Anda di halaman 1dari 52

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan

Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan

Abses Hepar di Ruang Perawatan Marina Interna RSUD. Prof.dr.H.M.Anwar

Makkatutu Bantaeng” ini dengan lancar dan tepat waktu. Kami menyadari dalam

penyusunan asuhan keperawatan ini banyak memperoleh bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ns.Cendra Yusni Asnani, S.Kep, selaku pembimbing yang telah meluangkan

banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam

penyusunan Asuhan Keperawatan ini.

2. Kepada teman teman kelompok 3 yang telah meluangkan banyak waktu,

tenaga, dan pikiran dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Asuhan

Keperawatan ini, maka tidak lupa mohon kritik dan saran yang bersifat

membangun dari para pembaca untuk lebih menyempurnakan asuhan keperawatan

ini. Akhirnya, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan, dan

semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Bulukumba, Desember 2021

Kelompok 3

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hati merupakan salah satu organ vital tubuh.Fungsi utama hati

terutama bertanggung jawab terhadap metabolisme glukosa dan lemak,

sintesis protein (albumin, globulin, dan faktor koagulan), ekskresi bilirubin,

metabolisme obat dan hormon dan detoksifikasi. Sebagai pusat metabolisme

ditubuh, hati rentan terpapar zat kimia yang bersipat toksik sehingga

menimbulkan kerusakan. Penyebab penyakit hati bervariasi, sebagian besar

disebabkan oleh virus HAV, HBV, HCV, HDV dan HEV yang menular

secara fekal-oral, parenteral, seksual, seksual, perinatal dan sebagainya.

Penyebab lain dari penyakit hati adalah akibat efek toksik dari obat- obatan,

alcohol, racun, jamur dan lain – lain (Dayrit, Baradero, & Siswadi, 2008)

Prevalensi penyakit hati di indonesia belum diketahui karena geografi

yang sangat luas. Menurut WHO, pada tahun 2003 prevalensi penyakit hati

kronik di indonesi antara 1,- 2,4 %. Jumlah tersebut sama dengan prevalensi

di Australia dan amerika serikat (Depskes RI, 2007)

Abses Hati Adalah berbentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh

karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber

dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi

dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan nekrotik. Abses hati
3

terbagi menjadi dua secara umum, yaitu Abses Hati Amebik (AHA) dan

Abses hati Piogenik (Price. S. A., 2006)

Di seluruh Dunia Penyakit gangguan hati salah satu nya sirosis hati

dan Abses Hati menempati urutan ketujuh penyebab kematian (Stuadi,

2003).Sementara Negara maju, Gangguan penyakit Hati penyebab kematian

terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45- 46 tahun (setelah penyakit

kardovaskuler dan kanker). Angka kejadian gannguan penyakit Hati dari

hasil otopsi sekitar 2,4% di Negara Barat, sedangkan di Amerika perkiraan

360 per 100.000 penduduk menimbulkan sekitar 35.000 kematian pertahun

(Nurdjanah, 2009). Dinegara-Negara yang sedang berkembang, AHA

didapatkan secara endemik dan jauh lebih sering dibandingkan AHP.AHP

tersebar diseluruh dunia, dan terbanyak didaerah tropis dengan kondisi

hygiene sanitasi yang kurang. Secara epidemiologi didapatkan 8- 15 per

100.000 kasus AHP yang memerlukan perawatan di RS dan beberapa

kepustakaan barat, didapatkan prevalensi autopsi bervariasi antara 0,29-

1,47% sedangkan prevalensi di RS antara 0,008- 0,016%. AHP lebih sering

terjadi pada pria dibandingkan perempuan, dengan rentang usia berkisar lebih

dari 40 tahun, dengan insiden puncak pada decade ke- 6 (Waieleng, 2006).

Kejadian di Indonesia menunjukkan bahwa pria lebih banyak dari wanita

(2,4-5:) sitohang, 2010). Walaupun ada resmi nasional tentang gangguan

penyakit hati di Indonesia, namun dari beberapa laporan rumah sakit umum

pemerintah di Indonesia secara keseluruhan prevalensi penyakit hati adalah


4

adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam atau

rata- rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat di bangsal.

Berdasarkan uraian diatas dan angka kejadian yang terjadi pada kasus

tersebut serta pentingnya peran perawat dalam penanganan maka penulis

tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “asuhan

keperawatan pada pasien bapak H yang mengalami Abses Hepar di Ruang

Perawatan Marina Interna RSUD. Prof. dr. H. M. Anwar Makkatutu

Kabupaten Bantaeng.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Tn.A yang

mengalami Abses Hepar di ruang Perawatan Marina Interna RSUD. Prof.

Dr. H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.A yang

mengalami Abses Hepar di ruang Perawatan Marina Interna RSUD.

Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng.

b. Untuk mengetahui diagnosa asuhan keperawatan pada Tn.A yang

mengalami Abses Hepar di ruang Perawatan Marina Interna RSUD.

Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng.

c. Untuk mengetahui intervensi asuhan keperawatan pada Tn.A yang

mengalami Abses Hepar di ruang Perawatan Marina Interna RSUD.

Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng.


5

d. Untuk mengetahui implementasi asuhan keperawatan pada Tn.A yang

mengalami Abses Hepar di ruang Perawatan Marina Interna RSUD.

Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng.

e. Untuk mengetahui evaluasi asuhan keperawatan pada Tn.A yang

mengalami Abses Hepar di ruang Perawatan Marina Interna RSUD.

Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Asuhan Keperawatan ini di harapkan dapat menjadi sumber

informasi bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien abses hepar.

2. Manfaat Aplikatif

Sebagai bahan pelajaran bagi mahasiswa keperawatan dan perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan.


6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar medis

1. Defenisi

Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal,

berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri, protozoa

atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di

kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru,

bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan

menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas

setempat (Dayrit, Baradero, & Siswadi, 2008)

Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang

disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun

nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal

yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan

pembentukan pus di dalam parenkim hati (Dayrit,

Baradero, & Siswadi, 2008)

Abses pada hepar timbul sebagai infeksi sekunder

yang muncul di bagian tubuh yang lain kemudian dibawa ke

hepar melalui system bilier, system vaskuler, atau system

limfatik. Organisme piogenik juga masuk ke dalam hepar

melalui luka tusuk yang mengenai hepar. Abses karena

6
7

amuba dapat berasal dari gastrointestinal kemudian masuk

ke dalam hepar melalui vena porta. Abses pada hepar akan

mengganggu fungsi hepar. Selain itu, perforasi abses

dapat menyebabkan isi abses masuk ke dalam celah pleura,

celah pericardial, atau celah peritoneal. Jadi abses hepar

adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh

infeksi (Dayrit, Baradero, & Siswadi, 2008)

2. Etiologi

Abses hepar dibagi atas dua secara umum berdasarkan

penyebabnya, yaitu abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik :

a. Abses hepar amoeba

Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup

sebgai parasit non patogen dalam mulut dan usus, tapi hanya

Enteremoeba histolytica yang dapat menyebabkan penyakit.

Hanya sebagian individu yang terinfeksi Enteremoeba

histolytica yang memberi gejala invasif, sehingga di duga ada

7
8

dua jenis E. Histolytica yaitu starin patogen dan non patogen.

Bervariasinya virulensi strain ini berbeda berdasarkan

kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar. E.histolytica di

dalam feces dapat ditemukan dalam dua bentuk vegetatif atau

tropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar

tuibuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten

terhadap suasana kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati

dalam suasana kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif

bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung protease

yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu

mengakibatkan destruksi jaringan (Sudoyo, 2006).

b. Abses hepar piogenik

Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif

dan penyebab yang terbanyak adalah E.coli. Selain itu,

penyebabnya juga adalah Streptococcus faecalis, Proteus

vulgaris, dan Salmonellla typhii. Dapat pula bakteri anaerob

seperti Bakteroides, Aerobakteria, Akttinomesis, dan

Streptococcus anaerob. Untuk penetapannya perlu dilakukan

biakan darah, pus, empedu, dan swab secara anaerob maupun

aerob (Sudoyo, 2006).

Penyebab utama abses hepar adalah adanya infeksi bakteri

pada organ hepar. Bakteri dapat masuk ke dalam organ hepar melalui

beberapa cara sebagai berikut:

8
9

a. Kandung kemih yang terinfeksi

b. Luka tusuk atau luka tembus

c. Infeksi di dalam perut

d. Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran

darah

3. Pathway

9
10

4. Patofisiologi

Hati menerima darah dari sirkulasi sistemik dan sistem porta.

Adanya infeksi dari organ-organ lain di tubuh akan meningkatkan

pemaparan hati terhadap bakteri. Tetapi hati mempunyai sel-sel

Kuppfer yang terlatak sepanjang sinusoid-sinusoidnya yang

berfungsi sebagai pembunuh bakteri, sehingga akan sulit untuk

terjadi infeksi.

Ada banyak faktor yang berperan sampai dapat terjadinya

abses pada hati.

a. Abses piogenik pada hepar merupakan akibat dari asending

dari infeksi biliaris

b. Penyebaran hematogen lewat sistem portal

c. Septikemia generalisata yang melibatkan hepar lewat

sirkulasi arteri hepatica

d. Penyebaran langsung dari infeksi organ-organ intraperitoneal

e. Penyebab lainnya, disini termasuk trauma pada hepar.

Penyakit traktus biliaris (kolangitis, kolesistitis) merupakan

penyebab tersering dari abses hepar (60 % kasus). Tersumbatnya

aliran empedu menyebabkan proliferasi dari bakteri. Penyebab

tersering yang kedua adalah septikemia generalisata, diikuti oleh

appendisitis akut/perforasi dan divertikulitis.

Trauma tajam dengan penetrasi ke hepar dapat langsung

memasukkan bakteri ke parenkim hepar dan menyebabkan abses.

10
11

Sedangkan trauma tumpul pada hepar dapat meyebabkan nekrosis

jaringan hepar, perdarahan intrahepatik dan keluarnya asam empedu

akibat robekan dari kanalikuli. Lesi yang terjadi pada kasus seperti

ini biasanya soliter.

