Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes adalah salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi
target tindak lanjut oleh para pimpinan dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus
meningkat selama beberapa decade terakhir. Diabetes bukan hanya menyebabkan
kematian premature di seluruh dunia, tetapi penyakit ini juga merupakan penyebab utama
kebutaan, penyakit jantung dan gagal ginjal. Organisasi Internasional Diabetes (IDF)
memperkirakan sedikitnya terdapat 436 juta orang pada usia 20-70 tahun di dunia
menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3%
dari total penduduk pada usia yang sama. Jika diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin,
IDF memperkirakan prevalensi DM pada tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan
9,65% pada laki-laki (WHO, 2016).
Indonesia termasuk dalam salah satu dari 10 negara dengan jumlah penderita diabetes
tertinggi di dunia, yaitu sebesar 10,7 juta orang pada peringkat ke tujuh pada tahun 2019.
Menurut hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) terdapat 4 provinsi dengan
prevalensi DM tertinggi pada tahun 2013 dan 2018 yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta,
Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur (Infodatin DM, 2020).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menambah pengetahuan terkait penyakit diabetes mellitus berdasarkan
konsep medis dan konsep keperawatannya.
2. Sebagai bahan acuan dalam menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit diabetes mellitus.

C. Manfaat
Diharapkan dengan adanya laporan pendahuluan ini, lebih memudahkan penulis dan
pembaca dalam membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus.
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
(kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya hormon insulin, atau keduanya
(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011).
Berdasarkan definisi American Diabetes Association (ADA) tahun 2010 diabetes
mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(Tanto, Liwang, Hanifati, & Pradipta, 2014).
B. Klasifikasi
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 ( Diabetes mellitus tergantung insulin)
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 ( Diabetes mellitus tidak tergantung insulin)
3. Diabetes Mellitus gestasional
4. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
(Smeltzer, Bare, & Hinkle, 2010).
Tabel 1.1 Klasifikasi Diabetes Mellitus dan Intoleransi Glukosa yang berhubungan
No Klasifikasi Sekarang Karakteristik dan implikasi klinis
1 Tipe 1 (5-10% dari seluruh  Onset pada segala usia, tetapi biasanya usia muda
penderita diabetes), (sebelumnya (<30 tahun)
disebut diabetes juvenile, juvenile-  Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosis,
onset diabetes, ketosis-prone penurunan berat badan.
siabetes, brittle diabetes dan  Etiologi mencakup faktor genetik, faktor imunologi,
diabetes mellitus tergantung dan faktor lingkungan (virus)
insulin)  Sering memiliki antibodi sel pulau Langerhans
 Sering memiliki antibodi terhadap insulin walaupun
belum pernah mendapatkan terapi insulin.
 Sedikit atau tidak memiliki insulin endogen
 Memerlukan insulin untuk mempertahankan
kelangsungan hidup.
 Cenderung mengalami ketosis jika tidak memilki
insulin.
 Komplikasi akut hiperglikemia, ketoasidosis
diabetik.
2 Tipe 2 ( 90-95% dari seluruh  Onset pada segala usia, biasanya di atas 30 tahun
penderita diabetes, obese-80%  Biasanya bertubuh gemuk saat didiagnosis
dari tipe 2, dan non-obese 20%  Etiologi mencakup obesitas (kegemukan), herediter
dari tipe 2), (sebelumnya disebut dan faktor lingkungan)
diabetes awitan dewasa, maturity-  Tidak ada antibodi sel pulau Langerhans
onset diabetes, diabetes resisten  Penurunan produksi insulin endogen atau
ketosis, diabetes stabil, dan peningkatan resistensi insulin.
diabetes tidak bergantung insulin)  Mayoritas penderita obesitas dapat mengontrol kadar
glukosa darahnya dengan penurunan berat badan.
 Antidiabetic oral dapat memperbaiki kadar glukosa
darah apabila diit dan latihan tidak berhasil.
 Mungkin memerlukan insulin dalam jangka waktu
pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemia.
 Ketosis jarang terjadi kecuali pada saat stres atau
terjadi infeksi.
 Komplikasi akut : sindrom hiperosmolar nonketosis.
