Anda di halaman 1dari 45

“MAKALAH HEPATITIS DENGAN PENYEBAB TIDAK DIKETAHUI”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Patofisiologi


Dosen Pengampu : Trimawati, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun oleh:
Kelompok 2

1. Ziyaan Ayu Zuhriyah (011211035) 17. Mutiara Agustina (011211052)


2. Akun Nafisatul Ulya (011211036) 18. Evi Fernikasari (011211053)
3. Irfiana Eka Fatmawati( 011211037) 19. Muhammad Y. A. T (011211054)
4. Lilis Setyowati (011211038) 20. Arvanilla Fitri A. (011211055)
5. Vika Islamiati Putri (011211039) 21. Yanuaria Kobogau (011211056)
6. Intanengtias Subowati (011211041) 22. Adinda Putri M. H (011211057)
7. Izzatul Ukhra L. (011211042) 23. Andy Mohamad R. (011211058)
8. Alfina Tri Wulandari (011211043) 24. Nurul Chabibah A. (011211059)
9. Desvia Cinta Rafitri (011211044) 25. Mirza Nabila Az Z. (011211060)
10. Wulan Usna Purnama (011211045) 26. I Ketut Bagus D. D (011211061)
11. Umi Umamah M. (011211046) 27. Adityas K. D. B. T (011211062)
12. Lailatul Nur Hidayah (011211047) 28. Putra Bayu Aji (011211063)
13. Deshinta Adelia A. P (011211048) 29. Chandra Ariesta Yoga (011211064)
14. Ria Tri Widiyanti (011211049) 30. Johantri Ariyanto (011211065)
15. Ayu Nilam Pramesti (011211050) 31. Muh Romi Alwi (011211066)
16. Angel Ardhya D. B (011211051) 32. Hizroh Rochmah T. (013212002)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hepatitis
Dengan Penyebab Tidak Diketahui” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Banyak kesulitan dan kendala yang dihadapi penulis dalam melaksanakan
tugas makalah ini, namun dengan semangat, ketekunan serta arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak, penulis dapat melaksanakan tugas makalah ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Trimawati,
S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah Patofisiologi yang telah
memberi kesempatan untuk membuat makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
khususnya dan pembaca pada umumnya, sebagai salah satu sumber informasi dan
bahan pembelajaran tentang Penyakit Hepatitis. Besar harapan kami bahwa
makalah ini dapat bernilai baik, kami selaku penyusun menyadari masih banyak
kesulitan dan kendala dalam membuat makalah ini, untuk itu kami meminta maaf
atas segala kekurangan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi
peningkatan kualitas makalah ini.

Ungaran, 6 Juni 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II ISI
Morfologi Dan Etiologi Penyakit Hepatitis
Definisi Hepatitis
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
Diagnosis
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
Tanda Dan Gejala Penyakit Hepatitis
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
Cara Penularan Penyakit Hepatitis
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
Masa Inkubasi
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C
Hepatitis D
Hepatitis E
Upaya Pencegahan
Pencegahan Sebelum Sakit
Pencegahan Saat Sakit
Pemcegahan Setelah Sakit
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan
terdapatnya peradangan pada organ tubuh yaitu hati. Hepatitis merupakan
suatu proses terjadinya inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat
disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin gangguan metabolik, maupun
kelainan autoimun. Infeksi yang disebabkan virus merupakan penyebab
tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik
penyebab utama infeksi akut, yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G (Arif,
2012).
Kasus hepatitis terbaru, yang terjadi di tahun 2022 belum diketahui
penyebabnya, oleh karena itu disebut sebagai hepatitis akut yang tidak
diketahui etiologinya. Kasus ini pertama kali ditemukan di Inggris Raya pada
5 April 2022. Sejak saat itu, dilaporkan terjadi peningkatan kasus di Eropa,
Asia, dan Amerika. WHO selanjutnya menetapkan penyakit Hepatitis Akut
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022. Di Indonesia sendiri,
Dalam kurun waktu 2 minggu hingga 30 April 2022, terdapat tiga dugaan
kasus pasien anak hepatitis akut meninggal setelah mendapatkan perawatan
intensif di RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Penyakit Hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya menyerang anak
usia 0-16 tahun, paling banyak anak usia di bawah 10 tahun. Diketahui virus
ini sangat berbahaya, beberapa anak dilaporkan meninggal, bahkan 17 dari
170 anak dengan Hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya
membutuhkan transplantasi hati. Hasil pemeriksaan menunjukkan penyakit ini
bukan disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D dan E. Dugaan awal berasal
dari Adenovirus 41, SARS CoV-2, virus ABV dll.
Adenovirus umumnya menular melalui saluran cerna dan saluran
pernafasan. Cara menularnya diduga dari droplet, air yang tercemar dan
transmisi kontak. Gejala awal hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya
adalah gangguan gastrointestinal seperti sakit perut, mual, muntah, diare.
Gejala dapat berlanjut dengan air kencing berwarna pekat seperti teh, BAB
putih pucat, kulit & mata kuning, bahkan sampai penurunan kesadaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Morofologi dan etiologi penyakit hepatitis
2. Diagnosis penyakit hepatitis
3. Tanda dan gejala penyakit hepatitis
4. Cara penularan penyakit hepatitis
5. Masa inkubasi penyakit hepatitis
6. Upaya pencegahan penyalit hepatitis

1.3 Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui masalah tentang penyakit Hepatitis

Tujuan khusus :
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, morfologi dan
etiologi penyakit Hepatitis
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang diagnosis penyakit Hepatitis
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang tanda dan gejala penyakit
Hepatitis
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara penularan penyakit Hepatitis
5. Mahasiswa dapat mengetahui masa inkubasi penyakit Hepatitis
6. Mahasiswa dapat mengetahui upaya pencegahan penyakit Hepatitis
7. Agar makalah ini dapat menjadi bahan terbuka sedikit bagi mahasiswa
lainnya tentang berbagai hal yang berhubungan dengan penyakit
Hepatitis
BAB II ISI

2.1 Morfologi Dan Etiologi Penyakit Hepatitis


2.1.1 Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit yang menyebabkan peradangan pada hati
karena toxin/racun, seperti bahan kimia atau obat- obatan ataupun agent
penyebab infeksi seperti Virus. Berdasarkan dari jenisnya penyebab
terjadinya Hepatitis dibagi menjadi 2 jenis yakni Infeksi dan Hepatitis non
infeksi. Pada Hepatitis non infeksi terjadi adanya radang pada hati yang
diakibatkan oleh penyebab yang bukan sumber infeksi, seperti bahan
kimia, minuman alkohol, dan penyalahgunaan obat obatan. Hepatitis jenis
non infeksi termasuk drug induced Hepatitis, tidak tergolong dalam
penyakit menular, karena penyebab terjadi Hepatitis karena radang bukan
oleh agen infeksi seperti jamur, bakteri, mikoorganisme dan virus.
Penyakit ini yang banyak ditemukan hampir seluruh negara di
dunia. Penyakit Hepatitis bukan penyebab kematian langsung, namun
penyakit Hepatitis menimbulkan masalah pada usia produktif. Penyakit
Hepatitis yang berlangsung selama kurang lebih dari 6 bulan disebut
"hepatitis akut", Penyakit Hepatitis yang berlangsung selama lebih dari 6
bulan disebut "hepatitis kronis". Penyebab penyakit hepatitis ada 2 yaitu
virus dan non-virus. Penyebab non virus yang utama seperti alkohol dan
obat-obatan. Sedangkan penyebab virus seperti Virus Hepatitis A, B, C, D,
E dan Virus-virus lain seperti Virus Mumps, Virus Rubella, Virus
Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes.
Gambar 1. Virus Hepatitis dan Liver
2.1.2 Hepatitis A
Klasifikasi virus Hepatitis A
 Kingdom : Virus
 Filum : Pikarnavrides
 Kelas : Pikarnavrides
 Famili : Pikornavidae
 Ordo : Pikornavridales
Penyebab penyakit A adalah virus Hepatitis A (HAV), merupakan
virus genom RNA termasuk famili pikornaviridae berukuran 27 nanometer
dengan bentuk partikel yang membulat (genus hepato virus yang
dikenal sebagai enterovirus 72), beruntai tunggal dan linear dengan ukuran
7.8 kb, mempunyai simetri kubik, tidak memiliki selubung, mempunyai 1
serotype dan 4genotype. Virus ini bersifat termostabil, tahan asam dan
tahan terhadap empedu dan dapat bertahan hidup dalam suhu ruangan
selama lebihdari 1 bulan.
HAV mula-mula diidentifikasi dari tinja dan sediaan hati.
Penambahan antiserum Hepatitis A spesifik dari penderita yang hampir
sembuh (konvalesen) pada tinja penderita diawal masa inkubasi
penyakitnya, sebelum timbul ikterus, memungkinkan pemekatan dan
terlihatnya partikel virus melalui pembentukan agregat antigen antibodi.
Asai serologic yang lebih peka, seperti asai mikrotiter imunoradiometri
fase padat dan pelekatan imun, telah memungkinkan deteksi HAV di
dalam tinja, homogenate hati, dan empedu, serta pengukuran antibodi
spesifik (IgG untuk kasus infeksi lalu dan IgM untuk kasus infeksi
akut) didalam serum. Sifat umum dari virus Hepatitis A ini dapat
ditinjaui dari segi pengendalian mikrobiologis dan resistensinya.
Dicermati dari segi pengendalian secara mikrobiologis, virus ini dapat
dirusak dengan cara dimasukkan kedalam otoklaf dengan kadar suhu
121˚C selama 20 menit, atau dengan dididihkan dalam air selama 5 menit,
bisa dengan penyinaran ultra ungu selama 1 menit pada 1,1 watt, dapat
pula melalui panas kering pada suhu 180˚C selama 1 jaM atau selama 3
hari pada suhu 37˚C atau dengan khlorin (10 - 15 ppm selama 30 menit).

