HEPATITIS A
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi,
Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus
hati yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus,
yang terkait. Selain itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus, dan
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Banyak episode hepatitis
dengan klinis anikterik, tidak nyata atau subklinis. Secara global virus
prevalensi anti-HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih
nyata di daerah dengan kondisi kesehatan dibawah standar. Lebih dari 75%
anak dari berbagai benua Asia, Afrika, India, menunjukan sudah memiliki
anti-HAV pada usia 5 tahun. Sebagian besar infeksi Hepatitis A Virus (HAV)
anikterik.2 HAV lazim terjadi pada anak dan dewasa muda. Terdapat
peningkatan insidensi pada musim tertentu yaitu pada musim gugur dan
musim dingin.
berjumlah lebih dari 2 miliar penduduk dunia terinfeksi virus Hepatitis B dan
400 juta orang diantaranya menjadi pengidap kronik pada tahun 2000.
Hepatitis C berjumlah sekitar 3% atau 170 juta orang (Depkes RI, 2006).
menyebabkan gejala seperti mual, muntah, lemas, hilang napsu makan, kulit
dan sklera mata berubah menjadi kuning, demam, dan gejala lainnya. Proses
Luar Biasa (KLB). Penyakit ini termasuk common source yang penularan
utamanya melalui makanan dan sumber air, namun bisa juga ditularkan
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaiman cara untuk
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
(jaringan parut), sirosis atau kanker hati. Hepatitis disebabkan oleh berbagai
Ada 2 faktor penyebabnya yaitu faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor
penyebab infeksi antara lain virus hepatitis dan bakteri. Selain karena virus
(Dalimartha,2008).
Hepatitis A juga merupakan jenis hepatitis yang paling ringan dan paling
masuk ke tingkat yang lebih parah seperti hepatitis B atau hepatitis C. Jika
tidak dilakukan intervensi segera, anak-anak yang sehat agar tetap sehat dan
terjangkitnya hepatitis A
Virus Hepatitis A hanya terdapat dalam waktu singkat di dalam serum, pada
saat timbul ikterik kemungkinan pasien sudah tidak infeksius lagi (Smeltzer,
2001).
(Sari, 2016).
terjadi pada hepatosit, meski VHA juga ditemukan pada empedu, feses, dan
darah. Anti gen VHA dapat ditemukan pada feses pada 1-2 minggu sebelum
VAH), dan munculnya gejala klinis (jaundice). Selama fase akut, hepatosit
yang menjadi fulminant. kadar igM Anti-VAH yang akan bertahan seumur
hidup. infeksi VAH akan sembuh secara spontan, tidak akan pernah menjadi
Bersih dan Sehat masih kurang diantaranya cuci tangan dengan air bersih
Tanda dan gejala awal infeksi virus Hepatitis A sangat bervariasi dan
gejala kuning disertai gatal (ikterus), buang air kecil berwarna seperti teh,
dan tinja berwarna pucat. Infeksi pada anak berusia di bawah 5 tahun
umumnya tidak memberikan gejala yang jelas dan hanya 10% yang akan
memberikan gejala ikterus. Pada anak yang lebih tua dan dewasa, gejala
yang muncul biasanya lebih berat dan ikterus terjadi pada lebih dari 70%
penderita. Masa inkubasi 15-50 hari, rata-rata 28-30 hari ( Kemenkes, 2012)
tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase
konvalesen (penyembuhan).
1. Fase Inkubasi
gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus
hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan
dan jalur 7 penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase
inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-
ikterus. Tandanya berupa malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah
3. Fase Ikterus
Fase Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi.
keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada.
Muncul perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan
menjadi fulminant.
1. Pemeriksaan klinis
demam, kelelahan, anoreksia, mual, dan rasa tidak nyaman pada perut.
berat penyakit ini bermacam–macam, mulai dari asimtomatik (hal ini biasa
2. Pemeriksaan Serologi
Pada pemeriksaan serologi, mencari dua jenis antibodi terhadap virus yaitu
IgM dan IgG. Hal pertama yang dicari adalah antibodi IgM, yang dibuat
oleh sistem kekebalan tubuh lima sampai sepuluh hari, dan antibodi ini
hilang dalam waktu enam bulan. Tes antibodi IgG, yang menggantikan
vaksinasi HAV
b. Apabila tes serologi menunjukkan hasil positif untuk antibodi IgM dan
tertular HAV dalam kurun waktu enam bulan terakhir, dan sistem
semakin parah.
antibodi IgM dan hasil positif untuk antibodi IgG, maka kemungkinan
sudah melakukan vaksinasi terhadap HAV, dan pada saat ini sudah
bilirubin urine dan urobilinogen, total dan direct bilirubin serum, alanine
total protein, serum albumin, IgG, IgA, IgM, dan hitung sel darah
lebih kasus hepatitis A klinis pada lokasi praduga KLB yang mempunyai
memberikan asuhan gizi yang efektif dan berkualitas. Proses asuhan gizi
hanya dilakukan pada pasien atau klien yang terindentifikasi resiko gizi
mendalam. Bila masalah gizi yang lebih spesifik telah ditemukan maka
dari data objektif dan subjektif pengkajian gizi dapat ditemukan,
Bila tujuan tercapai maka proses ini dihentikan, namun bila tidak tercapai
atau terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari
Proses asuhan gizi terstandar merupakan siklus yang terdiri dari langkah
2. Diagnosa gizi
3. Intervensi gizi
Gizi dan penyakit hati adalah dua kondisi yang saling berkaitan.