3 Diabetes mellitus yang berkaitan  Disertai dengan keadaan yang diketahui atau
dengan keadaan atau sindrom dicurigai dapat menyebabkan penyakit seperti
lainnya penyakit pankreas(pankreatitis), kelainan hormonal,
obat-obatan seperti kortikosteoid dan preparat yang
mengandung estrogen.
 Tergantung pada kemampuan pankreas memproduksi
insulin, pasien mungkin memerlukan terapi dengan
obat oral atau insulin.
4 Diabetes gestasional  Onset selama kehamilan, biasanya pada trimseter 2
atau 3.
 Disebabkan oleh hormon yang dilepaskan oleh
plasenta yang menghambat kerja insulin.
 Resiko terjadinya komplikasi perinatal di atas
normal, seperti makrosomia (bayi yang secara
abnormal berukuran besar)
 Diatasi dengan diet dan apanila diperlukan
pemberian insulin untuk mempertahankan kadar gula
darah secara ketat.
 Terjadi pada sekitar 2%-5% kehamilan.
 Intoleransi glukosa terjadi untuk sementara waktu
tetapi dapat kambuh kembali :
 Pada kehamilan berikutnya
 30%-40% akan mengalami diabetes yang
nyata (biasanya tipe 2) dalam waktu 10 tahun
(khususnya jika obesitas).
 Faktor resiko mencakup obesitas, usia di atas 30
tahun, riwayat keluarga dengan diabetes, pernah
melahiran bayi yang besar (> 4 ½ kg)
 Skrining tes harus dilakukan pada semua wanita
hamil dengan usia kehamilan antara 24-28 minggu.
 Sebaiknya diskrining diabetes secara berkala
5 Prediabetes (sebelumnya  Riwayat hiperglikemia (selama kehamilan atau sakit)
diklasifikasikan sebagai previous  Metabolisme glukosa yang terakhir normal
abnormality og glucose tolerance  Gangguan toleransi glukosa atau gangguan glukosa
(PrevAGT) puasa setelah usia 40 tahun apabila terdapat riwayat
diabetes dalam keluarga atau simptomatik.
 Menganjurkan berat badan yang ideal, karena
kehilangan 5-7 ½ kg dapat mengontrol glikemik.
Sumber : Textbook of Medical_surgical nursing (pg. 1198)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan
oleh :
a. Faktor genetik : penderita diabetes mellitus tipe 1 tidak mewarisi diabetes tipe
1, tetapi mewarisi suatu predisposisi ke arah diabetes tipe 1. Kecenderungan
ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human
leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab antigen transplantasi dan proses imunlainnya.
b. Faktor imunologi : pada diabetes tipe 1 terdapat adanya respons autoimun atau
respon abnormal dimana antibodi bereaksi terhadap jaringan tubuh yang
normal dengan menganggapnya sebagai benda asing. Otoantibodi terhadap
sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat
diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda
klinis diabetes tipe 1
c. Faktor Lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta. Interaksi antara faktor-faktor genetic,
imunologi dan lingkungan dalam etiologi diabetes tipe 1 merupakan pokok
perhatian riset yang terus berlanjut.
2. Diabetes Tipe 2
Resistensi insulin dan gangguan sekresi insulinpada diabetes tipe 2 belum
diketahu penyebabnya, tetapi faktor genetik diperkirakan memegang peranan
penting. Faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe 2 meliputi:
a. Umur ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga dengan diabetes
d. Kelompok etnis tertentu yang memiliki kecenderungan untuk mengalami
diabetes (golongan Hispanik di Amerika Serikat).
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diabetes mellitus meliputi (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011):
 Poliuria dan polydipsia yang disebabkan oleh osmolalitas serum yang tinggi akibat
kadar glukosa serum yang tinggi.
 Anoreksia (sering terjadi) atau polifagia (kadang-kadang terjadi).
 Penurunan berat badan (biasanya sebesar 10% hingga 30% penyandang diabetes
tipe 1 secara khas tidak memiliki lemak pada tubuhnya saat diagnosis ditegakkan)
karena tidak terdapat metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang normal
sebagai akibat fungsi insulin yang rusak atau tidak ada.
 Kram otot, iritabilitas, dan emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit.
 Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur, akibat pembengkakan yang
disebabkan glukosa.
 Patirasa (baal) dan kesemutan akibat jaringan saraf.
 Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdominal akibat neuropati otonom yang
menimbulkan gastroparesis dan konstipasi.
 Mual, diare atau konstipasi akibat dehidrsi dan ketidakseimbangan elektrolit
ataupun neuropati otonom.
 Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuh, rasa gatal pada kulit.
 Infeksi candida yang rekuren pada vagina atau anus.
E. Komplikasi
Komplikasi dibetes mellitus dapat dibagi menjadi 2 kategori mayor :
1. Komplikasi metabolik akut :
a. Komplikasi metabolik akut yang paling serius pada diabetes tipe 1 adalah
ketoasidosis diabetik (DKA)
b. Pada diabetes tipe 2 komplikasi yang dapat terjadi adalah : hiperglikemia,
hiperosmolar, koma nonketotik
c. Hipoglikemia
2. Komplikasi – komplikasi vaskular jangka panjang :
a. Mikroangiopati : retinopati diabetik, nefropati diabetik, neuropati diabetik.
b. Makroangiopati : aterosklerosis, infark miokard
c. Neuropati perifer
(Price & Wilson, 2003)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah meliputi : kadar gulah darah sewaktu dan gula darah puasa,
Hgb A1C, fukrotsamin, kadar lemak dalam darah, Blood Urea Nitrogen (BUN)
dan serum kreatinin, elektrolit, autoantibodi sel Langerhans
2. Urinalisis : mikroalbuminuria dan aseton (apabila terindikasi)
3. Elektrocardiogram (apabila terindikasi)
4. Pemeriksaan neurologi : tes sensasi pada ektremitas bawah
(Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014)
G. Penatalaksanaan medis
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus : nutrisi, olahraga,
pemantauan, edukasi dan terapi medikasi yang mencakup pemberian insulin, obat-obatan
antidiabetik (Smeltzer S. , 2013).
 Terapi primer untuk diabetes tipe 1 adalah insulin.
 Terapi primer untuk diabetes tipe 2 adalah penurunan berat badan.
 Olahraga penting untuk meningkatkan keefektifan insulin.
 Penggunaan agens hipogglikemik oral apabila diet dan olahraga tidak berhasil
mengontrol kadar gula darah. Injeksi insulin dapat digunakan pada kondisi akut.
 Mengingat terapi bervariasi selama perjalanan penyakit karena adanya perubahan
gaya hidup dan status fisik serta lakukan penyusaian terapi setiap hari. Edukasi
diperlukan untuk pasien dan keluarga.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Subjektif
a. Informasi kesehatan
1) Riwayat kesehatan sebelumnya : Mumps, rubella, coxsackievirus atau
penyakit akibat virus lainnya,pankreatitis kronis, sindrom cushing,
acromegaly, trauma, infeksi, stres, riwayat persalinan dengan bayi
besar, dan riwayat keluarga dengan diabetes tipe 1 atau 2.
2) Riwayat medikasi : penggunaan terapi insulin, kortikosteroid, diuretik,
penitoin.
3) Riwayat operasi atau terapi lainnya.
b. Pola kesehatan
1) Nutrisi : obesitas, kehilangan berat badan, rasa haus, rasa lapar, mual
muntah, penyembuhan yang lama pada luka terutama pada kaki,
kepatuhan diet.
2) Eliminasi : konstipasi atau diare, frekuensi berkemih, frekuensi infeksi
bladder, nokturia, inkontinesia urine.
3) Aktivitas-latihan : kelemahan otot, keletihan
4) Persepsi kognitif : nyeri abdomen, sakit kepala, penglihatan kabur,
mati rasa atau kesemutan pada daerah ekstremitas bawah, pruritus
5) Seksualitas : disfungsi ereksi, infeksi vagina yang berulang, penurunan
libido
6) Mekanisme koping : depresi, sensitif, apatis
7) Nilai dan kepercayaan : komitmen melaksanakan gaya hidup sehat,
kepatuhan minum obat dan pola aktivitas.