2.1.3 Hepatitis B
Infeksi virus hepatitis B kronis (HBV) dan virus hepatitis C (HCV)
merupakan penyebab utama penyakit hati kronis di seluruh dunia.. Faktor-
faktor risiko yang terkait dengan infeksi virus hepatitis adalah
penyalahgunaan jarum 11 suntik, transfusi darah, tingkat ekonomi rendah,
pembuatan tato, perilaku seksual risiko tinggi, tingkat edukasi yang rendah
serta transmisi ibu ke anak dapat terjadi. Transmisi nosokomial pernah
dilaporkan paska endoskopi, kolonoskopi, hemodialisis dan selama
pembedahan. Prevalensi pada pekerja kesehatan juga dilaporkan.
(Easterbrook, 2017; Moosavy, 2017).
Penyakit hepatitis virus kronis dikatakan pada infeksi virus
hepatitis B kronis (HBV) umumnya didefinisikan sebagai persistensi
antigen permukaan hepatitis B selama enam bulan atau lebih dan infeksi
virus hepatitis C kronis (HCV) sebagaimana ditentukan oleh persistensi
asam nukleat hepatitis C atau antigen inti HCV untuk lebih dari enam atau
12 bulan, yang melibatkan proses destruksi yang progresif dan regenerasi
dari parenkim hati sirosis. (Mauss, 2017).
Penyakit ini seringkali terjadi bahwa penderita sama sekali tidak
merasakan dan menyadari bahwa dirinya sedang terinfeksi virus karena
tidak adanya keluhan dan gejala. Penderita yang mengalami kerusakan hati
berat dan jika berlanjut tanpa diobati, akan menuju sirosis bahkan kanker
hati. Fluktuasi besar dalam titer virus dan aktivitas penyakit terutama
diamati pada pasien yang terinfeksi HBV dari waktu ke waktu. Cedera
pada hati dan perkembangan penyakit diperkirakan didorong oleh respon
imun inang pada kedua infeksi, dan penelitian sebelumnya sebagian besar
berfokus pada peran sel T spesifik virus dalam proses ini. (Rehermann,
2013).
2.1.4 Hepatitis C
Tidak seperti pada hepatitis B, pemeriksaan konvesional untuk
mendeteksi keberadaan antigen-antigen Virus Hepatitis C (HCV) tidaklah
tersedia, sehingga pemeriksaan untuk mendiagnosis infeksi HCV
bergantung pada uji serologi untuk memeriksa antibody dan pemeriksaan
molekuler untuk partikel virus. Uji serologi yang berdasarkan pada deteksi
antibody telah membantu mengurangi resiko infeksi terkait transfuse.
Sekali seseorang pernah mengalami serokonversi, biasanya hasil
pemeriksaan serologi akan tetap positif. Namun demikian, kadar antibody
anti-HCV nya akan menurun secara gradual sejalan dengan waktu pada
sebagian pasien yang infeksinya mengalami resolusi spontan.
Antibodi terhadap HCV biasanya dideteksi dengan metode enzyme
immunoassay yang sangat sensitive dan spesifik. Enzyme immunoassay
generasi ke-3 yang banyak dipergunakan saat ini mengandung protein core
dan protein – protein struktural yang dapat mendeteksi keberadaan
antibody dalam waktu 4-10 minggu infeksi. Antibodi anti-HCV masih
tetap dapat terdeteksi selama terapi maupun setelahnya tanpa memandang
respons terapi yang dialami, sehingga pemeriksaan anti-HCV tidak perlu
dilakukan kembali apabila sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Uji immunoblot rekombinan (recombinant immunoblat assay,
RIBA) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hasil uji enzyme
immunoassay yang positif. Penggunaan RIBA untuk mengkonfirmasi hasil
hanya direkomendasikan untuk setting populasi low-risk seperti pada bank
darah. Namun dengan tersedianya metode enzyme immunoassay yang
sudah diperbaiki dan uji deteksi RNA yang lebih baik saat ini, maka
konfirmasi dengan RIBA telah menjadi kurang diperlukan.

2.1.5 Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV) dan
dianggap sebagai bentuk hepatitis virus yang paling parah pada manusia.
Hepatitis D hanya terjadi pada individu yang positif untuk antigen
permukaan HBV (HBsAg) karena HDV adalah RNA viroid yang rusak
yang membutuhkan HBsAg untuk transmisi. Setidaknya delapan genotipe
HDV yang berbeda telah dijelaskan dan masing-masing memiliki
distribusi geografis yang khas dan perjalanan klinis yang berbeda,
koinfeksi HDV dan HBV dapat dikaitkan dengan pola dominasi virus yang
kompleks dan dinamis, Infeksi HDV kronis menyebabkan penyakit hati
yang lebih parah daripada monoinfeksi HBV dan dikaitkan dengan
percepatan perkembangan fibrosis, dekompensasi hati sebelumnya dan
peningkatan risiko untuk pengembangan karsinoma hepatoseluler.
Sejauh ini, hanya pengobatan IFN-a yang terbukti memiliki
aktivitas antivirus terhadap HDV pada manusia dan telah dikaitkan dengan
peningkatan hasil jangka panjang. Studi yang dilakukan dalam 2 tahun
terakhir tentang penggunaan PEG-IFN-a menunjukkan bahwa tanggapan
virologi berkelanjutan terhadap terapi, diukur dalam hal kadar HDV RNA
serum yang tidak terdeteksi, dapat dicapai pada sekitar seperempat pasien
dengan hepatitis D. Alternatif baru pilihan pengobatan termasuk inhibitor
prenilasi sedang menunggu perkembangan klinis untuk digunakan
ihepatitis D
 Hepatitis D hanya terjadi pada individu yang positif untuk antigen
permukaan HBV (HBsAg) karena virus hepatitis D (HDV) adalah
RNA viroid yang rusak yang membutuhkan HBsAg untuk
transmisi.
 Infeksi HDV kronis dikaitkan dengan perjalanan hepatitis yang
parah yang sering menyebabkan perkembangan fibrosis yang
cepat, dekompensasi hati dan perkembangan karsinoma
hepatoseluler.
 Infeksi HDV sangat sering terjadi pada populasi imigran dari
daerah endemik HDV, seperti Afrika Tengah, Turki Timur, Asia
Tengah, beberapa negara Eropa Timur, dan wilayah Amazon di
Brasil
 Hanya IFN-a yang telah membuktikan aktivitas antivirus terhadap
HDV dan pengobatan dengan lead PEG-IFN-a untuk pembersihan
HDV pada sekitar 25% pasien
 Hepatitis D hanya terjadi di kalangan orang-orang yang terinfeksi
virus hepatitis B. Penularan membutuhkan kontak dengan darah
menular. Populasi yang berisiko mencakup penyalahgunaan obat
intravena dan pria yang berhubungan seks sesama jenis.

2.1.6 Hepatitis E
Hepatitis E adalah salah satu jenis hepatitis yang menyebabkan
peradangan dan kerusakan hati. Virus hepatitis E yang jadi penyebabnya,
memiliki jenis yang berbeda yang menyebar dengan cara yang berbeda.
Beberapa jenis virus menyebar dengan meminum air yang terkontaminasi.
Sementara virus jenis lain menyebar melalui daging yang dimasak
setengah matang.
Hepatitis E biasanya menyebabkan infeksi akut, atau jangka
pendek. Dalam kebanyakan kasus, tubuh dapat pulih dan melawan infeksi
dan virusnya hilang. Pengidap hepatitis E akut biasanya mengalami
perbaikan kondisi tanpa pengobatan setelah beberapa minggu. Namun,
hepatitis E juga bisa terjadi dalam bentuk kronis atau jangka panjang. Ini
biasanya terjadi ketika tubuh tidak mampu melawan virus, sehingga
virusnya tidak hilang dari tubuh. 
Hepatitis E kronis jarang terjadi dan hanya terjadi pada orang
dengan sistem kekebalan yang lemah. Misalnya, hepatitis E dapat menjadi
kronis pada orang yang memakai obat yang melemahkan sistem kekebalan
tubuh. Contohnya seperti setelah transplantasi organ, atau pada orang yang
mengidap HIV/AIDS. 