Abses dapat bersifat multipel atau soliter, biasanya yang

berasal dari infeksi organ lain yang lewat aliran darah akan menjadi

abses yang multipel. Lesi akan memberikan gambaran jaringan hati

yang pucat. Ukuran rongga abses biasanya bermacam-macam dan

umumnya bergabung, pada kasus-kasus yang lanjut akan tampak

gambaran “honeycomb” yang mengandung sel-sel PMN dan jaringan

hati yang nekrosis. Kebanyakan lesi akan terjadi pada lobus dekstra

dari hepar (Price. S. A., 2006)

5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis AHP biasanya lebih berat dari pada abses

hati amoebiasis dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom

klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas yang ditandai

dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakkan

diatasnya. Demam atau panas tinggi merupakan keluhan paling

utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran kanan atas abdomen

dan disertai dengan keadaan syok. Setelah pemakaian antibiotic yang

adekuat, gejala manifestasi klinis AHP adalah malaise, demam yang

tidak terlalu tinggi dan nyeri tumpul pada abdomen yang menghebat

dengan adanya pergerakka. Apabila abses hati piogenik letaknya

11
12

dekat dengan diafragma maka akan terjadi iritasi diafragma sehingga

terjadi nyeri bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektasis.

Gejala lainnya adalah rasa mual dan muntah, berkurannya napsu

makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional, kelemahan

badan, ikterus, buang air besar berwarna seperti kapur dan buang air

kecil berwarna gelap.(Sudoyo, 2006).

Pemeriksaan fisis yang didapatkan demam panas tinggi, pada

palpasi terdapat hepatomegali serta perkusi terdapat nyeri tekan

hepar yang diperberat dengan adanyapergerakan abdomen,

splenomegali didapatkan apabila AHP telah menjadi kronik. Selain

itu, bisa didapatkan asites, ikterus, serta tanda-tanda hipertensi portal

6. Komplikasi

Saat diagnosis ditegakkan, menggambarkan keadaan

penyakit yang berat, seperti septikaemia/bakterimia dengan

mortalitas 85% ruptur Abses hati disertai peritonitis generalisata

dengan mortalitas 6-7%, kelainan pleuropulmonal, gagal hati,

perdarahan dalam ronga abses, hemobilia, empiema, fisistula

hepatobronkial, ruptur kedalam perikard atau retroperitoneum.

Sesudah mendapatkan terapi, sering terjadi diatesis hemoragik,

infeksi luka, abses rekuren, perdarahan sekunder dan terjadi

rekurensi atau reaktivasi abses.

7. Pemeriksaan Diagnostik

12
13

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penegakan

diagnosa abses hepar antara lain:

a. Laboratorium

Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain

hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati.

b. Foto dada

Dapat ditemukan berupa diafragma kanan,

berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi pleura, kolaps paru

dan abses paru.

c. Foto polos abdomen

Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus,

gambaran udara bebas diatas hati.

d. Ultrasonografi

Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.

e. Tomografi

Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi

tidak dapat melihat integritas diafragma.

f. Pemeriksaan serologi

Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.

g. Abdominal CT Scan

Pada abdominal CT Scan abses hepar dapat ditemukan

keadaan sebagai berikut :

13
14

Gambar 4. Hasil abdominal CT Scan abses hepar

8. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai

berikut:

 Metronidazole: 3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah

dengan;

 Kloroquin fosfat: 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr

selama 20 hari, ditambah;

 Dehydroemetine: 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuskular

(maksimum 99 mg/hr) selama 10 hari.

Penatalaksanaan AHP secara konvensional adalah

dengan drainase terbuka secara operasi dan antibiotic spectrum

luas oleh karena bakteri penyebab abses terdapat didalam

cairan abses yang sulit dijangkau dengan antibiotika tunggal

tanpa aspirasi cairan abses.Penatalaksanaan saat ini adalah

dengan menggunakan drainase perkutaneus abses

intraabdominal dengan tutunan abdomen ultrasound atau

tomografi komputer, komplikasi yang bisa terjadi adalah

14
15

perdarahan, perforasi organ intraabdominal, infeksi ataupun

terjadi kesalahan dalam penempatan kateter untuk drainase,

kadang-kadang pada AHP multiple diperlukan reaksi

hati.Penatalaksaan dengan menggunakan antibiotika, pada

terapi awal digunakan penisilin.Selanjutnya, dikombinasikan

antara ampisilin, aminoglikosida atau sefalosporin generasi lll

dan klindamisin atan metrodinazol. Jika dalam waktu 48-72

jam, belum ada perbaikan klinis dan laboratoris, maka

antibiotika yang digunakan diganti dengan antibotika yang

sesuai dengan hasil kultur sensitivitas aspirat abses hati.

Pengobatan secara parenteral dapat dirubah menjadi oral

setelah pengobatan parenteral selama 10-14 hari, dan kemudian

dilanjutkan kembali hingga 6 miggu kemudian.

b. Tindakan aspirasi terapeutik Indikasinya yaitu pada:

1) Abses yang dikhawatirkan akan pecah

2) Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada.

3) Abses di lobus kiri karena abses di sini mudah pecah ke

rongga perikardium atau peritoneum.

c. Tindakan pembedahan dilakukan bila :

1) Abses disertai komplikasi infeksi sekunder.

2) Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang

interkostal.

3) Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil.

15
16

4) Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal / pleural /

pericardial

B. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.