2. Data Objektif
a. Mata : katarak, perdarahan vitreus, penglihatan kabur
b. Kulit : kering, hangat, tidak elastis, ulkus (terutama di kaki)
c. Pernapasan : kecepatan pernafasan,pernafasan kussmaul
d. Gastrointestinal : bibir kering, muntah, napas
e. Cardiovascular : hipotensi, kelemahan, kecepatan nadi
f. Neurologi : perubahan refleks, gelisah, bingung, stupor, koma, kehilangan
sensasi terutama di ekstremitas bawah.
g. Muskuloskletal : kelemahan otot
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis
2. Keletihan b/d malnutrisi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d diabetes mellitus
4. Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
5. Risiko infeksi
6. Risiko syok

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi a. Status Nutrisi : pengukuran  Monitor kadar glukosa darah sesuai indikasi
kurang dari kebutuhan tubuh biokimia  Monitor tanda dan gejala hiperglikemia :
Berhubungan dengan : Setelah dilakukan tindakan poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,
Ketidakmampuan untuk keperawatan selama….nutrisi letargi, malaise, pandangan kabur, atau sakit
memasukkan atau mencerna nutrisi kurang teratasi dengan kepala.
oleh karena faktor biologis, indikator:  Monitor keton urine sesuai indikasi
psikologis atau ekonomi.  Albumin serum  Monitor AGD, elektrolit dan kadar
DS:  Pre albumin serum betahidroksibutirat sesuai yang tersedia
- Kelelahan  Hematokrit  Monitor nadi dan tekanan darah ortostatik
 Hemoglobin sesuai indikasi
DO:  Gula darah  Berikan insulin sesuai resep
- Diare  Kolesterol darah  Dorong asupan cairan oral
- Rontok rambut yang berlebih  Trigliserida darah  Monitor status cairan (termasuk input dan
- Kurang nafsu makan output) sesuai kebutuhan
- Bising usus berlebih  Monitor akses IV sesuai kebutuhan
- Konjungtiva pucat  Berikan cairan IV sesuai kebutuhan
- Denyut nadi lemah  Berikan kalium sesuai resep
 Konsultasikan dengan dokter tanda dan gejala
hiperglikemia yang menetap dan memburuk
 Bantu ambulasi jika terdpat hipotensi
ortostatik
 Lakukan kebersihan mulut jika diperlukan
 Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
 Antisipasi situasi dimana ada kebutuhan
peningkatan insulin (misalnya penyakit
penyerta)
 Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah
lebih dari 250 mg/dl, khususnya jika ketonuria
terjadi
 Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
pencegahan, pengenalan tanda-tanda
hiperglikemia dan manajemen hiperglikemi
 Instruksikan pada pasien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes selama periode
sakit, termasuk penggunaan insulin dan/atau
obat oral, monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan kapan mencari bantuan
petugas kesehatan sesuai kebutuhan
 Berikan bantuan untuk penyesuaian regimen
pengobatan untuk mencegah atau merawat
hiperglikemi (misalnya peningkatan insulin
atau agen oral) sesuai indikasi
 Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen
latihan
 Tes kadar glukosa darah anggota keluarga

Keletihan Kadar glukosa darah  Kaji status fisiologis pasien yang


Berhubungan dengan : menyebabkan kelelahan sesuai dengan
Malnutrisi Setelah dilakukan tindakan konteks usia dan perkembangan
DS: keperawatan  Anjurkan pasien mengungkanpkan perasaan
- Kelelahan selama….keletihan teratasi secara verbal mengenai keterbatasan yang
dengan indikator: dialami
DO:  Glukosa darah  Pilih intrvensi untuk mengurangi kelelahan
- Kelemahan otot  Hemoglobin Glikosilat baik secara farmakologis maupun
 Fruktosamine nonfarmakologis
 Urin glukosa  Monitor intake/ asupan nutrisi untuk
 Urin keton mengetahui sumber energi yang adekuat.
Dalam batas normal  Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai cara
meningkatkan energi dari makanan
 Batasi jumlah dan gangguan pengunjung
dengan tepat
 Tingkatkan tirah baring/ pembatasan kegiatan
 Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari yabg
teratur sesuai kebutuhan (ambulasi, berpindah,
bergerak dan perawatan diri)
 Instruksikan pasien/ orang terdekat dengan
pasien mengenai kelelahan ( gejala yang
mungkin muncul dan kekambuhan yang
mungkin akan muncul nanti)
 Instruksikan pasien/ orang yang dekat dengan
pasien mengenai teknik perawatan diri yang
memungkinkan penggunaan energi sehemat
mungkin.