2.2 Diagnosis
2.2.1 Hepatitis A
Diagnosis Hepatitis A ditegakkan berdasarkan atas gejala klinis
dan dibantu dengan sarana penunjang pemeriksaan laboratorium.
Anamnesa : gejala prodromal,riwayat kontak. Pemeriksaan jasmani :
warna kuning terlihat lebih mudah pada sclera, kulit, selaput lendir langit-
langit mulut, pada kasus yang berat (fulminant).Didapatkan mulut yang
berbau spesifik (foeter hepaticum). Pada perabaan hati membengkak, 2
sampai 3 jari di bawah arcus costae, konsistensi lunak, tepi tajam dan
sedikit nyeri tekan. Perkusi pada abdomen kuadran kanan atas,
menimbulkan rasa nyeri dan limpa kadang-kadang membesar, teraba
lunak. Pemeriksaan laboratorium : tes fungsi hati (terdapat peninggian
bilirubin, SGPT dan kadangkadang dapat disertai peninggian GGT,
fosfatase alkali), dan tes serologi anti HAV, yaitu IgM anti HAV yang
positif.
Diagnosis hepatitis A ditegakkan secara klinis melalui tanda dan
gejala jaundice, disertai keluhan infeksi viral lainnya, seperti mual,
muntah, demam, dan lemas. Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan
antibodi anti-HAV. Infeksi virus hepatitis A (HAV) di area endemis
seringkali asimtomatik akibat paparan virus saat anak-anak. Pemeriksaan
penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis hepatitis A antara
lain pemeriksaan darah, pemeriksaan antibodi spesifik immunoglobulin
HAV, dan pemeriksaan radiologis.
 Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan hematologi dapat menunjukkan limfositosis ringan.
Waktu protrombin umumnya dalam batas normal, tetapi jika
meningkat maka perlu dipertimbangkan risiko kerusakan hati akut
yang berat dan ensefalopati. Selain itu, pemeriksaan kimia akan
mengalami peningkatan enzim dan fungsi hati, termasuk SGOT (serum
glutamic oxaloacetic transaminase), SGPT (serum glutamic pyruvic
transaminase), dan hiperbilirubinemia.
 Pemeriksaan Antibodi Immunoglobulin HAV
Diagnosis pasti infeksi akut HAV dilakukan melalui pemeriksaan
antibodi anti-HAV immunoglobulin M (IgM). Hasil IgM HAV akan
positif pada saat timbul gejala, dan dapat bertahan hingga 6 bulan
setelah infeksi primer. Pemeriksaan IgM HAV cukup sensitif dan
spesifik dengan positif palsu jarang terjadi.
Sedangkan pemeriksaan anti HAV immunoglobulin G (IgG)
muncul setelah IgM dan dapat bertahan seumur hidup. Jika anti HAV
IgG positif tanpa adanya IgM maka dapat diartikan sebagai infeksi lalu
atau pasca vaksin hepatitis A.
 Tes Asam Nukleat
Tes asam nukleat merupakan pemeriksaan gold standard untuk
mendiagnosis infeksi hepatitis terutama di fase viremia. Tes ini
merupakan metode pemeriksaan yang cukup sensitif dalam mendeteksi
genom virus hepatitis. Pemeriksaan asam nukleat dapat mendeteksi
hingga 5 genom virus hepatitis, yaitu HAV RNA, HBV DNA, HCV
RNA, HDV RNA, dan HEV RNA.
 Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ultrasonografi abdomen bukan pemeriksaan yang
rutin dilakukan pada kasus hepatitis A. Beberapa tanda yang dapat
ditemukan dalam pemeriksaan radiologis adalah hepatomegali,
penebalan dinding kandung empedu, dan pembesaran nodus limfatikus
perihepatik. Penebalan dinding kandung empedu berkaitan dengan
level bilirubin yang meningkat.
 Kultur Feses
HAV RNA dapat terdeteksi di darah dan juga feses segera setelah
infeksi hingga 1‒2 minggu setelah onset gejala timbul. HAV RNA
pada feses juga dapat terdeteksi pada pasien asimtomatik. HAV RNA
yang terdeteksi di feses dalam waktu yang lebih lama dapat terjadi
pada anak-anak atau individu yang imunokompromais.

2.2.2 Hepatitis B
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis umumnya tanpa keluhan, perlu digali
riwayat transmisi seperti pernah transfuse, seks bebas, riwayat sakit
kuning sebelumnya. Diagnosis hepatitis B ditegakkan dengan pemeriksaan
biokimia dan serologic dan apabila diperlukan dengan pemeriksaan
histopatologik. Pada hepatitis B akut akan ditemukan peningkatan ALT
yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan AST dengan kadar
ALT nya 20-50 kali normal. Ditemukan pula IgM anti HBc di dalam darah
selain HBsAg, HBeAg dan HBV DNA.
Pada hepatitis kronik peninggian ALT adalah sekitar 10-20 Batas
Atas Nilai Normal (BANN) dengan ratio de Ritis (ALT/AST) sekitar 1
atau lebih. Disamping itu IgM anti-HBc juga negative. Diagnosis hepatitis
B kronik dipastikan dengan pemeriksaan patologi anatomik, disamping
mungkin pula dengan pemeriksaan fibrotest. Pencitraan dengan USG atau
CT scan dapat membantu bila proses sudah lanjut.
Tes-tes yang sangat sensitive telah banyak dikembangkan secara
luas untuk menegakkan diagnosis Hepatitis B dalam kasus-kasus ringan,
sub klinis atau yang menetap (Handojo, 2004). Beberapa metode yang
digunakan untuk mendiagnosis hepatitis adalah Immunochromatography
(ICT), ELISA, EIA, dan PCR. Metode EIA dan PCR tergolong mahal dan
hanya tersedia pada laboratorium yang memiliki peralatan lengkap.
Perlatan rapid diagnostic ICT adalah pilihan yang tepa digunakan karena
lebih murah dan tidak memerlukan peralatan kompleks

2.2.3 Hepatitis C
Dokter dapat mendiagnosis hepatitis C melalui tes darah. Ada dua
jenis tes darah yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini, yaitu:
1. Tes Antibodi Hepatitis C
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi (kekebalan tubuh)
yang dihasilkan tubuh sebagai respons terhadap infeksi hepatitis C.
Bila hasil tes ini positif, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan
untuk mengetahui apakah hepatitis C telah masuk tahap kronis atau
tidak. Perlu diketahui, tes antibodi hepatitis C akan tetap positif meski
seseorang sudah sembuh dari hepatitis C.
2. Tes Genetik Virus (HCV RNA)
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi RNA, yaitu kode genetik dari
virus hepatitis C. Jika tes ini menunjukkan hasil positif, artinya tubuh
gagal membunuh virus tersebut dan hepatitis C sudah berkembang
menjadi kronis. Tes ini juga dapat menentukan respons pengobatan.
Setelah mengetahui bahwa pasien menderita penyakit hepatitis kronis,
dokter akan memeriksa tingkat kerusakan hati pasien melalui beberapa tes
tambahan, yaitu:
1. Tes darah
Tes fungsi hati melalui darah dilakukan untuk mengetahui kadar
protein atau enzim di dalam aliran darah, yang dapat menunjukkan
kerusakan pada hati.
2. Transient elastography (fibroscan)
Fibroscan dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan atau
pengerasan jaringan hati.
3. Magnetic resonance elastography (MRE)
Tes MRE juga bertujuan untuk melihat kondisi hati dan pengerasan
jaringan hati.
4. Biopsi hati
Dengan bantuan USG, dokter akan mengambil sampel jaringan
hati, yang selanjutnya akan diperiksa di laboratorium.

2.2.4 Hepatitis D
Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala, riwayat kesehatan,
serta gaya hidup pasien. Selanjutnya, dokter melakukan pemeriksaan fisik
menyeluruh, termasuk melihat ada tidaknya perubahan warna kulit dan
bagian putih mata menjadi kuning serta pembengkakan pada perut. Untuk
memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang, seperti: Tes darah, untuk mendeteksi infeksi dan keberadaan
antibodi anti-hepatitis D di dalam darah yang menandakan pasien telah
terpapar virus HDV. Tes fungsi hati, yaitu dengan mengukur kadar
protein, enzim hati, dan bilirubin yang menjadi tolak ukur fungsi hati dan
kerusakan pada organ tersebut. Biopsi hati, untuk memeriksa adanya
kerusakan pada jaringan hati di laboratorium. Pemindaian dengan USG,
CT scan, atau MRI, untuk mendeteksi kerusakan pada hati

2.2.5 Hepatitis E
HEV RNA terdapat dalam serum dan tinja selama fase akut.
Hepatitis sporadik sering terjadi pada anak dan dewasa muda di negara
sedang berkembang. Penyakit ini epidemi dengan sumber penularan
melalui air. Pernah dilaporkan adanya tranmisi maternal-neonatal dan di
negara maju sering berasal dari orang yang kembali pulang setelah
melakukan perjalanan, atau imigran baru dari daerah endemik. Viremia
yang memanjang atau pengeluaran di tinja merupakan kondisi yang tidak
sering dijumpai. Penyebaran virus ini diduga disebarkan juga oleh unggas,
babi, binatang buas dan binatang peliharaan yang mengidap virus ini.
Diagnosis hepatitis E pada pemeriksaan serologis dengan metode ELISA
seperti anti-HEV, IgG dan IgM anti-HEV dan PCR serum dan kotoran
untuk mendeteksi HEV-RNA serta immunofluorescent terhadap antigen
HEV di serum dan sel hati.