Pada penyakit hati baik akut maupun kronis, perlu diperhatikan pemberian
asupan gizi dengan kebutuhan tubuh. Keadaan ini dapat terjadi karena
asupan energi dan zat gizi yang kurang, berlebihan, dan atau kebutuhan
terjadinya perubahan status gizi. Kondisi ini erat kaitannya dengan kondisi
(PERSAGI, 2013).
4. Riwayat makan
5. Riwayat
laboratorium serta data administrasi lainnya. Data riwayat makan dan riwayat
personal diperoleh langsung melalui wawancara dengan klien (PERSAGI,
2013).
Asuhan gizi bagi penderita penyakit hati akan berhasil dengan baik, jika
Langkah pertama adalah assessment gizi untuk mengkaji masalah gizi yang
inadekuat.
makanan/cairan dan yang dapat diterima oleh pasien, dilakukan dengan metode
survei konsumsi 24-hour recall, diet history, atau food diary. Selain data asupan,
pada langkah assessment gizi juga dibutuhkan data biokimia dan data fisik klinis
untuk menunjang penetapan diganosa gizi (langkah kedua dari proses asuhan gizi
masalah gizi yang aktual, dan atau beresiko menyebabkan masalah gizi.
penyebab masalah gizi (etiology), dan tanda serta gejala adanya masalah
berikut (PERSAGI,2013):
1. Problem
2. Etiology
masalah gizi.
dan substansi bioaktif dan penurunan berat badan yang tidak diharapkan.
dari kebutuhan, penurunan berat badan, dan tampak kurus (SS atau Signs
(Sumapradja, 2011).
Secara umum tujuan intervensi gizi pada penyakit hati adalah untuk
mencapai status gizi optimal atau mempertahankan status gizi optimal tanpa
memberatkan fungsi hati. Tujuan intervensi disesuaikan dengan masalah
sering dengan porsi kecil untuk mengatasi anoreksia; dan tidak ada
kuning.
Data hasil monitoring dan evaluasi gizi dapat digunakan sebagai bahan
(Sumapradja, 2011).
gejala (Sign dan Symptom atau SS) dari masalah gizi yang telah
ditetapkan, yaitu : toleransi pasien terhadap makanan yang diberikan,
evaluasi gizi lanjutan contoh diagnosa gizi nomor 1 di atas (Nuraini, dkk,
2017).
kuning
Rencana Monitoring & Evaluasi gizi : Perbaikan nilai SGOT dan SGPT,
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sanityoso, A. Hepatitis Virus Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
V. Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009.
Sari, W., Indrawati, L., & O. G, Djing. (2008). Care Your Self Hepatitis Cetakan
pertama. Jakarta : Penebar Plus.
Arief, S., 2012. Hepatitis Virus. In: Juffrie, M., et al., ed. Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi. 3rd ed. Jakarta: IDAI, 285-305.
Kementrian Kesehatan RI. 2014 Situasi dan Analisis Hepatitis. Jakarta.
Depkes RI. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas.
Jakarta: Depkes RI, Ditjen P2PL.
Dalimartha S. (2008). Ramuan TradisionalUntuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta
Penebar Swadaya
Kemenkes RI. 2017. Propil Kesehaan Indonesia . Jakarta : Keputusan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2014. Propil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI
Smeltzer,S. C. Bare, B. G. 2001. “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2 E/8” , EGC,Jakarta
Sari, R. 2016. Implementasi Sistem Pakar Untuk Diagnosa Awal Penyakit
Hepatitis A,B,C Menggunakan Tools Expert System Builder. Jurnal
IImiah FIFO Volume 8 No 2. Universitas Nasional
Arif A. 2014. Kapita Salekta Keedokteran Edisi 4 Jilid 2 Editor : Tanto C, dkk
Jakarta: Media Aesculapius
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Virus Hepatitis. Jakarta : Bakti
Husada
Sumapradja, M.G., Fayakun, Y.I. Widyastuti D. 2011. Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Jakarta: Abadi Publishing & Priting
Sucher And Mattfeldt-Beman. Diseases of the Liver, Gallbladder, and Exocrine
Pancreas : Nutrition Therapy and Pathophysiology.2e. 2011. Hal. 439
PERSAGI. 2013. Konseling Gizi. Jakarta : Penebar Plus (Penebar Swadaya Grup)
Nuraini,Iskari N. & Yenny M. 2017. Dietetika Penyakit Infeksi. Kementrian
Kesehatan RI