KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I yang berjudul ‘’Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Hepatitis dan Serosis
Hepatis‘’ dapat selesai seperti waktu yang telah penulis rencanakan.Tersusunnya makalah ini
tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materiil
dan spiritual,baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Allah SWT.
2. Fitri Suciana,S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Medikal BedahI.
3. Orang tua yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah
ini dapat penulis selesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semu pihak yang membaca makalah ini dan dapat
mengetahui tentang Asuhan keperawatan klien dengan gangguan hepatitis dan serosis hepatis.
Makalah ini mungkin kurang dari kata sempurna,untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Penyakit Hepatitis ?
2. Bagaimana Etiologi Penyakit Hepatitis?
3. Bagaimana Manifestasi Penyakit Hepatitis ?
4. Bagaimana Patofisiologi Penyakit Hepatitis ?
5. Bagaimana Pathway Penyakit Hepatitis ?
6. Bagaimana Komplikasi Penyakit Hepatitis ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Penyakit Hepatitis?
8. Bagaimana Pengkajian Keperawatan Penyakit Hepatitis?
3
9. Bagaimana Diagnosa Keperawatan Penyakit Hepatitis?
10. Bagaimana Rencana Keperawatan Penyakit Hepatitis ?
11. Bagaimana
12. Bagaimana Evaluasi Keperawatan Penyakit Hepatitis ?
13. Apakah Pengertian Penyakit Serosis Hepatis ?
14. Bagaimana
C.Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi Hepatitis
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut
Soerjono. 2011) :
1.Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNA dari
family enterovirus. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini
terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi
wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
2. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan virus DNA yang
berkulit ganda. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Penularan biasa terjadi diantara para
pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan, atau diantara mitra
seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Selain itu pula bisa terjadi pada
ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses
persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B.
3. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna kecil
terbungkus lemak. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat tranfusi darah.
Virus hepatitis C ini sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum
bersama-sama. Jarang terjadi melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang belum jelas,
penderita” penyakit hati alkoholik” seringkali menderita hepatitis C.
4.Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA detektif
yang membutuhkan kehadiran hepatitis B.
5. Hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang
hanya terjadi di negara-negara terbelakang.
5
3. Manifestasi Klinis Hepatitis
Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai berikut(Nurarif, 2015):
1. Malaise, anoreksia, mual dan muntah.
2. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, sakit kepala dan mialgia
3. Demam ditemukan pada infeksi HAV
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap.
5. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
6. Nyeri tekan pada hati
7. Splenomegali ringan
8. Limfadenopatik
4. Patofisiologi Hepatitis
Kerusakan hati yang terjadi biasanya meliputiserupa pada semua tipe hepatitis virus.
Cedera dan nekrosis sel hati ditemukan dengan berbagai derajat. Ketika memasuki tubuh,
virus hepatitis menyebabkan cedera dan kematian hepatosit yang biasa dengan cara
membunuh langsung sel hati atau dengan cara mengaktifkan reaksi imun serta inflamasi ini
selanjutnya akan mencederai atau menghancurkan hepatosit dengan menimbulkan lisis pada
sel-sel yang terinfeksi atau yang berada disekitarnya.
5. Pathway Hepatitis
6. Komplikasi Hepatitis
Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):
1. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan samapai 8 bulan
2. Hepatitis aktif yang kronis
3. Sirosis hepatis
6
4. Gagal hati dan kematian
5. Karsinoma hepatoseluler primer
9. Pengkajian Hepatitis
Biodata
7
a. Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat, pekerjaan,
penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c. Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
hubungan dengan klien.
d. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa
nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas,
demam dan kuning.
e. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri
perut kanan atas.