2.3 Tanda Dan Gejala Penyakit Hepatitis


2.3.1 Hepatitis A
Gejala hepatitis A mirip dengan hepatitis lain yang diakibatkan
oleh virus. Hal ini umumnya meliputi:
 Demam
 Keletihan/malaise
 Hilang nafsu makan
 Diare
 Mual
 Rasa tidak nyaman pada perut
 Sakit kuning (warna kulit dan sklera mata berubah kuning, urin gelap
dan feses pucat).
Tidak semua orang yang terinfeksi akan menunjukkan gejala-gejala
tersebut. Orang dewasa lebih sering menampilkan gejala dibandingkan
dengan anak-anak, dan keparahan penyakit akan meningkat pada
kelompok usia lebih tua. Penyembuhan gejala yang muncul akibat infeksi
dapat lambat dan mungkin memakan waktu beberapa minggu atau bulan.
Infeksi Hepatitis A tidak menyebabkan penyakit liver kronis dan jarang
bersifat fatal, namun dapat mengakibatkan gejala pelemahan dan hepatitis
fulminan (gagal ginjal akut), yang berasosiasi dengan tingkat fatalitas yang
tinggi.

2.3.2 Hepatitis B
Gejala hepatitis B amat bervariasi dari tanpa gejala dan keluhan
apapun sampai gejala yang berat. Akibat sirosis hati dan komplikasinya
seperti :
 Mata kuning,
 Perut membesar berisi cairan,
 Muntah darah dan koma.
Pasien dengan paparan hepatitis B akut biasanya mengalami gejala seperti:
 Sakit influenza
 Penurunan berat badan
 Lemas dan lelah
 Nyeri perut
 Demam,
 Pegal-pegal,
 Mual dan Muntah,
 Dan sebagian disertai dengan mata kuning dan kencing berwarna
coklat.
Sebagian besar kasus hepatitis B akut (> 80-90 %) akan sembuh
karena mekanisme petahanan tubuh, namun  sebagian kecil yang lain akan
berlanjut menjadi hepatitis B kronik dengan segala konsekuensinya.
Repotnya, infeksi hepatitis B yang didapatkan pada masa perinatal dan
balita biasanya malah tanpa gejala, namun lebih dari 90 % kasusnya akan
menjadi kronik dan berkembang menjadi penyakit hati lanjut atau sirosis
hati dan kanker hati.
Hal ini sering menjadi persoalan kesehatan, karena penderita pada
awalnya tidak pernah merasa “sakit kuning”, tidak merasakan gejala,
mungkin hanya kadang merasa lemas saja. Padahal peradangan dan
kerusakan hati akibat virus hepatitis B tetap berlangsung pelan dan kronis,
dengan konsekuensi kerusakan hati lebih lanjut dalam beberapa tahun
kedepan. Karena itulah hepatitis B ini sering disebut dengan “silent killer”.
Hal ini perlu dikenali, dideteksi dan diterapi secara dini untuk mencegah
kerusakan sel-sel hati lebih parah.

2.3.3 Hepatitis C
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. Pada stadium lanjut, infeksi ini akan menyebabkan pasien dalam
kondisi AIDS yang memudahkan tubuhnya untuk terinfeksi, salah satunya
adalah infeksi virus hepatitis (HBV dan HCV). Menurut penularan virus
HIV seperti hubungan seksual dan jarum suntik, ada kemungkinan untuk
terinfeksi HBV dan HCV. Gejala :
1. Demam
2. Hilang nafsu makan
3. Lemas
4. Sakit perut
5. Muntah
6. Penyakit kuning
2.3.4 Hepatitis D
Sebagian besar kasus hepatitis D tidak menimbulkan gejala. Bila
muncul gejala, gejalanya serupa dengan hepatitis B sehingga keduanya
sulit dibedakan. Gejala-gejala tersebut dapat berupa:
1. Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning (jaundice)
2. Nyeri sendi
3. Nyeri perut
4. Mual dan muntah
5. Nafsu makan menurun
6. Warna urine menjadi lebih gelap
7. Warna feses menjadi lebih cerah
8. Kelelahan yang tidak diketahui sebabnya
Pada beberapa kasus yang langka, penderita juga bisa menjadi linglung
dan mudah memar. Gejala-gejala di atas umumnya baru muncul 21–45
hari setelah seseorang terinfeksi hepatitis D. Kehadiran virus ini terbukti
mempercepat proses fibrosis pada hati, meningkatkan risiko Kanker hati,
dan mempercepat dekompensasi pada keadaan Sirosis Hati. Bila Hepatitis
B yang diderita penderita bersifat akut dan lalu sembuh, VHD juga akan
hilang seluruhnya. Namun bila VHD menginfeksi penderita yang sudah
menderita Hepatitis B kronik, maka penderita tersebut juga akan menderita
Hepatitis D kronik.

2.3.5 Hepatitis E
Infeksi Hepatitis E selalu bersifat akut, tanda dan gejalanya pun
bervariasi dari subklinis hingga fulminan. Hepatitis fulminan karena
infeksi VHE tercatat 0,5 – 3%, kemungkinan ini meningkat pada ibu hamil
angka kematian bisa mencapai 20%. Biasanya tanda dan gejala Hepatitis E
akut tidak berbeda dengan Hepatitis akut lainnya seperti :
 Menguning warna kulit dan mata
 Urine berwarna gelap seperti the
 Nyeri sendi dan perut
 Hilang nafsu makan
 Pembekakan hati
 Gagal hati akut.
 Mual dan muntah
 Sering merasa lelah
 Demam
Bila dibandingkan Hepatitis A, Hepatitis E akut cenderung lebih parah
secara klinis, dengan risiko koagulopati dan kolestasis terjadi kurang lebih
50% penderita. Hepatitis E akut masih jarang terjadi hanya terjadi pada
orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Misalnya, Hepatitis E dapat
menjadi akut pada orang yang memakai obat yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh. Contoh, sesorang yang habis melakukan transplantasi
organ, atau orang yang mengidap HIV/AIDS.

2.4 Cara Penularan Penyakit Hepatitis


2.4.1 Hepatitis A
Cara penularan hepatitis A adalah dengan mekanisme fecal-oral,
yaitu virus masuk melalui mulut saat seseorang mengonsumsi makanan,
minuman, atau tidak sengaja menelan kotoran yang ketiganya sudah
terkontaminasi virus hepatitis A tersebut. Berikut ini adalah gambaran
umum bagaimana hepatitis A ditularkan:
1. Makan makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi virus
hepatitis A
2. Tinggal atau bekerja di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
3. Kontak fisik dengan penderita hepatitis A.
4. Hubungan seksual dengan penderita hepatitis A

2.4.2 Hepatitis B
Hepatitis B bisa menular dari orang ke orang dengan cara tertentu.
Kamu bisa menularkan virus hepatitis B bahkan jika tubuh sedang tidak
sakit. Cara penularan hepatitis B yang paling umum meliputi:
 Seks. Kamu bisa tertular jika melakukan hubungan seks tanpa
kondom dengan pasangan yang memiliki hepatitis B dan darah, air
liur, air mani, atau cairan vagina pasangan masuk ke tubuh kamu.
 Berbagai jarum. Virus bisa menyebar dengan mudah melalui jarum
suntik yang terkontaminasi darah yang terinfeksi.
 Tertusuk jarum secara tidak sengaja. Petugas kesehatan dan siapa
saja yang bersentuhan dengan darah manusia bisa tertular penyakit
hepatitis B dengan cara ini.
 Ibu ke anak. Ibu hamil dengan hepatitis B bisa menularkannya
kepada bayinya saat melahirkan.
Tindik badan, tato, akupunktur, dan bahkan salon kuku adalah
beberapa cara penularan potensial lainnya. Kecuali jarum yang di gunakan
dalam keadaan steril. Selain itu, berbagi alat tajam seperti pisau cukur,
gunting kuku, sikat gigi, dan perhiasan tubuh bisa juga menjadi sumber
infeksi. Hepatitis B tidak bisa menular begitu saja, Hepatitis B tidak bisa
menular lewat gagang pintu, dudukan toilet, batuk, bersin, makan atau
berpelukan dengan penderita Hepatitis B.