Tujuan pengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus-

menerus mengenai kesehatan pasien. Tahap pengkajian dari proses

keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi yang

meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : pertama. Mengumpulkan data

secara sistematis.Kedua, memilah dan mengatur data yang

dikumpulkan.Ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang

dapat dibuka kembali (Asmadi, 2008).

Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian-keahlian

(skill) seperti wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi.Hasil

pengumpulan data kemudian diklasifikasikan dalam data subjektif dan

objektif.Data subjektif merupakan ungkapan atau persepsi yang

dikemukakan oleh pasien.Data objektif merupakan data yang

didapatkan dari hasil observasi, pengukuran dan pemeriksaan fisik.

Ada beberpa cara pengelompokan data, yaitu berdasarkan system

tubuh, berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow), berdasarkan teori

keperawatan, berdasarkan pola kesehatan fungsional. Pengumpulan

data bisa digunakan dengan menggunakan metode observasi,

wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi dari catatan medis, status

16
17

pasien, dan hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan

radiologi.

Pemeriksaan fisik adalah fisik adalah pengumpulan data

melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Inspeksi

didefinisikan sebagai kegiatan melihat atau memperhatikan secara

seksama status kesehatan pasien seperti inspeksi kesimetrisan

pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu napas, inspeksi

adanya lesi pada kulit dan sebagainya. Palpasi adalah jenis

pemeriksaan dengan cara meraba atau merasakan kulit pasien.

Auskultasikan adalah cara pemeriksaan fisik dengan menggunakan

stetoskop yang menungkinkan pemeriksa mendengar bunyi yang

keluar dari rongga tubuh pasien. Perkusi adalah pemeriksaan fisik

dengan cara mengetuk secara pelan jari tengah menggunakan jari lain

untuk menentukan posisi, ukuran dan konsistensi struktur suatu organ

tubuh (Asmadi, 2008).

1) Aktivitas / Istirahat

 Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise secara umum.

2) Sirkulasi

 Tanda : bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada

kulit, sclera dan membrane mukosa

3) Eliminasi

17
18

 Gejala : urine gelap, diare, konstipasi, feses berwarna tanah

liat dan adanya berulangnya hemodialisa

4) Makanan/cairan

 Gejala : anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat

karena edema, mual dan muntah

 Tanda : Asites

5) Neurosensori

 Tanda : Peka ransang, cenderung tidur, latergi dan astereksis

6) Nyeri/ketidaknyamanan

 Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas,

mialgia, atralgia sakit kepala, dan gatal (pruritis)

 Tanda : Otot tegang dan gelisah.

7) Pernapasan

 Gejala : Tidak minat/ enggan merokok (bagi perokok)

8) Keamanan

 Gejala : Adanya transfuse darah

 Tanda : Demam, urtikaria, lesi makulopapolar, eritema tak

beraturan, ekseserbasi jerawat, anioma jarring- jarring,

eritema palmar, ginekomasti, splenomegali, dan pembesaran

nodus servikal posterior.

9) Seksualitas

 Gejala : Resiko terpajan (homoseksual aktif dan biseksual

pada wanita)

18
19

10) Penyuluhan/pembelajaran

 Gejala : Riwayat diketahui mungkin terpajan virus, bakteri,

atau toksin, adanya prosedur bedah, terpajan kimia toksik,

perjalanan ke wilayah endemic, obat jalanan, penggunaan

alcohol, diabetes dan penyakit ginjal. Adanya infeksi flu pada

pernapasan atas, pertimbangan : DRG menunjukkan rata-rata

selama dirawat: 6 hari rencana pemulangan; mungkin

memerlukan bantuan dalam tugas pemeliharaan dan

pengaturan rumah.

11) Pemeriksaan diagnostic

Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal)

 AST (SGOT/SGPT) : awalnya meningkat, meningkat 1- 2

minggu sebelum ikterik kemudian tampak turun.

 Darah lengkap : gangguan enzim hati akan mengakibatkan

perdarahan

 Alkali fosfatase : agak meningkat

 Feses : berwarna tanah liat

 Albumin serum : menurun

 Gula darah : hiperglikemia transient/ hipoglikemia (gangguan

fungsi hati)

19
20

 HBsAg : dapat possitif dan Negatif

 Billirubin serum : diatas 2.5 mg/ 100 ml (bila diatas 200

mg/ml, prognosis buruk

 Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat

 Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan nekrosis hati

 Scan hati : mengetahui beratnya kerusakan

 Urinalisa : peningkatan kadar bilirubin, protein hematuria

dapat terjadi.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan

konsentrasi hemoglobin

2) Defisit nutrisi berhubungna dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme

3) Hipervolemia berhubungan dengangangguan mekanisme

regulasi

4) Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis

(infeksi)

5) Nausea berhubungan dengan keganasan intraabdomen

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

7) Resiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan

perubahan sirkulasi

20
21

c. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

penurunan konsentrasi hemoglobin

Data Subjektif :

 Pasien Mengatakan lemas

Data Objektif :

 CRT >2 detik

 Nadi Perifer lemah

 Akral teraba dingin

 Warna kulit pucat

 Turgor kulit jelek

 Edema

(PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. , 2016)

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif ,

ekspektasi meningkat

Intervensi :