Ketidakefektifan perfusi jaringan Integritas Jaringan : kulit dan  Gunakan alat pengkajian luka tekan/dekubitus
perifer membran mukosa yang tepat untuk mengkaji risiko pada pasien
Berhubungan dengan :  Menggunakan metode pengukuran suhu kulit
Diabetes melitus Setelah dilakukan tindakan yang tepat untuk mengetahui risiko luka tekan
DS: keperawatan sesuai dengan protap yang ada
- parestesia selama….ketidakefektifan  Dokumentasikan riwayat terjadinya luka tekan
perfusi jaringan dapat teratasi sebelumnya
DO: dengan indikator :  Dokumentasikan berat badan pasien setiap
- kelambatan penyembuhan luka a. Tidak terganggunya : shift
perifer  Suhu kulit  Dokumentasikan gambaran perkembangan
- Waktu pengisian kapiler >  Sensasi kulit setiap hari mulai dari hari pertama
3detik  Elastisitas dirawat
- Perubahan karakteristik kulit  Hidrasi  Monitor ketat area yang mengalami
(warna, elastisitas, rambut,  Keringat kemerahan
kelembapan, kuku, sensasi dan  Tekstur  Hindarkan kulit dari kelembaban yang
suhu)  Ketebalan berlebihan yang berasal dari keringat, cairan
- Perubahan fusngi motorik  Perfusi jaringan luka, dan inkontinensia fekal atau BAK
 Pertumbuhan rambut pada  Berikan perlindungan pada kulit seperti krim
kulit pelembap atau penyerap cairan untuk
 Integriats kulit mengatasi basah berlebih
 Ubah posisi pasien setiap 1-2 jam sekali
 Ubah posisi klien dengan teknik yang benar
dan untuk mencegah trauma pada kulit
 Pasang jadwal perubahan posisi di dekat
tempat tidur pasien
 Inspeksi kulit di area yang menonjol dan area
yang tertekan lainnya setiap kali merubah
posisi pasien
 Hindari pemijatan pada area yang menonjol
 Jaga linen pasien agar tetap bersih, kering dan
bebas kerutan
 Gunakan kasur khusu anti dekubitus
 Lembapkan kulit yang kering dan pecah-pecah
 Ajarkan anggota keluarga atau yang merawat
mengenai tanda-tanda kulit yang tidak utuh.
Risiko ketidakseimbangan Keseimbangan cairan  Pantau kadar serum elektrolit yang abnormal
elektrolit  Monitor perubahan status paru atau jangtung
Faktor risiko : Setelah dilakukan tindakan yang menunjukkan kelebihan cairan atau
Disfungsi pengaturan endokrin keperawatan selama….risiko dehidrasi
( Intoleransi glukosa, peningkatan ketidakseimbangan elektrolit  Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi
insulin) tidak terjadi dengan indikator : yang memburuk atau dehidrasi (mis, ronkhi
a. Tidak terganggunya : basah di lapangan paru terdengar, poliuria atau
 Tekanan darah oliguria, perubahan perilaku, kejang, saliva
 Turgor kulit berbusa dan kental, mata cekung atau edema,
 Kelembaban membran nafas dangkal dan cepat)
mukosa  Dapatkan spesimen laboratorium untuk
 Keseimbangan intake dan pemantauan perubahan cairan dan elektrolit
output dalam 24 jam ( mis, hematokrit, BUN, protein, natrium, dan
b. Tidak ada : kadar kalium) yang sesuai
 Bola mata cekung dan  Timbang berat badan harian dan pantau gejala
lembek  Berikan cairan yang sesuai
 Konfusi  Tingkatkan intake/ asupan cairan per oral
 Kehausan  Minimalkan asupan makanan dan minuman
 Kram otot dengan diuretik atau pencahar (mis, teh, kopi,
 Pusing plum, suplemen herbal)
 Pastikan bahwa larutan intravena yang
mengandung elektrolit diberikan dengan aliran
yang konstan dan sesuai
 Jaga pencatatan intake/asupan dan output yang
akurat
 Monitor tanda-tanda vital yang sesuai
 Amati membran bukal pasien, sklera, dan kulit
terhadap indikasi perubahan cairan dan
keseimbangan elektrolit (mis, kekeringan,
sianosis, atau jaundice)
 Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan
gejala ketidakseimbangan cairan dan/atau
elektrolit menetap atau memburuk
 Ikuti aksi glukosa cepat dengan karbohidrat
dan protein berdurasi aksi yang lama untuk
manajemen hipoglikemia akut yang sesuai
 Monitor kehilangan cairan
 Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
alasan untuk pembatasna cairan, tindakan
hidrasi, atau administrasi elektrolit tambahan
seperti yang ditunjukkan.

