“Penyakit Hepatitis”
OLEH :
KELOMPOK 6
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas
berkat Rahmat- Nya yang diberikan kepada kami sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul tentang “Penyakit Hepatitis”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 13
3
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
4
RI, 2006). Hepatitis E dengan jumlah kasus 146 orang (Kemenkes RI,
2014). Dari semua data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah
terbanyak adalah penderita Hepatitis B.
Sedangkan prevalensi infeksi Hepatitis B di Asia Pasifik cukup
tinggi yaitu melebihi 8% dan penularannya pada umumnya terjadi secara
vertikal (pada periode perinatal) dan horizontal (pada masa anak-anak).
Diperkirakan lebih dari 350 juta diantaranya menjadi kronik dan sekitar
75% karier Hepatitis B kronik berada di Asia Pasifik. Pada daerah tertentu
seperti Amerika bagian utara, Eropa bagian utara dan barat, Amerika
Selatan, Australia dan Selandia Baru, memiliki prevalensi HBsAg yang
relatif rendah (< 2%). Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
endemisitas tinggi (WHO, 2014). Data Kemenkes RI tahun 2014
menunjukkan bahwa prevalensi Hepatitis pada seluruh provinsi di Indonesia
adalah Bengkulu terdapat 19 kasus, Sumatera Barat terdapat 159 kasus,
Kalimantan Timur terdapat 282 kasus. Selain pasien ternyata perawat
adalah kedua yang paling sering terinfeksi yaitu sekitar 41%, diikuti oleh
dokter sekitar 31%.
Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes RI
tahun 2015 penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di
dunia termasuk di Indonesia, yang terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis A dan E, sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan
secara fekal oral dan biasanya berhubungan dengan perilaku hidup bersih
dan sehat, bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis
B, C dan D (jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan
menimbulkan cirrhosis dan lalu kanker hati. Virus Hepatitis B telah
menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang
diantaranya menjadi pengidap Hepatitis B kronik, sedangkan untuk
penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta orang. Terdapat
1,2 % penduduk di Indonesia mengidap penyakit hepatitis dan kondisi ini
meningkat 2 kali lipat dibandingkan tahun 2007 yaitu sekitar 0,6 %.
5
Peradangan hepatitis B yang kronis dapat menimbulkan jaringan
parut dalam hati, yang mengakibatkan sirosis dengan disfungsi selular,
hipertensi porta, karsinoma hepatoseluler, dan anemia aplastik (Jeffrey &
Scott, 2012; Black & Hawks, 2014).
Perawat yang berperan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan infeksi HBV akut dan kronis harus diperhatikan adalah
penyakit yang ditularkan melalui darah yang dapat ditularkan selama
hubungan seksual atau 2 pada saat melahirkan. Profilaksis sangat
disarankan, anggota keluarga harus diperiksa untuk infeksi HBV.
Pengukuran pencegahan terbaik adalah vaksinasi (Pyrsopoulos, 2015).
6
BAB II PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
7
2.2 Jenis-Jenis Hepatitis
Berikut adalah jenis-jenis hepatitis :
1. Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis imfeksiosi, rute penularan addalh melalui
kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang
terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret
saluran cerna. Umumnya terjadi di daerah kumuh berupa endemik. Masa
inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukan gejala klinis, populasi
paling sering terinfeksi dalah anak-anak dan dewasa muda.
2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute infusi darah/produk darah, jarum
suntik, atau hubungan seks. Golongan yang berisiko tinggi adalah
mereka yang sering transfusi darah, pengguna obat injeksi, pekerja
perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan terhadap
darah klien dan staff institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homo
seksual pria dan wanita dan pasangan hetoreseksual , anak kecil yang
terinfeksi ibunya, resipien produk darah terentu dan pasien hemodialisa.
Masa inkibasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul
gejala klinis.
3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab
terserin infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial,
HVC ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama
melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah
pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial
resio terhadap pekerja perawatan keehta dan keamanan masyarakat yang
terpajan pada darah. Masa inkubasi nya aalah selama 18-80 hari.
4. Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi
HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan
pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat
8
menyebabkan infekasi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan
darah infeksius melalui infeksi HDV, populasi yang sering terinfeksi
adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipen transfusi darah multipel
( infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa
inkubasinya belum diketahui secara pasti, HDV ini meningkatkan resiko
timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian.
5. Hepatitis E
virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan
melalui air yang tercemar. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah
orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau
Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewas muda
hingga pertengahan.
6. Hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang kasus hepatitis
F. Saat ini para pakr belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit
hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C,
seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak
menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penulran
melalui tranfusi darah jarum suntik.
9
hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta dan E belum
dapat diketaui secara pasti bagaimana perjalanan penyakitnya.
Sebagian besar pnderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi
sebagian kecil (kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau
meninggal. Penderita hepatitis B yang menahun setelah 20-40 tahun
kemudian ada kemungkinan hatinya mengeras (sirosis), dan adapula yang
berubah menjadi kanker hati.
10
2.5 Pengobatan Penyakit Hepatitis
Tidak terdapat terapi spesiik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring
selama fase akut penting dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi
karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh
penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu diberikan
selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya
perlu dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B atau hepatitis C simtomatik
adalah terapi anti virus dengan interferon-G. Terapi anti virus untuk
hepatitis D kronis membutuhkan pasien uji eksperimental. Jenis hepatitis
kronis ini memiliki resiko tertinggi untuk berkembangnya sirosis.
Obat hepatitis hanya diperoleh dengan resep dokter. Namun terdapat
obat alternatif sebagai tambahan obat yang diberikan dokter.
Pengobatan hepatitis disesuaikan dengan jenis hepatitis dan tingkat
keparahannya. Metode pengobatan untuk hepatitis yang dapat dilakukan
meliputi pemberian obat-obatan dan transplantasi hati. Berikut adalah
penjelasannya:
1. Obat interferon
Beberapa jenis hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan
sendirinya. Namun, pemberian obat-obatan perlu dilakukan untuk
menghentikan penyebaran virus dan mencegah kerusakan hati lebih
lanjut.
Jenis obat yang diresepkan oleh dokter adalah interferon, yang
biasanya diberikan melalui suntikan setiap minggu selama 6 bulan.
2. Obat imunosupresan
Untuk mengatasi hepatitis akibat penyakit autoimun, dokter dapat
memberikan obat imunosupresan, terutama kortikosteroid, seperti
prednisone dan budesonide. Selain itu, pasien juga dapat diberikan
obat azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.
11
3. Obat antivirus
Pada beberapa kondisi, misalnya pada hepatitis B atau hepatitis C
kronis, dokter juga bisa memberikan obat antivirus,
seperti entecavir, ribavirin, atau tenofovir. Obat-obatan tersebut bisa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan virus dengan mekanisme
yang berbeda-beda.
4. Obat cacing hati
Pada penderita hepatitis yang disebabkan oleh cacing hati,
pemberian obat-obatan disesuaikan dengan jenis cacing menginfeksi
hati. Obat-obatan tersebut meliputi:
a. Praziquantel atau albendazole, untuk clonorchiasis
b. Triclablendazole dan possibly nitazoxanide, untuk fascioliasis
c. Transplantasi hati
Bila hepatitis sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, dokter
akan merekomendasikan tindakan transplantasi hati. Melalui prosedur ini,
organ hati pasien yang rusak akan diganti dengan organ hati yang sehat dari
pendonor.
Selain penanganan di atas, penderita hepatitis akibat penggunaan
obat-obatan tertentu perlu menghentikan konsumsi obat-obatan tersebut.
Jika tidak ditangani dengan baik, hepatitis dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, seperti:
1. Sirosis
2. Gagal hati
3. Kanker hati
12
BAB III PENUTUP
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah peradangan hati yang bisa berkemban menjadi
fibrosis (jaringan parut), sirosis atau kanker hati. Hepatitis d sebabkan oleh
berbagai faktor seperti infeksi virus, zat beracun (misalnya alkohol, obat-
obatan tertentu), dan penyakit autoimun (Kemenkes,2017). Peradangan hati
di tandai dengan meningkatnya kadar enzim hati. Penyebabnya yaitu faktor
infeksi dan faktor non infeksi. Faktor penyebab infeksi anatara lain virus
hepatitis dan bakteri. Selainkarna virus Hepatitis A, B, C, D, E, dan G masih
banyak virus yang ain berpotensi menyebabkan hepatitis.
Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting
karenasampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga
satu-satunya jalan untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14