holistik mempunyai kepuasan saat kebutuhan dasar manusia
terpenuhi, seperti fisiologis, psikologis, sosial budaya, intelektual, dan kebutuhan
spiritual, DeLaune & Ladner, (2011) kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri,
Namun, selama sakit, manusia membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya. Perubahan status kesehatan mengindikasikan adanya gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perubahan status kesehatan juga dapat mengubah
persepsi seseorang tentang kebutuhan. Hal tersebut berdampak dengan adanya perbedaan
harapan dan prioritas kebutuhan klien. Kondisi sakit atau cedera dapat menghalangi klien
untuk mendapatkan kebutuhan yang diinginkannya, Keperawatan benisaha untuk
memberikan kebutuhan yang dünginkan dengan asuhan keperawatan, Rosdahl &
Kowalski (Patrisia & Kartika, 2020).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan mengaplikasikan 9 kebutuhan dasar manusia


pada individu yang mengalami gangguan kesehatan

2. Tujuan Khusus

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan sebagai referensi bacaan dalam pengembangan ilmu keperawatan

dasar manusia dan menambah pengetahuan pembaca.

2. Manfaat aplikatif

Dapat diterapkan sebagai asuhan keperawatan dalam pemberian asuhan

keperawatan dalam kegiatan perawatan sehari-hari.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kebutuhan Eliminasi
Eliminasi merupakan proses pembuangan. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
terdiri dari kebutuhan kebutuhan eliminasi uri (berkemih) dan eliminasi alvi
(defekasi).
1. Eliminasi Uri (Berkemih)
a. Sistem urinaria
1) Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal yang terdiri atas dua bagian yaitu
kanan dan kiri tulang belakang. Fungsi ginjal yaitu sebagai pengatur
komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta menyaring bagian dari darah
untuk dibuang dalam bentuk urine.
2) Kandung kemih (bladder, buli-buli)
Merupakan sebuah kantong yang terdiri dari otot halus yang berfungsi
sebagai penampung urine.
3) Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian
luar. Pada pria dan wanita fungsinya berbeda yaitu pada pria sebagai tempat
pengaliran urine dan sekaligus sebagai sistem reproduksi tetapi pada wanita
hanya menyalurkan urine kebagian luar tubuh.
b. Fakor – faktor yang mempengaruhi eliminasi urin
1) Pertumbuhan dan perkembangan
Misal pada anak-anak masih kesulitan untuk mengontrol buang air kecil
tetapi setelah bertambahnya usia (dewasa) kemampuan dalam mengontrol
buang air kecil meningkat.
2) Social cultural
Adanya masyarakat tertentu yang melarang buang air kecil di tempat
tertentu.
a) Psikologis
Meningkatnya sensitivitas untuk berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi disebabkan stress (psikologis).
b) Kebiasaan sesorang (gaya hidup)
Misalnya seserang yang sudah terbiasa berkemih ditoilet akan mengalami
kesulitan jika berkemih dengan urineal atau pot urine.
c) Tonus otot dan tingkat aktivitas
Tonus otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis jika mengalami
gangguan akan mempengaruhi pengeluaran urine. Tingkat aktivitas dapat
memperbaiki tonus otot.
d) Intake cairan dan makanan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
jumlah urine. Misalnya protein, natrium, kopi.
e) Kondisi penyakit
Misalnya pada pasien diabetes melitus.
f) Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus mempengaruhi
produksi urine (turun) karena pemberian obat anestesi.
g) Pengobatan
Pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sebaliknya
pemberian anti hipertensi menyebabkan retensi urine.
h) Pemeriksaan diagnostik
Misal pemeriksaan IVP (Intra Venus Pyelogram) yang dapat membatasi
asupan sehingga mengurangi jumlah urine.
c. Masalah Eliminasi Urine
1) Retensi urine
Penumpukan urine di didalam kandung kemih akibat ketidakmampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih, sehingga
menyebabkan distensi vesika urinaria.
2) Inkontinensia urine
Ketidakmampuan otot spingter ekternal mengontrol ekskresi urine
disebabkan oleh proses penuaan (aging proses), pembesaran kelenjar
prostat, penurunan kesadaran, penggunaan obat narkotik dan sedatif.
3) Enuresis
Tidak sanggup menahan kemih (ngompol) biasanya terjadi pada anak
maupun jompo.
2. Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
a. Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
1) Defekasi dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu
a) Refleks defekasi instrinsik.
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum
memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk
memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan
didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu
gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak
menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
b) Refleks defekasi parasimpatis.
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal
cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon
sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan
gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk
ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma
yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus
levator ani pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran
anus.
Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang
meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang
meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja
dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa
terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum
meluas untuk menampung kumpulan feses.
Susunan feses terdiri dari bakteri yang umumnya sudah mati,
lepasan epitelium dari usus, sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin
(mucus), garam terutama kalsium fosfat, sedikit zat besi dari selulosa,
sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal.
Usia dan perkembangan, diet, pemasukan cairan, aktifitas fisik,, faktor
psikologik, kebiasaan, posisi, nyeri, kehamilan, operasi & anestesi, obat-obatan,
test diagnostik, kondisi patologis, iritans.
1) Masalah eliminasi fecal.
b) Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi
ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak
air diserap.
c) Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction
berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
d) Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.
Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga
pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
e) Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan
fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan
tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien
sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik.
f) Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang
dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar
melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan
peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
g) Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal
atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal
jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan
mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan
pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB
dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya
pasien mengalami konstipasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua manusia dan
kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat bertahan hidup.
b. Kebutuhan dasar manusia menurut hierarki maslow ada lima yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan cinta, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri.
c. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan nutrisi, kebutuhan oksigenasi,
kebutuhan cairan, kebutuhan eleminasi, kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan mobilisasi,
kebutuhan personal hygiene, kebutuhan seksual, kebutuhan isterahat tidur.

B. SARAN
Kami berharap setelah membaca laporan pendahuluan ini, pembaca dapat mengetahui
apa- apa saja kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dan mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari, serta dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa kelak dalam pemberian
asuhan keperawatan, dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Patrisia, I., & Kartika, L. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Dasar Manusia.
Yayasan Kita Menulis.

https://www.academia.edu/16505136/kebutuhan_dasar_manusia
https://www.academia.edu/11805431/Kebutuhan_Dasar_Manusia

Anda mungkin juga menyukai