Perawatan Sirkulasi

Observasi

21
22

1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian

kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)

2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes,

perokok, orang tua, hipertenis dan kadar kolesterol tinggi)

3. Monitor panas, kmeerahan, nyeri atau bengkak pada

ekstremitas

Terapeutik

1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area

keterbatasan perfusi

2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan

keterbatasan perfusi

3. Hindari penekanan dna pemasangan tourniqet pada area yang

cedera

4. Lakukan pencegahan infeksi

5. Lakukan perawatan kaki dan kuku

6. Lakukan hidrasi

Edukasi

1. Anjurkan berhenti merokok

2. Anjurkan berolahraga rutin

3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit

terbakar

22
23

4. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,

antikoagulan, dan penurunan kolesterol, jika perlu

5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara

teratur

6. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta

7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis.

melembabkan kulit kering pada kaki)

8. Anjurkan program rehabilitasi vaskular

9. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis.

rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)

10. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan

(mis. rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak

sembuh, hilangnya rasa)

Diagnosa 2 : Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolisme

Data Subjektif :

 Pasien mengatakan kram / nyeri pada perut kanan atas

 Pasien mengatakan nafsu makan menurun

Data Objektif :

 Membran mukosa pucat

 Asites

23
24

 Bising usus hiperaktif

 Otot menelan lemah

(PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. , 2016)

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif ,

ekspektasi membaik

Intervensi :

Manajemen Nutrisi

Observasi

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3. Identifikasi makanan yang disukai

4. Identifikasi kalori dan jenis nutrient

5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogatrik

6. Monitor asupan makanan

7. Monitor berat badan

8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

24
25

1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)

3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

6. Berikan suplemen makanan, jika perlu

7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan

oral dapat ditoleransi

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu

2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda

nyeri, antiemetik), jika perlu

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

Diagnosa 3 : Hipervolemia berhubungan dengan gangguan

mekanisme regulasi

Data Subjektif :

25
26

 Pasien Mengatakan bengkak pada kedua kaki

Data Objektif :

 Edema anasarka

 Berat badan meningkat dalam waktu singkat

 Distensi vena jungularis

 Hepatomegali

 Kadar Hb turun

 Oliguria / sekresi urine berkurang

 Intake lebih banyak di banding output

(PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. , 2016)

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif ,

ekspektasi menurun.

Intervensi :

Manajemen Hipervolemia

Observasi

1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea, dispnea,

edema, JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara

napas tambahan)

2. Identifikasi penyebab hipervolemia

26
27

3. Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, tekanan

darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO,Cl), jika tersedia

4. Monitor intake dan output cairan

5. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, BUN,

hematoktir, berat jenis urine)

6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis. kadar

protein dan albumin meningkat)

7. Monitor kecepatan infus secara ketat

8. Monitor efek samping diuretik ( mis. hipotensi ortortostatik,

hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)

Terapeutik

1. Timbang berat bdan setiap hari pada waktu yang sama

2. Batasi asupan cairan dan garam

3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40 º

Edukasi

1. Anjurkan melapor jika haluaran urine <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam

2. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari

3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan

27
28

4. Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaboratif

1. Kolaborasi pemberian diuretik

2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diureti

Diagnosa 4 : Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera

fisiologis (infeksi)

Data Subjektif :

 Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian atas

Data Objektif :

 Nampak meringis

 Bersikap protektif, posisi menghindari nyeri

 Gelisah

 Frekuensi nadi meningkat

 Susah tidur

 Tekanan darah meningkat

 Napsu makan berubah

 Menarik diri

 Berkeringat banyak

(PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. , 2016)

28
29

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif ,

ekspektasi menurun.

Intervensi :

Manajemen nyeri

Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri non-verbal

4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9. Monitor efek samping pemberian analgetik

Terapeutik

1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(mis. TENS, hipnosis, akupseur, terapi musik, biofeedback,

terapi pijat, aromaterapi, terapi imajinasi terbimbing, kompres

hangat/dingin, terapi bermain)

29
30

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (Mis. Suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan)

3. Fasilitasi istirahat dan tidur

4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaboratif

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

(PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Tindakan Keperawatan, Edisi 1, 2018)

Diagnosa 5 : Nausea berhubungan dengan keganasan intraabdomen

Data Subjektif :

 Pasien mengatakan mual

 Pasien mengatakan nafsu makan menurun

Data Objektif :

 Nampak pucat

30
31

 Berkeringat banyak

 Takikardi

 Saliva meningkat

(PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. , 2016)

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif ,

ekspektasi menurun.

Intervensi :

Manajemen Mual

Observasi

1. Identifikasi pengalaman mual

2. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup

3. Identifikasi faktor penyebab mual

4. Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual

5. Monitor mual

6. Monitor asupan nutrisi dan kalori

Terapeutik

1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual

31
32

2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual

3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik

Edukasi

1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup

2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang

mual

3. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak

4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

mual

Kolaboratif

1. Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

Diagnosa 6 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Data Subjektif :

 Pasien mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

 Pasien mengatakan merasa lemas

Data Objektif :

 Keadaan umum lemah

 Tekanan darah berubah

 Takikardi

 Pola napas berubah

32
33

(PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. , 2016)

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif ,

ekspektasi meningkat.