2.4.3 Hepatitis C
Transmisi penyakit merupakan mekanisme penularan dimana unsur
penyebab penyakit dapat mencapai manusia sebagai host yang potensial.
Mekanisme tersebut meliputi cara agent meninggalkan reservoir, cara
penularan untuk mencapai host yang potensial (suseptibel), serta cara
masuk ke host tersebut. Penyakit Hepatitis C dapat ditularkan melalui
virus HCV, cara penularan pada penyakit Hepatitis C sama dengan halnya
pada Hepatitis B, dimana yang menjadi reservoirnya adalah manusia.
Virus Hepatitis C (HCV) berkembang biak dalam tubuh manusia.
Tetapi beberapa penelitian didapatkan bahwa simpanse juga
merupakan reservoir dari penyakit hepatitits C ini. Setelah HCV
berkembangbiak di dalam tubuh manusia, maka HCV akan keluar dari
tubuh manusia untuk meginfeksi manusia lain. HCV keluar dari tubuh
manusia (portal of exit) melalui darah atau produk darah lainnya, seperti
transplantasi organ. HCV juga keluar dari reservoir melalui saluran
urogenitalia, yaitu melalui hubungan seksual. Kemudian HCV yang keluar
dari portal of exit tadi, ditansmisikan ke host yang rentan melalui beberapa
cara, yaitu yang terutama adalah Transmisi Parenteral, yaitu melaui darah
atau produknya dan melalui jarum suntik. Berikut adalah cara transmisi
penularan penyakit Hepatitis C:
 Blood Transmission Hepatitis C merupakan Blood Borne Virus.
Melalui transfusi darah dan produk darah seperti transpalntasi
organ yang belum melewati proses screening merupakan sumber
yang potensial dari transmisi HCV tersebut. Transmisi HCV
melalui darah ini erat kaitannya dengan Injection Drug Use, hal ini
disebabkan karena penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
Misalnya bagi pengguna narkoba, berbagi jarum suntik merupakan
hal yang wajar bagi mereka. Oleh sebab itu, besar
kemungkinannya penularan HCV di kalangan pengguna narkoba
suntik. Kemudian melalui transfusi darah, hal ini terjadi jika darah
tidak melewati screening, lalu kegiatan menindik tubuh (piercing)
dan tattoo, jika tidak menggunakan alat dan prosedur yang aman,
maka risiko tertularnya HCV semakin besar. Penggunaan alat
pribadi yang cenderung menimbulkan luka, seperti alat cukur,
gunting, sikat gigi dsb yang digunakan bersama, dapat juga
menimbulkan risikonya tertular HCV.
 Sexual Contact Melalui hubungan seksual tanpa menggunakan alat
pengaman seperti kondom dengan penderita Hepatitis karier dapat
menularkan virus Hepatitis C, hal ini dapat terjadi jika seseorang
melakukan perilaku seks yang berisiko, walaupun persentase
penularan melalui sexual contact ini tidak terlalu besar yaitu sekitar
15%. Perilaku seks berisiko tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengguna jasa PSK
2. Luka karena seks (kurangnya pelicin pada vagina dapat
meningkatkan penularan melalui darah)
3. Memiliki lebih dari satu pasangan
4. Pria suka pria (homoseksual)
5. Melakukan seks dengan orang yang terjangkit HCV
 Vertical Transmission Penularan dari yang positif HCV kepada
bayinya semasa kehamilan. Akan tetapi, vertical transmission ini
jarang sekali terjadi, kira – kira 6 dari 100 kelahiran yang terjadi.
 Nosomical Infections Nosomical transmission biasanya terjadi
pada pasien hemodialisis, transmisi ini terjadi karena tidak
memadainya teknik disinfeksi dan sterilisasi peralatan
hemodialisis, sehingga perlatan tersebut terkontaminasi oleh HCV.
 Penggunaan jarum suntik (penasun) maupun pada peralatan lain
secara bersamaan seperti alat alat yang dipakai oleh penderita
Hepatitis C.

2.4.4 Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV) yang
dapat menyebar melalui cairan tubuh atau kontak langsung dengan mereka
yang sudah mengidapnya. HDV dapat ditularkan melalui :
1. Urine
2. Melalui produk darah (jarum yang tidak steril atau darah yang
tidak disaring).
3. Dari ibu ke bayi dalam proses mengandung, persalinan, atau
menyusui.
4. Transplantasi organ.
Penyakit ini bisa dibilang lebih unik dibanding jenis hepatitis lain.
Sebab, seseorang hanya dapat tertular jika sudah terinfeksi hepatitis B.
Karena HDV menggunakan virus hepatitis B untuk beraplikasi.
Penularannya dapat terjadi dengan dua cara, yaitu bersamaan secara
simultan Hepatitis B dengan Hepatitis D (koinfeksi). Bisa juga dengan
infeksi virus pada individu yang telah terinfeksi Hepatitis B sebelumnya
(superinfeksi).

2.4.5 Hepatitis E
Salah satu jenis penyakit hepatitis yang menyerang organ hati
adalah hepatitis E. Infeksi hati akut ini disebabkan oleh virus HEV
(Hepatitis E Virus).Infeksi HEV bisa terjadi jika seseorang pergi atau
tinggal di wilayah padat penduduk yang punya kualitas kebersihan dan
kesehatan yang buruk.
Penularan penyakit ini melalui darah, misalnya lewat transfusi darah atau
genetis dari ibu hamil yang terinfeksi HEV kepada bayi yang
dikandungnya.
Pada beberapa kasus meski terjadi, ada kemungkinan infeksi HEV dari
hewan kepada manusia.

2.5 Masa Inkubasi


2.5.1 Hepatitis A
Masa inkubasi 15 – 50 hari, rerata 28 - 30 hari.
2.5.2 Hepatitis B
Masa inkubasi VHB berkisar antara 30 – 180 hari dengan rerata 60
– 90 hari. HBV dapat dideteksi 30 sampai 60 hari setelah terjadi infeksi
dan menetap selama periode tertentu. Pada fase Patogenesis, lama masa
inkubasi pada penderita tergantung banyaknya virus yang ada dalam
tubuh penderita, cara penularan dan faktor pejamu seperti kondisi stamina
dan daya tahan tubuh. Jumlah virus (secara kuantitas dan kualitas seperti
infektif dan virulensi) dan usia pejamu merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan tingkat keparahan akut atau kronik dari Hepatitis B.
2.5.3 Hepatitis C
Masa inkubasi VHC berlangsung selama 15 hari sampai 2 bulan.
2.5.4 Hepatitis D
Masa inkubasi sama seperti Hepatitis B dan dapat berlangsung selama
rata-rata 2 sampai 8 minggu
2.5.5 Hepatitis E
Masa inkubasi Hepatitis E berkisar antara 15 - 64 hari, dengan rerata masa
inkubasi bervariasi antara 26 – 42 hari pada kondisi KLB yang berbeda.

2.6 Upaya Pencegahan


2.6.1 Pencegahan Sebelum Sakit
Langkah-langkah pencegahan sebelum terkena hepatitis akut
 Langkah pertama, mengumpulkan informasi global seputar Hepatitis
Akut secara cepat.
 Kedua, meningkatkan kewaspadaan publik. Upaya peningkatan
kepedulian dengan melakukan sosialisasi dan edukasi terkait hepatitis
akut
 Ketiga, memperkuat deteksi dengan melakukan penyelidikan
epidemiologi, melakukan analisis pathogen menggunakan teknologi
Whole Genome Sequencing (WGS) dan pengembangan pelaporan
kasus menggunakan sistem NAR.
 Keempat, menyusun pedoman tata laksana terkait kasus Hepatitis
Akut.
Masyarakat juga perlu meningkatkan kewaspadaan dengan
melakukan serangkaian pencegahan agar terhindar dari penyakit misterius
tersebut. Ia menyarankan masyarakat untuk melakukan langkah
pencegahan seperti:
1. Mencuci tangan pakai sabun
2. Memasak makanan dan minuman hingga matang
3. Menggunakan alat makan yang bersih
4. Menghindari kontak dengan orang sakit, memakai masker
5. Menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