Risiko infeksi Integritas Jaringan : kulit dan


 Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan
Faktor risiko : membran mukosa adanya kemerahan, kehangatan ekstrim
 Penyakit kronis : diabetes  Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi,
mellitus Setelah dilakukan tindakan tekstru, edema, dan ulserasi pada ekstremitas
keperawatan selama….risiko  Gunakan alat pengkajian untuk
infeksi tidak terjadi dengan mengidentifikasi pasin yang berisiko
indikator : mengalami kerusakan kult (mis, Braden Scale)
a. Tidak terganggunya :  Monitor warna dan suhu kulit
 Suhu kulit  Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet
 Sensasi  Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang
 Elastisitas berlebihan dan lkelembaban
 Hidrasi  Monitor sumber tekanan dan gesekan
 Keringat  Monitor infeksi, terutama dari daerah edema
 Tekstur  Periksa pakaian yang terlalu ketat
 Ketebalan  Lakukan langkah-langkah untuk mencegah
 Perfusi jaringan kerusakan lebih lanjut (mis, melapisi kasur,
 Pertumbuhan rambut pada menjadwalkan reposisi)
kulit  Ajarkan anggota keluarga/ pemberi asuhan
 Integriats kulit mengenai tanda-tanda kerusakan kulit dengan
tepat.
Risiko syok Perfusi jaringan : seluler  Monitor terhadap adanya respon kompensasi
Faktor risiko : (mis, tekanan darah normal,perlambatan
 hipovolemia Setelah dilakukan tindakan pengisian kapiler, pucat/dingin pada kulit atau
keperawatan selama….risiko kulit kemerahan, peningktan rasa haus dan
syok dapat teratasi dengan kelemahan)
indikator :  Monitor kemungkinan penyebab kehilangan
 Suhu kulit cairan
 Pengisian kapiler jari  Monitor terhadap adanya tanda
 Pengisian kapler jari kaki ketidakadekuatan perfusi oksigen ke jaringan
 Suhu kulit ujung kaki dan (mis, respon terhadap stimulus, peningkatan
tangan kecemasan, perubahan status mental, agitasi,
 Mati rasa tidak ada oliguri, akral teraba dingin dan warna kulit
 Tingling tidak ada tidak sama dan merata)
 Kelemahan otot tidak ada  Monitor suhu dan status respirasi
 Kram otot tidak ada  Monitor berat badan , masukan dan haluaran
 Kerusakan kulit tidak ada setiap hari
 Rubor idak ada  Monitor hasil laboratorium terutama nilai Hgb
 Parestesia tidak ada dan Hct, profil pembekuan, AGD, laktat,
elektrolit, kultur dan kimia darah)
 Berikan cairan melalui IV dan atau oral sesuai
kebutuhan
 Monitor gula darah dan berika terapi insulin
sesuai kebutuhan
 Anjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda/
gejala syok yang mengancam jiwa
 Anjurkan pasien dan keluarga mengenai
langkah-langkah yang harus dilakukan
terhadap timbulnya syok.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. (2013). Nursing Interventions


Classification (NIC). United States of America: Elsevier Mosby.
Heather, H. T. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC.
Kementerian Kesehatan RI. (2020) Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Kemenkes RI.

Kowalak, Welsh, & Mayer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Measurement of Health Outcomes . United States of America:
Elsevier Mosby .
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M., & Bucher, L. (2014). Medical-surgical nursing
(9 ed.). Missouri: Elsevier.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2003). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit (6
ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. (2013). Keperawatan Medikal bedah Brunner & Suddarth Edisi 12. Jakarta:
EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran
Edisi IV. Jakarta: Media Aescualapius.

Anda mungkin juga menyukai