Intervensi :

Manajemen energi

Observasi

1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

2. Monitor kelelahan fisik dan emosional

3. Monitor pola dan jam tidur

4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah

atau berjalan

Edukasi

33
34

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

3. Anjurkan menghubungu perawat jika tanda dan gejala kelelahan

tidak berkurang

4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaboratif

1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan.

34
35

BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama Preceptee 1. Ansar, S.Kep


2. Ebby Azhari, S.Kep
3. Nova Rita Anugrah, S.Kep
4. Nur Aksanita, S.Kep
5. Eka Fitri Tahir, S.Kep
6. Ropita Sari, S.Kep
7. Kasmawati, S.Kep

PENGKAJIAN (ASSESMENT)

No. RM : 202189

Tanggal : 24 November 2021

Ruangan : Marina Interna

I. DATA UMUM

1. IdentitasKlien

Nama : Tn.A

Umur : 32 Tahun

Tempat/Tanggallahir : Bantaeng, 25-10-1989

Jeniskelamin : Laki - laki

Status perkawinan : Menikah

35
36

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Suku : Makassar

Pekerjaan : Petani

Alamat : Lapparaka, Bantaeng

Telp. :-

Tanggal masuk RS : 21 – 11 – 2021

Golongan darah : -

Sumberinfo : Pasien dan Istri

2. Penanggungjawab / pengantar

Nama : Ny. S

Umur : 31 Tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan klien : Istri

Alamat : Lapparaka, Bantaeng

36
37

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan utama : Nyeri perut kanan atas

2. Alasan masuk RS : Nyeri perut kanan atas dialami sejak 14 hari yang lalu

sebelum masuk rumah sakit, Mual, Lemas, Nafsu makan menurun.

Riwayat demam 14 hari yang lalu, riwayat muntah, dan riwayat peminum

alkohol.

3. Riwayat Penyakit

Provocative/Palliative : Nyeri bertambah saat beraktivitas

Quality : Seperti Terbakar

Region : Perut kanan atas menjalar ke seluruh lapang perut

Severity : Skala nyeri 6 NRS

Timing : Nyeri hilang timbul setiap 1 – 2 jam dengan

durasi ≤ 30 menit

4. Data Medik

A. Dikirimoleh : √ UGD Dokter Praktek

B. DiagnosaMedik

o Saat masuk :
Abdominal Pain + Suspec Hepatitis

37
38

o Saat pengkajian : Abses Hepar

III.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

Saat kecil /kanak-kanak : Pasien Mengatakan influenza

Penyebab : pasien mengatakan tidak tahu penyebabnya

Riwayat perawatan : Tidak pernah

Riwayatoperasi : Tidak Pernah

Riwayat pengobatan : Pasien mengatakan biasa berobat di puskemas

terdekat

2. Riwayat alergi : Tidak Ada

3. Riwayat immunisasi : Pasien mengatakan lupa

4. Lain-lain : Tidak ada

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

(Genogram, dengan mencantumkan keterangan tentang kondisi kesehatan

anggota keluarga saat ini, nama penyakit yang diderita, penyebab meninggal

dan usia. Genogram sekurang – kurangnya mencakup kakek, nenek, orangtua,

bibi, pamandan saudara kandung klien, anak dan cucu jika ada. Singkatan

harus diberikan keterangan)

38
39

X
X X X

X X

32

17

Keterangan Simbol genogram :

: Laki-laki : Cerai : diadopsi

: kembar non identik

: Perempuan : Berpisah : kembar identic

:Klien

: lahir mati X : Meninggal dunia ------ :hidup bersama

: abortus

V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

1. Pola koping : pasien mengatakan jika nyeri timbul dia mengalihkan

perhatian dengan berbincang sama istri

39
40

2. Harapan klien terhadap keadaan penyakitnya : pasien mengatakan

bisa sembuh dari penyakitnya

3. Faktor stressor : Pasien mengatakan memikirkan penyakit yang

dideritanya

4. Konsep diri : Pasien mengatakan penyakit yang dideritanya pasti akan

sembuh

5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya : Pasien kadang mempertanyakan

tentang penyebab penyakitnya

6. Adaptasi : pasien beradaptasi dengan lingkungan baru

7. Hubungan dengan anggota keluarga : Pasien mengatakan memiliki

hubungan baik dengan keluarganya

8. Hubungan dengan masyarakat : Pasien mengatakan memiliki hubungan

baik dengan masyarakat

9. Perhatian terhadap orang lain &lawan bicara : Pasien memperhatikan

lawan bicara

10. Aktifitas social : Aktivitas selama dirawat terbatas

11. Bahasa yang sering digunakan : Bahasa Indonesia dan Konjo

12. Keadaan lingkungan : Lingkungan sekitasr pasien nampak bersih

40
41

13. Kegiatan keagamaan / pola ibadah : Pasien mengatakan selama di rawat

tidak pernah Shalat

14. Keyakinan tentang kesehatan : Pasien mengatakan akan cepat sembuh dari

penyakitnya dan akan berkumpul kembali dengan keluarga besarnya.