2.6.2 Pencegahan Saat Sakit


Pencegahan saat sakit ini bertujuan agar penyakit tidak bertambah
parah. Semakin berkembang penyakit ini semakin lama jika didiamkan
dan tingkat keparahan bisa semakin bertambah. Sebaiknya penyakit
Hepatitis segera diobati. Pengobatan Hepatitis bisa di lakukan untuk
menghentikan virulensi dari infeksi sehingga tidak bertambah buruk.
Penanganan penyakit Hepatitis umumnya di lakukan di rumah sakit
setelah dilakukan prosedur medis dari pemeriksaan fisik hingga
laboratorium. Pengobatan dan perawatan secara intensif di lakukan agar
virus tidak semakin berkembang dan tidak menginvasi organ di dalam
tubuh.
Pengobatan Penderita yang diduga Hepatitis, untuk kepastian yang
ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah 45ias45lar
ditegakkan (Early Diagnosis) dan dinyatakan positif mengidap Hepatitis
maka dilakukan treatment medis (Prompt Treatment) dengan cara
pengobatan dan perawatan untuk penyakit Hepatitis, yaitu obat telan (oral)
dan secara injeksi.
A. Pengobatan oral yang terkenal adalah :
a) Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog
(dikenal dengan 3TC). Lamivudine dapat diberikan untuk pasien
dewasa dan anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung akan
meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan
mendapat monitor berkesinambungan dari dokter dan perawat.
b) Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian obat oral
akan lebih efektif dan perlu diperhatikan bahwa pemberian dengan
dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
c) Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat Baraclude ini
diberikan pada penderita Hepatitis B kronik dan efek samping dari
penggunaan obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan
terjadi peningkatan enzyme hati. Berdasarkan Tingkat keoptimalan
dan kestabilan, pemberian obat ini belum bisa dikatakan stabil.
B. Pengobatan dengan injeksi / suntikan adalah ;
a) Pemberian injeksi / suntikan Microsphere yang memiliki
kandungan partikel radioaktif pemancar sinar ß berfungsi
menghancurkan sel Kanker hati tanpa merusak jaringan yang sehat
di sekitarnya.
b) Pemberian suntikan / Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang
INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan
dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12 – 16
minggu atau lebih. Efek samping obat ini adalah depresi,
khususnya pada penderita yang memilki riwayat gangguan atau
penyakit depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada
otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam, hal ini
dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
c) Monitoring secara berkala terhadap penderita yang belum
memerlukan pengobatan
d) Pengobatan dengan Interferon, Lamivudin, Adefovir, Telbivudin,
Entecavir, atau Tenofovir bagi penderita yang telah memenuhi
kriteria terapi, dari hasil pemeriksaan DNA VHB, HbeAg dan
ALT.
e) Disinfeksi terhadap bekas cairan tubuh dari penderita.
f) Isolasi bila diperlukan
g) Imunisasi pasif pada orang yang terpajan cairan tubuh penderita
h) Pencatatan dan pelaporan sesuai peraturan yang berlaku (STP dan
SIRS)
Upaya Pencegahannya antara lain :
1. Hepatitis A
Pencegahan Lamanya penyembuhan memerlukan waktu sampai 4-
6 bulan lamanya sampai tes hati menjadi normal. Bila dilakukakan
Analisa waktu dan manfaat biaya tentu saja akan lebih ekonomis bila
dilakukan pencegahan yaitu dengan pola hidup yang baik serta bersih
yang kedua dengan imunisasi. Cara pencegahan:
a. Berikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai sanitasi yang
baik dan personal hygiene dengan penekanan khusus tentang
pentingnya untuk mencuci tangan secara benar dan pembuangan
tinja jamban yang saniter.
b. Fasilitas pengelolaan air bersih yang baik serta pembuangan
limbah yang benar. Semua orang yang bepergian ke daerah
endemic tinggi atau sedaang perlu diberikan IG atau vaksin
hepatitis A sebelum keberangkatan.
2. Hepatitis B
Pencegahan Untuk mencegah penularan hepatitis B adalah dengan
imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru lahir, menghindari
hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, hindari penyalahgunaan
obat dan pemakaian bersama jarum suntik. Menghindari pemakaian
bersama sikat gigi atau alat cukur, dan memastikan alat suci hama bila
ingin bertato melubangi telinga atau tusuk jarum. Melakukan skrining
ibu hamil pada awal dan pada trimester ketiga kehamilan, terutama ibu
yang berisiko tinggi terinfeksi HVB. Imunisasi untuk HVB dapat aktif
dan pasif. Untuk imunisasi pasif digunakan hepatitis B
immuneglobulin (HBIg), dapat memberikan proteksi secara cepat
untuk jangka waktu terbatas yaitu 3-6 bulan. Pada orang dewasa HBIg
diberikan dalam waktu 48 jam setelah terpapar VHB.Imunisasi aktif
diberikan terutama kepada bayi baru lahir dalam waktu 12 jam
pertama.
3. Hepatitis C
Pencegahan virus hepatitis C : a) Melakukan skrining dan
pemeriksaan terhadap darah dan organ donor. b) Menginaktivasi virus
dari plasma dan produk produk plasma. c) Senantiasa
mengimplementasikan tindakan tindakan untuk mengontrol infeksi
dalam mengatur pekerjaan kesehatan,termasuk prosedur sterilisasi
yang benar terhadap alat alat medis dan dentis.
4. Hepatitis D
Pencegahan Pencegahan terhadap HVD hanya efektif terhadap
mereka yang masih mungkin dicegah dari infeksi HVB, artinya yang
dapat dicegah hanya koinfeksi HVD dan HVB, sedangkan untuk
mencegah superinfeksi hingga saat ini belum ditemukan cara yang
efektif. Saat ini masih dilakukan penelitian terhadap vaksinasi dengan
HDAg-S.
5. Hepatitis E
Berikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat dengan
menekan pada perlunya pembuangan tinja secara baik dan mencuci
tangan dengan benar setalah buang air besarndan sebelum makan.

2.6.3 Pemcegahan Setelah Sakit


Pencegahan setelah sakit ini bertujuan agar penyakit Tidak kambuh
kembali. Setelah tindakan penanganan Medis (pengobatan dan perawatan)
di lakukan, sebaiknya Ada upaya untuk melakukan pencegahan penyakit
Hepatitis karena jika virus Hepatitis menginfeksi tubuh Kembali dan akan
menginfeksi lebih parah di bandingkan Sebelumnya. Pencegahan spesifik
post exposure bagi orang yang Tidak diimunisasi dan terpajan dengan
Hepatitis, seperti pada kasus Hepatitis B berupa kombinasi HBIG (untuk
mencapai kadar anti-HBs yang tinggi dalam waktu singkat) dan vaksin
Hepatitis B harus diberikan. Pemberian HBIG dan Vaksin Hepatitis B
sebaiknya dilakukan pada paha yang berbeda. Bagi yang mengalami
Inokulasi langsung atau kontak mukosa langsung dengan cairan tubuh
penderita Hepatitis B maka profilaksis yang digunakan adalah HBIG
single dose 0,06 mL/kg BB, yang diberikan sesegera mungkin. Penderita
sekanjutnya harus Menerima imunisasi Hepatitis B, dimulai dari minggun
pertama setelah pajanan. Bila pajanan yang terjadi adalah kontak seksual,
maka Pemberian dosis HBIG 0,06 mL/kg BB harus diberikan Sebelum 14
hari setelah pajanan,dan tentu diikuti dengan Imunisasi. Pemberian vaksin
Hepatitis B dan HBIG bias dilakukan pada waktu bersamaan, namun di
lokasi injeksi yang berbeda. Untuk penderita yang telah terbukti menderita
Hepatitis sebaiknya diberi edukasi mengenai perubahan perilaku yang
sehat untuk memutus rantai infeksi Hepatitis pada keluarga. Edukasi dan
skrining yang bias diberikan mencakup :
 Perlu dilakukan imunisasi pada pasangan seksual
 Perlunya penggunaan kondom selama berhubungan Seksual
dengan pasangan yang belum diimunisasi
 Tidak diperbolehkan bertukar sikat gigi ataupun pisau Cukur
 Menutup luka yang terbuka agar darah tidak kontak dengan orang
lain
 Tidak diperbolehkan mendonorkan darah, organ, ataupun sperma
Cara pencegahan yang yang paling mudah adalah dengan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu dengan cara mencuci
tangan dengan baik dan benar seperti mencuci tangan dengan air yang
mengalir, menggunakan sabun atau antiseptic dan semua bagian tangan
terkana sabun atau antiseptic pada saat mencuci.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawata pada An. S dengan Diagnosa Medis Hepatitis Akut Yang
Tidak Diketahui Etiologinya

3.1 Pengkajian
Data diambil tanggal : 6 Juni 2022
Jam : 09.45 WIB
Tgl. MRS : 5 Juni 2022
Ruang rawat/kelas: Cempaka/ I
Diagnosa medis : Hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya

A. Identitas Pasien
Nama : An. S
Umur : 10 Tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Ungaran Timur

B. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. D
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ungaran Timur

C. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut, lemas dan mual.
2) Riwayat penyakit saat ini
Ibu pasien mengatakan tanggal 5 Juni 2022 pkl 07.30 wib
membawa pasien ke IGD dengan keluhan mual, muntah, diare dan
demam. Pasien tidak nafsu makan dan lemas. Pasien dipindahkan
ke ruang Cempaka pada pkl 10.00 wib. Pada saat pengkajian
perawat tanggal 6 Juni 2022 pkl 09.45 wib, pasien mengatakan
merasa nyeri perut kanan, mual dan tidak nafsu makan.