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan
saudara-saudaranya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.
d. Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
8
Asites
e. Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis
f. Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )
g. Keamanan
Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior
h. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
9
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi pasien
terpennuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
Intervensi :
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan R/ keletihan berlanjut
menurunkan keinginan untuk makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran
gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan R/
akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap
yang menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak R/ menurunkan rasa penuh pada
abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak R/ glukosa dalam karbohidrat cukup
efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
10
3.Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu badan pasien
normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
Intervensi :
1. Monitor tanda vital : suhu badan R/ sebagai indikator untuk mengetahui status
hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000
l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari. R/ dalam
kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur R/ menghambat pusat
simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat R/ kondisi kulit
yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
5.Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus
sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi kerusakan
intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi :
11
1. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin)
Keringkan kulit, jaringan digosok R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas
kulit dengan merangsang ujung syaraf
2. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin
dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal R/ penghangatan yang
berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui
vasodilatasi
3. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat
pada area pruritus untuk tujuan menggaruk R/ penggantian merangsang
pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
4. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin R/ pendinginan
akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan.
7.Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi infeksi pada
pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
12
1. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau
spesimen
Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang
tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara
apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
2. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan
tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi
infeksius dan mencegah transmisi penyakit
3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi
infeksi
4. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang
tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan
kemungkinan orang lain terinfeksi
12. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya).
3. Tidak terjadi peningkatan suhu.
4. Tidak terjadi keletihan.
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat.
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
13
peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi
nodul. (suzanne C.smeltzer & Brenda G. Bare.2001) Sirosis hati adalah penyakit yang di
tandai oleh peradangan difusi dan menahun pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan
ikat, degerenasi dan regenerasi sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan
parenkim hati. (arif mansjoer, FKUI1999 )
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh obstruksi difus dan
regenerasi fibrotic sel-sel hepar. Karena jaringan yang nekrotik menghasikan fibrosis,
maka penyakit ini akan merusak jaringan hati serta pembuluh darah yang normal,
mengganggu aliran darah serta cairan limfe, dan pada akhirnya menyebabkan insufisiensi
hati. Sirosis hepatis ditemukan pada laki-laki dengan insidensi dua kali lebih sering
dibandingkan pada wanita dan khususnya prevalen di antara para penderita malnutrisi usia
di atas 50 tahun dengan alkoholisme kronis. Angka mortalitasnya tinggi dan banyak pasien
meninggal dalam lima tahun sejak awitan sirosis tersebut (Kowalak, 2011). Dan menurut
(Price, Wilson, & Carty, 2006), Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi
arsetektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi
sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal.
1. Sirosis Laennec. Sirosis ini disebabkan ileh alkoholisme dan malnutrisi. Pada
tahap awal sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir,
hepar mengecil dan nodular
2. Sirosis pascanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena
hepatotoksin biasanya berasal dari hepatitis virus. Hepar mengecil denganbanyak
nocul dan jaringan fibrosa
3. Sirosis bilier. Penyebabnya adalah obstruksi empedu dalam hepar dan duktus
koledukus komunis (duktus sistikus)
4. Sirosis jantung. Penyebabnya adalah gagal jantung sisi kanan (gagal jantung
kongestif) (Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, & Yakobus Siswadi, 2008).
3. Etiologi Sirosis Hepatis
Menurut FKUI 1999, penyebab sirosis hepatis antara lain adalah,Malnutrisi ,Alkohol,
Virus hepatis, Hemokromatosis (kelebihan zat besi) dan Zat toksik.
14
Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi jelas, meskipun hubungan antara sirosis
dan minum alkhol berlebihan telah ditetapkan dengan baik. Negara-negara dengan
insidensi sirosis tertinggi memiliki konsumsi alkohol per kapita terbesar. Kecenderungan
keluarga dengan predisposisi genetic, juga hipersensitivitas terhadap alkohol, tampak
pada sirosis alkoholik (McPhee & Ganong, 2010).