VI. KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

1. Makan

Sebelum MRS : Pasien mengatakan biasa makan 3x sehari

Setelah MRS : Diet sesuai jadwal dokter gizi

2. Minum

Sebelum MRS : Pasien mengatakan biasa minum 1-2 liter / hari

Setelah MRS : Diet sesuai jadwal dokter gizi

3. Tidur

Sebelum MRS : pasien mengatakan biasa tidur siang dan malam

hari

Setelah MRS : pasien mengatakan pola tidur terganggu

4. Eliminasi fekal/BAB

Sebelum MRS : pasien mengatakan BAB 1 – 2 kali sehari

41
42

Setelah MRS : pasien BAB tiap hari

5. Eliminasi urine/BAK

Sebelum MRS : pasien mengatakan BAK 3 – 4 kali sehari

Setelah MRS : pasien menggunakan kateter urine.

6. Aktifitas dan latihan

Sebelum MRS : pasien mengatakan aktif bertani

Setelah MRS : pasien mengatakan hanya berada diatas tempat

tidur

7. Personal hygiene

Sebelum MRS : Pasien mengatakan baisa mandi 1 – 2 kali sehari

Setelah MRS : Pasien mengatakan hanya biasa di lap basah

VII.PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Lemah

Kehilangan BB : Pasien mengatakan tidak pernah ukur BB

Kelemahan : Pasien mengeluh lemas

Vital sign : BP : 180/100, HR : 148x/Menit, RR : 22x/menit

T : 37.1 ° C SPO2 : 99 %

42
43

Tingkat kesadaran : Composmentis, GCS 15 E4M6V5

2. Head to toe

a. Kulit/integument : Turgor kulit jelek, warna kulit kekuningan akral

teraba hangat

b. Kepala & rambut : Ekspresi wajah meringis, kulit kepala bersih, tidak

ada lesi. rambut berwarna hitam dan tidak mudah rontok

c. Kuku : CRT >2 detik

d. Mata/penglihatan : kedua mata simetris, fungsi penglihatan baik.

conjungtiva anemis, Sklera Ikterik

e. Hidung/penghiduan : Fungsi penciuman baik

f. Telinga/pendengaran : Telinga kiri dan kanan simetris

g. Mulut dan gigi : mulut nampak bersih

h. Leher : Kaku kuduk tidak ada

i. Dada :

Inspeksi : Bentuk dada simetris, pola napas cepat dan dangkal

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, ekspansi dada simetris

Perkusi : Terdapat suara sonor di ICS IV dan V pada dada kanan

43
44

Auskultasi : Bunyi napas Vesikuler, wheezing, dan ronkhi tidak ada

j. Abdomen :

Inspeksi : Terdapat distensi abdomen

Auskultasi : Bising Usus 3x/menit

Perkusi : Terdapat suara timpani pada kuadran akanan atas

Palpasi : Terdapat nyeri tekan perut kanan atas,

k. Perineum & genitalia : tidak di lakukan pengkajian

l. Extremitasatas & bawah : edema pada ekstremitas bawah kiri dan

kanan

3. Pemeriksaan diagnostik :

21/11/2021 26/11/2021 Nilai Normal


Hemoglobin 11.2 10.4 12 - 16
Leukosit 26.900 15.000 4000 - 10000
Eritrosit 3.640.000 3.380.000 4.500.000 - 6.000.000
Trombosit 567.000 597.000 150.000 - 450.000
Hematokrit 32.4 37.0 - 48.0
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
GDS 93 < 140
Ureum 29 10 - 50
Creatinin 0.60 < 1.3
SGOT 57 < 40
SGPT 157 10 – 40

44
45

Foto polos Abdomen : Elevasi diafragma dextra ec hepatomegaly


USG abdomen : Abses Hepar + Efusi pleura

4. Penatalaksanaan Medis / Terapi

IVFD RL 20 TPM
Injeksi Ceftriaxone 2 gr / 24 jam / IV Oral :
Injeksi Metrodinazole 500 mg/8 jam/IV Curcuma 3x1
Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam / IV Hepachol 3x1
Injeksi Lasix 40 mg/ 12 jam / IV
VIII. PATHWAY / PATOFLODIAGRAM

Bantaeng, 24 November 2021

Yang mengkaji,

45
46

Kelompok 3

DATA FOKUS

Nama / umur : Tn. A / 32 Tahun


Ruang / kamar : Marina Interna
No. Data Fokus
DS :
 Tn. A mengatakan nyeri pada perut bagian atas
 Tn. A mengatakan bengkak pada kedua kaki
 Tn. A mengatakan susah tidur
 Tn. A mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
 Tn. A mengatakan merasa lemas
DO :
 Keadaan umum lemah
 Akral teraba hangat
 Berkeringat banyak
 Bersikap protektif, posisi menghindari nyeri
 Edema
 Hepatomegali
 Nafsu makan berubah
 Nampak meringis
 Nampak Ikterus
 Tekanan darah meningkat
 Takikardi
 Turgor kulit jelek
 Pola napas cepat dan dangkal
 Kadar Hematokrit menurun 32,4 %
 P : Nyeri saat beraktivitas
Q : Seperti Tertekan
R : Perut kanan atas
S : Skala nyeri 6 NRS
T : Nyeri hilang timbul setiap 1 - 2 jam dengan durasi ≤30 menit

46
47

KLASIFIKASI DATA

Nama / umur : Tn. A / 32 Tahun


Ruang / kamar : Marina Interna

Kategori dan Sub kategori


Data Subjektif dan Objektif
Fisiologis Respirasi Pola napas cepat dan dangkal
Akral teraba hangat, Berkeringat banyak, Hepatomegali,
Sirkulasi
Nampak Ikterus, Tekanan darah meningkat, Takikardi,

Nutrisi dan Cairan Edema, Nafsu makan berubah, Turgor kulit jelek

Eliminasi Pasien menggunakan kateter urin


Tn. A mengatakan bengkak pada kedua kaki, Tn. A
Aktivitas dan mengatakan susah tidur, Tn. A mengatakan merasa tidak
Istirahat nyaman setelah beraktivitas, Tn. A mengatakan merasa
lemas,
Neorosensori Tidak ada data yang bermasalah
Reproduksi dan
Tidak di lakukan pengkajian
Seksualitas
Psikologis Nyeri dan Tn. A mengatakan nyeri pada perut bagian atas, Nampak
Kenyamanan meringis, Bersikap protektif, posisi menghindari nyeri
Integritas Ego Tidak ada data yang bermasalah
Pertumbuhan dan
Tidak ada data yang bermasalah
Perkembangan
Perilaku
KebersihanDiri Tidak ada data yang bermasalah
Penyuluhan dan Tn. A kadang mempertanyakan tentang penyebab
Pembelajaran penyakitnya
Relasional
Interaksi Sosial Tidak ada data yang bermasalah
Lingkungan Keamanan dan
Tidak ada data yang bermasalah
Proteksi
ANALISA DATA

47
48

Nama / umur: Tn. A /32 Tahun


Ruang / kamar: Marina Interna

NO Tanda dan Gejala Penyebab Masalah

1 DS : Peradangan / inflamasi hepar


Hipervolemia
 Tn. A mengatakan
bengkak pada kedua Rongga abses yang penuh
kaki cairan yang berisi leukosit
mati dan hidup, sel hati yang
 Tn. A mengatakan mencair serta bakteri
merasa lemas
DO : ketidakmampuan ginjal
 Keadaan umum lemah mengeksresikan urine
 Kadar Hematokrit
menurun 32,4 % Retensi cairan, Na dan
elektrolit
 Edema
 Hepatomegali
kelebihan asupan cairan
 Nampak Ikterus
 Turgor kulit jelek Edema

Hipervolemia
2 DS : Nyeri Akut
Infeksi
 Tn. A mengatakan
nyeri pada perut
bagian atas Merangsang ujung saraf
 Tn. A mengatakan mengeluarkan bradikinin,
serotinin dan prostaglandin
susah tidur
DO :
 Keadaan umum lemah
Impuls di sampaikan ke SSP
 Nampak meringis bagian korteks serebri
 Berkeringat banyak
 Bersikap protektif,
posisi menghindari Merangsang Hipotalamus
nyeri pada pusat nyeri
 Takikardi
 Nafsu makan berubah
 Pola napas berubah Nyeri Akut

 Tekanan darah
meningkat
 P : Nyeri saat
beraktivitas

48
49

Q : Seperti Tertekan
R : Perut kanan atas
S : Skala nyeri 6 NRS
T : Nyeri hilang
timbul setiap 1 - 2 jam
dengan durasi ≤30
menit
3 DS : Abses pada hepar
Intoleransi aktivitas
 Tn. A mengatakan
merasa lemas
Metabolisme
 Tn. A mengatakan nutrisi menurun
merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
Produksi energi
DO : menurun
 Nampak Ikterus
 Turgor kulit jelek
Kelemahan fisik
 Takikardi
 Pola napas cepat dan
dangkal
Intoleransi
 Tekanan darah Aktivitas
meningkat

49
50

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama / Umur : TN. A / 32 Tahun

Ruangan / Kamar : Marina Interna

Diagnosa keperawatan Tgl di temukan Tgl teratasi


1. Hipervolemia berhubungan 24 - 11 – 2021 27 - 11 - 2021

dengan gangguan mekanisme

regulasi

2. Nyeri akut berhubungan dengan 24 - 11 - 2021 27 - 11 - 2021

Agen pencedera fisiologis

(infeksi)

3. Intoleransi aktivitas 24 - 11 - 2021 27 - 11 – 2021

berhubungan dengan kelemahan

50
51

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. A penulis menemukan

beberapa kesenjangan antara pengkajian yang terdapat pada Tn. A, hal tersebut

terjadi karena respon/keadaan fisik dan psikis pasien yang berbeda. Pengkajian

pada Ibu Tn. a dilakukan dengan wawancara kepada pasien dan keluarga.

Pengumpulan data diperoleh dari pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi.

Masalah keperawatan yang terjadi pada Tn. A dengan diagnosa Abses

Hepar yaitu : Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi,

Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (infeksi), Intoleransi

aktivitas berhubungan dengan kelemahan

51
52

DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. . Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. . Jakarta: DPP PPNI.

Rasjidi, dkk. (2010). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Ciputat Tangerang : EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.


Jakarta : EGC

Tim CancerHelps. (2010). Stop Kanker. Jakarta Selatan. Agro Media Pustaka

52

Anda mungkin juga menyukai