P: Nyeri perut
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Perut sebelah kanan
S: Skala nyeri (5)
T: Pada saat beraktivitas

3) Riwayat penyakit sebelumnya /Riwayat kesehatan yang lalu


a. Penyakit yang : Pasien tidak pernah memiliki
pernah diderita riwayat sakit serius.
b. Operasi : Pasien tidak pernah operasi
c. Alergi : Pasien tidak mempunyai alergi
d. Jenis alergi : Tidak ada

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit yang perna diderita : Keluarga pasien mengatakan
oleh anggota keluarga tidak mempunyai riwayat yang
diderita
b. Lingkaran rumah dan : Lingkungan rumah bersih dan
komunitas ventilasi baik
c. Perilaku yang : Ibu pasien mengatakan jarang
mempengaruhi kesehatan memasak dan sering membeli
makanan diluar
d. Persepsi dan pengetahuan : Pasien mengatakan tidak tahu
tentang penyakit tentang penyakitnya dan senang
jajan diluar saat bermain.

D. Status Cairan Dan Nutrisi


Status Cairan Sebelum sakit Saat sakit
dan Nutrisi
Nafsu nakan Baik Cukup
Pola makan 3x porsi habis 2-4 sendok setiap kali
makan
Minuman
Jenis : Air putih Air putih
Jumlah : 1500 cc/hari 800 CC
Pantangan makan Tidak ada Tidak ada
Menu makan Nasi,sayur, buah dan lauk Diet lunak
Berat badan 36 kg 33 kg

E. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Pasien tampak lemah, kesadaran composmentis
 Tanda Vital :
1) Tensi : 100/70 mmHg
2) Suhu : 38,5 Celcius (lokasi pengukuran : Aksila)
3) Nadi : 90x/menit ( lokasi penghitungan : Radialis)
4) Respirasi : 23x/menit
 Respirasi (BI)
1) Bentuk dada : Simetris
2) Susunan ruas tulang belakang : Normal
3) Irama nafas : Teratur
4) Jenis : Eupnea
5) Retraksi otot bantu nafas : Tidak ada
6) Perkusi thorax : Sonor
7) Alat bantu nafas : Tidak ada
8) Vokal premitus : Normal
9) Suara nafas : Vesikuler
10) Batuk : Tidak ada
11) Produksi sputum : Tidak ada
12) Warna sputum : Tidak ada
13) Lain-lain : Tidak ada
 Kardiovaskuler (B2)
1) Nyeri dada : Pasien tidak nyeri dada
2) Irama jantung : Teratur
3) Pulsasi : Kuat
4) Posisi : ICS 5
5) Bunyi jantung : S1 S2 tunggal
6) CRT : >3 detik
7) Cianosis : Tidak ada
8) Clubbing finger : Tidak ada
9) JVP : Tidak ada pembesaran jugularis
 Persyarafan (B3)
1) Kesadaran : Composmentis, GCS 4-5-6
2) Orientasi : Baik
3) Kejang : Tidak ada kejang
4) Kaku kuduk : Tidak ada
5) Brudsky : Normal
6) Nyeri kepala : Tidak ada nyeri kepala
7) Istirahat/tidur : Siang 3 jam/hr, malam 8 jam/hr
8) Kelainan nervus kranialis : Tidak ada kelainan
 Genetourinaria (B4)
1) Bentuk alat kelamin : Normal
2) Libido : Normal
3) Kebersihan : Bersih
4) Frekuensi berkemih : 3-4x/hari ( teratur)
5) Jumlah : 1000ml/24 jam
6) Bau : Khas
7) Warna : Kuning pekat seperti teh
8) Tempat yang digunakan : Toilet
9) Alat bantu yang digunakan : Tidak memakai alat bantu
 Pencernaan (B5)
1) Mulut : Bau
2) Mukosa : Kering
3) Bibir : Kering
4) Gigi : Normal
5) Kebiasaan gosok gigi : Pasein gosok gigi 1x/hari di RS
6) Tenggorokan : Nyeri dan kering
7) Abdomen : Nyeri abdomen terutama sebelah kanan
P : Nyeri perut
Q : Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Diperut sebelah kanan
S : Skala 4
T : Saat beraktivitas
8) Peristaltik usus : 20x/menit
9) Kebiasaan BAB : BAB di RS 7x/hari
10) Konsistensi : Cair
11) Warna : Putih pucat
12) Bau : Khas
13) Tempat yang digunakan : Toilet
14) Masala eliminasi alvi : Tidak ada
15) Pemaikan obat pancahar : Tidak ada
16) Lavement : Tidak ada
17) Lain-lain : Pasien mengatakan nyeri pada
abdomen sebelah kanan saat ditekan, dan ada pembesaran pada
abdomen.
 Muskuluskoletal dan Integumen (B6)
1)Kemampuan pergerakan sendi pada tungkai(ROM) : Bebas
2)Kekuatan otot :
44
444444
55

3) Fraktur : Tidak ada


4) Lokasi : Tidak ada
5) Dislokasi : Tidak ada
6) Kulit : Menguning
7) Akral : Hangat
8) Turgor : Lambat (>2 detik)
9) Oedema : Tidak ada
10) Kebersihan kulit : Bersih
11) Kelembaban : Sedikit kering
12) Lain-lain : Tidak ada
 Penginderaan (B7)
1)Mata : Simetris kanan dan kiri
2)Reflek cahaya : Normal
3)Konjungtiva : Anemis
4)Sklera : Kuning
5)Strabismus : Tidak ada
6)Ketajaman penglihatan : Normal
7)Alat bantu : Tidak ada
8)Hidung : Normal
9)Mukosa hidung : Bersih
10) Sekret : Tidak ada
11) Ketajaman penglihatan : Tajam
12) Alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu
13) Perasa : Hambar
14) Peraba : Normal
 Endokrin (B8)
1) Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak ada
2) Pembesaran kelenjar parotis : Tidak ada
3) Lain- lain : Tidak ada
 Luka ganggren : Tidak ada

F. Data psikososial
 Gambaran diri/citra diri
1) Tanggapan tentang tubuhnya : Pasien mengatakan menyukai
dirinya sebagai laki-laki
2) Bagian tubuh yang disuka : Pasien mengatakan menyukai
semua anggota tubuhnya
3) Bagian tubuh yang kurang disukai : Tidak ada
4) Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh : Tidak ada
 Identitas
1) Status pasien dalam keluarga : Anak tunggal
2) Kepuasan pasien terhadap status dan posisi dalam keluarga :
Pasien mengatakan senang sebagai anak tunggal
 Peran
1) Tanggapan pasien tentang perannya : Pasien berperan sebagai
pelajar untuk belajar di sekolah
2) Kemampuan/kesanggupan pasien melaksanakan perannya : Pasien
mengatakan mampu belajar dengan baik sebelum sakit
 Ideal diri
1) Harapan pasien terhadap tubuhnya : Ingin segera cepat sembuh

G. Data Sepiritual
1) Konsep tentang penguasa kehidupan : Pasien meyakini semua dari
Allah
2) Sumber kekuatan / harapan saat sakit : Keluarga dan Allah
3) Ritual agama yang bermakna : Berdoa dan sholat

H. Data Penunjang
No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
1. Hematologi
2. Darah lengkap
3. Leukosit (WBC) H 23,84 x103 / µL 4,5-11
4. Neutrofil H 11,5 x103 / µL 1,5-8,5
5. Limfosit H 10,71 x103 / µL 1,1-5,0
6. Monosit H 0,9 x103 / µL 0,14-0,66
7. Eosinofil 0361 x103 / µL 0,-0,33
8. Basofil H 0,73 x103 / µL 0-0,11
9. Neutrofil % 48,1 % 35-66
10. Limfosit % H 44,9 % 24-44
11. Monosit % 3,8 % 3-6
12. Eosinofil 0,2 % 0-3
13. Basofil % H 3,1 % 0-1
14. Eritrosit (RBC) L 2,756 g/dl 4,5-59
15. Hemoglobin L 8,94 % 13,5-17,5
16. Hematokrit (HCT) L 25,4 Fl 37-54
17. MCV 92,27 Fl 80-100
18. MCH 32,44 Pg 26-34
19. MCHC 35,1 % 32-36
20. RDW H 21,63 % 11,5-13,1
21. PLT 301 150-450
22. MPV 7,403 Fl 6,90-10,6
23. Kimia Klinik
24. Faal Ginjal
25. BUN H 76 mg/dl 7,8-20,23
26. Kreatinin H 4,188 mg/dl 0,6-1,0
27. Gula darah sewaktu 53 mg/dl <200

I. Terapi
Terapi Dosisi Kegunaan
Infus Aminoleban 1500 CC / Digunakan untuk membantu
24 Jam memperkuat sistem kekebalan tubuh,
membantu dalam proses metabolisme
tubuh
Injeksi 2x40mg Digunakan untuk mengatasi ganguan
Omeprazole lambung, seperti penyakit asam
lambung.
Injeksi Antrain 3x2ml Digunakan untuk mengurangi nyeri
Injeksi 1x400mg Digunakan untuk menangani sejumlah
Moxifloxacin infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Injeksi 3x10gr Digunakan untuk meredahkan mual
Metoclopiramide dan muntah