16
6. Pathway Sirosis Hepatis
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal:
a. Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi
jaringan hepar)
b. Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism
protein)
c. PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan factor pembekuan)
2. Biopsy hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan
radiologis tidak dapat menyimpulkan
3. Scan CT, atau MRT di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dari
aliran darah hepatic
4. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia
(disebabkan oleh peningkatan skresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan
volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites)
5. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan SDP
(hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan
metabolisme nutrient)
6. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
8. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus
9. Esofagoskopi (varises) dengan barium esofagografi
10. Biopsy hepar & ultrasonografi (Nurarif & Kusuma, 2015).
17
8. Penatalaksanaan Sirosis Hepatis
Tidak ada terapi spesifik untuk sirosis. Tindakan medis diarahkan pada faktor-faktor
penyebab, seperti menangani alkoholisme, malnutrisi, obstruksi bilier, toksin, masalah
jantung, dan sebagainya. Tindakan medis yang lain disesuaikan pada tanda-tanda yang
timbul, misalnya:
1. Antihistamin untuk pruritus
2. Kalium untuk hipokalemia
3. Diuretic untuk edema
4. Vitamin, seperti asam folat, tiamin, vitamin K, dan sebagainya (Mary Baradero,
Mary Wilfrid Dayrit, & Yakobus Siswadi, 2008).
* Penanggung Jawab
1. Nama :Tn.R
2. Jenis Kelamin :Laki-laki
3. Pekerjaan :pengusaha
4. Hubungan Dengan Klien :suami
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Anoreksia (mual dan mutah), diare, Nyeri tumpul abdomen
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Anoreksia akibat perubahan citarasa terhadap makanan tertentu Mual dan mutah
akibat respons inflamasi dan efek sistemik inflamasi hati. Diare akibat
malabsorbsi.
Nyeri tumpul abdomen akibat inflamasi hati
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya menderita penyakit Hepatitis Virus dan Kolangitis
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
18
c. Pemeriksaan Fisik
*Penampilan secara umum dan tanda-tanda vital
1. Penampilan Umum
2. Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah : 120/80/Menit
• Suhu : 38c
• RR :22/menit
• Nadi : 88/menit
* Kepala dan Leher
1. Kepala
Kulit dan rambut :Kulit kering
Telapak tangan berwarna merah
Rambut rontok
o Muka : simetris
o Mata
• Lapang Pandang Normal
• Palpebra : Tidak ada edema
• Conjungtiva : Anemis
• Sklera : Berwarna Kuning (Ikterus)
• Refleks Cahaya Pupil : Miosis
• Refleks Kornea : Dapat berkedip (Normal)
• Gerakan Mata Okuler : Pasien dapat mengikuti gerakan perawat kedelapam
arah (normal)
• Hidung : bentuk hidung normal, tidak ada sekresi/benda asing, tidak
ada peradangan mukosa, tidak ada nyeri tekan pada sinus, ada pernafasan
cuping hidung.
• Mulut : bibir kering, lidah bersih, adanya bau mulut, tidak ada stomatitis
• Telinga :daun telinga simetris, tidak ada serumen/benda asing
2. Leher
• JVP : distensi vena jugularis
• Kelenjar tiroid : normal
• Kaku kuduk : tidak ada nyeri(normal)
• Kelenjar limfa :tidak ada pembesaran kelenjar limfa
3.1.3.3 Dada
1. Inspeksi
• Bentuk Dada : Simetris
• Pernafasan
- Tipe :Takipnea
- Irama :Irregular
- Frekuensi : >24X/Menit
• Retraksi intercose : ada penggunaan otot bantu
• Ictus cordis : pada ICS 5(normal)
2. Palpasi
• Taktil fremitus : getaran sama (normal)
• Nyeri tekan :tidak ada nyeri tekan
• Massa :tidak ada massa
3. Perkusi
• Paru : sonor
19
• Jantung : pekak
4. Auskultasi
o Paru
• Suara napas (tidak ada suara nafas tambahan)
• Bronkial : terdengar keras dan bernada tinggi (normal)
• Bronkoveskuler : bernada sedang dan bunyi tiupan dengan intensitas
sedang (normal)
• Vesikuler : terdengar halus, lembut dan rendah (normal)
o Jantung :Tidak ada bunyi jantung tambahan
20
dan SDP (hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal
dan kerusakan metabolisme nutrient)
6. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria
7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
8. Endoskopi retrograde kolangiopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus
koledukus
21
3.3 Rencana Keperawatan
Diagnose
No Tujuan dan criteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Ketidakefektifan NOC NIC
pola nafas v Rerpiratory status : ventilation Airway Management
berhubungan v Respiratory status : Airway Posiskan pasien untuk
dengan penurunan patency memaksimalkan ventilasi
ekspansi paru v Vital sign status Auskultasi suara nafas, catat
Criteria hasil adanya suara tambahan
Mendemonstrasikan Atur intake untuk cairan
batuk efektif dan suara mengoptimalkan keseimbangan
nafas yang bersih, tidak Monitor respirasi dan status o2
ada sianosis dan dyspneu Pertahankan jalan nafas yang
Menunjukkan jalan nafas paten
yang paten (klien tidak Atur peralatan oksigenasi
merasa tercekik, irama Monitor aliran oksigen
nafas, frekuensi Pertahankan posisi pasien
pernafasan dalam rentang Observasi adanya tanda-tanda
normal, tidak ada suara hipoventilasi
nafas abnormal) Vital sign Monitoring
Tanda-tanda vital dalam Monitor TD, nadi, shu, dan RR
rentang normal Monitor pola pernafasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit
2. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutritional status Nutritional Management
tubuh berhubungan Nutritional status : food o Kaji adanya alergi makanan
dengan intake yang and fluid o Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tidak adekuat Intake menentukan jumlah kalori dan
sekuder terhadap Nutritional status : nutrisi yang dibutuuhkan pasien
anoreksia nutrient intake o Anjurkan pasien untuk
Weight control meningakatkan protein dan
Criteria hasil vitamin c
Adanya peningkatan berat o Monitor jumlah nutrisi dan
badan sesuai dengan kandungan kalori
tujuan o Berikan informasi tentang
Berat badan ideal sesuai kebutuhan nutrisi
dengan tinggi badan Nutritional Monitoring
Mempu mengidentifikasi o Monitor adanya penurunan berat
kenutuhan nutrisi badan
Tidak ada tanda-tanda o Monitoring lingkungan selama
malnutrisi makan
Menunjukkan o Monitoring kulit kering dan
22
peningkatan fungsi perubahan pigmentasi
pengecapan dari menelan o Monitor turgor kulit
Tidak terjadi penurunan o Monitor mual dan muntah
berat badan yang berarti.
3. Kelebihan volume NOC NIC
cairan berhubungan Elekcttrolit and acid base Fluid management
dengan hipertensi balance o Pertahankan catatan intake dan
portal sekunder Fluid balance output yang akurat
terhadap sirosis Hydration o Monitor hasi Hb yang sesuai
hepatis Criteria hasil dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
Terbebas dari edema, osmolaritas urin)
efusi anaskara o Monitor status hemodinamik
Bunyi nafas berish, tidak termasuk CVP, MAP, PAP,dan
ada dyspneu/ortopneu PCWP
Terbebas dari distensi o Kaji lokasi dan luas edema
vena jugularis, refleks o Monitor status nutrisi
hepatojogular (+) o Kolaborasi pemberian diuretic
Memelihara tekanan vena sesuai intruksi
sentral, tekanan kapiler o Kolaborasi dokter jika tanda
paru, output jantung dan cairan berlebihan muncul
vital sign dalam batas memburuk
normal Fluid monitoring
Terbebas dari kelelahan, o Tentukian riwayat jumlah dan tipe
kecemasan atau intake cairan dan eliminasi
kebingungan o Monitor berar badan
Menjelaskan indicator
kelebihan cairan
4. Nyeri akut NOC NIC
berhubungan Pain level Pain management
dengan inflamasi Pain control Lakukan pengkajian nyeri secara
akut Confort level komperhensif termasuk lokasi,
Criteria hasil karakteristik, durasi, frekuensi,
Mampu mengontrol nyeri kualitas dan factor presipitasi
(tahu penyebab nyeri, Observasi reaksi non verbal dari
mampu menggunakan ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi Control lingkungan yang dapat
untuk mengurangi nyeri, mempengaruhi nyeri seperti
mencari bantuan) suhu ruangan, pencahayaan dan
Melaporkan bahwa nyeri kebisingan
berkurang dengan Kaji tipe nyeri dan sumber nyeri
menggunakan untuk menentukan intervensi
manajemen nyeri Ajarkan teknik nonfarmakologi
Mampu mengenali nyeri Berikan analgetik untuk
(skala, intensita, mengurangi nyeri
frekuensi dan tanda Analgesic administration
nyeri) Cek instruksi dokter tentang jenis
Menyatakan rasa nyaman obat, dosisi dan frekuensi
setelah nyeri berkurang Cek riwayat alergi
23
5. Kerusakan NOC NIC
integritas kulit Tissue integrity : skin Pressure management
berhubungan and mucous o anjurkan pasien untuk
dengan imobilitas Membranes menggunaan pakaian yang
sekunder terhadap Hemodyalis akses longgar
kelemahan Criteria hasil o Hindari kerutan pada tempat tidur
Integritas kulit yang baik o Jaga kebersihan kulit afar tetap
bisa dipertahankan bersih dan lembut
(sensasi, elastisitas, o Mobilisasi pasien (ubah posisi
temperature, hidrasi, pasien) setiap dua jam sekali
pigmentasi) o Monitor kulit akan adanya
Tidak ada luka/lesi pada kemerahan
kulit o Oleskan lotion atau minyak/bay
Perfusi jaringan baik oil pada daerah yang tertekan
Menunjukkan pemahaman o Memandikan pasien dengan
dalam proses perbaikan sabun dan air hangat
kulit dan mencegah Insision site care
terjadinya cedera berulang o Monitor proses kesembuhan area
Mampu melindungi kulit insisi
dan mempertahankan Gunakan preparat antiseptic,
kelembapan kulit sesuai program
6. Gangguan citra NOC NIC
tubuh berhubungan Body image Body image enhancement
dengan perubahan Self esteem Kaji secara verbal dan non verbal
peran fungsi Criteria hasil respon klien terhadap tubuhnya
Body image positif Monitor frekuensi megnkritik
Mampu mengidentifikasi dirinya
kekuatan personal Jelaskan tentang pengobatan,
Mendiskripsikan secara perawatan, kemajuan dan
factual perubahan fungsi prognosis penyakit
tubuh Dorong klien mengungkapkan
Mempertahankan interaksi perasaanya
sosial Identifikasi arti pengurangan
melalui pemakaian alat bantu
Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil
7. Intoleransi aktivitas NOC NIC
berhubungan Energy conservation Activity terapi
dengan kelelahan Activity tolerance Kolaborasikan denfan tenaga
Self care : ADLs rehabilitasi medic dalam
Criteria hasil merencakanakan program terapi
Berpartisipasi dalam yang tepat
aktivitas fisik tanpa Bentu klien untuk
disertai peningaktan mengidentifikasi aktivitas yang
tekanan darah, nadi dan mempu dilakukan
24
RR Bantu untuk memilih aktivitas
Mampu melakukan konsisten yang sesuai dengan
aktivitas sehari-dari kemampuan fisik, psikologi dan
(ADLs) secara mandiri social
Tanda-tanda vital normal Bantu untuk mengidentifikasi
Energy psikomotor aktivitas yang disukai monitor
Level kelemahan respon fisik, emosi, social dan
Mampu berpindah : spiritual
dengan atau tanpa
bantuan alat
Status kardipulmunari
adekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
8. Ketidakmampuan NOC NIC
koping keluarga Family coping, disable Coping Enhanchement
berhubungan Parenting, impaired o Bantu keluarga mengenai
dengan koma Therapeutic regimen masalah
management, o Dorong partisipasi keluarga
Ineffective dalam semua pertemuan
Violence : other directed, kelompok
risk for o Membantu osien beradaptasi
Criteria hasil dengan persepsi stressor,
Hubungan pemberi perubahan, atau ancaman yang
asuhan pasien : interaksi mungkin mengganggu
dan hubungan yang pemenuhan tuntutan
positif antara pemberi o Mendorong pasien ikut dalam
dan penerima asuhan aktivitas social dan komunitas
Performa pemberi asuhan o Mendorong pasien mencari
Perawatan langsung : dorongan dalam spiritual, jika
penyediaan perawatan diperlukan
kesehatan dan perawatan
yang tepat kepada
anggota keluarga oleh
pemberi perawatan
keluarga
Perawatan tidak langsung
: pengaturan dan
pengawasan perawatan
yang sesuai bagi anggota
keluarga oleh pemberi
perawatan keluarga
Kesejahteraan pemberi
asuhan : derajat persepsi
positif mengenai status
kesehatan dan kondisi
kehidupan pemberi
25
perawatan primer
26
transmitted o Mendiskusikan pemberian terapi
Disease (STD) o Identifikasi perubahan kondisi
Criteria hasil fisik pasien
Penghentian perilaku o Deskripsikan kemingkinan
penyalahgunaan alcohol komplikasi kronik
dan narkoba o Memberikan informasi kepada
Pengendalian risiko : keluarga tentang kemajuan
- Penggunaan alcohol kesehatan pasien
- Penggunaan narkoba Surveiliance
- Proses menular Menumpukkan, mengintrepetasi
- Penyakit menular seksual dan mensintesis data pasien
Deteksi risiko secara terarah dan kontinyu
Zat penarikan keparahan untuk mengambil keputusan
klinis
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh
virus. Ini mengakibatkan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis,
bikomia serta seluler yang khas.Sampai saat ini sudaj teridentifikasi lima tipe
hepatitis virus yang pasti yaitu: hepatitis A, B, C, D dan E.
1.Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNAdari
family enterovirus. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja.
Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara
berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan
makanan.
2. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan virus DNA
Yang berkulit ganda. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk
darah. Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Penularan biasa terjadi
diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara
bersamaan, atau diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria
homoseksual). Selain itu pula bisa terjadi pada ibu hamil yang terinfeksi
hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan.
Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B.
3. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna
kecil terbungkus lemak. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat
tranfusi darah. Virus hepatitis C ini sering ditularkan melalui pemakai obat
yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi melalui hubungan
seksual. Untuk alasan yang belum jelas,penderita” penyakit hati alkoholik”
seringkali menderita hepatitis C
.
4.Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA
Detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B.
5. Hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A,
Yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.
28
Sirosis hepatis merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh obstruksi
difus dan regenerasi fibrotic sel-sel hepar. Karena jaringan yang nekrotik
menghasikan fibrosis, maka penyakit ini akan merusak jaringan hati serta
pembuluh darah yang normal, mengganggu aliran darah serta cairan limfe, dan
pada akhirnya menyebabkan insufisiensi hati. Sirosis hepatis ditemukan pada
laki-laki dengan insidensi dua kali lebih sering dibandingkan pada wanita dan
khususnya prevalen di antara para penderita malnutrisi usia di atas 50 tahun
dengan alkoholisme kronis. Angka mortalitasnya tinggi dan banyak pasien
meninggal dalam lima tahun sejak awitan sirosis tersebut (Kowalak, 2011).
Dan menurut (Price, Wilson, & Carty, 2006), Penyakit hati kronis ini
dicirikan dengan destorsi arsetektur hati yang normal oleh lembar-lembar
jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan
vaskulatur normal.
B.Saran
Penyusun mengucapkan syukur alhamdullilah kepada Allah SWT, karena
pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun
masih banyak kesalahan dan masih kurang sempurna. Penyusun berharap dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta para pembaca.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada para pembaca atas kesediaan membaca
makalah ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
30