Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ASMA BRONKIAL

Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan 2


Dosen Pembimbing: Ibu Esri Rusminingsih,S.Kep.Ns.,M.Kep

Di Susun oleh:
1. AFNI HANDAYANI ( 2001002)
2. ERIKA NOVIANA RIZKY (2001015)
3. FIKRIAH MAISHAROH (2001016)

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN


THAN PELAJARAN 2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “ Makalah Asma Bronkial”.

Dalam menyelesaikan Laporan ini penulis memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak,
sehingga penyusunan Laporan ini dapat berjalan dengan lancar. Dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Allah SWT
2. Ibu Esri Rusminingsih,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku Dosen Ilmu Dasar Keperawatan 2.

3. Ibu Esri Rusminingsih,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku Koordinator Dosen Dosen Ilmu Dasar


Keperawatan 2.
4. Orang tua yang yang selalu memberikan kepercayaan, dorongan, dan do’a
5. Bapak, Ibu, Sahabat dan kawan-kawan kelas A S-1 Keperawatan yang telah memberikan
dukungan dan motivasi selama ini
6. Segenap pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dan telah membantu terlaksananya
pembuatan “Makalah Asma Bronkial ”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha
kita, Aamiin.

Klaten, 15 April 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………II

DAFTAR ISI………………………………………………………….................................III

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………..4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………..5
C. TUJUAN PENULISAN………………………………………………………5
D. MANFAAT PENULISAN……………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASMA……………………………………………………….6
B. JENIS- JENIS ASMA…...………………………………................................6

1. ASMA EKSTRINSIK……………………………………………………6
2. ASMA INSTRINSIK…………………………………………………….7

C. GEJALA PENYAKIT ASMA………………………………….……………7


D. PENYEBAB TERJADINYA PENYAKIT ASMA………………………….8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………………..10
B. SARAN ……………………………………………………………..................10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….……………11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup
masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu
penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma.
            Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total.
Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman
serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita
harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan
simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi
pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
            Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu pertama
yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan
pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama
bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana
caranya mencegah terjadinya serangan asma.
            Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit) asma
terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti Singapura, Taiwan, Jepang,
atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari
lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini
semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang
menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan
bahkan kematian. (Muchid
dkk,2007)
            Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini
tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia.
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari
10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT
1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar
5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis
kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan
menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC),
didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya
mempunyai gejala klasik.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Asma ?
2. Ada berapa jenis Penyakit Asma ?
3. Bagaimana tanda-tanda Gejala Asma ?
4. Apa penyebab terjadinya Asma ?

C . Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui Penyakit Asma
2. Agar mengetahui jenis-jenis Penyakit Asma
3. Agar mengetahui tanda-tanda Gejala Asma
4. Agar mengetahui penyebab terjadinya Asma
5. Agar mengetahui cara mencegah Penyakit Asma
6. Agar mengetahui cara mengobati pnyakit Asma 

 D. Manfaat Penulisan


1. Untuk membantu peneliti-peneliti lain
2. Menambah literatur pengetahuan
3. Untuk melatih diri agar terampil dalam menulis
4. Untuk menambah wawasan

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asma
            Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti
sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang
disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau
pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang
berlebih (Prasetyo, 2010)
            Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu
dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat
reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
            Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama yang biasa kita pakai
kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan penyakit menular, tetapi faktor keturunan
(genetic) sangat punya peranan besar di sini.
            Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon yang sangat
berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran pernafasan tersebut bereaksi dengan cara
menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan
salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengal-sengal,
hingga nafas yang berbunyi ”ngik-ngik” (Hadibroto et al, 2006).

B. Jenis-Jenis Penyakit Asma


            Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter ahli
pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:
1. Asma Ekstrinsik
2. Asma Intrinsik

a. Asma Ekstrinsik
            Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi alergi
penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap
mereka yang sehat.
            Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas bekerja lepas kendali
dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh alergen. Alergen bisa tampil dalam bentuk:
mulai dari serbuk bunga, tanaman, pohon, debu luar/dalam rumah, jamur, hingga zat/bahan makanan.
Ketika alergen memasuki tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya memproduksi antibodi khusus yang
disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi
dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-
batang sel melepaskan zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin.

7
            Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi penegangan/pengerutan saluran
pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran
tersebut. 

b. Asma Intrinsik
            Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini
disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi
udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan.
            Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh, terutama
pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis
dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena
asma intrinsik.
Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah untuk mempermudah usaha
penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian asma yang akan dilakukan oleh dokter maupun
penderita itu sendiri. Namun dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak
selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita seseorang. Sering
indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.

C. Gejala Penyakit Asma


            Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari
gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi
sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami
serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen
maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering
batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi,
bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan
napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara
bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang
penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam
beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.
            Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam
hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.
            Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas.
Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
            Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat
hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap,
tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak
kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera
dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh
sempurna,
            Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara
terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini
akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

8
            Terapi Penanganan Terhadap Gejala Terapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini
dianjurkan kepada pasien yang mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan dalam kondisi
yang darurat. Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah penderita asma dengan menggunakan obat
bronkodilator seperti: β2 -agonist inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).

D. Penyebab Terjadinya Penyakit Asma


            
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma, yaitu:
1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan
(bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan kedokteran yang
menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma,
tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh
pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam
waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada,
atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk
stimulus sehari-hari seperti: perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran
pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernafasan.
Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation) dan sekaligushiperresponsivitas
(respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan kedokteran, inducer
dianggap sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma (inducer)
dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan
lebih sulit diatasi, dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya
penyebab asma (inducer) adalahalergen, yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak
dengan kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang
utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.

9
BAB  III
PENUTUP

A. Kesimpulan
      Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan penyebabnya,
asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non
alergik) ,Asma gabungan.
      Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan asma bronkhial yaitu :
faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja,
olahraga/ aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan :
1. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
2. Menghindari kelelahan
3. Menghindari stress psikis
4. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
5. Olahraga renang, senam asma 

B. Saran
       Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan
memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah
pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.


Diakses 15 April 2021 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas

Dan Klinik Depkes RI:http://125.160.76.194 /bidang/yanmed/farmasi/


Pharmaceutical/ASMA.pdf

Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 15 April 2021


dari USU digital library:

11

Anda mungkin juga menyukai