3.2 Diagnosis Keperawatan


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis berupa
pembengkakan hepar
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah penyakit yang menyebabkan peradangan pada hati karena
toxin/racun, seperti bahan kimia atau obat- obatan ataupun agen penyebab
infeksi seperti virus. Berdasarkan dari jenisnya penyebab terjadinya Hepatitis
dibagi menjadi 2 jenis yakni infeksi berasal dari virus dan hepatitis non-
infeksi (bukan dari virus). Penyebab virus seperti Virus Hepatitis A, B, C, D,
E dan virus-virus lain seperti Virus Mumps, Virus Rubella, Virus
Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes. Sedangkan penyebab non
virus yang utama seperti alkohol dan obat-obatan.
Berbagai jenis hepatitis ditegakkan berdasarkan atas gejala klinis dan
dibantu dengan sarana penunjang pemeriksaan laboratorium, seperti
pemeriksaan darah, pemeriksaan antibodi spesifik immunoglobulin HAV dan
pemeriksaan radiologis seperti USG, CT Scan atau MRI untuk mendeteksi
kerusakan pada hati. Selain itu, hepatitis positif menunjukkan peningkatan
enzim dan fungsi hati, termasuk SGOT, SGPT dan hiperbilirubinemia pada
hasil pemeriksaan kimiawi.
Tanda dan gejala virus Hepatitis A,B,C,D dan E beragam, namun sering di
jumpai gejala dari Hepatitis yaituu demam,lemas,nyeri,dan muntah. Cara
penularan penyakit Hepatitis juga beragam,salah satu yang sering kita dengar
melalui seks,namun masih ada banyak lagi antaranya,makanan yang sudah di
konsumsi penderita,lalu tranfuksi darah, dan daging belum matang. Masa
inkubasi virus hepatitis A, B, C, D dan E beragam waktunya. Lama masa
inkubasi tergantung banyaknya virus yang ada di dalam tubuh penderita, cara
penularan dan faktor penjamu seperti usia, stamina dan imunitas tubuh.
Langkah-langkah pencegahan sebelum terkena hepatitis akut :Langkah
pertama, mengumpulkan informasi global seputar Hepatitis Akut secara cepat.
Kedua, meningkatkan kewaspadaan publik. Ketiga, memperkuat deteksi
dengan melakukan penyelidikan epidemiologi, melakukan analisis pathogen
menggunakan teknologi Whole Genome Sequencing dan pengembangan
pelaporan kasus menggunakan sistem NAR.
Pencegahan saat sakit ini bertujuan agar penyakit tidak bertambah parah.
Semakin berkembang penyakit ini semakin lama jika didiamkan dan tingkat
keparahan bisa semakin bertambah. Sebaiknya penyakit Hepatitis segera
diobati. Pengobatan Hepatitis bisa di lakukan untuk menghentikan virulensi
dari infeksi sehingga tidak bertambah buruk. Penanganan penyakit Hepatitis
umumnya di lakukan di rumah sakit setelah dilakukan prosedur medis dari
pemeriksaan fisik hingga laboratorium. Pengobatan dan perawatan secara
intensif di lakukan agar virus tidak semakin berkembang dan tidak menginvasi
organ di dalam tubuh. Pengobatan Penderita yang diduga Hepatitis, untuk
kepastian yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Lamivudine
dapat diberikan untuk pasien dewasa dan anak-anak, Pemakaian obat ini
cenderung akan meningkatkan enzyme hati Pemberian obat Adefovir dipivoxil
Pemberian obat Baraclude Pemberian suntikan / Injeksi Alfa Interferon
Pencatatan dan pelaporan sesuai peraturan yang berlaku.
Pencegahan setelah sakit ini bertujuan agar penyakit Tidak kambuh
kembali. Setelah tindakan penanganan Medis (pengobatan dan perawatan) di
lakukan, sebaiknya Ada upaya untuk melakukan pencegahan penyakit
Hepatitis karena jika virus Hepatitis menginfeksi tubuh Kembali dan akan
menginfeksi lebih parah di bandingkan Sebelumnya. Pencegahan spesifik post
exposure bagi orang yang Tidak diimunisasi dan terpajan dengan Hepatitis,
seperti pada kasus Hepatitis B berupa kombinasi HBIG (untuk mencapai kadar
anti-HBs yang tinggi dalam waktu singkat) dan vaksin Hepatitis B harus
diberikan.
Pada pengkajian tinjauan kasus didapatkan data fokus mual, muntah, diare
dan nyeri perut saat ditekan. Pasien tidak nafsu makan karena mual dan
didapatkan makan hanya 3-4 sendok per porsi. Pasien juga mengalami nyeri
yaitu P: Nyeri perut Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk R: Perut sebelah kanan S:
Skala nyeri (5) T: pada saat aktivitas.
Pada pasien hepatitis akan mengalami beberapa masalah keperawatan.
Dimana yang ditemukan pada tinjauan kasus diagnosa pertama adalah nyeri
akut berhubungan dengan perbesaran hepar. Diagnosa keperawatan kedua
adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan.

4.2 Saran
Untuk penderita hepatitis harus lebih memperhatikan kasus hepatitis yang
mudah tertular melalui urine maupun transplatasi darah, maka dari itu
terapkan (PHBS) dan perlu tindakan lanjutan mengenai genotipe resistensi
HBV.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Dr. Nur (2021) Perbandingan gambaran ultrasonography gray scale dan
doppler parenkim hepar berdasarkan scoring system dengan pemeriksaan
fibroscan pada pasien hepatitis B kronik. Thesis-S2 thesis,
UNIVERSITAS HASANUDDIN.
"Hepatitis D". Dimuat dalam https://www.alodokter.com/hepatitis-d. 2020. dr.
Merry Dame Cristy Pane. Diunduh Kamis, 2 Juni 2022
“Hepatitis E”. Dimuat dalam https://www.halodoc.com/kesehatan/hepatitis-e .
2022. Dr. Rizal fadli. Diunduh Kamis, 29 Mei 2022.
https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/6028/Buku%20Sis
%20Hepatitis%20%28Edited%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Kebijaksanaan, F. (2013). Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Tentang Hepatitis A
Politeknik Negeri Jember. Jurnal Ilmiah Inovasi , 13 (1).
Ma'as, Ayu. 2022. "Mengenal Hepatitis E: Penyebab, Media Penularan, dan
Gejalanya", https://kids.grid.id/amp/473275135/mengenal-hepatitis-e-
penyebab-media-penularan-dan-gejalanya?page=all , diakses pada 2 Juni
2022 pukul 20.30
MAGHFIROH, L. I. (2019). GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT UNTUK
TERAPI HEPATITIS .
Makarim, Fadhli Rizal.2021, “Bagaimana Cara Penularan Hepatitis
B?”,https://www.halodoc.com/artikel/bagaimanakah-cara-penularan-
hepatitis-b, diakses pada tanggal 2 Juni 2022 pukul 20.36
Martin A and Lemon SM, Hepatitis A virus. From discovery to Vaccines.
Hepatology: 2006 Vol 45 No.2 Suppl 1, S164-S172.
Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Hepatitis C.
Medical News Today. Diakses pada 2022. What to know about Hepatitis E
National Health Service UK (2021). Health A to Z. Hepatitis C.
Novita, Cicik. 2022. “Mengenal 5 Jenis Hepatitis A, B, C, D, E: Gejala & Cara
Cegahnya”, https://tirto.id/mengenal-5-jenis-hepatitis-a-b-c-d-e-gejala-
cara-cegahnya, diakses pada 3 Juni 2022 pukul 20.00.
Sanityoso, A. Hepatitis Virus Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
V. Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009.
Setyoko, Bambang Adi.2019.” http://rsuddrloekmonohadi.kuduskab.go.id/?
p=1404”. Diunduh Jumat, 03 juni 2022.
Siswanto. 2020. “Epidemiologi Penyakit Hepatitis” . Mulawarman Universitas
Press. Samarinda.
Siswanto. 2020. (A. MH, Ed.) EPIDEMIOLOGI PENYAKIT.
Soemohardjo S. Penatalaksanaan pengidap virus hepatitis B dan pencegahannya.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;1996.hlm.322-5.
Terrault, Norah A., et al. "Update on prevention, diagnosis, and treatment of
chronic hepatitis B: AASLD 2018 hepatitis B guidance." Hepatology
67.4 (2018): 1560-1599.
Verizarie, Rhandy. 2019. "Cara Penularan Hepatitis Sesuai Jenisnya",
https://doktersehat.com/informasi/cara-penularan-hepatitis/ , diakses pada
Kamis, 2 Juni 2022 pukul 20.15.
Wahyudi Heri. 2017. “Hepatitis”. Makalah. Universitas Udayana
Wedemeyer, H., Manns, M. 2010. “Epidemiology, pathogenesis and management
of hepatitis D: update and challenges ahead”. Nat Rev Gastroenterol
Hepatol 7, 31–40.
Yusri, R. (2011). Penyebab hepatitis A. http://www.hepatitisa.com diunduh pada
tanggal 2 Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai